Oleh
NURFIANA RAMADANI
A34104070
RINGKASAN
terhadap
pertumbuhan
dan
produktivitas
tanaman
tebu
yang
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh
NURFIANA RAMADANI
A34104070
Judul
L.)
DI
UNIT
PG.
SUBANG
: Nurfiana Ramadani
NRP
: A34104070
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Ir. Purwono, MS
NIP. 131 124 018
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 28 Mei 1986 di Kota Tangerang, Propinsi
Banten. Penulis merupakan anak ke-3 dari 3 bersaudara dari pasangan keluarga
Masngali Yosinaga dan Yasi.
Pada tahun 1992, penulis mulai memasuki bangku sekolah dasar di SDN
Sukasari IV Kota Tangerang dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun 1998, penulis
melanjutkan pendidikan ke SLTPN 4 Kota Tangerang dan lulus pada tahun 2001.
Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke SMUN 7 Kota Tangerang dan
lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis mengikuti SPMB (Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru) dan kemudian diterima di Program Studi
Agronomi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian,
penulis melakukan kegiatan magang yang berjudul Pengelolaan Tanaman Tebu
(Saccharum officinarum L.) di unit PG. Subang, PT. Rajawali II, Subang, Jawa
Barat (dengan Aspek Khusus Pupuk Daun) di bawah bimbingan Ir. Purwono, MS.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat melaksanakan magang dan menyelesaikan skripsi
magang berjudul Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di
Unit PG. Subang PT. Rajawali II, Subang, Jawa Barat (dengan Aspek
Khusus Pupuk Daun). Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan Program Sarjana pada Program Studi Agronomi,
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada :
1. Kedua orangtuaku, mamah dan papah dan kedua kakakku, Onyong dan Nunu
yang telah memberikan dorongan semangat dan dukungan moril maupun
materiil serta doa yang tiada henti sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
2. Ir. Purwono, MS. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Dr. Ir. Suwarto, MSi. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan
masukan yang banyak kepada penulis.
4. Dwi Guntoro, SP. MSi. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran
dan masukan yang banyak kepada penulis.
5. Ir. Sofyan Zaman selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama mengikuti kegiatan akademik.
6. Ir. Bambang Eka Darutama selaku General Manager PG. Subang yang telah
menyediakan tempat magang.
7. Sigit Ermunanto, STP. selaku pembimbing lapang beserta seluruh staf dan
karyawan pelaksana PG. Subang yang telah membantu penulis selama
pelaksanaan magang.
8. Pak Tija, Pak Kafrawi, Pak Asep, Pak Nano, mas Bayu, dan mas Dian yang
telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
9. Para mandor PG. Subang, Pak Yayay, Pak Hasa, Pak Budi, Pak Nana, Pak
Dedi, Pak Tatang, Pak Ajo, Pak Anda, Ariel, Ence, Dondon, dan mandor-
mandor lainnya. Pak Ade, Pak Wawan, Pak Nanay. Terima kasih karena telah
banyak membantu penulis dalam kegiatan di lapangan selama magang.
10. Keluarga besar AGRONOMERZ 41. Didik, intan, anggi, pa cie, ivan, via,
febri, rio, uni dina, agus, dilles, bubun, dan ambar. Tri dan gita (terimakasih
atas semangat dan dukungannya yang sangat berarti pada saat-saat terakhir).
Icha, vitria, ika, dan om (terima kasih buat semuanya yang telah kalian
berikan). Saras, sari, dhini, nandin, asti, mudi, vv, rika, dan nani (terima kasih
atas persahabatan selama ini). Indra (teman seperjuangan saat-saat semester
terakhir). Mercy, mba ii, cindy, achie, wahyu, ardi, lia, ichan, hendro, oppie,
fajri, donny, devi, amen, fitri, aji, nita, santo, manda, guntur, desti, mba restu,
edy jo, ani, diah, ai, ririn, wanda. Terima kasih kalian semua telah
memberikan kenangan selama 4 tahun bersama dan telah menjadi motivator
bagi penulis.
11. DGandenkz, terima kasih atas persahabatan yang mudah-mudahan tidak akan
pernah putus.
12. Qerz, terima kasih atas kenangan-kenangan indah saat kita awal masuk IPB.
13. Teman-teman Wisma Cendrawasih.
14. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam penyusunan laporan magang ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN
Latar Belakang .................................................................................. ..
Tujuan .................................................................................................
1
2
TINJAUAN PUSTAKA
Botani dan Morfologi Tanaman Tebu .................................................
Syarat Tumbuh Tanaman Tebu............................................................
Pupuk Daun..........................................................................................
Aplikasi Pemupukan ............................................................................
3
3
4
6
METODOLOGI
Waktu dan Tempat ..............................................................................
Metode Pelaksanaan.............................................................................
7
7
10
11
11
12
12
13
22
25
26
30
37
38
40
42
48
49
Pemupukan..................................................................................
Penyiraman..................................................................................
Persiapan Tebang Angkut ...........................................................
Kondisi Pabrik.............................................................................
Produktivitas dan Rendemen PG. Subang ..................................
Aspek Manajerial
Manajemen Sumber Daya Manusia ............................................
Pengelolaan Kegiatan Kebun dan Tenaga Kerja
Bagian Tanaman..........................................................................
Aspek Khusus
Percobaan Pupuk Daun ...............................................................
Pengamatan di Lapangan ............................................................
Pembahasan Aspek Khusus ........................................................
Analisis Ekonomi ........................................................................
52
52
53
54
54
56
56
58
58
59
62
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
Teks
Lampiran
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
Teks
1.
2.
3.
Kegiatan Pembajakan......................................................................... 23
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Pemupukan......................................................................................... 33
12.
13.
14.
Lampiran
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) termasuk keluarga rumputrumputan yang mengandung air gula. Hingga sekarang tanaman tebu merupakan
tanaman penghasil gula yang paling banyak dibudidayakan di dunia, khususnya di
daerah tropis. Menurut Dietary Guildlines for Americans, gula diartikan sebagai
semua bentuk kalori pemanis (Coloric Sweeteners) yang di dalamnya termasuk
madu, gula pasir, sirup jagung, dan lain-lain pemanis (Sudiatso, 1982).
Total konsumsi gula nasional pada tahun 2007 adalah 4.85 juta ton yaitu
sebesar 2.7 juta ton untuk konsumsi gula langsung dan 2.15 juta ton untuk
konsumsi gula industri (Dewan Gula Indonesia, 2007). Sementara itu produksi
gula tebu di Indonesia tahun 2007 sebesar 2.4 juta ton. Sampai tahun 2007, luas
areal tebu di Indonesia adalah 395 000 ha dengan produktivitas nasional 60.8 ton
tebu/ha dan rendemen berkisar 7.2 %. Produksi tebu ini 64% dihasilkan oleh
Pulau Jawa.
Gula adalah salah satu kebutuhan pokok yang jumlahnya senantiasa
meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan peningkatan gizi
masyarakat. Ketersediaan akan lahan sawah yang berpengairan dari tahun ke
tahun untuk kebutuhan tebu semakin menyempit karena digunakan untuk
pemukiman dan industri. Oleh sebab itu, untuk menghasilkan gula sesuai dengan
kebutuhan maka areal tanaman tebu diarahkan pada lahan kering. Permasalahan
yang dihadapi pada areal pertanaman tebu lahan kering antara lain iklim yang
kering, pertumbuhan gulma yang tinggi, tingkat kesuburan tanah yang rendah, dan
reaksi tanah yang masam.
Pemupukan adalah upaya menambahkan unsur-unsur hara pada tanaman.
Pemupukan melalui akar seringkali mengalami hambatan sehingga suplai hara ke
dalam tanaman menjadi berkurang. Pupuk juga dapat diberikan melalui daun pada
tanaman tertentu dan hasilnya cukup baik. Pupuk daun merupakan pupuk yang
dalam pengaplikasiannya disemprotkan ke daun yang dapat memberikan nutrisi
bagi tanaman dan dapat diolah secara langsung oleh tanaman sehingga terjadi
perubahan yang cukup signifikan bagi tanaman (Setyamidjaja, 1986).
TINJAUAN PUSTAKA
Botani dan Morfologi Tanaman Tebu
Tebu merupakan tanaman monocotyledon yang termasuk dalam ordo
Glumaceae, famili Gramineae, kelompok Andropogon, dan genus Saccharum.
Diantara genus Saccharum, Saccharum officinarum L. adalah yang paling banyak
dibudidayakan karena kandungan sukrosanya paling tinggi dan kandungan
seratnya paling rendah (Sudiatso, 1982).
Evans dalam Fauconnier (1993) menyatakan bahwa akar tebu dapat
diklasifikasikan dalam tiga kelompok. Kelompok pertama adalah superficcial root
yang bercabang-cabang dan memegang fungsi pengambilan atau suplai hara dan
nutrisi. Selanjutnya adalah buttres root yang menembus tanah lebih dalam dan
menambatkan tanaman. Yang terakhir adalah rope system yang merupakan sistem
perakaran yang menyerupai tali dan tumbuh ke bawah menembus tanah sampai
kedalaman 6 meter jika kondisi tanah favourable bagi pertumbuhan tanaman tebu.
Soebroto (1980) menyatakan batang tebu padat, tingginya 2-5 m dan tidak
bercabang dengan diameter 3-4 cm. Daun tebu berseling kanan dan kiri, serta
tidak bertangkai tapi berpelepah. Tulang daun sejajar, di tengah berlekuk. Helai
daun berbentuk garis yang panjangnya 1-2 m dan lebarnya antara 5-7 cm dengan
bagian tepi daun dan permukaan daun kasap sedangkan pelepahnya di bagian
bawah membalut batang seluruhnya sehingga buku-bukunya tidak kelihatan.
Bunga tebu merupakan malai dan berbentuk pyramida dengan panjang rata-rata
50-80 cm. Buah terbentuk dan matang sekitar 3 minggu sesudah pembuahan
(Fauconnier, 1993).
Syarat Tumbuh
Iklim
Sudiatso (1982) menyatakan bahwa tanaman tebu tumbuh baik di daerah
tropis dan subtropis sekitar daerah khatulistiwa sampai garis isotherm 20 0C, yaitu
kurang lebih diantara 39 0LU-35 0LS. Tebu banyak diusahakan di dataran rendah
dengan perbedaan yang jelas antara musim penghujan dan musim kering. Tebu
dapat juga ditanam di pegunungan dengan ketinggian 1000 m dpl. Di daerah
Tanah
Tanaman tebu dapat tumbuh baik pada tanah yang cukup subur, gembur
mudah menyerap tapi juga mudah melepaskan air. Menurut Sudiatso (1982) tanah
yang terbaik untuk pertumbuhan tebu adalah tanah lempung liat dengan solum
dalam atau tanah lempung berpasir dengan lempung berdebu karena tebu
mempunyai perakaran serabut yang terkonsentrasi pada kedalaman 0-60 cm.
Dalam masa pertumbuhan tebu banyak membutuhkan air dan kebutuhan
air tanaman tebu terus bertambah sampai pertumbuhan vegetatif selesai. Dalam
masa itu tebu memerlukan banyak air untuk perpanjangan batang yang sebanding
dengan besaran evapotranspirasi, yaitu berkisar antara 3-5 mm/hari yang berarti
jumlah curah hujan selama pertumbuhan vegetatif minimal 100 mm/bulan.
Setelah masa pertumbuhan vegetatif tanaman tebu memerlukan curah hujan
bulanan kurang dari 100 mm.
Pupuk Daun
Pupuk daun termasuk pupuk anorganik yang cara pemberiannya adalah
dengan cara disemprotkan ke daun agar dapat menambah zat-zat yang dibutuhkan
tanaman secara langsung. Tujuan pemberian pupuk daun adalah untuk
mendistribusikan sejumlah larutan hara secara merata ke seluruh permukaan daun.
Pemberian pupuk melalui daun merupakan pelengkap pemberian pupuk melalui
akar. Hal ini terjadi karena pada saat pupuk diberikan, stomata yang membuka
segera menyerap hara yang dibutuhkan dan penyerapan haranya berjalan lebih
cepat dibanding pupuk yang diberikan melalui akar. Akibatnya, tanaman akan
mulai menumbuhkan tunas dan tanah tidak rusak (Lingga dan Marsono, 2000).
Lingga dan Marsono (2000) menjelaskan membuka dan menutupnya
stomata merupakan proses mekanis yang diatur oleh tekanan turgor dari sel-sel
penutup. Jika tekanan turgor tinggi maka stomata akan membuka dan jika tekanan
turgor rendah maka stomata akan menutup. Cahaya matahari dan angin akan
menyebabkan turgor dari sel-sel penjaga menurun karena kehilangan air akibat
proses transpirasi. Air dalam daun cepat berkurang sehingga tekanan turgor
rendah dan stomata akan menutup. Bila pada saat itu air disemprotkan maka
stomata akan segera membuka dan menyerap cairan yang hilang lewat penguapan.
Bila air yang disemprot tersebut mengandung unsur hara maka pada saat stomata
membuka unsur hara akan berdifusi melalui stomata bersama air.
Menurut Lingga dan Marsono (2000) kelebihan memakai pupuk daun
dibanding pupuk akar adalah :
1. Pupuk daun dapat memberikan hara sesuai kebutuhan tanaman.
2. Penyerapan haranya berjalan lebih cepat dibandingkan pupuk yang
diberikan lewat akar.
3. Kelarutan pupuk daun lebih baik dibanding pupuk akar.
4. Pengaruh kekurangan hara berlangsung lebih cepat dibanding pupuk akar.
5. Pemberiannya lebih merata.
6. Kepekatannya dapat diatur sesuai pertumbuhan tanaman.
Kelemahan pemupukan melalui daun yaitu pupuk yang diberikan mudah
tercuci oleh air hujan. Menurut Lingga dan Marsono (2000) pemberian pupuk
daun lebih tepat dilakukan pada pagi hari atau sore hari karena pada saat itulah
stomata daun sedang membuka sempurna sehingga resiko kehilangan pupuk dapat
ditekan. Apabila penyemprotan dilakukan saat sinar matahari sedang terik dapat
menyebabkan air akan cepat menguap dan pupuknya hanya menempel di
permukaan daun. Padahal pupuk tidak mungkin diserap daun kalau bukan
berbentuk larutan. Sehingga pupuk yang tertinggal di daun tersebut akan
menyerap air dari dalam daun. Akibatnya daun akan seperti terbakar, pinggiran
daun akan layu, dan kemudian tanaman akan mati. Pemanfaatan pemupukan
melalui daun terutama diperuntukkan pada pemupukan unsur hara mikro. Unsur
Aplikasi Pemupukan
Harjadi (1996) menyatakan untuk pertumbuhannya tanaman memerlukan
nutrisi atau hara mineral yang berasal dari media tumbuh dan dari pupuk. Menurut
Lingga dan Marsono (2000) ada dua bentuk pupuk daun di pasaran, yaitu cair dan
padat. Pemupukan melalui daun memiliki banyak kelebihan, yaitu penyerapan
haranya berjalan lebih cepat dibandingkan dengan pupuk yang diberikan lewat
akar. Akibatnya tunas tanaman akan lebih cepat tumbuh dan tanahnya tidak rusak.
Tisdale et al., (1985) menyatakan bahwa beberapa jenis pupuk yang dapat
larut dalam air dapat didistribusikan langsung ke bagian tanaman, hara tersebut
masuk melalui kutikula atau stomata daun kemudian masuk ke dalam sel. Dengan
pemupukan melalui daun kekurangan hara akan lebih cepat diketahui jika
dibandingkan dengan pemupukan melalui akar (tanah), tetapi responnya hanya
sementara.
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Kegiatan magang dilaksanakan mulai tanggal 11 Februari-12 Juni 2008 di
unit PG. Subang PT. Rajawali II Desa Pasirbungur, Kecamatan Purwadadi,
Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat.
