Anda di halaman 1dari 19

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu tanaman darat yang mengandung karbohidrat adalah kentang, Berdasarkan
pengalaman empiris bahwa kentang dapat menghasilkan getah, bila kita lakukan pengamatan
terhadap getah kentang, maka akan menimbulkan beberapa pertanyaan di fikiran peneliti. Selain
itu kentang sangat mudah di jumpai di pasaran dengan harga yang cukup terjangkau, terkadang
kentang yang dianggap tidak laku lagi oleh para pedagang. Mereka hanya bisa membuang
kentang tersebut, padahal tanpa mereka sadari bahwa kentang tersebut masih memiliki manfaat.
Kebanyakan kentang digunakan oleh masyarakat hanya sebagai makanan yang memiliki
kandungan karbohidrat. Banyak orang yang tidak memperhatikan kentang sebegitu detail.
Berdasarkan pengalaman empiris itulah peneliti tertarik untuk meneliti objek ini. Selain itu
berdasarkan pengalaman teoritis bahwa kentang dapat menjadi pengganti elektrolit. Apabila di
hubungkan dengan elektroda dapat menghasilkan listrik.

Menurut www.miniscience.com (2010)

Baterai membangkitkan listrik dari sebuah reaksi kimia diantara dua elektroda dan satu elektrolit.
Kita bisa gunakan tembaga dan seng sebagai elektroda dan asam sulfur sebagai elektrolit yang
menjadi metode untuk membuktikan proses ini. Apakah ada cairan lain sebagai pengganti
elektrolit tersebut??? Alam telah menyediakan banyak baterai alami. Kita bisa menggunakan
tanah, air, sayuran, atau buah-buahan. Sekarang kita akan mengganti larutan elektrolit tersebut
dengan kentang. Apakah bisa??? Kentang banyak mengandung bahan-kimia larut air yang boleh
menjadi penyebab reaksi bahan kimia dengan salah satu atau kedua-duanya dari elektroda.

Dan faktor teoritis juga memperkuat keinginan peneliti untuk meneliti kentang. Berdasarkan
uraian di atas peneliti ingin membuat suatu karya ilmiah yang berjudul baterai kentang .

1.2 Perumusan masalah

1. Apakah kentang dapat menghasilkan arus listrik?

2. Apakah kentang dapat diolah menjadi baterai?

1.3. Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui cara mengolah kentang sehingga dapat menghasilkan arus listrik

1.4.2 Tujuan khusus

1.untuk mengetahui kandungan kentang

1|Page
2.untuk mengetahui proses pengolahan kentang.

1.4. Manfaat Penelitian

1.5.1 Agar dapat menambah wawasan peniliti dan masyarakat mengenai kentang.

1.5.2 Agar dapat memanfaatkan kentang seefisien mungkin.

1.5.3 Agar dapat meningkatkan ekonomis masyarakat.

2|Page
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Mengenal Kentang

Solanum tuberosum adalah nama ilmiah dari kentang. Ahli taksonomi memasukan kentang ke
dalam kelas Dicotyledoneae, bangsa/ordo Tubiflorae, suku/famili Solanaceae atau tanaman
berbunga terompet, marga / genus Solanum, dan jenis /spesies Solanum tuberosum.

Nama kentang adalah sebutan umbi tersebut di dalam bahasa indonesia. Jadi, nama kentang
bukanlah nama satu-satunya yang dimiliki tumbuhan berumbi yang kayak akan karbohidrat
tersebut. Selain nama itu, masih banyak nama yang lain lagi. Misalnya di Jawa Barat, tanaman
kentang disebut luwi kumeli; di Aceh dan Minangkabau disebut gantang; di Palembang disebut
gadung lepar; dan masih banyak di daerah lainnya.

Sebutan yang berbeda juga bukan hanya ada di daerah, tetapi di tiap negara menyebutnya dengan
nama yang berbeda. Misalnya di Inggris menyebutnya dengan nama potato; di Belanda
menyebutnya dengan nama aardapel; di Jerman menyebutnya dengan nama kartoffel; dan
begitupun di negara lain menyebutnya dengan nama yang berbeda (Setiadi dan Nurulhuda, 2001:
11).

Awalnya kentang belum menyebar luas, tempat tumbuhnya masih terbatas yaitu di daerah dingin
saja. Kemudian merambah ke daerah sedang (subtropis) dan akhirnya mencapai daerah panas
(tropis). Perpindahan dari satu daerah ke daerah lain yang iklimnya berbeda tidak dengan proses
cepat, tetapi melampaui banyak tahapan.

