Anda di halaman 1dari 6

JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No.

1 Tahun 2014, ISSN: 2407-1269 | Halaman 161-166

Respon Pertumbuhan Tanaman Terung (Solanum Melongena L.)


Terhadap Pemberian Kompos Berbahan Dasar Tongkol Jagung
dan Kotoran Kambing Sebagai Materi Pembelajaran Biologi
Versi Kurikulum 2013

Devinta Dwi Marviana, Listiatie Budi Utami

Progam Studi Pendidikan Biologi, Universitas Ahmad Dahlan


Kampus III, Jl. Prof. Dr. Soepomo, SH, Yogyakarta, 55164 Indonesia
surat elektronik: marviana_dwi@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengetahui respon pertumbuhan tanaman terung terhadap pemberian kompos,
mengetahui dosis kompos yang memberikan hasil terbaik, mengetahui potensi materi pembelajaran biologi
versi kurikulum 2013 dari proses dan laporan hasil penelitian. Penelitian dilakukan di Selokaton, Sukorejo,
Kendal, Jawa Tengah pada April Juni 2014.
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap satu faktor terdiri dari lima perlakuan, lima ulangan.
Perlakuan dosis kompos terdiri dari P0, P1, P2, P3, dan P4. Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan
Anava dan uji Beda Nyata Terkecil Taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman terung memberikan respon yang baik terhadap pemberian
kompos. Dosis kompos yang memberikan hasil terbaik yaitu pada perlakuan P3. Proses dan hasil penelitian
ini juga berpotensi untuk melengkapi materi pembelajaran biologi SMA kelas XII pada K.D 4.2 versi
kurikulum 2013 yang berupa fakta, konsep, dan prinsip.
`
Kata kunci: Solanum melongena L., kompos, tongkol jagung, kotoran kambing, pertumbuhan

Pendahuluan baik salah satunya yaitu dengan pemberian pupuk


organik.
Terung merupakan komoditas pertanian yang Pupuk organik dapat berupa kompos, pupuk
penting dibutuhkan di Indonesia, hal ini disebabkan oleh kandang, dan pupuk hijau baik yang berbentuk cair
terung mempunyai kandungan gizi cukup lengkap dan maupun padat. Pada kenyataannya petani masih
mempunyai nilai ekonomis tinggi. Biasanya digunakan menggunakan pupuk anorganik karena lebih mudah dan
sebagai bahan makanan, bahan terapi, dan bahan praktis, namun penggunaan pupuk anorganik dapat
kosmetik alami. Tanaman terung banyak mengandung mengakibatkan kerugian bagi para petani.
kalium dan vitamin A yang dapat berguna bagi tubuh. Menurut Yang (Suriadikarta dan Setyorini, 2012),
Komposisi kimia terung per 100 gram yaitu air 92,70 pupuk organik dapat dibuat dari berbagai jenis bahan,
gram; abu (mineral) 0,60 gram; besi 0,60 mg; antara lain sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol
karbohidrat 5,70 gram; lemak 0,20 gram; serat 0,80 jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), serbuk gergaji,
gram; kalori 24,00 kal; fosfor 27,00 mg; kalium 223,00 kotoran hewan, limbah media jamur, limbah pasar,
mg; kalsium 30,00 mg; protein 1,10 gram; natrium 4,00 limbah rumah tangga, dan limbah pabrik. Pada
mg; vitamin B3 0,60 mg; vitamin B2 0,05 mg; vitamin umumnya tongkol jagung menjadi masalah bagi para
B1 10,00 mg; vitamin A 130,00 SI; dan vitamin C 5,00 petani karena sebagai limbah pertanian, dan selama ini
mg Direktorat Gizi (Budiman, 2008). hanya dibakar. Solusi untuk menanggulangi masalah
Di Indonesia pada kenyataannya masih mengimpor tersebut yaitu dengan cara menjadikan tongkol jagung
benih terung, karena produktivitas terung di dalam sebagai bahan dasar pembuatan kompos. Tongkol
negeri masih rendah dan kalah saing dengan negara lain, jagung mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan
masih mahal, daya kecambahnya kurang, masih ada untuk pertumbuhan tanaman, seperti nitrogen, fosfor
beberapa varietas yang kurang tahan panas, dan banyak dan kalium Ruskandi dan Setiawan (Ruskandi, 2005).
terserang hama. Hal ini terjadi karena pertumbuhan Pembuatan kompos selain menggunakan bahan
tanaman terung dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara dasar dari tongkol jagung, juga dapat menggunakan
lain yaitu unsur hara, suhu, cahaya, dan tanah. Usaha bahan dari limbah peternakan. Salah satunya yaitu
untuk meningkatkan kualitas pertumbuhan terung yang
161
Respon Pertumbuhan Tanaman Terung (Solanum melongena L.) terhadap Pemberian Kompos Berbahan Dasar Tongkol Jagung dan Kotoran
Kambing

