Anda di halaman 1dari 92

PENGELOLAAN TANAMAN TEBU

(Saccharum officinarum L.) DI UNIT PG. SUBANG


PT. RAJAWALI II, SUBANG, JAWA BARAT
(DENGAN ASPEK KHUSUS PUPUK DAUN)

Oleh

NURFIANA RAMADANI
A34104070

PROGRAM STUDI AGRONOMI


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

RINGKASAN

NURFIANA RAMADANI. Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum


officinarum L.) di Unit PG. Subang, PT. Rajawali II, Subang, Jawa Barat
(dengan Aspek Khusus Pupuk Daun) (Dibimbing oleh PURWONO).
Gula adalah salah satu kebutuhan pokok yang jumlahnya senantiasa
meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan peningkatan gizi
masyarakat. Ketersediaan akan lahan sawah semakin menyempit karena
digunakan untuk pemukiman dan industri. Oleh sebab itu areal tanaman tebu
diarahkan pada lahan kering. Permasalahan yang dihadapi pada areal pertanaman
tebu lahan kering antara lain iklim yang kering, pertumbuhan gulma yang tinggi,
tingkat kesuburan tanah yang rendah, dan reaksi tanah yang masam.
Tujuan umum kegiatan magang adalah memperoleh pengalaman lapang,
keterampilan kerja, dan memperluas wawasan mahasiswa dalam pengelolaan
perkebunan tebu. Tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah untuk
mengetahui pengaruh pemberian pupuk daun dengan komposisi hara yang
berbeda

terhadap

pertumbuhan

dan

produktivitas

tanaman

tebu

yang

dibandingkan dengan kontrol. Kegiatan ini dilaksanakan selama 4 bulan mulai 11


Februari-11 Juni 2008 di Unit PG. Subang. Metode yang digunakan adalah kerja
langsung di lapangan, aspek khusus, dan aspek manajerial. Selain itu juga dengan
menggunakan data sekunder. Pelaksanaan kegiatan di lapangan meliputi
Karyawan Harian Lepas, pendamping Mandor Kebun, dan pendamping Sinder
Kebun Wilayah. Aspek khusus berkaitan dengan pemupukan mengunakan pupuk
daun. Peubah yang diamati adalah tinggi batang, jumlah batang per meter, dan
diameter batang. Data pengamatan dianalisis dengan menggunakan uji-t dengan
taraf 5 %.
PG. Subang adalah salah satu perusahaan perkebunan tebu lahan kering di
pulau Jawa yang merupakan salah satu unit produksi PT. Rajawali II. Luas areal
perkebunan tebu PG Subang pada musim tanam 2007/2008 adalah 5 827.994 ha.
Luas lahan HGU PG Subang adalah 4 815.342 ha yang terbagi dalam 3 rayon,

yaitu Rayon 1 Pasirbungur seluas 1 488.750 ha. Rayon II Pasirmuncang seluas


2 079.325 ha. Rayon III Manyingsal seluas 1 247.357. Rendemen di PG. Subang
sudah menunjukkan kinerja yang baik untuk perkebunan tebu lahan kering dengan
rata-rata selama 10 tahun terakhir adalah 6.25 % sedangkan produktivitas masih
belum menunjukkan hasil yang optimal yaitu sebesar 611 ku/ha. Secara umum
rata-rata produktivitas yang telah dicapai masih di bawah rata-rata produktivitas
nasional. Tanaman tebu yang dibudidayakan dibagi menjadi 2, yaitu Tanaman
Pertama (Plant Cane) dan Tanaman Keprasan (Ratoon Cane). Kegiatan budidaya
tebu Tanaman Pertama dimulai dari kegiatan pengolahan tanah, pemupukan,
penanaman, pengairan, pengendalian gulma, dan kletek. Periode tanam di PG.
Subang dibagi menjadi 2, yaitu periode I (Mei-September) dan periode II
(Oktober-November). Varietas yang dominan ditanam di PG. Subang adalah PA
117 dan BR 194 yang memiliki karakteristik yang sesuai dengan iklim dan
kondisi lahan PG. Subang.
Hasil penelitian pupuk daun menunjukkan bahwa pemberian pupuk daun
IBG Bio Fertilizer dan Agrorama terbukti nyata meningkatkan jumlah batang tebu
per meter juring pada 6 dan 8 BST, sedangkan pada peubah tinggi batang dan
diameter batang, kedua merk pupuk daun tidak berpengaruh nyata pada tanaman
tebu umur 6 dan 8 BST. Dari segi biaya, pupuk daun IBG Bio Fertilizer
memberikan selisih biaya terhadap kontrol lebih besar yaitu sebesar Rp. 481 000
dibandingkan pupuk daun Agrorama sebesar Rp. 426 448.

PENGELOLAAN TANAMAN TEBU


(Saccharum officinarum L.) DI UNIT PG. SUBANG
PT. RAJAWALI II, SUBANG, JAWA BARAT
(DENGAN ASPEK KHUSUS PUPUK DAUN)

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh
NURFIANA RAMADANI
A34104070

PROGRAM STUDI AGRONOMI


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

Judul

: PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum


officinarum

L.)

DI

UNIT

PG.

SUBANG

PT. RAJAWALI II, SUBANG, JAWA BARAT


(DENGAN ASPEK KHUSUS PUPUK DAUN)
Nama Mahasiswa

: Nurfiana Ramadani

NRP

: A34104070

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Ir. Purwono, MS
NIP. 131 124 018

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr


NIP. 131 124 019

Tanggal Lulus: .........

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 28 Mei 1986 di Kota Tangerang, Propinsi
Banten. Penulis merupakan anak ke-3 dari 3 bersaudara dari pasangan keluarga
Masngali Yosinaga dan Yasi.
Pada tahun 1992, penulis mulai memasuki bangku sekolah dasar di SDN
Sukasari IV Kota Tangerang dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun 1998, penulis
melanjutkan pendidikan ke SLTPN 4 Kota Tangerang dan lulus pada tahun 2001.
Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke SMUN 7 Kota Tangerang dan
lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis mengikuti SPMB (Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru) dan kemudian diterima di Program Studi
Agronomi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian,
penulis melakukan kegiatan magang yang berjudul Pengelolaan Tanaman Tebu
(Saccharum officinarum L.) di unit PG. Subang, PT. Rajawali II, Subang, Jawa
Barat (dengan Aspek Khusus Pupuk Daun) di bawah bimbingan Ir. Purwono, MS.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat melaksanakan magang dan menyelesaikan skripsi
magang berjudul Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di
Unit PG. Subang PT. Rajawali II, Subang, Jawa Barat (dengan Aspek
Khusus Pupuk Daun). Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan Program Sarjana pada Program Studi Agronomi,
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada :
1. Kedua orangtuaku, mamah dan papah dan kedua kakakku, Onyong dan Nunu
yang telah memberikan dorongan semangat dan dukungan moril maupun
materiil serta doa yang tiada henti sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
2. Ir. Purwono, MS. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Dr. Ir. Suwarto, MSi. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan
masukan yang banyak kepada penulis.
4. Dwi Guntoro, SP. MSi. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran
dan masukan yang banyak kepada penulis.
5. Ir. Sofyan Zaman selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama mengikuti kegiatan akademik.
6. Ir. Bambang Eka Darutama selaku General Manager PG. Subang yang telah
menyediakan tempat magang.
7. Sigit Ermunanto, STP. selaku pembimbing lapang beserta seluruh staf dan
karyawan pelaksana PG. Subang yang telah membantu penulis selama
pelaksanaan magang.
8. Pak Tija, Pak Kafrawi, Pak Asep, Pak Nano, mas Bayu, dan mas Dian yang
telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
9. Para mandor PG. Subang, Pak Yayay, Pak Hasa, Pak Budi, Pak Nana, Pak
Dedi, Pak Tatang, Pak Ajo, Pak Anda, Ariel, Ence, Dondon, dan mandor-

mandor lainnya. Pak Ade, Pak Wawan, Pak Nanay. Terima kasih karena telah
banyak membantu penulis dalam kegiatan di lapangan selama magang.
10. Keluarga besar AGRONOMERZ 41. Didik, intan, anggi, pa cie, ivan, via,
febri, rio, uni dina, agus, dilles, bubun, dan ambar. Tri dan gita (terimakasih
atas semangat dan dukungannya yang sangat berarti pada saat-saat terakhir).
Icha, vitria, ika, dan om (terima kasih buat semuanya yang telah kalian
berikan). Saras, sari, dhini, nandin, asti, mudi, vv, rika, dan nani (terima kasih
atas persahabatan selama ini). Indra (teman seperjuangan saat-saat semester
terakhir). Mercy, mba ii, cindy, achie, wahyu, ardi, lia, ichan, hendro, oppie,
fajri, donny, devi, amen, fitri, aji, nita, santo, manda, guntur, desti, mba restu,
edy jo, ani, diah, ai, ririn, wanda. Terima kasih kalian semua telah
memberikan kenangan selama 4 tahun bersama dan telah menjadi motivator
bagi penulis.
11. DGandenkz, terima kasih atas persahabatan yang mudah-mudahan tidak akan
pernah putus.
12. Qerz, terima kasih atas kenangan-kenangan indah saat kita awal masuk IPB.
13. Teman-teman Wisma Cendrawasih.
14. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam penyusunan laporan magang ini.

Penulis berharap semoga laporan ini dapat menambah wawasan di bidang


pertanian dan bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya. Dan semoga
amal baik dari semua pihak mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Amiiin.

Bogor, September 2008

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN
Latar Belakang .................................................................................. ..
Tujuan .................................................................................................

1
2

TINJAUAN PUSTAKA
Botani dan Morfologi Tanaman Tebu .................................................
Syarat Tumbuh Tanaman Tebu............................................................
Pupuk Daun..........................................................................................
Aplikasi Pemupukan ............................................................................

3
3
4
6

METODOLOGI
Waktu dan Tempat ..............................................................................
Metode Pelaksanaan.............................................................................

7
7

KEADAAN UMUM PG. SUBANG


Sejarah Perusahaan ..............................................................................
Lokasi dan Letak Geografis .................................................................
Tanah dan Tata Guna Lahan ................................................................
Iklim .....................................................................................................
Luas Areal dan Produksi ......................................................................
Keadaan Tanaman PG. Subang............................................................

10
11
11
12
12
13

ORGANISASI PG. SUBANG


Struktur Organisasi Perusahaan ........................................................... 17
Ketenagakerjaan................................................................................... 19
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Pengolahan Tanah .......................................................................
Pembibitan ..................................................................................
Penanaman ..................................................................................
Pemeliharaan ...............................................................................
Taksasi Produksi .........................................................................
Analisa Pendahuluan...................................................................
Tebang Angkut............................................................................
Pengolahan Gula .........................................................................
Aspek Manajerial
Mandor Lapangan .......................................................................
Sinder kebun Wilayah .................................................................

22
25
26
30
37
38
40
42
48
49

HASIL DAN PEMBAHASAN


Aspek Teknis
Pengolahan Tanah ....................................................................... 50
Penanaman .................................................................................. 51

Pemupukan..................................................................................
Penyiraman..................................................................................
Persiapan Tebang Angkut ...........................................................
Kondisi Pabrik.............................................................................
Produktivitas dan Rendemen PG. Subang ..................................
Aspek Manajerial
Manajemen Sumber Daya Manusia ............................................
Pengelolaan Kegiatan Kebun dan Tenaga Kerja
Bagian Tanaman..........................................................................
Aspek Khusus
Percobaan Pupuk Daun ...............................................................
Pengamatan di Lapangan ............................................................
Pembahasan Aspek Khusus ........................................................
Analisis Ekonomi ........................................................................

52
52
53
54
54
56
56
58
58
59
62

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan .......................................................................................... 63
Saran..................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 64
LAMPIRAN ..................................................................................................... 66

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman
Teks

1. Data Jenis Tanah di PG. Subang ........................................................... 11


2. Luas Areal PG. Subang Musim Tanam 2003-2007 .............................. 13
3. Luas Areal PC dan Ratoon Musim Tanam 2007/2008 ......................... 14
4. Realisasi Produksi PG. Subang Tahun 1998-2007 ............................... 15
5. Jadwal Tanam dan Tebang Berdasarkan Masa Tanam ......................... 16
6. Jumlah Karyawan PG. Subang Tahun 2008 ......................................... 20
7. Dosis Rekomendasi Pemupukan per ha pada MT 2007/2008 .............. 32
8. Jenis Dosis Campuran Herbisida Tahun 2007/2008 ............................. 34
9. Jumlah Batang per meter Juring Tebu Umur 6 dan 8 BST ................... 58
10. Tinggi Batang Tanaman Tebu Umur 6 dan 8 BST ............................... 58
11. Diameter Batang Tanaman Tebu Umur 8 BST..................................... 58

Lampiran

1. Curah Hujan PG. Subang Tahun 1998-2007 ........................................ 67


2. Jurnal Harian Pelaksanaan Kegiatan Magang di PG. Subang............... 68
3. Analisis Ekonomi Penggunaan Pupuk Daun IBG Bio Fertilizer .......... 77
4. Analisis Ekonomi Penggunaan Pupuk Daun Agrorama........................ 78

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman
Teks

1.

Aplikasi Pupuk Daun .........................................................................

2.

Kegiatan Ripper ................................................................................. 22

3.

Kegiatan Pembajakan......................................................................... 23

4.

Kegiatan Penggaruan ......................................................................... 24

5.

Kegiatan Pengkairan .......................................................................... 25

6.

Cara Penempatan Bibit........................................................................ 27

7.

Peletakkan Bibit ke dalam Kairan...................................................... 29

8.

Pengairan Sistem Glontor .................................................................. 30

9.

Pemupukan......................................................................................... 33

10. Kegiatan Tebang Angkut ................................................................... 41


11.

Pembongkaran Tebu dengan Hillo, Pengait Sling, dan Trippler ....... 42

12.

Stasiun Gilingan ................................................................................. 44

13.

Stasiun Masakan ................................................................................ 46

14.

Produk Gula ....................................................................................... 47

Lampiran

1. Struktur Organisasi PG. Subang ............................................................. 72


2. Peta Kebun PG. Subang .......................................................................... 73
3. Peta Rayon Pasir Bungur dan Pasir Muncang......................................... 74
4. Peta Rayon Manyingsal........................................................................... 75
5. Diagram Alir Proses Pembuatan Gula .................................................... 76
6. Layout Percobaan Pupuk Daun ......................................................................... 79

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) termasuk keluarga rumputrumputan yang mengandung air gula. Hingga sekarang tanaman tebu merupakan
tanaman penghasil gula yang paling banyak dibudidayakan di dunia, khususnya di
daerah tropis. Menurut Dietary Guildlines for Americans, gula diartikan sebagai
semua bentuk kalori pemanis (Coloric Sweeteners) yang di dalamnya termasuk
madu, gula pasir, sirup jagung, dan lain-lain pemanis (Sudiatso, 1982).
Total konsumsi gula nasional pada tahun 2007 adalah 4.85 juta ton yaitu
sebesar 2.7 juta ton untuk konsumsi gula langsung dan 2.15 juta ton untuk
konsumsi gula industri (Dewan Gula Indonesia, 2007). Sementara itu produksi
gula tebu di Indonesia tahun 2007 sebesar 2.4 juta ton. Sampai tahun 2007, luas
areal tebu di Indonesia adalah 395 000 ha dengan produktivitas nasional 60.8 ton
tebu/ha dan rendemen berkisar 7.2 %. Produksi tebu ini 64% dihasilkan oleh
Pulau Jawa.
Gula adalah salah satu kebutuhan pokok yang jumlahnya senantiasa
meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan peningkatan gizi
masyarakat. Ketersediaan akan lahan sawah yang berpengairan dari tahun ke
tahun untuk kebutuhan tebu semakin menyempit karena digunakan untuk
pemukiman dan industri. Oleh sebab itu, untuk menghasilkan gula sesuai dengan
kebutuhan maka areal tanaman tebu diarahkan pada lahan kering. Permasalahan
yang dihadapi pada areal pertanaman tebu lahan kering antara lain iklim yang
kering, pertumbuhan gulma yang tinggi, tingkat kesuburan tanah yang rendah, dan
reaksi tanah yang masam.
Pemupukan adalah upaya menambahkan unsur-unsur hara pada tanaman.
Pemupukan melalui akar seringkali mengalami hambatan sehingga suplai hara ke
dalam tanaman menjadi berkurang. Pupuk juga dapat diberikan melalui daun pada
tanaman tertentu dan hasilnya cukup baik. Pupuk daun merupakan pupuk yang
dalam pengaplikasiannya disemprotkan ke daun yang dapat memberikan nutrisi
bagi tanaman dan dapat diolah secara langsung oleh tanaman sehingga terjadi
perubahan yang cukup signifikan bagi tanaman (Setyamidjaja, 1986).

Pemupukan melalui daun dilaksanakan untuk menghindari inefisiensi


karena hara akan mengalami fiksasi dalam tanah yang berakibat tidak dapat lagi
diserap oleh tanaman. Respon tanaman terhadap pupuk daun dipengaruhi oleh
jenis tanaman, jenis pupuk, konsentrasi, dan frekuensi aplikasi serta fase
pertumbuhan tanaman saat aplikasi. Kelebihan penggunaan pupuk melalui daun
adalah zat hara yang diserap mengalami hambatan yang lebih kecil dibandingkan
hambatan yang dialami jika pupuk diberikan melalui tanah.
Setyamidjaja (1986) menyatakan pemupukan melalui daun dilaksanakan
untuk dapat memberikan unsur-unsur hara yang keperluannya dalam jumlah
sedikit (seperti unsur-unsur mikro) dan harus diberikan dengan konsentrasi
rendah. Pemupukan melalui daun tidak dimaksudkan untuk memenuhi keperluan
unsur hara untuk seluruh pertumbuhan tanaman. Dengan demikian, pemupukan
melalui daun hanyalah sebagai pelengkap dari pemupukan biasa.
Tujuan
1. Meningkatkan kemampuan keterampilan mahasiswa dalam memahami proses
kerja secara nyata.
2. Mempelajari aspek khusus pemupukan pada tanaman tebu dengan penggunaan
pupuk daun.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani dan Morfologi Tanaman Tebu
Tebu merupakan tanaman monocotyledon yang termasuk dalam ordo
Glumaceae, famili Gramineae, kelompok Andropogon, dan genus Saccharum.
Diantara genus Saccharum, Saccharum officinarum L. adalah yang paling banyak
dibudidayakan karena kandungan sukrosanya paling tinggi dan kandungan
seratnya paling rendah (Sudiatso, 1982).
Evans dalam Fauconnier (1993) menyatakan bahwa akar tebu dapat
diklasifikasikan dalam tiga kelompok. Kelompok pertama adalah superficcial root
yang bercabang-cabang dan memegang fungsi pengambilan atau suplai hara dan
nutrisi. Selanjutnya adalah buttres root yang menembus tanah lebih dalam dan
menambatkan tanaman. Yang terakhir adalah rope system yang merupakan sistem
perakaran yang menyerupai tali dan tumbuh ke bawah menembus tanah sampai
kedalaman 6 meter jika kondisi tanah favourable bagi pertumbuhan tanaman tebu.
Soebroto (1980) menyatakan batang tebu padat, tingginya 2-5 m dan tidak
bercabang dengan diameter 3-4 cm. Daun tebu berseling kanan dan kiri, serta
tidak bertangkai tapi berpelepah. Tulang daun sejajar, di tengah berlekuk. Helai
daun berbentuk garis yang panjangnya 1-2 m dan lebarnya antara 5-7 cm dengan
bagian tepi daun dan permukaan daun kasap sedangkan pelepahnya di bagian
bawah membalut batang seluruhnya sehingga buku-bukunya tidak kelihatan.
Bunga tebu merupakan malai dan berbentuk pyramida dengan panjang rata-rata
50-80 cm. Buah terbentuk dan matang sekitar 3 minggu sesudah pembuahan
(Fauconnier, 1993).
Syarat Tumbuh

Iklim
Sudiatso (1982) menyatakan bahwa tanaman tebu tumbuh baik di daerah
tropis dan subtropis sekitar daerah khatulistiwa sampai garis isotherm 20 0C, yaitu
kurang lebih diantara 39 0LU-35 0LS. Tebu banyak diusahakan di dataran rendah
dengan perbedaan yang jelas antara musim penghujan dan musim kering. Tebu
dapat juga ditanam di pegunungan dengan ketinggian 1000 m dpl. Di daerah

pegunungan yang suhu udaranya rendah mengakibatkan tanaman tebu lambat


tumbuh dan memiliki rendemen rendah serta pada suhu kurang dari 21 0C
pertumbuhan tanaman tebu terhambat, bahkan apabila suhu tanah sampai 16 0C
pertumbuhan tebu terhenti atau mati.
Lama pertumbuhan tanaman yang normal untuk daerah iklim tropis
berkisar antara 11-12 bulan. Iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
optimal tanaman tebu. Tebu tumbuh baik dengan kelembaban yang tidak terlalu
tinggi (70%<RH<90%) suhu harian rata-rata 22 0C-30 0C dan kecepatan angin
rata-rata kurang dari 10 km/jam dengan curah hujan 1 500-3 000 mm.

Tanah
Tanaman tebu dapat tumbuh baik pada tanah yang cukup subur, gembur
mudah menyerap tapi juga mudah melepaskan air. Menurut Sudiatso (1982) tanah
yang terbaik untuk pertumbuhan tebu adalah tanah lempung liat dengan solum
dalam atau tanah lempung berpasir dengan lempung berdebu karena tebu
mempunyai perakaran serabut yang terkonsentrasi pada kedalaman 0-60 cm.
Dalam masa pertumbuhan tebu banyak membutuhkan air dan kebutuhan
air tanaman tebu terus bertambah sampai pertumbuhan vegetatif selesai. Dalam
masa itu tebu memerlukan banyak air untuk perpanjangan batang yang sebanding
dengan besaran evapotranspirasi, yaitu berkisar antara 3-5 mm/hari yang berarti
jumlah curah hujan selama pertumbuhan vegetatif minimal 100 mm/bulan.
Setelah masa pertumbuhan vegetatif tanaman tebu memerlukan curah hujan
bulanan kurang dari 100 mm.