Asal mulanya kentang hanya berasal di negara Amerika Selatan tepatnya di danau Titicaca,
pegunungan Andes, perbatasan Peru dan Bolivia. Dari sini kentang menyebar ke Peru, Bolivia,
Cili, Kolumbia. Kemudian kentang disebar luaskan oleh Colombus, salah satu pengembara yang
berhasil menemukan benua Amerika. Colombus menyebar luaskan kentang ke negara Spanyol,
dan kemudian kentang menyebar luas di benua Eropa. Kentang yang masuk ke Indonesia adalah
kentang yang berasal dari Amerika. Kentang ini ditemukan disekitar Cimahi, Bandung pada
tahun 1794. Kemudian disebarkan ke daerah Karo, Sumatra Utara, Aceh, Padang, Palembang,
Minahasa, Bali, Flores, Seram, dan Timor. Setelah lama berkembang , baru diketahui jenis
kentang ini adalah kentang eigenheimer (Setiadi dan Nurulhuda, 2001: 1).

Kentang merupakan tanaman setahun, yang berbentuk menyemak dan bersifat menjalar. Semua
bagian tanaman tersebut mengandung racun solanian. Begitu pula umbinya, yaitu ketika
memasuki masa bertunas. Namun bagian umbi ini bila telah berusia tua atau siap dipanen, racun
ini akan berkurang dan bahkan bisa hilang, sehingga aman untuk dikonsumsi (Setiadi dan
Nurulhuda, 2001: 12).

3|Page
2.2 Kandungan Mineral pada Kentang

Menurut Medical Board (2010:4), kentang mengandung lebih banyak kalium dibandingkan
sayuran segar lainnya, bahkan lebih banyak dari buah pisang. Satu kentang memiliki hampir 900
mg yang merupakan 20% kalium yang manusia butuhkan setiap harinya. Kalium adalah zat yang
sangat penting untuk pertumbuhan dan pemeliharaan sel tubuh.

Menurut Elis (2010:3), Kentang mengandung kadar air cukup tinggi, yaitu sekitar 80%. Itulah
yang menyebabkan kentang segar mudah rusak, sehingga harus disimpan dan ditangani dengan
baik. Kentang mengandung pati, yang dimana pati kentang mengandung amilum dan
amilopektin dengan perbandingan 1:3. Kandungan karbohidrat pada kentang mencapai sekitar
18%, protein 2,4%, dan lemak 0,1%. Total energi yang diperoleh dari 100 gram kentang adalah
sekitar 80 kkal.

Energi kentang lebih rendah dibandingkan beras. Namun, jika dibandingkan dengan umbi-
umbian yang lain seperti singkong, ubi jalar, dan talas, komposisi gizi kentang masih relatif lebih
baik. Kentang merupakan satu-satunya jenis umbi yang kaya vitamin C, kadarnya mencapai 31
mg per 100 gram dari bagian kentang yang dapat dimakan. Umbi-umbian lainnya sangat sedikit
mengandung vitamin C. Kebutuhan vitamin C sehari 60 mg, untuk memenuhinya cukup dengan
memakan 200 gram kentang. Kadar vitamin lain yang cukup menonjol B1 (vtiamin). Dengan
mengkonsumsi sebuah umbi kentang yang berukuran sedang, sepertiga kebutuhan vitamin C
(33%) telah tercapai. Demikian juga halnya dengan sebagian besar kebutuhan akan vitamin B
dan zat besi.

Pati adalah polisakarida nutrien yang tersedia melimpah pada sel tumbuhan dan beberapa
mikroorganisme. Pati yang ada dalam kentang, jagung dan tumbuhan lain mengandung
amilopektin sekitar 75 80% dan amilum sekitar 20-25% (Octha, 2010: 1).

Kandungan air per 100 gram kentang ialah 82 gram, dengan nilai protein sebanyak 2 gram,
kalori sebanyak 70 kkal, dan karbohidrat sebanyak 19 gram. Selain kandungan-kandungan
tersebut, kentang juga memiliki kandungan lain seperti zat besi dan riboflavin yang penting bagi
tubuh (Ratna, 2010:2).

Menurut pendapat Eric Manajer operasional semikonduktor/produk komunikasi (2010:5),


Kentang juga mengandung zat pati, garam dapur (NaCl) dan air (H2O). Yang dimana sebuah
larutan elektrolit itu mempunyai tiga kmponen yaitu asam, basa, dan garam.

1. Asam-Basa

Asam ( acid ) berasal dari bahasa latin acetum yang berarti cuka, karena diketahui zat utama
dalam cuka adalah asam asetat. Adapun basa (alkali) berasal dari bahasa Arab yang berarti abu.
Hingga saat ini, ada tiga pengertian asam-basa yang dikemukakan oleh empat ilmuwan. Mereka
adalah Svante Arrhenius, Johannes Bronsted, Thomas Lowry, dan Gilbert Newton Lewis.

