Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM KULIAH LAPANGAN

PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN

DI PULAU PARI, KEPULAUAN SERIBU

Disusun oleh:

Anggi Putri Intani (11160950000021)

Desi Ramadhanti (11160950000013)

Nilna Milchatina (11160950000023)

Risma Delian (11160950000015)

KELOMPOK 4

3A-1

Program Studi Biologi

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2017 M/1439 H
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat
serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Kuliah Lapangan Praktikum
Sistematika Hewan di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Kunjungan ke Kepulauan
Seribu bertujuan untuk melakukan pengamatan fauna secara langsung pada habitat hewan
masing-masing untuk menunjang pengetahuan mahasiswa mengenai sistematika hewan yang
sebelumnya telah dipelajari secara teori. Laporan ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi
tugas mata kuliah praktikum sistematika hewan.

Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Narti Fitriana, M.Si dan Bapak Fahri
Fahrudin, M.Si selaku dosen mata kuliah sistematika hewan dan praktikum sistematika
hewan, serta kepada para asisten laboratorium dan asisten lapangan yang telah memberikan
arahan dan bimbingan selama kegiatan pembelajaran dan praktikum berlangsung. Terima
Kasih kami ucapkan kepada Pengurus Taman Nasional Kepulauan Seribu (TnKpS) dan
Bapak Edi yang telah membantu melancarkan berlangsungnya kegiatan praktikum lapangan.
Terima kasih pula kepada seluruh peran serta mahasiswa jurusan biologi semester 3 sehingga
dapat terlaksananya praktikum lapangan ini.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan dan berterima kasih apabila pembaca memberikan kritik dan
saran atas laporan ini, sehingga hal tersebut dapat membantu kami dalam perbaikan
penyusunan laporan berikutnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, November 2017

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..……………………………………………………………… 1

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………. 2

DAFTAR TABEL…………………………………………………………………… 3

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang……………………………………………………….…............... 4

1.2.Tujuan……………………………………………………………….……............ 4

1.3.Rumusan Masalah………………………………………………........................... 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA….………………………………….…………….... 5

BAB 3. METODOLOGI………….………………………………….………....…… 7

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN…..………………………….……………… 9

BAB 5. KESIMPULAN…………………………………………….……..……..…. 22

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….…….……..….. 23

2
DAFTAR TABEL

4.1.1 Tabel Pengamatan Biota Laut…………………………………………………. 9

4.1.2 Tabel Morfometri Ikan………………………………………………………… 14

4.2.1 Tabel Makrofauna Tanah……………………………………………………… 18

4.3.1 Tabel Hewan Vertebrata……………………………………………………..... 19

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Sumber daya alam dan keanekaragaman hayati yang melimpah di Indonesia
menjadikan perkembangan pada bidang industri, pertanian dan pembangunan meningkat
yang seluruhnya dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk
bidang ekonomi. Meningkatnya perkembangan industri, pertanian dan pertambangan
akan memberikan dampak secara langsung terhadap lingkungan, baik dalam waktu
singkat ataupun dalam jangka waktu yang panjang. Hal ini juga akan berdampak terhadap
keberadaan keanekaragaman hayati yang terdapat di Indonesia. Untuk mengelola
keanekaragaman hayati dan sumber daya yang tersimpan di dalamnya, pemerintah
Indonesia sudah menetapkan beberapa bentuk kawasan konservasi. Salah satu kawasan
konservasi yang terletak di wilayah ibukota adalah Taman Nasional (TN) Laut Kepulauan
Seribu, DKI Jakarta.
Pulau Pari memiliki banyak potensi yang dapat dikembangkan. Potensi-potensi
tersebut dapat dimanfaatkan baik untuk tujuan potensi ekonomi maupun kajian keilmuan.
Dinamika pantai dari hasil proses-proses geomorfik yang kompleks menjadi salah satu
hal penting untuk dikaji dan menunjang aspek keilmuan. Alasan lain dipilihnya Pulau
Pari yaitu karena keindahan alamnya masih asri serta terumbu karang yang dihuni oleh
berbagai macam biota laut, hal tersebut dapat membantu dalam pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan diadakannya kuliah lapangan ini.
Kuliah lapangan ini dilakukan sebagai wujud nyata pengabdian kami terhadap
kemajuan IPTEK Bangsa Indonesia dan diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
semua lapisan masyarakat serta sebagai langkah awal untuk mempelajari dan mengamati
makhluk hidup di habitat alaminya, mengaplikasikan teknik pengambilan data lapangan
untuk bekal dalam memahami penelitian yang di lakukan di alam/lapangan.

1.2 Rumusan Masalah


- Apa saja biota laut yang ditemukan di Pulau Pari?
- Apa saja makrofauna tanah yang ditemukan di Pulau Pari?
- Apa saja hewan vertebrata yang ditemukan di Pulau Pari?
- Bagaimana cara mengidentifikasi ikan dengan karakter morfologinya?

1.3 Tujuan
Tujuan dari dilaksanakannya kuliah lapangan ini antara lain:
1) Mampu mengaplikasikan teknik pengambilan data di lapangan
2) Mengetahui dan mengamati keanekaragaman fauna di Pulau Pari
3) Mampu mengidentifikasi dan menganalisis kekerabatan berbagai jenis hewan
berdasarkan karakter morfologi dan karakter morfometrinya

4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Taman Nasional Kepulauan Seribu merupakan suatu Taman Nasional Laut yang
berada di Propinsi Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta. Kepulauan Seribu memiliki luas
108.475,45 hektar. Sedangkan Taman Nasional Kepulauan Seribu sendiri memiliki luas
107.489 hektar, ini diukur berdasarkan kawasan perairan laut sampai batas pasang tertinggi.
Letak geografisnya yaitu 5°24 -5°45 LS dan 106°25 -106°40 BT. Berdasarkan jumlah pulau
yang berada dalam kawasan TNKpS yang betjumlah 78 pulau terbagi atas 20 pulau yang
diperuntukkan sebagai tempat wisata, 6 pulau yang diperutukkan sebagai hunian, dan sisanya
dikelola oleh perorangan dan memiliki badan usaha.
Taman Nasional Kepulauan Seribu memiliki keindahan laut yang beragam berupa
ekosistem karang yang khas seperti terumbu karang, berbagai ikan hias dan ikan konsumsi,
keanekaragaman Echinodermata, keanekaragaman Crustacea, keanekaragaman Mollusca,
penyu, keanekaragaman tumbuhan laut dan darat termasuk mangrove serta padang lamun.
Karang yang dapat dijumpai diantaranya jenis karang keras (hard coral) seperti karang
batu (massive coral) misalnya Monstastrea dan Labophyllia ; karang meja (Table coral);
karang kipas (Gorgonia); karang daun (Leaf coral); karang jamur (Mushroom coral); dan
jenis karang lunak (Soft coral). Ikan hias yang daat dijumpai diantaranya jenis-jenis yang
termasuk dalam famili Chaetodontidae, Apogonidae dan Pomancanthidae, sedangkan jenis
Ikan konsumsi yang bernilai ekonomis tinggi antara lain adalah Baronang (Family
Siganidae), Ekor Kuning (Family Caesiodiae), Kerapu (Family Serranidae) dan Tongkol
(Eutynus sp.). Echinodermata yang dapat kita jumpai diantaranya bintang laut, lili laut,
teripang dan bulu babi yang juga merupakan indikator kerusakan terumbu karang. Crustaceae
yang dapat kita jumpai merupakan salah satu yang sering dikonsumsi dan memiliki harga jual
yang cukup tinggi seperti kepiting, rajungan (Portumus sp.) dan udang karang (Spiny
lobster). Mollusca yang dapat kita jumpai diantaranya terdiri dari Gastropoda, Pelecypoda,
termasuk jenis yang dilindungi diantaranya adalah Kima Raksasa (Tridacna gigas) dan Kima
Sisik (Tridacna squamosa). Selain itu Taman Nasional Kepulauan Seribu memiliki terdapat
juga pengembangan pusat penetasan, pembesaran dan pelepasliaran Penyu Sisik di Pulau
Pramuka dan Pulau Sepa. Keanekaragaman tumbuhan laut yang dapat dijumpai antara lain
jenis lamun (sea grass), seperti: thalasia dan enhalus, dan ganggang laut/algae/rumput laut
(sea weed), seperti: Halimeda, Sargassum dan Caulerpa. Jenis-jenis tumbuhan darat yang
banyak ditemukan antara lain adalah Kelapa (Cocos nucifera), Mengkudu (Morinda
citrifolia), Ketapang (Terminalia catappa), Butun (Baringtonia asiatica), Sukun (Artocarpus
atilis), Pandan Laut (Pandanus tectorius), Sentigi (Pemphis acidula) dan Cemara Laut
(Casuarina equisetifolia). Mangrove yang tumbuh diantaranya jenis-jenis Bakau
(Rhizophora sp.), Api-api (Avicenia sp.), Tancang (Bruguiera sp.), Temu dan Prepat
(Sonneratia sp.).
Keanekaragaman makhluk hidup sering sering juga disebut dengan biodiversitas.
Biodiversitas berasal dari kata biodiversity yang merupakan singkatan dari biologi dan
diversity. Jadi, biodiversitas sama artinya dengan keanekaragaman makhluk hidup.