Metode Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan magang, mahasiswa melakukan kerja langsung di
lapangan sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) selama 2 bulan, aspek
manajerial sebagai pendamping mandor dan Sinder Kebun Wilayah masingmasing selama 1 bulan, dan aspek khusus.
Aspek Teknis
Dalam kerja langsung, mahasiswa melakukan kegiatan di kebun meliputi
pengolahan lahan yang meliputi pembajakan, penggaruan, dan pengkairan. Lalu
kegiatan pembibitan dan penanaman yang terdiri atas pembersihan bibit, seleksi,
pemotongan, pengeceran, dan penutupan bibit. Selain itu melakukan pemeliharaan
yang meliputi penyulaman, pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian HPT,
dan kletek.
Aspek Manajerial
Pada aspek manajerial mahasiswa menjadi pendamping mandor lapangan
yang terbagi menjadi mandor kebun, mandor pupuk, mandor proteksi, dan mandor
herbisida. Kegiatan yang dilakukan adalah membantu mengawasi pekerjaan di
kebun dan memonitoring hasil kegiatan kebun. Pada waktu menjadi pendamping
Sinder Kebun Wilayah (SKW) kegiatan yang dilakukan adalah membantu
mengawasi pekerjaan tenaga kerja, memonitoring hasil kegiatan kebun,
mempelajari keadaan dan peta kebun, mempelajari kegiatan administrasi kebun,
serta melakukan manajemen budidaya kebun yang baik untuk mendapatkan
produksi kebun yang optimal.
Aspek Khusus
Aspek khusus yang diambil adalah aspek pemupukan dengan pupuk daun.
Percobaan pupuk daun dilaksanakan pada tanggal 27 Februari 2008 pada tanaman
tebu berumur 5 BST (masa tanam 10A) varietas PA 117 kategori PC (Plant Cane)
dengan jarak PKP (Pusat ke Pusat) adalah 1.3 m. Percobaan dilakukan di petak 7,
Kebun Patrakomala, Rayon Pasirbungur seluas 3 ha. Pupuk daun yang digunakan
adalah IBG Bio Fertilizer dan Agrorama yang terdiri dari 2 jenis, yaitu Pupuk
Majemuk Cair dan Biokompos. Alat-alat yang digunakan antara lain knapsack
sprayer 15 l dengan nozzle 2 buah, ember, bambu pengaduk, dan tangki air.
Metode
Data pengamatan dianalisis menggunakan uji-t dengan taraf 5 %.
Percobaan dilakukan dalam satu petak seluas 3 ha dan dalam petakan ini diberikan
3 perlakuan, yaitu pupuk daun IBG Bio Fertilizer, Agrorama, dan kontrol masingmasing berupa plot seluas 1 ha sehingga terdapat 38 juringan pada tiap plot.
Pengamatan dilakukan dengan mengambil 3 juringan contoh, yaitu juringan 18,
19, dan 20 pada masing-masing plot. Gambar Layout Percobaan Pupuk Daun
tercantum pada Gambar Lampiran 6. Peubah yang diamati adalah :
Tinggi batang
Tinggi batang diukur dari permukaan tanah sampai dengan daun keempat dari
sendi daun teratas yang terlihat (capit urang) pada tanaman sampel. Pada tiap
juringan contoh diambil satu rumpun (3 sampel tanaman tebu) pada tiap leng
sehingga terdapat 12 tanaman sampel per juringan contoh yang diamati
kemudian dirata-ratakan. Pengamatan dilakukan pada umur 6 dan 8 BST.
Diameter batang
Diameter batang diukur pada ketinggian 20 cm di atas permukaan tanah
dengan menggunakan sigmat pada tanaman sampel. Pada tiap juringan contoh
diambil satu rumpun (3 sampel tanaman tebu) pada tiap leng sehingga terdapat
12 tanaman sampel per juringan contoh yang diamati kemudian dirata-ratakan.
Pengamatan dilakukan pada umur 8 BST.
Pelaksanaan Percobaan
Petakan percobaan sebelum dilakukan pemupukan dengan pupuk daun,
tetap diberikan pupuk standar yaitu menggunakan pupuk majemuk NPK Kujang
yang diberikan pada saat tanam sebagai pupuk dasar dan pupuk lanjutan pada saat
1-2 BST dengan dosis masing-masing sebanyak 3 ku/ha.
Perlakuan pada plot I menggunakan pupuk daun IBG Bio Fertilizer dengan
dosis 6 l/ha yang dilarutkan dalam 150 l air dengan konsentrasi 40 ml/l air. Pada
plot II diberikan pupuk daun Agrorama yang terdiri atas 2 jenis, yaitu Pupuk
Majemuk Cair dengan dosis 2 l/ha dan Biokompos sebanyak 4 l/ha kemudian
masing-masing dosis pupuk tersebut dilarutkan dengan 150 l air. Konsentrasi
masing-masing jenis pupuk tersebut adalah 13 ml/l air dan 26 ml/l air. Khusus
untuk Pupuk Majemuk Cair dilakukan sebanyak 2 kali aplikasi, yaitu aplikasi
pertama bersamaan dengan pupuk lainnya sebanyak 2 l/ha dan aplikasi kedua
sebanyak 2 l/ha dilakukan pada saat 2 minggu setelah aplikasi pertama. Volume
semprot yang digunakan adalah 150 l/ha sehingga masing-masing larutan pupuk
tersebut akan habis untuk 1 plot percobaan seluas 1 ha dalam satu kali
pencampuran dosis. Kemudian pupuk daun yang sudah dilarutkan dengan 150 l
air dituang ke dalam knapsack sprayer dan siap untuk disemprotkan. Pemberian
pupuk daun IBG Bio Fertilizer dan Pupuk Majemuk cair dilakukan dengan
menyemprotkannya ke daun tanaman tebu sedangkan pemberian pupuk
Biokompos dilakukan melalui tanah dengan menyemprotkannya ke dekat
perakaran tebu.
Sejarah Perusahaan
Pada tahun 1812, areal HGU Pabrik Gula Subang merupakan areal
perkebunan karet yang dikelola oleh Inggris, tetapi pada tahun 1835-1953 diambil
alih dan dikelola oleh Belanda, kemudian areal perkebunan tersebut dikelola oleh
perusahaan asing yaitu NVP and T. Land (NV. Pamanoekan and Tjiasem Land)
sampai tahun 1961. Pada tahun 1962 diambil alih oleh pemerintah Republik
Indonesia dan dijadikan Perusahaan Perkebunan Negara dengan nama PPN
Dwikora IV. Pada tahun 1968 nama PPN diubah menjadi Perseroan Terbatas
Perkebunan (PTP). Areal perkebunan karet Subang dikelola oleh PTP XXX dari
tahun 1972-1978. Pada tanggal 14 Oktober 1978, Menteri Pertanian dengan Surat
Keputusan No.681/Mentan/X/1978 menginstruksikan PTP XIV untuk mengelola
areal perkebunan bekas PTP XXX dengan menanam tanaman tebu.
Pada tahun 1980, Menteri Pertanian mengeluarkan Surat Keputusan
No.924/Mentan/XL/1980 yang ditujukan pada gubernur pulau Jawa mengenai
peningkatan produksi gula melalui rehabilitasi Pabrik Gula di pulau Jawa
dipercepat dan Surat Keputusan No.689/Mentan/X/1980 yang ditujukan kepada
PTP XIV mengenai pembangunan Pabrik Gula Subang, Studi Kelayakan
pembangunan Pabrik Gula Subang dilakukan oleh PTP XIV sendiri sampai akhir
tahun 1980.
Pada tanggal 11 Agustus 1981 keluar Surat Keputusan Menteri Pertanian
No.66/KKPTS/ORG/8/1981 dan tanggal 2 Juni 1982 keluar Surat Direktorat
Jenderal Moneter Dalam Negeri Departemen Keuangan No.2892/MD/1982
mengenai pelaksanaan pembangunan dan pengelolaan proyek Pabrik Gula
Subang. Pembangunan Pabtik Gula Subang dilaksanakan oleh Kontraktor Heavy
Mechanical Complex Co. Ltd. Taxilla, Pakistan dan PT. Aneka Usaha
Perkebunan.
Pembangunan Pabrik Gula Subang selesai pada tanggal 23 Maret 1984.
Pada tanggal 9 Juni 1984, PT. HMC secara penuh menyerahkan Pabrik Gula
Subang kepada PTP XIV (persero). Pada tahun 1989, kepemilikan Pabrik Gula
Subang diambil alih oleh PT. PG. Rajawali Nusantara Indonesia sampai sekarang.
11
Jenis Tanah
Kriteria
Rayon
1.
Latosol
1. pH tanah 4.5-6.5
1. Pasirbungur
merah
2. Drainase baik
2. Pasirmuncang
Podsolik
1. pH tanah 4.5-6.5
3. Manyingsal
12
Iklim
Berdasarkan data curah hujan PG. Subang selama 10 tahun terakhir dari
tahun 2003-2007 (Tabel lampiran 1) dapat diketahui bahwa jumlah curah hujan
bulanan rata-rata adalah sebesar 1802.9 mm/tahun dengan jumlah hari hujan 108
hari. Menurut klasifikasi iklim Schmidth dan Ferguson PG. Subang termasuk tipe
iklim C (agak basah) dengan jumlah rata-rata bulan kering (CH < 60 mm) adalah
4 bulan dan jumlah rata-rata bulan basah (CH > 100 mm) adalah 7 bulan. Suhu
rata-rata dari tahun 1997-2001 mempunyai variasi yang cukup besar dengan suhu
minimum 20.9 0C dan suhu maksimum 34.3 0C. Untuk data kelembaban udara
rata-rata tahunan PG. Subang dari tahun 1997-2001 berkisar antara 73%-83.4%.
13
HGU
2003/2004
2004/2005
2005/2006
2006/2007
2007/2008
Rayon I
1 451.372
1 540.531
1 643.952
1 515.828
1 488.750
Rayon II
1 648.078
1 959.695
1 890.733
1 925.017
2 079.325
853.642
804.738
712.534
676.254
1 247.357
3 953.092
4 304.964
4 247.219
4 117.099
4 815.432
Rayon I
236.283
242.216
232.741
247.915
591.947
Rayon II
204.493
276.849
291.016
290.794
Rayon III
264.903
170.130
150.423
63.183
64.786
705.679
689.195
674.180
601,892
656.733
Rayon III
JUMLAH
KSO
JUMLAH
TEBU SENDIRI
Rayon I
1 687.655
1 782.747
1 876.693
1 763.743
2 080.697
(TS)
Rayon II
1 852.571
2 236.544
2 181.749
2 215.811
2 079.325
Rayon III
1 118.545
974.868
862.957
739.437
1 312.143
4 658.771
4 994.159
4 921.399
4 718.991
5 472.165
Rayon I
40.778
65.966
73.606
162.698
247.197
Rayon II
3.152
38.958
80.531
113.860
15.000
Rayon III
13.305
3.152
26.699
104.982
93.632
57.235
108.076
180.836
381.540
355.829
Rayon I
1 728.433
1 848.713
1 950.299
1 926.441
2 327.894
Rayon II
1 855.723
2 275.502
2 262.280
2 329.671
2 094.325
Rayon III
1 131.850
978.020
889.656
844.419
1 405.775
5 102.235
5 102.235
5 100.531
5 827.994
JUMLAH
TR
JUMLAH
TS + TR
4 716.006
JUMLAH
Sumber : Litbang PG. Subang, 2008
14
yang berasal dari tebangan tanaman tebu sebelumnya dan merupakan tanaman
lanjutan dari tanaman pertama. Tanaman keprasan di PG. Subang biasanya
diusahakan sebanyak 2 kali dikarenakan produksi yang semakin menurun setelah
ratoon II. Tetapi jika keadaan tanaman tidak memungkinkan untuk dijadikan
tanaman keprasan misalnya dari produksi tebu yang dihasilkan tidak dapat
mencapai standar, tanaman pada petak tersebut terserang hama dan penyakit atau
terdapat banyak sulaman maka petak tersebut harus dibongkar untuk diolah
tanahnya dan dijadikan tanaman pertama.
PG. Subang mempunyai 2 jenis pola penanaman kebun produksi, yaitu
Kebun Bibit dan Kebun Tebu Giling. Kebun Bibit dilaksanakan sebanyak 4 kali,
yaitu Kebun Bibit Pokok (KBP), Kebun Bibit Nenek (KBN), Kebun Bibit Induk
(KBI), dan Kebun Bibit Datar (KBD). Kebun Tebu Giling diusahakan mulai dari
KTG I (Tanaman Pertama) sampai KTG III (Ratoon II). Pada tahun tanam
2007/2008, 38 % dari luas areal ditanami oleh tanaman pertama, 43 % merupakan
tanaman ratoon I, dan 19 % adalah tanaman ratoon II (Tabel 3).
Tabel 3. Luas Areal PC dan Ratoon Musim Tanam 2007/2008
Bulan
Tanam
Kategori
PC
Ratoon 1
Ratoon 2
Ratoon
PC + Ratoon
5A
3.247
3.247
5B
19.921
2.270
2.270
22.191
6A
77.129
115.921
64.342
180.263
257.392
6B
171.282
268.250
95.705
363.955
535.237
7A
217.112
297.285
168.208
465.493
682.605
7B
206.150
300.654
93.855
394.509
600.659
8A
196.208
310.165
223.031
533.196
729.404
8B
152.856
239.214
173.778
412.992
565.848
9A
132.684
174.395
55.176
229.571
362.255
9B
164.496
284.325
90.803
375.128
539.624
10A
57.718
42.945
6.406
49.351
107.069
10B
153.832
33.173
9.513
42.686
196.518
11A
264.705
90.890
3.865
94.755
359.460
11B
104.784
68.701
68.701
173.485
12A
4.211
3.125
3.125
7.336
12B
8.400
8.400
1 934.735
2 231.313
984.682
Sumber : Litbang PG. Subang, 2008
3 215.995
5 150.730
Total
15
Produksi tanaman tebu dan hablur di PG. Subang tahun tanam 1997/19982006/2007 disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Realisasi Produksi PG. Subang Tahun 1998-2007
Tahun
Luas
Rend
(ha)
(%)
Produktivitas
Produksi
Tebu
Hablur
Tebu
Hablur
(ku/ha)
(ku/ha)
(ku)
(ku)
1997/1998
4 976.668
4.00
654
26.16
3 253 751
129 989
1998/1999
5 266.166
4.40
523
23.01
2 752 020
120 953
1999/2000
5 308.580
5.02
613
30.77
3 253 824
163 342
2000/2001
5 200.956
5.16
688
35.50
3 579 573
184 794
2001/2002
4 933.856
5.89
551
32.45
2 717 656
160 183
2002/2003
4 762.146
6.82
489
33.35
2 329 774
158 839
2003/2004
4 716.006
7.64
631
48.21
2 975 876
227 421
2004/2005
5 102.235
7.78
661
51.43
3 374 798
262 724
2005/2006
5 102.235
8.03
706
56.69
3 603 296
289 400
2006/2007
5 100.531
7.64
584
44.62
2 980 276
227 786
Rata-rata
5 046.938
6.25
611
38.19
3 082 084
192 543
PG
Subang
dalam
menentukan
penyusunan
varietas
dengan
mempertimbangkan beberapa faktor antara lain adalah faktor kemasakan tebu dan
periode tanam terutama pada tanaman kebun bibit dan tanaman pertama. Varietas
yang dominan ditanam di PG. Subang adalah varietas PA 117 (masak akhir), BR
194 (masak awal), PA 198 (masak akhir), PS 851 (masak tengah), dan PSJT-9433
(masak akhir). Varietas tersebut banyak digunakan karena merupakan varietas
unggulan di PG. Subang yang memiliki sifat tahan keprasan, tahan terhadap
serangan hama dan penyakit, memiliki potensi produksi dan rendemen yang
tinggi, dan toleransi kekeringan sehingga cocok untuk dikembangkan di PG.
