Anda di halaman 1dari 25

RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN TOMAT

(Lycopersicum esculentum Mill) DENGAN PERLAKUAN


KOMPOS BERBAHAN DASAR LIMBAH SABUT
KELAPA DAN KOTORAN KELINCI SEBAGAI
SUMBER BELAJAR BIOLOGI

Proposal Skripsi

Oleh

Lailatul Badriyah

1400008002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA

2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki


keanekaragaman hayati yang cukup besar, hal ini disebabkan karena letak
geografis Indonesia yang berada di daerah tropis. Menurut Suryawati (2007)
40 ribu jenis flora yang tumbuh di dunia, 30 ribu diantaranya tumbuh di
Indonesia. Indonesia merupakan negara yang kaya produksi bidang
pertanian, sebagian besar produksi tanaman tomat.

Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan salah satu jenis


tanaman yang dikenal masyarakat, yang mengandung zat-zat yang berguna
bagi tubuh manusia diantaranya vitamin C, vitamin A dan mineral. Di
Indonesia sebagian besar produksi tanaman tomat masih diserap oleh pasar
lokal. Tomat juga mempunyai peluang ekspor yang cukup bagus, selama ini
ekspor tomat Indonesia masih terbatas pada negara tetangga dekat, seperti
Malaysia, Singapura. Permintaan tomat meningkat sebesar 20% per tahun,
peningkatan permintaan tersebut disebabkan oleh pertumbuhan penduduk
sebesar 1,8% per tahun dan peningkatan konsumsi per kapita meningkat
sebesar 17,3%, sementara produksi tomat hanya meningkat sebesar 12,5%.
Dengan demikian produksi tomat dalam negeri perlu terus dipacu agar dapat
memenuhi kebutuhan tomat di dalam maupun luar negeri. Salah satu usaha
untuk meningkatkan produksi tomat dengan cara pemupukan, baik
penggunaan pupuk anorganik maupun organik.

Pupuk organik dapat berupa kompos (kandang), pupuk hijau baik


yang berbentuk cair maupun padat. Pada kenyataanya petani masih
menggunakan pupuk anorganik karena lebih mudah dan praktis, namun
penggunaan pupuk anorganik dapat mengakibatkan kerugian bagi para
petani. Menurut Yang (Suriadikarta dan Setyorini, 2012), pupuk organik
dapat dibuat dari berbagai jenis bahan, antara lain sisa panen (jerami,
brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), serbuk gergaji,
kotoran hewan, limbah media jamur, limbah pasar, limbah rumah tangga,
dan limbah pabrik. Pada umumnya sabut kelapa menjadi masalah bagi para
petani karena sebagai limbah pertanian, dan selama ini hanya dibakar.
Solusi untuk menanggulangi masalah tersebut yaitu dengan cara
menjadikan sabut kelapa sebagai bahan dasar pembuatan kompos. Menurut
Siregar (2008) serabut kelapa mampu mengikat dan menyimpan air dengan
kuat, dan mengandung unsur hara esensial, seperti kalsium (Ca),
magnesium (Mg), kalium (K), natrium (N), fosfor (P) yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan tanaman dan karbon (C) yang dapat dijadikan bahan
karbon aktif. Komposisi kimia sabut kelapa tua yaitu lignin (45,8%),
selulosa (43,4%), hemiselulosa (10,25%), pektin (3,0%) (Rahmanda, 2014
dalam Astuti dan Nengah, 2013).

Pembuatan kompos selain menggunakan bahan dasar dari sabut


kelapa, juga dapat menggunakan bahan dari limbah peternakan. Salah
satunya yaitu kotoran kelinci. Di masyarakat pada umumnya kotoran kelinci
hanya limbah peternakan yang belum dimanfaatkan secara maksimal.
Padahal, di dalam limbah kotoran kelinci mengandung sejumlah unsur hara
seperti N 2,28%, P 2,48%, K 1,88%, Ca 2,08%, Mg 0,49%, S 0,38%
(Sajimin, 2005). Kandungan N, P, dan K pada limbah sabut kelapa dan
kotoran kelinci tersebut apabila dimanfaatkan sebagai bahan dasar
pembuatan kompos maka akan mengurangi penggunaan pupuk buatan.