5
Keanekaragaman makhluk hidup itu dapat terjadi karena adanya perbedaan atau
keanekaragaman di tingkat genetik, jenis, dan ekosistem.
Pulau Pari merupakan salah satu gugusan pulau yang masuk kedalam wilayah
administrasi DKI Jakarta. Pulau Pari memiliki letak geografis 6°0 14 LU 106°46 44 BT.
Pulau pari merupakan pulau yang dikelola oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Oseanografi
(LIPI Oseanografi). Pulau ini sering dijadikan sebagai obyek penelitian oleh para mahasiswa
mengenai biota laut yang terdapat didalamnya. Pulau Pari terletak di Kecamatan Kepulauan
Seribu Selatan serta terletak pada Kabupaten Kepulauan Seribu.

6
BAB 3

METODOLOGI

Praktikum lapangan ini telah dilakukan di Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Pada hari
Jum’at sampai hari Minggu tanggal 6-8 Oktober 2017. Pengamatan morfologi hewan
dilakukan dengan metode survey menggunakan transek kuadran untuk pengamatan biota laut.
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu sabak, transek yang terbuat dari tali
rafia dengan panjang 50 meter yang setiap 5 meternya diberi simpul penanda, kuadran
dengan ukuran 1x1 meter untuk pengamatan biota laut, sekop kecil dan penggaris untuk
pengamatan makrofauna tanah. Botol vial, jar, dan pinset digunakan untuk pengambilan
spesimen yang memungkinkan untuk identifikasi di tempat yang berbeda. Pengamatan
morfologi ikan, loligo, dan sephia menggunakan penggaris untuk diidentifikasi
morfometrinya. Semua pengamatan didokumentasikan dengan kamera sebagai bukti
pengamatan telah benar-benar dilakukan dan bisa di presentasikan. Untuk pengukuran faktor
fisik menggunakan thermometer sebagai pengukuran suhu lingkungan, GPS untuk
menentukan arah mata angin, soil moisture tester untuk mengukur kelembapan tanah, pH
meter untuk mengukur pH. Terakhir, beberapa bahan seperti aquadest, dibutuhkan untuk
mencuci alat laboratorium. Selain itu juga dibutuhkan formalin 4%, alcohol 90%, dan eter
untuk pengawetan sampel.
Pengamatan morfologi ikan dilakukan pada tanggal 6 Oktober 2017 antara jam 14.00-
16.00 WIB. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan metode morfometri untuk
mengidentifikasi jenis dari spesies ikan yang diamati. Morfometri dilakukan dengan
mengidentifikasi morfologi ikan seperti bentuk sirip, sisik, dan bagian lainya. Selain itu juga
mengukur setiap bagian tubuh ikan mulai dari panjang total tubuh, jumlah sisik, dan bagian
lainya. Data yang didapat dicatat pada lembar data keras yang sudah ditentukan.
Pengamatan morfologi burung atau Aves dilakukan pada tanggal 6 Oktober 2017
antara jam 17.00 -17.30 WIB. Pengamatan dilakukan dengan cara penjelasan asisten
lapangan dengan mendeskripsikan morfologi burung yang diamati.
Pengamatan biota laut dilakukan pada Sabtu pagi tanggal 8 Oktober 2017 di kawasan
pantai Pulau Pari dan pantai dekat dermaga Pulau Pari. Transek sepanjang 50 Meter
direntangkan secara tegak lurus dari bibir pantai. Kemudian transek diletakkan pada plot
yang sudah ditetapkan, yaitu pada titik 0 hingga 50 meter diberi tanda simpul tiap 5
meternya, kemudian kuadran diletakkan disamping simpul, spesies yang terdapat di masing-
masing kuadran diamati dan dan dicatat nama spesies, deskripsi, dan keterangan plot.
Pengamatan mamalia dilakukan pada hari Sabtu pukul 13.00-14.00 WIB pada tanggal
7 Oktober 2017 yang bertempat disekitar rumah warga dengan langsung mencari atau
mengintai mamalia yang terdapat di sekitaran rumah warga. Pengamatan meliputi
pengamatan morfologi dan dicatat pada lembar kertas tertentu yang sudah disiapkan.
Pengamatan makrofauna tanah dilakukan pada hari Sabtu pukul 15.00-17.00 WIB
pada tanggal 7 Oktober 2017 dilakukan dengan metode hand sorting. Tahap pertama adalah
menggali tanah pada plot yang sudah ditentukan. Penggalian tanah dilakukan dengan total
volume galian sebesar 50x50x50 cm sebanyak tiga kali penggalian. Tanah digali dengan
menggunakan sekop kecil dan penggaris untuk mengukur panjang dan kedalaman tanah.

7
Tanah yang sudah digali diletakkan diatas plastik dan lalu diamati hewan yang terdapat pada
tanah tersebut. Setiap spesies yang ditemukan, dicatat nama spesiesnya (jika sudah
diketahui), jumlahnya, deskripsi morfologi pada lembar kertas yang sudah disiapkan. Untuk
spesies yang masih belum diketahui, maka diambil dan diawetkan dengan alkohol serta
dimasukkan ke dalam botol vial.
Hari terakhir praktikum lapangan, yaitu pada tanggal 8 Oktober 2017 dilakukan
pengamatan dari ordo Echinodermata yaitu dari genus Diadema dan Culcita, yang hanya
dilakukan oleh beberapa orang saja karena akan diambil dan diawetkan untuk dilakukan
pengamatan di laboratorium kampus.