Subang. Jenis varietas yang akan ditanam disesuaikan dengan masa tanam tebu
yaitu varietas masak awal yang yang akan ditanam pada waktu awal giling,
16
varietas masak tengah ditanam pada pertengahan giling, dan varietas masak
lambat yang ditanam pada periode akhir. Masa tanam di PG. Subang dimulai dari
awal bulan mei sampai akhir bulan desember dan masa tebang dari bulan mei
sampai bulan september tahun berikutnya (Tabel 5).
Tabel 5. Jadwal Tanam dan Tebang Berdasarkan Masa Tanam
Masa
Tanam
Bulan
Mei
Jun
5A-7B
8A-10B
11A-12A
Ket :
Tahun n
Tahun n+1
Bulan Tanam
Bulan Tebang
Jul
Agu
Sep
Okt
Nov
Des
18
Kepala Bagian Sumber Daya Manusia dan Umum (Human Resources and
Development Manager
Kepala Bagian SDM dan Umum bertugas membuat dan menjalankan
rencana kerja dan kebijakan di bidang SDM dan umum yang ditetapkan General
Manager antara lain menetapkan analisis jabatan, merekrut pekerja, melatih,
menempatkan, memberikan kompensasi yang adil dan merata, serta memotivasi
pekerja. Dalam pelaksanaan tugasnya Kepala Bagian SDM dan Umum dibantu
oleh Kepala SDM dan Umum, Staf SDM, dan Staf PTK.
19
Ketenagakerjaan
20
Jumlah
Staf
51
Non Staf
322
PKWT
241
21
Jumat
Sabtu
: 07.00-13.00 WIB
: 06.00-14.00 WIB
Shift B
: 14.00-22.00 WIB
Shift C
: 22.00-06.00 WIB
Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah merupakan kegiatan yang bertujuan menyediakan media
tumbuh bagi tanaman, memperbaiki aerasi dan drainase, serta menghancurkan
gulma dan sisa-sisa tanaman. Pengolahan tanah di PG. Subang dilakukan secara
mekanis. Tujuannya adalah untuk mempercepat proses kerja karena keterbatasan
tenaga kerja dan meningkatkan kualitas pekerjaan.
Ripping
Merupakan kegiatan memecah lapisan keras pada top soil yang terbentuk
karena kegiatan mekanisasi pada lahan secara terus menerus (Gambar 2).
Kegiatan ini hanya dilakukan pada tanah yang mengalami pemadatan tanah
sedangkan untuk tanah yang tidak terlalu keras langsung dilakukan pembajakan.
Kegiatan ini menggunakan traktor penggerak 4 WD 200 HP dan implement ripper
yang memiliki 3 mata dengan lebar kerja efektif 2 m dan kedalaman olah 35-40
cm. Arah ripping searah juringan tanaman tebu. Kapasitas traktor 0.5 ha/jam.
Pada lahan yang akan dijadikan tanaman ratoon dilakukan chisel untuk
membelah alur tanaman tebu dan memotong perakaran pada interrow tanaman.
Kegiatan ini menggunakan traktor penggerak 4 WD 110 HP dengan kedalaman
olah 20-25 cm. Kapasitas traktor 0.55 ha/jam.
23
Pembajakan (Plowing)
Pembajakan merupakan suatu tahap pengolahan tanah untuk membongkar
tanah, membunuh perakaran tanaman pengganggu, dan mambalik tanah agar
sirkulasi udara lebih baik (Gambar 3). Pada tahap ini tanah dipotong,
dilonggarkan, dan dibalik pada suatu kedalaman tertentu (25-40 cm). Pembajakan
dilakukan dua kali, yaitu bajak I dan bajak II. Bajak I bertujuan untuk membalik
tanah agar tanah yang berada di lapisan bawah yang tidak terkena sinar matahari
bisa terangkat ke atas dan untuk menggemburkan tanah. Bajak II dilakukan untuk
memecah bongkahan yang mungkin masih belum terpecah pada saat pembajakan
I. Arah bajak I tegak lurus terhadap juringan tanaman tebu masa tanam
sebelumnya supaya bibit tebu yang masih tersisa dalam tanah terpotong dan
terbongkar. Kegiatan ini menggunakan traktor penggerak 4 WD 150 HP dan
implement bajak piring dengan diameter disc 27-30 inch dan kedalaman olah 2025 cm. Arah bajak II berlawanan atau memotong arah bajak I supaya bongkahan
tanah dapat hancur semua dan rata. Selang waktu antara bajak I dan bajak II
antara 2-4 hari. Kapasitas kerja bajak I 0.3 ha/jam dan bajak II 0.35 ha/jam.
Sebelum
dilakukan
pengolahan
tanah
terlebih
dahulu
dilakukan
24
Penggaruan (Harrowing)
Penggaruan merupakan kegiatan menghancurkan bongkahan tanah hasil
bajakan II agar menjadi bongkahan yang lebih kecil, meratakan permukaan tanah,
mencacah dan mematikan tunggak tebu yang masih tersisa dalam kebun
(Gambar 4). Penggaruan bersifat tidak membalik tanah. Penggaruan dilakukan 2-4
hari setelah bajak II. Penggaruan menggunakan traktor 150 HP dengan implement
HD Disc Harrow 20 dengan piringan berdiameter 32 inch. Arah penggaruan tegak
lurus pembajakan II. Kapasitas traktor 0.65 ha/jam. Tenggang waktu antara bajak
II dan garu adalah 2-4 hari.
Pengkairan (Furrowing)
Merupakan kegiatan pembuatan guludan atau alur tanam (juringan)
dengan tujuan sebagai tempat penanaman bibit tebu. Kegiatan pengkairan
dilakukan setelah penggaruan selesai. Implement yang digunakan adalah
Scyryfing yang digandengkan pada traktor 4 WD 150 HP. Arah kairan disesuaikan
dengan topografi lahan. Pada lahan datar (kemiringan < 2%) arah kairan
disesuaikan dengan mudah tidaknya akses masuk kegiatan mekanisasi ke dalam
petakan. Sedangkan pada lahan dengan kemiringan > 2% arah kairan dibuat
mengikuti kontur atau berlawanan arah dengan kemiringan. Pembuatan kairan
diawali dari pinggir kebun, satu kali laju traktor hanya dapat membuat 1 kairan
efektif. Untuk selanjutnya pembuatan kairan mengikuti kairan pertama. Dalam 1
petak (200 m x 200 m) menghasilkan kairan sebanyak 160 juringan dengan jarak
PKP adalah 1.3 m dan kedalaman olah 30-35 cm. Kapasitas traktor 0.5 ha/jam.
25
Pembibitan
Usaha untuk meningkatkan produksi per hektar dipengaruhi banyak faktor,
diantaranya penyediaan bibit yang bermutu, teknik pengolahan tanah yang baik,
dan pemeliharaan yang baik. Ciri-ciri bibit yang baik adalah memiliki kadar air
cukup, mata bibit sehat, umur cukup dengan kisaran 6-8 bulan, ruas normal (tidak
terjadi stagnasi), bebas hama dan penyakit, dan tingkat kemurnian tinggi. Pada
prinsipnya pemeliharaan kebun bibit sama dengan kebun tebu giling, hanya pada
kebun bibit tidak dilakukan klentek. Tetapi untuk pengendalian gulma, hama dan
penyakit tetap dilaksanakan secara intensif.
26
artinya untuk tanam 4 ha KTG dibutuhkan 1 ha KBD dari 0.25 ha KBI yang
bibitnya berasal dari 0.0625 ha KBN dan untuk menghasilkan 0.0625 KBN
diperlukan 0.0156 ha KBP. Penanaman KBP dilakukan 2 tahun sebelum
penanaman KTG dan dihitung rata-rata umur tebu 6-7 bulan. Misalnya untuk
tanam KTG musim tanam 2007/2008 maka dilakukan tanam KBP pada bulan
Oktober-November 2004/2005, KBN pada bulan Juni-Juli 2005/2006, KBI pada
bulan Januari-Februari 2006/2007, dan tanam KBD pada bulan OktoberNovember 2006/2007.
Perencanaan
Penanaman
Penanaman merupakan kegiatan menempatkan bibit ke dalam juringan.
Penanaman dilakukan 1-2 hari setelah kegiatan pengolahan tanah terakhir. Musim
tanam di PG. Subang dibagi menjadi 2 periode, yaitu periode I pada saat awal
musim kemarau (bulan Mei-September) dan periode II saat awal musim hujan
27
(a)
(b)
(c)
Gambar 6. Cara Penempatan Bibit (a) Tanam Bibit Double, (b) Tanam Bibit
Single Over Lapping, (c) Tanam Bibit End to End
Tebang bibit
Kegiatan ini adalah menebang bibit dari KBD untuk ditanam di Kebun
Tebu Giling. Tebang bibit dilakukan sehari sebelum penanaman supaya bibit tidak
kering. Bibit yang ditebang berumur 6-7 bulan. Daun yang ada tidak dibuang
untuk melindungi mata. Tebang diusahakan rata dengan permukaan tanah dan
memotong pucuknya. Pada saat tebang diadakan seleksi dan agar varietas tidak
tercampur maka penebangan hanya satu macam varietas dalam satu hari. Alat
yang digunakan adalah golok tebang. Prestasi kerja 0.125 ha/HOK.
28
Pembersihan bibit
Bibit bagal tebu dibersihkan dari daun-daun tebu. Kegiatan ini dilakukan
di luar petak saat sebelum penanaman untuk mempermudah seleksi. Pembersihan
bibit ini dilakukan dengan menggunakan tangan dan harus dilakukan dengan
sangat hati-hati agar mata tidak rusak.
Seleksi bibit
Seleksi bibit adalah kegiatan memilih dan membuang rumpun varietas
campuran agar diperoleh varietas yang murni. Selain itu juga memisahkan bibit
yang sehat dan tidak terserang hama penyakit sehingga bibit yang akan ditanam
adalah bibit yang baik. Cara menyeleksi bibit yaitu dengan mengamati keadaan
fisik tebu. Bibit yang afkir yaitu yang tercampur varietas lain, masih muda, atau
terkena hama penyakit akan dipisahkan dan dibuang.
Pemotongan bibit
Bibit dipotong menjadi 3 bagian yang masing-masing memiliki 3-4 mata
dengan menggunakan golok. Panjang stek bibit bagal yaitu 35-40 cm. Potongan
inilah yang disebut bibit bagal. Pemotongan dilakukan di tengah-tengah antar
ruas. Pemotongan bibit dilakukan untuk menyeragamkan perkecambahan.
Peletakkan bibit
Bibit bagal diletakkan ke dalam juringan (Gambar 7). Untuk mempercepat
peletakkan bibit ke dalam juringan maka sebelumnya bibit diletakkan di pinggir
29
petakan. Dalam penempatan bibit seharusnya mata bibit terletak di samping tetapi
para pekerja biasanya meletakkan secara sembarangan. Kapasitas pekerja adalah
0.0625 ha/HOK.
Penutupan bibit
Bibit bagal yang telah berada dalam juringan ditutup dengan tanah setebal
5-10 cm. Ketebalan tanah sewaktu menutup bibit tergantung waktu tanam. Jika
waktu tanam saat musim kemarau, tanah diarug lebih tebal untuk mengurangi
penguapan setelah dilakukan penyiraman. Sebaliknya untuk penanaman saat
musim hujan, tanah hanya diarug sedikit untuk mencegah busuknya bibit karena
keadaan lingkungan yang terlalu lembab.
Penyiraman bibit
Penyiraman bertujuan untuk menyediakan kebutuhan air untuk tanaman
supaya dapat tumbuh optimal dan agar terhindar dari kekeringan. Penyiraman
bibit di PG. Subang dilakukan dengan menggunakan sistem glontor yaitu
penyiraman dengan cara mengalirkan air dari sungai terdekat atau lebung melalui
pipa paralon berdiameter 4 inch ke dalam kairan dengan panjang masing-masing
pipa 6 m (Gambar 8). Jika petakan dengan sungai atau lebung jaraknya jauh atau
lebih dari 1 km maka dilakukan estafet yaitu dengan mengalirkan air terlebih
dahulu ke dalam kantong-kantong air buatan dengan menggunakan pipa
berdiameter 8 inch dengan menggunakan pompa jenis Biggun Ford 95 HP yang
selanjutnya dialirkan ke petakan. Kapasitas penyiraman adalah 0.3-0.4 ha per hari.
30
Pada umumnya penyiraman dilakukan 3 kali, yaitu (1) siram I yang dilakukan
setelah tanam (tutup bibit), (2) siram II yang dilakukan 10-15 hari setelah
tanam, dan (3) siram III yang dilakukan setelah siram II selesai 1 petak atau
1-1.5 BST.
Pemeliharaan
Penyulaman
Penyulaman adalah kegiatan penanaman kembali bibit tebu pada barisan
tanaman yang kosong kurang lebih 1 meter atau bila perkecambahan dibawah 8
tunas per meter karena tidak tumbuh dengan jenis tebu varietas yang sama.
Penyulaman dilakukan pada umur 1 BST agar tidak terjadi perbedaan umur
tanaman yang jauh sehingga perbedaan kemasakan tidak terlalu tinggi.
Penyulaman pada Tanaman Pertama (PC) dilakukan pada umur 4-6 minggu
bersamaan dengan pupuk II, sedangkan pada Tanaman Ratoon (RC) dilaksanakan
segera setelah kepras. Penyulaman dilakukan dengan syarat kebun yang akan
disulam kebutuhan airnya terpenuhi, karena jika tidak maka pertumbuhan
tanaman sulaman tidak akan bisa mengejar. Penyulaman dilakukan dengan
menggali lubang kemudian bibit ditanam dan ditutup dengan tanah. Bibit yang
digunakan bisa dari bibit bagal atau dari tanaman seblangan yaitu tanaman yang
diambil dari barisan yang tidak rata atau keluar dari barisan. Sulaman dengan
menggunakan seblangan jika tanaman PC sudah berumur 1.5 bulan dan tanaman
RC sudah berumur 0.5-1 bulan.
31
Pembumbunan
Pembumbunan merupakan pekerjaan menimbun pangkal batang tebu
dengan tanah. Tujuannya adalah untuk memberi tambahan media tanah sebagai
sumber zat hara yang baru bagi tanaman, memperbaiki aerasi tanah, memberi
tambahan kekuatan bagi tegaknya tanaman, menekan pertumbuhan gulma, dan
merangsang anakan. Pada tanaman PC kegiatan pembumbunan terdiri dari 2
tahap, yaitu turun tanah I yaitu setelah aplikasi pupuk II (sambil menutup pupuk)
dan turun tanah II (bumbun) pada saat tanaman tebu berumur 2-3 bulan.
Pembumbunan dilakukan oleh tenaga manusia dengan cara mencangkul tanah
bagian tengah (antar barisan tanaman) dan tanahnya diletakkan pada pangkal
batang tebu atau dengan mekanisasi yaitu dengan menggunakan Implement
Cultivator yang ditarik dengan traktor 80-100 HP yang berkapasitas 0.55 ha/jam.
Kletek
Kletek adalah pekerjaan membuang daun-daun kering pada tanaman tebu
yang sudah beruas minimal 6-8 ruas atau pada saat tebu mencapai umur 6-7 bulan.
Kletek bertujuan agar cahaya matahari bisa masuk ke kebun dengan optimal,
mengurangi kelembaban, memperbaiki sirkulasi udara dalam kebun untuk
mencegah timbulnya hama penyakit, dan meminimalisir terjadinya kebakaran
kebun karena jika sudah dekat dengan musim tebang merupakan musim kemarau
sehingga rentan terjadi kebakaran. Pembuangan daun-daun kering dilakukan
berselang-seling di antara barisan tebu dan dikumpulkan setiap 10 meter di
barisan tebu. Artinya pembuangan daun dilakukan setiap selang satu baris.
Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara di dalam tanah yang
diperlukan oleh tanaman sejak perkecambahan sampai siap panen. Pemupukan
untuk tanaman PC dilakukan 2 kali yaitu pupuk dasar yang diberikan bersamaan
tanam atau sehari sebelum tanam dan pupuk lanjutan pada umur 1-2 BST. Untuk
tanaman RC, pupuk diberikan sekaligus pada saat 1 minggu setelah kepras atau
saat tanaman berumur 1.5-2 BST. Pupuk standar yang digunakan adalah pupuk
NPK Kujang (Tabel 7).
32
Plant Cane
Aplikasi I (kg/ha)
Aplikasi II (kg/ha)
STANDAR
Urea
100
200
ZA
100
PSP
250
ZK Plus
250
Jumlah
450
450
NPK Kujang
300
300
Jumlah
300
300
ALTERNATIF
Urea
100
200
ZA
100
PSP
250
KCl
150
Jumlah
450
350
Urea
300
ZA
100
Posmanik-G
1 800
Jumlah
1 800
400
Urea
100
125
ZA
75
PSP
175
Liprogreen
400
ZK Plus
175
Jumlah
750
300
Sumber : Litbang PG. Subang, 2008
Jenis Pupuk
Ratoon Cane
Aplikasi I/II (kg/ha)
300
100
250
250
900
600
600
300
100
250
150
800
300
100
1 800
2 200
225
75
175
400
175
1 050
Cara pemberian pupuk I dan II bisa dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara
manual atau secara mekanis sesuai dengan kebutuhan. Pemupukan secara manual
yaitu dengan membawa pupuk dengan ember yang berkapasitas 5 kg lalu pupuk
ditabur pada dasar kairan dengan menggunakan cangkir atau secara mekanis yaitu
dengan menggunakan implement Fertilizer Applicator yang berkapasitas 0.65
ha/jam (Gambar 9).
33
(a)
(b)
Pengendalian gulma
Merupakan kegiatan mengurangi tumbuhan pengganggu yang tumbuh di
sekitar tanaman tebu. Tumbuhan ini sangat merugikan karena akan mengganggu
pertumbuhan tebu dalam hal persaingan hara dan air, sinar matahari, serta dapat
menyaingi ruang tumbuh. Selain itu, gulma dapat menjadi tanaman inang hama
dan penyakit tebu. Jenis gulma yang dominan di PG. Subang adalah dari gulma
berdaun lebar yaitu Brachiaria mutica, Amaranthus sp., Mimosa pudica. Gulma
berdaun sempit adalah Cynodon dactylon dan gulma teki-tekian yaitu Cyperus
rotundus.
Pengendalian gulma dilakukan secara manual dan kimiawi tergantung
kondisi cuaca dan keadaan gulma di lapangan. Pengendalian gulma manual
dilakukan jika tenaga kerja yang tersedia banyak, kondisi gulmanya sedikit dan
tidak merata sehingga jika digunakan herbisida maka akan sangat tidak ekonomis,
serta jika pada musim hujan dan persediaan herbisida terbatas. Pengendalian
manual dilakukan dengan menggunakan sabit atau koret pada saat tebu berumur
30-35 hari dan dilakukan kembali pada saat tebu berumur 75-80 hari. Prestasi
kerja/HOK tergantung kondisi gulmanya yang berat, sedang, atau ringan.
Pengendalian gulma secara kimia dibedakan menjadi 2, yaitu pengendalian
pra tumbuh (Pre emergence) dan pasca tumbuh (Post emergence). Di PG. Subang
pengendalian gulma secara kimiawi hanya dilakukan pengendalian pasca tumbuh.
Pengendalian pasca tumbuh biasanya dilakukan saat tebu berumur 4 bulan atau
sudah beruas dengan menggunakan campuran herbisida kontak dan herbisida
34
Perbandingan
Campuran
Dosis (l/ha)
Paraquat :
1 liter : 2 liter
Ametrin/diuron
2 liter : 1 liter
35
Penggerek batang
Penggerek batang merupakan hama penting tanaman tebu. Hama ini
menyerang dan merusak ruas-ruas muda dan kadang-kadang menyebabkan
kematian titik tumbuh. Kerugian yang diakibatkan oleh hama ini rata-rata
3.2% dari hasil gula. Cara mengendalikan hama ini adalah dengan
menggunakan lalat Jatiroto (Diatraeophaga sriatalis) yang dilepas ke kebun
dengan dosis 15 pasang lalat/ha. Secara kultur teknik yaitu dengan penanaman
kultivar tebu yang mempunyai batang keras dan pemupukan yang tepat waktu
sehingga secara tidak langsung menyebabkan tanaman yang diserang dapat
lekas sembuh.
3. Tikus
Hama ini biasanya menyerang setelah masa panen padi sawah dan
menyerang pada bagian batang tebu. Pengendaliannya dengan cara
pemasangan umpan yaitu rodentisida Phyton berbentuk kristal yang diletakkan
di jalan tikus di sekitar tanaman yang diserang sehingga nantinya tikus akan
tertarik dan memakan umpan tersebut. Selain itu dengan cara emposan
(pengasapan) yaitu belerang dan merang dibakar dalam alat duster kemudian
diemposkan ke dalam lubang-lubang tikus dan ditutup. Cara ini bertujuan
untuk meracuni pernapasan tikus. Cara lainnya adalah dengan gropyokan yaitu
dengan menggunakan tenaga manusia dan biasanya dibantu dengan anjing
pelacak tikus. Cara ini biasanya dilakukan setelah musim panen padi dan
dilakukan pada malam hari saat tikus sedang menyerang di kebun.
4. Boktor
Hama ini terdapat di dalam tanah sehingga sulit untuk diberantas. Boktor
menyerang bagian akar tebu sehingga batang akan roboh dan mati.
Pengendalian secara mekanis yaitu dengan mengambil larva boktor saat
36
pertumbuhan
tanaman.
Pengendaliannya
adalah
dengan
37
Taksasi Produksi
Taksasi produksi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui
gambaran produksi tebu yang nanti akan didapat, menentukan lama/jumlah hari
giling, dan biaya yang harus dikeluarkan untuk keperluan giling. Taksasi
dilakukan sebanyak 2 kali yaitu Taksasi Desember dan Taksasi Maret.
Taksasi Desember
Taksasi Desember dilaksanakan pada bulan Desember. Tujuan Taksasi
Desember adalah untuk memperkirakan secara kasar hasil tebu yang akan
diperoleh sehingga dapat memperkirakan saat mulai giling dan akhir giling dan
juga untuk rencana pengadaan sarana yang diperlukan selama musim giling.
Selain itu, Taksasi Desember juga dilakukan untuk melihat kondisi kebun sesuai
umur masing-masing dan selanjutnya dapat merencanakan kegiatan yang dapat
meningkatkan hasil produksi tebu. Parameter yang diamati adalah tinggi batang,
jumlah batang per meter, bobot batang, dan luas efektif 7 692 m2.
Taksasi Maret
Taksasi Maret dilaksanakan mulai awal bulan Maret. Pada bulan Maret
keadaan tanaman sudah cukup tinggi dan batangnya sudah cukup besar yang
sudah mendekati layak giling, sehingga hasil taksasi akan lebih mendekati
kenyataan yang sebenarnya. Pada Taksasi Maret akan didapat angka taksiran
produksi ku tebu/ha yang diperoleh dari perhitungan komponen-komponen yang
berhubungan dengan hasil yaitu jumlah batang per meter, tinggi batang, bobot
batang, dan luas efektif 7 692 m2. Tinggi batang yang dipakai adalah tinggi batang
taksiran pada saat tebang. Pada Taksasi Maret hanya dilakukan kegiatan
memprediksi hasil produksi ku tebu/ha dan tidak bisa dilakukan kegiatan yang
dapat meningkatkan hasil karena sudah terlambat.
Rumus Taksasi Produksi/ha :
Produksi/ha = luas efektif x jumlah batang/m x tinggi batang x bobot tebu/batang
38
Unsur-unsur taksasi
Unsur-unsur taksasi adalah jumlah batang, tinggi batang, dan bobot
batang.
Jumlah Batang, dihitung pada masing-masing juringan contoh. Biasanya juringan
contoh yang diambil sebanyak 4 juringan, yaitu juringan 30, 60, 90, 120
sepanjang 200 m.
Tinggi Batang, merupakan panjang batang yang diukur dari permukaan tanah
sampai cincin daun teratas. Dari hasil yang didapat, lalu ditambah dengan angka
taksiran pertambahan tinggi batang sampai saat tebang yang memperhatikan datadata 5 tahun terakhir. Biasanya pertambahan tinggi batang dari saat Taksasi Maret
sampai saat tebang berkisar 50 cm.
Bobot Batang, merupakan berat batang yang diperkirakan dapat dicapai pada
waktu tebang.
Analisa Pendahuluan
Pelaksanaan tebang angkut berdasarkan atas pertimbangan penentuan
analisa pendahuluan yang merupakan suatu cara untuk mengetahui tingkat
kematangan tebu yang optimal sehingga dapat ditentukan petak-petak yang layak
ditebang dan pada waktu tebu ditebang merupakan saat rendemen paling tinggi
serta untuk mengetahui ada tidaknya hama penyakit yang menyerang tebu,
misalnya hama penggerek batang dan hama penggerek pucuk. Dari hasil analisis
pendahuluan ini akan disusun jadwal tebang berdasarkan tingkat kemasakan tebu
tersebut.
Analisa pendahuluan dilaksanakan sebanyak 3 tahap yang masing-masing
terdiri dari 4 ronde dengan interval tiap ronde selama 15 hari. Tahap I adalah
untuk tebu masa tanam 5A-7B, tahap II untuk tebu masa tanam 8 A-10 A, dan
tahap III untuk masa tanam 10 B-12 A.
39
Jika ada dua atau lebih petakan dengan kategori yang sama maka hanya diambil
sampel dari satu petak saja. Kemudian untuk penentuan petak yang akan diambil
sampel batangnya pada hari ke-1 sampai hari ke-15 yaitu berdasarkan lokasi
petak. Lokasi antara beberapa petak yang jaraknya berdekatan akan disatukan
pada satu hari yang sama.
Analisis batang
Tebu yang telah diambil sampelnya dari kebun kemudian dianalisa di
laboratorium analisa pendahuluan. Pertama-tama tebu dipotong menjadi 3 bagian
(atas, tengah, dan bawah) lalu batang tebu dibelah dua tujuannya adalah untuk
melihat ada tidaknya bekas serangan penggerek pada batang tersebut. Selanjutnya
tebu ditimbang untuk masing-masing petak kebun. Lalu digiling dengan
menggunakan gilingan contoh sebanyak 3 kali perasan. Kemudian air nira yang
diperoleh ditimbang dan diukur nilai brixnya dengan menggunakan alat Brix
Weger. Setelah itu dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml dan ditambahkan
dengan 5 ml larutan Natrium Sulfat dan 5 ml Asam Sulfat sehingga didapat
larutan sebanyak 110 ml. Kemudian larutan dikocok dan disaring dengan
menggunakan kertas saring dan nira hasil saringan dimasukkan ke dalam
pembuluh pol lalu dilihat dengan alat Polarimeter sehingga dapat diketahui nilai
pol nya.
Dari hasil analisis pendahuluan akan didapat nilai brix dan nilai pol nya.
Selanjutnya akan dihitung nilai HK (Harkat Kemurnian), NN (Nilai Nira), FK
(Faktor Kemasakan), dan rendemen sementara.
40
Tebang Angkut
Tebang dan angkut merupakan proses menebang, memuat, dan
mengangkut tebu dari kebun ke cane yard atau meja tebu untuk siap digiling.
Penebangan
Pelaksanaan penebangan di PG. Subang dilakukan secara manual yang
sepenuhnya menggunakan tenaga manusia dengan menggunakan alat parang
(Gambar 10). Petak tebang ditentukan berdasarkan hasil analisa T-Score.
Penebangan dilakukan dengan sistem 4-2 artinya 4 juringan bersih digunakan
41
untuk meletakkan tebu yang sudah dibersihkan dari pucuk dan daun kering serta 2
juringan kotor untuk meletakkan sampah tebu. Tujuannya adalah agar penebang
lebih mudah dalam pengikatan tebu dan pada waktu muat di truk atau trailler serta
supaya tebu yang dibawa bersih dari sampah tebu. Upah yang diperoleh
berdasarkan tonase yang didapat. Kapasitas penebang rata-rata adalah 10 ku/hari.
(a)
(b)
42
angkutan tebu memasuki Cane Yard terlebih dahulu ditimbang untuk mengetahui
berat brutonya. Setelah dibongkar di Cane Yard maka kembali ditimbang untuk
mengetahui berat kosongnya sehingga dapat diketahui berat netto tebu yang
masuk ke Cane Yard.
Gambar 11. Pembongkaran Tebu dengan Hillo, Pengait Sling, dan Trippler
Pengolahan Gula
PG. Subang menggunakan tebu sebagai bahan baku utama. Penyimpanan
bahan baku utama dilakukan di cane yard dengan pengaturan tempat FIFO (first
in first out). Tebu tidak memerlukan tempat penyimpanan khusus karena tebu
akan langsung diolah pada masing-masing stasiun dalam pabrik.
Pengolahan Gula
43
volt. Bahan bakar yang digunakan yaitu 1 200 liter solar/24jam. Mesin diesel
digunakan di luar masa giling. Kebutuhan listrik di pabrik dan perumahan sebesar
2 000 KW/jam.
Stasiun gilingan
Stasiun gilingan berfungsi untuk mengeluarkan nira semaksimal mungkin
dari batang tebu dan mengeluarkannya berupa ampas. Pertama-tama tebu masuk
di cane yard lalu dipindahkan ke cane table. Sebelum masuk ke stasiun gilingan,
tebu masuk ke cane cutter untuk dipotong-potong dan dicacah menjadi serabut
kasar. Kemudian cacahan tebu kasar masuk ke unigrator untuk dicacah kembali
menjadi serabut halus. Tebu yang telah dicacah kemudian masuk ke stasiun
gilingan. Stasiun gilingan terdiri dari 4 unit gilingan yang masing-masing unit
gilingan menggunakan 3 buah rol yang bergerigi. Gilingan digerakkan oleh turbin
uap yang berasal dari 2 unit boiler kemudian disalurkan melalui pipa uap yang
dipasang pada sumbu ketiga rol tersebut (Gambar 12).
Di stasiun gilingan, pemerahan nira harus melewati 4 gilingan yang
dilakukan secara bertahap. Tebu yang telah dicacah masuk ke gilingan 1 dengan
melewati plat magnetis agar logam yang ikut cacahan tebu dapat tertahan dan
tidak ikut proses pengolahan lebih lanjut. Lalu ampas dari gilingan 1 masuk ke
gilingan II untuk diperah kembali. Ampas yang keluar dari gilingan I sebelum
dibawa intermediate carrier menuju gilingan II ditambahkan air imbibisi yaitu air
panas dengan suhu 70 0C dengan tujuan untuk membuka sel-sel ampas yang telah
mengalami pemerahan pada gilingan sebelumnya sehingga memudahkan
pengeluaran nira yang masih tertinggal pada ampas dan juga nira perahan dari
gilingan III. Ampas tebu dari gilingan II bergerak ke gilingan III untuk diperah
kembali dengan penambahan air imbibisi dan perahan nira dari gilingan IV.
Ampas dari gilingan III kemudian masuk ke gilingan IV untuk diperah kembali
dengan penambahan air imbibisi. Sisa ampas tebu dari gilingan IV lalu dialirkan
menuju Boiler untuk dijadikan bahan bakar.