Pupuk Daun
Pupuk daun termasuk pupuk anorganik yang cara pemberiannya adalah
dengan cara disemprotkan ke daun agar dapat menambah zat-zat yang dibutuhkan
tanaman secara langsung. Tujuan pemberian pupuk daun adalah untuk
mendistribusikan sejumlah larutan hara secara merata ke seluruh permukaan daun.
Pemberian pupuk melalui daun merupakan pelengkap pemberian pupuk melalui
akar. Hal ini terjadi karena pada saat pupuk diberikan, stomata yang membuka
segera menyerap hara yang dibutuhkan dan penyerapan haranya berjalan lebih

cepat dibanding pupuk yang diberikan melalui akar. Akibatnya, tanaman akan
mulai menumbuhkan tunas dan tanah tidak rusak (Lingga dan Marsono, 2000).
Lingga dan Marsono (2000) menjelaskan membuka dan menutupnya
stomata merupakan proses mekanis yang diatur oleh tekanan turgor dari sel-sel
penutup. Jika tekanan turgor tinggi maka stomata akan membuka dan jika tekanan
turgor rendah maka stomata akan menutup. Cahaya matahari dan angin akan
menyebabkan turgor dari sel-sel penjaga menurun karena kehilangan air akibat
proses transpirasi. Air dalam daun cepat berkurang sehingga tekanan turgor
rendah dan stomata akan menutup. Bila pada saat itu air disemprotkan maka
stomata akan segera membuka dan menyerap cairan yang hilang lewat penguapan.
Bila air yang disemprot tersebut mengandung unsur hara maka pada saat stomata
membuka unsur hara akan berdifusi melalui stomata bersama air.
Menurut Lingga dan Marsono (2000) kelebihan memakai pupuk daun
dibanding pupuk akar adalah :
1. Pupuk daun dapat memberikan hara sesuai kebutuhan tanaman.
2. Penyerapan haranya berjalan lebih cepat dibandingkan pupuk yang
diberikan lewat akar.
3. Kelarutan pupuk daun lebih baik dibanding pupuk akar.
4. Pengaruh kekurangan hara berlangsung lebih cepat dibanding pupuk akar.
5. Pemberiannya lebih merata.
6. Kepekatannya dapat diatur sesuai pertumbuhan tanaman.
Kelemahan pemupukan melalui daun yaitu pupuk yang diberikan mudah
tercuci oleh air hujan. Menurut Lingga dan Marsono (2000) pemberian pupuk
daun lebih tepat dilakukan pada pagi hari atau sore hari karena pada saat itulah
stomata daun sedang membuka sempurna sehingga resiko kehilangan pupuk dapat
ditekan. Apabila penyemprotan dilakukan saat sinar matahari sedang terik dapat
menyebabkan air akan cepat menguap dan pupuknya hanya menempel di
permukaan daun. Padahal pupuk tidak mungkin diserap daun kalau bukan
berbentuk larutan. Sehingga pupuk yang tertinggal di daun tersebut akan
menyerap air dari dalam daun. Akibatnya daun akan seperti terbakar, pinggiran
daun akan layu, dan kemudian tanaman akan mati. Pemanfaatan pemupukan
melalui daun terutama diperuntukkan pada pemupukan unsur hara mikro. Unsur

hara mikro lebih memungkinkan pengaplikasian melalui penyemprotan lewat


daun karena jumlah kebutuhan yang sangat kecil.
Pupuk daun yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk daun
Agrorama yang terdiri dari Pupuk Majemuk Cair dan Biokompos, serta IBG
(Innovative Biotechnology of Growth) Bio Fertilizer. Pupuk Majemuk Cair dan
Biokompos diaplikasikan pada petak yang sama hanya waktu aplikasinya yang
berbeda. Pupuk Majemuk Cair memiliki komposisi hara makro 17.52% N, 5.40%
P2O5, 5.20% K2O, 5.00% Ca, dan 0.5% Mg serta hormon rangsang tumbuh alami
dan mikroorganisme penunjang. Dosis yang digunakan adalah 4 l/ha. Pupuk
Biokompos terdiri dari beberapa mikroorganisme seperti Lactobacillus sp.,
Actinomycetes, Streptomyces sp., Rhizobium, Acetobacter, Mould, dan Yeast.
Dosis yang digunakan adalah 4 l/ha. Pupuk Majemuk Cair berbentuk larutan
berwarna coklat kehitaman dan pupuk Biokompos berwarna coklat susu seperti
produk EM4. Pupuk daun IBG Bio Fertilizer memiliki komposisi hara 7.64% N,
7.63% P2O5, 9.86% K2O, serta unsur hara mikro sebagai pelengkap unsur hara
pada pupuk daun. Pupuk IBG Bio Fertilizer berbentuk larutan berwarna
kehijauan. Dosis yang digunakan adalah 6 l/ha.

Aplikasi Pemupukan
Harjadi (1996) menyatakan untuk pertumbuhannya tanaman memerlukan
nutrisi atau hara mineral yang berasal dari media tumbuh dan dari pupuk. Menurut
Lingga dan Marsono (2000) ada dua bentuk pupuk daun di pasaran, yaitu cair dan
padat. Pemupukan melalui daun memiliki banyak kelebihan, yaitu penyerapan
haranya berjalan lebih cepat dibandingkan dengan pupuk yang diberikan lewat
akar. Akibatnya tunas tanaman akan lebih cepat tumbuh dan tanahnya tidak rusak.
Tisdale et al., (1985) menyatakan bahwa beberapa jenis pupuk yang dapat
larut dalam air dapat didistribusikan langsung ke bagian tanaman, hara tersebut
masuk melalui kutikula atau stomata daun kemudian masuk ke dalam sel. Dengan
pemupukan melalui daun kekurangan hara akan lebih cepat diketahui jika
dibandingkan dengan pemupukan melalui akar (tanah), tetapi responnya hanya
sementara.

METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Kegiatan magang dilaksanakan mulai tanggal 11 Februari-12 Juni 2008 di
unit PG. Subang PT. Rajawali II Desa Pasirbungur, Kecamatan Purwadadi,
Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat.

Metode Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan magang, mahasiswa melakukan kerja langsung di
lapangan sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) selama 2 bulan, aspek
manajerial sebagai pendamping mandor dan Sinder Kebun Wilayah masingmasing selama 1 bulan, dan aspek khusus.

Aspek Teknis
Dalam kerja langsung, mahasiswa melakukan kegiatan di kebun meliputi
pengolahan lahan yang meliputi pembajakan, penggaruan, dan pengkairan. Lalu
kegiatan pembibitan dan penanaman yang terdiri atas pembersihan bibit, seleksi,
pemotongan, pengeceran, dan penutupan bibit. Selain itu melakukan pemeliharaan
yang meliputi penyulaman, pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian HPT,
dan kletek.

Aspek Manajerial
Pada aspek manajerial mahasiswa menjadi pendamping mandor lapangan
yang terbagi menjadi mandor kebun, mandor pupuk, mandor proteksi, dan mandor
herbisida. Kegiatan yang dilakukan adalah membantu mengawasi pekerjaan di
kebun dan memonitoring hasil kegiatan kebun. Pada waktu menjadi pendamping
Sinder Kebun Wilayah (SKW) kegiatan yang dilakukan adalah membantu
mengawasi pekerjaan tenaga kerja, memonitoring hasil kegiatan kebun,
mempelajari keadaan dan peta kebun, mempelajari kegiatan administrasi kebun,
serta melakukan manajemen budidaya kebun yang baik untuk mendapatkan
produksi kebun yang optimal.

Aspek Khusus
Aspek khusus yang diambil adalah aspek pemupukan dengan pupuk daun.
Percobaan pupuk daun dilaksanakan pada tanggal 27 Februari 2008 pada tanaman
tebu berumur 5 BST (masa tanam 10A) varietas PA 117 kategori PC (Plant Cane)
dengan jarak PKP (Pusat ke Pusat) adalah 1.3 m. Percobaan dilakukan di petak 7,
Kebun Patrakomala, Rayon Pasirbungur seluas 3 ha. Pupuk daun yang digunakan
adalah IBG Bio Fertilizer dan Agrorama yang terdiri dari 2 jenis, yaitu Pupuk
Majemuk Cair dan Biokompos. Alat-alat yang digunakan antara lain knapsack
sprayer 15 l dengan nozzle 2 buah, ember, bambu pengaduk, dan tangki air.
Metode
Data pengamatan dianalisis menggunakan uji-t dengan taraf 5 %.
Percobaan dilakukan dalam satu petak seluas 3 ha dan dalam petakan ini diberikan
3 perlakuan, yaitu pupuk daun IBG Bio Fertilizer, Agrorama, dan kontrol masingmasing berupa plot seluas 1 ha sehingga terdapat 38 juringan pada tiap plot.
Pengamatan dilakukan dengan mengambil 3 juringan contoh, yaitu juringan 18,
19, dan 20 pada masing-masing plot. Gambar Layout Percobaan Pupuk Daun
tercantum pada Gambar Lampiran 6. Peubah yang diamati adalah :

Tinggi batang
Tinggi batang diukur dari permukaan tanah sampai dengan daun keempat dari
sendi daun teratas yang terlihat (capit urang) pada tanaman sampel. Pada tiap
juringan contoh diambil satu rumpun (3 sampel tanaman tebu) pada tiap leng
sehingga terdapat 12 tanaman sampel per juringan contoh yang diamati
kemudian dirata-ratakan. Pengamatan dilakukan pada umur 6 dan 8 BST.

Diameter batang
Diameter batang diukur pada ketinggian 20 cm di atas permukaan tanah
dengan menggunakan sigmat pada tanaman sampel. Pada tiap juringan contoh
diambil satu rumpun (3 sampel tanaman tebu) pada tiap leng sehingga terdapat
12 tanaman sampel per juringan contoh yang diamati kemudian dirata-ratakan.
Pengamatan dilakukan pada umur 8 BST.

Jumlah batang per meter


Jumlah batang dihitung pada tiap-tiap juringan contoh lalu dihitung jumlah
batang rata-rata per meter. Pengamatan dilakukan pada umur 6 dan 8 BST.

Pelaksanaan Percobaan
Petakan percobaan sebelum dilakukan pemupukan dengan pupuk daun,
tetap diberikan pupuk standar yaitu menggunakan pupuk majemuk NPK Kujang
yang diberikan pada saat tanam sebagai pupuk dasar dan pupuk lanjutan pada saat
1-2 BST dengan dosis masing-masing sebanyak 3 ku/ha.
Perlakuan pada plot I menggunakan pupuk daun IBG Bio Fertilizer dengan
dosis 6 l/ha yang dilarutkan dalam 150 l air dengan konsentrasi 40 ml/l air. Pada
plot II diberikan pupuk daun Agrorama yang terdiri atas 2 jenis, yaitu Pupuk
Majemuk Cair dengan dosis 2 l/ha dan Biokompos sebanyak 4 l/ha kemudian
masing-masing dosis pupuk tersebut dilarutkan dengan 150 l air. Konsentrasi
masing-masing jenis pupuk tersebut adalah 13 ml/l air dan 26 ml/l air. Khusus
untuk Pupuk Majemuk Cair dilakukan sebanyak 2 kali aplikasi, yaitu aplikasi
pertama bersamaan dengan pupuk lainnya sebanyak 2 l/ha dan aplikasi kedua
sebanyak 2 l/ha dilakukan pada saat 2 minggu setelah aplikasi pertama. Volume
semprot yang digunakan adalah 150 l/ha sehingga masing-masing larutan pupuk
tersebut akan habis untuk 1 plot percobaan seluas 1 ha dalam satu kali
pencampuran dosis. Kemudian pupuk daun yang sudah dilarutkan dengan 150 l
air dituang ke dalam knapsack sprayer dan siap untuk disemprotkan. Pemberian
pupuk daun IBG Bio Fertilizer dan Pupuk Majemuk cair dilakukan dengan
menyemprotkannya ke daun tanaman tebu sedangkan pemberian pupuk
Biokompos dilakukan melalui tanah dengan menyemprotkannya ke dekat
perakaran tebu.

Gambar 1. Aplikasi Pupuk Daun

KEADAAN UMUM PG. SUBANG

Sejarah Perusahaan
Pada tahun 1812, areal HGU Pabrik Gula Subang merupakan areal
perkebunan karet yang dikelola oleh Inggris, tetapi pada tahun 1835-1953 diambil
alih dan dikelola oleh Belanda, kemudian areal perkebunan tersebut dikelola oleh
perusahaan asing yaitu NVP and T. Land (NV. Pamanoekan and Tjiasem Land)
sampai tahun 1961. Pada tahun 1962 diambil alih oleh pemerintah Republik
Indonesia dan dijadikan Perusahaan Perkebunan Negara dengan nama PPN
Dwikora IV. Pada tahun 1968 nama PPN diubah menjadi Perseroan Terbatas
Perkebunan (PTP). Areal perkebunan karet Subang dikelola oleh PTP XXX dari
tahun 1972-1978. Pada tanggal 14 Oktober 1978, Menteri Pertanian dengan Surat
Keputusan No.681/Mentan/X/1978 menginstruksikan PTP XIV untuk mengelola
areal perkebunan bekas PTP XXX dengan menanam tanaman tebu.
Pada tahun 1980, Menteri Pertanian mengeluarkan Surat Keputusan
No.924/Mentan/XL/1980 yang ditujukan pada gubernur pulau Jawa mengenai
peningkatan produksi gula melalui rehabilitasi Pabrik Gula di pulau Jawa
dipercepat dan Surat Keputusan No.689/Mentan/X/1980 yang ditujukan kepada
PTP XIV mengenai pembangunan Pabrik Gula Subang, Studi Kelayakan
pembangunan Pabrik Gula Subang dilakukan oleh PTP XIV sendiri sampai akhir
tahun 1980.
Pada tanggal 11 Agustus 1981 keluar Surat Keputusan Menteri Pertanian
No.66/KKPTS/ORG/8/1981 dan tanggal 2 Juni 1982 keluar Surat Direktorat
Jenderal Moneter Dalam Negeri Departemen Keuangan No.2892/MD/1982
mengenai pelaksanaan pembangunan dan pengelolaan proyek Pabrik Gula
Subang. Pembangunan Pabtik Gula Subang dilaksanakan oleh Kontraktor Heavy
Mechanical Complex Co. Ltd. Taxilla, Pakistan dan PT. Aneka Usaha
Perkebunan.
Pembangunan Pabrik Gula Subang selesai pada tanggal 23 Maret 1984.
Pada tanggal 9 Juni 1984, PT. HMC secara penuh menyerahkan Pabrik Gula
Subang kepada PTP XIV (persero). Pada tahun 1989, kepemilikan Pabrik Gula
Subang diambil alih oleh PT. PG. Rajawali Nusantara Indonesia sampai sekarang.

11

Lokasi dan Letak Geografis


Lokasi kebun Pabrik Gula Subang tersebar di tiga wilayah, yaitu
Pasirbungur, Pasirmuncang dan Manyingsal. Pabrik terletak di Desa Pasirbungur,
Purwadadi, Subang, Jawa Barat dengan jarak sekitar 25 km ke arah utara Kota
Subang dan 15 km ke arah selatan Kecamatan Sukamandi. Curah hujan PG.
Subang sebesar 1 200 2 000 mm per tahun. Secara geografis kedudukan pabrik
gula Subang dan lahan perkebunannya terletak pada 602446 LS-602448 LS
dan 10704116-10704118 BT dengan ketinggian tempat 33 m di atas
permukaan laut.

Tanah dan Tata Guna Lahan


Jenis tanah yang terdapat di areal perkebunan tebu PG. Subang adalah
tanah latosol merah dan podsolik (Tabel 1). Jenis tanah yang mendominasi adalah
jenis tanah latosol merah. Tekstur tanah berkisar dari liat halus sampai dengan
lempung liat berdebu. Struktur tanah umumnya bergumpal dengan kedalaman
solum 30-150 cm dan kapasitas tanah menyimpan air sekitar 300 mm.
Tabel 1. Data Jenis Tanah di PG. Subang
No

Jenis Tanah

Kriteria

Rayon

1.

Latosol

1. pH tanah 4.5-6.5

1. Pasirbungur

merah

2. Drainase baik

2. Pasirmuncang

3. Kesuburan tanah rendah


2.

Podsolik

1. pH tanah 4.5-6.5

3. Manyingsal

2. Kesuburan tanah rendah


Sumber : Litbang PG. Subang, 2008

Bentuk topografi areal perkebunan PG. Subang umumnya relatif datar


(kemiringan 0-3 %) dan bergelombang (kemiringan 3-8 %).

12

Iklim
Berdasarkan data curah hujan PG. Subang selama 10 tahun terakhir dari
tahun 2003-2007 (Tabel lampiran 1) dapat diketahui bahwa jumlah curah hujan
bulanan rata-rata adalah sebesar 1802.9 mm/tahun dengan jumlah hari hujan 108
hari. Menurut klasifikasi iklim Schmidth dan Ferguson PG. Subang termasuk tipe
iklim C (agak basah) dengan jumlah rata-rata bulan kering (CH < 60 mm) adalah
4 bulan dan jumlah rata-rata bulan basah (CH > 100 mm) adalah 7 bulan. Suhu
rata-rata dari tahun 1997-2001 mempunyai variasi yang cukup besar dengan suhu
minimum 20.9 0C dan suhu maksimum 34.3 0C. Untuk data kelembaban udara
rata-rata tahunan PG. Subang dari tahun 1997-2001 berkisar antara 73%-83.4%.

Luas Areal dan Produksi


Areal merupakan modal utama untuk mendirikan sebuah pabrik gula.
Areal perkebunan PG. Subang terdiri dari lahan HGU (Hak Guna Usaha), KSO
(Lahan Sewa), dan TR (Tebu Rakyat). Luas areal perkebunan tebu PG Subang
pada musim tanam 2007/2008 adalah 5 827.994 ha (Tabel 2). Luas lahan HGU
PG Subang adalah 4 815.342 ha yang terbagi dalam 3 rayon, yaitu Rayon 1
Pasirbungur seluas 1 488.750 ha. Rayon II Pasirmuncang seluas 2 079.325 ha.
Rayon III Manyingsal seluas 1 247.357. Luas tersebut dari tahun ke tahun
mengalami perubahan. PG. Subang selain mengelola tebu lahan HGU, juga
mengelola tebu dengan sistem lahan sewa (KSO) dan Tebu Rakyat (TR). Luas
lahan sewa yang dikelola sebesar 656.733 ha dan TR seluas 355.829 ha.
PG. Subang selain menghasilkan produk utama berupa gula SHS 1A juga
menghasilkan produk samping yaitu ampas tebu (bagasse), blotong (filter cake),
dan tetes (molase). Ampas adalah hasil samping saat penggilingan yang dapat
digunakan untuk bahan bakar pabrik, industri kertas, dan dikomposkan. Blotong
adalah hasil samping saat proses pemurnian yang dapat dimanfaatkan sebagai
pupuk untuk tanaman tebu. Tetes adalah hasil samping saat proses pemutaran
yang dapat diolah lebih lanjut menjadi etanol (alkohol), MSG (Monosodium
Glutamat), dan pakan ternak. Dari 100 ton tebu yang digiling akan menghasilkan
hasil sampingan 35 ton ampas (35%), 3 ton blotong (3%), dan 5 ton tetes (5%).

13

Tabel 2. Luas Areal PG. Subang Musim Tanam 2003-2007


TAHUN TANAM
Uraian

HGU

2003/2004

2004/2005

2005/2006

2006/2007

2007/2008

Rayon I

1 451.372

1 540.531

1 643.952

1 515.828

1 488.750

Rayon II

1 648.078

1 959.695

1 890.733

1 925.017

2 079.325

853.642

804.738

712.534

676.254

1 247.357

3 953.092

4 304.964

4 247.219

4 117.099

4 815.432

Rayon I

236.283

242.216

232.741

247.915

591.947

Rayon II

204.493

276.849

291.016

290.794

Rayon III

264.903

170.130

150.423

63.183

64.786

705.679

689.195

674.180

601,892

656.733

Rayon III
JUMLAH
KSO

JUMLAH
TEBU SENDIRI

Rayon I

1 687.655

1 782.747

1 876.693

1 763.743

2 080.697

(TS)

Rayon II

1 852.571

2 236.544

2 181.749

2 215.811

2 079.325

Rayon III

1 118.545

974.868

862.957

739.437

1 312.143

4 658.771

4 994.159

4 921.399

4 718.991

5 472.165

Rayon I

40.778

65.966

73.606

162.698

247.197

Rayon II

3.152

38.958

80.531

113.860

15.000

Rayon III

13.305

3.152

26.699

104.982

93.632

57.235

108.076

180.836

381.540

355.829

Rayon I

1 728.433

1 848.713

1 950.299

1 926.441

2 327.894

Rayon II

1 855.723

2 275.502

2 262.280

2 329.671

2 094.325

Rayon III

1 131.850

978.020

889.656

844.419

1 405.775

5 102.235

5 102.235

5 100.531

5 827.994

JUMLAH
TR

JUMLAH
TS + TR

4 716.006
JUMLAH
Sumber : Litbang PG. Subang, 2008

Keadaan Tanaman PG. Subang


Tanaman tebu yang dibudidayakan di PG Subang dibagi menjadi 2
kategori, yaitu tanaman pertama (Plant Cane) dan tanaman keprasan (Ratoon
Cane). Tanaman pertama merupakan tanaman yang bibitnya berasal dari Kebun
Bibit Datar (KBD) yang berumur 7 bulan dan merupakan tanaman baru yang
ditanam pada areal yang telah dilakukan pengolahan tanah. Tanaman pertama
disebut sebagai Kebun Tebu Giling I. Tanaman keprasan merupakan tanaman

14

yang berasal dari tebangan tanaman tebu sebelumnya dan merupakan tanaman
lanjutan dari tanaman pertama. Tanaman keprasan di PG. Subang biasanya
diusahakan sebanyak 2 kali dikarenakan produksi yang semakin menurun setelah
ratoon II. Tetapi jika keadaan tanaman tidak memungkinkan untuk dijadikan
tanaman keprasan misalnya dari produksi tebu yang dihasilkan tidak dapat
mencapai standar, tanaman pada petak tersebut terserang hama dan penyakit atau
terdapat banyak sulaman maka petak tersebut harus dibongkar untuk diolah
tanahnya dan dijadikan tanaman pertama.
PG. Subang mempunyai 2 jenis pola penanaman kebun produksi, yaitu
Kebun Bibit dan Kebun Tebu Giling. Kebun Bibit dilaksanakan sebanyak 4 kali,
yaitu Kebun Bibit Pokok (KBP), Kebun Bibit Nenek (KBN), Kebun Bibit Induk
(KBI), dan Kebun Bibit Datar (KBD). Kebun Tebu Giling diusahakan mulai dari
KTG I (Tanaman Pertama) sampai KTG III (Ratoon II). Pada tahun tanam
2007/2008, 38 % dari luas areal ditanami oleh tanaman pertama, 43 % merupakan
tanaman ratoon I, dan 19 % adalah tanaman ratoon II (Tabel 3).
Tabel 3. Luas Areal PC dan Ratoon Musim Tanam 2007/2008
Bulan
Tanam

Kategori
PC

Ratoon 1

Ratoon 2

Ratoon

PC + Ratoon

5A

3.247

3.247

5B

19.921

2.270

2.270

22.191

6A

77.129

115.921

64.342

180.263

257.392

6B

171.282

268.250

95.705

363.955

535.237

7A

217.112

297.285

168.208

465.493

682.605

7B

206.150

300.654

93.855

394.509

600.659

8A

196.208

310.165

223.031

533.196

729.404

8B

152.856

239.214

173.778

412.992

565.848

9A

132.684

174.395

55.176

229.571

362.255

9B

164.496

284.325

90.803

375.128

539.624

10A

57.718

42.945

6.406

49.351

107.069

10B

153.832

33.173

9.513

42.686

196.518

11A

264.705

90.890

3.865

94.755

359.460

11B

104.784

68.701

68.701

173.485

12A

4.211

3.125

3.125

7.336

12B

8.400

8.400

1 934.735
2 231.313
984.682
Sumber : Litbang PG. Subang, 2008

3 215.995

5 150.730

Total

15

Produksi tanaman tebu dan hablur di PG. Subang tahun tanam 1997/19982006/2007 disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Realisasi Produksi PG. Subang Tahun 1998-2007
Tahun

Luas

Rend

(ha)

(%)

Produktivitas

Produksi

Tebu

Hablur

Tebu

Hablur

(ku/ha)

(ku/ha)

(ku)

(ku)

1997/1998

4 976.668

4.00

654

26.16

3 253 751

129 989

1998/1999

5 266.166

4.40

523

23.01

2 752 020

120 953

1999/2000

5 308.580

5.02

613

30.77

3 253 824

163 342

2000/2001

5 200.956

5.16

688

35.50

3 579 573

184 794

2001/2002

4 933.856

5.89

551

32.45

2 717 656

160 183

2002/2003

4 762.146

6.82

489

33.35

2 329 774

158 839

2003/2004

4 716.006

7.64

631

48.21

2 975 876

227 421

2004/2005

5 102.235

7.78

661

51.43

3 374 798

262 724

2005/2006

5 102.235

8.03

706

56.69

3 603 296

289 400

2006/2007

5 100.531

7.64

584

44.62

2 980 276

227 786

Rata-rata

5 046.938

6.25

611

38.19

3 082 084

192 543

Sumber : Litbang PG. Subang, 2008

PG. Subang menggunakan varietas tebu yang beragam dalam setiap


musim tanam. Hal ini dilakukan karena selalu ada varietas baru yang
dikembangkan oleh Pusat Penelitian Agronomi (Puslit Agro) yang memiliki sifat
dan karakteristik yang disesuaikan dengan keadaan iklim dan lahan di PG.
Subang.

