ISNA MAULIDAH
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
POTENSI REGENERASI ALAMI DI HUTAN PENELITIAN
GUNUNG DAHU, LEUWILIANG, KABUPATEN BOGOR
JENIS Shorea pinanga dan Shorea platyclados
ISNA MAULIDAH
Proposal
sebagai salah satu syarat untuk melakukan
penelitian tugas akhir skripsi
pada mayor Departemen Silvikultur
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
Judul Usulan : Potensi Regenerasi Alami Di Hutan Penelitian Gunung Dahu,
Leuwiliang, Kabupaten Bogor Jenis Shorea pinanga dan Shorea
platyclados
Nam : Isna Maulidah
NIM : E44150025
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Disetujui :
PRAKATA
Alhamdulillahirobbil ‘alamin, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang
telah memeberikan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal usulan penelitian ini dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun manusia menuju zaman yang
lebih baik seperti saat ini.
Proposal usulan penelitian ini berjudul Potensi Regenerasi Alami Di Hutan
Penelitian Gunung Dahu, Leuwiliang, Kabupaten Bogor Jenis Shorea pinanga dan
Shorea platyclados. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Januari 2018. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Ir Prijanto Pamoengkas, MSc FTrop
dan Ibu Henti Hendalastuti Rachmat, SHut, MSi, PhD yang telah bersedia menjadi
pembimbing dan telah memberi masukan serta saran selama penulisan usulan
penelitian ini. Usulan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu
penulis mengharapkan masukan dan saran agar penelitian ini dapat berjalan dengan
baik dan memperoleh hasil yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan pihak yang
membutuhkan.
Isna Maulidah
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 1
Tujuan Penelitian 1
Manfaat Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Kondisi Umum Hutan Penelitian Gunung Dahu 2
Shorea pinanga 3
Shorea macrophylla 4
METODE 4
Alat dan Bahan 4
Prosedur Pengambilan Data 5
Metode Pengumpulan Data 6
Prosedur Analisis Data 7
DAFTAR PUSTAKA 8
LAMPIRAN 10
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
9
Latar Belakang
Hutan tropika dikenal dengan keanekaragaman jenis yang tinggi dan proses ekologi
berjalan dengan seimbang dan dinamis. Terbentuknya pola keanekaragaman dan
struktur tegakan hutan, erat hubungannya dengan kondisi lingkungan, baik biotik
maupun abiotik. Dipterocarpaceae, merupakan famili dari spesies pohon dominan
di hutan tropika Malaysia dan Indonesia, secara ekologis dominan dan kayunya
signifikan secara ekonomi. Konservasi sumber daya hutan alam saat ini sangat
dibutuhkan, karena sumber daya hutan alam yang semakin menurun, khususnya
famili Dipterocarpaceae. Konservasi sumber daya hutan alam dapat dilakukan
dengan cara pembangunan hutan buatan. Hutan buatan (man made forest)
merupakan sebuah hutan yang mana keberadaannya bukan disebabkan karena
proses alam, namun karena sengaja dibuat dan dibudidayakan oleh manusia.
Hutan Penelitian Gunung Dahu merupakan hutan buatan untuk menguji
kemampuan beradaptasi berbagai spesies dari famili Dipterocarpaceae yang
ditanam di luar habitat aslinya untuk menentukan kenaikan tingkat pertumbuhan,
mengungkapkan teknik silvikulturnya baik di pembibitan maupun di lapangan, dan
untuk melakukan strategi konservasi ex-situ spesies di lokasi yang dapat diandalkan
dan aman (Subiakto et al. 2016). Kondisi suatu tegakan hutan selalu dipengaruhi
oleh keadaan tempat tumbuhnya, perlakuan silvikultur, umur dan sifat genetik
pohon, interaksi antara setiap individu pohon terhadap keadaan tempat tumbuhnya,
serta interaksi yang terjadi antar individu pohon. Adanya suksesi/regenerasi alami
turut berperan dalam pembentukan struktur tegakan di suatu hutan (Kusmana dan
Susanti 2015).