Berdasarkan kandungan unsur hara di dalam sabut kelapa dan


kotoran kelinci yang dapat digunakan oleh tanaman, maka dilakukan
penelitian tentang respon pertumbuhan tanaman tomat dengan perlakuan
kompos berbahan dasar limbah sabut kelapa dan kotoran kelinci. Hasil dari
penelitian ini diharapkan tanaman tomat dapat merespon dengan baik
terhadap pemberian kompos, serta dapat mengetahui dosis kompos yang
memberikan hasil terbaik, serta dapat digunakan sebagai sumber belajar
biologi.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah yang terdapat dalam
penelitian ini adalah :
1. Limbah sabut kelapa dan kotoran kelinci oleh masyarakat kurang
dimanfaatkan dan hanya di buang begitu saja.
2. Masih kurangnya informasi mengenai nutrisi yang terkandung
dalam limbah sabut kelapa dan kotoran kelinci untuk peserta didik.
3. Masih Kurangnya pemanfaatan pupuk organik sebagai nutrisi
tanaman tomat.
4. Belum diketahui pupuk organik yang paling baik untuk
pertumbuhan tanaman tomat.
5. Belum adanya materi mengenai penggunaan limbah sabut kelapa
dan kotoran kelinci sebagai pupuk cair di sekolahan.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang, agar permasalahan yang diteliti tidak meluas
maka dibuat pembatasan masalah sebagai berikut :
1. Serabut (sabut) kelapa merupakan limbah yang mengandung
selulosa, kotoran kelinci mengandung nitrogen.
2. Hasil penelitian tentang respon tanaman tomat dengan perlakuan
kompos berbahan dasar limbah sabut kelapa dan kotoran kelinci
diharapkan dapat digunakan sebagai sumber belajar biologi.
3. Sumber belajar biologi dapat berasal dari hasil penelitian
pertumbuhan tanaman tomat akibat aplikasi pupuk limbah sabut
kelapa dan kotoran kelinci.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, dengan demikian
dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana respon pertumbuhan tanaman tomat (Lycopersicum
esculentum) akibat aplikasi dari pupuk limbah sabut kelapa dan
kotoran kelinci ?
2. Berapakah dosis terbaik dari aplikasi pupuk limbah sabut kelapa dan
kotoran kelinci yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil
tanaman tomat (Lycopersicum esculentum) secara optimum ?
3. Apakah hasil penelitian Respon Pertumbuhan Tanaman Tomat
(Lycopersicum esculentum) dengan Perlakuan Kompos Berbahan
Dasar Limbah Sabut Kelapa dan Kotoran Kelinci berpotensi sebagai
Alternatif Sumber Belajar Biologi?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui respon pertumbuhan tanaman tomat
(Lycopersicum esculentum) akibat aplikasi dari pupuk limbah sabut
kelapa dan kotoran kelinci.
2. Untuk mengetahui dosis terbaik dari aplikasi pupuk limbah sabut
kelapa dan kotoran kelinci yang dapat meningkatkan pertumbuhan
dan hasil tanaman tomat (Lycopersicum esculentum) secara
optimum.
3. Untuk mengetahui potensi hasil penelitian Respon Tanaman Tomat
(Lycopersicum esculentum) dengan Perlakuan Kompos Berbahan
Dasar Limbah Sabut Kelapa dan Kotoran Kelinci sebagai Alternatif
Sumber Belajar Biologi.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sabagai berikut :
1. Memberikan informasi mengenai potensi limbah sabut kelapa dan
kotoran kelinci sebagai salah satu pupuk organik cair dan sebagai
informasi bagi penelitian selanjutnya dalam mencari sumber-sumber
pupuk organik cair potensial lainnya.
2. Bagi guru biologi penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan dan referensi serta sebagai materi pembelajaran biologi.
3. Bagi siswa penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan
dan referensi untuk menambah kedalaman dan keluasan materi
pelajaran, mengembangkan pengetahuan, sikap atau nilai, dan
keterampilan dalam belajar.
G. Definisi Operasional
1. Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan pertambahan atau perkembangan
elemen-elemen antara lain tinggi tanaman, diameter batang sampai
dengan waktu tertentu (Murtinah dkk., 2015)
2. Pupuk Kompos
Pupuk organik dapat berupa kompos, pupuk kandang dan
pupuk hijau baik yang berbentuk cair maupun padat . Kompos
adalah pupuk yang dibuat dari sisa-sisa tanaman atau sisa hasil
panen yang dibusukkan pada suatu tempat, terlindungi dari matahari
dan hujan, serta diatur kelembabannya dengan menyiram air apabila
terlalu kering (Hardjowigeno, 1989). Pada kenyataanya petani
masih menggunakan pupuk anorganik karena lebih mudah dan
praktis, namun penggunaan pupuk anorganik dapat mengakibatkan
kerugian bagi para petani. Menurut Yang (Suriadikarta dan
Setyorini, 2012), pupuk organik dapat dibuat dari berbagai jenis
bahan, antara lain sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung,
bagas tebu, dan sabut kelapa), serbuk gergaji, kotoran hewan, limbah
media jamur, limbah pasar, limbah rumah tangga, dan limbah
pabrik.
Pupuk kandang adalah salah satu pupuk organik berupa
kotoran padat dan cair dari kotoran hewan yang dapat memperbaiki
struktur tanah, menambah bahan organik tanah dan sebagai sumber
unsure hara nitrogen dan pospor yang amat penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan (Farizaldi, 2014)
3. Kelapa
Kelapa merupakan tanaman perkebunan yang potensial
untuk dikembangkan bagi masyarakat Indonesia. Kelapa
mempunyai peran dalam kehidupan baik secara ekonomi, sosial dan
budaya. Menurut Haryanto dan Suheryanto (2004) komposisi buah
kelapa yaitu sabut kelapa 35%, tempurung 12%, daging buah 28%
dan air buah 25%. Satu buah kelapa dapat diperoleh rata-rata 0,4 kg
sabut yang mengandung 30% serat. Sabut kelapa terdiri dari serat
dan gabus. Serat yang diekstrasi akan diperoleh 40% serat berbulu
dan 60% serat matras (Anggoro, 2009). Serabut (sabut) kelapa
memiliki karakteristik yang mampu mengikat dan menyimpan air
dengan kuat, sesuai untuk daerah panas, dan mengandung unsur-
unsur hara esensial, seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), kalium
(K), natrium (N), dan fosfor (P). Komposisi kimia sabut kelapa tua
yaitu lignin (45,8%), selulosa (43,4%), hemiselulosa (10,25%),
pektin (3,0%) (Rahmanda, 2014 dalam Astuti dan Nengah, 2013).
4. Kelinci
Kelinci merupakan hewan yang memiliki kebiasaan tidak
pernah minum air dan hanya mengkonsumsi tanaman hijau sehingga
mengakibatkan tingginya kadar nitrogen dalam urin kelinci. Urin
kelinci dapat dijadikan sebagai pupuk cair organik yang sangat
bermanfaat untuk tanaman. Tinja kelinci dapat menjadi bahan baku
untuk biodigester yang digunakan untuk menghasilkan gas dan
efluen untuk meningkatkan hasil panen (Samkol dan Lukefarh,
2008). Selain dapat memperbaiki struktur tanah, pupuk organik cair
urin kelinci juga bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman, herbisida
pra-tumbuh dan dapat mengendalikan hama penyakit, mengusir
hama tikus, walang sangit, dan serangga kecil pengganggu lainnya
(Saefudin, 2009).
5. Sumber Belajar
Sumber belajar adalah berbagai informasi data-data ilmu
pengetahuan, gagasan manusia, baik dalam bentuk bahan cetak
maupun non cetak (Warso, 2013). Hasil dari penelitian ini dianalisis
potensinya dan diharapkan dapat digunakan sebagi sumber belajar
biologi.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Penelitian yang Relevan