PG

Subang

dalam

menentukan

penyusunan

varietas

dengan

mempertimbangkan beberapa faktor antara lain adalah faktor kemasakan tebu dan
periode tanam terutama pada tanaman kebun bibit dan tanaman pertama. Varietas
yang dominan ditanam di PG. Subang adalah varietas PA 117 (masak akhir), BR
194 (masak awal), PA 198 (masak akhir), PS 851 (masak tengah), dan PSJT-9433
(masak akhir). Varietas tersebut banyak digunakan karena merupakan varietas
unggulan di PG. Subang yang memiliki sifat tahan keprasan, tahan terhadap
serangan hama dan penyakit, memiliki potensi produksi dan rendemen yang
tinggi, dan toleransi kekeringan sehingga cocok untuk dikembangkan di PG.
Subang. Jenis varietas yang akan ditanam disesuaikan dengan masa tanam tebu
yaitu varietas masak awal yang yang akan ditanam pada waktu awal giling,

16

varietas masak tengah ditanam pada pertengahan giling, dan varietas masak
lambat yang ditanam pada periode akhir. Masa tanam di PG. Subang dimulai dari
awal bulan mei sampai akhir bulan desember dan masa tebang dari bulan mei
sampai bulan september tahun berikutnya (Tabel 5).
Tabel 5. Jadwal Tanam dan Tebang Berdasarkan Masa Tanam
Masa
Tanam

Bulan
Mei

Jun

5A-7B

8A-10B

11A-12A
Ket :
Tahun n

Tahun n+1

Bulan Tanam

Bulan Tebang

Jul

Agu

Sep

Okt

Nov

Des

ORGANISASI PG. SUBANG


Struktur Organisasi Perusahaan
PG. Rajawali Nusantara Indonesia II, Unit PG. Subang dipimpin oleh
seorang General Manager yang dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh Kepala
Bagian Tanaman (Plantation Manager), Kepala Bagian Instalasi (Engineering
Manager), Kepala Bagian Pabrikasi (Processing Manager), Kepala Bagian Tata
Usaha dan Keuangan (Financial and Administration Manager), dan Kepala
Bagian Sumber Daya Manusia dan Umum (Human Resources and Development
Manager).
General Manager bertugas melaksanakan keputusan/kebijakan yang
ditetapkan oleh direksi PG. Rajawali Nusantara Indonesia II. Selain itu juga
mengelola aset unit PG. Subang dengan membuat perencanaan pembagian kerja,
jadwal penyelesaian pekerjaan, mengajukan RKAP, dan perolehan laba, serta
melakukan pengawasan mengenai pencapaian target, pengeluaran biaya, dan
jalannya pelaksanaan organisasi. General Manager bertanggung jawab kepada
direksi PG. Rajawali II yang berpusat di Cirebon dan Jakarta.

Kepala Bagian Tanaman (Plantation Manager)


Kepala Bagian Tanaman (Plantation Manager) bertugas menjalankan
rencana kerja dan kebijakan di bidang tanaman yang ditetapkan General
Manager. Selain itu, membuat rencana pengawasan dan pengajuan usul dalam
pelaksanaan teknik budidaya tanaman serta memimpin dan mengelola bidang
tanaman yang meliputi kebun percobaan, tanaman, dan tebang angkut. Kepala
Bagian Tanaman dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Sinder Kepala
Kebun, Sinder Kebun Wilayah, Kepala Tebang dan Angkut, Kepala Risbang, dan
Kepala Mekanisasi.
Sinder Kepala Kebun (SKK) bertugas melaksanakan kebijakan General
Manger dan Kepala Tanaman sesuai kebijakan Direksi pada bagian tanaman.
Membantu Kepala Tanaman membuat rencana kerja, membuat laporan tentang
kemajuan pekerjaan, mengajukan usul, dan membuat realisasi biaya di rayonnya.

18

Sinder Kebun Wilayah (SKW) bertugas melaksanakan kegiatan sesuai


dengan perintah atasan di bagian tanaman, membuat rencana tentang luas areal,
pengelolaan lahan, membuat jadwal waktu pelaporan kemajuan pekerjaan,
mengawasi kegiatan budidaya, dan realisasi biaya kebun.
Kepala Tebang dan Angkut bertugas menentukan tebu yang akan ditebang,
mencari atau mengontrak tenaga dan alat angkutan tebang, melakukan
pengawasan terhadap mutu dan biaya tebang, serta melakukan pemeliharaan jalan
dan jembatan. Dalam tugasnya Kepala Tebang dan Angkut dibantu oleh Sinder
Tebang yang tugasnya melaksanakan kebijakan Kepala Tebang dan Angkut sesuai
dengan ketentuan Kepala Tanaman agar kualitas dan kuantitas tebu layak giling,
serta mengkoordinasi Mandor Tebang.
Kepala Riset dan Pengembangan (Risbang) bertugas melakukan
penyusunan rencana dan pengawasan terhadap kebun percobaan dan analisis
pendahuluan, membuat laporan hasil kegiatan analisis pendahuluan dan kebun
percobaan, menghimpun data agronomi, memantau, mengendalikan hama dan
penyakit, mutu tebangan, serta merekomendasikannya.
Kepala Mekanisasi bertugas melaksanakan pengawasan terhadap alat-alat
yang digunakan sebagai pendukung kelancaran operasional kebun, penebangan,
dan angkutan. Kepala Mekanisasi berhak mengatur pembagian alat pertanian dan
bertanggung jawab terhadap semua kegiatan mekanisasi. Dalam tugasnya dibantu
oleh Kepala Field Operation dan Kepala Alat Berat.

Kepala Bagian Sumber Daya Manusia dan Umum (Human Resources and
Development Manager
Kepala Bagian SDM dan Umum bertugas membuat dan menjalankan
rencana kerja dan kebijakan di bidang SDM dan umum yang ditetapkan General
Manager antara lain menetapkan analisis jabatan, merekrut pekerja, melatih,
menempatkan, memberikan kompensasi yang adil dan merata, serta memotivasi
pekerja. Dalam pelaksanaan tugasnya Kepala Bagian SDM dan Umum dibantu
oleh Kepala SDM dan Umum, Staf SDM, dan Staf PTK.

19

Kepala Bagian Instalasi (Engineering Manager)


Kepala Bagian Instalasi bertugas menjalankan program yang telah
ditetapkan oleh General Manager untuk malaksanakan rencana dan kebijakan di
bidang instalasi pabrik gula, menjaga kelancaran teknik termasuk perencanaan,
pengusulan, perubahan peralatan, dan pembiayaan dalam pabrik. Dalam
pelaksanaan tugasnya dibantu oleh Staf Workshop, Staf Gilingan, Staf Boiler, Staf
Teknik Sipil, Staf Listrik, Staf Pool Kendaraan, dan Staf Instrument.

Kepala Bagian Pabrikasi (Processing Manager)


Kepala Bagian Pabrikasi bertugas melaksanakan kegiatan-kegiatan teknik
operasional dalam bidang pabrikasi, mengusulkan perubahan atau perbaikan
peralatan yang berhubungan dengan bagian pabrikasi dan menjaga kelancaran
proses pabrikasi. Dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh 5 orang staf, yaitu
Staf Laboratorium and Quality Control, Staf Purification, Staf Evaporator, Staf
Vacuum and Crystalization, dan Staf Centrifugal.

Kepala Bagian Tata Usaha dan Keuangan (Financial and Administration


Manager)
Kepala Bagian TUK bertugas menjalankan rencana kerja dan kebijakan
dalam bidang tata usaha dan keuangan yang ditetapkan General Manager,
memimpin dan menjaga kelancaran administrasi perusahaan, serta memelihara
dan menyimpan arsip perusahaan. Kepala Bagian TUK berhak melakukan
koordinasi antar bagian dan meminta kelengkapan data serta melakukan koreksi
penggunaan dan pelaksanaan biaya. Kepala Bagian TUK dalam melaksanakan
tugasnya dibantu oleh Staf keuangan dan Staf akuntansi.

Ketenagakerjaan

Status dan Sistem Perupahan


Karyawan di unit PG. Subang dibagi menjadi 3 golongan, yaitu Karyawan
Staf (pimpinan), Non Staf (karyawan pelaksana/bulanan), dan PKWT (Perjanjian
Kerja Waktu Tertentu) (Tabel 6).

20

Karyawan staf merupakan pekerja pimpinan yang memiliki golongan 9-16


yang memiliki jabatan struktural. Karyawan staf terdiri atas General Manager,
Kepala Bagian (Kabag), Kepala Seksi (Kasie), dan Kepala Subseksi (Kasubsie).
Karyawan Non Staf merupakan para karyawan tetap yang memiliki golongan 1-8.
Staf dan Non Staf merupakan Karyawan PKWTT (Perjanjian Kerja Waktu Tidak
Tertentu) artinya karyawan tersebut mempunyai hubungan kerja dengan
perusahaan dalam jangka waktu yang ditentukan sampai umur 55 tahun atau
sampai usia pensiun. Fasilitas yang dimiliki berupa gaji tetap bulanan, perumahan,
listrik, air bersih, asuransi kesehatan, bis karyawan, dan bis sekolah.
Karyawan PKWT (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu) merupakan karyawan
yang mempunyai hubungan kerja dengan perusahaan untuk jangka waktu tertentu
atau karyawan tersebut bekerja berdasarkan sistem kontrak sesuai kebutuhan
perusahaan dan digaji secara harian berdasarkan Upah Minimum Kabupaten
(UMK). Karyawan PKWT dibagi menjadi 2, yaitu PKWT dalam pabrik dan
PKWT luar pabrik. Karyawan PKWT dalam pabrik terdiri atas 2 bagian, yaitu
instalasi dan pabrikasi. Karyawan PKWT luar pabrik dibagi menjadi 3 bagian,
yaitu tanaman, TUK/SDM dan umum, pool kendaraan, dan PTU/mekanisasi.
Tabel 6. Jumlah Karyawan PG. Subang Tahun 2008
Karyawan

Jumlah

Staf

51

Non Staf

322

PKWT

241

Sumber : SDM dan Umum PG. Subang, 2008

Pembagian Waktu Kerja


Jam kerja yang diberlakukan bagi karyawan terdiri atas jam kerja harian
dan jam kerja shift. Jam kerja harian dilakukan di luar musim giling atau pada
masa perbaikan dan pemeliharaan. Jam kerja shift dilakukan selama musim giling.

21

Jam kerja harian :


Senin-kamis

: 07.00-15.00 WIB, istirahat 12.00-13.00

Jumat

: 07.00-15.00 WIB, istirahat 11.00-13.00

Sabtu

: 07.00-13.00 WIB

Jam kerja shift :


Shift A

: 06.00-14.00 WIB

Shift B

: 14.00-22.00 WIB

Shift C

: 22.00-06.00 WIB

Pertukaran shift dilakukan setiap 3 hari sekali.

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG


Aspek Teknis

Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah merupakan kegiatan yang bertujuan menyediakan media
tumbuh bagi tanaman, memperbaiki aerasi dan drainase, serta menghancurkan
gulma dan sisa-sisa tanaman. Pengolahan tanah di PG. Subang dilakukan secara
mekanis. Tujuannya adalah untuk mempercepat proses kerja karena keterbatasan
tenaga kerja dan meningkatkan kualitas pekerjaan.

Ripping
Merupakan kegiatan memecah lapisan keras pada top soil yang terbentuk
karena kegiatan mekanisasi pada lahan secara terus menerus (Gambar 2).
Kegiatan ini hanya dilakukan pada tanah yang mengalami pemadatan tanah
sedangkan untuk tanah yang tidak terlalu keras langsung dilakukan pembajakan.
Kegiatan ini menggunakan traktor penggerak 4 WD 200 HP dan implement ripper
yang memiliki 3 mata dengan lebar kerja efektif 2 m dan kedalaman olah 35-40
cm. Arah ripping searah juringan tanaman tebu. Kapasitas traktor 0.5 ha/jam.
Pada lahan yang akan dijadikan tanaman ratoon dilakukan chisel untuk
membelah alur tanaman tebu dan memotong perakaran pada interrow tanaman.
Kegiatan ini menggunakan traktor penggerak 4 WD 110 HP dengan kedalaman
olah 20-25 cm. Kapasitas traktor 0.55 ha/jam.

Gambar 2. Kegiatan Ripper

23

Pembajakan (Plowing)
Pembajakan merupakan suatu tahap pengolahan tanah untuk membongkar
tanah, membunuh perakaran tanaman pengganggu, dan mambalik tanah agar
sirkulasi udara lebih baik (Gambar 3). Pada tahap ini tanah dipotong,
dilonggarkan, dan dibalik pada suatu kedalaman tertentu (25-40 cm). Pembajakan
dilakukan dua kali, yaitu bajak I dan bajak II. Bajak I bertujuan untuk membalik
tanah agar tanah yang berada di lapisan bawah yang tidak terkena sinar matahari
bisa terangkat ke atas dan untuk menggemburkan tanah. Bajak II dilakukan untuk
memecah bongkahan yang mungkin masih belum terpecah pada saat pembajakan
I. Arah bajak I tegak lurus terhadap juringan tanaman tebu masa tanam
sebelumnya supaya bibit tebu yang masih tersisa dalam tanah terpotong dan
terbongkar. Kegiatan ini menggunakan traktor penggerak 4 WD 150 HP dan
implement bajak piring dengan diameter disc 27-30 inch dan kedalaman olah 2025 cm. Arah bajak II berlawanan atau memotong arah bajak I supaya bongkahan
tanah dapat hancur semua dan rata. Selang waktu antara bajak I dan bajak II
antara 2-4 hari. Kapasitas kerja bajak I 0.3 ha/jam dan bajak II 0.35 ha/jam.
Sebelum

dilakukan

pengolahan

tanah

terlebih

dahulu

dilakukan

pembakaran trash (sampah sisa tebu) untuk mempermudah pengolahan


selanjutnya. Caranya yaitu dengan mengumpulkan sampah pada setiap juringan
lalu dibakar. Pembakaran dilakukan sore hari, saat angin tidak terlalu kencang.
Selanjutnya dilakukan penaburan kaptan 30 ku/ha. caranya yaitu truk masuk ke
kebun lalu ada pekerja yang berada di atas truk yang menumpahkan ke lahan.

Gambar 3. Kegiatan Pembajakan

24

Penggaruan (Harrowing)
Penggaruan merupakan kegiatan menghancurkan bongkahan tanah hasil
bajakan II agar menjadi bongkahan yang lebih kecil, meratakan permukaan tanah,
mencacah dan mematikan tunggak tebu yang masih tersisa dalam kebun
(Gambar 4). Penggaruan bersifat tidak membalik tanah. Penggaruan dilakukan 2-4
hari setelah bajak II. Penggaruan menggunakan traktor 150 HP dengan implement
HD Disc Harrow 20 dengan piringan berdiameter 32 inch. Arah penggaruan tegak
lurus pembajakan II. Kapasitas traktor 0.65 ha/jam. Tenggang waktu antara bajak
II dan garu adalah 2-4 hari.

Gambar 4. Kegiatan Penggaruan

Pengkairan (Furrowing)
Merupakan kegiatan pembuatan guludan atau alur tanam (juringan)
dengan tujuan sebagai tempat penanaman bibit tebu. Kegiatan pengkairan
dilakukan setelah penggaruan selesai. Implement yang digunakan adalah
Scyryfing yang digandengkan pada traktor 4 WD 150 HP. Arah kairan disesuaikan
dengan topografi lahan. Pada lahan datar (kemiringan < 2%) arah kairan
disesuaikan dengan mudah tidaknya akses masuk kegiatan mekanisasi ke dalam
petakan. Sedangkan pada lahan dengan kemiringan > 2% arah kairan dibuat
mengikuti kontur atau berlawanan arah dengan kemiringan. Pembuatan kairan
diawali dari pinggir kebun, satu kali laju traktor hanya dapat membuat 1 kairan
efektif. Untuk selanjutnya pembuatan kairan mengikuti kairan pertama. Dalam 1
petak (200 m x 200 m) menghasilkan kairan sebanyak 160 juringan dengan jarak
PKP adalah 1.3 m dan kedalaman olah 30-35 cm. Kapasitas traktor 0.5 ha/jam.

25

Gambar 5. Kegiatan Pengkairan

Pembibitan
Usaha untuk meningkatkan produksi per hektar dipengaruhi banyak faktor,
diantaranya penyediaan bibit yang bermutu, teknik pengolahan tanah yang baik,
dan pemeliharaan yang baik. Ciri-ciri bibit yang baik adalah memiliki kadar air
cukup, mata bibit sehat, umur cukup dengan kisaran 6-8 bulan, ruas normal (tidak
terjadi stagnasi), bebas hama dan penyakit, dan tingkat kemurnian tinggi. Pada
prinsipnya pemeliharaan kebun bibit sama dengan kebun tebu giling, hanya pada
kebun bibit tidak dilakukan klentek. Tetapi untuk pengendalian gulma, hama dan
penyakit tetap dilaksanakan secara intensif.

Pentahapan kebun bibit


Untuk keperluan bibit diselenggarakan Kebun Bibit Pokok (KBP), Kebun
Bibit Nenek (KBN), Kebun Bibit Induk (KBI), dan Kebun Bibit Datar (KBD).

Kebun Bibit Pokok (KBP)


Adalah tempat dimana varietas yang baru diperoleh dan mempunyai sifat
unggul yang akan ditanam pada Kebun Tebu Giling. Penanaman dilakukan
pada bulan Oktober-November.

Kebun Bibit Nenek (KBN)


Adalah kebun bibit tempat memperbanyak bibit murni yang berasal dari
balai penelitian dengan maksud untuk memperoleh bibit tebu murni dan sehat
seperti asalnya. Penanaman bibit di KBN dilaksanakan pada bulan Juni-Juli
bersamaan dengan penanaman di KTG.

26

Kebun Bibit Induk (KBI)


Adalah kebun bibit tempat memperbanyak bibit yang murni dan sehat
yang berasal dari Kebun Bibit Nenek. Dengan demikian KBI merupakan
kelanjutan usaha memperbanyak bibit yang murni dan sehat. Penanaman KBI
pada bulan Januari-Februari.

Kebun Bibit Datar (KBD)


Adalah kebun tempat memperbanyak bibit yang bermutu tinggi yang
berasal dari KBI. Bibit yang dihasilkan di KBD ini merupakan bibit yang
nantinya akan ditanam di KTG. Penanaman KBD dilakukan pada bulan
Oktober-November.
Faktor Hasil Bibit (FHB) untuk masing-masing tingkatan adalah 4.0

artinya untuk tanam 4 ha KTG dibutuhkan 1 ha KBD dari 0.25 ha KBI yang
bibitnya berasal dari 0.0625 ha KBN dan untuk menghasilkan 0.0625 KBN
diperlukan 0.0156 ha KBP. Penanaman KBP dilakukan 2 tahun sebelum
penanaman KTG dan dihitung rata-rata umur tebu 6-7 bulan. Misalnya untuk
tanam KTG musim tanam 2007/2008 maka dilakukan tanam KBP pada bulan
Oktober-November 2004/2005, KBN pada bulan Juni-Juli 2005/2006, KBI pada
bulan Januari-Februari 2006/2007, dan tanam KBD pada bulan OktoberNovember 2006/2007.
Perencanaan

kebutuhan tanam disesuaikan dengan cara tanamnya.

Kebutuhan bibit berkisar antara 6-7 ton/ha dengan cara perhitungan :


-

Jumlah mata/m adalah 14 mata tumbuh sedangkan panjang stek mata 3


adalah 35 cm.

Dalam 1 m kairan terdapat 6 stek mata 3 tumbuh.

Bila bobot bibit/m adalah 0.4 kg maka kebutuhan bibit/ha adalah :


8 000 x 6 x 0.35 x 0.4 kg = 6 720 kg/ha atau 6.72 ton/ha.

Penanaman
Penanaman merupakan kegiatan menempatkan bibit ke dalam juringan.
Penanaman dilakukan 1-2 hari setelah kegiatan pengolahan tanah terakhir. Musim
tanam di PG. Subang dibagi menjadi 2 periode, yaitu periode I pada saat awal
musim kemarau (bulan Mei-September) dan periode II saat awal musim hujan

27

(bulan Oktober-November). Pada periode I memanfaatkan kelembaban tanah yang


tersisa dan pada periode ini dilakukan penyiraman bibit dengan menggunakan
sistem glontor. Pada periode II, penanaman hanya tergantung kepada air hujan
karena kondisi yang tidak memungkinkan, misalnya petakan jauh dari sumber air.
Sistem penanaman yang digunakan adalah double, single over lapping,
dan end to end tergantung keadaan (Gambar 6). Penanaman double dilakukan
untuk menaikkan kerapatan tanaman dan untuk persediaan jika ada bibit yang
tidak hidup sehingga penyulaman dapat diminimalkan. Sistem penanaman ini
dilakukan jika bibit yang tersedia banyak dan biasanya dilakukan pada saat tanam
musim kemarau. Sistem penanaman single over lapping dilakukan jika keadaan
bibit baik, bibit tidak terserang hama dan penyakit serta jumlah bibit untuk
ditanam sedikit. Waktu tanam saat musim hujan, karena tanam bibit tebu saat
musim hujan lebih bagus sehingga kematian bibit dapat diperkecil. End to end
adalah sistem penanaman hanya satu baris bibit dalam satu juringan. Sistem ini
dilakukan saat musim hujan dan jika bibit yang tersedia kurang mencukupi.

(a)

(b)

(c)

Gambar 6. Cara Penempatan Bibit (a) Tanam Bibit Double, (b) Tanam Bibit
Single Over Lapping, (c) Tanam Bibit End to End
Tebang bibit
Kegiatan ini adalah menebang bibit dari KBD untuk ditanam di Kebun
Tebu Giling. Tebang bibit dilakukan sehari sebelum penanaman supaya bibit tidak
kering. Bibit yang ditebang berumur 6-7 bulan. Daun yang ada tidak dibuang
untuk melindungi mata. Tebang diusahakan rata dengan permukaan tanah dan
memotong pucuknya. Pada saat tebang diadakan seleksi dan agar varietas tidak
tercampur maka penebangan hanya satu macam varietas dalam satu hari. Alat
yang digunakan adalah golok tebang. Prestasi kerja 0.125 ha/HOK.

28

Angkut dan bongkar bibit


Kegiatan ini mengangkut bibit dari Kebun Bibit dengan menggunakan
trailer bibit untuk dibawa ke Kebun Tebu Giling. Dalam satu truk hanya diangkut
satu macam varietas untuk menjaga kemurnian varietas. Dari satu trailler bibit,
dibongkar menjadi 3-4 tumpukan bibit dan diletakkan di pinggir juringan petak
tanam. Kegiatan ini dilakukan sehari sebelum tanam atau pada saat tanam.
Kapasitas trailler dapat mengangkut 6-7 ton bibit dari sekitar 0.3 ha kebun bibit
yang ditebang untuk satu kali angkut tergantung panjang pendeknya tebu bibit.

Pembersihan bibit
Bibit bagal tebu dibersihkan dari daun-daun tebu. Kegiatan ini dilakukan
di luar petak saat sebelum penanaman untuk mempermudah seleksi. Pembersihan
bibit ini dilakukan dengan menggunakan tangan dan harus dilakukan dengan
sangat hati-hati agar mata tidak rusak.

