(BTNKpS) JAKARTA
OLEH
MUHAMMAD HALIM
NIM : 120254241031
TANJUNGPINANG
2014
TEKNIK TRANSPLANTASI LAMUN
(BTNKpS) JAKARTA
OLEH
MUHAMMAD HALIM
NIM : 120254241031
TANJUNGPINANG
2014
LEMBARAN PENGESAHAN
NIM : 120254241031
Mengetahui, Menyetujui,
Ka. Jurusan IKL Dosen pembimbing
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Bismillahirahmanirrahim.
Segala puji syukur penulis ucapkan kehaderat Allah SWT, yang telah
hasil magang dengan judul Teknik Transplantasi Lamun di Balai Taman Nasional
Laporan hasil magang ini merupakan salah satu syarat untuk dapat
Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Ucapan terima kasih
penulis sampaikan kepada kedua orang tua dan keluarga yang lain karena telah
memberikan semangat moril maupun materil. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Bapak Henky Irawan, S.Pi, MP, M.Sc sebagai dosen
Proposal laporan hasil magang ini belumlah sempurna, oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kedepan
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
I. PENDAHULUAN
1.2. Tujuan 2
1.3. Manfaat 2
III. METODE
5.1. Kesimpulan 36
5.2. Saran 37
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Gambar Halaman
PENDAHULUAN
produktif dan bersifat dinamik. Faktor-faktor lingkungan yaitu faktor fisik, kimia,
Padang lamun menyediakan habitat bagi banyak hewan laut dan bertindak sebagai
dunia telah hilang. Hilangnya padang lamun secara global terjadi sejak tahun
1980, atau bisa dikatakan setiap jamnya lamun seluas 2 lapangan bola hilang.
terancam baik oleh aktivitas alami maupun oleh aktivitas manusia. Penyebab
Melihat kerusakan yang terus terjadi pada padang lamun baik karena
aktivitas alami maupun karena aktvitas manusia, maka perlu dilakukan usaha
bagian timur ditemukan 10 jenis lamun dari 14 jenis lamun yang terdapat di
lamun di Pulau Bintan dengan salah satu teknik yaitu transplantasi lamun.
1.2. Tujuan
Jakarta.
1.3. Manfaat
rehabilitasi lamun dengan salah satu teknik yaitu transplantasi lamun untuk
TINJAUAN PUSTAKA
memiliki akar, rhizoma dan daun sejati. Kelebihan inilah yang dimiliki lamun
yang tidak dimiliki oleh rumput laut sebagai tumbuhan yang ada di laut. Lamun
biasanya tumbuh terbenam di laut dan umumnya membentuk sebuah padang atau
padang lamun (seagrass bads). Lamun dapat tumbuh membentuk padang lamun
Lamun (seagrass) atau disebut juga ilalang laut atau yar, adalah satu
satunya kelompok tumbuhan laut yang berbunga yang ada di lingkungan laut,
lamun tumbuh pada perairan yang agak berpasir dan dangkal, sering pula
menyesuaikan diri untuk hidup terbenam di dalam laut. Lamun terdiri dari
rhizome atau rhizoma (batang terbenam atau akar rimpang), daun dan berakar
(Kordi, 2011).
Gambar 1. Morfologi tumbuhan lamun
hidup di laut, yaitu : (1). Mampu hidup di media air asin; (2). Mampu
daun generatif dalam keadaan terbenam (Den Hartog, 1970; Kordi 2011).
Kordi, 2011).
Lamun tumbuh subur pada daerah terbuka pasang surut dan perairan
pantai atau goba yang dasarnya berupa lumpur, pasir, kerikil, dan patahan karang
mati dengan kedalaman sampai 4 meter (Dahuri 2003; Kordi 2011). Dalam
perairan yang sangat jernih, beberapa jenis lamun bahkan ditemukan tumbuh
sampai kedalaman 8-15 meter dan 40 meter (Den Hartog, 1970; Kordi 2011).
Lamun tumbuh subur di daerah terbuka pasang surut dan perairan pantai
atau goba yang dasarnya berlumpur, pasir, dan patahan karang mati, dengan
seperti kondisi fisologis dan metabolisme, serta faktor eksternal seperti zat-zat
hara (nutrien) dan tingkat kesuburan perairan (Dahuri, 2003; Kordi 2011).
dari daun lamun Enhalus ocoroides rata-rata adalah 16,9 mm / hari untuk daun
baru (muda) dan 6,5 mm / hari untuk daun lama (tua). Sedangkan kecepatan
tumbuh daun lamun jenis Thalassia hemprichii adalah 4,51 mm / hari untuk daun
baru dan daun lama. Jenis Syringodium isoetifolium dan Cymodoceaa rotundata
masing-masing adalah 9,0 dan 8,7 mm / hari baik pada daun baru dan daun lama.