Berikut ini, akan disajikan beberapa penelitian yang relevan dengan
penelitian yang dilaksanakan :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Eka Melia Tauryska (2014 :Vol.1)
dengan judul Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Hasil Fermentasi
Kotoran Kelinci Terhadap Pertumbuhan Sambiloto (Andrographis
paniculata Nees.) Sebagai Sumber Belajar Biologi SMA Kelas XII.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian
pupuk cair hasil fermentasi kotoran padat kelinci terhadap sambiloto
dan untuk mengetahui konsentrasi pupuk cair yang efektif untuk
meningkatkan pertumbuhan sambiloto yang optimal. Pemberian
pupuk cair hasil fermentasi kotoran padat kelinci dilakukan
sebanyak 5 perlakuan dengan dosis yang berbeda-beda 10%, 15%,
20%, 25%, 30%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pertumbuhan sambiloto (Andrographis paniculata Nees.) dengan
pemberian pupuk cair hasil fermentasi kotoran padat kelinci pada
berbagai konsentrasi menunjukkan pertumbuhan tanaman yang
berbeda. Konsentrasi pupuk cair hasil fermentasi kotoran padat
kelinci yang optimal yaitu 30% (60 ml pupuk cair + 140 ml aquades)
karena dapat meningkatkan parameter pertumbuhan tinggi, jumlah
daun, panjang daun, dan panjang akar.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Enny Mutryarny, Endriani & Sri
Utami L. (2014 :Vol.11) dengan judul Pemanfaatan Urine Kelinci
untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi
(Brasicca juncea L) Varietas Tosakan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh pupuk organik cair urin kelinci terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman Sawi (Brasicca juncea L).
Pemberian pupuk cair dilakukan dengan 5 perlakuan yaitu 0%, 25%,
50%, 75%, 100%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pupuk
organik cair urin kelinci memberikan pengaruh bagi pertumbuhan,
tinggi tanaman, jumlah daun, lebar daun, bobot segar, dan bobot
konsumsi tanaman sawi. Perlakuan terbaik yaitu pada konsentrasi
100%/L pupuk organik cair urin kelinci.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Rulistrisa Rahmanda (2014 :Vol.1)
dengan judul Pertumbuhan Jamur Merang (Volvariella volvacea)
Menggunakan Media Tanam Sabut Kelapa Sebagai Sumber Belajar
Biologi Kelas X pada Materi Pembelajaran Jamur. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui media serabut kelapa dapat digunakan
sebagai media pertumbuhan jamur merang (Volvariella volvacea),
dan untuk mengetahui perbandingan dosis serabut kelapa yang baik
dan tepat untuk pertumbuhan jamur merang (Volvariella volvacea)
selain itu juga untuk mengetahui proses dan hasil penelitian
berpotensi sebagai sumber belajar biologi SMA kelas X pada materi
Jamur. Penelitian ini dilakukan denngan 6 perlakuan yaitu 500gr
jerami, 150gr serabut kelapa ; 500gr jerami, 250gr serabut kelapa ;
500gr jerami, 350gr serabut kelapa ; 500gr jerami, 450gr serabut
kelapa ; 500gr jerami, 500gr serabut kelapa ; 500gr jerami. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa serabut kelapa dapat dijadikan
sebagai media pertumbuhan jamur merang (Volvariella volvacea).
Dosis serabut kelapa yang baik dan tepat yaitu 350gr serabut kelapa
; 500gr jerami. Hasil penelitian berpotensi sebagai sumber belajar
biologi.
B. Kajian Teori
1. Kajian keilmuwan
a. Klasifikasi Tomat
Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) berasal dari daerah
tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia
pertama kali berasal dari Amerika Latin yang dibawa oleh orang
Spanyol dan Portugis pada abad ke-16. Saat ini, budidaya tomat
modern dan tomat hibrida dapat tumbuh dengan baik pada iklim
yang berbeda dari daerah asalnya (Villareal & Moomaw, 1979).
Klasifikasi tanaman tomat (Redaksi Agromedia, 2007)
adalah sebagai berikut :