4|Page
a. Pengertian Asam-Basa Menurut Arrhenius

Tahun 1884, ilmuwan dari swedia bernama Svante Arrhenius mengemukakan pengertian asam-
basa berdasarkan reaksi ionisasi. Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang apabila dilarutkan
dalam air akan menghasilkan ion H+, sedangkan basa adalah zat yang jika dilarutkan dalam air
akan menghasilkan ion OH-

b. Pengertian Asam-Basa Menurut Bronsted-Lowry

Pada tahun 1932, ilmuwan Denmark Johannes Bronsted dan ilmuwan Inggris Thomas Lowry
mengemukakan teori asambasa berdasarkan serah terima proton, proton merupakan suatu atom
yang bermuatan positif. Menurut Bronsted-Lowry, asam adalah suatu zat yang dapat
memberikan proton pada zat lain (donor proton). Suatu zat baik yang bermuatan positif, negatif,
ataupun netral termasuk asam Bronsted-Lowry asalkan mempunyai minimal satu atom H.
Misalkan HCL, H2SO4, HSO4- , H3O+ , dan NH4+.

Basa adalah zat yang menerima proton dari zat lain (akseptor proton). Suatu zat, baik yang
bermuatan positif, negatif, ataupun netral termasuk asam Bronsted-Lowry jika mempunyai
pasangan elektron bebas yang dapat berikatan dengan atom H, misalnya NH3, CO3-, dan OH-.

Pengertian asam-basa yang dikemukakan oleh Bronsted-Lowry memperbaiki kelemahan teori


asam-basa Arrhenius. Pengertian asam-basa Arrhenius hanya berlaku untuk senyawa yang larut
dalam pelarut air karena reaksi ionisasi yang menghasilkan H+ dan OH- hanya terjadi dalam
pelarut air. Sedangkan untuk senyawa yang tidak larut kedalam air tidak dapat dijelaskan oleh
Arrhenius, akan tetapi dapat dijelaskan oleh Bronsted-Lowry.

Teori asam-basa Bronsted-Lowry dapat menjelaskan semua reaksi yang terjadi dalam bentuk
apapun, termasuk gas, larutan bukan air, larutan air, dan campuran heterogen. Penentuan suatu
zat sebagai asam Bronsted-Lowry atau basa Bronsted-Lowry dapat dilakukan jika zat tersebut
beraksi dengan zat lainnya.

c. Pengertian Asam Basa Menurut Lewis

Tahun 1983, ilmuwan Amerika Serikat Gilbert Newton Lewis mengusulkan pengertian asam-
basa berdasarkan reaksi serah terima elektron. Menurut Lewis, dalam suatu reaksi kimia, suatu
zat yang dapat memberikan proton pada zat lain (donor proton). Suatu zat baik yang bermuatan
positif, negatif, ataupun netral termasuk asam Bronsted-Lowry asalkan mempunyai minimal satu
atom H. Misalkan HCL, H2SO4, HSO4- , H3O+ , dan NH4+.

Basa adalah zat yang menerima proton dari zat lain (akseptor proton). Suatu zat, baik yang
bermuatan positif, negatif, ataupun netral termasuk asam Bronsted-Lowry jika mempunyai
pasangan elektron bebas yang dapat berikatan dengan atom H, misalnya NH3, CO3-, dan OH-.

5|Page
Pengertian asam-basa yang dikemukakan oleh Bronsted-Lowry memperbaiki kelemahan teori
asam-basa Arrhenius. Pengertian asam-basa Arrhenius hanya berlaku untuk senyawa yang larut
dalam pelarut air karena reaksi ionisasi yang menghasilkan H+ dan OH- hanya terjadi dalam
pelarut air. Sedangkan untuk senyawa yang tidak larut kedalam air tidak dapat dijelaskan oleh
Arrhenius, akan tetapi dapat dijelaskan oleh Bronsted-Lowry.

Teori asam-basa Bronsted-Lowry dapat menjelaskan semua reaksi yang terjadi dalam bentuk
apapun, termasuk gas, larutan bukan air, larutan air, dan campuran heterogen. Penentuan suatu
zat sebagai asam Bronsted-Lowry atau basa Bronsted-Lowry dapat dilakukan jika zat tersebut
beraksi dengan zat lainnya.

c. Pengertian Asam Basa Menurut Lewis

Tahun 1983, ilmuwan Amerika Serikat Gilbert Newton Lewis mengusulkan pengertian asam-
basa berdasarkan reaksi serah terima elektron. Menurut Lewis, dalam suatu reaksi kimia, suatu
zat termasuk asam jika dapat menerima pasangan elektron dan tergolong basa jika dapat
memberi pasangan elektron. Reaksi asam-basa Lewis menghasilkan ikatan kovalen koordinasi.
Contohnya , reaksi antara BF3 dan NH3 (Justiana dan Muchtaridi, 2009: 102).