Seleksi bibit
Seleksi bibit adalah kegiatan memilih dan membuang rumpun varietas
campuran agar diperoleh varietas yang murni. Selain itu juga memisahkan bibit
yang sehat dan tidak terserang hama penyakit sehingga bibit yang akan ditanam
adalah bibit yang baik. Cara menyeleksi bibit yaitu dengan mengamati keadaan
fisik tebu. Bibit yang afkir yaitu yang tercampur varietas lain, masih muda, atau
terkena hama penyakit akan dipisahkan dan dibuang.

Pemotongan bibit
Bibit dipotong menjadi 3 bagian yang masing-masing memiliki 3-4 mata
dengan menggunakan golok. Panjang stek bibit bagal yaitu 35-40 cm. Potongan
inilah yang disebut bibit bagal. Pemotongan dilakukan di tengah-tengah antar
ruas. Pemotongan bibit dilakukan untuk menyeragamkan perkecambahan.

Peletakkan bibit
Bibit bagal diletakkan ke dalam juringan (Gambar 7). Untuk mempercepat
peletakkan bibit ke dalam juringan maka sebelumnya bibit diletakkan di pinggir

29

petakan. Dalam penempatan bibit seharusnya mata bibit terletak di samping tetapi
para pekerja biasanya meletakkan secara sembarangan. Kapasitas pekerja adalah
0.0625 ha/HOK.

Gambar 7. Peletakkan Bibit ke dalam Kairan

Penutupan bibit
Bibit bagal yang telah berada dalam juringan ditutup dengan tanah setebal
5-10 cm. Ketebalan tanah sewaktu menutup bibit tergantung waktu tanam. Jika
waktu tanam saat musim kemarau, tanah diarug lebih tebal untuk mengurangi
penguapan setelah dilakukan penyiraman. Sebaliknya untuk penanaman saat
musim hujan, tanah hanya diarug sedikit untuk mencegah busuknya bibit karena
keadaan lingkungan yang terlalu lembab.

Penyiraman bibit
Penyiraman bertujuan untuk menyediakan kebutuhan air untuk tanaman
supaya dapat tumbuh optimal dan agar terhindar dari kekeringan. Penyiraman
bibit di PG. Subang dilakukan dengan menggunakan sistem glontor yaitu
penyiraman dengan cara mengalirkan air dari sungai terdekat atau lebung melalui
pipa paralon berdiameter 4 inch ke dalam kairan dengan panjang masing-masing
pipa 6 m (Gambar 8). Jika petakan dengan sungai atau lebung jaraknya jauh atau
lebih dari 1 km maka dilakukan estafet yaitu dengan mengalirkan air terlebih
dahulu ke dalam kantong-kantong air buatan dengan menggunakan pipa
berdiameter 8 inch dengan menggunakan pompa jenis Biggun Ford 95 HP yang
selanjutnya dialirkan ke petakan. Kapasitas penyiraman adalah 0.3-0.4 ha per hari.

30

Pada umumnya penyiraman dilakukan 3 kali, yaitu (1) siram I yang dilakukan
setelah tanam (tutup bibit), (2) siram II yang dilakukan 10-15 hari setelah
tanam, dan (3) siram III yang dilakukan setelah siram II selesai 1 petak atau
1-1.5 BST.

Gambar 8. Pengairan Sistem Glontor

Pemeliharaan

Penyulaman
Penyulaman adalah kegiatan penanaman kembali bibit tebu pada barisan
tanaman yang kosong kurang lebih 1 meter atau bila perkecambahan dibawah 8
tunas per meter karena tidak tumbuh dengan jenis tebu varietas yang sama.
Penyulaman dilakukan pada umur 1 BST agar tidak terjadi perbedaan umur
tanaman yang jauh sehingga perbedaan kemasakan tidak terlalu tinggi.
Penyulaman pada Tanaman Pertama (PC) dilakukan pada umur 4-6 minggu
bersamaan dengan pupuk II, sedangkan pada Tanaman Ratoon (RC) dilaksanakan
segera setelah kepras. Penyulaman dilakukan dengan syarat kebun yang akan
disulam kebutuhan airnya terpenuhi, karena jika tidak maka pertumbuhan
tanaman sulaman tidak akan bisa mengejar. Penyulaman dilakukan dengan
menggali lubang kemudian bibit ditanam dan ditutup dengan tanah. Bibit yang
digunakan bisa dari bibit bagal atau dari tanaman seblangan yaitu tanaman yang
diambil dari barisan yang tidak rata atau keluar dari barisan. Sulaman dengan
menggunakan seblangan jika tanaman PC sudah berumur 1.5 bulan dan tanaman
RC sudah berumur 0.5-1 bulan.

31

Pembumbunan
Pembumbunan merupakan pekerjaan menimbun pangkal batang tebu
dengan tanah. Tujuannya adalah untuk memberi tambahan media tanah sebagai
sumber zat hara yang baru bagi tanaman, memperbaiki aerasi tanah, memberi
tambahan kekuatan bagi tegaknya tanaman, menekan pertumbuhan gulma, dan
merangsang anakan. Pada tanaman PC kegiatan pembumbunan terdiri dari 2
tahap, yaitu turun tanah I yaitu setelah aplikasi pupuk II (sambil menutup pupuk)
dan turun tanah II (bumbun) pada saat tanaman tebu berumur 2-3 bulan.
Pembumbunan dilakukan oleh tenaga manusia dengan cara mencangkul tanah
bagian tengah (antar barisan tanaman) dan tanahnya diletakkan pada pangkal
batang tebu atau dengan mekanisasi yaitu dengan menggunakan Implement
Cultivator yang ditarik dengan traktor 80-100 HP yang berkapasitas 0.55 ha/jam.

Kletek
Kletek adalah pekerjaan membuang daun-daun kering pada tanaman tebu
yang sudah beruas minimal 6-8 ruas atau pada saat tebu mencapai umur 6-7 bulan.
Kletek bertujuan agar cahaya matahari bisa masuk ke kebun dengan optimal,
mengurangi kelembaban, memperbaiki sirkulasi udara dalam kebun untuk
mencegah timbulnya hama penyakit, dan meminimalisir terjadinya kebakaran
kebun karena jika sudah dekat dengan musim tebang merupakan musim kemarau
sehingga rentan terjadi kebakaran. Pembuangan daun-daun kering dilakukan
berselang-seling di antara barisan tebu dan dikumpulkan setiap 10 meter di
barisan tebu. Artinya pembuangan daun dilakukan setiap selang satu baris.

Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara di dalam tanah yang
diperlukan oleh tanaman sejak perkecambahan sampai siap panen. Pemupukan
untuk tanaman PC dilakukan 2 kali yaitu pupuk dasar yang diberikan bersamaan
tanam atau sehari sebelum tanam dan pupuk lanjutan pada umur 1-2 BST. Untuk
tanaman RC, pupuk diberikan sekaligus pada saat 1 minggu setelah kepras atau
saat tanaman berumur 1.5-2 BST. Pupuk standar yang digunakan adalah pupuk
NPK Kujang (Tabel 7).

32

Tabel 7. Dosis Rekomendasi Pemupukan per ha pada MT 2007/2008.


No
I
1
2
3
4
1
II
1
2
3
4
1
2
3
1
2
3
4
5

Plant Cane
Aplikasi I (kg/ha)
Aplikasi II (kg/ha)
STANDAR
Urea
100
200
ZA
100
PSP
250
ZK Plus
250
Jumlah
450
450
NPK Kujang
300
300
Jumlah
300
300
ALTERNATIF
Urea
100
200
ZA
100
PSP
250
KCl
150
Jumlah
450
350
Urea
300
ZA
100
Posmanik-G
1 800
Jumlah
1 800
400
Urea
100
125
ZA
75
PSP
175
Liprogreen
400
ZK Plus
175
Jumlah
750
300
Sumber : Litbang PG. Subang, 2008
Jenis Pupuk

Ratoon Cane
Aplikasi I/II (kg/ha)
300
100
250
250
900
600
600
300
100
250
150
800
300
100
1 800
2 200
225
75
175
400
175
1 050

Cara pemberian pupuk I dan II bisa dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara
manual atau secara mekanis sesuai dengan kebutuhan. Pemupukan secara manual
yaitu dengan membawa pupuk dengan ember yang berkapasitas 5 kg lalu pupuk
ditabur pada dasar kairan dengan menggunakan cangkir atau secara mekanis yaitu
dengan menggunakan implement Fertilizer Applicator yang berkapasitas 0.65
ha/jam (Gambar 9).

33

(a)

(b)

Gambar 9. Pemupukan (a) Manual, (b) Mekanis dengan FA

Pengendalian gulma
Merupakan kegiatan mengurangi tumbuhan pengganggu yang tumbuh di
sekitar tanaman tebu. Tumbuhan ini sangat merugikan karena akan mengganggu
pertumbuhan tebu dalam hal persaingan hara dan air, sinar matahari, serta dapat
menyaingi ruang tumbuh. Selain itu, gulma dapat menjadi tanaman inang hama
dan penyakit tebu. Jenis gulma yang dominan di PG. Subang adalah dari gulma
berdaun lebar yaitu Brachiaria mutica, Amaranthus sp., Mimosa pudica. Gulma
berdaun sempit adalah Cynodon dactylon dan gulma teki-tekian yaitu Cyperus
rotundus.
Pengendalian gulma dilakukan secara manual dan kimiawi tergantung
kondisi cuaca dan keadaan gulma di lapangan. Pengendalian gulma manual
dilakukan jika tenaga kerja yang tersedia banyak, kondisi gulmanya sedikit dan
tidak merata sehingga jika digunakan herbisida maka akan sangat tidak ekonomis,
serta jika pada musim hujan dan persediaan herbisida terbatas. Pengendalian
manual dilakukan dengan menggunakan sabit atau koret pada saat tebu berumur
30-35 hari dan dilakukan kembali pada saat tebu berumur 75-80 hari. Prestasi
kerja/HOK tergantung kondisi gulmanya yang berat, sedang, atau ringan.
Pengendalian gulma secara kimia dibedakan menjadi 2, yaitu pengendalian
pra tumbuh (Pre emergence) dan pasca tumbuh (Post emergence). Di PG. Subang
pengendalian gulma secara kimiawi hanya dilakukan pengendalian pasca tumbuh.
Pengendalian pasca tumbuh biasanya dilakukan saat tebu berumur 4 bulan atau
sudah beruas dengan menggunakan campuran herbisida kontak dan herbisida

34

sistemik sesuai keadaan gulma di lapangan. Digunakannya herbisida ini karena


pada umur 4 bulan, tebu sudah tinggi dan dengan demikian herbisida ini tidak
akan mengenai titik tumbuh tebu. Dosis aplikasi herbisida dibagi 2, yaitu dosis
tunggal dan dosis campuran. Dosis tunggal digunakan jika komposisi gulma
relatif seragam dan dosis mixed sesuai gulma yang ada di lapangan. Dosis tunggal
menggunakan herbisida dengan bahan aktif yang sama sedangkan dosis campuran
menggunakan herbisida dengan komposisi bahan aktif yang berbeda (Tabel 8).
Tabel 8. Jenis Dosis Campuran Herbisida Tahun 2007/2008
Jenis

Perbandingan

Campuran

Dosis (l/ha)

Paraquat :

: 2 (30% gulma berdaun lebar)

1 liter : 2 liter

Ametrin/diuron

: 1 (kondisi gulma relatif seragam)

1.5 liter : 1.5 liter

: 1 (70% gulma berdaun sempit)

2 liter : 1 liter

Sumber : Litbang PG. Subang, 2008

Dosis aplikasi ditambah dengan Borer 0.125 l/ha sebagai perekat.


Kemampuan pekerja 1 ha/HOK. Biasanya 3 hari setelah aplikasi, gulma akan
menguning dan setelah 1 minggu gulma akan mati. Tetapi biasanya dalam waktu
15-30 hari gulma akan tumbuh kembali. Aplikasi akan memberikan hasil yang
optimal jika minimal dalam 2-3 jam atau dalam 1 hari yang sama setelah aplikasi
tidak turun hujan.

Pengendalian hama dan penyakit


Hama yang banyak dijumpai di PG. Subang adalah hama penggerek
pucuk, penggerek batang, boktor, kutu bulu putih, tikus, ulat grayak, dan belalang.
1. Penggerek pucuk
Hama ini menyerang tanaman di bagian pucuk yaitu pada titik tumbuh.
Tanaman yang terserang hama ini ditandai dengan adanya lorong gerek pada
ibu tulang daun. Pemberantasan hama ini dengan cara Rogesan, yaitu
memotong sedikit demi sedikit batang tetapi tidak sampai putus dari pucuk
sampai ulat ditemukan, jika sudah ditemukan ulat maka batang dipotong.

35

Pengendalian ini dilakukan saat tebu berumur 2 bulan. Rogesan dimaksudkan


untuk menyelamatkan tanaman tebu yang terserang dan membunuh ulat
penggerek yang telah masuk. Pengendalian yang lain adalah dengan pelepasan
pias Trichogramma sp. yang berisi telur yang akan menulari telur penggerek.
Dosis pias yaitu sebanyak 7 pias/ha dengan interval 15 hari sebanyak 10
ronde.
2.

Penggerek batang
Penggerek batang merupakan hama penting tanaman tebu. Hama ini
menyerang dan merusak ruas-ruas muda dan kadang-kadang menyebabkan
kematian titik tumbuh. Kerugian yang diakibatkan oleh hama ini rata-rata
3.2% dari hasil gula. Cara mengendalikan hama ini adalah dengan
menggunakan lalat Jatiroto (Diatraeophaga sriatalis) yang dilepas ke kebun
dengan dosis 15 pasang lalat/ha. Secara kultur teknik yaitu dengan penanaman
kultivar tebu yang mempunyai batang keras dan pemupukan yang tepat waktu
sehingga secara tidak langsung menyebabkan tanaman yang diserang dapat
lekas sembuh.

3. Tikus
Hama ini biasanya menyerang setelah masa panen padi sawah dan
menyerang pada bagian batang tebu. Pengendaliannya dengan cara
pemasangan umpan yaitu rodentisida Phyton berbentuk kristal yang diletakkan
di jalan tikus di sekitar tanaman yang diserang sehingga nantinya tikus akan
tertarik dan memakan umpan tersebut. Selain itu dengan cara emposan
(pengasapan) yaitu belerang dan merang dibakar dalam alat duster kemudian
diemposkan ke dalam lubang-lubang tikus dan ditutup. Cara ini bertujuan
untuk meracuni pernapasan tikus. Cara lainnya adalah dengan gropyokan yaitu
dengan menggunakan tenaga manusia dan biasanya dibantu dengan anjing
pelacak tikus. Cara ini biasanya dilakukan setelah musim panen padi dan
dilakukan pada malam hari saat tikus sedang menyerang di kebun.
4. Boktor
Hama ini terdapat di dalam tanah sehingga sulit untuk diberantas. Boktor
menyerang bagian akar tebu sehingga batang akan roboh dan mati.
Pengendalian secara mekanis yaitu dengan mengambil larva boktor saat

36

dilakukan pembajakan, jadi pengambilan boktor mengikuti bajakan dan


pekerja menggunakan alat berupa cangkul atau parang untuk membongkar
bongkahan akar tempat bersembunyi larva boktor. Pengendalian bisa juga
dengan sanitasi kebun atau dengan memperdalam pembajakan agar telur
Boktor bisa ikut tercacah dan tidak dapat berkembang biak. Selain itu dengan
penangkapan imago yang biasanya akan muncul pada musim penghujan.
Pengendalian secara biologi yaitu dengan menggunakan jamur parasit
Metarrhizium sp. yang ditabur pada dasar kairan pada saat penanaman.
Diharapkan larva yang terkena jamur parasit akan mati.
5. Kutu bulu putih
Hama ini senang pada tanaman tebu dengan kondisi lembab yang biasanya
terdapat pada kebun berumur 7 bulan yang keadaannya kotor. Pada serangan
yang parah, hama ini akan menutupi seluruh permukaan daun tebu sehingga
akan menghambat proses fotosintesis dan respirasi yang selanjutnya akan
menghambat

pertumbuhan

tanaman.

Pengendaliannya

adalah

dengan

menyemprot menggunakan insektisida matador dengan dosis 2 cc/liter air.


Selain hama, serangan penyakit tebu juga mengakibatkan kerugian tetapi
tidak sebesar kerugian yang ditimbulkan hama. Penyakit yang dominan terdapat di
PG. Subang adalah penyakit luka api dan pokkahbung. Penyakit luka api ditandai
dengan daun muda berubah bentuk menjadi memanjang menyerupai cambuk,
berwarna hitam, dan berukuran lebih kurang sebesar pensil. Penyakit ini
disebabkan oleh cendawan Ustilago scitaminea Sydow. Pengendaliannya yaitu
dengan pemusnahan rumpun tebu yang berpenyakit luka api karena penyakit ini
cepat menular. Penyakit pokkahbung disebabkan oleh cendawan Gibberella
moniliformis (Sheldon) Wineland. Gejalanya yaitu klorosis daun dan pelepah
daun yang tumbuh tidak sempurna. Di PG. Subang, penyakit tidak dikendalikan
karena ada di bawah ambang ekonomi artinya walaupun ada penyakit tetapi tidak
sampai menurunkan produksi tebu. Berbeda dengan hama yang jika tidak
dikendalikan akan berdampak sangat besar pada tanaman tebu karena hama akan
mudah menyebar ke petak-petak lainnya dan akhirnya akan menurunkan produksi
tanaman tebu.

37

Taksasi Produksi
Taksasi produksi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui
gambaran produksi tebu yang nanti akan didapat, menentukan lama/jumlah hari
giling, dan biaya yang harus dikeluarkan untuk keperluan giling. Taksasi
dilakukan sebanyak 2 kali yaitu Taksasi Desember dan Taksasi Maret.

Taksasi Desember
Taksasi Desember dilaksanakan pada bulan Desember. Tujuan Taksasi
Desember adalah untuk memperkirakan secara kasar hasil tebu yang akan
diperoleh sehingga dapat memperkirakan saat mulai giling dan akhir giling dan
juga untuk rencana pengadaan sarana yang diperlukan selama musim giling.
Selain itu, Taksasi Desember juga dilakukan untuk melihat kondisi kebun sesuai
umur masing-masing dan selanjutnya dapat merencanakan kegiatan yang dapat
meningkatkan hasil produksi tebu. Parameter yang diamati adalah tinggi batang,
jumlah batang per meter, bobot batang, dan luas efektif 7 692 m2.

Taksasi Maret
Taksasi Maret dilaksanakan mulai awal bulan Maret. Pada bulan Maret
keadaan tanaman sudah cukup tinggi dan batangnya sudah cukup besar yang
sudah mendekati layak giling, sehingga hasil taksasi akan lebih mendekati
kenyataan yang sebenarnya. Pada Taksasi Maret akan didapat angka taksiran
produksi ku tebu/ha yang diperoleh dari perhitungan komponen-komponen yang
berhubungan dengan hasil yaitu jumlah batang per meter, tinggi batang, bobot
batang, dan luas efektif 7 692 m2. Tinggi batang yang dipakai adalah tinggi batang
taksiran pada saat tebang. Pada Taksasi Maret hanya dilakukan kegiatan
memprediksi hasil produksi ku tebu/ha dan tidak bisa dilakukan kegiatan yang
dapat meningkatkan hasil karena sudah terlambat.
Rumus Taksasi Produksi/ha :
Produksi/ha = luas efektif x jumlah batang/m x tinggi batang x bobot tebu/batang

38

Unsur-unsur taksasi
Unsur-unsur taksasi adalah jumlah batang, tinggi batang, dan bobot
batang.
Jumlah Batang, dihitung pada masing-masing juringan contoh. Biasanya juringan
contoh yang diambil sebanyak 4 juringan, yaitu juringan 30, 60, 90, 120
sepanjang 200 m.
Tinggi Batang, merupakan panjang batang yang diukur dari permukaan tanah
sampai cincin daun teratas. Dari hasil yang didapat, lalu ditambah dengan angka
taksiran pertambahan tinggi batang sampai saat tebang yang memperhatikan datadata 5 tahun terakhir. Biasanya pertambahan tinggi batang dari saat Taksasi Maret
sampai saat tebang berkisar 50 cm.
Bobot Batang, merupakan berat batang yang diperkirakan dapat dicapai pada
waktu tebang.

Analisa Pendahuluan
Pelaksanaan tebang angkut berdasarkan atas pertimbangan penentuan
analisa pendahuluan yang merupakan suatu cara untuk mengetahui tingkat
kematangan tebu yang optimal sehingga dapat ditentukan petak-petak yang layak
ditebang dan pada waktu tebu ditebang merupakan saat rendemen paling tinggi
serta untuk mengetahui ada tidaknya hama penyakit yang menyerang tebu,
misalnya hama penggerek batang dan hama penggerek pucuk. Dari hasil analisis
pendahuluan ini akan disusun jadwal tebang berdasarkan tingkat kemasakan tebu
tersebut.
Analisa pendahuluan dilaksanakan sebanyak 3 tahap yang masing-masing
terdiri dari 4 ronde dengan interval tiap ronde selama 15 hari. Tahap I adalah
untuk tebu masa tanam 5A-7B, tahap II untuk tebu masa tanam 8 A-10 A, dan
tahap III untuk masa tanam 10 B-12 A.

Penentuan sampel petak


Kegiatan ini bertujuan untuk menentukan sampel petak yang akan diambil
batangnya sebagai sampel untuk dianalisa. Pengambilan sampel dilakukan pada
setiap blok kebun yang mewakili kategori, jenis tebu, dan masa tanam yang sama.

39

Jika ada dua atau lebih petakan dengan kategori yang sama maka hanya diambil
sampel dari satu petak saja. Kemudian untuk penentuan petak yang akan diambil
sampel batangnya pada hari ke-1 sampai hari ke-15 yaitu berdasarkan lokasi
petak. Lokasi antara beberapa petak yang jaraknya berdekatan akan disatukan
pada satu hari yang sama.

Pengambilan batang sampel


Pengambilan batang sampel dilakukan pada juring 30, 60, 90, dan 120 secara
zig zag atau diagonal yaitu pada ronde pertama diambil 10 batang sampel pada
juringan ke-30. Kemudian pada ronde ke-2 diambil 10 batang sampel pada
juringan ke-60, begitu juga pada ronde ke-3 akan diambil 10 batang sampel pada
juringan ke-90, dan terakhir pada ronde ke-4 akan diambil 10 batang tebu pada
juringan ke-120.

Analisis batang
Tebu yang telah diambil sampelnya dari kebun kemudian dianalisa di
laboratorium analisa pendahuluan. Pertama-tama tebu dipotong menjadi 3 bagian
(atas, tengah, dan bawah) lalu batang tebu dibelah dua tujuannya adalah untuk
melihat ada tidaknya bekas serangan penggerek pada batang tersebut. Selanjutnya
tebu ditimbang untuk masing-masing petak kebun. Lalu digiling dengan
menggunakan gilingan contoh sebanyak 3 kali perasan. Kemudian air nira yang
diperoleh ditimbang dan diukur nilai brixnya dengan menggunakan alat Brix
Weger. Setelah itu dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml dan ditambahkan
dengan 5 ml larutan Natrium Sulfat dan 5 ml Asam Sulfat sehingga didapat
larutan sebanyak 110 ml. Kemudian larutan dikocok dan disaring dengan
menggunakan kertas saring dan nira hasil saringan dimasukkan ke dalam
pembuluh pol lalu dilihat dengan alat Polarimeter sehingga dapat diketahui nilai
pol nya.
Dari hasil analisis pendahuluan akan didapat nilai brix dan nilai pol nya.
Selanjutnya akan dihitung nilai HK (Harkat Kemurnian), NN (Nilai Nira), FK
(Faktor Kemasakan), dan rendemen sementara.