kotoran kambing. Di masyarakat pada umumnya tumbuk, cangkul, ember, cetok, pisau bendo, penggaris,
kotoran kambing hanya berupa limbah peternakan dan gelas ukur, benang wol, gunting, kertas label, plastik,
belum dimanfaatkan secara maksimal. Padahal, di sarung tangan, termometer, higrometer, pH universal,
dalam limbah kotoran kambing mengandung unsur- kamera digital, dan alat tulis. Bahan yang digunakan
unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Kandungan adalah bibit tanaman terung varietas lokal, 10 Kg
hara dari kotoran kambing antara lain nitrogen (N), tongkol jagung, 15 Kg kotoran kambing (Gabesius dkk,
fosfor (P), dan kalium (K), Lingga (Hartatik dan 2012), EM-4, air, tanah, gula pasir.
Widowati, 2009). Kandungan N, P, dan K pada limbah
Rancangan Penelitian
tongkol jagung dan kotoran kambing tersebut apabila
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan kompos
Lengkap dengan 1 faktorial, yaitu pemberian kompos
maka akan mengurangi penggunaan pupuk buatan
tongkol jagung dan kotoran kambing dengan perlakuan
(anorganik).
sebagai berikut:
Berdasarkan kandungan unsur hara di dalam
P0= 2500 gr tanah (kontrol)
tongkol jagung dan kotoran kambing yang dapat
P1= 350 gr kompos + 2500 gr tanah
digunakan oleh tanaman, maka dilakukan penelitian
P2= 700 gr kompos + 2500 gr tanah
tentang respon pertumbuhan tanaman terung terhadap
P3= 1050 gr kompos + 2500 gr tanah
pemberian kompos berbahan dasar tongkol jagung dan
P4= 1400 gr kompos + 2500 gr tanah (Santi, 2006).
kotoran kambing. Hasil dari penelitian ini diharapkan
Semua perlakuan diulang 5 kali. Bibit tanaman
tanaman terung dapat merespon dengan baik terhadap
terung berasal dari benih terung varietas lokal yang
pemberian kompos, serta dapat mengetahui dosis
berumur 30 hari setelah semai.
kompos yang memberikan hasil terbaik. Proses dan
hasil penelitian ini akan diidentifikasi potensinya Pelaksanaan Penelitian
sebagai pengembangan materi pembelajaran biologi Kegiatan penelitian antara lain: pembuatan kompos,
SMA kelas XII tentang Pertumbuhan dan pembuatan rumah plastik, persiapan media, pembuatan
Perkembangan Tumbuhan. Pada Kurikulum 2013 materi dosis kompos, penanaman, pemeliharaan tanaman
pembelajaran biologi SMA kelas XII, berisi Kompetensi meliputi: penyulaman; pemasangan ajir, pengamatan
Dasar 4.2. Kompetensi tersebut dapat dicapai siswa parameter, pengukuran kondisi abiotik, telaah laporan
dengan melakukan pengamatan tentang respon hasil penelitian.
pertumbuhan tanaman terhadap faktor luar yang
mempengaruhinya. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Salah satu program yang dilakukan pada Teknik pengumpulan data pada penelitian ini ada 2
macam yaitu observasi dan dokumentasi. Analisis data
Kurikulum 2013 ini yaitu pengembangan dalam materi
pada penelitian ini ada 2 macam yaitu:
pembelajaran. Materi pembelajaran biologi yang selama
1. Analisis Kuantitatif
ini telah digunakan di sekolah kebanyakan hanya
Data dari penelitian tentang pertumbuhan
menerapkan praktikum atau penelitian tentang pengaruh
faktor yang berupa cahaya dan hormon auksin, namun tanaman terung (Solanum melongena L.) berupa
belum diterapkan penelitian tentang pengaruh faktor parameter yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah
daun, jumlah bunga, umur mulai berbunga, dan
luar yang berupa nutrisi terhadap pertumbuhan tanaman.
diameter bunga. Parameter tersebut dianalisis dengan
Berdasarkan persoalan tersebut, maka perlu
menggunakan Anava serta dilanjutkan dengan uji
pengembangan materi pembelajaran biologi SMA kelas
BNT taraf 5% untuk Anava yang berbeda nyata.
XII yang sesuai dengan Kurikulum 2013. Diharapkan
materi pembelajaran biologi berisi materi yang 2. Analisis Potensi Materi Pembelajaran
kekinian, artinya materi pembelajaran tersebut selalu Proses dan hasil penelitian ini dianalisis
berdasarkan kriteria materi pembelajaran, antara lain
berkembang dan sesuai dengan Kurikulum 2013.
relevansi, konsistensi, dan kecukupan.
Dengan demikian, perlu dilakukan analisis proses dan
hasil penelitian. Hasil penelitian tersebut diharapkan
berpotensi sebagai pengembangan materi pembelajaran Hasil dan Pembahasan
biologi SMA kelas XII pada K.D 4.2, serta dapat
Pertumbuhan Tanaman Terung (Solanum melongena
meningkatkan kontribusi kepada siswa untuk
L.)
mengembangkan life skills yang diperoleh di sekolah.
Menurut uji Laboratorium, kompos berbahan dasar
tongkol jagung dan kotoran kambing mengandung 0,3%
Metode Penelitian fosfor (P); 3,57% kalium (K); 3,03% nitrogen (N) total;
Waktu dan Tempat Penelitian 26,64% karbon (C); dan 13,02% kadar air. Hasil
Penelitian dilakukan di Selokaton, Sukorejo, pengamatan terhadap beberapa parameter pertumbuhan
Kendal, Jawa Tengah pada bulan AprilJuni 2014. Uji dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
kompos berbahan dasar tongkol jagung dan kotoran
kambing dilaksanakan di Balai Besar Teknik Kesehatan 1. Tinggi Tanaman Terung (Solanum melongena L.)
Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Yogyakarta.
Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan adalah polybag, tali rafia,
timbangan, timbangan analitik, bambu, karung goni, alat
162
Devinta Dwi Marviana
JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 1 Tahun 2014, ISSN: 2407-1269 | Halaman 161-166