8
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengamatan Biota Laut


4.1.1 Tabel Pengamatan Biota Laut
Filum Kelas Nama Individu
Rhizoprionodon oligolinx
Rhinobatos typus
Dasyatis cf akajei
Chordata Superclass Pisces
Oreochromis mossambicus
Caesio cuning
Chanos chanos
Loligo sp
Chepalopoda
Sephia sp
Cypraea annulus
Nerita articulata
Rhinoclavis sinensis
Morula granulata
Eugenia medicaria
Drupa sp
Gastropoda Gastropoda sp 1
Pugilina cochlidium
Mollusca Rhinoclavis vertagus
Columbella scripta
Polinices sp
Ellobium sp
Terebra areolata
Pinna muricata
Trachycardium subrugosum
Circe scripta
Bivalvia
Gafrarium sp
Tellina magna
Bivalvia 1
Porifera Demospongia Demospongia 1
Coelenterata Anthozoa Acropora 1
Asteroidae Archaster typicus
Echinodermata
Echinoidae Diadema setosum
Arthropoda Crustacea Penaeus monodon

Berdasarkan hasil pengamatan, biota laut di Pulau Pari cukup beragam dengan
ditemukannya jenis hewan dari berbagai filum diantaranya dari filum Chordata, Mollusca,
Porifera, Coelenterata, Echinodermata dan Arthropoda.

9
Chordata merupakan kelompok hewan yang bertulang belakang. Hewan Chordata
rendah memiliki chordata dorsalis, sedangkan columna vertebralis dimiliki oleh subfilum
Vertebrata. Ciri lain dari filum ini adalah terdapatnya celah insang dan bumbung syaraf.
Subfilum Vertebrata terdiri dari Superclass Pisces yang dibagi menjadi Agnatha (ikan yang
tidak memiliki tulang rahang), Chondrichtyes (ikan yang terdiri dari tulang rawan) dan
Osteichtyes (ikan yang terdiri dari tulang sejati). Berbagai penjelasannya dipaparkan sebagai
berikut:

a. Pari kikir (Dasyatis cf akajei )


Klasifikasi Gambar

Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Condricthyes
Ordo: Myliobatiformes
Famili: Dasyatidae
Genus: Dasyatis
Spesies: Dasyatis cf akajei
(Sumber : Dokumen Pribadi, 2017)

Ikan pari merupakan salah satu jenis ikan yang termasuk subkelas Elasmobranchii.
Ikan pari dikenal sebagai ikan batoid, yaitu kelompok ikan bertulang rawan yang mempunyai
ekor seperti cambuk (White, et al,. 2003). Ikan pari memiliki morfologi yaitu memiliki
selaput kulit yang ramping pada bagian bawah ekor, memiliki bentuk selaput kulit dibelakang
duru sengat seperti gerigi, ekornya tidak berbentuk seperti cambuk dan tidak memiliki corak
belang, bagian ekor sebelum duri sengat memanjang dan menyerupai tombak, dan pada
bagian ventral berwarna kekuningan dibagian tepi. Memiliki celah insang yang terletak disisi
ventral kepala. Sirip dada melebar menyerupai sayap dengan sisi bagian depan bergabung
dengan kepala. Bagian tubuh yang sangat pipih ini memungkinkan untuk hidup pada dasar
laut.
Menurut Last dan Stevens (2009) ikan pari (famili Dasyatidae) mempunyai variasi
habitat yang sangat luas dengan pola sebaran yang unik. Daerah sebaran ikan pari adalah
perairan pantai dan kadang masuk kedaerah pasang surut. Ikan ini merupakan ikan perairan
dangkal. Ikan ini memiliki tipe mulut inferior, memiliki tipe sisik plakoid, memiliki tipe ekor
seperti cambuk dan memiliki tipe gigi villiform. Reproduksinya dengan melahirkan (vivipar).
Merupakan karnivora karena makanannya berupa Crustaceae dan ikan-ikan kecil. Status
konservasi ikan ini dalam IUCN adalah NE (Not Evaluated) atau belum dievaluasi. Ekor ikan
ini mengandung neurotoxic yang digunakan untuk melindungi dirinya.

10
b. Pari gitar (Rhinobatus typus)
Klasifikasi Gambar

Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Chondricthyes
Ordo: Rhinopristiformes
Famili: Rhinobatidae
Genus: Rhinobatos
Spesies: Rhinobatos typus
(Sumber : Dokumen Pribadi, 2017)

Pari gitar banyak dijumpai di perairan Indo-Pasifik barat sampai Melanesia, termasuk
Jepang dan Australia (Nelson,2006). Ikan pari mendiami dasar perairan, juvenilnya banyak
ditemui disekitar perairan pantai hutan bakau dan pulau karang, sedangkan yang dewasa
banyak ditemukan di daerah lepas pantai dengan kedalaman hingga 100 meter. Makanan
utamanya berupa Crustaceae dan kelompok cumi (White, et al., 2006). Pari gitar termasuk
kedalam subkelas Elasmobranchii, menurut Walter dan Sayles (1961) anggota subkelas ini
memiliki cara perluasan pencernaan dan penyerapan makanan dengan pembentukan lipatan
internal intestinum.
Ciri umum atau ciri yang menonjol dari spesies ini diantaranya pada spirakel memiliki
2 selaput kulit yang jelas, mata dengan ukuran yang kecil, cuping ekor dibagian bawah yang
pendek, terdapat duri-duri kecil yang membesar disepanjang garis tengah pada bagian
punggung, serta memiliki lubang hidung yang cukup besar. Panjang ikan ini bisa mencapai
270 cm. Ikan ini memilki tipe sisik plakoid, memiliki tipe mulut inferior dan memiliki tipe
gigi villiform. Ikan ini memilik celah insang pada bagian ventral kepalanya (Manik, 2003).
Sirip dada yang dimiliki ikan pari hampir selalu melebar menyerupai sayap dan sisi depannya
bergabung dengan kepala. Reproduksinya dengan cara melahirkan (vivipar). Status
konservasi ikan ini dalam IUCN adalah VU (Vurneable) atau rawan punah.

c. Hiu pisang (Rhizoprionodon oligolinx)


Klasifikasi Gambar
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Chondricthyes
Ordo: Carcharhiniformes
Famili: Carcharhinidae
Genus: Rhizoprionodon
Spesies: Rhizoprionodon oligolinx (Sumber : Dokumen Pribadi, 2017)

Hiu pisang memiliki ciri morfologi diantaranya sirip punggung kedua berukuran
lebih kecil dari sirip pada bagian anal, pangkal sirip letaknya bersebrangan dengan ujung
celah sirip anal, memiliki gurat yang sangat panjang didepan sirip anal sehingga hampir sama

11
dengan panjang dasar sirip anal, memiliki moncong yang panjang dengan ujung yang bulat
menyempit, memiliki gurat pendek disudut bibir atas, memiliki lubang pori pada samping
mulutnya. Ikan ini memiliki tipe mulut inferior, memiliki tipe sisik plakoid, memiliki tipe
gigi villiform dan memiliki tipe ekor heterocercal. Hiu ini mampu hidup hingga kedalaman
36 m. Reproduksinya dengan cara melahirkan (vivipar), ketika melahirkan anakan yang
dilahirkan 3-5 ekor. Hiu ini juga merupakan karnivora karena memakan ikan-ikan kecil dan
udang. Status konservasi hiu ini dalam IUCN adalah LC (Least Concern) atau kurang
mengkhawatirkan.

d. Ikan ekor kuning (Caesio cuning)


Klasifikasi Gambar
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Osteicthyes
Ordo: Percomorphii
Famili: Caesionidae
Genus: Caesio
Spesies: Caesio cuning (Sumber : Dokumen Pribadi, 2017)

