HERI ICHSAN
.
Bogor, Agustus 2016
Heri Ichsan
NIM C54100030
ABSTRAK
HERI ICHSAN. Kesehatan Karang Porites sp. di Daerah Pariwisata dan Non
Pariwisata di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Dibimbing oleh NEVIATY
PUTRI ZAMANI dan BEGINER SUBHAN.
Terumbu karang merupakan ekosistem yang menunjang kehidupan bagi
biota lain di dalamnya, sebagai sumber plasma nutfah, pelindung wilayah pantai
serta dapat mengurangi pemanasan global. Koloni massive genus Porites (Porites
lutea, Porites lobata) adalah karang penting dalam menyusun struktur terumbu
karang yang memiliki kemampuan beradaptasi dan memiliki toleransi terhadap
tekanan fisik lingkungan seperti kekeruhan dan sedimentasi. Penelitian ini
bertujuan untuk menentukan perbedaan kondisi karang Porites sp. seperti
kerusakan atau keberadaan penyakit, pemutihan serta gangguan kesehatan karang
di daerah pariwisata dan non pariwisata. Penelitian ini dilaksanakan di Pulau
Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Pengambilan data di lakukan pada
bulan Januari 2015 dengan 2 stasiun penelitian,yaitu daerah pariwisata dan non
pariwisata, masing-masing stasiun terdapat 3 titik lokasi pengamatan.Metode yang
digunakan adalah metode Belt Transect(20 x 2meter)dengan dilakukan tiga kali
ulangan. Sebagai indikasi kesehatan karang Porites sp. di Pulau Pramuka secara
keseluruhan ditemukan 10 jenis penyakit. Gangguan kesehatan karang yang terdiri
dari 4 jenis penyakit karang, 2 jenis pemutihan karang, dan 4 jenis gangguan
kesehatan karang. Jumlah total kasus yang ditemukan di stasiun pariwisata baik
penyakit, pemutihan karang, dan gangguan kesehatan mencapai 102 kasus
sedangkan untuk stasiun non-pariwisata hanya mencapai 28 kasus. Hal ini
mengindikasikan kondisi karang Porites sp. yang berada di kawasan pariwisata
lebih buruk diandingkan di kawasan non pariwisata
ABSTRACT
HERI ICHSAN. The health of Porites sp. corals in tourism and non-tourism
areas at Pramuka Island, Seribu Island. Supervised by NEVIATY PUTRI
ZAMANI and BEGINER SUBHAN.
repetitions. Overall, there are 10 type of disease found inPorites sp. in Pramuka
Island. These diseases consist of 4 coral diseases, 2 bleaching diseases, and 4
health disorder. The number of cases found in tourism site, including coral health
disorder, bleaching, and disease, are 102 cases, while those number in non-
tourism site is only 28 cases. The condition of Porites sp. coral in tourism area is
worse than non-tourism area.
HERI ICHSAN
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Kelautan
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian hingga
penyusunan skripsi dengan lancar. Topik penelitian yang dilaksanakan sejak bulan
Juni hingga Agustus 2016 ini ialah Kesehatan Karang Porites sp. di Daerah
Pariwisata dan Non Pariwisata di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada :
1. Ir. Neviaty Putri Zamani, M.Sc selaku dosen pembimbing pertama dan
Beginer Subhan, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing kedua yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan nasihat kepada penulis dalam
pelaksanaan dan penyusunan skripsi.
2. Prof. Dr. Ir. Dedi Soedharma, DEA selaku dosen penguji ujian skripsi yang
telah memberikan arahan, nasihat, dan saran.
3. Dr. Ir. I Wayan Nurjaya, M.Sc selaku Ketua Departemen Ilmu dan
Teknologi Kelautan.
4. Kedua orang tua, abang, dan adik-adik saya atas dukungan doa, perhatian,
dan kasih sayangnya.