P4 = 1400 gram kompos + 2500 gram tanah

Berdasarkan Gambar 2. dapat diketahui bahwa


perlakuan P3 mempunyai rata-rata jumlah daun paling
optimal. Peningkatan jumlah daun sejalan dengan
bertambahnya umur tanaman terung. Semakin
bertambahnya umur tanaman maka semakin meningkat
pula pertumbuhan tanamannya. Bertambahnya jumlah
daun yang paling optimal dan warna daun yang hijau
Gambar 1. Grafik Rata-rata Tinggi Tanaman Terung dari pada perlakuan P3 disebabkan oleh ketersediaan unsur
Minggu ke-1 sampai Minggu ke-7 hara yang terkandung di dalam kompos yaitu N, P, dan
Keterangan: K. Unsur tersebut dapat merangsang pembelahan sel dan
P0 = 2500 gram tanah (kontrol) menyebabkan semakin bertambahnya tinggi batang
P1 = 350 gram kompos + 2500 gram tanah
P2 = 700 gram kompos + 2500 gram tanah
tanaman, maka semakin banyak pula tangkai daun yang
P3 = 1050 gram kompos + 2500 gram tanah tumbuh. Mulyono (2014), menyatakan bahwa manfaat
P4 = 1400 gram kompos + 2500 gram tanah unsur nitrogen (N) yaitu meningkatkan pertumbuhan
tanaman, memproduksi klorofil, meningkatkan kadar
Berdasarkan Gambar 1. dapat diketahui bahwa
protein, dan mempercepat tumbuh daun.
perlakuan yang memberikan hasil tinggi tanaman paling
Klorofil dibutuhkan pada proses fotosintesis.
optimal yaitu perlakuan P3. Hal ini karena, pada
Umumnya klorofil disintesis pada daun dan berperan
perlakuan P3 menyediakan unsur hara yang sesuai untuk
untuk menangkap cahaya matahari yang jumlahnya
pertumbuhan tanaman, salah satunya yaitu N. Seperti
berbeda-beda tiap spesies. Sintesis klorofil dipengaruhi
yang dikemukakan oleh Lingga dan Marsono (2008),
oleh berbagai faktor seperti cahaya, air, suhu, unsur
bahwa peranan utama nitrogen (N) bagi tanaman adalah
nitrogen, magnesium, dan besi, Hendriyani dan Setiari
untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan,
(Ai dan Banyo, 2011).
khususnya batang dan daun.
Berdasarkan uji BNT 5% dapat diketahui bahwa
Proses penyerapan air dan unsur hara dari tanah ke
perlakuan P3 mempunyai rata-rata jumlah daun yang
dalam akar tanaman dilakukan dengan cara osmosis.
paling optimal, dan berbeda nyata dengan perlakuan P0
Unsur hara yang terkandung di dalam perlakuan P3
(kontrol), P1, P2, dan P4. Pada perlakuan P0, P1, P2, dan
dapat menembus dinding sel tanaman, karena
P4 tidak berbeda nyata pengaruhnya menurut BNT 5%,
ketersediaan unsur hara pada perlakuan tersebut sesuai
Hal ini karena pertumbuhan daun tanaman terung
dengan yang dibutuhkan oleh tanaman terung.
dominan ditentukan oleh karakter pertumbuhan daun
Berdasarkan uji BNT 5% dapat diketahui bahwa
tanaman tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh
perlakuan P3 mempunyai nilai rata-rata tinggi tanaman
Gardner, Pearce, dan Mitchell (Safei, 2014), bahwa
yang paling optimal dan berbeda nyata dengan perlakuan
pertumbuhan tanaman selain dipengaruhi oleh faktor
P0, P1, P2, dan P4. Perlakuan P0, P1, dan P4 tidak
luar, juga dapat dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan
berbeda nyata pengaruhnya menurut uji BNT taraf 5%,
dalam tanaman itu sendiri.
namun ketiga perlakuan tersebut berbeda nyata dengan
perlakuan P2 dan P3. 3. Jumlah Bunga Tanaman Terung (Solanum
Pada perlakuan P0 tidak diberi kompos berbahan melongena L.)
dasar tongkol jagung dan kotoran kambing, sehingga
media tanamnya kekurangan unsur hara dan dapat
menghambat pertumbuhan tanaman terung. Mulyono
(2014), menyatakan bahwa apabila kekurangan unsur
nitrogen dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman
lambat dan tanaman menjadi kerdil.
2. Jumlah Daun Tanaman Terung (Solanum melongena
L.)
Gambar 3. Diagram Batang Rata-rata Jumlah Bunga
Tanaman Terung (Solanum melongena L.)
pada Minggu ke-7
Keterangan:
P0 = 2500 gram tanah (kontrol)
P1 = 350 gram kompos + 2500 gram tanah
P2 = 700 gram kompos + 2500 gram tanah
P3 = 1050 gram kompos + 2500 gram tanah
P4 = 1400 gram kompos + 2500 gram tanah