40

Faktor Kemasakan (FK) menunjukkan perbedaan antara rendemen batang


atas dan batang bawah. Nilai FK bergerak dari 100 sampai 0, semakin kecil nilai
FK menunjukkan bahwa tebu semakin matang.
x 100
Kuosien Peningkatan (KP) menggambarkan apakah rendemen masih akan
meningkat jika tebu ditahan untuk tidak ditebang. Nilai dasar KP=100 artinya
jalannya rendemen adalah datar (berjalan selama 1 bulan). Jika KP>100 maka
rendemen cenderung menurun.
x 100
Kuosien Daya Tahan (KDT) menunjukkan ketahanan tebu di kebun
terhadap penurunan rendemen jika ditunda ditebang. Pada nilai KDT=100 tebu
dikatakan masih dapat ditahan untuk ditebang. Apabila KDT<100 berarti telah
terjadi perombakan sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa sehingga tebu harus
segera ditebang.
x 100
Harkat Kemurnian (HK) merupakan perbandingan persen pol dan brix,
dimana pol adalah kandungan gula murni dalam nira dan brix merupakan
kandungan padatan gula dan bukan gula dalam larutan nira.
x 100

Tebang Angkut
Tebang dan angkut merupakan proses menebang, memuat, dan
mengangkut tebu dari kebun ke cane yard atau meja tebu untuk siap digiling.

Penebangan
Pelaksanaan penebangan di PG. Subang dilakukan secara manual yang
sepenuhnya menggunakan tenaga manusia dengan menggunakan alat parang
(Gambar 10). Petak tebang ditentukan berdasarkan hasil analisa T-Score.
Penebangan dilakukan dengan sistem 4-2 artinya 4 juringan bersih digunakan

41

untuk meletakkan tebu yang sudah dibersihkan dari pucuk dan daun kering serta 2
juringan kotor untuk meletakkan sampah tebu. Tujuannya adalah agar penebang
lebih mudah dalam pengikatan tebu dan pada waktu muat di truk atau trailler serta
supaya tebu yang dibawa bersih dari sampah tebu. Upah yang diperoleh
berdasarkan tonase yang didapat. Kapasitas penebang rata-rata adalah 10 ku/hari.

(a)

(b)

Gambar 10. Kegiatan Tebang Angkut (a) Penebangan, (b) Pengangkutan


Pengangkutan
Pengangkutan tebu dari kebun ke Cane Yard dilakukan dengan
menggunakan 2 macam angkutan, yaitu truk dan trailler. Kapasitas truk adalah 5-7
ton tebu. Pembongkaran tebu dari truk di Cane Yard dengan pengait sling yaitu
sling diikatkan pada pengait yang terpasang permanen di Cane Yard atau dengan
tippler yaitu dengan mengangkat truk sehingga tebu akan langsung masuk ke cane
table untuk langsung digiling (direct feeding) (Gambar 11). Sedangkan trailler
hanya digunakan untuk kebun yang lokasinya dekat dengan pabrik (0-14 km).
Trailler digandeng dengan Traktor berdaya 80 HP yang berkapasitas 8-10 ton
tebu. Pembongkaran tebu dari Trailler dilakukan dengan Hillo Crane. Sebelum

42

angkutan tebu memasuki Cane Yard terlebih dahulu ditimbang untuk mengetahui
berat brutonya. Setelah dibongkar di Cane Yard maka kembali ditimbang untuk
mengetahui berat kosongnya sehingga dapat diketahui berat netto tebu yang
masuk ke Cane Yard.

Gambar 11. Pembongkaran Tebu dengan Hillo, Pengait Sling, dan Trippler
Pengolahan Gula
PG. Subang menggunakan tebu sebagai bahan baku utama. Penyimpanan
bahan baku utama dilakukan di cane yard dengan pengaturan tempat FIFO (first
in first out). Tebu tidak memerlukan tempat penyimpanan khusus karena tebu
akan langsung diolah pada masing-masing stasiun dalam pabrik.

Pengolahan Gula

Stasiun ketelan (Boiler)


Stasiun ketelan (Boiler) adalah stasiun untuk membuat media air menjadi
uap untuk diubah menjadi energi kinetis dan digunakan untuk proses pengolahan
tebu. Uap air yang dihasilkan bertekanan 20-22 kg/cm2 dengan suhu 325 0C
dengan kapasitas kondensat 200 m3 sebanyak 2 buah.

Stasiun listrik dan instrument


Stasiun listrik dan instrument adalah stasiun pembangkit tenaga listrik,
pengadaan alat listrik, pengadaan alat-alat instrument yang menggunakan media
udara dan arus lemah. Penyuplaian tenaga listrik menggunakan 2 unit Turbin
Alternator dan 2 unit mesin diesel. Turbin Alternator mempunyai kapasitas 3 600
KVA dan 3 575 KVA serta tegangan 6 000 volt. Turbin Alternator digunakan
pada masa giling. Mesin diesel mempunyai kapasitas 400 KVA dan tegangan 380

43

volt. Bahan bakar yang digunakan yaitu 1 200 liter solar/24jam. Mesin diesel
digunakan di luar masa giling. Kebutuhan listrik di pabrik dan perumahan sebesar
2 000 KW/jam.

Stasiun gilingan
Stasiun gilingan berfungsi untuk mengeluarkan nira semaksimal mungkin
dari batang tebu dan mengeluarkannya berupa ampas. Pertama-tama tebu masuk
di cane yard lalu dipindahkan ke cane table. Sebelum masuk ke stasiun gilingan,
tebu masuk ke cane cutter untuk dipotong-potong dan dicacah menjadi serabut
kasar. Kemudian cacahan tebu kasar masuk ke unigrator untuk dicacah kembali
menjadi serabut halus. Tebu yang telah dicacah kemudian masuk ke stasiun
gilingan. Stasiun gilingan terdiri dari 4 unit gilingan yang masing-masing unit
gilingan menggunakan 3 buah rol yang bergerigi. Gilingan digerakkan oleh turbin
uap yang berasal dari 2 unit boiler kemudian disalurkan melalui pipa uap yang
dipasang pada sumbu ketiga rol tersebut (Gambar 12).
Di stasiun gilingan, pemerahan nira harus melewati 4 gilingan yang
dilakukan secara bertahap. Tebu yang telah dicacah masuk ke gilingan 1 dengan
melewati plat magnetis agar logam yang ikut cacahan tebu dapat tertahan dan
tidak ikut proses pengolahan lebih lanjut. Lalu ampas dari gilingan 1 masuk ke
gilingan II untuk diperah kembali. Ampas yang keluar dari gilingan I sebelum
dibawa intermediate carrier menuju gilingan II ditambahkan air imbibisi yaitu air
panas dengan suhu 70 0C dengan tujuan untuk membuka sel-sel ampas yang telah
mengalami pemerahan pada gilingan sebelumnya sehingga memudahkan
pengeluaran nira yang masih tertinggal pada ampas dan juga nira perahan dari
gilingan III. Ampas tebu dari gilingan II bergerak ke gilingan III untuk diperah
kembali dengan penambahan air imbibisi dan perahan nira dari gilingan IV.
Ampas dari gilingan III kemudian masuk ke gilingan IV untuk diperah kembali
dengan penambahan air imbibisi. Sisa ampas tebu dari gilingan IV lalu dialirkan
menuju Boiler untuk dijadikan bahan bakar.
Hasil utama pada stasiun gilingan adalah nira mentah yang keluar dari
gilingan I dan gilingan II. Nira mentah yang keluar dari gilingan I disebut NPP
(Nira Perahan Pertama) dan nira yang keluar dari gilingan II, III, dan IV

44

merupakan NPL (Nira Perahan Lanjutan). Sedangkan sebagai hasil samping


adalah ampas akhir (Bagasse).

Gambar 12. Stasiun Gilingan

Stasiun pemurnian
Stasiun pemurnian bertujuan untuk memurnikan nira mentah dari kotoran
yang ikut terbawa selama proses pemerahan nira pada tahapan sebelumnya
sehingga dihasilkan nira yang jernih. Kotoran tersebut berupa zat padat tak larut
misalnya tanah, pasir, sabut tebu, dll.
Nira mentah dari stasiun gilingan ditimbang di Juice Scale untuk diketahui
beratnya, lalu dialirkan ke Juice Heater I untuk dipanaskan dengan suhu 75 0C
untuk mempercepat reaksi pemurnian, kemudian ditambahkan susu kapur
Ca(OH)2 di Defekator I sampai pH 6.8-7.2, kemudian masuk ke Defekator II yang
juga ditambahkan susu kapur Ca(OH)2 sampai pH 9.5-10.5. Nira yang sudah
ditambah susu kapur kemudian masuk ke tangki Sulfitasi Nira Mentah dan dialiri
gas belerang (SO2) untuk mendapatkan pH 7.0-7.2 supaya pH netral. Nira
kemudian dipanaskan kembali di Juice Heater II dengan suhu 95-105 0C untuk
menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Selanjutnya nira masuk ke dalam
frefloktower untuk ditambahkan bahan penggumpal (flokulan) 2 ppm untuk
mempercepat pengendapan kotoran nira dan udara yang terbawa oleh nira dilepas
di Flashtank, kemudian dilewatkan ke Snow Balling Chamber untuk
menyempurnakan reaksi. Nira lalu dimasukkan ke dalam peti pengendapan (Door
Clarifier). Hasil pengendapan adalah nira encer dan nira kotor (mud). Nira kotor
ditambah ampas halus (bagacillo) dan dimasukkan ke dalam Rotary Vacuum

45

Filter (RVF) untuk diambil niranya. RVF akan menyedot kotoran yang
terkandung pada nira kotor sehingga kotoran tersebut akan menempel dan melekat
bercampur dengan ampas halus. Kotoran nira inilah yang disebut blotong (Filter
Cake) yang merupakan hasil samping stasiun pemurnian yang bisa dimanfaatkan
untuk pupuk. Sedangkan nira jernih dari door clarifier masuk ke tangki Clear
Juice dan akan dialirkan lagi ke Juice Heater III untuk dipanaskan kembali
dengan suhu 100 0C.

Stasiun penguapan
Stasiun penguapan bertujuan untuk menghilangkan kadar air yang
terkandung dalam nira sehingga dihasilkan nira kental. Pada stasiun penguapan
digunakan

buah

evaporator

yang

disusun

secara

berseri.

Dalam

pengoperasiannya, PG. Subang menggunakan Metode Sistem Penguapan


Bertingkat (Quadraple Effect) yang prinsip kerjanya adalah uap hasil penguapan
dari tangki penguapan sebelumnya digunakan untuk menguapkan nira yang
terdapat pada tangki penguapan berikutnya. Proses pemanasan menggunakan uap
bekas mesin turbin dengan suhu 120 0C dengan daya tekan 1 atm. Nira dari
evaporator I mengalir ke evaporator berikutnya secara driving (beda tekanan).
Nira kental yang dihasilkan di badan evaporator IV kemudian masuk ke Sulfitasi
Nira Kental dengan penambahan gas SO2 untuk memperbaiki mutu gula dengan
cara memperbaiki warna nira melalui pemucatan serta untuk mencapai pH 5.6.
Pada kegiatan ini tidak ada hasil samping kecuali air yang diuapkan dari nira.

Stasiun masakan (kristalisasi)


Stasiun Masakan bertujuan untuk mengubah gula dari bentuk larutan
menjadi bentuk kristal gula dengan cara penguapan. Pembentukan kristal ini akan
terjadi bila nira kental dipanasi terus sampai lewat jenuh. Hasil yang diperoleh di
stasiun ini adalah gula SHS dan tetes. Proses kristalisasi ini terjadi di dalam Pan
Masakan yaitu suatu bejana dimana nira kental diuapkan airnya secara terus
menerus hingga terbentuk kristal (Gambar 13).
Pada pan masakan D dilakukan proses pemasakan stroop A dan C
sehingga dihasilkan masakan dengan kemurnian rendah ( < 60 ) disebut masakan

46

D ( Low Grade Masquite ) yang nantinya akan menghasilkan gula D dan dapat
digunakan sebagai bibit masakan A dan C. Dari pan masakan D akan dihasilkan
produk sampingan berupa tetes.
Selanjutnya nira kental diuapkan airnya terus menerus pada pan masakan
C sehingga terjadi kristal kecil dan bila kristal kecil ini dibesarkan dengan
menambah nira kental maka akan membesar dan disebut masakan C, bila inti
kristal dibesarkan memakai stroop A maka kristal terjadi disebut gula C dan hasil
sampingan stroop C. Gula C akan dijadikan bibit untuk masakan A sehingga akan
menghasilkan gula A dan hasil sampingan stroop A.
Lalu gula A masuk ke puteran SHS yang menghasilkan gula produk/gula
SHS dengan ditambah air untuk membilas supaya gula yang dihasilkan bersih dan
hasil sampingannya dinamakan klare SHS. Klare SHS kembali masuk ke masakan
A untuk dijadikan bibit masakan A. Setelah selesai masak ( besar kristal A/C =
0.9 1.1 mm ). Masakan A dan C diturunkan pada palung pendingin menunggu
diputar.

Gambar 13. Stasiun Masakan

Stasiun puteran
Pada stasiun ini bertujuan untuk memisahkan kristal yang terdapat pada
masakan dari cairan. Prinsip kerja adalah gaya centrifugal yaitu suatu saringan
silinder berputar pada porosnya kemudian pada silinder tersebut diisikan masakan
(kristal beserta cairan induknya) maka masakan akan terlempar keluar oleh gaya
centrifugal. Karena ada saringan akibatnya kristalnya tertahan pada saringan
sedang cairan induknya terlempar keluar. Stasiun putaran menggunakan 2 putaran

47

yang berbeda, yaitu putaran A/C (HGC/High Grade Centrifugal) yang mempunyai
kecepatan 2 500 rpm digunakan untuk memisahkan gula A serta stroop A dan
gula C serta stroop C dan putaran D (LGC/Low Grade Cetrifugal) untuk
memisahkan kristal gula D dengan tetes dengan kecepatan putaran 1 000 rpm.
Puteran SHS merupakan puteran yang akan menghasilkan gula
produk/gula SHS. Gula yang dihasilkan dari puteran ini memiliki nilai kemurnian
tertinggi yaitu 99.8. Gula A yang sudah ditambah air di mixer kemudian
diturunkan ke puteran SHS. Hasilnya berupa gula SHS yang dialirkan ke stasiun
penyelesaian (finishing).

Stasiun penyelesaian
Stasiun penyelesaian bertujuan untuk menyelesaikan proses dari pembuatan
gula karena kristal gula dari puteran SHS masih belum memenuhi syarat sebagai
gula produk karena masih mengandung air dan ukurannya tidak homogen. Gula
tersebut masuk ke Sugar Dryer untuk mengurangi kandungan air kemudian gula
yang sudah kering melewati Vibrating Screen untuk dipisahkan antara gula
produk (0.9-1.1 mm) dan gula yang berukuran terlalu besar atau kecil.

Stasiun pengemasan
Gula produk setelah melewati Vibrating Screen kemudian diangkut dengan
Sugar Conveyor menuju ke penampung (Sugar Bin) untuk dikemas dalam sak
ukuran 50 kg atau dikemas dalam kemasan 1 kg (Gambar 14). Selanjutnya gula
disimpan di gudang gula untuk dipasarkan.

(a)

(b)

Gambar 14. Produk Gula (a) Kemasan Sak 50 kg, (b) Kemasan 1 kg

48

Aspek Manajerial

Mandor Lapangan
Mandor lapangan adalah orang yang bertugas dan bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan kegiatan budidaya di lapangan. Mandor lapangan terbagi
menjadi beberapa mandor tergantung jenis kegiatan di lapangan. Tujuannya
adalah mempermudah pekerjaan dalam satu wilayah kebun. Mandor lapangan
terdiri atas mandor kebun, mandor proteksi, mandor pupuk, dan mandor herbisida.

Mandor kebun
Mandor kebun bertanggung jawab mengelola dan mengawasi kebun
dengan luasan sekitar 50-60 ha. Tugasnya yaitu mengkoordinasikan para tenaga
kerja yang melaksanakan semua kegiatan kebun mulai dari penanaman,
pemeliharaan sampai penebangan yang telah dijadwalkan oleh SKW. Pada setiap
jenis kegiatan di lapangan mandor kebun mengurusi pengadaan tenaga kerja,
melakukan absensi, mengawasi para pekerja, dan memonitor hasil pekerjaan.
Setiap kegiatan kebun dicatat dalam buku Cadong sebagai bahan laporan dan
sebagai bukti kerja kepada pihak administrasi keuangan untuk membayar upah
tenaga kerja.

Mandor proteksi
Mandor proteksi bertugas dalam kegiatan pengendalian hama dan
penyakit. Sebelum dilakukan pengendalian, mandor proteksi berkoordinasi
dengan pemandu yang bertugas mencari petakan yang terserang hama dan
penyakit. Apabila ditemukan petak yang terserang oleh pemandu maka langsung
dilaporkan ke mandor proteksi untuk segera dilakukan pengendalian dengan
terlebih dahulu meminta persetujuan SKW. Setiap kegiatan kebun dicatat dalam
buku Cadong sebagai bahan laporan dan sebagai bukti kerja kepada pihak
administrasi keuangan untuk membayar upah tenaga kerja.

49

Mandor pupuk
Mandor pupuk bertanggung jawab dalam kegiatan pemupukan baik
manual maupun secara mekanis. Jadwal kegiatan pemupukan ditentukan oleh
SKW. Jenis dan dosis pupuk yang digunakan berdasarkan rekomendasi
pemupukan dari Puslit Agro. Pertama-tama mandor pupuk menghitung kebutuhan
pupuk untuk petakan yang mau dipupuk, lalu meminta persetujuan sinder pupuk.
Setelah mendapat persetujuan maka bon diserahkan kepada SKK untuk
ditandatangani. Lalu bon yang sudah ditandatangani diserahkan ke Kepala
Gudang untuk mengeluarkan pupuk untuk dibawa ke kebun. Setelah itu pupuk
dibawa ke kebun dengan menggunakan trailer. Setiap kegiatan kebun dicatat
dalam buku Cadong sebagai bahan laporan dan sebagai bukti kerja kepada pihak
administrasi keuangan untuk membayar upah tenaga kerja.

Mandor herbisida
Mandor herbisida bertugas dalam kegiatan pengendalian gulma baik
secara mekanis maupun manual. Mandor herbisida akan berkoordinasi dengan
mandor kebun mengenai penentuan petakan mana yang akan dikendalikan
gulmanya. Apabila ditemukan suatu petakan yang ditumbuhi banyak gulma maka
segera dilakukan pengendalian dengan persetujuan dari SKW. Setiap kegiatan
kebun dicatat dalam buku Cadong sebagai bahan laporan dan sebagai bukti kerja
kepada pihak administrasi keuangan untuk membayar upah tenaga kerja.

Sinder Kebun Wilayah


Sinder Kebun Wilayah (SKW) adalah orang yang memegang kebun dan
bertanggung jawab terhadap satu wilayah kebun dengan luasan sekitar 500-600 ha
yang terdiri dari beberapa blok kebun. Dalam tugasnya SKW dibantu dengan
mandor lapangan. SKW bertugas menyusun jadwal kegiatan yang akan dilakukan
dan bersama-sama dengan Sinder Kebun Kepala (SKK) menyusun Rencana Kerja
Anggaran Tahunan (RKAT). Selain itu SKW juga bertugas mengawasi dan
melakukan control setiap saat terhadap wilayahnya. SKW harus membuat laporan
mingguan mengenai kelancaran dan hambatan kegiatan di kebun serta laporan
administrasi. Laporan ini akan dievaluasi oleh Sinder Kebun Kepala (SKK).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Aspek Teknis

Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah di PG. Subang menggunakan mekanisasi untuk
menunjang pertumbuhan tanaman supaya tanah dapat terolah sempurna lebih
dalam dan agar akar dapat tumbuh optimal. Pengolahan tanah yang dalam akan
meningkatkan efisiensi penyimpanan dan penggunaan air dari tanah. Pemadatan
tanah di kebun terjadi akibat lalu lintas kegiatan mekanisasi dan angkutan tebang
angkut seperti Traktor, Trailer, dan Truk yang mengakibatkan tanah menjadi
padat dan keras. Oleh karena itu dilakukan pengolahan tanah agar tanah kembali
gembur sehingga akar akan mudah tumbuh dan optimal dalam menyerap unsur
hara di dalam tanah. Menurut Kartohadikoesoemo (1986) untuk mengatasi jenis
tanah dengan tekstur berat diusahakan pengolahan tanah dalam dengan alat
subsoiler agar pertumbuhan akar dapat berkembang lebih dalam yang akhirnya
akar dapat menyerap hara secara leluasa.
Iklim dalam hal ini adalah hujan merupakan faktor utama tertundanya
pelaksanaan pengolahan tanah karena kondisi lahan yang tidak memungkinkan
untuk dilaksanakan pengolahan tanah jika terjadi hujan. Walaupun tetap dilakukan
pengolahan tanah maka akan mengakibatkan traktor mengalami slip dan tidak
dapat beropersi dengan baik. Oleh karena itu pengolahan tanah hanya bisa
dilakukan setelah tanah kering atau tidak hujan.
Bentuk

topografi

lahan

yang

miring

dan

bergelombang

akan

mengakibatkan pengolahan tanah tidak maksimal karena operator mengalami


kesulitan dalam mengopersikan traktornya. Hal ini menyebabkan menurunnya
produktivitas kerja alat sehingga luas petakan yang akan diolah menjadi menurun.
Operator merupakan faktor yang menentukan dalam hasil pengolahan tanah. Oleh
karena sistem pengupahan berdasarkan borongan maka operator kadang-kadang
hanya

mengejar

target

pengolahan

tanah

yang

seluas-luasnya

tanpa

memperhatikan kualitas. Oleh karena itu mandor kebun sangat diperlukan untuk
mengawasi kualitas pekerjaan operator supaya memberikan hasil yang terbaik.

51

Penanaman
Penanaman di PG. Subang dilakukan sebanyak 2 periode, yaitu periode 1
(Mei-September) dan periode II (Oktober-Desember). Pada penanaman periode I
kebutuhan air dipenuhi dari sungai Tarum Timur dengan menggunakan sistem
glontor. Kendala yang dialami adalah jika kebutuhan air didapatkan dari sistem
glontor maka air tidak akan merata ke seluruh permukaan tanah karena air hanya
dialirkan melalui kairan yang mengakibatkan tanah di sekelilingnya tidak ikut
basah atau lembab dan juga karena cuaca yang panas maka air akan mudah
mengalami penguapan. Kelebihannya adalah kebutuhan air dapat diatur sesuai
kebutuhan tanaman tetapi hanya terbatas pada kebun yang mempunyai banyak
lebung.
Periode penanaman yang paling bagus adalah periode I karena tanaman
akan mendapatkan pengairan sebanyak 2 kali yaitu saat musim kemarau dengan
glontor dan ketika musim hujan. Selain itu waktu masak tebu optimal yaitu tepat
musim kemarau dengan umur sekitar 12 bulan. Pada periode ini pula,
pertumbuhan utama tebu yaitu saat fase pertumbuhan anakan akan jatuh pada
musim hujan dan saat matang serta panen jatuh pada musim kemarau tahun
berikutnya yang diharapkan rendemen akan optimum. Pada periode II, waktu
masak tebu kurang optimal karena umur tebu yang < 12 bulan karena untuk
mengejar musim giling pada musim kemarau tahun berikutnya. Oleh karena itu,
untuk mengatasinya maka pada periode II ditanam varietas tebu yang masak awal
supaya waktu masak tebu bisa bersamaan dengan varietas yang lainnya.
Teknik penanaman pun sangat penting supaya menghasilkan tanaman
dengan pertumbuhan yang seragam karena penanaman merupakan tahap awal
untuk pencapaian produksi yang maksimal. Oleh karena itu saat penanaman perlu
dilakukan pengontrolan secara intensif terhadap para pekerja. Kendala yang
dialami adalah tenaga kerja yang kurang tersedia karena waktunya bersamaan
dengan kegiatan panen padi. Hal ini mengakibatkan waktu tanam akan bertambah
padahal bibit sudah tersedia di petakan. Akibatnya bibit akan kering dan tidak
segar kembali. Solusinya adalah sinder harus mengatur jadwal yang baik antara
penebangan bibit dan waktu tanam agar bibit tidak terbengkalai di petakan. Maka
untuk mengatasinya adalah mandor harus mempunyai tenaga cadangan.