Ikan ekor kuning memiliki ciri morfologi diantaranya bentuk badannya yang melebar
serta gepeng, ukuran mulut yang kecil dengan gigi-gigi kecil dan lancip, memiliki sisik-sisik
kuat dibagian atas dan bawah garis rusuk yang tersusun horizontal. Memiliki tipe mulut
terminal. Memiliki tipe sisik sikloid. Memiliki bentuk ekor dengan tipe cagak. Disribusi ikan
ini tersebar didaerah Indo-Pasifik barat dan Sri Lanka hingga Vanuatu serta selatan Jepang
hingga utara Australia (www.fishbase.com 2009). Memiliki dua gigi taring pada rahang
bawah dan yang halus pada bagian langit-langit. Memiliki jari-jari keras sebanyak 10 dan 15
jari-jari lemah pada sirip punggung. Memiliki 3 jari-jari keras dan 11 jari-jari lemah pada
sirip anal. Memilik sisik pada kepala yang dimulai pada bagian mata. Ikan ini dapat mencapai
panjang hingga 50 cm (Allen et al, 2007). Mampu hidup hingga kedalaman 60 m. Makanan
utamanya adalah zooplankton. Mempunyai toleransi untuk hidup pada perairan yang keruh.

e. Ikan bandeng (Chanos chanos)


Klasifikasi Gambar

12
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Osteicthyes
Ordo: Gonorychiformes
Famili: Chanidae
Genus: Chanos
Spesies: Chanos chanos

(Sumber : Dokumen Pribadi, 2017)

Ikan ini memiliki bentuk tubuh yang panjang, ramping, padat pipih, dan oval
menyerupai torpedo. Perbandingan tinggi dengan panjang total sekitar 1:(4,0-5,2).
Sementara itu perbandingan panjang kepala dengan panjang total adalah 1:(5,2-5,5)
(Sudrajat,2008). Memiliki bagian kepala semakin dekat dengan mulut maka bentuknya
semakin runcing (Purnomowati, dkk. 2007). Ikan ini memiliki mulut tidak bergerigi, tipe
sisik sikloid, dan tipe ekor forked. Sisik sikloid memiliki tulang lamella tipis yang tembus
cahaya serta berbentuk oval (Mahardono, 1979). Susunan sisik seperti genting ini akan
mengurangi gesekan dengan air sehingga dapat berenang dengan lebih cepat (Rahardjo,
dkk. 1998). Bagian sisik yang menempel pada tubuh hanya separuhya. Penempelannya
tertanama pada sebuah kantung kecil didalam dermis. Bagian yang tertanam pada tubuh
disebut anterior, transparan, dan tidak berwarna. Bagian yang terlihat adalah bagian
belakang (posterior), berwarna karena mengandung butir-butir pigmen (kromatofor).
Sirip dada (pectoral fin) terbentuk dari lapisan semacam lilin, berbentuk segitiga, dan
teletak dibelakang insang disamping perut. Sirip punggung terletak pda puncak punggung
dan berfungsi sebagai kendali ketika sedang berenang. Sirip perut (ventrial fin) terletak pada
bagian bawah tubuh. Sirip anus (anal fin) terletak pada bagian depan anus. Sirip ekor
(caudal fin) terletak pada bagian belakang. Pada bagian sirip ekor berbentuk runcing,
semkain ke pangkal ekor semakin lebar dan membentuk sebuah gunting terbuka. Ikan
bandeng merupakan jenis ikan eurihalin sehingga dapat dijumpai di daerah air tawar, air
payau, dan air laut. Pada waktu larva ikan bandeng termasuk kedalam karnivora, kemudian
pada ukuran fry menjadi omnivora. Pada ukuran juvenil ikan ini termasuk kedalam
herbivora. Pada saat dewasa ikan ini kembali lagi menjadi omnivora karena mengkonsumsi
algae, zooplankton, bentos luak, dan pakan buatan berbentuk pelet (Aslamyah, 2008).

f. Ikan mujair (Oreochromis mossambicus)


Klasifikasi Gambar

13
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis mossambicus (Sumber : Dokumen Pribadi, 2017)

Ikan mujair (Oreochromis mossambicus) merupakan ikan tawar yang yang dapat
hidup di perairan payau. Ikan ini memiliki bentuk badan memanjang dan agak pipih, sisiknya
berwarna coklat sampai coklat kehijauan atau kehitaman tergantung pada lingkungan
hidupnya. (Murtidjo, 2001) Matanya kemerahan, kehitaman atau kecoklatan. Mata ikan
mujair sama dengan ikan lainnya yaitu memiliki bentuk bulat dan bagian tengah terdapat
bundaran hitam. Selain itu, mata ikan akan terdapat lingkaran berwarna kekuningan dan
keputihan tergantung umurnya. Ikan mujair memiliki sirip berbentuk seperti sisir dan berduru
dibagian atasnya. Sirip punggung memiliki 15-17 jari-jari tajam dan 10-13 jari-jari lunak
serta ditemukan garis lurus memanjang. Sirip anal memiliki 3 jari-jari keras dan 9-12 jari-jari
lunak. Sirip ekor 7-12 buah dan ditemukan garis-garis tegak (vertikal). Memiliki sepasang
sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil. Ekor pada ikan mujair ini terbentuk tumpul
bagian ujungnya dan persegi, ekor ikan mujair memiliki warna yang sama dengan siripnya.

O. mossambicus tergolong ikan omnivora sehingga dapat hidup pada lingkungan yang
berbeda karena tidak bergantung pada sumber makanan tertentu. Jenis makanannya yaitu
alga, partikel organik, dan invertebrata kecil. Untuk tumbuh dan bereproduksi ikan ini
membutuhkan suhu antara 16-30⁰C dan toleransinya terhadap salinitas hingga 35 ppt.
(ACTFR, 2007)

4.1.2 Tabel Morfometri Ikan

No. Karakter Jenis (mm)


1 2 3 4 5 6
1. Panjang Total (PT) 760 210 1130 1390 260 200
2. Panjang Standar (PS) 560 160 875 340 190 150
3. Panjang Kepala (PK) 200 40 270 120 50 55
4. Panjang Batang Ekor (PE) 20 20 470 1060 70 30
5. Panjang Moncong (PM) 70 10 270 90 13 20
6. Tinggi Sirip Punggung (TP) 80 20 0 0 40 10
7. Panjang Pangkal Sirip 210 80 50 0 27 90
Punggung (PP)
8. Diameter Mata (DM) 10 14 20 0 18 10
9. Tinggi Batang Ekor (TE) 110 20 130 0 20 30
10. Panjang Sirip Dada (PD) 120 50 220 0 30 70
11. Panjang Sirip Perut (PPe) 50 26 90 0 26 35

14
12. Tinggi Badan (TB) 130 68 0 0 55 20

Keterangan:
1. Rhizoprionodon oligolinx
2. Caesio cuning
3. Rhinobatos typus
4. Dasyatis cf akajei
5. Chanos chanos
6. Oreochromis mossambicus

Selain itu, juga ditemukan jenis hewan dari filum Mollusca yang memiliki beberapa
kelas, yaitu Bivalvia, Gastropoda, Schapopoda, Chepalopoda, dan lain-lain. Hewan yang
termasuk kelas Mollusca ditandai dengan tubuh yang memiliki cangkang. Filum ini tersebar
luas pada habitat air laut, air tawar, dan darat, tetapi lebih banyak terdapat dalam laut
(Brotowidjoyo, M. D., 1994). Memiliki tubuh yang lunak, secara umum memiliki lipatan
dinding tubuh (mantel) bertaut dengan tubuh (Nuha, U. 2015). Dari hasil praktikum lapangan,
didapatkan beberapa spesimen yang termasuk ke dalam filum ini yaitu :