Gambar 2. Diagram Batang Rata-rata Jumlah Daun Berdasarkan Gambar 3. dapat diketahui bahwa rata-
Tanaman Terung (Solanum melongena L.) rata jumlah bunga tanaman terung yang paling optimal
pada Minggu ke-7 yaitu pada perlakuan P3. Pemberian unsur hara yang
Keterangan: didapatkan dari kompos berbahan dasar tongkol jagung
P0 = 2500 gram tanah (kontrol) dan kotoran kambing tersebut berfungsi untuk
P1 = 350 gram kompos + 2500 gram tanah
P2 = 700 gram kompos + 2500 gram tanah merangsang meristem interkalar. Meristem interkalar
P3 = 1050 gram kompos + 2500 gram tanah merupakan jaringan yang terletak diantara jaringan
163
Respon Pertumbuhan Tanaman Terung (Solanum melongena L.) terhadap Pemberian Kompos Berbahan Dasar Tongkol Jagung dan Kotoran
Kambing

permanen yang berfungsi untuk menghasilkan bunga kambing dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara
(Alim, 2013). khususnya fosfor untuk mempercepat proses
Berdasarkan uji BNT 5% dapat diketahui bahwa pembungaan. Lingga dan Marsono (Safei, 2014),
pada perlakuan P3 mempunyai rata-rata jumlah bunga menyatakan bahwa unsur hara fosfor diperlukan oleh
yang paling optimal dan berbeda nyata dengan perlakuan tanaman karena berfungsi dalam proses asimilasi,
P0, P1, P2, dan P4. Perlakuan P3 mengandung unsur respirasi, dan berperan dalam mempercepat proses
hara yang cukup bagi pertumbuhan tanaman terung, pembungaan. Pada perlakuan P0, P1, dan P4 tidak
salah satunya yaitu fosfor (P). Fosfor yang terkandung berbeda nyata pengaruhnya menurut uji BNT 5%.
dalam kompos tersebut sebesar 0,3%. Unsur ini Menurut Lubis (Azhar, 2013), bahwa proses
berfungsi untuk mempercepat pembungaan pada pembungaan dan pembuahan pada tanaman juga
tanaman. Lingga dan Marsono (2008), menerangkan dipengaruhi oleh faktor luar antara lain yaitu temperatur,
bahwa fosfor (P) berfungsi membantu asimilasi dan suhu, panjang pendeknya hari, dan ketinggian tempat.
pernapasan serta mempercepat pembungaan, pemasakan Umur mulai berbunga dan mulai berbuah juga
biji dan buah. tergantung dari varietas tanamannya.
Pada perlakuan P0, P1, dan P4 menunjukkan hasil
5. Diameter Bunga Tanaman Terung (Solanum
uji BNT 5% yang tidak berbeda nyata pengaruhnya.
melongena L.)
Ketiga perlakuan tersebut mempunyai kandungan unsur
hara yang berbeda-beda karena dosis kompos yang
diberikan tiap perlakuan juga berbeda. Pemberian dosis
kompos yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan sel dan jaringan pada tubuh tanaman. Begitu
pula apabila pemberian dosis kompos yang terlalu
sedikit atau tidak diberi kompos, maka tanaman tidak
mampu menyerap unsur hara secara optimal sehingga
pertumbuhannya dapat terhambat.
Gambar 5. Diagram Batang Rata-rata Diameter Bunga
4. Umur mulai berbunga pada tanaman terung (Solanum Tanaman Terung (Solanum melongena L.)
melongena L.) pada Minggu ke-7
Keterangan:
P0 = 2500 gram tanah (kontrol)
P1 = 350 gram kompos + 2500 gram tanah
P2 = 700 gram kompos + 2500 gram tanah
P3 = 1050 gram kompos + 2500 gram tanah
P4 = 1400 gram kompos + 2500 gram tanah