52

Pemupukan
Jenis alternatif pupuk yang digunakan di PG. Subang bermacam-macam,
yaitu pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Sebaiknya jenis pupuk yang dipakai di
lapangan adalah pupuk majemuk karena jika menggunakan pupuk tunggal, akan
tidak efisien dari segi waktu karena harus mencampur terlebih dahulu pupuk
sesuai dosis yang digunakan dan juga pencampurannya pun akan tidak merata
sehingga mengakibatkan pembagian pupuk ke tanaman pun tidak merata. Selain
itu, pupuk akan banyak yang terbuang ke tanah karena pencampurannya
dilakukan di atas tanah dengan menggunakan alas karung. Pemupukan dengan
menggunakan FA akan lebih baik hasilnya daripada pemupukan secara manual.
Tetapi pemupukan dengan FA akan tidak maksimal jika lahan dalam keadaan
basah, kondisi lahan miring, tebu sudah tinggi, dan pupuk menggumpal karena
akan menghambat saluran pengeluaran dari selang pupuk. Oleh karena itu
penggunaan FA dilakukan hanya jika keadaan memungkinkan. Selain itu FA di
PG. Subang jumlahnya sedikit hanya sekitar 2 buah/rayon sehingga ketika musim
tanam tiba akan terjadi perebutan antar wilayah dalam satu rayon karena untuk
mengejar masa tanam. Alternatifnya adalah dengan menggunakan pemupukan
manual tetapi hal ini akan memperbesar anggaran biaya perusahaan. Selain itu
ketika datang musim giling dan waktunya bersamaan dengan masa tanam periode
I juga terjadi perebutan traktor karena sama-sama digunakan untuk mengangkut
tebu dan untuk pemupukan mekanis. Dalam hal ini, operator lapang (Field
Operation) harus pintar membagi jadwal dan sinder pupuk pun harus turun tangan
untuk mengatasi masalah ini agar masa tanam tidak mundur dan petakan tetap
diberi pupuk sesuai jadwal.

Penyiraman
Kendala yang dialami pada kegiatan penyiraman adalah masalah
kurangnya lebung di PG. Subang sehingga masih ada petakan-petakan yang tidak
mendapat pengairan karena letaknya jauh dari lebung. Tetapi menjelang musim
tanam 2008/2009, PG. Subang membeli lahan milik masyarakat yang berpotensi
untuk dijadikan lebung dengan demikian diharapkan petakan yang sebelumnya
ditanam pada periode II akan ditanam pada periode I.

53

Persiapan Tebang Angkut


Petak KTG sebelum ditebang terlebih dahulu dilakukan analisa T-Score
yang terdiri dari beberapa komponen, yaitu musim tanam, selisih HK, selisih
rendemen, rata-rata rendemen, FK, KDT, KP, PP, kategori tanaman, dan
kerawanan tanaman seperti pencurian, kebakaran, roboh, pembungaan, dan
replanting. Semua komponen tersebut memiliki nilai yang berkontribusi untuk
menentukan waktu ditebangnya petakan. Jika nilainya semakin besar maka
petakan tersebut diprioritaskan untuk ditebang terlebih dahulu. Setiap hari
dilakukan rapat tebangan untuk membahas petak mana saja yang layak untuk
ditebang setiap harinya dan disesuaikan dengan jumlah tenaga kerja yang ada.
Penebang terdiri dari 2 macam, yaitu lokal dan impor. Hasil tebangan penebang
lokal pada umumnya bersih dan penyusunan tebu di truk rapih dan teratur. Hanya
sebagai faktor penghambatnya adalah prestasi kerjanya relatif kecil karena tenga
tebang lokal pada umumnya adalah para wanita yang sudah lanjut usia. Salah satu
cara untuk mengatasinya adalah dengan pengadaan tenaga impor dari kota Brebes,
Garut, Cirebon, dan Majalengka. Tenaga tebang impor prestasi kerjanya lebih
tinggi karena semuanya pria hanya hasil tebangannya kotor karena mereka
mengejar tonase sehingga banyak trash yang terbawa. Upaya yang dilakukan
adalah dengan memberikan premi kebersihan.
Selain itu sebelum masuk ke cane yard, dilakukan penilaian kebersihan
tebu yang masuk per kemandoran oleh tim BSM dengan cara mengambil sampel
kira-kira 100 kg tebu kemudian dihitung persentase trash dan sogolannya. Jika < 5
% maka dinyatakan tebu tersebut bersih dan jika > 5 % maka tebu tersebut
dikatakan kotor akibatnya premi mandor akan berkurang. Jika dari data diketahui
ada mandor yang para penebangnya selalu menebang tidak bersih maka mandor
tersebut akan diberikan sanksi misalnya diliburkan untuk menebang selama 1 hari.
Kendala lain yang dialami adalah banyak petakan yang kondisinya jelek,
seperti banyak ditumbuhi gulma dan banyak tebu roboh. Petakan yang banyak
gulmanya dan tebunya banyak yang roboh akan mengakibatkan para penebang
menjadi malas untuk tebang pandes (rata tanah) sehingga tunggaknya tinggi. Oleh
karena itu diberikan tambahan premi oleh sinder tebang jika menebang dengan
kondisi petakan seperti itu.

54

Pengangkutan di PG. Subang dilakukan dengan menggunakan truk dan


trailer. Kendalanya adalah jumlah truk pengangkut yang datang setiap harinya
tidak tetap sehingga kadang-kadang ada tebu yang tidak terangkut sehingga akan
menginap di lapangan dan mengakibatkan rendemennya akan turun karena baru
diangkut esok harinya. Biasanya Kepala Tebang Angkut akan menegur kontraktor
tersebut dan jika terus menerus maka pada musim giling tahun berikutnya akan
diberikan kepada kontraktor lain.

Kondisi Pabrik
Pabrik di PG. Subang sudah berumur tua sehingga banyak terjadi masalah
di dalam pabrik yang mengakibatkan jam berhenti giling menjadi banyak yang
akhirnya banyak tebu tertumpuk di cane yard menunggu untuk digiling. Masalahmasalah tersebut biasanya menyangkut komponen-komponen mesinnya yang
sudah berumur tua sehingga kurang optimal. Selain itu juga keadaan mesin yang
sudah tua mengakibatkan proses pengolahan gula menjadi kurang optimal yang
mengakibatkan kehilangan gula yang terbawa ampas, blotong, dan tetes menjadi
makin besar. Hal ini akan mengakibatkan penurunan hablur gula yang dihasilkan
sehingga mengakibatkan harga pokok produksi gula akan semakin besar.

Produktivitas dan Rendemen PG. Subang


Usaha untuk meningkatkan hablur gula, dapat ditempuh dengan dua cara
yaitu dengan meningkatkan hasil produksi tebu dan meningkatkan persentase
rendemen. Hasil tebu dapat ditingkatkan dengan perluasan areal kebun dan
peningkatan produktivitas tanaman. Tetapi jika peningkatan hablur gula
diharapkan dari peningkatan luas areal mungkin kurang memberikan hasil karena
lahan tersedia terbatas. Alternatifnya adalah dengan peningkatan produktivitas.
Usaha untuk meningkatkan produktivitas adalah dengan kultur teknis yang baik
yaitu pengolahan tanah yang baik, jarak tanam yang optimum, pengairan sesuai
kebutuhan tanaman, pengendalian hama dan penyakit terpadu, pemupukan
berimbang, dan pemeliharaan lainnya yang tentunya sangat berpengaruh untuk
pertumbuhan tanaman tebu. Lahan PG. Subang merupakan lahan kering sehingga
masa tanam yang tepat, penggunaan varietas tahan kekeringan, umur genjah,

55

tahan hama dan penyakit, respon pemupukan, dan memiliki rendemen yang tinggi
sangat diperlukan dalam peningkatan produktivitas. Peningkatan produktivitas
akan lebih bagus jika dibarengi dengan peningkatan rendemen. Rendemen ini
dipengaruhi oleh varietas, pola tanam yang tepat artinya penempatan varietas
harus tepat, dan pola tebang yang baik artinya tebu yang ditebang merupakan tebu
yang memang layak untuk ditebang yang sebelumnya sudah dilakukan analisa TScore sehingga diharapkan rendemen akan optimum.
Rata-rata produktivitas tebu selama 10 tahun terakhir adalah sebesar 610
ku/ha (Tabel 4). Produktivitas tertinggi terjadi pada saat musim tanam 2005/2006
sebesar 706 ku/ha karena pada musim tanam ini jumlah bulan basah lebih besar
daripada bulan kering sehingga dapat dipastikan tebu mendapatkan kebutuhan air
dengan cukup. Selain itu juga PG. Subang sudah memperbaiki teknik budidaya
seperti optimalisasi pengolahan tanah, penyiraman glontor, dan menggunakan
varietas unggul. Produktivitas terendah terjadi pada MT 2002/2003 sebesar 489
ku/ha. Salah satu penyebabnya adalah faktor iklim yang kering dan juga
persentase luas areal KTG III pada tahun 2002 lebih besar yaitu sebanyak 36.3 %
dari luas areal keseluruhan dibandingkan persentase KTG III pada tahun 2005
yang hanya sebesar 19.3 %. Di PG. Subang tanaman keprasan hanya sampai
ratoon II dikarenakan produksi yang semakin menurun. Hal ini mungkin karena
pada saat tanam kurang memperhatikan teknik budidaya yang baik, seperti
pengolahan tanahnya kurang sempurna, kurang pengairan atau menggunakan bibit
tidak unggul. Hal-hal tersebut akan mempengaruhi produksi tanaman selanjutnya.
Pada tahun 2007 iklim memang sedikit berubah. Musim hujan agak
mundur namun ketika mulai turun berhentinya agak bergeser ke belakang
sehingga tebu yang ditanam dan dikepras pada akhir musim hujan merana agak
berkepanjangan karena kekurangan air dan ini akan berpengaruh terhadap
rendemen gula. Tetapi PG. Subang tidak mengantisipasi hal tersebut sebelumnya
sehingga mengakibatkan produktivitas dan rendemen PG. Subang rendah pada
tahun 2007. Rendemen di PG. Subang sudah menunjukkan kinerja yang baik
sehingga untuk ke depannya perlu dilakukan perbaikan teknik budidaya untuk
meningkatkan produktivitas agar dapat bersinergi dengan rendemen untuk
menghasilkan hablur gula yang maksimal.

56

Berdasarkan data dari Sekretariat Dewan Gula Indonesia tahun 2007, ratarata produktivitas tebu PG. Subang masih di bawah rata-rata produktivitas PG.
Gunung Madu yang juga merupakan perkebunan tebu lahan kering di Indonesia.
Rata-rata produktivitas tebu PG. Gunung Madu tahun 2007 adalah sebesar 792
ku/ha dengan rendemen 9.47 % dan hablur 74.8 ku/ha. Sedangkan produktivitas
tebu, rendemen, dan hablur di PG. Subang tahun 2007 masing-masing adalah 584
ku/ha, 7.64 %, dan hablur 44.62 ku/ha.

Aspek Manajerial

Manajemen Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia merupakan aset perusahaan yang sangat penting
dalam meningkatkan produksi di perusahaan. Tanpa sumber daya manusia yang
baik perusahaan akan mengalami kemunduran dalam segala bidang. Dalam
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja maka diperlukan peraturan dan
pembagian waktu kerja. Hal ini sangat diperlukan untuk membina kedisiplinan
para karyawan. Peraturan yang dibuat berisikan tata tertib dan akan diberikan
sanksi bila melanggar.
PG. Subang menerapkan kedisiplinan kerja dengan pembagian waktu kerja
hari senin-jumat yang dimulai pukul 07.00-15.00 WIB dan istirahat pukul 12.0013.00 WIB. Untuk hari sabtu jam kerja mulai pukul 07.00-13.00 WIB. Jam kerja
ini berlaku untuk karyawan staf dan karyawan harian di luar musim giling.
Sedangkan dalam musim giling diberlakukan sistem shift yang terbagi menjadi 3
bagian dan pertukaran shift dilakukan setiap 3 hari sekali.

Pengelolaan Kegiatan Kebun dan Tenaga Kerja Bagian Tanaman


Perencanaan kegiatan kebun dilakukan oleh mandor kebun yang
mengajukan rencana kegiatan kebun setiap harinya dalam buku cadong. Lalu
rencana tersebut diajukan ke SKW untuk dilakukan evaluasi dan meminta
persetujuan. Selanjutnya SKW mengajukan ke SKK untuk disetujui. Pembayaran
cadong dilakukan setiap 1 minggu sekali.

57

Setelah rencana kegiatan disetujui, maka mandor kebun menyiapkan


pekerja untuk melakukan kegiatan kebun. Biasanya pekerja berasal dari
lingkungan sekitar PG. Subang. Mandor kebun lalu mengatur dan mengawasi para
pekerja. Dalam pelaksanaannya SKW melakukan pengawasan dan pengontrolan
hasil kegiatan kebun setiap hari di wilayah masing-masing. Kadangkala jika hasil
pekerjaan kebun tidak memuaskan maka SKW akan memberikan peringatan
kepada mandor kebun agar benar-benar melakukan pengawasan yang benar
terhadap pekerja, hal ini dilakukan agar kebun dapat berproduksi secara optimal.
Untuk mengevaluasi kegiatan kebun setiap harinya maka sebelum
berangkat ke wilayah masing-masing, SKK melakukan diskusi dengan para SKW
mengenai masalah dan hambatan yang terjadi di kebun serta cara mengatasinya.
Para SKW pun setiap hari di kebun melakukan diskusi dan evaluasi mengenai
kegiatan kebun dengan para mandor kebun. Jika terjadi masalah maka dengan
segera SKW memberikan solusi untuk mengatasi masalah tersebut karena kadangkadang mandor kebun merasa kesulitan dan membutuhkan bantuan untuk
memecahkan masalah yang biasanya terjadi di kebun.
Untuk kegiatan pemupukan, dosis pemupukan berdasarkan rekomendasi
dari hasil analisis tanah dan daun yang dilakukan oleh Puslit Agro Jatitujuh.
Tetapi sebelum diaplikasikan ke lapangan maka terlebih dahulu dilakukan
evaluasi oleh Kepala Bagian Tanaman dan para stafnya mengenai luasan petak
yang akan dipupuk, analisis biaya, dan jumlah persediaan pupuk. Setelah
dilakukan evaluasi maka pimpinan PG. Subang memberikan instruksi kepada
bawahannya mengenai kebijakan yang telah diambil khususnya untuk kegiatan
pemupukan. Kebijakan ini didasarkan atas pertimbangan kondisi di lapangan agar
kegiatan pemupukan dapat berjalan secara optimal dengan menggunakan prinsip 4
T yaitu tepat dosis, tepat cara, tepat jenis, dan tepat waktu. Banyak faktor yang
mempengaruhi dalam mengambil kebijakan mengenai pemupukan, diantaranya
faktor iklim, persediaan bahan baku, biaya-biaya, jumlah tenaga kerja, dan
ketersediaan peralatan mekanis.

58

Aspek Khusus

Percobaan Pupuk Daun


Perlakuan pupuk daun terdiri atas 2 macam merk, yaitu IBG Bio Fertilizer
dan Agrorama yang terdiri dari 2 jenis pupuk yaitu Pupuk Majemuk Cair dan
Agrorama. Masing-masing perlakuan dibandingkan dengan kontrol. Ketiga
perlakuan terletak dalam satu petak yang sama dengan kondisi kebun yang sama.
Petakan percobaan tetap diberikan pupuk standar sebanyak 2 kali aplikasi, yaitu
pemupukan pertama yang diberikan sebelum tanam sebagai pupuk dasar dan
pemupukan kedua diberikan saat 1-2 BST. Pupuk standar yang digunakan adalah
pupuk majemuk NPK Kujang dengan dosis masing-masing sebanyak 3 ku/ha.

Pengamatan di Lapangan

Jumlah batang per meter juring


Analisis data mengenai jumlah batang per meter juring pada saat tebu
berumur 6 dan 8 BST disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Jumlah Batang per meter Juring Tebu Umur 6 dan 8 BST
Perlakuan
Kontrol
IBG Bio Fertilizer
Agrorama
Ket : * = nyata pada taraf 5 %
tn
= tidak nyata pada taraf 5 %

Jumlah Batang/m Juring


6 BST
8 BST
5.54 0.19
5.56 0.53
8.49 0.37*
8.19 0.11*
*
7.07 0.30
7.22 0.05*

Pada Tabel 9. diketahui bahwa pemberian pupuk IBG Bio Fertilizer dan
Agrorama terbukti menunjukkan pengaruh yang nyata meningkatkan jumlah
batang per meter juring saat tanaman tebu umur 6 dan 8 BST.

Tinggi batang
Pada Tabel 10. disajikan data tinggi batang tanaman tebu umur 6 dan 8
BST.

59

Tabel 10. Tinggi Batang Tanaman Tebu Umur 6 dan 8 BST


Perlakuan
Kontrol
IBG Bio Fertilizer
Agrorama
Ket : * = nyata pada taraf 5 %
tn
= tidak nyata pada taraf 5 %

Tinggi Batang (cm)


6 BST
8 BST
156.94 3.76
206.81 6.68
157.22 9.87tn
221.39 2.78tn
tn
169.17 4.41
229.03 4.04tn

Hasil pengamatan pada Tabel 10. menunjukkan bahwa kedua perlakuan


pupuk daun pada pengamatan tinggi batang saat umur 6 maupun 8 BST tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata.

Diameter batang
Di bawah ini disajikan analisis data diameter batang tebu umur 8 BST.
Tabel 11. Diameter Batang Tanaman Tebu Umur 8 BST
Perlakuan
Diameter Batang (mm)
Kontrol
26.72 0.59
IBG Bio Fertilizer
27.78 1.28tn
Agrorama
28.94 0.59tn
*
Ket :
= nyata pada taraf 5 %
tn
= tidak nyata pada taraf 5 %

Hasil pengamatan pada Tabel 11. menunjukkan bahwa perlakuan pupuk


daun IBG Bio Fertilizer dan Agrorama tidak memperlihatkan pengaruh yang
nyata terhadap pertumbuhan diameter batang tanaman tebu umur 8 BST.

Pembahasan Aspek Khusus


Mayoritas lahan di PG. Subang bersifat masam dengan pH berkisar 4.5.
Pada pH masam, unsur P tidak tersedia untuk tanaman karena akan terikat oleh Al
dan Fe. Khusus tebu, keberadaan unsur P menentukan jumlah dan pertumbuhan
anakan dan anakan ini akan menentukan jumlah batang pada saat panen yang
merupakan komponen penting dari hasil panen tebu (Clements, 1980). Pemberian
pupuk daun Agrorama dan IBG Bio Fertilizer yang menambah unsur hara P
masing-masing sejumlah 7.63 % dan 5.40 % menyebabkan jumlah anakan kedua
petak yang diberi pupuk daun meningkat secara nyata dibandingkan dengan
kontrol. Serta ditambah pupuk Biokompos yang terdiri atas sejumlah

60

mikroorganisme yang bersifat positif bagi tanaman. Oleh karena itu penambahan
hara P dalam tanaman menyebabkan kenaikan pertumbuhan tanaman termasuk
perkembangan perakaran sehingga daerah jelajah akar menjadi lebih luas yang
menyebabkan dapat mengambil unsur hara lebih banyak dari dalam tanah yang
dipergunakan untuk pertumbuhan tanaman. Selain itu, secara umum unsur P
berperan dalam proses pembelahan sel, pembentukan karbohidrat, mempercepat
perkembangan perakaran, mempercepat kemasakan, dan meningkatkan tinggi
batang sehingga menaikkan hasil panen tebu serta memperbaiki mutu nira
(Sudiatso, 1982).
Unsur hara yang juga berperan dalam peningkatan jumlah anakan adalah
unsur hara N. Kandungan N pada pupuk daun IBG Bio Fertilizer sebesar 7.64 %
sedangkan kandungan hara N pada pupuk daun Agrorama sebesar 17.52 %.
Humbert (1968) mengemukakan penyerapan nitrogen maksimum terjadi pada
tanaman tebu berumur 3-6 BST. Jadi, unsur N merupakan unsur yang sangat
dibutuhkan tanaman pada awal pertumbuhan untuk pembentukan anakan dan
pertumbuhan vegetatif. Unsur nitrogen secara umum berguna untuk pembentukan
protoplasma yang digunakan untuk pembentukan sel, jaringan, dan organ
tanaman.
Kebutuhan tanaman akan unsur hara N, P, dan K sebenarnya sudah
tercukupi pada awal pertumbuhan tanaman oleh pemberian pupuk standar.
Selanjutnya pemberian pupuk daun hanya sebagai pelengkap unsur hara pada fase
pertumbuhan berikutnya. Unsur hara lain yang mempunyai peranan penting dalam
pemenuhan kebutuhan unsur hara adalah unsur K yaitu sebagai pengaktif dari
sejumlah besar enzim yang penting untuk fotosintesis dan respirasi. Kalium
mengaktifkan pula enzim yang diperlukan untuk membentuk pati dan protein
(Salisbury dan Ross, 1995). Kalium juga berperan dalam pembukaan stomata dan
mempengaruhi penyerapan unsur-unsur hara lainnya (Hardjowigeno, 2003). Oleh
karena itu dengan banyaknya fotosintat yang terbentuk sebagai akibat peningkatan
kandungan hara N, P, dan K maka menyebabkan pertumbuhan tinggi batang
tanaman tebu yang diberi pupuk daun menjadi lebih besar jika dibandingkan
dengan kontrol walaupun secara statistik hasilnya tidak nyata.

61

Birowo et al. (1990) mengemukakan bahwa peningkatan tinggi batang


pada tanaman tebu merupakan salah satu faktor yang menentukan tinggi
rendahnya hasil panen dan mempunyai bentuk hubungan yang lebih bersifat linier
terhadap hasil tebu. Pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa semakin tinggi
batang tanaman tebu maka hasil produksi tebu akan lebih tinggi pula.
Pengaruh yang tidak nyata pada diameter batang tanaman tebu saat
berumur 8 BST menunjukkan bahwa pemberian pupuk daun IBG Bio Fertilizer
dan pupuk daun Agrorama mampu memberikan hasil yang sama baiknya terhadap
kontrol pada saat tanaman berumur 8 BST dan tidak memperlihatkan penambahan
yang berarti. Pemupukan melalui daun tidak dimaksudkan untuk memenuhi
keperluan unsur hara untuk seluruh pertumbuhan tanaman tetapi hanya sebagai
pelengkap dari pemupukan melalui tanah. Dengan demikian, pemupukan melalui
daun hanyalah sebagai pelengkap dari penggunaan pupuk standar.
Pemupukan

dengan

menggunakan

pupuk

daun

di

PG.