Divisio : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Tubiflorae

Famili : Solanaceae

Genus : Solanum

Species : Lycopersicum esculentum Miil

Tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Miil) termasuk


dalam famili solanaceae. Tanaman tomat dapat ditanam di dataran
rendah maupun tinggi. Syarat tumbuh yang dikehendaki yaitu tanah
gembur, porus, tanah liat sedikit mengandung pasir. Ph antara 5-6
dan curah hujan 750-1250 mm/tahun (Prabowo, 2007).

Batang tomat berwarna hijau dan berbentuk persegi empat


sampai bulat. Pada permukaan batangnya banyak ditumbuhi rambut
halus terutama dibagian berwarna hijau. Diantara rambut-rambut
tersebut terdapat rambut kelenjar. Daunnya mudah dikenali karena
mempunyai bentuk yang khas, yaitu berbentuk oval, bergerigi,
mempunyai celah yang mirip dan berwarna hijau. Buah tomat yang
masih muda biasanya terasa getir dan berbau tidak enak karena
mengandung lycopersicin yang berupa lendir dan dikeluarkan 2-9
kantong lendir. Ketika buahnya semakin matang, lycopersicin
lambat laun hilang sendiri sehingga baunya hilang dan rasanya
menjadi enak, asam-asam manis (Trisnawaty dan Setiawan, 1993).
b. Klasifikasi Kelapa
Klasifikasi tumbuhan kelapa (Suhardiman, 1999) adalah
sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Palmales (Arecales)


Famili : Palmae (Arecaceae)
Genus : Cocos
Species : Cocos nucifera L.
Kelapa adalah satu jenis tumbuhan dari suku Arecaceae.
Semua bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan, mulai dari bunga,
batang, pelepah, dauh, buah, bahkan akarnya pun dapat
dimanfaatkan (Mahmud dan Ferry, 2005).Batang pohon kelapa
merupakan batang tunggal, tetapi terkadang dapat bercabang.
Daunnya tersusun saling membalut satu sama lain, merupakan
selubung dan memudahkan susunan lembaga serta akar menembus
sabut waktu tumbuh. Pohon kelapa mulai berbunga kira-kira setelah
3-4 tahun (Steenis et al.,2005).
Buah merupakan bagian utama dari tanaman kelapa yang
dimanfaatkan sebagai bahan industri. Beberapa komponen dari buah
kelapa adalah sabut, tempurung, daging buah, dan air kelapa.
Komponen buah kelapa tersebut memiliki manfaat yang penting dan
bernilai. Sabut kelapa mengandung unsur kalium (K) yang
merupakan salah satu unsur yang diperlukan bagi tanaman. Unsur
kalium pada sabut kelapa apabila direndalam dalam air, maka
menghasilkan air rendaman yang mengandung unsur kalium yang
baik jika digunakan sebagai pupuk untuk tanaman guna mendukung
pertumbuhan dan perkembangan (Sundari, 2013)
c. Pupuk Kompos
Pupuk organik dapat berupa kompos,pupuk kandang, dan
pupuk hijau baik yang berbentuk cair maupun padat (Marviana &
Listiatie B.Utami, 2014). Menurut Yang (Suriadikarta dan Setyorini,
2012), pupuk organik dapat dibuat dari berbagai jenis bahan, antara
lain sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan
sabut kelapa), serbuk gergaji, kotoran hewan, limbah media jamur,
limbah pasar, limbah rumah tangga, dan limbah pabrik.
Pupuk kompos adalah pupuk yang dibuat dari sisa-sisa
tanaman atau sisa hasil panen yang dibusukkan pada suatu tempat,
terlindungi dari matahari dan hujan, serta diatur kelembabannya
dengan menyiram air apabila terlalu kering (Hardjowigeno, 1989)
d. Pengaruh Pemberian Pupuk Kompos terhadap Pertumbuhan
Tanaman

Pemupukan merupakan salah satu faktor penting dalam


pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kekurangan pupuk pada
tanaman dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman kurang baik
pada fase vegetatif maupun generatif sehingga dapat menyebabkan
turunnya produksi atau hasil akhir tanaman. Waktu pemupukan
yang tidak tepat pada tanaman dapat menyebabkan tanaman
mengalami defisiensi atau kelebihan, sehingga pertumbuhan dan
hasil tidak maksimal. Pupuk organik mempunyai komposisi
kandungan unsur hara yang lengkap, tetapi jumlah unsur hara yang
tersedia rendah.