1. Bivalvia
Bivalvia merupakan salah satu kelas dari Filum Mollusca. Bivalvia disebut juga
Pelecypoda karena kakinya yang berbentuk kapak, dan disebut Lamellibrankhiata karena
memiliki insang yang berbentuk lembaran-lembaran dan berukuran sangat besar
(Romimohtarto, 2009). Kebanyakan bivalvia hidup di laut pada daerah littoral, di daerah
pasang surut, dan air tawar. Spesies yang hidup umumnya terdapat di dasar perairan yang
berlumpur atau berpasir (Irawan, I. 2008)
Umumnya, bivalvia ini mempunyai cangkang setangkup dan sebuah mantel berupa
daun telunga atau cuping. Mantel dilekatkan pada cangkang dengan bantuan otot-otot yang
meninggalkan bekas garis melengkung, biasanya berwarna putih mengkilat (Romimohtarto,
2009). Hewan ini memiliki kaki menonjol atau byssus yang keluar dari anterior kerangkanya.
Bagian posterior dari kerangkanya dimana ada tonjolan siphon. Kebanyakan kerang adalah
filter feeder tetapi ada beberapa disebut scavenger yaitu pemakan bangkai atau predator
(Insafitri, 2010). Kebanyakan bivalvia kelaminnya terpisah, gamet jantan dan betina
dilepaskan ke air dan dibawa oleh arus (Aucoin, 2006).
Pulau Pari yang terletak di Kepulauan Seribu memiliki keanekaragaman makhluk
hidup, salah satunya pada hewan lautnya. Menurut Irawan (2008), distribusi dan kelimpahan
jenis Mollusca dipengaruhi oleh diameter rata-rata butiran sedimen, kandungan debu dan liat.
Dari hasil praktikum lapangan, didapatkan beberapa spesies dari bivalvia ini. Diantaranya
Pinna muricata, Trachycardium subrugosum, Circe scripta, Gafrarium sp., Tellina magna,
dan lain-lain. Perbedaan bentuk, dan warna dari spesimen yang ditemukan, dapat
mempermudah dalam melakukan identifikasi. Misalnya pada Pinna muricata memiliki
bagian posterior yang meruncing, sedangkan Circe scripta bagian posteriornya tidak
meruncing.

15
2. Gastropoda
Gastropoda merupakan salah satu kelas dari filum Mollusca. Umumnya hidup di laut
dan perairan tawar, namun beberapa telah beradaptasi dikehidupan darat misalnya pada
bekicot dan siput (Campbell, 2012). Gastropoda adalah satu-satunya mollusca yang
ditemukan dihabitat teresterial (Ruppert, dkk, 2004). Hewan ini merupakan Mollusca yang
berjalan dengan bagian kaki perut. Terdapat cangkang yang berfungsi untuk melindungi
organ vital yang terletak di posisi dorsal tubuh, sedangkan pada bagian ventral terdapat kaki
yang menggulung/melipat dan tersusun dari otot-otot ventral perut (Nuha, U., 2015).
Kebanyakan bentuk kelas gastropoda asimetris karena mengalami torsi, serta
cangkangnya berbentuk kerucut dari tabung yang melingkar (Irawan, I. 2008). Gastropoda
biasanya berlendir dan bergerak lamban, beberapa diantaranya terspesialisasi untuk
memanjat, berenang, atau menggali. Namun, gastropoda memiliki sifat bergerak lebih aktif
daripada bivalvia (Hartoni dan Agussalim, 2012). Hewan ini juga dapat dijadikan sebagai
petunjuk dalam menilai kualitas perairan karena sifatnya yang relatif diam atau memiliki
mobilitas yang rendah, sehingga sangat banyak mendapat pengaruh dari lingkungan (Nuha,
U., 2015).
Ditemukan beberapa spesies dari gastropoda diantaranya, Cyprea annulus, Nerita
articulata, Rhinoclavis sinensis, Morula granulata, Eugenia medicaria, Drupa sp., Pugilina
cochlidium, Columbella scripta, Polinices sp., Ellobium sp., dan Terebra areolata. Perbedaan
dari spesimen yang ditemukan didapat dari corak cangkang, bentuk cangkang, tekstur
permukaan cangkang, arah garis cangkang. Menurut Mujiono (2015), jenis gastropoda di
Kepulauan Seribu mayoritas didominasi oleh jenis laut, karena kondisi geografisnya yang
dikelilingi oleh perairan laut dan perairan laut merupakan penghalang bagi distribusi jenis
gastropoda air tawar maupun darat. Berdasarkan hasil Cluster analysis pada gastropoda
terpisah menjadi 2 kelompok yang dikarenakan perbedaan tekstur permukaan cangkangnya.

3. Chepalopoda
Selain Bivalvia dan Gastropoda, Chepalopoda juga termasuk filum Mollusca. Hewan
yang termasuk kelas ini adalah Loligo sp., dan Sephia sp. yang merupakan salah satu sumber
daya hayati laut yang memiliki nilai ekonomis penting, dan mengandung gizi yang tinggi.
Hampir semua bagian dari hewan ini dapat dimakan karena termasuk hewan lunak dengan
cangkang yang sangat tipis pada bagian punggung. Sebagian besar jenis hidupnya di perairan
laut daerah tropik (Chodrijah, U. dan Tri Wahyu B., 2011).
Menurut Rudiana dan Delianis (2004), cumi-cumi (Loligo sp.) memiliki bentuk tubuh
yang simetri bilateral dan dibedakan atas kepala, leher, dan badan/mantel. Pada bagian kepala
terdapat mulut yang dikelilingi oleh dua tentakel dan delapan lengan yang lebih pendek
daripada tentakel, mulut pada Loligo sp. terdapat di tengah kepala yang dikelilingi oleh
tentakel dan tangan yang mempunyai alat penghisap. Di dalam mulut terdapat gigi kitin yang
tajam dan lidah parut (radula) di bagian tengah mulut. Terdapat mata pada sisi kiri dan kanan
kepala. Pada leher bagian dorsal dapat terlihat sangat jelas, sedangkan bagian ventral leher
tidak jelas karena tertutup oleh corong atau sifon yang keluar dari mantel. Pada bagian mantel
atau badan terdapat sirip pada bagian dorsal kanan dan kiri dengan bentuk seperti segitia.
Kantung tinta yang dimiliki Loligo sp. melekat dan bermuara pada saluran pencernaa dekat

16
anus, sehingga cairan tinta keluar dari kantung tinta. Di perairan Indonesia hanya terdapat 5
spesies Loligo (Silas, 1968).
Selain Loligo, yang termasuk contoh Chepalopoda adalah Sephia atau yang biasa
disebut sotong. Sephia memiliki perbedaan dengan Loligo yang terletak pada badannya yang
berbentuk bulat telur dan siripnya yang melingkari seluruh badan. Pada bagian dorsal
terdapat cangkang berbentuk lonjong dan berwarna putih yang terletak di dalam mantel.
Sama dengan Sephia, terdapat dua tentakel dan delapan lengan pendek yang terdapat alat
penghisap. Selain itu, Sephia berenang lebih lambat dibandingkan Loligo karena bentuk
tubuhnya yang berbeda. Hewan ini juga mengeluarkan tinta yang akan menyebabkan air
disekitarnya akan menjadi gelap sehingga akan membingungkan predator (Karleskint, Jr.,
dkk. 2006).
Terdapat pula Porifera dan Coelenterata yang termasuk biota laut dan merupakan
hewan dengan tingkat evolusi rendah. Semua jenis dari filum ini kebanyakan habitatnya di
laut. Porifera yang ditemukan di Pulau Pari salah satunya yaitu Demospongia yang tubuhnya
tersusun dari serat sponging dan memiliki saluran yang menghubungkannya dengan rongga
tubuh (spongocoel). Sedangkan Coelenterata yang ditemukan yaitu dari kelas Anthozoa yang
dapat bersimbiosis dengan zooxanthel. Siklus hidupnya pada tingkat polip yang berkoloni
atau soliter, tidak ada tingkat medusa, memiliki cnidosit di gastrodermis, memiliki sel
nematosit dan mulut yang mengarah ke stomadeum. Contohnya seperti Acropora sp.
Echinodermata berasal dari kata Yunani, echinos yang berarti duri dan derma yang
berarti kulit. Jadi, Echinodermata dapat diartikan sebagai hewan yang memiliki kulit berduri.
Kelompok hewan ini memiliki permukaan yang kasar karena kulitnya memiliki lempeng-
lempeng zat kapur dengan duri-duri kecil. Hewan ini biasanya hidup di pantai dan di dalam
laut sampai kedalaman sekitar 366 m. Sebagian besar hewan ini hidup bebas. Jenis yang
ditemukan di Pulau Pari yaitu Archaster typicus (kelas Asteroidea) dan Diadema setosum
(kelas Echinoidea).
Asteroidea sering disebut bintang laut. Sesuai dengan namanya itu, jenis hewan ini
berbentuk bintang yang umumnya memiliki 5 lengan. Permukaan kulit tubuhnya terdapat
duri-duri dengan berbagai ukuran. Hewan ini banyak dijumpai di pantai. Ciri lainnya adalah
alat organ tubuhnya bercabang ke seluruh lengan. Mulut terdapat di permukaan bawah atau
disebut permukaan oral dan anus terletak di permukaan atas (permukaan aboral). Kaki tabung
tentakel (tentacle) terdapat pada permukaan oral. Sedangkan pada permukaan aboral selain
anus terdapat pula madreporit. Madreporit adalah sejenis lubang yang mempunyai saringan
dalam menghubungkan air laut dengan sistem pembuluh air dan lubang kelamin. Echinoidea
tubuhnya dipenuhi duri tajam. Duri ini tersusun dari zat kapur. Duri ini ada yang pendek dan
ada pula yang panjang seperti landak. Itulah sebabnya jenis hewan ini sering disebut landak
laut. Jenis hewan ini biasanya hidup di sela-sela pasir atau sela-sela bebatuan sekitar pantai
atau di dasar laut. Tubuhnya tanpa lengan hampir bulat atau gepeng. Ciri lainnya adalah
mulutnya yang terdapat di permukaan oral dilengkapi dengan 5 buah gigi sebagai alat untuk
mengambil makanan. Hewan ini memakan bermacam-macam makanan laut, misalnya hewan
lain yang telah mati, atau organisme kecil lainnya. Alat pengambil makanan digerakkan oleh
otot yang disebut lentera arisoteteles. Sedangkan anus, madreporit dan lubang kelamin
terdapat di permukaan atas. (Jasin, 1984)

17
Arthropoda berasal dari bahasa Yunani yaitu Arthros berarti sendi (ruas) dan podos
berarti kaki. Jadi Arthropoda adalah hewan yang mempunyai kaki bersendi-sendi (beruas-
ruas). Hewan ini banyak ditemukan di darat, air tawar, dan laut, serta di dalam tanah. Hewan
ini juga merupakan hewan yang paling banyak jenis atau macam spesiesnya. Jenis yang
diamati kali ini dari kelas Crustacea yaitu hewan aquatik baik di air laut atau air tawar.
Tubuhnya bersegmen dan terdiri atas cephalothorax (kepala dan dada menjadi satu) serta
abdomen (perut). Bagian anterior tubuh besar dan lebih lebar sedangkan posteriornya sempit.
Bagian kepala terdapat 2 pasang antenna, sepasang mandibula untuk menggigit mangsanya,
sepasang maksila dan sepasang maksiliped. Maksila dan maksiliped berfungsi untuk
menyaring makanan dan menhantarkan makanan ke mulut. Alat gerak berupa kaki, terdiri
atas 3 macam periopod (kaki jalan), pleopod (kaki renang) dan uropod (penunjuk arah).
Crustacea yang diamati kali ini termasuk golongan Malacostracha (udang tingkat
tinggi/sempurna) yaitu Penaeus monodon, jenis udang yang hidup di air payau yang paling
banyak dibudidayakan dan enak dimakan. Hewan ini memiliki 10 kaki (decapoda) dan
merupakan kelompok udang yang sangat penting peranannya bagi kehidupan manusia
sebagai sumber makanan yang kaya akan protein. (Jasin, 1984)

18
4.2 Pengamatan Makrofauna Tanah
4.2.1 Tabel Pengamatan Makrofauna Tanah
Filum Kelas Nama Individu
Oecophylla sp
Myrmicinae
Insecta
Arthropoda Schyzonycha sp
Orthoptera sp 1
Myriapoda Julus virgatus

Makrofauna tanah merupakan bagian dari biodiversitas tanah yang berukuran 2 mm


sampai 20 mm. (Gorny dan Leszek, 1993) makrofauna tanah berperan penting dalam
perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi. Dalam dekomposisi bahan organik, makrofauna tanah
lebih banyak berperan dalam proses fragmentasi serta memberikan fasilitas lingkungan
(mikrohabitat) yang lebih baik bagi proses dekomposisi lebih lanjut yang dilakukan oleh
kelompok mesofauna dan mikrofauna tanah serta berbagai jenis bakteri dan fungi. Peran
makrofauna tanah lainnya adalah melakukan pengangkutan materi organik dari permukaan ke
dalam tanah, perbaikan struktur tanah dan proses pembentukan tanah. Dengan demikian,
makrofauna tanah berperan aktif untuk menjaga kesuburan tanah. (Adianto, 1993)
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, makrofauna tanah yang ditemukan di
Pulau Pari adalah golongan dari kelas Insecta diantaranya ada Oecophylla sp., Myrmicinae,
Schyzonycha sp., Orthoptera sp 1 dan dari kelas Myriapoda Julus virgatus.
Kelas Insecta (Serangga) merupakan kelompok hewan yang mendominasi lingkungan
hampir 75% dari kelompok invertebrata lainnya. Hewan ini adalah bagian dari Arthropoda
yang kakinya beruas-beruas, diperkirakan jumlah Insecta mencapai lebih dari 900.000 jenis.
Hal ini menunjukkan serangga ini cepat terevolusi. Hewan ini memiliki ciri khusus yaitu
kakinya berjumlah 6 atau 3 pasang sehingga disebut Hexapoda. Tubuh Insecta terdiri atas 3
bagian yaitu caput (kepala), thorax (dada) dan abdomen. Kepalanya terdapat sepasang antena,
mata majemuk (mata faset), dan mata tunggal (oseli). Beberapa jenis Insecta memiliki sayap
contohnya seperti makrofauna tanah yang ditemukan di Pulau Pari yaitu Schyzonycha sp dan
Orthoptera sp 1. Bagian abdomen Insecta terdapat spirakel (lubang pernapasan yang menuju
tabung trakea), tubula malphigi (alat ekskresi yang melekat pada bagian posterior saluran
pencernaan). Sistem sirkulasi darahnya terbuka. (www.bio.unsoed.ac.id)
Kelas Myriapoda merupakan kelompok hewan yang sebagian besar spesiesnya
memiliki banyak pasang kaki. Myriapoda memiliki dua bagian tubuh (kepala dan abdomen),
terdapat sepasang antenna di kepalanya, memiliki mata sederhana, memiliki rahang dan
maksila. Myriapoda diklasifikasikan menjadi 2 subkelas yaitu Chilopoda dan Diplopoda.
Chilopoda merupakan hewan karnivor yang memiliki tubuh pipih dengan sepasang kaki di
tiap segmen tubuhnya dan memiliki telson sebagai bentuk pertahanan dirinya, contohnya
Scolopendra sp (kelabang). Selanjutnya, Diplopoda yaitu hewan herbivora yang memiliki
tubuh bulat memanjang dengan 2 pasang kaki di setiap segmen tubuhnya. Hewan ini tidak
memiliki telson untuk pertahanan diri, jika dalam keadaan bahaya Diplopoda akan
menggulungkan tubuhnya. Contohnya seperti Julus virgatus (keluwing).
(www.upikke.staff.ipb.ac.id)