Hasil utama pada stasiun gilingan adalah nira mentah yang keluar dari
gilingan I dan gilingan II. Nira mentah yang keluar dari gilingan I disebut NPP
(Nira Perahan Pertama) dan nira yang keluar dari gilingan II, III, dan IV
44
Stasiun pemurnian
Stasiun pemurnian bertujuan untuk memurnikan nira mentah dari kotoran
yang ikut terbawa selama proses pemerahan nira pada tahapan sebelumnya
sehingga dihasilkan nira yang jernih. Kotoran tersebut berupa zat padat tak larut
misalnya tanah, pasir, sabut tebu, dll.
Nira mentah dari stasiun gilingan ditimbang di Juice Scale untuk diketahui
beratnya, lalu dialirkan ke Juice Heater I untuk dipanaskan dengan suhu 75 0C
untuk mempercepat reaksi pemurnian, kemudian ditambahkan susu kapur
Ca(OH)2 di Defekator I sampai pH 6.8-7.2, kemudian masuk ke Defekator II yang
juga ditambahkan susu kapur Ca(OH)2 sampai pH 9.5-10.5. Nira yang sudah
ditambah susu kapur kemudian masuk ke tangki Sulfitasi Nira Mentah dan dialiri
gas belerang (SO2) untuk mendapatkan pH 7.0-7.2 supaya pH netral. Nira
kemudian dipanaskan kembali di Juice Heater II dengan suhu 95-105 0C untuk
menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Selanjutnya nira masuk ke dalam
frefloktower untuk ditambahkan bahan penggumpal (flokulan) 2 ppm untuk
mempercepat pengendapan kotoran nira dan udara yang terbawa oleh nira dilepas
di Flashtank, kemudian dilewatkan ke Snow Balling Chamber untuk
menyempurnakan reaksi. Nira lalu dimasukkan ke dalam peti pengendapan (Door
Clarifier). Hasil pengendapan adalah nira encer dan nira kotor (mud). Nira kotor
ditambah ampas halus (bagacillo) dan dimasukkan ke dalam Rotary Vacuum
45
Filter (RVF) untuk diambil niranya. RVF akan menyedot kotoran yang
terkandung pada nira kotor sehingga kotoran tersebut akan menempel dan melekat
bercampur dengan ampas halus. Kotoran nira inilah yang disebut blotong (Filter
Cake) yang merupakan hasil samping stasiun pemurnian yang bisa dimanfaatkan
untuk pupuk. Sedangkan nira jernih dari door clarifier masuk ke tangki Clear
Juice dan akan dialirkan lagi ke Juice Heater III untuk dipanaskan kembali
dengan suhu 100 0C.
Stasiun penguapan
Stasiun penguapan bertujuan untuk menghilangkan kadar air yang
terkandung dalam nira sehingga dihasilkan nira kental. Pada stasiun penguapan
digunakan
buah
evaporator
yang
disusun
secara
berseri.
Dalam
46
D ( Low Grade Masquite ) yang nantinya akan menghasilkan gula D dan dapat
digunakan sebagai bibit masakan A dan C. Dari pan masakan D akan dihasilkan
produk sampingan berupa tetes.
Selanjutnya nira kental diuapkan airnya terus menerus pada pan masakan
C sehingga terjadi kristal kecil dan bila kristal kecil ini dibesarkan dengan
menambah nira kental maka akan membesar dan disebut masakan C, bila inti
kristal dibesarkan memakai stroop A maka kristal terjadi disebut gula C dan hasil
sampingan stroop C. Gula C akan dijadikan bibit untuk masakan A sehingga akan
menghasilkan gula A dan hasil sampingan stroop A.
Lalu gula A masuk ke puteran SHS yang menghasilkan gula produk/gula
SHS dengan ditambah air untuk membilas supaya gula yang dihasilkan bersih dan
hasil sampingannya dinamakan klare SHS. Klare SHS kembali masuk ke masakan
A untuk dijadikan bibit masakan A. Setelah selesai masak ( besar kristal A/C =
0.9 1.1 mm ). Masakan A dan C diturunkan pada palung pendingin menunggu
diputar.
Stasiun puteran
Pada stasiun ini bertujuan untuk memisahkan kristal yang terdapat pada
masakan dari cairan. Prinsip kerja adalah gaya centrifugal yaitu suatu saringan
silinder berputar pada porosnya kemudian pada silinder tersebut diisikan masakan
(kristal beserta cairan induknya) maka masakan akan terlempar keluar oleh gaya
centrifugal. Karena ada saringan akibatnya kristalnya tertahan pada saringan
sedang cairan induknya terlempar keluar. Stasiun putaran menggunakan 2 putaran
47
yang berbeda, yaitu putaran A/C (HGC/High Grade Centrifugal) yang mempunyai
kecepatan 2 500 rpm digunakan untuk memisahkan gula A serta stroop A dan
gula C serta stroop C dan putaran D (LGC/Low Grade Cetrifugal) untuk
memisahkan kristal gula D dengan tetes dengan kecepatan putaran 1 000 rpm.
Puteran SHS merupakan puteran yang akan menghasilkan gula
produk/gula SHS. Gula yang dihasilkan dari puteran ini memiliki nilai kemurnian
tertinggi yaitu 99.8. Gula A yang sudah ditambah air di mixer kemudian
diturunkan ke puteran SHS. Hasilnya berupa gula SHS yang dialirkan ke stasiun
penyelesaian (finishing).
Stasiun penyelesaian
Stasiun penyelesaian bertujuan untuk menyelesaikan proses dari pembuatan
gula karena kristal gula dari puteran SHS masih belum memenuhi syarat sebagai
gula produk karena masih mengandung air dan ukurannya tidak homogen. Gula
tersebut masuk ke Sugar Dryer untuk mengurangi kandungan air kemudian gula
yang sudah kering melewati Vibrating Screen untuk dipisahkan antara gula
produk (0.9-1.1 mm) dan gula yang berukuran terlalu besar atau kecil.
Stasiun pengemasan
Gula produk setelah melewati Vibrating Screen kemudian diangkut dengan
Sugar Conveyor menuju ke penampung (Sugar Bin) untuk dikemas dalam sak
ukuran 50 kg atau dikemas dalam kemasan 1 kg (Gambar 14). Selanjutnya gula
disimpan di gudang gula untuk dipasarkan.
(a)
(b)
Gambar 14. Produk Gula (a) Kemasan Sak 50 kg, (b) Kemasan 1 kg
48
Aspek Manajerial
Mandor Lapangan
Mandor lapangan adalah orang yang bertugas dan bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan kegiatan budidaya di lapangan. Mandor lapangan terbagi
menjadi beberapa mandor tergantung jenis kegiatan di lapangan. Tujuannya
adalah mempermudah pekerjaan dalam satu wilayah kebun. Mandor lapangan
terdiri atas mandor kebun, mandor proteksi, mandor pupuk, dan mandor herbisida.
Mandor kebun
Mandor kebun bertanggung jawab mengelola dan mengawasi kebun
dengan luasan sekitar 50-60 ha. Tugasnya yaitu mengkoordinasikan para tenaga
kerja yang melaksanakan semua kegiatan kebun mulai dari penanaman,
pemeliharaan sampai penebangan yang telah dijadwalkan oleh SKW. Pada setiap
jenis kegiatan di lapangan mandor kebun mengurusi pengadaan tenaga kerja,
melakukan absensi, mengawasi para pekerja, dan memonitor hasil pekerjaan.
Setiap kegiatan kebun dicatat dalam buku Cadong sebagai bahan laporan dan
sebagai bukti kerja kepada pihak administrasi keuangan untuk membayar upah
tenaga kerja.
Mandor proteksi
Mandor proteksi bertugas dalam kegiatan pengendalian hama dan
penyakit. Sebelum dilakukan pengendalian, mandor proteksi berkoordinasi
dengan pemandu yang bertugas mencari petakan yang terserang hama dan
penyakit. Apabila ditemukan petak yang terserang oleh pemandu maka langsung
dilaporkan ke mandor proteksi untuk segera dilakukan pengendalian dengan
terlebih dahulu meminta persetujuan SKW. Setiap kegiatan kebun dicatat dalam
buku Cadong sebagai bahan laporan dan sebagai bukti kerja kepada pihak
administrasi keuangan untuk membayar upah tenaga kerja.
49
Mandor pupuk
Mandor pupuk bertanggung jawab dalam kegiatan pemupukan baik
manual maupun secara mekanis. Jadwal kegiatan pemupukan ditentukan oleh
SKW. Jenis dan dosis pupuk yang digunakan berdasarkan rekomendasi
pemupukan dari Puslit Agro. Pertama-tama mandor pupuk menghitung kebutuhan
pupuk untuk petakan yang mau dipupuk, lalu meminta persetujuan sinder pupuk.
Setelah mendapat persetujuan maka bon diserahkan kepada SKK untuk
ditandatangani. Lalu bon yang sudah ditandatangani diserahkan ke Kepala
Gudang untuk mengeluarkan pupuk untuk dibawa ke kebun. Setelah itu pupuk
dibawa ke kebun dengan menggunakan trailer. Setiap kegiatan kebun dicatat
dalam buku Cadong sebagai bahan laporan dan sebagai bukti kerja kepada pihak
administrasi keuangan untuk membayar upah tenaga kerja.
Mandor herbisida
Mandor herbisida bertugas dalam kegiatan pengendalian gulma baik
secara mekanis maupun manual. Mandor herbisida akan berkoordinasi dengan
mandor kebun mengenai penentuan petakan mana yang akan dikendalikan
gulmanya. Apabila ditemukan suatu petakan yang ditumbuhi banyak gulma maka
segera dilakukan pengendalian dengan persetujuan dari SKW. Setiap kegiatan
kebun dicatat dalam buku Cadong sebagai bahan laporan dan sebagai bukti kerja
kepada pihak administrasi keuangan untuk membayar upah tenaga kerja.
Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah di PG. Subang menggunakan mekanisasi untuk
menunjang pertumbuhan tanaman supaya tanah dapat terolah sempurna lebih
dalam dan agar akar dapat tumbuh optimal. Pengolahan tanah yang dalam akan
meningkatkan efisiensi penyimpanan dan penggunaan air dari tanah. Pemadatan
tanah di kebun terjadi akibat lalu lintas kegiatan mekanisasi dan angkutan tebang
angkut seperti Traktor, Trailer, dan Truk yang mengakibatkan tanah menjadi
padat dan keras. Oleh karena itu dilakukan pengolahan tanah agar tanah kembali
gembur sehingga akar akan mudah tumbuh dan optimal dalam menyerap unsur
hara di dalam tanah. Menurut Kartohadikoesoemo (1986) untuk mengatasi jenis
tanah dengan tekstur berat diusahakan pengolahan tanah dalam dengan alat
subsoiler agar pertumbuhan akar dapat berkembang lebih dalam yang akhirnya
akar dapat menyerap hara secara leluasa.
Iklim dalam hal ini adalah hujan merupakan faktor utama tertundanya
pelaksanaan pengolahan tanah karena kondisi lahan yang tidak memungkinkan
untuk dilaksanakan pengolahan tanah jika terjadi hujan. Walaupun tetap dilakukan
pengolahan tanah maka akan mengakibatkan traktor mengalami slip dan tidak
dapat beropersi dengan baik. Oleh karena itu pengolahan tanah hanya bisa
dilakukan setelah tanah kering atau tidak hujan.
Bentuk
topografi
lahan
yang
miring
dan
bergelombang
akan
mengejar
target
pengolahan
tanah
yang
seluas-luasnya
tanpa
memperhatikan kualitas. Oleh karena itu mandor kebun sangat diperlukan untuk
mengawasi kualitas pekerjaan operator supaya memberikan hasil yang terbaik.
51
Penanaman
Penanaman di PG. Subang dilakukan sebanyak 2 periode, yaitu periode 1
(Mei-September) dan periode II (Oktober-Desember). Pada penanaman periode I
kebutuhan air dipenuhi dari sungai Tarum Timur dengan menggunakan sistem
glontor. Kendala yang dialami adalah jika kebutuhan air didapatkan dari sistem
glontor maka air tidak akan merata ke seluruh permukaan tanah karena air hanya
dialirkan melalui kairan yang mengakibatkan tanah di sekelilingnya tidak ikut
basah atau lembab dan juga karena cuaca yang panas maka air akan mudah
mengalami penguapan. Kelebihannya adalah kebutuhan air dapat diatur sesuai
kebutuhan tanaman tetapi hanya terbatas pada kebun yang mempunyai banyak
lebung.
Periode penanaman yang paling bagus adalah periode I karena tanaman
akan mendapatkan pengairan sebanyak 2 kali yaitu saat musim kemarau dengan
glontor dan ketika musim hujan. Selain itu waktu masak tebu optimal yaitu tepat
musim kemarau dengan umur sekitar 12 bulan. Pada periode ini pula,
pertumbuhan utama tebu yaitu saat fase pertumbuhan anakan akan jatuh pada
musim hujan dan saat matang serta panen jatuh pada musim kemarau tahun
berikutnya yang diharapkan rendemen akan optimum. Pada periode II, waktu
masak tebu kurang optimal karena umur tebu yang < 12 bulan karena untuk
mengejar musim giling pada musim kemarau tahun berikutnya. Oleh karena itu,
untuk mengatasinya maka pada periode II ditanam varietas tebu yang masak awal
supaya waktu masak tebu bisa bersamaan dengan varietas yang lainnya.
Teknik penanaman pun sangat penting supaya menghasilkan tanaman
dengan pertumbuhan yang seragam karena penanaman merupakan tahap awal
untuk pencapaian produksi yang maksimal. Oleh karena itu saat penanaman perlu
dilakukan pengontrolan secara intensif terhadap para pekerja. Kendala yang
dialami adalah tenaga kerja yang kurang tersedia karena waktunya bersamaan
dengan kegiatan panen padi. Hal ini mengakibatkan waktu tanam akan bertambah
padahal bibit sudah tersedia di petakan. Akibatnya bibit akan kering dan tidak
segar kembali. Solusinya adalah sinder harus mengatur jadwal yang baik antara
penebangan bibit dan waktu tanam agar bibit tidak terbengkalai di petakan. Maka
untuk mengatasinya adalah mandor harus mempunyai tenaga cadangan.
52
Pemupukan
Jenis alternatif pupuk yang digunakan di PG. Subang bermacam-macam,
yaitu pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Sebaiknya jenis pupuk yang dipakai di
lapangan adalah pupuk majemuk karena jika menggunakan pupuk tunggal, akan
tidak efisien dari segi waktu karena harus mencampur terlebih dahulu pupuk
sesuai dosis yang digunakan dan juga pencampurannya pun akan tidak merata
sehingga mengakibatkan pembagian pupuk ke tanaman pun tidak merata. Selain
itu, pupuk akan banyak yang terbuang ke tanah karena pencampurannya
dilakukan di atas tanah dengan menggunakan alas karung. Pemupukan dengan
menggunakan FA akan lebih baik hasilnya daripada pemupukan secara manual.
Tetapi pemupukan dengan FA akan tidak maksimal jika lahan dalam keadaan
basah, kondisi lahan miring, tebu sudah tinggi, dan pupuk menggumpal karena
akan menghambat saluran pengeluaran dari selang pupuk. Oleh karena itu
penggunaan FA dilakukan hanya jika keadaan memungkinkan. Selain itu FA di
PG. Subang jumlahnya sedikit hanya sekitar 2 buah/rayon sehingga ketika musim
tanam tiba akan terjadi perebutan antar wilayah dalam satu rayon karena untuk
mengejar masa tanam. Alternatifnya adalah dengan menggunakan pemupukan
manual tetapi hal ini akan memperbesar anggaran biaya perusahaan. Selain itu
ketika datang musim giling dan waktunya bersamaan dengan masa tanam periode
I juga terjadi perebutan traktor karena sama-sama digunakan untuk mengangkut
tebu dan untuk pemupukan mekanis. Dalam hal ini, operator lapang (Field
Operation) harus pintar membagi jadwal dan sinder pupuk pun harus turun tangan
untuk mengatasi masalah ini agar masa tanam tidak mundur dan petakan tetap
diberi pupuk sesuai jadwal.