2. Garam

Garam adalah senyawa ionik yang terdiri dari ion positif (kation) dan ion negatif (anion),
sehingga membentuk senyawa netral (tanpa bermuatan). Garam terbentuk dari hasil reaksi asam
dan basa. Komponen kation dan anion ini dapat berupa senyawa anorganik seperti klorida (Cl-),
dan bisa juga berupa senyawa organik seperti asetat (CH3COO-), fluorida (F-), sulfat (SO42-),
dan Natrium klorida (NaCl) (wikipedia, 2010:1).

Garam yang dihasilkan sutau reaksi asam dan basa dapat bersifat asam,basa dan netral. Sifat
tersebut bergantung pada jumlah serta jenis senyawa asam dan basa yang direaksikan (Justiana
dan Muchtaridi, 2009:19).

Garam yang terhidrolisis dan membentuk ion hidroksida ketika dilarutkan dalam air maka
dinamakan garam basa. Garam yang terhidrolisa dan membentukan ion hidronium ketika
dilarutkan ke dalam air disebut sebagai garam asam. Garam netral adalah garam yang bukan
garam asam maupun garam basa. Larutan garam dalam air (Misalnya natrium klorida (NaCl)
yang dilarutkan dalam air) merupakan larutan elektrolit, yaitu larutan yang dapat menghantarkan
arus listrik (Rahayu, 2009: 1).

Suatu garam dapat tersusun dari basa kuat dan asam kuat, asam kuat dan basa lemah, basa kuat
dan asam lemah, dan asam lemah dan basa lemah. Contoh suatu garam yang tersusun dari asam
kuat dan basa kuat adalah NaCl. NaCl merupakan suatu garam yang terdiri atas HCl (asam kuat)
dan NaOH (basa kuat). Garam tersebut bersifat netral karena ion Na berasal dari basa kuat,

6|Page
sedangkan ion Cl berasal dari asam kuat, sehingga garam tersebut tidak akan terhidrolisis
(Justiana dan Muchtarid, 2009: 195).

2.3 Energi Listrik

Energi listrik adalah energi yang disebabkan oleh mengalirnya muatan listrik di dalam sebuah
rangkaian. Suatu energi listrik harus memiliki arus listrik yang berfungsi sebagai penghantar
aliran muatan listrik, arus listrik mengalir karena adanya beda potensial listrik atau tegangan
listrik. Dalam arus listrik arah muatan negatif (elektron) berlawanan arah dengan muatan positif
(proton). Kuat arus listrik dapat di ukur menggunakan Amperemeter yang di ukur dalam
rangkaian seri, sedangkan tegangannya dapat diukur dengan Voltmeter (Alfatah dan yusuf, 2008:
149).

2.4 Larutan Elektrolit

Larutan terbagi menjadi dua yaitu larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit. Larutan elektrolit
adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik, sedangkan larutan nonelektrolit ialah
larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Di dalam larutan elektrolit terdapat larutan
elektrolit lemah dan larutan elektrolit kuat, perbedaanya ada pada banyak sedikitnya larutan
tersebut menghantarkan arus listrik. Larutan elektrollit lemah hanya sedikit menghantarkan arus
listrik sedangkan larutan elektrolit kuat lebih banyak menghantarkan arus listrik (Parning, 2006:
2).

Larutan elektrolit adalah zat terlarut yang mengalami ionisasi sehingga di dalam larutan terdapat
ion-ion yang dapat menghantarkan listrik (Santoso, 2008: 83).

Zat-zat elektrolit di dalam larutannya terdapat dalam bentuk ion-ion, yaitu ion positif (kation)
dan ion negatif (anion), sedangkan zat-zat nonelektrolit dalam bentuk larutannya terdapat dalam
bentuk molekul-molekulnya. Zat-zat yang di dalam larutannya dapat terionisasi (zat-zat
elektrolit) adalah asam, basa, dan garam.

Adanya ion-ion yang bergerak bebas dalam larutan itulah yang menyebabkan larutan elektrolit
dapat menghantarkan arus listrik. Semakin banyak jumlah ion yang terkandung dalam larutan
elektrolit, maka semakin tinggi pula daya hantar listriknya. Sumber larutan elektrolit adalah
senyawa ion dan senyawa kovalen polar (Parning, 2006: 3).

1. Reaksi Ionisasi pada Senyawa Ion

Reaksi ionisasi pada senyawa ion disebut reaksi disosiasi. Senyawa ion tersusun atas ion positif
(kation) dan ion negatif (anion). Senyawa ion akan terurai menjadi ion-ionnya ketika dilarutkan
dalam air. Ion-ion tersebut akan bergerak bebas.

Ion-ion tidak selalu bebas sama sekali ketika senyawa ion terdisosiasi dalam air. Ion-ion tersebut
akan dihalangi oleh molekul-molekul air sehingga dikatakan akan terhidrasi.