Shorea pinanga dan Shorea platyclados merupakan salah satu spesies yang
ditanam pada plot uji penanaman di Hutan Penelitian Gunung Dahu. Shorea
pinanga dan Shorea platyclados merupakan spesies yang memerlukan naungan
pada awal pertumbuhannya, walaupun dengan bertambahnya umur naungan dapat
dikurangi secara bertahap. Pengaturan naungan sangat penting untuk menghasilkan
semai yang berkualitas. Naungan berhubungan erat dengan temperatur dan
evaporasi (Suhardi et al. 1995). Semai Shorea pinanga dan Shorea platyclados
termasuk jenis rumpang atau gap appertunist, yaitu semai tidak dapat berkembang
apabila kanopi hutan di atasnya terbuka dan terbentuk rumpang. Kemampuan
hidup semai yang tinggi didukung oleh faktor lingkungan seperti intensitas cahaya
matahari, suhu, dan kelembaban (Atmoko 2011).
Perumusan Masalah
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan data dan informasi
mengenai regenerasi alami Shorea pinanga dan Shorea platyclados sehingga dapat
menjadi dasar untuk pengelolaan tegakan Shorea pinanga dan Shorea platyclados
kedepannya, di Hutan Penelitian Gunung Dahu. Khususnya dalam budidaya hutan
jenis Shorea pinanga dan Shorea platyclados.
TINJAUAN PUSTAKA
Shorea pinanga
Shorea platyclados
Regenerasi Alami
Regenerasi alami merupakan salah satu faktor yang dapat merubah struktur
tegakan di hutan dari waktu ke waktu. Berdasarkan regenerasi alami tersebut jenis
pohon yang tumbuh, jumlah pohon, letak dan komposisi pohon yang terbentuk akan
berubah seiring berjalannya waktu sehingga perlu diketahui bentuk/pola dari
sebaran diameter dan tinggi sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam
pengelolaan hutan di masa depan. Keberadaan anakan pohon memegang peranan
penting dalam proses regenerasi alami saat hilangnya pohon besar karena tumbang
atau mati (Mirmanto 2014).
Regenerasi alami suatu tegakan pohon dapat dilihat dari kemampuan pohon
bereproduksi yang tercemin dari ketersediaan anakan pohon baik dalam tingkat
semai maupun tingkat pancang. Anakan pohon ini dimasa yang akan datang akan
menggantikan pohon tua, sehingga ekosistem hutan selalu stabil. Faktor yang
menghambat terjadinya regenerasi secara alami karena adanya berbagai tekanan
yang berasal dari kegiatan manusia seperti kebakaran, kehadiran invasi jenis yang
dominan, kehadiran dan ivasi jenis eksotik, kondisi iklim mikro yang tidak sesuai,
tanah yang tidak subur dan tidak adanya bank biji yang memadai (Parrotta et al.
1997).
METODE
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa peta sebaran jenis
tanaman Shorea sp., Global Position System (GPS), roll meter, pita ukur, phi band,
haga hypsometer, densiometer, lux meter, clinometer, kompas, thermometer, tally
sheet, patok, tali rafia, penggaris, kamera, alat tulis, dan laptop yang dilengkapi
dengan Microsoft Office 2010, Microsoft excel 2010, dan Software SAS 16. Bahan
yang digunakan dalam penelitian ini berupa tegakan pohon dan semai jenis Shorea
pinanga dan Shorea macrophylla di Hutan Penelitian Gunung Dahu.
Pengambilan data dilakukan pada areal tegakan Shorea pinanga dan Shorea
platyclados. Data yang diambil di dalam petak pengamatan berupa tinggi dan
diameter pohon induk, tinggi anakan (semai dan pancang), jarak anakan (semai dan
pancang) dari pohon induk terdekat, kerapatan tajuk, intensitas cahaya, elevasi dan
kelerengan. Data pendukung yang dibutuhkan seperti jenis tanah, curah hujan dan
periode reproduksi (waktu berbuah dan berbunga), data-data tersebut menggunakan
data sekunder dari Puslitbanghut Bogor.