Penggunaan pupuk kandang atau kompos selama ini diyakini


dapat mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh pupuk anorganik.
Akan tetapi pupuk kandang yang berbentuk padat juga memiliki
kekurangan, antara lain adalah respon tanaman yang lebih lambat
karena unsur hara yang tidak bisa langsung diserap oleh tanaman.
Pupuk kelinci terdiri dari fases dan urin yang dipadukan sehingga
akan menjadi pupuk organik. Kotoran kelinci mengandung sejumlah
unsur hara seperti N 2,28%, P 2,48%, K 1,88%, Ca 2,08%, Mg
0,49%, S 0,38% (Tauryska, 2014 dalam Sajimin, 2005).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Enny


Mutryarny, Endriani & Sri Utami L. (2014 :Vol.11) menyatakan
bahwa pupuk organik cair urine kelinci dapat meningkatkan
perkembangbiakan mikroorganisme dalam tanah yang aktif
merombak dan melepaskan unsur hara dalam proses pelapukan,
sehingga proses dekomposisi akan menggabungkan butir-butir tanah
yang lepas yang menyebabkan daya serap air menjadi baik. Tanah
yang padat akan menjadi gembur akibatnya akar akan dapat
menyerap unsur hara dengan baik, dengan demikin semakin baiknya
sifat dan biologi tanah sebagai media tumbuh tanaman akan semakin
meningkat pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

2. Kajian Kependidikan
a. Hakikat Belajar Biologi
Menurut Susilo (2009) belajar merupakan tindakan dan
perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar
hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya
proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh
sesuatu yang ada dilingkungan sekitar.
b. Sumber Belajar
Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang dapat
memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam memperoleh
informasi, pengetahuan, pengalaman dan keterampilan dalam proses
belajar mengajar (Mulyasa, 2006). Sedangkan menurut Suhardi
(2012) sumber belajar biologi adalah segala sesuatu baik benda
maupun gejalanya yang dapat digunakan untuk memperoleh
pengalaman dalam rangka pemecahan permasalahan biologi
tertentu. Sumber belajar memungkinkan dan memudahkan
terjadinya proses belajar. Sumber belajar biologi dalam proses
pembalajaran biologi dapat diperoleh di sekolah atau di luar sekolah.
Komponen- komponen sumber belajar yang digunakan di
dalam kegiatan belajar mengajar dapat dibedakan menjadi:
1) Sumber belajar yang sengaja direncanakan (by design) yaitu

semua sumber belajar yang secara khusus telah dikembangkan

sebagai komponen intruksional untuk memberikan fasilitas

belajar yang terarah dan bersifat formal.

2) Sumber belajar karena termanfaatkan (by utilization) yaitu

sumber belajar yang tidak secara khusus didesain untuk

keperluan pembelajaran namun dapat ditemukan, diaplikasi, dan

digunakan untuk keperluan belajar (Warso, 2013).

Menurut Mulyasa (2006) sumber belajar dapat dikatergorikan

sebagai berikut:

1) Manusia yaitu orang yang menyampaikan pesan secara

langsung, seperti guru, konselor, administrator, yang diniati

secara khusus dan disengaja untuk kepentingan belajar.

2) Bahan, yaitu sesuatu yang mengandung pesan pembelajaran baik

yang diniati secara khusus seperti film pendidikan, peta, grafik,

buku paket, dan sebagainya yang biasa disebut media

pengajaran.

3) Lingkungan, yaitu ruang dan tempat dimana sumber-sumber

dapat berinteraksi dengan para peserta didik. Ruang dan tempat

yang bisa digunakan sebagai sumber belajar antara lain,


perpustakaan, ruang kelas, laboratorium, musium, kebun

binatang.

4) Alat dan bahan, yaitu sumber belajar untuk produksi dan atau

memainkan sumber-sumber lain. Alat dan bahan untuk produksi

misalnya kamera untu produksi foto, tape recorder untuk

rekaman. Sedangkan alat dan bahan yang digunakan untuk

sumber lain misalnya proyektor film, pesawat tv.