7|Page
Selain dalam bentuk larutan, senyawa ion dalam bentuk lelehan juga dpat menghantarkan arus
listrik. Pada saat meleleh, senyawa ion akan terurai menjadi ion-ionnya yang bergerak bebas.
Adapun padatan senyawa ionnya tidak dapat bergerak bebas sehingga tidak dapat
menghantarkan listrik (Justiana dan Muchtaridi, 2009: 140).

2. Reaksi Ionisasi pada Senyawa Kovalen

Ionisasi atau terbentuknya ion-ion dalam larutan tidak terbatas untuk senyawa ion saja. Zat yang
merupakan molekul kovalen yang bereaksi juga merupakan suatu elektrolit. Contohnya adalah
HCl.

Reaksi ionisasi pada senyawa kovalen terjadi karena adanya perpindahan proton dan hidrogen
( H+ ) dari molekul HCL ke molekul air sehingga menghasilkan ion hidronium ( H3O+ ) dan ion
klorida ( Cl- ). Jika HCl dilarutkan dalam air, akan terjadi reaksi kimia dan terurai menjadi ion-
ion walaupun HCL merupakan molekul netral (Parning, 2006: 5).

2.5 Sel Volta

Sel Volta merupakan jenis sel elektrokimia yang dapat menghasilkan energi listrik dari reaksi
redoks yang berlangsung spontan. Sel Volta disebut juga sel Galvani. Penamaan sel Volta dan sel
Galvani diberikan untuk menghargai jasa penemu kedua sel ini, yaitu Alexander Volta dan
Alexander Galvani.

Pada sel Volta terdapat dua elektrode yaitu anode dan katode. Anode berfungsi sebagai kutub
negatif dan katode berfungsi sebagai kutub positif. Anode dan katode yang berupa logam
dicelupkan kedalam larutan elektrolit yang mengandung masing-masing ion logamnya. Contoh
logam yang dapat menghasilkan listrik adalah reaksi antara seng (Zn) dan tembaga (Cu)
(Justiana dan Muchtaridi, 2009: 39).

Sel Volta dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu sel Volta primer, sel sekunder, dan sel bahan
bakar.

Sel Volta primer adalah sel Volta yang tidak dapat diperbaharui (sekali pakai). Reaksi redoks
dalam sel ini bersifat irreversible (tidak kembali lagi). Contohnya sel kering (batrei biasa), batrei
alkalin, batrei merkuri oksida, dan batrei ion litium.

Sel Volta sekunder adalah sel Volta yang dapat diperbarui (dapat diisi ulang). Reaksi redoks di
dalam sel Volta ini bersifat reversible (dapat kembali) sehingga dapat kembali kekeadaan
semula. Contohnya aki, batrei Ni-Cd,batrei Ni-logam hidrida.

Sel Volta bahan bakar (fuel cell) adalah sel Volta yang tidak diperbarui, tetapi juga tidak habis.
Pada sel bahan bakar, elektrodenya berupa gas-gas yanng ditambahkan terus menerus selama sel
itu bekerja (Justiana dan Muchtaridi, 2009: 40).

8|Page
Contoh sel Volta adalah:

1. Sel Kering dan Batrei Alkaline

Sel kering tersusun atas silinder seng berisi pasta dari campuran batu (MnO2), salamik (NH4Cl),
karbon, dan sedikit air. Seng berfungsi sebagai Anode, grafit yang merupakan elektrode inert
sebagai katode. Besarnya potensial yang dihasilkan sel kering adalah 1,5 Volta. Batrei kering
jenis alkalin merupakan pengembangan dari batrei kering. Cara kerjanya hampir sama dengan
batrei kering, namun batreai alkalin menggunakan KOH sebagai pengganti NH4Cl dalam pasta.
Batrei alkalin lebih tahan lama dibandingkan batrei kering.

2. Aki Mobil

Sel aki tersusun atas keping-keping Pb sebagai anode dan keping PbO2 (timbal oksida) sebagai
katode dengan tegangan sebesar 2 volt. Keping-keping tersebut disusun secara seri berpasangan
biasanya 3 hingga 6 pasang. Sel aki berisikan asam sulfat ( H2SO4 ) 30%. Elektron mengalir dari
anode ke katode menghasilkan aliran listrik (Justiana dan Muchtaridi, 2009: 41).

9|Page
BAB III METODELOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen, dengan cara meneliti kandungan listrik di
dalam kentang dengan menggunakan voltmeter dan lampu LED (Light Emitting Diode).

3.2 Sampel

Sampel yang digunakan untuk penelitian ini berjumlah 3 buah kentang, yang digunakan untuk percobaan
menggunakan dan lampu LED.