Subang

dilaksanakan pada tanaman tebu saat berumur 3-5 BST. Petakan yang diberi
perlakuan pupuk daun diprioritaskan pada petakan dengan potensi produksi tinggi
dengan kriteria gulma sedikit, tanaman tidak terserang hama dan penyakit, dan
yang mempunyai kerapatan tanaman tinggi. Pupuk daun digunakan karena hara
diserap tidak melalui tanah sehingga menghindari fiksasi dalam tanah yang
berakibat hara tidak tersedia untuk tanaman. Apalagi mayoritas tanah di PG.
Subang merupakan tanah latosol yang mempunyai pH masam. Pada pH masam
banyak hara yang tidak tersedia untuk tanaman, salah satunya adalah P yang akan
diikat oleh Fe dan Al sehingga menjadi tidak tersedia untuk tanaman.
Aplikasi pupuk daun di PG. Subang dilakukan pagi hari mulai pukul
07.00-10.00 WIB. Upah yang diberikan adalah upah borongan per ha yaitu
sebesar Rp. 18 000/ha. Prestasi pekerja adalah 1 ha/HOK. Pemberian pupuk daun
lebih tepat dilakukan pada pagi hari karena pada saat itulah stomata daun sedang
membuka sempurna sehingga kehilangan pupuk dapat ditekan. Apabila
penyemprotan dilakukan saat sinar matahari sedang terik dapat menyebabkan air
akan cepat menguap dan pupuknya hanya menempel di permukaan daun. Aplikasi
pupuk daun juga disarankan tidak dilakukan pada waktu cuaca mendung atau jika

62

akan turun hujan karena pupuk akan tercuci oleh air hujan sehingga penyemprotan
akan sia-sia.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah faktor angin. Pada waktu pagi hari
angin yang bertiup tidak terlalu kencang tetapi jika sudah menuju siang hari maka
biasanya angin bertiup kencang sehingga penyemprotan pupuk akan tidak efektif.
Oleh karena itu beberapa kendala yang dialami di lapangan adalah masalah
ketidakpastian cuaca dan angin. Kendala lain yang dialami adalah kurangnya
keterampilan pekerja dan mandor juga kurang teliti dalam pencampuran dosis
yang digunakan sehingga terjadi kelebihan air dan akhirnya banyak larutan pupuk
yang tersisa.

Analisis Ekonomi
Faktor biaya merupakan salah satu faktor yang selalu menjadi bahan
pertimbangan dalam penentuan kebijakan di PG. Subang. Selisih biaya pupuk
daun IBG Bio Fertilizer terhadap kontrol lebih tinggi yaitu sebesar Rp. 481 000
dibandingkan pupuk daun Agrorama sebesar Rp. 426 448 (Tabel Lampiran 3).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
PG. Subang adalah salah satu perusahaan perkebunan tebu lahan kering di
pulau Jawa yang merupakan salah satu unit produksi PT. Rajawali II. Luas areal
tahun 2007/2008 adalah 5 827.994 ha yang terbagi dalam 3 rayon, yaitu
Pasirbungur, Pasirmuncang, dan Manyingsal.
Untuk peningkatan produktivitas, PG. Subang melakukan aplikasi pupuk
daun. Aplikasi pupuk daun di PG. Subang belum seluruhnya diterapkan pada
petakan di semua rayon, hanya diprioritaskan pada petakan dengan potensi
produksi yang tinggi. Selain itu, dalam aplikasi pupuk daun memerlukan
keterampilan yang baik dari pekerja supaya hasil penyemprotan dapat optimal.
Penyemprotan pun akan optimal bila faktor cuaca mendukung.
Rendemen merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi
banyaknya hablur gula yang dihasilkan. Salah satu pos kehilangan rendemen
adalah di pabrik. Pabrik di PG. Subang sudah berumur tua sehingga banyak terjadi
kehilangan rendemen yang disebabkan karena peralatan pabrik yang sudah tua.
Sampai umur tebu 8 BST, pemberian pupuk daun memberikan hasil
jumlah anakan yang lebih banyak daripada kontrol tetapi rendemen yang
diperoleh belum diketahui sehingga belum bisa direkomendasikan pupuk daun apa
yang lebih baik. Dari segi biaya, pupuk daun IBG Bio Fertilizer memberikan
selisih biaya terhadap kontrol lebih besar yaitu sebesar Rp. 481 000 dibandingkan
pupuk daun Agrorama sebesar Rp. 426 448.

Saran
Sebaiknya aplikasi pupuk daun juga dilakukan pada berbagai kondisi
petakan agar lebih meyakinkan apakah penambahan jumlah vegetatif yang terjadi
berasal dari penambahan pupuk daun atau bukan.
Selain itu untuk mengurangi kehilangan rendemen di pabrik karena umur
peralatan pabrik yang sudah tua maka sebaiknya PG. Subang melakukan
persiapan lebih awal untuk memperbaiki peralatan pabrik agar pada saat musim
giling tidak terjadi hal-hal yang dapat menghambat kegiatan giling.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin,
B.
2008.
Ekonomi
swasembada
http://ditjenbun.deptan.go.id [14 Juli 2008].

gula

Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2008. Estate Production by Crops, Indonesia 19952006. http://www.bps.go.id [14 Juli 2008].
Birowo, A. T., Dibyo P., dan Poerwadi D. 1990. Seri Manajemen Usaha
Perkebunan Gula. Lembaga Pendidikan Perkebunan. Yogyakarta.
Clements, H. E. 1980. Sugarcane crop logging and control principles and practice.
The university press of Hawaii, Honolulu.
Collings, G. H. 1995. Commercial Fertilizers. McGraw Hill Book Co., Inc., New
York. 617 p.
Direktorat Budidaya Tanaman Semusim. Swasembada
http://ditjenbun.deptan.go.id [11 November 2007].

gula

2009.

Dwidianthy, Y. 2003. Pengaruh Jenis Media Tanam dan Pupuk Daun terhadap
Pertumbuhan Mawar var. Princess. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 42 hal.
Fauconnier, R. 1993. The Tropical Agriculturalist : Sugarcane. Macmillan.
London. 140 p.
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. CV. Akademika Pressindo. Jakarta. 284 hal.
Harjadi, S. S. 1996. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia. Jakarta. 197 hal.
Humbert, R. P. 1968. The growing of sugarcane (revised edition) Elsevier,
Publishing Company, Amsterdam, London, New York. 779 p.
Kartohadikoesoemo, N. 1984. Kemungkinan penerapan teknologi mekanisasi
dalam budidaya tebu di Indonesia dalam Prosiding Pertemuan Teknis
Tengah Tahunan I. BP3G, Pasuruan.
Kuntohartono. 1982. Pedoman Budidaya Tebu Lahan Kering. Lembaga
Pendidikan Perkebunan. Yogyakarta. 106 hal.
Kuntohartono, T. 1999. Pertunasan
Vol. XXIV (3) : 11-15.

tanaman

tebu.

Gula

Indonesia.

Lingga, P. dan Marsono. 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.


Jakarta. 150 hal.
Noggle, G. R. And G. J. Fritz. 1991. Introductry Plant Physiology. Second
edition. Prentice Hall of India. Private Limited. New Delhi.

65

Salisbury, F. B. And C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. ITB


Bandung. Bandung. 241 hal.
Setyamidjaja, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. CV. Simplex. Jakarta.121 hal.
Siagian, V. Harga gula kapan turun. http://www.sinarharapan.co.id [23 November
2007].
Soebroto, R. S. H. 1980. Tebu Rakyat. Tarate. Bandung. 39 hal.
Soemitro, M dan K. Harwanto. 1988. Budidaya tebu pada berbagai jenis tanah di
lahan kering PT Perkebunan XXIV-XXIV (persero) dalam Prosiding
Seminar Budidaya Tebu Lahan kering. Pusat Penelitian Perkebunan Gula
Indonesia, Pasuruan. 992 hal.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. 591 hal.
Sudiatso, S. 1982. Bertanam Tebu. Departemen Agronomi. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Bogor. 42 hal.
Susila, W.R., Nahdodin, dan A.H. Malian. Prospek dan arah pengembangan
industri berbasis tebu. http://www.ipard.com [11 November 2007].
Sutardjo, R.M.E. 1994. Budidaya Tanaman Tebu. Bumi Aksara. Jakarta. 75 hal.
Tisdale, S. L., W. L. Nelson, J. D. Beaton. 1985. Soil Fertility and Fertilizer.
Collin Mac Millan. Canada. 754 p.

LAMPIRAN

Tabel Lampiran 1. Curah Hujan PG. Subang Tahun 1998-2007


Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Jumlah
BK
BB

1998
CH
HH
214.5
8
215.8
13
302.8
13
216.3
14
191.3
12
101.2
9
94.0
6
12.9
3
59.3
5
311.1
12
301.7
15
270.6
11
2291.5
121
2
9

1999
CH
HH
200.9
15
229.8
18
211.7
13
250.6
14
100.3
8
71.1
2
49.7
3
3.4
1
152.4
8
471.0
19
186.0
11
1 926,9 112
3
8

2000
CH
HH
383.6
14
177.8
10
197.0
13
311.0
14
200.8
12
35.4
7
30.5
2
16.0
3
24.6
3
181.7
9
418.4
20
206.0
11
2 182.8
118
4
8

2001
CH
HH
288.7
12
154.2
14
282.0
16
217.1
13
79.5
4
60.2
9
61.5
3
52.4
3
22.2
3
242.5
10
506.1
18
200.6
9
2 167.0
114
2
7

2002
CH
HH
487.4
23
437.6
22
247.3
18
144.5
13
32.6
5
16.6
1
169.3
5
141.2
6
313.6
15
1 990.1
108
5
7

Tahun
2003
CH
142.1
374.6
162.1
105.2
48.6
3.2
60.0
123.7
156.6
227.6
1 404.5
4
7

HH
9
20
14
9
5
1
2
5
8
11
84

2004
CH
HH
330.7
14
581.4
19
297.6
16
69.2
5
139.0
10
17.2
3
7.3
1
3.9
1
210.7
14
239.7
14
1 896.7
97
5
6

2005
CH
HH
345.1
22
205.1
18
413.0
15
165.2
14
50.5
5
94.1
6
53.5
10
23.2
4
0.5
1
125.7
8
133.0
14
268.9
13
1 877.8
130
4
7

2006
CH
HH
603.9
24
187.9
18
264.0
15
102.6
14
107.0
10
8.0
2
18.5
1
0.5
1
11.4
4
10.1
4
210.4
15
1 524.3
108
6
6

2007
CH
HH
234.7
19
323.0
18
339.3
20
214.2
16
55.7
10
107.7
6
6.0
2
2.2
1
4.5
1
48.5
9
198.1
15
206.8
16
1 740.5
133
5
7

Rata-rata
CH
HH
326.0
17
276.8
17
243.3
14
170.0
12
89.7
7
44.2
4
42.1
3
10.9
1
22.8
2
111.4
6
241.1
12
220.9
12
1 802.9
108
4
7

Sumber : Litbang PG. Subang, 2008

Keterangan :
BK=Bulan Kering
BL=Bulan Basah
BB=Bulan Basah

Perhitungan tipe iklim :


: CH < 60 mm
: 60 mm < CH < 100 mm
: CH > 100 mm

(tipe iklim C = agak basah)

67

Klasifikasi iklim menurut Schmidth dan Ferguson :


0
<Q<
14.3
: tipe A (sangat basah)
14.3
<Q<
33.3
: tipe B (basah)
33.3
<Q<
60
: tipe C (agak basah)
60
<Q<
100
: tipe D (sedang)
100
<Q<
167
: tipe E (agak kering)
167
<Q<
300
: tipe F (kering)
300
<Q<
700
: tipe G (sangat kering)
Q>
700
: tipe H (ekstrim kering)

Tabel Lampiran 2. Jurnal Harian Pelaksanaan Kegiatan Magang di PG. Subang


No

Hari/ Tanggal

Status

Jenis Kegiatan

Lokasi
Std kebun

Senin, 11 Feb 2008


Selasa, 12 Feb 2008
Rabu, 13 Feb 2008
Kamis, 14 Feb 2008
Jumat, 15 Feb 2008
Sabtu, 16 Feb 2008
Minggu, 17 Feb 2008
Senin, 18 Feb 2008
Selasa, 19 Feb 2008
Rabu, 20 Feb 2008
Kamis, 21 Feb 2008
Jumat, 22 Feb 2008
Sabtu, 23 Feb 2008
Minggu, 24 Feb 2008
Senin, 25 Feb 2008
Selasa, 26 Feb 2008
Rabu, 27 Feb 2008
Kamis, 28 Feb 2008
Jumat, 29 Feb 2008
Sabtu, 1 Maret 2008
Minggu, 2 Maret 2008
Senin, 3 Maret 2008
Selasa, 4 Maret 2008
Rabu, 5 Maret 2008
Kamis, 6 Maret 2008
Jumat, 7 Maret 2008
Sabtu, 8 Maret 2008
Minggu, 9 Maret 2008
Senin, 10 Maret 2008
Selasa, 11 Maret 2008

Mahasiswa
KHL
KHL
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
KHL
KHL
Mahasiswa
Mahasiswa
KHL
KHL
KHL
KHL
KHL
Mahasiswa
Mahasiswa
KHL
KHL
KHL
KHL
Mahasiswa
KHL
KHL
KHL

Tiba di lokasi PG. Subang


Pemupukan manual
Pemupukan manual
Orientasi Lab. Apantheles
Orientasi Lab. Kuljar
Orientasi Lab. Trichogramma
Libur Hari Minggu
Orientasi PTU
Pengamatan percobaan pupuk
Pengendalian gulma manual
Orientasi pabrikasi
Studi data sekunder
Aplikasi pupuk percobaan
Libur Hari Minggu
Pengamatan percobaan pupuk
Kletek
Aplikasi pupuk daun
Pengamatan percobaan pupuk
Studi data sekunder
Studi data sekunder
Libur Hari Minggu
Pemupukan manual
Pengendalian gulma kimiawi
Pengendalian gulma kimiawi
Taksasi Maret
Studi data sekunder
Pemupukan mekanis
Libur Hari Minggu
Pengamatan percobaan pupuk
Pengamatan percobaan herbisida

PG. Subang
Tibangrawa
Pasir Jati
Lab. Apantheles
Lab. Kuljar
Lab. Trichogramma

0.39 ha/HOK
0.35 ha/HOK

0.065 ha/HOK
0.065 ha/HOK

0.12 ha/HOK
0.02 ha/HOK

0.04 ha/HOK
0.01 ha/HOK

Patrakomala
Patrakomala
Patrakomala
Patrakomala
Risbang
Risbang

0.12 ha/HOK
0.2 ha/HOK
0.7 ha/HOK
0.12 ha/HOK

0.04 ha/HOK
0.03 ha/HOK
0.01 ha/HOK
0.04 ha/HOK

Jambe Anom
Cidangdeur Barat
Cidangdeur Timur
Pasuruan
Risbang
Pasung

0.4 ha/HOK
1 ha/HOK
1 ha/HOK
0.05 ha/HOK

0.05 ha/HOK

Cipedes
Cidangdeur Timur

0.03 ha/HOK
6 plot

PTU
Punggangan
Karang Tanjung
Pabrik
Risbang
Cipedes

0.01 ha/HOK

0.9-1 ha/jam
0.02 ha/HOK
3 plot

68

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Prestasi
Std mahasiswa

No

Hari/ Tanggal

Status

Jenis Kegiatan

Lokasi
Std kebun

Rabu, 12 Maret 2008


Kamis, 13 Maret 2008
Jumat, 14 Maret 2008
Sabtu, 15 Maret 2008
Minggu, 16 Maret 2008
Senin, 17 Maret 2008
Selasa, 18 Maret 2008
Rabu, 19 Maret 2008
Kamis, 20 Maret 2008
Jumat, 21 Maret 2008
Sabtu, 22 Maret 2008
Minggu, 23 Maret 2008
Senin, 24 Maret 2008
Selasa, 25 Maret 2008
Rabu, 26 Maret 2008
Kamis, 27 Maret 2008
Jumat, 28 Maret 2008
Sabtu, 29 Maret 2008
Minggu, 30 Maret 2008
Senin, 31 Maret 2008
Selasa, 1 April 2008
Rabu, 2 April 2008
Kamis, 3 April 2008
Jumat, 4 April 2008
Sabtu, 5 April 2008
Minggu, 6 April 2008
Senin, 7 April 2008
Selasa, 8 April 2008
Rabu, 9 April 2008
Kamis, 10 April 2008

KHL
KHL
KHL

KHL
KHL
KHL
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
KHL
KHL
KHL
KHL
Mahasiswa
Mahasiswa
KHL
KHL
Mahasiswa
KHL
KHL
KHL
KHL
KHL
Mahasiswa

Aplikasi II pupuk daun


Pemupukan manual
Pengamatan percobaan pupuk
Pembinaan mental
Libur Hari Minggu
Pengamatan percobaan pupuk
Pengamatan percobaan pupuk
Pengendalian hama rogesan
Studi data sekunder
Studi data sekunder
Studi data sekunder
Libur Hari Minggu
Pengamatan percobaan pupuk
Taksasi cross
Analisa pendahuluan
Kletek
Studi data sekunder
Studi data sekunder
Libur Hari Minggu
Pemupukan mekanis
Pemupukan manual
Studi data sekunder
Pengamatan percobaan pupuk
Pengamatan percobaan pupuk
Pengamatan percobaan pupuk
Libur Hari Minggu
Pengamatan percobaan pupuk
Supervisi
Pengamatan percobaan pupuk
Studi data sekunder

Patrakomala
Kumendung
Cipedes
PG. Subang

0.7 ha/HOK
0.4 ha/HOK
0.04 ha/HOK

0.065 ha/HOK
0.02 ha/HOK

Patrakomala
Karang Tanjung
Tibangrawa
Risbang
Risbang
Risbang

0.02 ha/HOK
0.05 ha/HOK
0.2 ha/HOK

0.02 ha/HOK
0.05 ha/HOK
0.02 ha/HOK

Patrakomala
Cipedes
Lab. analisa
Awilarangan
Risbang
Risbang

0.06 ha/HOK
0.05 ha/HOK
6 pekerja
0.2 ha/HOK

0.07 ha/HOK
0.05 ha/HOK

Batu Goong
Batu Goong
Risbang
Patrakomala
Jambe Anom
Jambe Anom

0.9-1 ha/jam
0.39 ha/HOK

0.065 ha/HOK

0.02 ha/HOK
0.03 ha/HOK
0.03 ha/HOK

0.02 ha/HOK
0.03 ha/HOK
0.03 ha/HOK

Jambe Anom
Risbang
Cipedes
Risbang

0.06 ha/HOK

0.06 ha/HOK

0.02 ha/HOK

0.02 ha/HOK

0.04 ha/HOK

69

31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60

Prestasi
Std mahasiswa

No

Hari/ Tanggal

Status

Jenis Kegiatan

Lokasi
Std kebun

Jumat, 11 April 2008


Sabtu, 12 April 2008
Minggu, 13 April 2008
Senin, 14 April 2008
Selasa, 15 April 2008
Rabu, 16 April 2008
Kamis, 17 April 2008
Jumat, 18 April 2008
Sabtu, 19 April 2008
Minggu, 20 April 2008
Senin, 21 April 2008
Selasa, 22 April 2008
Rabu, 23 April 2008
Kamis, 24 April 2008
Jumat, 25 April 2008
Sabtu, 26 April 2008
Minggu, 27 April 2008
Senin, 28 April 2008
Selasa, 29 April 2008
Rabu, 30 April 2008
Kamis, 1 Mei 2008
Jumat, 2 Mei 2008
Sabtu, 3 Mei 2008
Minggu, 4 Mei 2008
Senin, 5 Mei 2008
Selasa, 6 Mei 2008
Rabu, 7 Mei 2008
Kamis, 8 Mei 2008
Jumat, 9 Mei 2008
Sabtu, 10 Mei 2008

Sinder
Sinder
Sinder
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Sinder
Mandor
Sinder
Mandor
Sinder
Sinder
Sinder
Sinder
Sinder
Mandor
Mandor
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Sinder
Mandor
Mandor
Mandor

Pengawasan kletek
Do'a bersama
Libur Hari Minggu
Do'a bersama
Izin pulang
Izin pulang
Studi data sekunder
Do'a bersama
Pengawasan Penyemprotan Pestisida
Libur Hari Minggu
Kletek
Pengawasan Pengamatan Pupuk
Percobaan Herbisida
Pengawasan Rogesan
Ngala Indung
Ngala Indung
Libur Hari Minggu
Pengawasan penyiangan gulma
Pengamatan nilai brix tebu
Pengawasan aplikasi ZPK
Libur Nasional
Studi data sekunder
Khitanan Massal
Jalan Santai
Selamatan Giling
Libur Hari Tenang
Simulasi tebangan
Pengawasan tebangan
Pengawasan tebangan
Pengawasan tebangan

Patrakomala
Pasuruan

10 pekerja

Cihambulu

Risbang
Pasir Jati
Cidangdeur Timur

2 pekerja

Patrakomala
Punggangan
Patrakomala
Kumendung
Pasir Jati
Rayon Manyingsal

10 pekerja
2 pekerja
2 pekerja
8 pekerja

Batu Goong
Pasuruan
Patrakomala

7 pekerja
1 pekerja
7 pekerja

Risbang
Poliklinik PG. Subang
PG. Subang
PG. Subang
Pasuruan
Patrakomala
Awilarangan
Pasuruan

15 pekerja
10 pekerja
15 pekerja

70

61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90

Prestasi
Std mahasiswa

No

Hari/ Tanggal

Status

Jenis Kegiatan

Lokasi
Std kebun

Minggu, 11 Mei 2008


Senin, 12 Mei 2008
Selasa, 13 Mei 2008
Rabu, 14 Mei 2008
Kamis, 15 Mei 2008
Jumat, 16 Mei 2008
Sabtu, 17 Mei 2008
Minggu, 18 Mei 2008
Senin, 19 Mei 2008
Selasa, 20 Mei 2008
Rabu, 21 Mei 2008
Kamis, 22 Mei 2008
Jumat, 23 Mei 2008
Sabtu, 24 Mei 2008
Minggu, 25 Mei 2008
Senin, 26 Mei 2008
Selasa, 27 Mei 2008
Rabu, 28 Mei 2008
Kamis, 29 Mei 2008
Jumat, 30 Mei 2008
Sabtu, 31 Mei 2008
Minggu, 1 Juni 2008
Senin, 2 Juni 2008
Selasa, 3 Juni 2008
Rabu, 4 Juni 2008
Kamis, 5 Juni 2008
Jumat, 6 Juni 2008
Sabtu, 7 Juni 2008
Minggu, 8 Juni 2008
Senin, 9 Juni 2008
Selasa, 10 Juni 2008

Mahasiswa
Sinder
Sinder
Sinder
Mahasiswa
Mandor
Mandor
Mahasiswa
Mandor
Mandor
Mandor
Sinder
Mandor
Mandor
Mandor
Sinder
Mandor
Mahasiswa
Mandor
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa

Libur Hari Minggu


Orientasi Lab.Kuljar
Pengawasan tebangan
Pengawasan tebangan
Pengawasan tebangan
Orientasi pabrikasi
Pengawasan analisa trash
Libur Hari Minggu
Analisa pendahuluan
Orientasi pabrikasi
Pembajakan
Pemupukan dasar
Pengkairan
Pengawasan penanaman
Pengawasan siram
Pengawasan tebang bibit
Pengawasan penanaman
Pengawasan penanaman
Pengawasan aplikasi kaptan
Orientasi instalasi
Pengawasan siram
Libur Hari Minggu
Penyusunan laporan
Diskusi dan review
Penyusunan laporan
Diskusi dan review
Perbaikan laporan
Perbaikan laporan
Libur Hari Minggu
Perbaikan laporan
Pulang ke rumah

Lab. Kuljar
Kumendung
Pasuruan
Pasuruan
Pabrik
Cane yard
Lab. Analisa
Pabrik
Kedung Picung
Pasir Jati
Jambe Anom
Jambe Anom
Jambe Anom
Kumendung
Jambe Anom
Jambe Anom
Kumendung
PG. Subang
Jambe Anom

20 pekerja
34 pekerja
15 pekerja
5 pekerja
6 pekerja
0.4-0.5 ha/jam
5 pekerja
0.5-0.6 ha/jam
8 pekerja
2 pekerja
6 pekerja
12 pekerja
12 pekerja
4 pekerja
2 pekerja

Risbang
Risbang
Risbang
Risbang
Risbang
Risbang
Risbang

71

91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121

Prestasi
Std mahasiswa

STRUKTUR ORGANISASI PG. SUBANG


GENERAL MANAGER

KABAG
SDM & Umum

Staf
SDM

KABAG
Tanaman

SKK
Rayon PSB

SKK
Rayon PSM

SKK
Rayon MSL

KABAG
Instalasi

Kepala
Risbang

Kepala
Tebang &
Angkut

Kepala
Mekanisasi

KABAG
Pabrikasi

Staf
Work Shop

Staf
Lab & QC

KABAG
TUK

Staf
Keuangan

Staf
PTK

SKW I

SKW VI

SKW XI

Staf
Risbang

Staf
Tb & Angk
PSB & PSM

Staf
Alat Berat

Staf
St. Gilingan

Staf
Purification

Staf
Gudang
Material

Staf
Poliklinik

SKW II

SKW VII

SKW XII

Staf
Pemupukan

Staf
Tbg & Angkut
MSL

Staf
Pompa &
Iml. Trailler

Staf
St. Boiller

Staf
Evaporator

Staf
Gudang
Hasil

PAKAM

SKW III

SKW VIII

SKW XIII

Staf
Proteksi
& Bibit

Staf
FO

Staf
Teknik civil

Staf
Vac &
crystallizer

SKW IV

SKW IX

Staf
Mekanisasi
Rayon MSL

Staf
St. Listrik

Staf
Centrifugal

SKW V

SKW X

Staf
Akuntansi

Staf
Pool Kend.