Berikut adalah beberapa parameter yang mempengaruhi distribusi dan
pertumbuhan lamun :
1. Kecerahan
oleh saturasi cahaya setiap individu lamun. Kebanyakan tumbuhan lamun saturasi
pada level 200 umol/m2/detik atau lebih rendah. Pertumbuhan lamun juga
pertumbuhan epyphytic algae dan fitoplankton yang pesat, limbah domestik atau
limbah organik, juga bisa menurunkan pasokan energi cahaya dan berakibat
2. Suhu
daerah dengan kisaran suhu 20-30 oC, sedangkan suhu optimumnya adalah 28-30
o
C. Menurut Glynn (1968); Kordi (2011) bahwa, daun Thalasia akan mati pada
suhu 35-40 oC, walaupun rhizomanya tidak berpengaruh, demikian pula pada suhu
yang terlampau rendah juga dapat mematikan tumbuhan lamun di daerah sub
tropis.
3. Salinitas
Spesies tumbuhan lamun memiliki toleransi yang berbeda-beda terhadap
salinitas, namun sebagian besar memiliki kisaran yang lebar, yaitu antara 10 – 40
permil. Nilai salinitas optimum pada lamun yaitu 35 permil (Dahuri, 2003; Kordi
2011).
4. Arus
dan pergerakan air sangat penting dalam karena terkait dengan suplai unsur hara,
sediaan gas-gas terlarut, dan menghalau sisa-sisa metabolisme atau limbah. Pada
pencampuran dan penyebaran unsur hara dan gas-gas, serta memindahkan limbah
(Kordi, 2011).
5. Subtrat
Padang lamun tumbuh pada berbagai tipe subtrat, mulai dari lumpur
sampai sedimen dasar yang terdiri dari endapan lumpur halus sebesar 40%.
Kedalamn subtrat berperan dalam menjaga stabilitas sedimen yang mencakup dua
hal, yaitu pelindung tanaman dari arus laut dan tempat pengolahan serta pemasok
6. Nutrien
Lamun mengambil unsur hara terlarut melalui akar dan daun dengan
dominan rute tergantung pada jenis unsur hara dan konsentrasinya. Lamun
tumbuh pada sedimen hasil bawaan dari daratan (terigenous sediments) dan di
terikat kuat dengan besi (iron oxyhydroxides) dan di daerah tropis, dimana
ekosistem yang sangat penting, baik secara fisik maupun biologis. Selain sebagai
produsen utama dalam jaring-jaring makanan. Padang lamun juga menjadi habitat
(tempat hidup), naungan, berkembang biak, dan mencari makan berbagai biota
Menurut Wood ett all (1969) dan Dawes (1981), dalam Kordi 2011
manfaat dari tumbuhan lamun adalah sebagai berikut : (a). Seagrass mempunyai
sumber produktivitas primer, yang mempunyai nilai produksi yang cukup tinggi;
(c). Sumber makanan langsung bagi biota laut; (d). Merupakan habitat bagi biota
hewan air; (e). Merupakan subtrat bagi organisme fitoplankton yang menempel;
sea grass mampu mengikat sedimen sehingga terhindar dari bahaya erosi.
berbagai hal, yaitu : (a). Penyaring limbah dan penstabil sedimen; (b). Tumbuhan
lamun mengandung lignin yang rendah dan cellusa yang cukup tinggi, maka dapat
digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kertas; (c). Rhizoma muda dari jenis
tertentu, seperti Zostera, dapat dimasak, dan buah dari beberapa jenis lamun
lainnya dapat dimakan langsung; (d). Daun-daun kering dapat digunakan sebagai
perairan yang tercemar logam berat, dari hasil penelitian kandungan logam berat
Cd, Cu, Pb, dan Zn lebih tinggi pada lamun yang hidup pada lingkungan tercemar
dari pada yang tumbuh di lingkungan tercemar (Dahuri, 2003; Kordi, 2011).
tempat berlindung, berpijah dan tempat mencari makanan bagi biota-biota laut
yang berasosiasi dengan dengan lamun itu sendiri. Karena fungsi dari lamun
belum banyak diketahui oleh masyarakat banyak maka keberadaan lamun sering
nelayan,dll.
2.4. Profil Padang Lamun di BTNKpS
pulau dalam kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu seperti Pulau
Pramuka, Pulau Panggang, Pulau Kelapa dan Pulau Harapan. Secara ekologis
tempat mencari makan dan berkembang biak berbagai jenis ikan, udang, teripang,
cumi-cumi serta biota laut lainnya. Di perairan sebelah barat Pulau Kaliage Kecil
jernih (BTNKpS).
rumpun yang kecil-kecil dan tersebar tidak merata, namun kadang juga
membentuk suatu padang yang luas dengan jenis homogen ataupun heterogen.