3.3 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal November 2017 sampai tanggal 15 November 2017 di rumah
Fikiriadi desa Tanipah RT.03, Kec. Aluh-Aluh, Kab. banjar

3.4 Alat dan Bahan

Pada percobaan ini alat dan bahan yang digunakan adalah :

1. 3 Buah Kentang segar

2. 1 Buah lampu LED (Light Emitting Diode)

3. 3 Lempeng Tembaga

4. 3 Lempeng Seng atau paku

5. 6 Buah Jepitan buaya lengkap dengan kabel penghubung

6. 1 Buah Gunting

7. 1 Buku Tulis

3.5 Prosedur Penelitian

Untuk penelitian ini dilakukan dalam beberapa prosedur di antaranya :

a. Untuk memulai penelitian, disiapkan semua alat dan bahan penelitian.

b. Satu lempeng tembaga dan seng ditusukan pada setiap kentang dengan tidak saling berdekatan atau
bersinggungan.

c. Setiap lempeng tembaga dan seng dijepit dengan penjepit buaya dan dirangkai secara seri disesuaikan
dengan jumlah kentang yang akan diteliti.

d. Setiap rangkaian yang telah disusun diamati dengan teliti agar tidak terjadi kesalahan.

3.6 Pengumpulan Data

10 | P a g e
Pengumpulan data penelitian menggunakan teknik observasi melalui hasil penelitian sebanyak 1 kali
penelitian pada kentang yang berbeda dengan menggunakan lampu LED.

Adapun analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif.

BAB IV HASIL DAN PENELITIAN

11 | P a g e
1.1 Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian terhadap 15 buah kentang yang dilakukan sebanyak 5 kali penelitian dengan
menggunakan voltmeter dan lampu LED (Light Emitting Diode) dengan jumlah kentang yang
berbeda pada setiap kali penelitian, maka dari penelitian ini diperoleh hasil penelitian sebagai
berikut :

Tabel 4.1 Hasil penelitian uji coba kandungan listrik pada kentang

Dari Tabel 4.1 di atas tampak bahwa pada 1 buah kentang sudah dapat menghasilkan listrik
tetapi tidak dapat menyalakan 1 buah lampu LED, sedangkan untuk menyalakan 1 buah lampu
LED diperlukan kentang sebanyak 2 buah. Semakin banyak kentang yang digunakan maka
semakin besar Voltase listrik yang dihasilkan dan semakin terang nyala lampu LED. Begitupun
sebaliknya, semakin sedikit kentang yang digunakan maka semakin kecil Voltase listrik yang
dihasilkan dan nyala lampu semakin redup. Setelah diratakan, ternyata rata-rata tegangan listrik
pada setiap 1 buah kentang adalah 0,86 V.

Selain melakukan penelitian untuk mengetahui besar kandungan listrik pada kentang, dilakukan
juga penelitian mengenai frekuensi lamanya waktu lampu LED menyala ketika disambungkan
pada rangkaian tersebut. Untuk hasil tersebut dapat diamati dari Tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Hasil penelitian uji coba frekuensi waktu yang dihasilkan kentang

Dari Tabel 4.2 tampak jelas bahwa listrik yang dihasilkan oleh kentang memiliki frekuensi waktu
yang cukup lama. Hal tersebut teramati dari lamanya kentang menyalakan lampu LED, karena
setiap 2 buah kentang dapat menyalakan lampu LED selama 42 Hari sedangkan untuk 3 buah
kentang dapat menyalakan lampu LED selama 57 Hari. Oleh sebab itu, semakin banyak kentang
maka frekuensi nyala lampu LED akan semakin lama. Begitupun sebaliknya, semakin sedikit
kentang maka frekuensi nyala lampu LED akan semakin cepat.

Selain mengamat frekuensi waktu yang dihasilkan kentang, penulis juga meneliti mengenai
pengaruh massa terhadap besar kecilnya Voltase listrik yang dihasilkan kentang. Adapun untuk
hasil tersebut dapat diamati pada Tabel 4.3 berikut ini :

Tabel 4.3 Hasil uji coba pengaruh perbedaan massa kentang terhadap besar listrik yang
dihasilkan

Dari Tabel 4.3 tampak jelas bahwa massa sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya listrik
yang dihasilkan. Semakin besar massa kentang maka semakin Voltase besar listrik yang
dihasilkan begitupun sebaliknya, semakin kecil massa kentang yang digunakan maka semakin
kecil Voltase listrik yang dihasilkan.

4.2 Pembahasan
12 | P a g e
Dari hasil penelitian telah terbukti bahwa kentang (Solanum tuberosum) dapat menghasilkan
listrik. Menyalanya lampu LED (Light Emitting Diode) ketika dihubungkan dengan ujung
rangkaian yang disusun secara seri. Adanya listrik pada kentang karena kentang tersebut
mengandung zat-zat yang merupakan komponen penghasil listrik, di antaranya adalah:
Karbohidrat, kalium, Protein, lemak, garam dapur (NaCl), air (H2O), pati (amilum dan
amilopektin), vitamin B dan C, zat besi, riboflavin.