Penyiraman
Kendala yang dialami pada kegiatan penyiraman adalah masalah
kurangnya lebung di PG. Subang sehingga masih ada petakan-petakan yang tidak
mendapat pengairan karena letaknya jauh dari lebung. Tetapi menjelang musim
tanam 2008/2009, PG. Subang membeli lahan milik masyarakat yang berpotensi
untuk dijadikan lebung dengan demikian diharapkan petakan yang sebelumnya
ditanam pada periode II akan ditanam pada periode I.
53
54
Kondisi Pabrik
Pabrik di PG. Subang sudah berumur tua sehingga banyak terjadi masalah
di dalam pabrik yang mengakibatkan jam berhenti giling menjadi banyak yang
akhirnya banyak tebu tertumpuk di cane yard menunggu untuk digiling. Masalahmasalah tersebut biasanya menyangkut komponen-komponen mesinnya yang
sudah berumur tua sehingga kurang optimal. Selain itu juga keadaan mesin yang
sudah tua mengakibatkan proses pengolahan gula menjadi kurang optimal yang
mengakibatkan kehilangan gula yang terbawa ampas, blotong, dan tetes menjadi
makin besar. Hal ini akan mengakibatkan penurunan hablur gula yang dihasilkan
sehingga mengakibatkan harga pokok produksi gula akan semakin besar.
55
tahan hama dan penyakit, respon pemupukan, dan memiliki rendemen yang tinggi
sangat diperlukan dalam peningkatan produktivitas. Peningkatan produktivitas
akan lebih bagus jika dibarengi dengan peningkatan rendemen. Rendemen ini
dipengaruhi oleh varietas, pola tanam yang tepat artinya penempatan varietas
harus tepat, dan pola tebang yang baik artinya tebu yang ditebang merupakan tebu
yang memang layak untuk ditebang yang sebelumnya sudah dilakukan analisa TScore sehingga diharapkan rendemen akan optimum.
Rata-rata produktivitas tebu selama 10 tahun terakhir adalah sebesar 610
ku/ha (Tabel 4). Produktivitas tertinggi terjadi pada saat musim tanam 2005/2006
sebesar 706 ku/ha karena pada musim tanam ini jumlah bulan basah lebih besar
daripada bulan kering sehingga dapat dipastikan tebu mendapatkan kebutuhan air
dengan cukup. Selain itu juga PG. Subang sudah memperbaiki teknik budidaya
seperti optimalisasi pengolahan tanah, penyiraman glontor, dan menggunakan
varietas unggul. Produktivitas terendah terjadi pada MT 2002/2003 sebesar 489
ku/ha. Salah satu penyebabnya adalah faktor iklim yang kering dan juga
persentase luas areal KTG III pada tahun 2002 lebih besar yaitu sebanyak 36.3 %
dari luas areal keseluruhan dibandingkan persentase KTG III pada tahun 2005
yang hanya sebesar 19.3 %. Di PG. Subang tanaman keprasan hanya sampai
ratoon II dikarenakan produksi yang semakin menurun. Hal ini mungkin karena
pada saat tanam kurang memperhatikan teknik budidaya yang baik, seperti
pengolahan tanahnya kurang sempurna, kurang pengairan atau menggunakan bibit
tidak unggul. Hal-hal tersebut akan mempengaruhi produksi tanaman selanjutnya.
Pada tahun 2007 iklim memang sedikit berubah. Musim hujan agak
mundur namun ketika mulai turun berhentinya agak bergeser ke belakang
sehingga tebu yang ditanam dan dikepras pada akhir musim hujan merana agak
berkepanjangan karena kekurangan air dan ini akan berpengaruh terhadap
rendemen gula. Tetapi PG. Subang tidak mengantisipasi hal tersebut sebelumnya
sehingga mengakibatkan produktivitas dan rendemen PG. Subang rendah pada
tahun 2007. Rendemen di PG. Subang sudah menunjukkan kinerja yang baik
sehingga untuk ke depannya perlu dilakukan perbaikan teknik budidaya untuk
meningkatkan produktivitas agar dapat bersinergi dengan rendemen untuk
menghasilkan hablur gula yang maksimal.
56
Berdasarkan data dari Sekretariat Dewan Gula Indonesia tahun 2007, ratarata produktivitas tebu PG. Subang masih di bawah rata-rata produktivitas PG.
Gunung Madu yang juga merupakan perkebunan tebu lahan kering di Indonesia.
Rata-rata produktivitas tebu PG. Gunung Madu tahun 2007 adalah sebesar 792
ku/ha dengan rendemen 9.47 % dan hablur 74.8 ku/ha. Sedangkan produktivitas
tebu, rendemen, dan hablur di PG. Subang tahun 2007 masing-masing adalah 584
ku/ha, 7.64 %, dan hablur 44.62 ku/ha.
Aspek Manajerial
57
58
Aspek Khusus
Pengamatan di Lapangan
Pada Tabel 9. diketahui bahwa pemberian pupuk IBG Bio Fertilizer dan
Agrorama terbukti menunjukkan pengaruh yang nyata meningkatkan jumlah
batang per meter juring saat tanaman tebu umur 6 dan 8 BST.
Tinggi batang
Pada Tabel 10. disajikan data tinggi batang tanaman tebu umur 6 dan 8
BST.
59
Diameter batang
Di bawah ini disajikan analisis data diameter batang tebu umur 8 BST.
Tabel 11. Diameter Batang Tanaman Tebu Umur 8 BST
Perlakuan
Diameter Batang (mm)
Kontrol
26.72 0.59
IBG Bio Fertilizer
27.78 1.28tn
Agrorama
28.94 0.59tn
*
Ket :
= nyata pada taraf 5 %
tn
= tidak nyata pada taraf 5 %
60
mikroorganisme yang bersifat positif bagi tanaman. Oleh karena itu penambahan
hara P dalam tanaman menyebabkan kenaikan pertumbuhan tanaman termasuk
perkembangan perakaran sehingga daerah jelajah akar menjadi lebih luas yang
menyebabkan dapat mengambil unsur hara lebih banyak dari dalam tanah yang
dipergunakan untuk pertumbuhan tanaman. Selain itu, secara umum unsur P
berperan dalam proses pembelahan sel, pembentukan karbohidrat, mempercepat
perkembangan perakaran, mempercepat kemasakan, dan meningkatkan tinggi
batang sehingga menaikkan hasil panen tebu serta memperbaiki mutu nira
(Sudiatso, 1982).
Unsur hara yang juga berperan dalam peningkatan jumlah anakan adalah
unsur hara N. Kandungan N pada pupuk daun IBG Bio Fertilizer sebesar 7.64 %
sedangkan kandungan hara N pada pupuk daun Agrorama sebesar 17.52 %.
Humbert (1968) mengemukakan penyerapan nitrogen maksimum terjadi pada
tanaman tebu berumur 3-6 BST. Jadi, unsur N merupakan unsur yang sangat
dibutuhkan tanaman pada awal pertumbuhan untuk pembentukan anakan dan
pertumbuhan vegetatif. Unsur nitrogen secara umum berguna untuk pembentukan
protoplasma yang digunakan untuk pembentukan sel, jaringan, dan organ
tanaman.
Kebutuhan tanaman akan unsur hara N, P, dan K sebenarnya sudah
tercukupi pada awal pertumbuhan tanaman oleh pemberian pupuk standar.
Selanjutnya pemberian pupuk daun hanya sebagai pelengkap unsur hara pada fase
pertumbuhan berikutnya. Unsur hara lain yang mempunyai peranan penting dalam
pemenuhan kebutuhan unsur hara adalah unsur K yaitu sebagai pengaktif dari
sejumlah besar enzim yang penting untuk fotosintesis dan respirasi. Kalium
mengaktifkan pula enzim yang diperlukan untuk membentuk pati dan protein
(Salisbury dan Ross, 1995). Kalium juga berperan dalam pembukaan stomata dan
mempengaruhi penyerapan unsur-unsur hara lainnya (Hardjowigeno, 2003). Oleh
karena itu dengan banyaknya fotosintat yang terbentuk sebagai akibat peningkatan
kandungan hara N, P, dan K maka menyebabkan pertumbuhan tinggi batang
tanaman tebu yang diberi pupuk daun menjadi lebih besar jika dibandingkan
dengan kontrol walaupun secara statistik hasilnya tidak nyata.
61
dengan
menggunakan
pupuk
daun
di
PG.
Subang
dilaksanakan pada tanaman tebu saat berumur 3-5 BST. Petakan yang diberi
perlakuan pupuk daun diprioritaskan pada petakan dengan potensi produksi tinggi
dengan kriteria gulma sedikit, tanaman tidak terserang hama dan penyakit, dan
yang mempunyai kerapatan tanaman tinggi. Pupuk daun digunakan karena hara
diserap tidak melalui tanah sehingga menghindari fiksasi dalam tanah yang
berakibat hara tidak tersedia untuk tanaman. Apalagi mayoritas tanah di PG.
Subang merupakan tanah latosol yang mempunyai pH masam. Pada pH masam
banyak hara yang tidak tersedia untuk tanaman, salah satunya adalah P yang akan
diikat oleh Fe dan Al sehingga menjadi tidak tersedia untuk tanaman.
Aplikasi pupuk daun di PG. Subang dilakukan pagi hari mulai pukul
07.00-10.00 WIB. Upah yang diberikan adalah upah borongan per ha yaitu
sebesar Rp. 18 000/ha. Prestasi pekerja adalah 1 ha/HOK. Pemberian pupuk daun
lebih tepat dilakukan pada pagi hari karena pada saat itulah stomata daun sedang
membuka sempurna sehingga kehilangan pupuk dapat ditekan. Apabila
penyemprotan dilakukan saat sinar matahari sedang terik dapat menyebabkan air
akan cepat menguap dan pupuknya hanya menempel di permukaan daun. Aplikasi
pupuk daun juga disarankan tidak dilakukan pada waktu cuaca mendung atau jika
62
akan turun hujan karena pupuk akan tercuci oleh air hujan sehingga penyemprotan
akan sia-sia.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah faktor angin. Pada waktu pagi hari
angin yang bertiup tidak terlalu kencang tetapi jika sudah menuju siang hari maka
biasanya angin bertiup kencang sehingga penyemprotan pupuk akan tidak efektif.
Oleh karena itu beberapa kendala yang dialami di lapangan adalah masalah
ketidakpastian cuaca dan angin. Kendala lain yang dialami adalah kurangnya
keterampilan pekerja dan mandor juga kurang teliti dalam pencampuran dosis
yang digunakan sehingga terjadi kelebihan air dan akhirnya banyak larutan pupuk
yang tersisa.
Analisis Ekonomi
Faktor biaya merupakan salah satu faktor yang selalu menjadi bahan
pertimbangan dalam penentuan kebijakan di PG. Subang. Selisih biaya pupuk
daun IBG Bio Fertilizer terhadap kontrol lebih tinggi yaitu sebesar Rp. 481 000
dibandingkan pupuk daun Agrorama sebesar Rp. 426 448 (Tabel Lampiran 3).
Kesimpulan
PG. Subang adalah salah satu perusahaan perkebunan tebu lahan kering di
pulau Jawa yang merupakan salah satu unit produksi PT. Rajawali II. Luas areal
tahun 2007/2008 adalah 5 827.994 ha yang terbagi dalam 3 rayon, yaitu
Pasirbungur, Pasirmuncang, dan Manyingsal.
Untuk peningkatan produktivitas, PG. Subang melakukan aplikasi pupuk
daun. Aplikasi pupuk daun di PG. Subang belum seluruhnya diterapkan pada
petakan di semua rayon, hanya diprioritaskan pada petakan dengan potensi
produksi yang tinggi. Selain itu, dalam aplikasi pupuk daun memerlukan
keterampilan yang baik dari pekerja supaya hasil penyemprotan dapat optimal.
Penyemprotan pun akan optimal bila faktor cuaca mendukung.
Rendemen merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi
banyaknya hablur gula yang dihasilkan. Salah satu pos kehilangan rendemen
adalah di pabrik. Pabrik di PG. Subang sudah berumur tua sehingga banyak terjadi
kehilangan rendemen yang disebabkan karena peralatan pabrik yang sudah tua.
Sampai umur tebu 8 BST, pemberian pupuk daun memberikan hasil
jumlah anakan yang lebih banyak daripada kontrol tetapi rendemen yang
diperoleh belum diketahui sehingga belum bisa direkomendasikan pupuk daun apa
yang lebih baik. Dari segi biaya, pupuk daun IBG Bio Fertilizer memberikan
selisih biaya terhadap kontrol lebih besar yaitu sebesar Rp. 481 000 dibandingkan
pupuk daun Agrorama sebesar Rp. 426 448.
Saran
Sebaiknya aplikasi pupuk daun juga dilakukan pada berbagai kondisi
petakan agar lebih meyakinkan apakah penambahan jumlah vegetatif yang terjadi
berasal dari penambahan pupuk daun atau bukan.
Selain itu untuk mengurangi kehilangan rendemen di pabrik karena umur
peralatan pabrik yang sudah tua maka sebaiknya PG. Subang melakukan
persiapan lebih awal untuk memperbaiki peralatan pabrik agar pada saat musim
giling tidak terjadi hal-hal yang dapat menghambat kegiatan giling.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin,
B.
2008.
Ekonomi
swasembada
http://ditjenbun.deptan.go.id [14 Juli 2008].
gula
Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2008. Estate Production by Crops, Indonesia 19952006. http://www.bps.go.id [14 Juli 2008].
Birowo, A. T., Dibyo P., dan Poerwadi D. 1990. Seri Manajemen Usaha
Perkebunan Gula. Lembaga Pendidikan Perkebunan. Yogyakarta.
Clements, H. E. 1980. Sugarcane crop logging and control principles and practice.
The university press of Hawaii, Honolulu.
Collings, G. H. 1995. Commercial Fertilizers. McGraw Hill Book Co., Inc., New
York. 617 p.
Direktorat Budidaya Tanaman Semusim. Swasembada
http://ditjenbun.deptan.go.id [11 November 2007].
gula
2009.
Dwidianthy, Y. 2003. Pengaruh Jenis Media Tanam dan Pupuk Daun terhadap
Pertumbuhan Mawar var. Princess. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 42 hal.
Fauconnier, R. 1993. The Tropical Agriculturalist : Sugarcane. Macmillan.
London. 140 p.
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. CV. Akademika Pressindo. Jakarta. 284 hal.
Harjadi, S. S. 1996. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia. Jakarta. 197 hal.
Humbert, R. P. 1968. The growing of sugarcane (revised edition) Elsevier,
Publishing Company, Amsterdam, London, New York. 779 p.
Kartohadikoesoemo, N. 1984. Kemungkinan penerapan teknologi mekanisasi
dalam budidaya tebu di Indonesia dalam Prosiding Pertemuan Teknis
Tengah Tahunan I. BP3G, Pasuruan.
Kuntohartono. 1982. Pedoman Budidaya Tebu Lahan Kering. Lembaga
Pendidikan Perkebunan. Yogyakarta. 106 hal.
Kuntohartono, T. 1999. Pertunasan
Vol. XXIV (3) : 11-15.
tanaman
tebu.
Gula
Indonesia.