5. Dewi Fitriawati, Rizham Maulidar, Iwan Mahfuzhdin, Miftahussalam, Reiza
Maulana, Dearizky, dan Ade Wahyudi atas bantuan dan dukungannya
selama penelitian dan penyusunan skripsi.
6. Keluarga besar Ilmu dan Teknologi Kelautan angkatan 47 atas segala
bantuan dukungan dan semangatnya.
Heri Ichsan
ix
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN ix
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
METODE 2
Waktu dan Tempat Penelitian 2
Alat dan Bahan 3
Pengambilan Kualitas Air 3
Metode Pengambilan Data 4
Analisis Data 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
Kualitas Air 5
Kondisi Kesehatan Karang Porites sp. 5
Prevalensi Penyakit Karang 7
Identifikasi Kesehatan Karang Berdasarkan Indeks Coral Watch 8
Kerusakan Terumbu Karang oleh Proses Biologis 9
SIMPULAN DAN SARAN 10
Simpulan 10
Saran 10
DAFTAR PUSTAKA 11
LAMPIRAN 14
RIWAYAT HIDUP 18
DAFTAR TABEL
1. Posisi geografis lokasi penelitian 3
2. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian 3
3. Parameter kualitas air 4
4. Kualitas air di lokasi penelitian 5
5. Jumlah kasus penyakit dan gangguan kesehatan karang
yang ditemukan 6
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
METODE
Analisis Data
f
r
o
m
t
h
e
6
Tabel 5 Jumlah kasus penyakit dan gangguan kesehatan karang yang ditemukan
Pariwisata Non Pariwisata
Jenis Kategori
Koloni Koloni
Ulcerative White Spots (UWS) 1 2
Trematodiasis (Tr) Penyakit 4 0
White Syndrome (WS) 5 2
Bleaching (BL) Pemutihan 2 2
Predation (Pred) 5 1
Pigmentation Response (PR) Gangguan 16 3
Sediment Damage (SD) Kesehatan 23 10
Bioeroder 45 8
Berdasarkan tabel diatas dapat terlihat bahwa jumlah total kasus yang
ditemukan di stasiun pariwisata baik penyakit, pemutihan karang, dan gangguan
kesehatan mencapai 101 kasus sedangkan untuk stasiun non-pariwisata hanya
mencapai 28 kasus. Penyakit yang ditemukan diantaranya Ulcerative White Spots
(UWS), Trematodiasis (Tr), dan White Syndrome (WS). Ulcerative White Spots
(UWS)ditandai dengan munculnya lingkaran-lingkaran kecil berwarna putih,
terpisah-pisah dan menyebar pada permukaan koloni. Ukuran diameter 2-3 mm.
Kemudian luka bintik-bintik putih ini dapat bergabung dan membentuk luka yang
lebih besar lama-kelamaan akan meyebar dari terumbu karang satu ke terumbu
karang lainnya. Menurut Beeden et al. 2008, Ulcerative White Spots (UWS
umumnya menyerang pada genus Porites sp. , Montipora, Favia, Heliopora, dan
Acropora. White Syndrome (WS) ditandai dengan terdapatnya luka berwarna putih,
bentuk dan ukuran tidak teratur dan menyerupai bleaching, namun pada bleacing
jaringan masih hidup. Kemudian Trematodiasis (Tr) yang memiliki karakteristik
bercak kecil merah muda hingga putih menyebar dan membengkak di jaringan
karang yang berukuran sekitar 1-2 mm.
Pemutihan karang (coral bleaching) ditemukan dengan pola sebagian dan
pola bintik putih.Penyebab utama terjadinya pemutihan karang diantaranya
peningkatan dan penurunan suhu laut, intensitas radiasi matahari, kombinasi
peningkatan suhu dan radiasi matahari, penurunan salinitas, infeksi bakteri dan
sejenisnya (Brown 1997), tingginya tingkat kekeruhan, sedimentasi, dan polusi
(Westmacott et al. 2000)
Gangguan kesehatan karang yang ditemukan diantaranya Predation (Pred),
Pigmentation Response (PR), Sediment Damage (SD), dan Bio-eroder.