Hal ini terkait dengan kondisi fisik substrat dasar perairan Kepulauan Seribu yang
yang tumbuh di perairan Indonesia (Lee Long et al. 2000; Hutomo et al., 1988;
Fortes, 1988; Dahuri, 2003; Kordi, 2011). Dari 12 jenis lamun yang dapat tumbuh
masih sangat kurang dibandingkan dengan dua ekosistem pesisir lainnnya, yaitu
ekosistem mangrove dan ekosistem terumbu karang, di sisi lain masih kurang
upaya yang kita berikan untuk menyelamatkan ekosistem ini. Meskipun data
mengenai kerusakan ekosistem padang lamun tidak tersedia tetapi faktanya sudah
perahu nelayan, penangkapan ikan yang tidak menggunakan alat yang ramah
dengan asumsi jika akar masalah dapat diatasi, maka alam akan mempunyai
dilakukan. Salah satu alternatif dalam upaya konservasi ekosistem lamun adalah
lamun baik fisik ataupun fisiologi yang terjadi begitu cepat. Jika tingkat kerusakan
ini dapat diimbangi, maka secara tidak langsung dapat membantu meningkatkan
berasosiasi, seperti teripang, bintang laut, bulu babi, kerang, udang, ikan karang,
METODE
pukul 10.00 – 16.00, dengan lokasi; pengambilan bibit dilakukan Pulau Panggang
bagian selatan dengan titik koordinat S 05 0 44 ’48.88” E 106 0 36 ‘ 05. 72” dan
55. 34” , sedangkan penanaman lamun di lakukan di Pulau Pramuka bagian Timur
pengambilan bibit di Pulau Panggang bagian Selatan dan Kotak bewarna kuning
yang ditunjukkan anak panah lokasi pengambilan bibit di Pulau Pramuka bagian
Utara.
Gambar 4. Lokasi transplantasi lamun.
Keterangan : Kotak bewarna merah yang ditunjukkan anak panah adalah lokasi
baru diambil
lembar frame
cara yang di jelaskan oleh F.T. Short et all, (2002); BTNKpS (2006) dengan
Pemilihan jenis lamun yang akan dijadikan bibit dalam kegiatan transplantasi
lamun didasarkan pada jenis-jenis yang secara alami tumbuh dominan dan
hemprichii dan Cymodocea sp. Kedua jenis lamun ini merupakan jenis pioner
yang secara alami banyak tumbuh pada daerah terbuka pasang surut dan
yang mudah larut seperti kertas tisu. Jarak taman pada metode TERFs
2. Metode Plug, pada saat kegiatan magang metode plug hanya dilakukan
dilapangan. Metode plug biasa dilakukan pada saat surut terendah. Metode
plug ini menggunakan dengan pipa PVC yang dibentuk sedemikian rupa.
ini corer yang digunakan adalah sebuah pipa paralon yang dapat diatur
dasarnya.
D. Pengambilan Bibit Lamun
yang terdekat dan memiliki populasi lamun yang tinggi ( BTNKpS, 2006). Syarat
bibit untuk kegiatan transplantasi adalah, lamun yang bertunas muda yang ciri-
cirinya rimpang bewarna putih dan memiliki minimal dua batang tunas baru.
berikut :
1. Pilih lokasi yang memiliki tingkat populasi lamun yang tinggi ( banyak ).
2. Linggis yang telah disiapkan ditusuk kedalam subtrat disekitar bibit lamun
akar-akarnya.
dikipas.
5. Masukkan bibit yang telah dipilih kedalam box berisi air dan hindari kontak
langsung dengan matahari agar bibit lamun tidak mudah layu (waktu toleransi
dari bibit lamun di dalam box yang berisi air asin paling lama 2 jam dengan
Bersihkan pasir (subtrat) yang melekat diakar lamun dengan cara dikipas.
Pilih lamun yang akan dijadikan bibit. Masukkan bibit kedalam box plastik.
1. Pilih lokasi yang memiliki tingkat populasi lamun yang tinggi ( banyak ).
2. Kipas plastik yang telah disiapkan selanjutnya dikipas di sekitar akar lamun,
sampai subtrat disekitar tunas baru tersingkir dan akar dari tunas baru lamun
4. Masukkan bibit yang telah diambil kedalam box berisi air dan hindari
kontak langsung dengan matahari agar bibit lamun tidak mudah layu (waktu
toleransi dari bibit lamun di dalam box yang berisi air asin paling lama 2
Kipas yang disediakan dikipas disekitar akar lamun, sampai tunas baru muncul.
Pilih lamun yang akan dijadikan bibit. Masukkan bibit kedalam box plastik.