Berdasarkan Gambar 5. dapat diketahui bahwa rata-


rata diameter bunga yang paling optimal yaitu pada
perlakuan P3. Hal ini karena pada perlakuan P3
Gambar 4. Grafik Rata-rata Umur Mulai Berbunga pada mengandung unsur hara yang cukup bagi pertumbuhan
Tanaman Terung (Solanum melongena L.) tanaman khususnya proses pembungaan.
selama 7 Minggu Proses pembungaan dapat dipengaruhi oleh unsur
Keterangan: fosfor dan kalium. Lingga dan Marsono (2002),
P0 = 2500 gram tanah (kontrol)
P1 = 350 gram kompos + 2500 gram tanah
menyatakan bahwa unsur hara fosfor berperan dalam
P2 = 700 gram kompos + 2500 gram tanah mempercepat proses pembungaan dan pemasakan buah.
P3 = 1050 gram kompos + 2500 gram tanah Penelitian Wuryaningsih dan Sutater (Handajaningsih
P4 = 1400 gram kompos + 2500 gram tanah dan Wibisono, 2009) juga mendapati hasil yaitu bahwa
Berdasarkan Gambar 4. dapat diketahui bahwa rata- peningkatan dosis K berpengaruh terhadap diameter
rata umur mulai berbunga yang paling cepat yaitu pada bunga.
perlakuan P3. Tanaman terung pada perlakuan P3 Kompos berbahan dasar tongkol jagung juga
mendapatkan unsur hara khususnya kalium (K) yang mengandung unsur karbon (C) yaitu sebesar 26,64%.
cukup bagi pertumbuhan tanaman terung, karena unsur Unsur karbon ini juga berpengaruh pada proses
kalium dapat berpengaruh terhadap proses pembungaan pembentukan bunga. Elisa (2014), menyatakan bahwa
pada tanaman. Seperti yang dikemukakan oleh Susetya konsentrasi karbon yang tinggi dapat berpengaruh
(2014), bahwa salah satu fungsi unsur kalium bagi terhadap ketersediaan energi dan akumulasi makanan
tanaman yaitu untuk mencegah bunga dan buah agar untuk proses pembentukan bunga.
tidak mudah rontok. Berdasarkan uji BNT 5% tampak bahwa perlakuan
Berdasarkan uji BNT 5% dapat diketahui bahwa P3 yang mempunyai diameter bunga paling optimal dan
pengaruh pemberian kompos berbeda nyata terhadap berbeda nyata dengan perlakuan P0 (kontrol), P1, P2,
umur mulai berbunga tanaman terung. Pada perlakuan dan P4. Pada perlakuan P0 (kontrol), P1, dan P4 tidak
P3 mempunyai rata-rata umur mulai berbunga yang berbeda nyata pengaruhnya menurut uji BNT 5%.
paling cepat dan berbeda nyata dengan perlakuan P0. Apabila ketersediaan unsur hara di dalam perlakuan
Pada perlakuan P0, unsur hara fosfor yang ada di dalam kurang tercukupi maka dapat menghambat proses
tanah kurang mencukupi, sehingga dengan pemberian pembungaan tanaman. Begitu pula jika ketersediaan
kompos berbahan dasar tongkol jagung dan kotoran unsur hara yang ada di dalam perlakuan tersebut terlalu
164
Devinta Dwi Marviana
JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 1 Tahun 2014, ISSN: 2407-1269 | Halaman 161-166