Dari uraian tersebut telah dijelaskan bahwa kentang mengandung garam dan air. Garam
merupakan suatu senyawa kimia sederhana yang terdiri dari dua atau lebih atom yang membawa
ion positif (kation) dan ion negatif (anion).

Misalnya garam meja (NaCl) terdiri dari kation (Na+) dan Anion (Cl-). Garam yang terlarut
dalam air akan mengalami hidrolisis. Garam yang terhidrolisis dan membentuk ion hidroksida
ketika dilarutkan dalam air maka dinamakan garam basa. Garam yang terhidrolisa dan
membentukan ion hidronium ketika dilarutkan ke dalam air disebut sebagai garam asam. Adapun
garam netral adalah garam yang tidak terjadi hidrolisis. Yang mana garam tersebut tersusun atas
basa kuat dan asam kuat (Rahayu, 2009:1).

Suatu garam dapat tersusun dari basa kuat dan asam kuat, asam kuat dan basa lemah, basa kuat
dan asam lemah, dan asam lemah dan basa lemah (Justiana dan Muchtaridi, 2009: 195).

Pada kentang, terdapat suatu garam yang merupakan garam dapur (NaCl). NaCl merupakan
suatu senyawa yang terdiri atas HCl (asam kuat) dan NaOH (basa kuat). Reaksi itu diperoleh dari
hasil reaksi antara garam dan air. Adapun reaksinya adalah: (Justiana dan Muchtaridi, 2009: 196)

NaCl + H2O NaOH+ + HCl-

Adanya listrik dalam kentang karena adanya reaksi garam dengan air yang menjadi sebuah
larutan garam. Garam merupakan zat terlarut dan air merupakan zat pelarut. Larutan garam
(NaCl) merupakan larutan garam yang bersifat netral karena tersusun atas asam kuat dan basa
kuat. Larutan garam (NaCl) merupakan suatu larutan elektrolit yaitu larutan yang dapat
menghantarkan arus listrik. oleh sebab itu, kentang dapat menghasilkan listrik.

Selain adanya garam dan air, faktor lain yang menyebabkan kentang menghasilkan listrik ialah
karena adanya reaksi ionisasi pada senyawa ion atau yang disebut dengan disosiasi. Senyawa ion
tersusun atas ion positif (kation) dan ion negatif (anion). Senyawa ion akan terurai menjadi ion-
ion (kation dan anion) ketika dilarutkan ke dalam air, sebab ion-ion di dalam air akan bergerak
bebas. Ion-ion yang bergerak bebas ialah ion yang hanya terdapat dalam larutan dan lelehan
(Justiana dan Muchtaridi, 2009: 140).

Kandungan garam pada kentang merupakan suatu larutan, dimana garam merupakan zat terlarut
dan air merupakan zat pelarut, sehingga ion-ionnya dapat bergerak dengan bebas. Gerakan ion-
ion dalam kentang tersebut yang dapat menghasilkan listrik.

13 | P a g e
Untuk mengetahui cara kentang agar dapat menghasilkan listrik, penulis menggunakan teori sel
Volta yang ditemukan oleh seorang ilmuwan bernama Alexander Volta dan Luigi Galfani,
dimana kentang merupakan elektrolit sedangkan tembaga (Cu) dan seng (Zn) merupakan sel
elektrode. Tembaga dan seng merupakan Suatu elektrolit tidak dapat menghasilkan listrik jika
tidak dihubungkan dengan suatu elektrode. Tembaga merupakan katode (kutub positif)
sedangkan seng merupakan anode (kutub negatif). Reaksi antara elektrolit dan elektrode tersebut
yang dapat mengahsilkan listrik (Justiana dan Muchtaridi, 2006: 39).

Kentang merupakan suatu elektrolit. untuk menghasilkan listrik, kentang harus dihubungkan
dengan elektrode berupa tembaga (Cu) dan seseng (Zn) dan dirangkai secara seri.

Kentang dapat menghasilkan listrik dalam waktu yang cukup lama, hal ini teramati dari uji coba
pada Tabel 4.2, dimana waktu kentang menghasilkan listrik bergantung pada jumlahnya.
Semakin banyak kentang yang digunakan maka frekuensi nyala lampu LED akan semakin lama.
Begitupun sebaliknya, semakin sedikit kentang digunakan maka frekuensi nyala lampu LED
akan semakin cepat. Hal ini terjadi karena adanya beda kapasitas listrik, semakin banyak jumlah
kentang maka kapasitas listriknya semakin besar, begitupun sebaliknya.