Karakteristik Predation (Pred) bersifat memangsa dan merusak karang serta
sebagai vektor penyakit. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rotjan et al (2008)
bahwa pemangsa karang yaitu ikan, siput dan nudibranch berpotensi sebagai
vektor pada infeksi penyakit yang diakibatkan oleh bakteri. Pigmentation
Response (PR) ditandai dengan jaringan karang yang luka berwarna terang, seperti
merah muda atau ungu pada karang Porites sp. Luka dapat disebabkan oleh
organisme pembor, kompetitor, alga, gigitan ikan, dan lain-lain. Menurut Beeden
et al., (2008), Apabila terjadi peradangan akibat pengeboran organisme pada
karang, gigitan oleh pemangsa, abrasi alga, kerusakan jaringan, dan sebagainya
atau proses pemulihan jaringan yang rusak maka, karang akan merespon dengan
mengeluarkan warna pink sampai ungu.
7
90
80
70
Prevalensi(%)
60
50
40
30
20
10
00
P1 P2 P3 NP1 NP2 NP3
Gambar 2 Prevalensi penyakit karang Porites sp. di pariwisata dan non pariwisata
sebesar 58.33 % di P1. Sedangkan pada kawasan non pariwisata nilai prevalensi
tertinggi di NP3 sebesar 50.00% dan nilai prevalensi terendah di NP1 sebesar
40.00%. Persentase nilai prevalensi di kawasan pariwisata lebih tinggi
dibandingkan kawasan non pariwisata, sehingga kawasan pariwisata memiliki
kondisi yang kurang baik seperti banyak ditemukannya penyakit, pemutihan
karang, dan gangguan kesehatan daripada non pariwisata. Hal ini dikarenakan
kawasan pariwisata dipengaruhi aktivitas manusia meliputi masuknya bahan
organik yang dapat mempengaruhi kesuburan perairan, penambahan masukan
nutrien yang berlebih akibat pemberian makanan kepada ikan dan dapat
meningkatkan penyebaran dan kerentanan infeksi penyakit karang (Lamb dan
Willis 2011).
Selain itu aktivitas fisik manusia jugaberpotensi merusak karang seperti
penangkapan ikan menggunakan bubu dan jaring, menyentuh karang, berdiri dan
menginjak tepat diatas karangpada saat snorkling atau menyelam yang dapat
mematahkan karang, bahkan kayuhan fins dari snorkling atau penyelam dapat
mengakibatkan penyebaran infeksi patogen sehingga karang lebih rentan terkena
penyakit.
Perbedaan nilai prevalensi di uji secara statistik dengan menggunakan uji
normalitas dan uji t untuk mengetahui perbedaan kondisi karang Porites sp. di
kawasan pariwisata dan non pariwisata. Uji normalitas dilakukan sebagai syarat
untuk melakukan uji t. Berdasarkan uji normalitas didapatkan nilai Sig sebesar
0,585 dan 0,546 pada masing-masing daerah pariwisata dan non pariwisata.
Sehingga data tersebut lebih besar 0.05 yang memenuhi syarat untuk diuji t,
karena data menyebar normal. Selanjutnya hasil dari uji t pada selang kepercayaan
95%,diperoleh nilai t Stat lebih besar daripada nilai t critical( p value< 0.05 ).
sehingga nilai prevalensi penyakit karang di kawasan pariwisata berbeda nyata
dengan kawasan non pariwisata.
Kondisi kesehatan karang pada setiap stasiun baik pariwisata maupun non
pariwisata berbeda-beda. Identifikasi kesehatan karang pada Porites sp.dapat
dilihat juga berdasarkan indeks kesehatan coral watch. Coral watch memiliki
indeks kesehatan dengan skala skor 0 sampai 6.
Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat pada kawasan pariwisata jumlah karang
Porites sp. tertinggi dengan skor 3 terdapat di P1 sebanyak 8 koloni/transek. Skor
ini menunjukkan kondisi kesehatan karang Porites sp. di kawasan pariwisata
tergolong dalam kondisi kurang sehat, namun terdapat beberapa koloni karang
yang sehat dan juga kritis. Di kawasan non pariwisata jumlah karang Porites sp.
tertinggi dengan skor 5 dan skor 2 terdapat di masing-masing NP1 dan NP3
sebanyak 4 koloni/transek. Skor ini menunjukkan kondisi kesehatan karang
Porites sp. di kawasan non pariwisata tergolong dalam kondisi sehat, dan juga
tergolong kritis dan berpotensi terjadi bleaching, namun terdapat beberapa koloni
karang yang kurang sehat.
9
9
8
Jumlah (Koloni/Transek) 7
6
5
4
3
2
1
0
P1 P2 P3 NP1 NP2 NP3
skor 1 skor 2 skor 3 skor 4 skor 5 skor 6
Gambar 3 Coral Watch karang Porites sp. di kawasan parwisata dan non
pariwisata
Menurut Siebeck et al. (2008), skor 0-2 hasil pengukuran skala warna
menggunakan coral watch menunjukkan fragmen karang kritis dan berpotensi
terjadi bleaching. Skor 3-4 menunjukkan kondisi karang yang kurang sehat, dan
skor 5-6 menunjukkan karang berada pada kondisi sehat.
berukuran besar dimana diameter karang lebih besar, berpori, dan rentang hidup
lebih lama yang memungkinkan biota bioeroder tersebut bisa berasosiasi dengan
kondisi karang yang lebih sehat (Hughes 1987). Karang yang bercabang sering
mengalami tingkat kematian yang lebih rentan sehingga biota bioeroder karang
sedikit ditemukan (Rowley 2008).
14
Bioeroder(Koloni/Transek)
12
10
0
P1 P2 P3 NP1 NP2 NP3
Cacing Kerang
Gambar 4 Bioeroder karang Porites sp. di kawasan parwisata dan non pariwisata
Simpulan
Saran
Perlu adanya perbaikan terhadap kondisi karang yang rusak dengan cara
melakukan transplantasi karang. Selain itu untuk mencegah kerusakan karang
sebaiknya mengurangi jumlah pengunjung, mengurangi aktifitas penangkapan
serta mengurangi aktifitas seperti snorkling dan diving di sekitar daerah pariwisata.
11
DAFTAR PUSTAKA
Beeden R, Willis BL, Raymundo LJ, Page CA, Weil E. 2008. Underwater Cards
for Assessing Coral Health on Indo-Pacific Reefs. CRTR Program Project
Executing Agency, Centre for Marine Studies, Gerhmann Building, The
University of Queensland:Australia.
Brown BC. 1997. Coral bleaching: causes and consequences. Proc 8th Int Coral
Reef Symp 1 :65-74.
Burke L, Reytar K, Spalding M, Perry A. 2012. Reefs at Risk Revisited in the
Coral Triangle. Washington: World Resources Institute
Castro P, Huber M. 2003. Marine Biology, 4th Ed. McGraw-Hill Higher
Education: New Jersey.
Dahuri, R. 1999. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Terumbu Karang Indonesia.
dalamS. Soemodihardjo., M.K. Moosa., Soekarno., W. Hantoro.,
Suharsono, Prosidings Lokakarya Pengelolaan dan IPTEK Terumbu Karang
Indonesia. Diselenggarakan oleh LIPI-COREMAP. Jakarta. Hal. 1-16.
De Rosa S, De Caro S, Iodice C, Tommonaro G, Stefanov K, Popov S. 2003.
Development in Primary Cell Culture of Demosponges. Journal
Biotechnology. 100:119–125.