tinggi, maka dapat merusak sel-sel yang ada di dalam Analisis Potensi Proses dan Hasil Penelitian sebagai
tubuh tanaman itu sendiri sehingga menyebabkan proses Materi Pembelajaran Biologi SMA Kelas XII Versi
pembungaan tanaman terhambat atau berhenti. Kurikulum 2013
Kondisi Abiotik 1. Analisis Proses dan Produk Penelitian
a. Proses penelitian
1. Derajat Keasaman (pH)
Karakter yang dapat diperoleh siswa dari proses
Berdasarkan hasil pengukuran pH media tanam
penelitian ini berdasarkan tahap-tahap metode
tanaman terung sebelum dan sesudah perlakuan dapat
ilmiah pada Tabel 1. yaitu sebagai berikut.
diketahui bahwa terdapat perbedaan antara pH
sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan. pH Tabel 1. Proses Penelitian Sebagai Materi Pembelajaran
sebelum perlakuan yaitu 6 sedangkan pH sesudah Biologi SMA Kelas XII Versi Kurikulum 2013
perlakuan yaitu 7. Pada perlakuan P1, P2, P3, dan P4 K.D 4.2 Metode Ilmiah Karakter yang diperoleh siswa
yang telah diberi kompos berbahan dasar tongkol Melaksana Perumusan Rasa ingin tahu dalam
jagung dan kotoran kambing, sehingga derajat kan masalah menemukan suatu permasalahan
keasaman (pH) juga ikut berubah. Dari hasil tersebut penelitian di kehidupan sehari-hari,
pengaruh obyektif, terbuka
dapat disimpulkan bahwa kompos berbahan dasar faktor luar Perumusan Tekun dan teliti dalam
tongkol jagung dan kotoran kambing dapat terhadap tujuan merumuskan tujuan penelitian
mempengaruhi sifat kimia tanah, karena dapat pertumbuh penelitian
mengubah pH tanah. Atmojo (2003), menyatakan an tanaman Perumusan Berfikir logis, tanggung jawab,
dan hipotesis teliti
bahwa kompos dapat berpengaruh terhadap kesuburan mempresen Penyusunan Teliti, disiplin, tekun dalam
kimia tanah antara lain yaitu terhadap kapasitas tasikan prosedur menyusun sebuah prosedur
pertukaran kation, kapasitas pertukaran anion, pH hasilnya penelitian penelitian
tanah, daya sangga tanah, dan keharaan tanah. sebagai Pelaksanaan Bertanggung jawab, teliti,
laporan penelitian kerjasama antar kelompok, jujur,
Perlakuan P0 (kontrol) berbeda dengan perlakuan
kreatif, mandiri dalam
yang lain yaitu tidak mengalami perubahan pH pada pelaksanan penelitian
media tanam terung. Media tanam pada perlakuan P0 Analisis data Berfikir logis, jujur, terampil
tidak diberi kompos tongkol jagung dan kotoran dalam mengolah data
kambing, sehingga pHnya tidak mengalami Pembahasan Teliti, jujur, berfikir logis,
hasil tanggung jawab dalam
perubahan. penelitian menyelesaikan suatu
Menurut Budiman (2008), tanah yang memiliki permasalahan
pH antara 6,8-7,3 adalah kondisi kimia tanah yang Penarikan Jujur, terbuka dalam
cocok untuk tanaman terung. Pada penelitian ini kesimpulan menyimpulkan hasil penelitian
menunjukkan adanya pH media tanam yang baik b. Hasil penelitian
untuk pertumbuhan tanaman terung, karena pH media Hasil penelitian ini dapat berupa fakta, konsep,
tanamnya sudah sesuai untuk pertumbuhan tanaman dan prinsip yang dapat dilihat pada Tabel 2. berikut
terung yaitu 7. ini.
2. Suhu Udara Lingkungan Pemeliharaan Tabel 2. Hasil Penelitian Sebagai Materi Pembelajaran
Berdasarkan hasil pengamatan suhu udara selama 7 Biologi SMA Kelas XII Versi Kurikulum 2013
minggu dapat dilihat bahwa suhu udara lingkungan
Fakta Konsep Prinsip
pemeliharaan pada penelitian ini yaitu antara 23,290C Berdasarkan uji Metode yang Adanya unsur
hingga 31,430C. Menurut Budiman (2008), bahwa Laboratorium BTKLP digunakan dalam hara di dalam
suhu udara 20-320C merupakan suhu yang cocok Yogyakarta (2014), penelitian Respon kompos yang
untuk tanaman terung. Jadi, suhu udara pada kompos berbahan Pertumbuhan dapat
dasar tongkol jagung Tanaman Terung mempengaruhi
lingkungan pemeliharaan tersebut masih berada dalam dan kotoran kambing (Solanum pertumbuhan
kisaran suhu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan mengandung 0,3% melongena L.) tanaman,
produksi tanaman terung. fosfor (P); 3,57% terhadap Pemberian antara lain
kalium (K); 3,03% Kompos Berbahan yaitu nitrogen
3. Kelembaban Udara Lingkungan Pemeliharaan nitrogen (N) total; Dasar Tongkol (N), fosfor (P),
Berdasarkan hasil pengamatan kelembaban udara 26,64% karbon (C); Jagung dan Kotoran dan kalium
berkisar antara 81%-89,71%. Budiman (2008), dan 13,02% kadar air. Kambing ini adalah (K).
metode eksperimen.
menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman terung Hasil pemberian dosis Rancangan
dapat berjalan dengan baik pada kelembaban udara kompos berbahan penelitian yang
sekisar 80-90%. Kelembaban dan suhu udara dapat dasar tongkol jagung digunakan dalam
mempengaruhi laju transpirasi. dan kotoran kambing penelitian ini adalah
mempengaruhi Rancangan Acak
Dengan adanya perubahan kelembaban dan suhu parameter Lengkap (RAL)
udara tersebut, maka dapat diatasi dengan melakukan pertumbuhan tanaman dengan 1 faktorial.
terung yaitu tinggi
penyiraman pada tanaman. Proses penyiraman tersebut tanaman, jumlah
dilakukan sebanyak 2 kali sehari pada pagi dan sore hari. daun, jumlah bunga,
Untuk menanggulangi kondisi lingkungan yang panas, umur mulai berbunga,
maka tanah di sekitar polybag dapat disiram dengan air. dan diameter bunga.
Pemberian dosis Analisis data yang
kompos yang digunakan pada
memberikan hasil penelitian ini yaitu