5) Aktivitas, yaitu sumber belajar yang biasanya merupakan

kombinasi antara suatu teknik dengan sumber lain untuk

memudahkan belajar.

c. Syarat syarat penelitian dijadikan sumber belajar

Menurut Suhardi (2012) suatu penelitian dapat dijadikan

sumber belajar apabila telah memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1) Kejelasan potensi ketersediaan obyek dan permasalahan yang

diangkat

2) Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran

3) Sasaran materi dan peruntukannya

4) Informasi yang akan diungkap

5) Pedoman eksplorasi dan perolehan yang akan dicapai.

Apabila dari segi persyaratan sudah dipenuhi, maka dilakukan

pengkajian proses dan produk hasil penelitian yang relevan dengan

permasalahan biologi di sekolah. Dari segi proses dapat dijabarkan

langkah-langkah kerja ilmiahnya, secara urut seperti berikut ini:

1) Identifikasi dan perumusan masalah


2) Perumusan tujuan penelitian

3) Perumusan hipotesis

4) Penyusunan prosedur penelitian

5) Pelaksanaan kegiatan

6) Pengumpulan data dan analisis data

7) Pembahasan hasil penelitian

8) Penarikan kesimpulan

Berdasarkan segi produk penelitian, fakta hasil penelitian,

digeneralisasi menjadi konsep dan prinsip. Setelah diidentifikasi

proses dan produk penelitian telah selesai dilaksanakan, akan lebih

baik lagi jika diikuti dengan strukturisasi prosedur penelitian yang

sudah memenuhi persyaratan untuk diangkat sebagai sumber belajar

SMA tersebut diwujudkan dalam bentuk bagan yang sekaligus

menunjukkan alur berpikir pengangkatan hasil penelitian sebagai

sumber belajar (Suhardi, 2012).

d. Lingkungan Sebagai Sumber Belajar

Lingkungan sekitar dapat diangkat sebagai sumber belajar

biologi. Guru dan siswa dapat mempelajari keadaan sebenarnya di

luar kelas dengan menghadapkan para siswa kepada lingkungan

yang actual untuk dipelajari, diamati dalam hubungannya dengan

proses belajar dan mengajar. Cara ini lebih bermakna karena para

siswa dihadapkan dengan peristiwa sebenarnya secara alami,

sehingga lebih nyata, lebih faktual dan kebenarannya lebih dapat

dipertanggungjawabkan (Sudjana dan Rivai, 2009).


C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan latar belakang dan kajian teori maka dapat dirumuskan


kerangka berpikir sebagai berikut :
Kajian Keilmuan
Kajian Kependidikan Pemanfaatan limbah sabut kelapa dan
Faktanya guru sering menggunakan kotoran kelinci kuang maksimal.
buku ajar sebagai sumber belajar. Limbah sabut kelapa dan kotoran
kelinci mengandung unsur N, P, K.
Limbah sabut kelapa juga mengandung
selulosa yang berperan dalam proses

Kelemahan penggunaan buku ajar pertumbuhan dan merupakan

sebagai sumber belajar adalah isi komponen utama dinding sel

materi selalu sama setiap tahunnya, tumbuhan.

yang berimbas tidak berkembangnya


materi Pertumbuhan dan
Perkembangan yang dipelajari oleh Respon pertumbuhan tomat dalam
siswa seiring dengan perkembangan penelitian ini menggunakan pupuk
kompos limbah sabut kelapa dan
zaman. kotoran kelinci.

Respon yang baik dan optimal


Diperlukan sumber belajar alternatif tanaman tomat dipengaruhi oleh dosis
yang didapatkan dari aktifitas pupuk kompos limbah sabut kelapa
penelitian dan kotoran kelinci.

Laporan hasil penelitian diharapkan Hasil Penelitian


dapat digunakan sebagai sumber
belajar.