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelola Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta (ID): Kanisius. 258 Hal.
Fabricius EK. 2005. Effects of Terrestrial Runoff on the Ecology of Coral and
Coral Reefs: Review and Synthesis. Marine Pollution Bulletin. 50:125-146.
Fagerstrom, J.A. 1987. The Evolution of Reef Communities. John Wiley & Sons,
Inc. USA. 600 Hal.
Floros CD, MJ Samways, B Armstrong. 2005. Polychaete (Spirobranchus
giganteus) loading on South African corals. Aquat. Conserv.: Mar. Freshw.
Ecosyst. 15:289-298.
Glynn, P.W. 1997. Bioerosion and Coral-Reef Growth : A Dynamic Balance.
Dalam C. Birkeland, (ed) Life and Death of Coral Reefs. Chapmann & Hall.
USA. 4:68-95.
Hamdani. 2006. Analisis Pengaruh Sedimentasi terhadap Komunitas Karang Batu
( Scleractinia) di Perairan Tanjung Pemancingan Kotabaru Kalimantan
Selatan [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Harvell CD, Jordan-Dahlgren E, Merkel S, RosenbergLE, RaymundoG, SmithEW,
Willis BL. 2007.Coral disease, environmental drivers, and the balance
between coral and microbial associations. Oceanography20:173–195.
Hughes TP. 1987. Skeletal density and growth form of corals. Mar. Ecol. Progr.
Ser. 35:259-266
Lamb JB, Willis BL. 2011. Using Coral Disease Prevalence to Assess the Effects
of Concentrating Tourism Activities on Offshore Reefs in a Tropical Marine
Park. In Conservation Biology.
Nugues, M.M. and Bak, R.P.M. 2009. Brown-Band Syndrome of Feeding Scars
of the Crown-of-Thorn Starfish Acantasterplanci.Coral Reef 28:507-510.
Nugues, M.M., Smith, G.W., VanHooidonk, R.J., Maria I. Seabra, M.I. and Bak,
R.M. 2004. Algal Contact as a Trigger for Coral Disease. Ecology Letters7:
919–923.
12
Nybakken JW. 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta (ID): PT.
Gramedia. 195 Hal.
Nybakken JW. 1988. Biologi laut: Suatu pendekatan ekologis. Terj. dari Marine
biology: An ecological approach, oleh Eidman M., Koesoebiono, Bengen
D.G., Hutomo M. & Sukardjo S., xv + 459 hlm. PT Gramedia, Jakarta.
Raymundo LJ, Couch CS, Bruckner AW, Harvell D. 2008. Coral Disease
Handbook: Guidelines for Assessment, Monitoring, and Management.
Melbourne: Currie Communications.
Rogers CS. 1990. Responses of Coral Reefs and Reef Organism to Sediment.
Marine Ecology Progress Series. 62:185-202.
Rotjan, R.D and Sara M. Lewis, S.M. 2008. Impact of Coral Predators on
Tropical Reefs. Marine ecology progress series 367:73-91.
Rowley S. 2008. A critical evaluation of the symbiotic association between
tropical-dwelling polychaetes and their hermatypic coral hosts, with a focus
on Spirobranchus giganteus(Pallas, 1766). Plymouth Stud. Sci. 1:335-353.
Sammarco PW, MJ Risk. 1990. Large-scale patterns in the internal bioerosion of
Porites: cross continental shelf trends in the Great Barrier Reef. Mar. Ecol.
Progr. Ser. 59:145-156.
Siebeck UE, Logan D, Marshall NJ. 2008. Coral Watch – a flexible coral
bleaching monitoring tool for you and your group. Proceeding of the 11th
International Coral Reef Symposium, Ft. Lauderdale, Florida session
number 16. Sensory Neurobiology Group, School of Biomedical Sciences,
University of Queensland, Brisbane, Australia.