165
Respon Pertumbuhan Tanaman Terung (Solanum melongena L.) terhadap Pemberian Kompos Berbahan Dasar Tongkol Jagung dan Kotoran
Kambing

terbaik untuk analisis varian dan Susilo, M.Pd., dan semua pihak yang telah membantu
pertumbuhan tanaman dilanjutkan dengan hingga terlaksananya penelitian ini.
terung yaitu pada uji BNT taraf 5%.
perlakuan P3 (1050
gram kompos dan Daftar Pustaka
2500 gram tanah).
Ai, Nio Song dan Yunia Banyo. 2011. Konsentrasi Klorofil Daun
2. Analisis Konten pada Hasil Penelitian sebagai Indikator Kekurangan Air pada Tanaman. Junal Ilmiah
a. Relevansi Sains. Vol. 11, No. 2. Manado: Program Studi Biologi FMIPA
Dari hasil analisis konten potensi penelitian Universitas SamRatulangi.
Alim, Tanri. 2013. Jaringan Meristem. www.biologi-
sebagai materi pembelajaran biologi SMA kelas XII sel.com/2013/04/jaringan.meristem.html. Diakses tanggal 16
berdasarkan prinsip relevansi, dapat diketahui Juni 2014.
bahwa hasil dari penelitian ini berpotensi sebagai Atmojo, Suntoro Wongso. 2003. Peranan Bahan Organik terhadap
materi pembelajaran biologi SMA kelas XII. Hasil Kesuburan Tanah dan Upaya Pengolahannya. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
penelitian tersebut relevan dengan komponen yang Azhar, Mantali Adrian, Ikbal Bahua, dan Fitriah S. Jamin. 2013.
ada di Kompetensi Dasar (K.D 4.2). Pengaruh Pemberian Pupuk NPK Pelangi terhadap
b. Konsistensi Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Terung (Solanum
Dari hasil analisis konten potensi penelitian melongena L.). Bone Bolango.
Budiman, Eriyandi. 2008. Budidaya Terung. Bandung: CV. Wahana
sebagai materi pembelajaran biologi SMA kelas XII Iptek.
berdasarkan prinsip konsistensi, dapat diketahui Elisa. 2014. Pembungaan. www.elisa1.ugm.ac.id/files/2014.
bahwa hasil dari penelitian ini berpotensi sebagai yeni_wn.../IIkualitas%20dan%20prod-bunga3.doc. Diakses 16
materi pembelajaran biologi SMA kelas XII. Hasil juni 2014.
Gabesius, Yoppi Operasisco, dkk. 2012. Respon Pertumbuhan dan
penelitian ini sesuai dengan tuntutan K.D 4.2 yang Produksi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max (L.) Merrill)
harus dikuasai oleh siswa. terhadap Pemberian Pupuk Bokashi. Jurnal Online
c. Kecukupan Agroekoteknologi. Vol.1, No. 1. Medan: Program Studi
Dari hasil analisis konten potensi penelitian Agroekoteknologi Fakultas Pertanian USU.
Handajaningsih, Merakati, dan Toni Wibisono. 2009. Pertumbuhan
sebagai materi pembelajaran biologi SMA kelas XII dan Pembungaan Krisan dengan Pemberian Abu Janjang Kelapa
berdasarkan prinsip kecukupan, dapat diketahui Sawit sebagai Sumber Kalium. Jurnal Akta Agrosia ISSN 1410-
bahwa hasil dari penelitian ini berpotensi sebagai 3354. Vol. 12, No. 1. Bengkulu: Jurusan Budidaya Pertanian
materi pembelajaran biologi SMA kelas XII. Hasil Universitas Bengkulu.