Staf
Instrument

Gambar Lampiran 1. Struktur Organisasi PG. Subang

72

73

P E TA K E B U N
P G . S U B AN G
0

Kar an g T a njun g

2
3

4
7

Ta njun ga n
2
0 1
5
3 4
7 8

Pasir Ba nte ng

6
9
13

14

16 17
15
20 21 22 23

18

19

24

25

28 29
31 32

26

27

33

34

35 36

38

39

40

41 42

30

1 2

5
8

10 11 12

37

43 44 45 46 47 48
4
3
12
W alad in
5 6
49 50 51 52
7
3 4
1 0
2
4
3
2
1
0 8
10
9
15 16
9 10
5 6 7 0 8
14
24
13
6
5
7 8
22 23
12 13 14
15
11
14
0
11
12
13
21
20
31
9 10 11 12
30
16
17
29
0
Bug
el
15
16 17 18 19 20
1
28
Ta njun g J aya
0
18
0
38 39
Ben da
0 27
13 14 15 16 17
0 18 19 20
26
21 22 23
24
3
36 37
2
Sum ur K em ban g 1 25 33 34 35
44 45
2
23 19 20 21 22 23 24
0 21 22
1
25 26 27 28
8
42 43
4 5
0
32
9
40 41
46
47
4 5 3
1
2
28
29
26
26
27
0
25
26
25
24
Kose da n
30
31
29
0
1
0
0
6 7
6
1
3 2
35
Pun gga ng an 2
33
34
3 4 5
32
12
3
31
27
4
28
4
5
29
7
3
5
30
6
6
11
1 2
4
1 2
2
3
3
4
2
10
5
9
4
4 5 1
13
3
2
30 31 32
2
6
9 10 11
Pasu
7
0 7
8
1
10 P 11
7 8
9 ur
17 ru an
3
om 12
pa
1 8Sum
5 6
16
4
0
7
3
0 1
9
15
6
9
8
7
10
5
13 14 0
5 6
5 6
14 15 16
4
13 14
4
5 0
9 10 8
12
Pag adu8 ng an
Siki
21 22
2 3
8 9
9
1
11 10 0
7 8
15
6
14
0
12
19
13
13 0 0 7 8 9 18 19 20
18
11
10
12
10 17
0
9
15 16 17 18
6 7 8
25 0
13
0 0
0 10 11 7
0
11 12
11 12
23 24
19
Kad em an gan
14 20 21 22
19
21
5 16
10 11 12
14
16 17
18
17
4
20 21 22 0
2 1
11 12 13
20
22
0
27 28
14 15
6
2 3
0
15 16 26
4
5
26
12
3 Kem
4
ba ng
15 16
17 18 19 20
2
23 24 25 26
13 14
20 21
29 0
0
25
24
27 28 29 30
7
8 9 23
19 20
0
6
1
0
13 14
3
18 19
18
26
29
17
12
4
3 4
29 6
2
37
7 8
24 25
1
27 28
2
10 11
36
35
0
31
23
33
34
32
3
5
11
12
0
3
10
13
9
2
0
7
28
22
1
2
0
8
21
7
1
5
6
7
20
12
30
13
0
Ra nca ma hi
29
30
43
14
38
7
19
13
12
6
28
10 11
40 41 42
15 0 16 17 18 19
5
6
17 18
9
4
4 5
15 16 17
24 8 9
39 0 0
27
10 11
27
32
15 16
14
22 23
14
9
31
25
17 19 20
Ra wa G a bus
25 26
9
8
24
23
13
8
23
21
22
22
24
20 21
20
7
15 16
1
14
22 23
12 13
32
0
18
21
31
10
12
0
11
22
11
0
Pasir Jat27
i 28 29 2
Bar ug bu g
10
12ur Ba ra t
Batu G o on g
Cida
ng de
9
21
0
29 30
26
10 11
5
20
1
8
16 17 18
2 3 4
35
2
0 32
1
Sar ba yak
15
12 13
28ur T imu
15Cida ng de
18 19
29
25 26 27
34r
17
30 31 4
5
6
13 14
0
6 7 8 9
Pr oof 14 15
3
15 16
0
33
19 20 21 22
33 34
18
27 28
23
36
8
3 4
17
25 26
16
9 10 11 10 11 12 13
23 24
2
29
27
36
28
Ra
nca
ban
26
25
37
24
16
7
0
35
21

1
Patr a k om ala 30
5 6
16 17 18 19
19 20
35 36
2
1
17
34
14 15 16
13 14 15
34
33
0 0
30 31 32 33
0
23
4
7
3
0
31 32
0 22
7 8
42
3 4
12 20 21 22 23 24 25 26 18 19 20
8
39
1 2
35 36 37 38
40 41
9
6 7
3
1
6
38 39
27 28 29 30 31 32
6 0
23 de s
2
5
21 22 Cipe
3
4
9
0
41 42
40
45 46
5
10
4
11
43 44
1
Sum
ur N an gk a
35
11
14
36
37
38
34
25
26
50
8
7
10
24
33
44 45
43
Pasu ng
48 49
0
5
47
2
4
51
42 43
10 11
12
9
3 Ra w a 39 40 41
27 28 29 30 31
1 2
47
Awilar a nga n 13 Tim5ba ng
3
4
5 0
Ked ung Picu ng
1
0
46
3
4
2
6
12 13
33 34 35 36
48
32
7
8
7
9 10 11
1
8 9
2
6
6 7
4950
5
1
37 38 39 40 41
1 2
2
15
14 15
3 Ra wa Ba mb u
13
14
3
16 17 18 19
4
12
3
13
10 11 12
1 2
16 17
6
4 5
5
4
5
24
3
6
1
2
3
20 21 22 23
14 15 16 17 18 19
18 19
4 5
6 0
0
G ar du Le kor
8
25
8
7
4 5
7
6
1
7
6
26
27
28 29 30 0
7 8
20 21 22 23 24 25 32 33
2 3
9 10 11 9 10 11
9 0
8
31 32 33 34 35 36 37 38
30 31
9 10
26 27 28 29
5
4
Suka tan i
12 13 14 12 13 14
Cir en deu
0 39 40 41 42 43 44 45
10 11 12
36 37 38 39 40 Ra wa
35
13
17
6
Sa16
ri
34
7
0
10 11
4
15 16 17
47 48 49 50 51 52
2 3
46
1
1
16 14 15
15
41 42 43 44 45 46
12 13
9 10
8
3
4 5
6 7 8 9
Cilut
ung
8
2
0
22
21
20
5
6
11
53 54 55 56 57 58
1718
59
7
0
23
0
1 2
47 48 49
19
18 19 20 21 22
14
1415 16 17
26 12 13
15 16 19
9 10 11
0 60 61 62 63 64 65
37
23 24 25
24
25 32
J am be Ano m
4
3
5
12 13 14 1 2 3 4
27 30 31 0
0
18
18 19 20 21 22 0
26
17
7
28
6
67 68 69
66
5
1
0 15
Cijer uk 27
7
6
8
0 2829
25 26
24
16
10
0
27
18
8 9
2 3 4 23
32 33 17
3334 3536 38 39 40
0
Kum en du ng 70 71 72
11 12 0
10
34 36 19 20 11 12 41 42 43
5
0
0 0 73
Pulo Bam
bu 28 29
44 45 46
9
Disb un
0
35 21 22 23 13 14 47 48
13
49 50 51
37
Pan y us up an
1
0 53 54 55 56
0 24 25 26 15 16 52
Kad alan gan
6
5
4
3
0
2
1
5758
0 27 28 29 17
Cita mia ng
7
30
10 11
9
8
31
3
2
1
2 TRI
Kalijati
12 13 14 15
1
4 5
9
8
17 18 19
16
6 7
1
2
6

3
5

Sas a k G a mb re ng

10

11

1718 19

4 10 11 12
4
3
6 13 14 15 16 0
7
19 20
18
21
17
26
22
23
31 24 25
29
30
32 33 34
38
40 41 42 43
39
0 45 46

5
0
27
35

20 21

36

37

44
0

22

24

25

26

28
30

31

28

23
27

29

Paku ha rja

Kalijati

Pg .s hp
Jln k bn .s hp
Su n ga i.s h p
Re l k e re ta ap i.sh p
Ja lan K a bu p aten .s hp
Pg em p la se m e n.s h p
Ka m p un g .sh p
Ptkp srb gr & m cg .s hp
Fr am e .s hp

Gambar Lampiran 2. Peta Kebun PG. Subang

N
W

E
S

3
5
8
14
18

54

53

60

47

39

40

32

46

33

13

31

26

12

25

11

66

68

72

73

67

63

57

69

64

58

65

59

52

38

24

18 19

11

31
9

11

25
34

26

32

26

20

14

3
6 13

51
4

13

25

13

19

16
0 0

29

38

39

30

23

18

47

44

38

16

22
Kalijati

15

43

37

30

12

5
8

17

30

26

21 22

0 1

8
4

9
10

6
0

18

12

22

23

15 16

17

11

33

24

25

40

31

19

42
45

33

25

10
12

6
7
0

14

36
13

33

27

21
28
34

21

35
36

30

22 23

15

9
12

27

23

19

15

8
7

28

24

20

0
1

25

21

15

12

4 23

24

17 18

26

22 0

16 17

13 14 12 13 14

11

14

25 26

19 20

13

46

43

34

26

4
7
21

44

35

27

36

28
37

2
Kalijati
TRI

27

10

24

20

14

11 17
18

16

15 16 19
0
21 22

10

13

9 10

1
2
3
Cijeruk
2
3 u
1 Ba
Ra
wa
mb
5
4
6

10 11 9 10

28

22

16

10

11

24

18

12

12

27

38

30

28

25

21

16

12

10 11

21

22

18 19

14 15

28

39

23

29
31

29

19

35
40

15

11

32

30

33

24

5
9

41

36

30

26

23

20

39

12

31

41

34

25

16

10

51

47

41

19

42

35

27

26

13

1
9

1
3
5
7

36

11

22

35

12
14

10

25 26

18
27

17 19

43

40

35

30

24 25

19

21

20

44

41

36

31

26

20

15

22

12

Siki

4 5

45

42

37

32

27

21

16

10

2 3
15
14

17

24

18

25

19

8 9
20

30
31

10

13

12

23
29

14

10
11

0
Sukatan
i

21 22 23

13

11

2
6

2
7

3
8

15
19

29

25

22

12
15 16

0
26

17 18
23

13 14

22
20
21 yak
Sarba

30

27 28

24

20 21

18

11

14 0

10

16 17

23

13

Kose12dan

11

34
39

18

10

38

33

28

22

17

12

37
32
2627 30 31 0
0 28 29
10
38
39 40
33 34 35 36
4
7

16

Citamia ng

1
5

4
8

17

18 19

16

14

16 17
8 9
32
33
18
34
45 46
11 12 41 42 43 44
36 19 20
35 21 22 23
13 14 47 48
50 51
49
37
15 16 52 0 53 54 55 56
24 25 26
0
0 27 28 29 17 0
5758

14

11

0 15

12 13

2
Ciren1 deu

2
3

4
12 ng
Kemba

23 24 8

13

13

9 10

Tanjun g J aya

11
10 Goon
Batu
g

29 30

21

37

15 16

20
28

29

24

18

12

52

48

42

14 15

34

28

43

32 33

26 27

23

17

11

36

27

Bugel

50

46

40

21 22

15

49

45

35

11
Sumur
Nan47gka
46
12 13
Ra ncaban
48
Gardu Lekor 14 15 49 50

31

16 17

12 13

0ha rja
27
Paku

22
26

18

14

10

11

20

14

25 26

38
40
39 0 0

31

23

2 3
6

25

19

34

17

13

Disb1 un
2

10

32

29

26

23

19

13

44

5 16
18
Ra
wa 17Ga bus

31

28

13

22
25

17
20

16
19

25
24
Cipede
s

26

19

30

27

0 24

0 21

0 18

0 15

10

43

37

38

32

31

13 14

30

29

28

25

26

0
34

19

24

23

33

14

18

17

12

Cilut3ung

37

0 11

32 33

43

38

32

25

18

10

29
1

23

17

11

15 0

11

42

37

31

24

16 17

30 31
3
8

29

7
14

15 0

26 27

20

13 14

33
34 Jat i
Pasir

12 20

35

21

12

0 32

27

31 32

20

11

21

26

36

11

5
28
29
Pulo Bambu
Pan
yusup
an

18

14

32

2
0
4 Rawa
Timbang
41
40
3
13
Awilara nga5n 6 Ked ung39Picung

11

6 7

41

32

24

20

48 49

12

10

Ra wa17 Sa16ri

45 46

39 40

18
21

22 23

20

17

19

16

13

Pasir Ba nte ng 1

Pag22adu ng an

18

15

12

4
0

20

10

19

10

20

17

14

11

18

14

10

20

17

19

13

19

15

24
23 alad
W
in
1 da2
27 28Ben
5
31

18

14

4
5
1 2
3
Sumur
P ompa

29

25

16

13

Kad
gan0
2 3eman 5

15 16
0
0
2

11 12

Cida
ng de12ur Bara t 29 30
10 11
15
Cida ng de28ur Timur
34 35
14

47 0

45

39

32 Ano
33 m
Jambe
31

24

37

29

22

14

24

44

38

0
12

22

46

43

28

25

21

29
3

18 19

12

36

50

46

42

17

14

4 10 11

24

28

21

13

20

12

42

36

29

23

17

11

6 7
1 mb
2 reng
Sasa k Ga

13

41

35

28

22

16

10

34

27

21

15

48

47

49

45

41

44

40

43

38 39

31

11

0
10 11

31 ga n
Tanjun
30

16 17

16 26 27

35

27

20

12

19

15

33
Patra komala

30

19
17 18
0

10

23 24

15 16

32

30

42

10

20

15

11 12 23

9 18 19

17 18

11
10 gan
Kadalan
12
0

51

62

56

44 45

50

70 71

61

55

49

43

37

42

48

35

36

23

17

30

22

16

28 29

21

15

41

34

27

20

14

10

27

29

25 26

13 14

14

13

40

29

9
17 18 19

23

16

36 37

28

22

6
5
Pasu
3 4ruan

10

0 7

21

32 33

16 17

13

24

20

28

10

22

23

7
10

14 15

12

11

3
1 2
4
Kumen
du ng

5
Pasung

2
Proof

18 19

41

0 27
35

15

6
9

22

15

10
16

21

11

Gambar Lampiran 3. Peta Rayon Pasir Bungur dan Pasir Muncang

5 6

2
1
Ra ncama
hi

2 bu g
1
Barug

4
Pun
3 ggang an

0
25 26

Sumur K1embang34

20 21

13 14

20

8
12

13

Karan g Ta njung

PETA PASIR BUNGUR DAN PASIR MUNCANG


PG. SUBANG

W
S

N
E

Jlnkbn.shp
Su ngai.shp
Rel kereta api.shp
Jalan .shp
Pg .shp
Pg emplasemen.sh p
Kamp ung.shp
Frame.shp
Ptkpsrbgr&mcg .shp
Awilarangan
Barug bug
Batu Goong
Benda
Bugel
Cidan gdeur Barat
Cidan gdeur Timu r
Cijeruk
Cilutung
Ciped es
Ciren deu
Citamiang
Disbu n
Gardu Leko r
Jambe An om
Kadalangan
Kademangan
Kalijati
Kalijati TRI
Karang Tanjung
Kedun g Picu ng
Kemb an g
Kosedan
Kumendung
Pagad ungan
Pakuh arja
Panyusupan
Pasir Banten g
Pasir Jati
Pasun g
Pasuruan
Patrakomala
Proof
Pu lo Bambu
Pu ngg angan
Rancaban
Rancamahi
Rawa Bambu
Rawa Gab us
Rawa Sari
Sarbayak
Sasak Gamb reng
Siki
Su katani
Su mu r Kemb an g
Su mu r Nangka
Su mu r Po mp a
Tanju ng Jaya
Tanju ngan
Timbang Rawa
Waladin

74

20
29

22

31

21

30

8
11

0 20

32

23

9 0 2
12
13
0

19

33

24

14

18
21

15

23

24

16

22

25

20
18 19

6
4 5

25

21

24

25

26

35

25

34

24

5
16
15
17

24

26

27

27

19

28

21

15

23
26

9
0

13

5
10

18

13

14

11

12

11

26

22

18

14

11

Pakis

0 24

30

19

17

15

31
0

28
3

26

0
2

22

21

17 18

20

12 13

0
19

20
25

18

16

11

2
9

0 12

10

2
3

10
1
2

13

11

5
9

1 2
3
4

5
16

11

19

0 5

8
10

1
3
4

Dahana

15

12

Grogol

6
7
0
8 0 9 0 10 0

11

14

5
9 8

Kramat

16

13

10

Kramat Dahana

0
0
00

02
0

0
21

18 20

15

17

1
12

13 14
0

Ranca 1
0
1
Bungur
2 3

Jatiwulung

Kepuh Utara

Kepuh Selatan

Cidomba

23

0
0 1 0
0 0

0 11
0 0 0 0

Raying

Tonjong

7
0

14 15 16

14

Wanasari
Timur
Cikareo

10

0 27

19

15

12

6
10

5
9

10

23
0

0 12 13
16
20
19

24

Cibeureum Timur

4
8

17

12

25

21

Gambar Lampiran 4. Peta Rayon Manyingsal

22

16

0
10 11

28 0

20

14

18 19

13
17

Galian Cadas
11

54
0

4
7

0
65

56

55 0
62

57

52

44

38

39

46

20

43

34

26 27

33

59 0

53

42 0

63 64

58

45

41

25 0

32

28

21

35

29

22

0
0
0
8 0
0
12
13 14 15

3
7

Cigarukgak Sel

66

61

51

0
60

50

49

48

36
30 40

37

47

31

24

11
19

18

17

9 10

2
6

23

16

Cigarukgak Utr

Peundeuy

0
Emplasemen

29

23

0
16

20

13 14

Wanasari
9 10 11
Barat
0

12

22 25

21

26

11
0

10

17

2
8

1
7

0
15 16
15
33
17
14
32
4 5
14
31
0 1 17 18
13
30
22
9 10
12
21
28
34
0 0
3
2
22 23 27
29
0 0

27 28 29 0
30
31

20

23

2
1 3

22

19

20 21

16

6
9

Rancaguna Utr
Ranca
bebek Utr
14 15
Rancaguna
0
0
Sel
1
4
5 6
35

26

18

14

Cibeureum Barat

Ranca bebek Sel

7
10

16

17

13

15

18

19 23

12

17

13

27
0
0

21 22 0 23

24 25 26

19

11

0
5 6 13

0
0

36

Kiara Piring

10

18

20

12

35

30

17

11 12

6 0

Ciseureuh

32

29

0 28

31

16

15

14

11

34

8
9
10
Gembor
0 Barat

33

Gembor Pemda

Gembor Timur

Wanasuta

PETA KEBUN MT. 2007 - 2008


MANYINGSAL - PG. SUBANG

N
E

Kampung.shp
Jlnmysl.shp
Frame.shp

75

Milling Station

Imbibition
25

Cerobong
Cane
100

Washing mol.
D

Magma seed Molasses

Syrup

Bagasses

35
BOILER

Seed C

Dsm Screen

Mixed Juice
90

Sulphurtower NM
I
PH 7.2
Weigh.
Mixed Juice

DEF

JH II
105C

PH 9.5

Pan
A

FLOCULANT

Pan
D

Pan
C

Crystallizer

FLASH
TANK

JH I
75| C

Door
Clarifier

Milk of Lime
C a (OH)2

LGC
MUD

AIR

Molasses
C

D1

Final molasses

Bagasscilo

Sulphur Barner

HGC A

Raw Sugar

Clear juice

RVF

SO2

D2

Condensor

Evapotration St.

62 cmHg

cake
blotong

SHS

Syrup
Sulphurtower

BOILING HOUSE STATION

SUGAR
BIN

pH 5.6
SUGAR DRYER
BAD
Syrup
Exhaust Steam
1 ato

SHS 1A
product )

76

Gambar Lampiran 5. Diagram Alir Proses Pembuatan Gula di PG. Subang

Tabel Lampiran 3. Analisis Ekonomi Penggunaan Pupuk Daun IBG Bio Fertilizer
Uraian
I

Biaya/ha

Bahan
IBG Bio Fertilizer
Pupuk NPK Kujang
Aplikasi Pupuk Standard
Aplikasi IBG Bio
Fertilizer
Biaya pemeliharaan alat
Knapsack Sprayer

Satuan
liter
ku
karung
aplikasi

Perlakuan
Harga
Jml Bahan
(Rp)
6
60 500
6
363 000
24
875
1

Biaya/ha
(Rp)
363 000
2 178 000
21 000

18 000

18 000

100 000

100 000

Biaya pupuk / ha

2 680 000

Satuan
ku
karung

Kontrol
Harga
Jml Bahan
(Rp)
6
24

Biaya/ha
(Rp)

363 000
875

2 178 000
21 000

Biaya pupuk / ha

2 199 000

Selisih Biaya
(Rp)

481 000

77

Tabel Lampiran 4. Analisis Ekonomi Penggunaan Pupuk Daun Agrorama


Uraian
I

Biaya/ha

Bahan
Pupuk Majemuk Cair
Pupuk Biokompos
Pupuk NPK Kujang
Aplikasi Pupuk Standard
Aplikasi Pupuk Daun
Agrorama
Biaya Pemeliharaan Alat
Knapsack Sprayer

Satuan
liter
liter
ku
karung
aplikasi

Perlakuan
Harga
Jml Bahan
(Rp)
4
36 894
4
31 218
6
363 000
24
875
3

Biaya/ha
(Rp)
147 576
124 872
2 178 000
21 000

18 000

54 000

100 000

100 000

Biaya pupuk / ha

2 625 448

Satuan

ku
karung

Kontrol
Harga
Jml Bahan
(Rp)

6
24

363 000
875

Biaya pupuk / ha

Biaya/ha
(Rp)

Selisih Biaya
(Rp)

2 178 000
15 750

2 199 000

426 448

78

79

Gambar Lampiran 6. Layout Percobaan Pupuk daun

38 juring

III

II

Juring 18

Juring 19

Juring 20

Leng I

Leng II

Leng III

Leng IV

200 m

38 juring

PKP 1.3 m

150 m
Barisan tanaman
yang diamati

Keterangan :
I
= IBG Bio Fertilizer
II
= Agrorama
III
= Kontrol
*
= 3 tanaman sampel yang diamati

50 m

38 juring

Jalan
Kontrol

Anda mungkin juga menyukai