Gambar 1. Kerangka berpikir


D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dari penelitian Respon Pertumbuhan Tanaman Tomat
(Lycopersicum esculentum) dengan Perlakuan Kompos Berbahan Dasar
Limbah Sabut Kelapa dan Kotoran Kelinci sebagai Alternatif Sumber
Belajar Biologi adalah :
1. Tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill) dapat merespon
pemberian pupuk kompos cair berbahan dasar limbah sabut kelapa
dan kotoran kelinci.
2. Dosis pupuk kompos cair berbahan dasar limbah sabut kelapa dan
kotoran kelinci yang paling optimal berpengaruh terhadap respon
pertumbuhan tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill).
3. Hasil penelitian Respon Pertumbuhan Tanaman Tomat
(Lycopersicum esculentum) dengan Perlakuan Kompos Berbahan
Dasar Limbah Sabut Kelapa dan Kotoran Kelinci sebagai Alternatif
Sumber Belajar Biologi dapat dijadikan sumber belajar biologi.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Penelitian tentang respon pertumbuhan tanaman tomat
(lycopersicum esculentum mill) dengan perlakuan kompos berbahan dasar
limbah sabut kelapa dan kotoran kelinci sebagai sumber belajar biologi
merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan eksperimen. Menurut Jaedun
(2015) penelitian eskperimen merupakan penelitian yang dilakukan secara
sengaja oleh peneliti dengan cara memberikan perlakuan tertentu terhadap
subyek penelitian untuk membangkitkan suatu kejadian atau keadaan yang
akan diteliti. Laporan hasil penelitian ini ditelaah untuk diketahui
potensinya sebagai sumber belajar biologi khususnya materi pertumbuhan
dan perkembangan bagi siswa Sekolah Menengah Atas kelas XII.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
a. Penelitian Eksperimen
Penelitian eksperimen dilaksanakan di Laboratorium Biologi
Terpadu Universitas Ahmad Dahlan dan di Balai Besar Teknik
Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Yogyakarta.
b. Penelitian Kependidikan
Penelitian kependidikan dilaksanakan melalui observasi di
SMA Negeri Piyungan dan SMA Negeri 1 Pleret. Selanjutnya hasil
penelitian ditelaah untuk diketahui potensi sumber belajar yang
dilaksanakan di Giwangan, Umbulharjo, Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan mulai bulan april 2017.
C. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas yang digunakan pada penelitian ini berupa
pemberian kompos limbah sabut kelapa dan kotoran kelinci dengan
dosis yang berbeda yang terdiri dari 6 perrlakuan dan 4 kali ulangan.
Masing-masing perlakuan terdiri dari A0 (kontrol)=0%, (200 ml qir),
A1= 10% (pupuk cair 20 ml+180 ml aquades), A2= 15% (pupuk cair 30
ml+170 ml aquades), A3= 20% (pupuk cair 40 ml+160 ml aquades),
A4= 25% (pupuk cair 50 ml+150 ml aquades), A5= 30% (pupuk cair 60
ml+140 ml aquades).
2. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah respon pertumbuhan


tanaman tomat (lycopersicum esculentum mill) terhadap pemberian
kompos limbah sabut kelapa dan kotoran kelinci.