Hartatik, Wiwik dan L. R Widowati. 2009. Pupuk Kandang.
penelitian tersebut memenuhi prinsip kecukupan http://balittanah.litbang.deptan.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/0
dengan Kompetensi Dasar 4.2. 4pupuk%20kandang.pdf. Diakses tanggal 02 Oktober 2013.
Laboratorium BTKLP. 2014. Kandungan Kompos Berbahan Dasar
Tongkol Jagung dan Kotoran Kambing. Yogyakarta:
Simpulan Laboratorium BTKLP.
Lingga, P. dan Marsono. 2002. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta:
Tanaman terung memberikan respon yang baik Penebar Swadaya.
terhadap pemberian kompos. Dosis kompos yang ____________________. 2008. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta:
memberikan hasil terbaik yaitu pada perlakuan P3 (1050 Penebar Swadaya.
gram kompos dan 2500 gram tanah). Proses dan hasil Mulyono. 2014. Membuat MOL dan Kompos dari Sampah Rumah
Tangga. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka.
penelitian ini berpotensi sebagai materi pembelajaran Ruskandi. 2005. Teknik Pemupukan Buatan dan Kompos pada
biologi SMA kelas XII versi Kurikulum 2013. Hal ini Tanaman Sela Jagung di antara Kelapa. Buletin Teknik
karena proses dan hasil penelitian memenuhi kriteria Pertanian. Vol.10, No 2. Sukabumi: Teknisi Litkayasa
materi pembelajaran. Pelaksana Lanjutan.
Safei, Muhammad, Abdul Rahmi, dan Noor Jannah. 2014. Pengaruh
Jenis dan Dosis Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Saran Tanaman Terung (Solanum melongena L.) varietas Mustang F-1.
Jurnal AGRIFOR ISSN: 1412-6885. Vol.13, No. 1. Samarinda:
Perlu adanya penyampaian informasi kepada Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas 17 Agustus 1945.
Santi, Triana Kartika. 2006. Pengaruh Pemberian Pupuk Kompos
masyarakat tentang pemanfaatan kompos berbahan dasar terhadap Pertumbuhan Tanaman Tomat (Lycopersicum
tongkol jagung dan kotoran kambing untuk pertumbuhan esculentum L.). Jurnal Ilmiah PROGRESSIF. Vol. 3, No. 9.
tanaman terung. Dilakukan penelitian yang lebih lanjut Banyuwangi: Universitas Agustus 1945.
mengenai kompos berbahan dasar tongkol jagung dan Suriadikarta, Didi Ardi dan Diah Setyorini. 2012. Baku Mutu Pupuk
Organik. http://syekhfanismd.lecture.ub.ac.id/
kotoran kambing dengan menggunakan tanaman lain, files/2012/11/Baku-Mutu-Pupuk-Organik1.pdf. Diakses tanggal
sehingga dapat mengetahui respon pertumbuhan 02 Oktober 2013.
tanaman terhadap pemberian kompos tersebut. Hasil Susetya, Darma. 2014. Panduan Lengkap Membuat Pupuk Organik.
penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
informasi bagi guru dan siswa, yaitu untuk melengkapi
materi pembelajaran biologi SMA kelas XII pada K.D
4.2 versi Kurikulum 2013.

Ucapan Terimakasih
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dra.
Listiatie Budi Utami, M.Sc., Bapak H. Muhammad Joko

166
Devinta Dwi Marviana

Anda mungkin juga menyukai