2. Benih yang telah ada, dipotong pada rimpangnya minimal memilki dua tunas
muda.
3. Benih yang telah dipotong diikat pada frame dengan menggunakan tisu
4. Jumlah bibit lamun 5 buah tiap barisnya jadi, satu frame diisi 25 bibit lamun.
5. Setelah proses pengikatan selesai frame dan bibit siap untuk ditanam dengan
Benih yang telah ada, dipotong pada rimpangnya minimal 2 tunas muda.
Gambar 6. Pola penanaman TERFs, dimana ada 2 tunas yang diikatkan pada 25
Gambar 7. Contoh pengikatan tunas (bibit lamun) dengan tisu pada frame.
BAB 4
lamun.
Pramuka
bagian Timur
Melihat dari data hasil pengukuran parameter fisik lingkungan diatas maka
bisa dikatakan lokasi Pulau Pramuka bagian Timur sangat baik untuk dilakukan
untuk pertumbuhan lamun. Nilai parameter fisik lingkungan yang optimum bagi
lamun.
1 Suhu 28-30 0C
2 Salinitas 35 permil
3 pH 6,5-8
(reference sites) dan lokasi transplantasi lamun (recipient sites) pada lokasi
score keseluruhan menjadi 0 dan mengeliminasi lokasi tersebut dari proritas. Nilai
score yang tinggi menunjukkan kemungkinan sangat besar untuk keberhasilan
No Parameter Score
5 Kedalaman 1 (satu)
6 Sedimen 1 (satu)
7 Salinitas 2 (dua)
8 Suhu 2 (dua)
Tabel diatas menunjukkan lokasi yang dipilih sangat baik , karena parameter
transplantasi lamun.
yaitu :
sedikit.
pengaruh arus dan gelombang yang kuat dengan kondisi fisika lingkungan
optimal.
kedalaman sama dengan padang lamun yang ada, dekat dengan lamun
perhatikan adalah kondisi alam seperti arus, gelombang, dan pasang surut air laut.
yang di transplantasi. Sebagai contoh untuk metode TERFs digunakan untuk jenis
Pengamatan Pertama
Suhu : 29,9 o C
pH : 7,6
Salinitas : 35 0/00
Cymodocea rotundata 10 X
2 17 X Rendah
Thalassia hemprichii
Cymodocea rotundata 8 X
Thalassia hemprichii 9 X
Sryngodium isoetifolium 5 X
4 Thalassia hemprichii 8 X Sedang
Sryngodium isoetifolium 4 X
Cymodocea rotundata 13 X
Cymodocea rotundata 13 X
Sryngodium isoetifolium 1 X
Pengamatan Kedua
Suhu : 27,5 o C
pH : 7,58
Salinitas : 36 o/oo
Cymodocea rotundata 2 8
2 14 3 Sedang
Thalassia hemprichii
Cymodocea rotundata 6 2
Thalassia hemprichii 11 1
Sryngodium isoetifolium 4 1
Sryngodium isoetifolium 4 X
Cymodocea rotundata 8 5
Cymodocea rotundata 13 X
Sryngodium isoetifolium 1 X
Dari tabel pengamatan di atas dapat dilihat bahwa tingkat keberhasilan dan
5.1. Kesimpulan
2. Salah satu metode dalam transplantasi lamun adalah metode TERFs, yaitu
diikatkan pada frame besi dengan kertas tissue yang sudah digulung.
3. Metode TERFs bisa digunakan untuk jenis lamun yang berukuran kecil,
metode Plug.
ditingkatkan dengan pemilihan jenis lamun dan lokasi yang sesuai secara
3. Untuk wilayah pulau Bintan yang memiliki spesies lamun yang banyak
tetap baik.
Selain itu kondisi sumber bibit (padang lamun donor), diharapkan dapat
pulih kembali.
Azkab, M.H. 1999. Petunjuk Penanaman Lamun. Oseana. XXIV (nomor 3).
Bengen, D. 2001. Ekosistem dan Sumber Daya Alam Pesisir dan laut. IPB. Bogor.
BTNKpS. Jakarta.
Jepara.http://www.google.co.id/urldjelamunindonesiafiles.wordpress.com
26 Mei 2014.
Kholiq, Nur. 2007. Profil Ekosistem dan Rehabilitasi Padang Lamun di TNKpS.
BTNKpS. 2007
Kordi K, M Ghufran H & Bancung. A Baso. 2011. Padang Lamun. Rineka Cipta.
Jakarta.
Nontji, A. 2011. Pengelolaan Dan Rehabilitasi Lamun. Program Trismades.
http://www.google.co.id/url?jurnal.umrah.ac.id%2Fwp-
content%2Fuploads%2F2013%2F08%2FM.-Aris-Suhud-