D. Alat dan Bahan


1. Penelitian Eksperimen
a. Alat
Alat yang digunakan untuk penelitian eksperimen adalah
timbangan, timbangan analitik, karung goni, tali rafia, polybag,
cangkul, ember, cetok, kasa nyamuk, pisau benda, gunting, kamera,
gelas ukur, dan alat tulis.
b. Bahan
Bahan yang digunakan untuk penelitian eksperimen adalah
limbah sabut kelapa, kotoran kelinci, aquades, tanah.
2. Penelitian Kependidikan
a. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan untuk penelitian
kependidikan adalah laptop, kamera, dan alat tulis.
E. Cara Kerja
1. Cara Kerja Eksperimen
Cara kerja dari respon pertumbuhan tanaman tomat
(lycopersicum esculentum mill) terhadap pemberian kompos limbah
sabut kelapa dan kotoran kelinci adalah :
a. Klasifikasi Tanaman Tomat
Klasifikasi tanaman tomat ditinjau dari buku Panduan Lengkap
Budidaya Tomat (Redaksi Agromedia, 2007).
b. Klasifikasi Tanaman Kelapa
Klasifikasi tanaman kelapa ditinjau dari buku Bertahan Kelapa
Hibrida (Suhardiman, 2007).
c. Uji Pendahuluan
1) Sterilisasi Alat
Semua alat dicuci dan dikeringkan. Untuk alat-alat seperti
gelas ukur dibungkus dengan kertas koran, sterilisasi dilakukan
dengan metode panas kering selama 2-3 pada temperatur 160C-
170C (Dwidjoseputro, 2005).
2) Tahap Pembuatan Kompos
Cacahlah sabut kelapa sampai menjadi potongan-potongan
kecil, dengan ukuran kira-kira 3x3 cm. Tujuan pencacahan
tersebut dilakukan untuk merangsang sabut untuk mengeluarkan
lebih banyak getah. Setelah itu masukkan potongan serabut tadi
ke dalam karung, ikat bagian atas karung dan rendamlah karung
tersebut kedalam ember berisi air. Tinggi air disesuaikan dengan
banyaknya serabut, tambahkan kotoran kelinci ke dalam ember.
Selanjutnya, tutup rapat ember dan diamkan selama seminggu.
Setelah dua minggu cairan kompos dalam ember dapat
digunakan.
3) Tahap Pembibitan Tanaman Tomat
a. Membeli benih tanaman tomat.
b. Pembibitan.
Pembibtan dilakukan menggunakan kotak semai lokal yang
berukuran diameter 4,5 cm dan dalamnya 4 cm. Isi lobang-
lobang kotak semai dengan media tumbuh tanah campuran
pasir, kompos, dan sekam bakar. Kemudia kotak semai
diletakkan pada tempat yang ditinggikan seperti
bangku/meja dan diberi naungan. Tomat yang disemaikan
pada kotak semai, diletakkan di dalam rumah kassa dengan
ukuran kassa 60-mesh, jika rumah kassa tidak tersedia
buatlah net tunnels yang terbuat dari kain kassa atau plastik
yang berguna untuk menyungkup benih tomat. Benih tomat
diberi perlakuan terlebih dahulu dengan perlakuan kimia
atau agensia hayati untuk mengendalikan penyakit luar
tanah. Taburkan 2 biji tomat kedalam masing-masing lobang
tanaman dengan kedalaman 0,5 cm. Kemudian dilakukam
penyiraman dan setelah 8 hari bibit tomat akan berkecambah.
Gunakan bibit yang mempunyai satu atau empat helai daun,
kokoh dan kekar.
4) Tahap Penanaman Tanaman Tomat
Sebelum bibit tomat dipindahkah dari tempat pembibitan
terlebih dahulu disiapkan polybag. Polybag diisi tanah, arang,
dan kompos dengan perbandingan 2:1:1. Untuk memindahkan
bibit tomat yaitu dengan menyiram persemaian dengan air agar
media tanam menjadi lunak, lalu cabut tanaman dengan hati-hati
jangan sampai akar tanaman putus atau rusak. Kemudian
masukkan tanaman tersebut secara tegak lurus pada lubang
tanam yang ada dalam polybag.
5) Tahap Pemeliharaan dan Perawatan Tanaman Tomat
Media tanam tomat dijaga agar media tanam tidak terlalu
kering. Siram setidaknya 2 kali sehari, tetapi jangan terlalu basah
untuk menghindari busuk akar. Apabila ada tanaman yang layu
atau mati, cabut segera dan buang media tanamnya. Pupuk
tanaman setelah seminggu dengan pupuk kompos.
2. Cara Kerja Kependidikan
Setelah hasil penelitian diperoleh, dilanjutkan dengan telaah
potensi hasil penelitian sebagai sumber belajar biologi dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
a. Disiapkan laporan hasil penelitian respon pertumbuhan tanaman
tomat (lycopersicum esculentum mill) terhadap pemberian kompos
limbah sabut kelapa dan kotoran kelinci.
b. Disiapkan kriteria hasil penelitian dijadikan sumber belajar biologi
menurut Suhardi (2012), yang meliputi: kejelasan potensi
ketersediaan objek dan permasalahan yang diangkat, kesesuaian
dengan tujuan pembelajaran, kejelasan sasaran materi dan
peruntukannya, kejelasan informasi yang akan diungkap, kejelasan
pedoman eksplorasi dan kejelasan perolehan yang akan dicapai.
c. Dilakukan telaah potensi dari hasil penelitian Respon Pertumbuhan
Tanaman Tomat (lycopersicum esculentum mill) dengan Perlakuan
Kompos Berbahan Dasar Limbah Sabut Kelapa dan Kotoran Kelinci
sebagai sumber belajar biologi SMA kelas XII berdasarkan kriteria
sumber belajar biologi menurut Suhardi (2012), dengan langkah:
Identifikasi kejelasan potensi ketersediaan objek dan permasalahan
yang diangkat, kesesuaian dengan tujuan pembelajaran, kejelasan
sasaran materi dan peruntukannya, kejelasan informasi yang akan
diungkap, kejelasan pedoaman eksplorasi dan kejelasan perolehan
yang akan dicapai.
F. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang dilakukan pada penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 1 faktoral yaitu pemberian
kompos limbah sabut kelapa dan kotoran kelinci dengan 6 perlakuan dan
4 kali ulangan yang terdiri dari A0 (kontrol)=0%, (200 ml qir), A1= 10%
(pupuk cair 20 ml+180 ml aquades), A2= 15% (pupuk cair 30 ml+170
ml aquades), A3= 20% (pupuk cair 40 ml+160 ml aquades), A4= 25%
(pupuk cair 50 ml+150 ml aquades), A5= 30% (pupuk cair 60 ml+140
ml aquades). Hal ini untuk mengetahui respon pertumbuhan tanaman
tomat terdadap pemberian pupuk kompos cair limbah sabut kelapa dan
kotoran kelinci.
G. Analisis Data
1. Hasil Eskperimen
Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis
kuantitatif untuk mengetahui pertumbuhan tomat berupa parameter
yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, umur mulai berbunga, dan diameter
bunga. Parameter tersebut dianalisis dengan menggunakan Anava serta
dilanjutkan dengan uji BNT taraf 5% untuk Anava yang berbeda nyata.
2. Hasil Analisis Potensi
Hasil penelitian berupa data laporan hasil penelitian.
Selanjutnya dianalisis sesuai dengan prosedur untuk mengetahui
potensi hasil penelitian jiika dijadikan sumber belajar siswa SMA
kelas XII pada materi pertumbuhan dan perkembangan dengan
memperhatikan syarat-syarat suatu penelitian yang akan diangkat
menjadi sumber belajar harus melalui beberapa prosedur menurut
Suhardi (2012) yaitu kejelasan potensi ketersediaan objek dan
permasalahan yang diangkat, kesesuaian dengan tujuan
pembelajaran, kejelasan sasaran materi dan peruntukannya,
kejelasan informasi yang akan diungkap, kejelasan pedoaman
eksplorasi, dan kejelasan perolehan yang akan dicapai.

Anda mungkin juga menyukai