Scott PJB. 1987. Associations between coral and macro-faunal invertebrates in
Jamaica, with a list of Caribbean and Atlantic coral associates. Bull. Mar.
Sci. 40:271-286.
Smith SDA, VJ Harriott. 1998. Tube-building polychaete worms smother corals
in the Solitary Island Marine Park, northern NSW, Australia. Coral Reefs
17:342pp.
Suharsono, 1996. Jenis-jenis karang yang umum dijumpai di perairan Indonesia.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembagan
Oseanologi. Proyek penelitian dan Pengembangan daerah Pantai: 116 hlm.
Tomascik T, Mah AJ, Nontji MK, Moosa. 1997. The Ecology of The Indonesian
Seas. Periplus Editions. Singapore (SG). 642 pp.
Wilkinson C. 2008. Status of Coral Reefs of the World. In Status of Coral Reefs
of the World(WilkinsonC. ed.).Global Coral Reef Monitoring Network and
Reef and Rainforest Research Center.
Westmacott S, Teleki K, Wells S, West J. 2000. Pengelolaan terumbu karang
yang telah memutih dan rusak. IUCN, Switzerland and Cambridge.
Zamani NP, Maduppa HH. 2011. A Standard Criteria for Assesing the Health of
Coral Reefs: Implication for Management and Conservation. Journal of
Indonesia Coral Reefs. 1(2):137-146.
14
LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel jumlah kasus penyakit dan gangguan kesehatan karang Porites sp. yang ditemukan di daerah pariwisata
P1 P2 P3
Coraldieses
T1 T2 T3 T1 T2 T3 T1 T2 T3
Bioeroder :
1. Cacing 3 3 1 3 1 1 1 3
2. Kerang 6 2 4 3 2 4 6 2
Bleaching 1 1
Pigmentation Response 1 7 2 1 2 1 2
Predasi 1 2 2
Sediment Damage 2 2 2 3 2 2 5 5
Trematodiasis 3 1
Ulcerative White Spots 1
White syndromes (WS) 3 1 1
* Keterangan : P = Pariwisata
T = Transek
15
Lampiran 2. Tabel jumlah kasus penyakit dan gangguan kesehatan karang Porites sp. yang ditemukan di daerah non pariwisata
Variable 1 Variable 2
Mean 67.77778 44.285714
Variance 123.1481 26.530612
Observations 3 3
Pooled Variance 74.83938
Hypothesized Mean Difference 0
Df 4
t Stat 3.325843
P(T<=t) one-tail 0.014609
t Critical one-tail 2.131847
P(T<=t) two-tail 0.029219
t Critical two-tail 2.776445
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Aceh Besar pada tanggal 25 Juni 1992 dari ayah
yang bernama Efendi Idris dan Eryani. Penulis merupakan anak kedua dari lima
bersaudara. Tahun 2007 – 2010 penulis telah menyelesaikan pendidikan di
Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Modal Bangsa, Aceh Besar.
Tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi
Kelautan (ITK) melalui jalur Ujian Seleksi Mahasiswa Baru (USMI). Selama
menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif dalam organisasi
Ikatan Mahasiswa Tanah Rencong (IMTR) periode 2011/2012 sebagai anggota
divisi Pengembangan Sumberdaya Manusia.
Penulis pernah mengikuti kepanitiaan dari kegiatan Musyawarah Warga
tahun 2011 sebagai anggota divisi keamanan, kegiatan Fieldtrip Oseanografi
Terapan tahun 2013 sebagai ketua divisi acara, kegiatan Malam Kelautan 47 tahun
2012 sebagai anggota divisi konsumsi, dan kegiatan Have Fun With HIMITEKA
tahun 2013 sebagai anggota divisi keamanan.
Dalam rangka penyelesaian studi di departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis melaksanakan penelitian dengan
j d “Kesehatan Karang Porites sp. di Daerah Pariwisata dan Non Pariwisata di
Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu”.