65
LAMPIRAN
1998
CH
HH
214.5
8
215.8
13
302.8
13
216.3
14
191.3
12
101.2
9
94.0
6
12.9
3
59.3
5
311.1
12
301.7
15
270.6
11
2291.5
121
2
9
1999
CH
HH
200.9
15
229.8
18
211.7
13
250.6
14
100.3
8
71.1
2
49.7
3
3.4
1
152.4
8
471.0
19
186.0
11
1 926,9 112
3
8
2000
CH
HH
383.6
14
177.8
10
197.0
13
311.0
14
200.8
12
35.4
7
30.5
2
16.0
3
24.6
3
181.7
9
418.4
20
206.0
11
2 182.8
118
4
8
2001
CH
HH
288.7
12
154.2
14
282.0
16
217.1
13
79.5
4
60.2
9
61.5
3
52.4
3
22.2
3
242.5
10
506.1
18
200.6
9
2 167.0
114
2
7
2002
CH
HH
487.4
23
437.6
22
247.3
18
144.5
13
32.6
5
16.6
1
169.3
5
141.2
6
313.6
15
1 990.1
108
5
7
Tahun
2003
CH
142.1
374.6
162.1
105.2
48.6
3.2
60.0
123.7
156.6
227.6
1 404.5
4
7
HH
9
20
14
9
5
1
2
5
8
11
84
2004
CH
HH
330.7
14
581.4
19
297.6
16
69.2
5
139.0
10
17.2
3
7.3
1
3.9
1
210.7
14
239.7
14
1 896.7
97
5
6
2005
CH
HH
345.1
22
205.1
18
413.0
15
165.2
14
50.5
5
94.1
6
53.5
10
23.2
4
0.5
1
125.7
8
133.0
14
268.9
13
1 877.8
130
4
7
2006
CH
HH
603.9
24
187.9
18
264.0
15
102.6
14
107.0
10
8.0
2
18.5
1
0.5
1
11.4
4
10.1
4
210.4
15
1 524.3
108
6
6
2007
CH
HH
234.7
19
323.0
18
339.3
20
214.2
16
55.7
10
107.7
6
6.0
2
2.2
1
4.5
1
48.5
9
198.1
15
206.8
16
1 740.5
133
5
7
Rata-rata
CH
HH
326.0
17
276.8
17
243.3
14
170.0
12
89.7
7
44.2
4
42.1
3
10.9
1
22.8
2
111.4
6
241.1
12
220.9
12
1 802.9
108
4
7
Keterangan :
BK=Bulan Kering
BL=Bulan Basah
BB=Bulan Basah
67
Hari/ Tanggal
Status
Jenis Kegiatan
Lokasi
Std kebun
Mahasiswa
KHL
KHL
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
KHL
KHL
Mahasiswa
Mahasiswa
KHL
KHL
KHL
KHL
KHL
Mahasiswa
Mahasiswa
KHL
KHL
KHL
KHL
Mahasiswa
KHL
KHL
KHL
PG. Subang
Tibangrawa
Pasir Jati
Lab. Apantheles
Lab. Kuljar
Lab. Trichogramma
0.39 ha/HOK
0.35 ha/HOK
0.065 ha/HOK
0.065 ha/HOK
0.12 ha/HOK
0.02 ha/HOK
0.04 ha/HOK
0.01 ha/HOK
Patrakomala
Patrakomala
Patrakomala
Patrakomala
Risbang
Risbang
0.12 ha/HOK
0.2 ha/HOK
0.7 ha/HOK
0.12 ha/HOK
0.04 ha/HOK
0.03 ha/HOK
0.01 ha/HOK
0.04 ha/HOK
Jambe Anom
Cidangdeur Barat
Cidangdeur Timur
Pasuruan
Risbang
Pasung
0.4 ha/HOK
1 ha/HOK
1 ha/HOK
0.05 ha/HOK
0.05 ha/HOK
Cipedes
Cidangdeur Timur
0.03 ha/HOK
6 plot
PTU
Punggangan
Karang Tanjung
Pabrik
Risbang
Cipedes
0.01 ha/HOK
0.9-1 ha/jam
0.02 ha/HOK
3 plot
68
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Prestasi
Std mahasiswa
No
Hari/ Tanggal
Status
Jenis Kegiatan
Lokasi
Std kebun
KHL
KHL
KHL
KHL
KHL
KHL
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
KHL
KHL
KHL
KHL
Mahasiswa
Mahasiswa
KHL
KHL
Mahasiswa
KHL
KHL
KHL
KHL
KHL
Mahasiswa
Patrakomala
Kumendung
Cipedes
PG. Subang
0.7 ha/HOK
0.4 ha/HOK
0.04 ha/HOK
0.065 ha/HOK
0.02 ha/HOK
Patrakomala
Karang Tanjung
Tibangrawa
Risbang
Risbang
Risbang
0.02 ha/HOK
0.05 ha/HOK
0.2 ha/HOK
0.02 ha/HOK
0.05 ha/HOK
0.02 ha/HOK
Patrakomala
Cipedes
Lab. analisa
Awilarangan
Risbang
Risbang
0.06 ha/HOK
0.05 ha/HOK
6 pekerja
0.2 ha/HOK
0.07 ha/HOK
0.05 ha/HOK
Batu Goong
Batu Goong
Risbang
Patrakomala
Jambe Anom
Jambe Anom
0.9-1 ha/jam
0.39 ha/HOK
0.065 ha/HOK
0.02 ha/HOK
0.03 ha/HOK
0.03 ha/HOK
0.02 ha/HOK
0.03 ha/HOK
0.03 ha/HOK
Jambe Anom
Risbang
Cipedes
Risbang
0.06 ha/HOK
0.06 ha/HOK
0.02 ha/HOK
0.02 ha/HOK
0.04 ha/HOK
69
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
Prestasi
Std mahasiswa
No
Hari/ Tanggal
Status
Jenis Kegiatan
Lokasi
Std kebun
Sinder
Sinder
Sinder
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Sinder
Mandor
Sinder
Mandor
Sinder
Sinder
Sinder
Sinder
Sinder
Mandor
Mandor
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Sinder
Mandor
Mandor
Mandor
Pengawasan kletek
Do'a bersama
Libur Hari Minggu
Do'a bersama
Izin pulang
Izin pulang
Studi data sekunder
Do'a bersama
Pengawasan Penyemprotan Pestisida
Libur Hari Minggu
Kletek
Pengawasan Pengamatan Pupuk
Percobaan Herbisida
Pengawasan Rogesan
Ngala Indung
Ngala Indung
Libur Hari Minggu
Pengawasan penyiangan gulma
Pengamatan nilai brix tebu
Pengawasan aplikasi ZPK
Libur Nasional
Studi data sekunder
Khitanan Massal
Jalan Santai
Selamatan Giling
Libur Hari Tenang
Simulasi tebangan
Pengawasan tebangan
Pengawasan tebangan
Pengawasan tebangan
Patrakomala
Pasuruan
10 pekerja
Cihambulu
Risbang
Pasir Jati
Cidangdeur Timur
2 pekerja
Patrakomala
Punggangan
Patrakomala
Kumendung
Pasir Jati
Rayon Manyingsal
10 pekerja
2 pekerja
2 pekerja
8 pekerja
Batu Goong
Pasuruan
Patrakomala
7 pekerja
1 pekerja
7 pekerja
Risbang
Poliklinik PG. Subang
PG. Subang
PG. Subang
Pasuruan
Patrakomala
Awilarangan
Pasuruan
15 pekerja
10 pekerja
15 pekerja
70
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
Prestasi
Std mahasiswa
No
Hari/ Tanggal
Status
Jenis Kegiatan
Lokasi
Std kebun
Mahasiswa
Sinder
Sinder
Sinder
Mahasiswa
Mandor
Mandor
Mahasiswa
Mandor
Mandor
Mandor
Sinder
Mandor
Mandor
Mandor
Sinder
Mandor
Mahasiswa
Mandor
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Lab. Kuljar
Kumendung
Pasuruan
Pasuruan
Pabrik
Cane yard
Lab. Analisa
Pabrik
Kedung Picung
Pasir Jati
Jambe Anom
Jambe Anom
Jambe Anom
Kumendung
Jambe Anom
Jambe Anom
Kumendung
PG. Subang
Jambe Anom
20 pekerja
34 pekerja
15 pekerja
5 pekerja
6 pekerja
0.4-0.5 ha/jam
5 pekerja
0.5-0.6 ha/jam
8 pekerja
2 pekerja
6 pekerja
12 pekerja
12 pekerja
4 pekerja
2 pekerja
Risbang
Risbang
Risbang
Risbang
Risbang
Risbang
Risbang
71
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
Prestasi
Std mahasiswa
KABAG
SDM & Umum
Staf
SDM
KABAG
Tanaman
SKK
Rayon PSB
SKK
Rayon PSM
SKK
Rayon MSL
KABAG
Instalasi
Kepala
Risbang
Kepala
Tebang &
Angkut
Kepala
Mekanisasi
KABAG
Pabrikasi
Staf
Work Shop
Staf
Lab & QC
KABAG
TUK
Staf
Keuangan
Staf
PTK
SKW I
SKW VI
SKW XI
Staf
Risbang
Staf
Tb & Angk
PSB & PSM
Staf
Alat Berat
Staf
St. Gilingan
Staf
Purification
Staf
Gudang
Material
Staf
Poliklinik
SKW II
SKW VII
SKW XII
Staf
Pemupukan
Staf
Tbg & Angkut
MSL
Staf
Pompa &
Iml. Trailler
Staf
St. Boiller
Staf
Evaporator
Staf
Gudang
Hasil
PAKAM
SKW III
SKW VIII
SKW XIII
Staf
Proteksi
& Bibit
Staf
FO
Staf
Teknik civil
Staf
Vac &
crystallizer
SKW IV
SKW IX
Staf
Mekanisasi
Rayon MSL
Staf
St. Listrik
Staf
Centrifugal
SKW V
SKW X
Staf
Akuntansi
Staf
Pool Kend.
Staf
Instrument
72
73
P E TA K E B U N
P G . S U B AN G
0
Kar an g T a njun g
2
3
4
7
Ta njun ga n
2
0 1
5
3 4
7 8
Pasir Ba nte ng
6
9
13
14
16 17
15
20 21 22 23
18
19
24
25
28 29
31 32
26
27
33
34
35 36
38
39
40
41 42
30
1 2
5
8
10 11 12
37
43 44 45 46 47 48
4
3
12
W alad in
5 6
49 50 51 52
7
3 4
1 0
2
4
3
2
1
0 8
10
9
15 16
9 10
5 6 7 0 8
14
24
13
6
5
7 8
22 23
12 13 14
15
11
14
0
11
12
13
21
20
31
9 10 11 12
30
16
17
29
0
Bug
el
15
16 17 18 19 20
1
28
Ta njun g J aya
0
18
0
38 39
Ben da
0 27
13 14 15 16 17
0 18 19 20
26
21 22 23
24
3
36 37
2
Sum ur K em ban g 1 25 33 34 35
44 45
2
23 19 20 21 22 23 24
0 21 22
1
25 26 27 28
8
42 43
4 5
0
32
9
40 41
46
47
4 5 3
1
2
28
29
26
26
27
0
25
26
25
24
Kose da n
30
31
29
0
1
0
0
6 7
6
1
3 2
35
Pun gga ng an 2
33
34
3 4 5
32
12
3
31
27
4
28
4
5
29
7
3
5
30
6
6
11
1 2
4
1 2
2
3
3
4
2
10
5
9
4
4 5 1
13
3
2
30 31 32
2
6
9 10 11
Pasu
7
0 7
8
1
10 P 11
7 8
9 ur
17 ru an
3
om 12
pa
1 8Sum
5 6
16
4
0
7
3
0 1
9
15
6
9
8
7
10
5
13 14 0
5 6
5 6
14 15 16
4
13 14
4
5 0
9 10 8
12
Pag adu8 ng an
Siki
21 22
2 3
8 9
9
1
11 10 0
7 8
15
6
14
0
12
19
13
13 0 0 7 8 9 18 19 20
18
11
10
12
10 17
0
9
15 16 17 18
6 7 8
25 0
13
0 0
0 10 11 7
0
11 12
11 12
23 24
19
Kad em an gan
14 20 21 22
19
21
5 16
10 11 12
14
16 17
18
17
4
20 21 22 0
2 1
11 12 13
20
22
0
27 28
14 15
6
2 3
0
15 16 26
4
5
26
12
3 Kem
4
ba ng
15 16
17 18 19 20
2
23 24 25 26
13 14
20 21
29 0
0
25
24
27 28 29 30
7
8 9 23
19 20
0
6
1
0
13 14
3
18 19
18
26
29
17
12
4
3 4
29 6
2
37
7 8
24 25
1
27 28
2
10 11
36
35
0
31
23
33
34
32
3
5
11
12
0
3
10
13
9
2
0
7
28
22
1
2
0
8
21
7
1
5
6
7
20
12
30
13
0
Ra nca ma hi
29
30
43
14
38
7
19
13
12
6
28
10 11
40 41 42
15 0 16 17 18 19
5
6
17 18
9
4
4 5
15 16 17
24 8 9
39 0 0
27
10 11
27
32
15 16
14
22 23
14
9
31
25
17 19 20
Ra wa G a bus
25 26
9
8
24
23
13
8
23
21
22
22
24
20 21
20
7
15 16
1
14
22 23
12 13
32
0
18
21
31
10
12
0
11
22
11
0
Pasir Jat27
i 28 29 2
Bar ug bu g
10
12ur Ba ra t
Batu G o on g
Cida
ng de
9
21
0
29 30
26
10 11
5
20
1
8
16 17 18
2 3 4
35
2
0 32
1
Sar ba yak
15
12 13
28ur T imu
15Cida ng de
18 19
29
25 26 27
34r
17
30 31 4
5
6
13 14
0
6 7 8 9
Pr oof 14 15
3
15 16
0
33
19 20 21 22
33 34
18
27 28
23
36
8
3 4
17
25 26
16
9 10 11 10 11 12 13
23 24
2
29
27
36
28
Ra
nca
ban
26
25
37
24
16
7
0
35
21
1
Patr a k om ala 30
5 6
16 17 18 19
19 20
35 36
2
1
17
34
14 15 16
13 14 15
34
33
0 0
30 31 32 33
0
23
4
7
3
0
31 32
0 22
7 8
42
3 4
12 20 21 22 23 24 25 26 18 19 20
8
39
1 2
35 36 37 38
40 41
9
6 7
3
1
6
38 39
27 28 29 30 31 32
6 0
23 de s
2
5
21 22 Cipe
3
4
9
0
41 42
40
45 46
5
10
4
11
43 44
1
Sum
ur N an gk a
35
11
14
36
37
38
34
25
26
50
8
7
10
24
33
44 45
43
Pasu ng
48 49
0
5
47
2
4
51
42 43
10 11
12
9
3 Ra w a 39 40 41
27 28 29 30 31
1 2
47
Awilar a nga n 13 Tim5ba ng
3
4
5 0
Ked ung Picu ng
1
0
46
3
4
2
6
12 13
33 34 35 36
48
32
7
8
7
9 10 11
1
8 9
2
6
6 7
4950
5
1
37 38 39 40 41
1 2
2
15
14 15
3 Ra wa Ba mb u
13
14
3
16 17 18 19
4
12
3
13
10 11 12
1 2
16 17
6
4 5
5
4
5
24
3
6
1
2
3
20 21 22 23
14 15 16 17 18 19
18 19
4 5
6 0
0
G ar du Le kor
8
25
8
7
4 5
7
6
1
7
6
26
27
28 29 30 0
7 8
20 21 22 23 24 25 32 33
2 3
9 10 11 9 10 11
9 0
8
31 32 33 34 35 36 37 38