Keterangan:
: Blok tanam jenis Shorea pinanga
Data yang diambil di dalam plot pengamatan berupa tinggi pohon, diameter
pohon, jumlah pohon, tinggi semai, jumlah semai, kerapatan tajuk, intensitas
cahaya, dan kelerengan. Pengukuran diameter dengan menggunakan phiband
dilakukan pada batang pohon setinggi dada (dbh) yaitu 1,30 m. Pengambilan data
diameter dapat dilihat pada Gambar 2.
Mengukur tinggi total pohon menggunakan haga hypsometer. Cara kerja alat
tersebut adalah dengan membidik pangkal pohon dan pucuk tajuk dari jarak 20
meter. Pengambilan data tinggi pohon dapat dilihat pada Gambar 3.
Keterbukaan Kanopi
Persentase penutupan kanopi di jalur tanam diukur untuk mengetahui
jumlah radiasi sinar matahari yang masuk ke dalam lantai hutan (Nurhajah 2014).
Data hasil pengukuran selanjutnya dijumlahkan dengan menggunakan rumus:
U + T + S + B ẋ 1.04
Ti =
4
keterangan:
Ti : Keterbukaan kanopi
TI : Penutupan tajuk
U,T,S,B : Utara, Timur, Selatan, dan Barat
1,04 : Faktor koreksi
Persentase penutupan tajuk (TI) pada masing-masing lokasi dihitung dengan
rumus: TI = 100-Ti (Supriyanto dan Irawan 2001).
16
Analisis Regresi
Keterangan:
Y = diameter (cm)/tinggi (m)
b0 = Intersep
b1…b4 = Koefisien regresi
x1 = Intensitas cahaya
x2 = Keterbukaan kanopi (%)
x3 = Kelerengan (%)
x4 = Elevasi (%)
DAFTAR PUSTAKA
Ali C, Edy D. 2007. Pengaruh pupuk daun terhadap pertumbuhan tunas juvenile
Shorea platyclados v. Slooten ex Foxw. Jurnal Penelitian Dipterokarpa
1(1):65‒71.
Appanah S, Turnbull JM. 1998. A Review of Dipterocarps Taxonom Ecology and
Silviculture. Bogor (ID): CIFOR.
Atmoko T. 2011. Potensi regenerasi dan penyebaran Shorea balangeran (Korth.)
Burck di Sumber Benih Saka Kajang, Kalimantan Tengah. Jurnal Penelitian
Dipterokarpa. 5(2): 21–36.
Hardiwinoto S, Riyanti R, Widiyatno, Andriana, Winarni WW, Nurjanto HH, Priyo
E. 2016. Percepatan kemampuan berakar dan perkembangan akar stek pucuk
Shorea platyclados melalui aplikasi zat pengatur tumbuh IBA.Jurnal
Pemuliaan Tanaman Hutan 10(2):63‒70. doi: 10.20886/jpth.2016.10.2.63-
70.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). 2013. Berita KLHK:
Hutan Penelitian Gunung Dahu [Internet]. [diunduh 2019 Jan 10]. Tersedia
pada: http://puslitbanghut.or.id/index.php/page/hutan-penelitian-gunung-
dahu.
Kusmana C, Susanti S. (2015). Komposisi dan Struktur tegakan hutan alam di
Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi. Jurnal Silvikultur Tropika
5(3): 210–217.
Maharani R, Handayani P, Hardjana AK. 2013. Panduan Identifikasi Jenis
Tengkawang. Samarinda (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan, Departemen Kehutanan.
Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS
dan Minitab. Bogor (ID): IPB Press.
17
LAMPIRAN