19
4.3 Pengamatan Hewan Vertebrata
4.3.1 Pengamatan Hewan Vertebrata
Klasifikasi Gambar

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Carnivora
Family : Felidae
Subfamili : Felinae
Genus : Felis
Spesies : Felis domesticus

(Sumber : Dokumen Pribadi, 2017)

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Anseriformes
Famili : Anatidae
Genus : Cairina
Species : Cairina moschata
(Sumber : Dokumen Pribadi, 2017)

Mammalia merupakan kelompok tertinggi derajatnya dalam dunia hewan, termasuk


kelas ini adalah: tikus, kelelawar, kucing, kera, kuda, kijang, ikan paus, manusia, dan lain-
lain. Hampir semua tubuhnya ditutupi oleh kulit yang berambut banyak atau sedikit dan
berdarah panas (homoiotherm). Sebutan mamalia berdasarkan adanya kelenjar mammae
pada hewan betina untuk menyusui anaknya yang masih muda. Pengasuhan terhadap
anaknya berkembang dengan baik sekali dan puncaknya terdapat pada manusia. Mamalia
hidup di berbagai habitat mulai dari kutub hingga ekuator, dari dasar laut sampai hutan
lebat dan gurun pasir. Banyak yang hidup secara nokturnal dan banyak juga hidup secara
diurnal. Spesies tertentu sebagai hewan buas yang diburu, spesies lainya jinak. Beberapa
pemakan daging dan buah-buahan, dan beberapa sebagai sumber penyakit. Hewan ternak
mamalia adalah penting sekali bagi manusia sebagai bahan makanan, bahan pakaian, dan
alat transportasi (Jasin, 1992).
Sebutan mamalia berasal dari keberadaan glandula mammae pada tubuh mereka
yang berfungsi sebagai penyuplai susu. Seperti yang kita ketahui bahwa mamalia betina
menyusui anaknya dengan memanfaatkan keberadaan kelenjar tersebut. Walaupun
mamalia jantan tidak menyusui anaknya, bukan berarti mereka tidak memiliki kelenjar
mammae. Semua mamalia memiliki kelenjar mammae, tetapi pada mamalia jantan
kelenjar ini tidak berfungsi sebagaimana pada mamalia betina (Jafnir, 2004).

20
Sebagian mamalia melahirkan keturunanya, tapi ada beberapa mamalia yang
tergolong dalam monotremata yang bertelur. Mamalia memiliki 3 tulang pendengaran
dalam setiap telinga dan 1 tulang disetiap sisi rahang bawah. Gigi mamalia memiliki
spesialisasi untuk memotong (gigi seri), menyobek(gigi taring), dan menggiling (gigi
geraham) makananya. Gigi mamalia umumnya terbagi menjadi empat tipe gigi yaitu gigi
seri, taring, premolar, dan molar (Brotowidjoyo, 1990).
Anggota gerak mammalia sangat teradaptasi dengan bentuk kehidupan dan
habitatnya masing-masing sehingga tipe gerak hewan mamalia dapat dibedakan menjadi
plantigrade (berjalan diatas tanah, seperti kucing), swimming (aquatic), saltorial (pelompat
seperti kangguru), fossorial (hidup pada lubang) serta aerial (terbang seperti kelelawar)
(Nowak, 1999).
Pengamatan kucing dilakukan di sekitar rumah warga Pulai Pari pada hari Sabtu, 7
Oktober 2017. Kami mengamati kucing (Felis domesticus) yang biasa disebut dengan
kucing rumah karena hidupnya sering berada di rumah-rumah warga daripada di alam
bebas. Kucing rumah (Felis domesticus) yang membedakanya dengan kucing yang lain
yaitu mempunya bulu kecil, merupakan mamalia karniora, peliharaanya yang dihargai
oleh oleh manusia untuk persahabatan dan kemampuanya untuk berburu tikus yang
merupakan hama bagi rumah-rumah (Jenkins, 2002).
Felis domesticus dianggap sebagai karnivora yang sempurna dengan gigi dan saluran
pencernaan yang khusus. Gigi premolar dan molar pertama membentuk sepasang taring di
setiap sisi mulut yang berfungsi sebagai gunting dan perobek daging (Corbet & Hill,
1992). Di bawah hidung, kucing memiliki sekitar 3-6 helai kumis yang masing memiliki
panjang rata-rata sekitar 1-1,5 cm yang berfungsi sebagai alat penyaring kotoran sebelum
masuk ke hidung. Kedua mata kucing menghadap ke depan. Felis domesticus memiliki
kuku-kuku yang tajam untuk mencakar dan mencabik-cabik mangsanya.
Selanjutnya ada kelas Aves yaitu kelas hewan vertebrata yang berdarah panas
dengan memiliki bulu dan sayap. Tulang dada tumbuh membesar dan memipih, anggota
gerak belakang beradaptasi untuk berjalan, berenaang, dan bertengger. Mulut sudah
termodifikasi menjadi paruh, mempunyai kantong hawa, jantung terdiri dari empat ruang,
rahang bawah tidak mempunyai gigi, karena giginya telah hilang dan dugantikan oleh
paruh ringan (Mukayat, 1990).
Aves memiliki beberapa ciri-ciri diantaranya adanya bulu yang menutupi tubuhnya,
anggota gerak depan sudah termodifikasi menjadi sayap, anggota gerak belakang
beradaptasi untuk berjalan, berenaang, dan bertengger. Anggota kelas Aves memiliki
kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap lingkunganya, sehingga hewan ini mampu
bertahan dan berkembang biak pada suatu tempat. Ciri yang paling spesifik dari hewan ini
yaitu adanya sayap yang berfungsi sebagai penghindar dari predatornya dan untuk mencari
makan (Kimball, 1999).
Kelas Aves memiliki kemajuan bila dibandingkan dengan kelas-kelas yang
mendahuluinya. Burung-burung atau Aves dibagi berdasarkan tempat hidupnya. Burung-
burung yang hidup di tanah umumnya bersifat 0mnivora, mempunyai kaki yang kuat
untuk mencakar-cakar tanah tanah, memiliki kemampuan terbang dengan jarak yang
pendek. Burung-burung aquatic menggunakan kakinya untuk berenag, berjalan, terbang
dan berlari. Ciri dari kaki burung akuatik yaitu memiliki selaput untuk menghubungkan

21
antara kaki satu dengan kaki lainya. Burung arboreal mempunyai bulu-bulu dengan
susunan warna yang mencolok, memiliki paruh yang kuat, kaki pendek dan lemah,
memiliki sayap yang bervariasi bentuknya dan memiliki pola terbang yang khas.
Pengamatan Aves yang dilakukan di Pulau Pari yaitu dengan mengamati morfologi
dari famili Anatidae dari spesies Cairina moschata dengan cara mengamati morfologinya.
Cairina moschata memiliki paruh dengan tipe paruh lebar dan memiliki ujung yang
membualat. Tipe paruh imi digunakan untuk menyaring tanaman, biji, hewan-hewan kecil
dari lumpur dan air. Selain memiliki paruh sebagai salah satu anggota tubuhnya, Cairina
moschata juga memiliki kaki dengan bentuk kaki burung air. Kaki tersebut berfungsi
untuk berenang, berjalan, mencegah entok tenggelam di lumpur, dan memudahkan entok
untuk meluncur di air dengan cepat. Hal tersebut dikarenakan pada kaki terdapat selaput
yang menghubungkan jari-jarinya.
Cairina moschata memiliki warna dominan hitam dan coklat, Itik ini tubuhnya
dibedakan atas kepala, paruh, yang terbentuk dari maxilla dan lubang hidung. memiliki
cera yaitu kulit atau tonjolan kulit berwarna merah dan hitam disekitar mata dan wajah,
alat penglihat dan lubang telinga terletak disebelah darso-caudal mata, sedangkan
membran tymphani yang terletak di sebelah dalamnya untuk menangkap getaran suara.
paruh besar dan pendek, berwarna putih gading, dan ekor memipih agak lebar. Truncus
atau badan dibungkus oleh kulit yang seakan-akan tak melekat pada otot. Dari kulit ini
akan muncul bulu. Itik ini mempunyai ekor berbulu yang berpangkal di uropygium.
Habitat ini berada pada hutan-hutan berawa dan wilayah sekitar danau dan sungai
termasuk di hilir lembah sungai.

22
BAB 5

KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum lapangan ini adalah Pulau Pari, Kepulauan Seribu masih
memiliki keanekaragaman fauna yang baik. Masih banyak ditemukan fauna-fauna dengan
berbagai macam jenis.
Ditemukan 32 spesies dari berbagai filum. Spesimen paling banyak didapatkan 22
spesies dari filum Mollusca, yaitu 16 spesies dari kelas Gastropoda dan 6 spesies dari kelas
Bivalvia. Selain itu, bermacam jenis ikan juga diamati dengan melakukan pengukuran
morfometri untuk membantu dalam mengidentifikasi ikan tersebut, seperti panjang total
tubuh, bentuk sirip, jumlah sisik tubuh, dan lain-lain. Bermacam jenis fauna pada tanah
didominasi oleh semut hitam, semut merah, cacing, dan lain-lain. Pada biota laut juga
didapatkan hewan dari kelas Porifera dan Coelenterata yang tidak begitu banyak didapat
karena lokasi plot yang masih dekat daratan, dan banyak ditemukannya potongan-potongan
sehingga sulit untuk diidentifikasi.

23
DAFTAR PUSTAKA

ACTFR (Australian Centre Tropical Freshwater Research). (2007). Pest fish profiles-
Oreochromis mossambicus. James Cook University. Diakses tanggal 1 Desember 2017
pukul 14:07 WIB melalui (http://www.jcu.edu.au)
Aucoin, F., dkk. 2004. Guide to Sampling and Identifying Larvae of Species of Maricultural
Interest. Canada
Brotowidjoyo. 1990. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga
Brotowidjoyo, Mukayat Djarubito. 1994. Zoologi Dasar. Penerbit Erlangga : Jakarta
Campbell. 2012. Buku Ajar Biologi. Penerbit Erlangga : Jakarta
Chodrijah, Umi dan Tri Wahyu B. 2011. Beberapa Aspek Biologi Cumi-Cumi Jamak (Loligo
duvaucelli) yang Didaratkan di Blanakan, Subang, Jawa Barat. Bawal, Vol. 3, No. 6,
Halaman 357-362
Corbet, G.B. dan Hill, J.E. 1992. The Mammals of the Indomalayan Region. Oxford : Oxford
University Press
Insafitri. 2010. Keanekaragaman, Keseragaman, dan Dominansi Bivalvia di Area Buangan
Lumpur Lapindo Muara Sungai Porong. Jurnal Kelautan, Vol. 3, No. 1
Irawan, Iwan. 2008. Struktur Komunitas Mollusca (Gastropoda dan Bivalvia) Serta
Distribusinya di Pulau Burung dan Pulau Tikus, Gugusan Pulau Pari, Kepulauan
Seribu. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor : Bogor
Jafnir. 2004. Struktur Perkembanagn Hewan I. Padang: Universitas Andalas
Jasin, Maskoeri. (1984). Sistematika Hewan : invertebarat dan vertebrata. Surabaya. Sinar
Wijaya.
Jasin, M. 1992. Zoologi Vertebrata. Sinar Jaya: Surabaya
Jenskins, B. 2002. Learning Mammalia. New Delhi : Dominant Publisher and Distributors
Kimball, J.W. 1983. Biologi Jilid 3. Erlangga: Jakarta
Karleskint Jr., dkk. 2006. Introduction to Marine Biology, Third Edition. Brooks/Cole
Cengage Learning. USA
Mujiono, Nova. 2015. Gastropoda dari Kepulauan Seribu, Jakarta berdasarkan Koleksi
Spesimen Museum Zoologi Bogor. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon, Vol. 1, No. 8
Mukayat, D. 1990. Zoologi Vertebrata. Jakarta: Erlangga
Murtidjo, B.A. (2001). Beberapa Metode Pembenihan Ikan Air Tawar. Yogyakarta. Kanisius.
Nowak, R. 1999. Walkeis Mammal of the World vol 2. London: The John Hopkins University
Nuha, Ulin. 2015. Keanekaragaman Gastropoda pada Lingkungan Terendam Rob Desa
Bedono Kecamatan Sayung Kabupaten Demak. Skripsi. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Walisongo : Semarang
Romimohtarto, K. dan S. Juwana. 2009. Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan Tentang Biota
Laut. Djambatan : Jakarta
Rudiana, Esti dan Delianis P. 2004. Morfologi dan Anatomo Cumi-Cumi Loligo duvaucell
yang Memancarkan Cahaya. Ilmu Kelautan, Vol. 9, No. 2 : 96-100

24
Silas, E.G. 1968. Chepalopoda of The West Coast of India Collected during The Cruises od
The Research Vessel Varuna, with A Catalogue of The Species Know From The Indian
Ocean. Proc, Symp, Mollusca, Pt.1, Mar biol, Ass, India, 3 : 277-359
(www.bio.unsoed.ac.id) Diakses tanggal 1 Desember 2017 pukul 13:23 WIB
(www.upikke.staff.ipb.ac.id) Diakses tanggal 1 Desember 2017 pukul 13:52 WIB

25
UPGMA

26
Dasyatis cf akajei ()
Chanos chanos ()
Caesio cuning ()
Oreochromis mossambi
Rhinobatos typus ()
Rhizoprionodon oligolin
Archaster typicus ()
Diadema setosum ()
Acropora sp1 ()
Demospongia sp 1 ()
Tellina magna ()
Circe scripta ()
Bivalvia sp 1 ()
Gafrarium sp ()
Trachycardium subrugo
Pinna muricata ()
Drupa sp ()
Morula granulata ()
Terebra areolata ()
Columbella scripta ()
Ellobium sp ()
LAMPIRAN

Nerita articulata ()
Pugilina cochlidium ()
Gastropoda sp 1 ()
Eugenia medicaria ()
Rhinoclavis vertagus ()
Rhinoclavis sinensis ()
Polinices sp ()
Cypraea annulus ()
Sephia sp ()
Loligo sp ()
Schyzonycha sp. ()
Orthoptera sp 1 ()
Myrmicinae ()
Julus virgatus ()
Oecophylla sp ()
Penaeus monodon ()
Cairina moschata ()
Felis catus domesticus (

0.04 0.2 0.36 0.52 0.68 0.84 1

Jaccard's Coefficient

Anda mungkin juga menyukai