30 31
9 10
26 27 28 29
5
4
Suka tan i
12 13 14 12 13 14
Cir en deu
0 39 40 41 42 43 44 45
10 11 12
36 37 38 39 40 Ra wa
35
13
17
6
Sa16
ri
34
7
0
10 11
4
15 16 17
47 48 49 50 51 52
2 3
46
1
1
16 14 15
15
41 42 43 44 45 46
12 13
9 10
8
3
4 5
6 7 8 9
Cilut
ung
8
2
0
22
21
20
5
6
11
53 54 55 56 57 58
1718
59
7
0
23
0
1 2
47 48 49
19
18 19 20 21 22
14
1415 16 17
26 12 13
15 16 19
9 10 11
0 60 61 62 63 64 65
37
23 24 25
24
25 32
J am be Ano m
4
3
5
12 13 14 1 2 3 4
27 30 31 0
0
18
18 19 20 21 22 0
26
17
7
28
6
67 68 69
66
5
1
0 15
Cijer uk 27
7
6
8
0 2829
25 26
24
16
10
0
27
18
8 9
2 3 4 23
32 33 17
3334 3536 38 39 40
0
Kum en du ng 70 71 72
11 12 0
10
34 36 19 20 11 12 41 42 43
5
0
0 0 73
Pulo Bam
bu 28 29
44 45 46
9
Disb un
0
35 21 22 23 13 14 47 48
13
49 50 51
37
Pan y us up an
1
0 53 54 55 56
0 24 25 26 15 16 52
Kad alan gan
6
5
4
3
0
2
1
5758
0 27 28 29 17
Cita mia ng
7
30
10 11
9
8
31
3
2
1
2 TRI
Kalijati
12 13 14 15
1
4 5
9
8
17 18 19
16
6 7
1
2
6
3
5
Sas a k G a mb re ng
10
11
1718 19
4 10 11 12
4
3
6 13 14 15 16 0
7
19 20
18
21
17
26
22
23
31 24 25
29
30
32 33 34
38
40 41 42 43
39
0 45 46
5
0
27
35
20 21
36
37
44
0
22
24
25
26
28
30
31
28
23
27
29
Paku ha rja
Kalijati
Pg .s hp
Jln k bn .s hp
Su n ga i.s h p
Re l k e re ta ap i.sh p
Ja lan K a bu p aten .s hp
Pg em p la se m e n.s h p
Ka m p un g .sh p
Ptkp srb gr & m cg .s hp
Fr am e .s hp
N
W
E
S
3
5
8
14
18
54
53
60
47
39
40
32
46
33
13
31
26
12
25
11
66
68
72
73
67
63
57
69
64
58
65
59
52
38
24
18 19
11
31
9
11
25
34
26
32
26
20
14
3
6 13
51
4
13
25
13
19
16
0 0
29
38
39
30
23
18
47
44
38
16
22
Kalijati
15
43
37
30
12
5
8
17
30
26
21 22
0 1
8
4
9
10
6
0
18
12
22
23
15 16
17
11
33
24
25
40
31
19
42
45
33
25
10
12
6
7
0
14
36
13
33
27
21
28
34
21
35
36
30
22 23
15
9
12
27
23
19
15
8
7
28
24
20
0
1
25
21
15
12
4 23
24
17 18
26
22 0
16 17
13 14 12 13 14
11
14
25 26
19 20
13
46
43
34
26
4
7
21
44
35
27
36
28
37
2
Kalijati
TRI
27
10
24
20
14
11 17
18
16
15 16 19
0
21 22
10
13
9 10
1
2
3
Cijeruk
2
3 u
1 Ba
Ra
wa
mb
5
4
6
10 11 9 10
28
22
16
10
11
24
18
12
12
27
38
30
28
25
21
16
12
10 11
21
22
18 19
14 15
28
39
23
29
31
29
19
35
40
15
11
32
30
33
24
5
9
41
36
30
26
23
20
39
12
31
41
34
25
16
10
51
47
41
19
42
35
27
26
13
1
9
1
3
5
7
36
11
22
35
12
14
10
25 26
18
27
17 19
43
40
35
30
24 25
19
21
20
44
41
36
31
26
20
15
22
12
Siki
4 5
45
42
37
32
27
21
16
10
2 3
15
14
17
24
18
25
19
8 9
20
30
31
10
13
12
23
29
14
10
11
0
Sukatan
i
21 22 23
13
11
2
6
2
7
3
8
15
19
29
25
22
12
15 16
0
26
17 18
23
13 14
22
20
21 yak
Sarba
30
27 28
24
20 21
18
11
14 0
10
16 17
23
13
Kose12dan
11
34
39
18
10
38
33
28
22
17
12
37
32
2627 30 31 0
0 28 29
10
38
39 40
33 34 35 36
4
7
16
Citamia ng
1
5
4
8
17
18 19
16
14
16 17
8 9
32
33
18
34
45 46
11 12 41 42 43 44
36 19 20
35 21 22 23
13 14 47 48
50 51
49
37
15 16 52 0 53 54 55 56
24 25 26
0
0 27 28 29 17 0
5758
14
11
0 15
12 13
2
Ciren1 deu
2
3
4
12 ng
Kemba
23 24 8
13
13
9 10
Tanjun g J aya
11
10 Goon
Batu
g
29 30
21
37
15 16
20
28
29
24
18
12
52
48
42
14 15
34
28
43
32 33
26 27
23
17
11
36
27
Bugel
50
46
40
21 22
15
49
45
35
11
Sumur
Nan47gka
46
12 13
Ra ncaban
48
Gardu Lekor 14 15 49 50
31
16 17
12 13
0ha rja
27
Paku
22
26
18
14
10
11
20
14
25 26
38
40
39 0 0
31
23
2 3
6
25
19
34
17
13
Disb1 un
2
10
32
29
26
23
19
13
44
5 16
18
Ra
wa 17Ga bus
31
28
13
22
25
17
20
16
19
25
24
Cipede
s
26
19
30
27
0 24
0 21
0 18
0 15
10
43
37
38
32
31
13 14
30
29
28
25
26
0
34
19
24
23
33
14
18
17
12
Cilut3ung
37
0 11
32 33
43
38
32
25
18
10
29
1
23
17
11
15 0
11
42
37
31
24
16 17
30 31
3
8
29
7
14
15 0
26 27
20
13 14
33
34 Jat i
Pasir
12 20
35
21
12
0 32
27
31 32
20
11
21
26
36
11
5
28
29
Pulo Bambu
Pan
yusup
an
18
14
32
2
0
4 Rawa
Timbang
41
40
3
13
Awilara nga5n 6 Ked ung39Picung
11
6 7
41
32
24
20
48 49
12
10
Ra wa17 Sa16ri
45 46
39 40
18
21
22 23
20
17
19
16
13
Pasir Ba nte ng 1
Pag22adu ng an
18
15
12
4
0
20
10
19
10
20
17
14
11
18
14
10
20
17
19
13
19
15
24
23 alad
W
in
1 da2
27 28Ben
5
31
18
14
4
5
1 2
3
Sumur
P ompa
29
25
16
13
Kad
gan0
2 3eman 5
15 16
0
0
2
11 12
Cida
ng de12ur Bara t 29 30
10 11
15
Cida ng de28ur Timur
34 35
14
47 0
45
39
32 Ano
33 m
Jambe
31
24
37
29
22
14
24
44
38
0
12
22
46
43
28
25
21
29
3
18 19
12
36
50
46
42
17
14
4 10 11
24
28
21
13
20
12
42
36
29
23
17
11
6 7
1 mb
2 reng
Sasa k Ga
13
41
35
28
22
16
10
34
27
21
15
48
47
49
45
41
44
40
43
38 39
31
11
0
10 11
31 ga n
Tanjun
30
16 17
16 26 27
35
27
20
12
19
15
33
Patra komala
30
19
17 18
0
10
23 24
15 16
32
30
42
10
20
15
11 12 23
9 18 19
17 18
11
10 gan
Kadalan
12
0
51
62
56
44 45
50
70 71
61
55
49
43
37
42
48
35
36
23
17
30
22
16
28 29
21
15
41
34
27
20
14
10
27
29
25 26
13 14
14
13
40
29
9
17 18 19
23
16
36 37
28
22
6
5
Pasu
3 4ruan
10
0 7
21
32 33
16 17
13
24
20
28
10
22
23
7
10
14 15
12
11
3
1 2
4
Kumen
du ng
5
Pasung
2
Proof
18 19
41
0 27
35
15
6
9
22
15
10
16
21
11
5 6
2
1
Ra ncama
hi
2 bu g
1
Barug
4
Pun
3 ggang an
0
25 26
Sumur K1embang34
20 21
13 14
20
8
12
13
Karan g Ta njung
W
S
N
E
Jlnkbn.shp
Su ngai.shp
Rel kereta api.shp
Jalan .shp
Pg .shp
Pg emplasemen.sh p
Kamp ung.shp
Frame.shp
Ptkpsrbgr&mcg .shp
Awilarangan
Barug bug
Batu Goong
Benda
Bugel
Cidan gdeur Barat
Cidan gdeur Timu r
Cijeruk
Cilutung
Ciped es
Ciren deu
Citamiang
Disbu n
Gardu Leko r
Jambe An om
Kadalangan
Kademangan
Kalijati
Kalijati TRI
Karang Tanjung
Kedun g Picu ng
Kemb an g
Kosedan
Kumendung
Pagad ungan
Pakuh arja
Panyusupan
Pasir Banten g
Pasir Jati
Pasun g
Pasuruan
Patrakomala
Proof
Pu lo Bambu
Pu ngg angan
Rancaban
Rancamahi
Rawa Bambu
Rawa Gab us
Rawa Sari
Sarbayak
Sasak Gamb reng
Siki
Su katani
Su mu r Kemb an g
Su mu r Nangka
Su mu r Po mp a
Tanju ng Jaya
Tanju ngan
Timbang Rawa
Waladin
74
20
29
22
31
21
30
8
11
0 20
32
23
9 0 2
12
13
0
19
33
24
14
18
21
15
23
24
16
22
25
20
18 19
6
4 5
25
21
24
25
26
35
25
34
24
5
16
15
17
24
26
27
27
19
28
21
15
23
26
9
0
13
5
10
18
13
14
11
12
11
26
22
18
14
11
Pakis
0 24
30
19
17
15
31
0
28
3
26
0
2
22
21
17 18
20
12 13
0
19
20
25
18
16
11
2
9
0 12
10
2
3
10
1
2
13
11
5
9
1 2
3
4
5
16
11
19
0 5
8
10
1
3
4
Dahana
15
12
Grogol
6
7
0
8 0 9 0 10 0
11
14
5
9 8
Kramat
16
13
10
Kramat Dahana
0
0
00
02
0
0
21
18 20
15
17
1
12
13 14
0
Ranca 1
0
1
Bungur
2 3
Jatiwulung
Kepuh Utara
Kepuh Selatan
Cidomba
23
0
0 1 0
0 0
0 11
0 0 0 0
Raying
Tonjong
7
0
14 15 16
14
Wanasari
Timur
Cikareo
10
0 27
19
15
12
6
10
5
9
10
23
0
0 12 13
16
20
19
24
Cibeureum Timur
4
8
17
12
25
21
22
16
0
10 11
28 0
20
14
18 19
13
17
Galian Cadas
11
54
0
4
7
0
65
56
55 0
62
57
52
44
38
39
46
20
43
34
26 27
33
59 0
53
42 0
63 64
58
45
41
25 0
32
28
21
35
29
22
0
0
0
8 0
0
12
13 14 15
3
7
Cigarukgak Sel
66
61
51
0
60
50
49
48
36
30 40
37
47
31
24
11
19
18
17
9 10
2
6
23
16
Cigarukgak Utr
Peundeuy
0
Emplasemen
29
23
0
16
20
13 14
Wanasari
9 10 11
Barat
0
12
22 25
21
26
11
0
10
17
2
8
1
7
0
15 16
15
33
17
14
32
4 5
14
31
0 1 17 18
13
30
22
9 10
12
21
28
34
0 0
3
2
22 23 27
29
0 0
27 28 29 0
30
31
20
23
2
1 3
22
19
20 21
16
6
9
Rancaguna Utr
Ranca
bebek Utr
14 15
Rancaguna
0
0
Sel
1
4
5 6
35
26
18
14
Cibeureum Barat
7
10
16
17
13
15
18
19 23
12
17
13
27
0
0
21 22 0 23
24 25 26
19
11
0
5 6 13
0
0
36
Kiara Piring
10
18
20
12
35
30
17
11 12
6 0
Ciseureuh
32
29
0 28
31
16
15
14
11
34
8
9
10
Gembor
0 Barat
33
Gembor Pemda
Gembor Timur
Wanasuta
N
E
Kampung.shp
Jlnmysl.shp
Frame.shp
75
Milling Station
Imbibition
25
Cerobong
Cane
100
Washing mol.
D
Syrup
Bagasses
35
BOILER
Seed C
Dsm Screen
Mixed Juice
90
Sulphurtower NM
I
PH 7.2
Weigh.
Mixed Juice
DEF
JH II
105C
PH 9.5
Pan
A
FLOCULANT
Pan
D
Pan
C
Crystallizer
FLASH
TANK
JH I
75| C
Door
Clarifier
Milk of Lime
C a (OH)2
LGC
MUD
AIR
Molasses
C
D1
Final molasses
Bagasscilo
Sulphur Barner
HGC A
Raw Sugar
Clear juice
RVF
SO2
D2
Condensor
Evapotration St.
62 cmHg
cake
blotong
SHS
Syrup
Sulphurtower
SUGAR
BIN
pH 5.6
SUGAR DRYER
BAD
Syrup
Exhaust Steam
1 ato
SHS 1A
product )
76
Tabel Lampiran 3. Analisis Ekonomi Penggunaan Pupuk Daun IBG Bio Fertilizer
Uraian
I
Biaya/ha
Bahan
IBG Bio Fertilizer
Pupuk NPK Kujang
Aplikasi Pupuk Standard
Aplikasi IBG Bio
Fertilizer
Biaya pemeliharaan alat
Knapsack Sprayer
Satuan
liter
ku
karung
aplikasi
Perlakuan
Harga
Jml Bahan
(Rp)
6
60 500
6
363 000
24
875
1
Biaya/ha
(Rp)
363 000
2 178 000
21 000
18 000
18 000
100 000
100 000
Biaya pupuk / ha
2 680 000
Satuan
ku
karung
Kontrol
Harga
Jml Bahan
(Rp)
6
24
Biaya/ha
(Rp)
363 000
875
2 178 000
21 000
Biaya pupuk / ha
2 199 000
Selisih Biaya
(Rp)
481 000
77
Biaya/ha
Bahan
Pupuk Majemuk Cair
Pupuk Biokompos
Pupuk NPK Kujang
Aplikasi Pupuk Standard
Aplikasi Pupuk Daun
Agrorama
Biaya Pemeliharaan Alat
Knapsack Sprayer
Satuan
liter
liter
ku
karung
aplikasi
Perlakuan
Harga
Jml Bahan
(Rp)
4
36 894
4
31 218
6
363 000
24
875
3
Biaya/ha
(Rp)
147 576
124 872
2 178 000
21 000
18 000
54 000
100 000
100 000
Biaya pupuk / ha
2 625 448
Satuan
ku
karung
Kontrol
Harga
Jml Bahan
(Rp)
6
24
363 000
875
Biaya pupuk / ha
Biaya/ha
(Rp)
Selisih Biaya
(Rp)
2 178 000
15 750
2 199 000
426 448
78
79
38 juring
III
II
Juring 18
Juring 19
Juring 20
Leng I
Leng II
Leng III
Leng IV
200 m
38 juring
PKP 1.3 m
150 m
Barisan tanaman
yang diamati
Keterangan :
I
= IBG Bio Fertilizer
II
= Agrorama
III
= Kontrol
*
= 3 tanaman sampel yang diamati
50 m
38 juring
Jalan
Kontrol