Massa sangat mempengaruhi besar kecilnya listrik yang dihasilkan oleh kentang, hal ini dapat
diamati pada Tabel 4.3. Hal tersebut terjadi Karena semakin besar massa kentang maka semakin
besar pula konsentrasi garam dan air dalam kentang, dan semakin besar pula reaksi ionisasinya.

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan

14 | P a g e
Dari hasil penelitian mengenai kandungan listrik pada kentang, maka penulis menyimpulkan 3
kesimpulan, diantaranya adalah:

1. Kentang dapat menghasilkan listrik. Hal ini teramati dari bergeraknya dan menyalanya
lampu LED (Light Emitting Diode).

2. Adanya listrik pada kentang dikarenakan kentang tersebut mengandung garam dan air,
dimana suatu garam apabila bereaksi dengan air akan menjadi larutan garam yang dapat
menghasilkan listrik atau disebut dengan larutan elektrolit.

3. Kandungan listrik pada kentang dikarenakan adanya reaksi ionisasi pada senyawa ion yang
disebut dengan disosiasi. Senyawa ion tersebut tersusun atas ion positif (kation) dan ion negatif
(anion). Reaksi ionisasi menyebabkan ion tersebut bergerak bebas. Gerakan ion bebas pada
kentang tersebut yang menyebabkan kentang dapat menghasilkan listrik.

5.2 Saran

Setelah dilakukan penelitian ini, disarankan khususnya bagi pembaca dan umumnya bagi
masyarakat seluruhnya agar dapat memanfaatkan kentang seefisien mungkin. Dan disarankan
juga agar dilakukan penelitian untuk mencari manfaat lain dari kentang. Sebab masih banyak
manfaat dari kentang selain untuk bahan pangan dan penghasil listrik.

DAFTAR PUSTAKA

15 | P a g e
Alfatah, Arif dan Irwan yusuf. 2008. Misi Rahasia Calon Fisikawan Muslim.Jakarta: Balai
Pustaka.

Anonim. 2010. Garam. (serial online), 20 November 2011 pukul 20:43. Dari: http: //
www.miniscience.com

Board. 2010. Kalium Pada Kentang. (serial online), 31 Oktober 2011 pukul 21:34. Dari: http: //
www.miniscience.com

Elis. 2010. Batreai Kentang. (serial online), 11 Oktober 2011 pukul 14:03. Dari:
http://yumeilmiah.blogspot.com/

Eric. 2010. Kandungan Garam Pada Kentang. (serial online), 31 Oktober 2011 pukul 14:06.
Dari: http: // www.Wordpress.com

Justiana, Sandri dan Muchtaridi. 2009. Kimia 1. Edisi ke-1. Jakarta: Yudhistira

Justiana, Sandri dan Muchtaridi. 2009. Kimia 2. Edisi ke-1. Jakarta: Yudhistira.

Justiana, Sandri dan Muchtaridi. 2009. Kimia 3. Edisi ke-1. Jakarta: Yudhistira.

Octha. 2010. Kandungan Mineral Pada Kentang. (serial online), 11 Oktober 2011 pukul 14:20.
Dari: http: //www.chem-is-try.org.

Parning, dkk. 2006. Kimia 1B. Edisi ke-3. Jakarta: Yudhistira

Rahayu, Suparni Setyowati. 2009. Definisi Garam. (serial online), 21 Oktober 2011 pukul 15:01.
Dari: http: //www.dunia-kimia.com.

Ratna. 2010. Kandungan Kentang. (serial online), 11 Oktober 2011 pukul 14:25. Dari: http:
//www.dunia-kita.com

Santoso, Anwar. 2008. Rumus Lengkap Kimia SMA. Surabaya: Wahyu Media.

Setiadi dan Surya Fitri Nurulhuda. 1993. Kentang Varietas dan Pembudidayaan. Jakarta:
Penebar Swadaya.

LAMPIRAN

16 | P a g e
Siapkan semua bahan yang diperlukan 3 Buah Kentang segar

3 Lempeng Tembaga 3 Lempeng Seng atau paku

17 | P a g e
1 Buah lampu LED (Light Emitting .6 Buah Jepitan buaya lengkap dengan
Diode) kabel penghubung

Satu lempeng tembaga dan seng Setiap lempeng tembaga dan seng
ditusukan pada setiap kentang dengan dijepit dengan penjepit buaya dan
tidak saling berdekatan atau dirangkai secara seri disesuaikan
bersinggungan. dengan jumlah kentang yang akan
diteliti.

18 | P a g e
Dan untuk penelitian dengan lampu LED (Light Emitting Diode)
menggunakan lampu LED, kedua pun benyala
ujung rangakian dihubungkan dengan
lampu LED.

19 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai