Anda di halaman 1dari 29

ANALISIS KADAR HARA TANAH N,P,K DAN pH TANAH

SAWAH DENGAN PERANGKAT UJI TANAH SAWAH (PUTS)

LAPORAN

Oleh

RIKA HARIBTA
2004290037
AGROTEKNOLOGI 1

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITASMUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2022
ANALISIS KADAR HARA TANAH N,P,K DAN pH TANAH
SAWAH DENGAN PERANGKAT UJI TANAH SAWAH (PUTS)

LAPORAN

Oleh:

RIKA HARBITA
2004290037
AGROTEKNOLOGI A1

Laporan Ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Mengikuti Mata Kuliah
Praktikum Kesuburan Tanah Tanaman Di Fakultas Pertanian
Muhammadiyah Sumatra Utara

Dikoreksi Oleh:

Dwiky Reza Sihotang


Asisten Praktikum

Diketahui Oleh :

Dr. Ir. Asritanarni Munar, M. P.


Dosen Penanggung Jawab

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITASMUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2022

2
RINGKASAN

Padi sawah merupakan konsumen pupuk terbesar di Indonesia. Efisiensi pem


upukan tidak hanya berperan penting dalam meningkatkan pendapatan petani,
tetapi juga terkait dengan keberlanjutan sistem produksi (sustainable production
system), kelestarian lingkungan, dan penghematan sumberdaya energi. Kebutuhan
dan efisiensi pem upukan ditentukan oleh dua faktor yang saling berkaitan yaitu:
(a) ketersediaan hara dalam tanah, term asuk pasokan melalui air irigasi dan sum
ber lainnya, dan (b) kebutuhan hara tanam an. Oleh sebab itu, rekomendasi pem
upukan harus bersifat spesifik lokasi dan spesifik varietas. Cara dan m etode yang
dapat digunakan dalam menentukan rekomendasi pem upukan N, P, dan KTanah
sawah dapat berasal dari tanah kering yang diairi kemudian disawahkan, atau dari
tanah rawa-rawa yang “dikeringkan” dengan membuat saluran-saluran drainase.
Sawah yang airnya berasal dari air irigasi disebut sawah irigasi, sedang yang
menerima langsung dari air hujan disebut sawah tadah hujan. Di daerah pasang
surut ditemukan sawah pasang surut, sedangkan yang dikembangkan di daerah
rawa-rawa lebak disebut sawah lebak PuTS merupakan untuk menganalisis kadar
hara tanah secara langsung di lapangan dengan relatif cepat, mudah, murah, dan
cukup akurat. PuTS digunakan untuk : a)menetapkan kadar hara N, P, K dan pH
tanah. Prinsip kerja PuTS adalah mengukur kadar hara N, P, danK tanah dalam
bentuk tersedia, yaitu hara yang larut dan atau terikat lemah dalam kompleks
jerapan koloid tanah. Kadar atau status hara N, P, dan K dalam tanah ditentukan
dengan cara mengekstrak dan mengukur hara tersedia di dalam tanah. Oleh karena
itu, pereaksi atau bahan kimia yang digunakan dalam alat uji tanah ini terdiri atas
larutan pengekstrak dan pembangkit warna Pada tanaman.
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, sehinga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktikum
Kesuburan Tanah dan Pemupukan yang berjudul “Analisis Kadar Hara Tanah
N, P, K Dan pH Tanah Sawah Dengan Perangkat Uji Tanah Sawah (Puts)”.

Pada Kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. Kedua orangtua dan sahabat yang telah memberikan dukungan dan masukkan
dalam menyelesaikan outline ini.
2. Prof. Dr., Asritarni Munar , M.P selaku Dosen Penanggung Jawab dan
Asisten Praktikum Kesuburan Tanah dan Pemupukan.
3. Abangda Fauzi Nur Azhari Pane S.P selaku Asisten Praktikum Kesuburan
Tanah dan Pemupukan
4. Abangda Dwiky Reza Sihotang selaku Asisten Praktikum Kesuburan Tanah
dan Pemupukan
5. Abangda Madan Fauzi selaku Asisten Praktikum Kesuburan Tanah dan
Pemupukan
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis menerima saran dari pembaca untuk menyempurnakan laporan
ini.

Medan, Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

RINGKASAN
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR GAMBARiv
DAFTAR LAMPIRAN v
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 2
Tujuan Praktikum 3
Kegunaan Praktikum 3
TINJAUAN PUSTAKA 4
Hipotesis Praktikum 6
BAHAN DAN METODE 8
Tempat dan Waktu 8
Bahan dan Alat 8
Pelaksaan Praktikum 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 11
Hasil 11
Pembahasan 11
KESIMPULAN DAN SARAN 16
Kesimpulan 17
Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 17
LAMPIRAN 19

ii
DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1. Hasil pengamatan penetapan kadar (N, P, K dan pH) ….................. 11

iii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Gambar 1. Bagan warna status hara N tanah ............................... 19

2. Gambar 2. Bagan warna status hara P tanah...................................... 19

3. Gambar 3. Bagan warna status hara K tanah..................................... 19

4. Gambar 4. Bagan warna untuk pH tanah........................................... 19

iv
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Padi sawah merupakan konsumen pupuk terbesar di Indonesia. Efisiensi

pem upukan tidak hanya berperan penting dalam meningkatkan pendapatan

petani, tetapi juga terkait dengan keberlanjutan sistem produksi (sustainable

production system), kelestarian lingkungan, dan penghematan sumberdaya energi.

Kebutuhan dan efisiensi pem upukan ditentukan oleh dua faktor yang saling

berkaitan yaitu: (a) ketersediaan hara dalam tanah, term asuk pasokan melalui air

irigasi dan sum ber lainnya, dan (b) kebutuhan hara tanam an. Oleh sebab itu,

rekomendasi pem upukan harus bersifat spesifik lokasi dan spesifik varietas. Cara

dan m etode yang dapat digunakan dalam m enentukan rekomendasi pem upukan

N, P, dan K ( Syarif, 2015).

Tanah sawah dapat berasal dari tanah kering yang diairi kemudian

disawahkan, atau dari tanah rawa-rawa yang “dikeringkan” dengan membuat

saluran-saluran drainase. Sawah yang airnya berasal dari air irigasi disebut sawah

irigasi, sedang yang menerima langsung dari air hujan disebut sawah tadah hujan.

Di daerah pasang surut ditemukan sawah pasang surut, sedangkan yang

dikembangkan di daerah rawa-rawa lebak disebut sawah lebak (Putra et. al, 2017).

Pemupukan berimbang merupakan salah satu faktor kunci untuk

memperbaiki dan meningkatkan produktivitas lahan pertanian, khususnya di

daerah tropik basah dimana pada umumnya tingkat kesuburan tanahnya rendah

karena tingkat pelapukan dan pencucian hara yang tinggi. Pembatas pertumbuhan

tanaman yang umum dijumpai adalah rendahnya kandungan hara di dalam tanah

terutama hara makro N, P dan K (Nasri. A. L ,2015).


2

Badan Litbang Pertanian bekerja sama dengan berbagai lembaga

internasional dan nasional seperti International Rice Research Institute (IRRI),

Lembaga Pupuk Indonesia, dan produsen pupuk telah m enghasilkan dan

mengembangkan beberapa metode dan alat bantu dalam upaya peningkatan

efisiensi pem upukan N, P, dan K untuk tanam an padi sawah, antara lain

Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) (sari, 2022).

Usaha untuk mengoptimalkan produktivitas padi di lahan sawah

merupakan salah satu peluang peningkatan produksi nasional. Hal

inidimungkinkan karena hasil padi pada agroekosistem masih beragam

antarlokasi dan belum optimal, rata-rata 4,7 t/ha sedangkan potensinya dapat

mencapai 6,7 t/ha. Penyebab belum optimalnya produktivitas padi di

lahan sawah antara lain oleh efisiensi pemupukanyang rendahdan kahat hara

unsur makro maupun unsur mikro. Optimalisasi produktivitas padi dapat dicapai

melalui penerapan teknologi yang sesuai dengan karakteristik agroekologinya.

Komponen penting agroekologi usahatani padi pada lahan sawah meliputi

jenis tanah, kesuburan kimiawi, organik dan fisik tanah, ketersedian air,

suhu, radiasi surya, dan pengelolaan tanaman (Faiz, 2015).

Produktivitas tanaman padi selain ditentukan oleh ketersedianhara

juga dipengaruhioleh kesuburan tanah, kondisi iklim (suhu udara, intensitas

radiasi surya, dan curah hujan), varietas dan pengendalian hama dan penyakit

tanaman. Pengelolaan hara yang tidak seimbang akanmenurunkan hasil padi

hingga 40% dan apabila disertai dengan pengelolaan tanaman yang tidak baik
3

maka kehilangan hasil dapat mencapai 60% dari potensi hasilnya

(Dobermann and Fairhurst, 2019).

Tujuan Praktikum

1. Untuk mengatur kadar N, P, K dan Ph dengan PUTS.

2. Mengetahui pH pada tanah sawah dengan PUTS.

3. Mengetahui kebutuhan kapur pada tanah.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk Mengikuti Praktikum Kesuburan Tanah dan

Pemupukan pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera

Utara. .

2. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan

dikembangkan untuk penelitian lebih lanjut mengenai penelitian ini.

3. Menambah informasi bagi mahasiswa.


4

TINJAUAN PUSTAKA

PuTS merupakan untuk menganalisis kadar hara tanah secara langsung di

lapangan dengan relatif cepat, mudah, murah, dan cukup akurat. PuTS

digunakan untuk : a)menetapkan kadar hara N, P, K dan pH tanah. Kadar

hara N, P, dan K tanah dikelompokkan menjadi tiga kelas status, yaitu

rendah (R), sedang (S), dan tinggi (T), b) menentukan dosis rekomendasi

pemupukan N, P, K untuk padi sawah berdasarkan kelas status hara

tanah, dan c)memilih jenis pupuk N yang sesuai dengan kondisi kemasaman

tanah serta teknologiuntuk mengatasi keracunan besi yang umum terjadi di

lahan sawah bukaan baru (marzuki, 2018).

Satu unit PuTS terdiri atas: (1) satu paket bahan kimia dan alat untuk

ekstraksi kadar N, P, K, dan pH, (2) bagan warna untuk penetapan kadar

pH, N, P, dan K, (3) Buku Petunjuk Penggunaan serta Rekomendasi Pupuk

untuk padi Sawah, dan (4) Bagan Warna Daun (BWD). Rekomendasi

pemupukan pada berbagai kelas status hara tanah yang diberikan

mengacu pada hasil kalibrasi uji tanah (Tri mulya, 2017).

Prinsip kerja PuTS adalah mengukur kadar hara N, P, danK tanah dalam

bentuk tersedia, yaitu hara yang larut dan atau terikat lemah dalam kompleks

jerapan koloid tanah. Kadar atau status hara N, P, dan K dalam tanah

ditentukan dengan cara mengekstrak dan mengukur hara tersedia di dalam

tanah. Oleh karena itu, pereaksi atau bahan kimia yang digunakan dalam

alat uji tanah ini terdiri atas larutan pengekstrak dan pembangkit warna

(Widowati, 2017).
5

Bentuk hara yang diekstrak dengan PUTS untuk nitrogen adalah NO3-

N dan NH4-N, untuk fosfat adalah orthophosphate (PO43-, HPO4= dan

H2PO4 -) dan kalium adalah K+. Pengukuran kadar hara dilakukan secara

semikuantitatif dengan metode kolorimetri (pewarnaan). Hasil analisis N, P,

dan K tanah selanjutnya digunakan sebagai kriteria penentuan rekomendasi

pemupukan N, P, dan K spesifiklokasi untuk tanaman padi sawah (Adrin,

2015).

Pada tanaman, Nitrogen berperan dalam Pembentukan zat hijau daun atau

biasa disebut dengan klorofil, protein dan lemak. Klorofil sangat membantu dalam

prses pemasakan zat makan yang diserap oleh akar tanaman. Pemberian pupuk

pada tanaman akan membantu dan merangsang pertumbuhan vegetative tanaman,

sehingga dapat mempercepat proses pembentukan daun, pembesaran batang, dan

penambahan tinggi tanaman. Gejala kekurangan Nitrogen pada tanaman

ditunjukkan dengan menguningnya daun (warna daun berubah menjadi

kekuningan, yang selanjutnya menjadi kuning sempurna) (Nugroho, 2019).

Unsur fosfor (P) merupakan unsur hara yang diperlukan dalam jumlah

besar. Jumlah fosfor dalam tanaman lebih kecil dibandingkan Nitrogen dan

Kalium. Tetapi fosfor dianggap sebagai kunci kehidupan (key of life). Unsur ini

merupakan komponen tiap sel hidup dan cenderung terkonsentrasi dalam biji dan

titik tumbuh tanaman. Unsur P dalam phospat adalah fosfor sangat berguna bagi

tumbuhan karena berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar terutama pada

awal-awal pertumbuhan (Prasetyo. 2019).

Unsur hara kalium (K) merupakan unsur hara utama ketiga yang

diperlukan tanaman dalam jumlah besar. Unsur tersebut dalam bentuk mobil,
6

sehingga mudah hilang tercuci. Bila terjadi kekurangan unsur K tanaman menjadi

rentan terhadap serangan hama penyakit, proses metabolisme terganggu, sehingga

kualitas dan kuantitas produksi padi rendah. Sumber K berasal dari pupuk

anorganik seperti KCl dan NPK. Pada tanaman padi sebagian hara K dari pupuk

dapat digantikan oleh jerami padi yang dikembalikan sebagai pupuk organik.

Kadar K dalam jerami umumnya sekitar 1 % sehingga dalam 5 ton jerami terdapat

sekitar 50 kg K setara (K-K20-KCl). Pengembalian jerami dalam bentuk segar

maupun dikomposkan dilahan sawah harus digalakkan kembali karena selain

mengandung unsur K, jerami juga mengandung unsur hara lain seperti N, P, Ca,

Mg dan unsur mikro, hormon, pengatur tumbuh serta asam-asam organik yang

sangat berguna bagi tanaman. Selain itu dapat memperbaiki sifat fisik tanah dan

biologi tanah (Rahmi, 2015).

Praktek pemupukan P dalam bentuk TSP/SP36 yang berlebihan sering

berakibat penimbunan hara P. Gejala seperti ini banyak terjadi di lahan sawah

yang sudah dikelola secara intensif yang selalu menggunakan pupuk. Hasil

penelitian pemupukan jangka panjang menunjukkan bahwa pemberian 25 kg

P/ha/musim meningkatkan ketersediaan hara dari 26,9 mg menjadi 31,1 mg/ kg

P205 (Abdulrachman et al. 2015)

Hipotesis Praktikum

1. Adanya keterkaitan dalam menentukan kadar N dengan menggunakan

Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS).

2. Adanya keterkaitan dalam menentukan kadar P dengan menggunakan

Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS).


7

3. Adanya keterkaitan dalam menentukan kadar K dengan menggunakan

Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS).

4. Adanya keterkaitan dalam menentukan kadar pH dengan menggunakan

Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS).

5. Adanya keterkaitan dalam menentukan kadar kapur pada tanah sawah

dengan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS).


8

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Praktikum Praktikum Kesuburan Tanah dan Pemupukan dilaksanakan di

Laboratorium Tanah Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

Praktikum Kesuburan Tanah dan Pemupukan dilaksanakan pada tanggal 26

maret 2022 hari rabu pada pukul 15.20 wib s/d selesai.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tanah sawah, pereaksi N1,

pereaksi N2, pereaksi N3, pereaksi N4, pereaksi PH1, pereaksi PH2, pereaksi K1,

pereaksi K2, pereaksi K3, pereaksi P1 dan pereaksi P2.

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung reaksi, sendok

stainless, pengaduk dari kaca, rak tabung reaksi, kertas tisu pengering, sikat

pembersih tabung reaksi dan buku petunjuk penggunaan.

Pelaksanaan Praktikum

A. Penetapan status N tanah

1. Contoh tanah uji sebanyak ½ sendok spatula contoh tanah uji atau 0,5 cm

tanah yang diambil dengan syringe (spet) dimasukkan ke dalam tabung

reaksi, atau jumlah tanah sebanyak garis 0.5 ml yang tertera pada tabung

reaksi,
9

2. Tambahkan 2 ml Pereaksi N-1, kemudian diaduk rata sampai homogen

dengan pengaduk kaca,

3. Tambahkan 2 ml Pereaksi N-2, dikocok sampai rata,

4. Tambahkan 3 tetes Pereaksi N-3, dikocok sampai rata,

5. Tambahkan 5-10 butir Pereaksi N-4, dikocok sampai rata,Diamkan + 10

menit,

6. Bandingkan warna yang muncul pada larutan jernih di permukaan tanah

dengan bagan warna N tanah dan baca status hara N tanah.

B. Penetapan status P tanah

1. Contoh tanah uji sebanyak ½ sendok spatula contoh tanah ujiatau 0,5 cm

tanah yang diambil dengan syringe (spet)dimasukkan ke dalam tabung

reaksi, atau jumlah tanahsebanyak garis 0.5 ml yang tertera pada tabung

reaksi.

2. Tambahkan 3 ml Pereaksi P-1, kemudian diaduk sampai meratadengan

pengaduk kaca

3. Tambahkan 5-10 butir atau seujung spatula Pereaksi P-2, dikocok1 menit,

Diamkan selama + 10 menit, Bandingkan warna biruyang muncul dari

larutan jernih di permukaan tanah dengan bagan warna P tanah.

C. Penetapan status K tanah

1. Contoh tanah uji sebanyak ½ sendok spatula atau 0,5 cm yang diambil

dengan syringe (spet) dimasukkan ke dalam tabung reaksi, atau jumlah

tanah sebanyak garis 0,5 ml yang terterapada tabung reaksi,

2. Tambahkan 2 ml Pereaksi K-1, kemudian diaduk hingga merata dengan

pengaduk kaca,
10

3. Tambahkan 1 tetes Pereaksi K-2, lalu dikocok selama 1 menit,

4. Tambahkan 1 tetes Pereaksi K-3, lalu dikocok sampai merata, Diamkan

selama + 10 menit, Bandingkan warna kuning yang muncul pada larutan

jernih di permukaann tanah dengan bagan warna K tanah.

D. Penetapan pH Tanah

1. Contoh tanah uji sebanyak ½ sendok spatula atau 0,5 cm yang diambil

dengan syringe (spet) dimasukkan ke dalam tabung reaksi, atau jumlah

tanah. sebanyak garis 0,5 ml yang tertera pada tabung reaksi,

2. Tambahkan 4 ml Pereaksi pH-1, kemudian diaduk sampai merata dengan

pengaduk kaca, Tambahkan 1-2 tetes indikator warna Pereaksi pH-2,

3. Diamkan larutan selama ±10 menit hingga suspense mengendap dan

terbentuk warna pada cairan jernih di bagian atas,

4. Bandingkan warna yang muncul pada larutan jernih di permukaan tanah

dengan bagan warna pH tanah,


11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tabel 1. Pengamatan penetapan Kadar (N, P, K dan pH)

Status Tanah Tekstur Tanah Rekomendasi (Kg/ha)


Dokumentasi
Rendah Sedang Tinggi

Hara N Berliat (Liat 20 200 ka/ha


– 40 %)*

Berpasir (Liat < 200 kg/ha


20%)**

Hara P Berliat (Liat 20 75 kg/


– 40 %)* SP-36/ha

Berpasir (Liat < 75 kg/


20%)** SP-36/ha

Hara K - KCL 100


kg/ha

+ KCL Jerami 50
kg/ha+ 5
t jerami
12

PH Agak Masam  Sistem drainase


(pH 5-6) konvensional
 Pupuk N didalam bentuk
urea

1. Penetapan unsur hara N

 Diketahui : Dosis pupuk N/ 400 m2 = 200 kg/ 400 m2


Dosis per (2,5 m x 2,5 m) = 6,25 m2
200 x
Hasil = =
400 6,25

4x = 12,5
x = 3,125 kg/ m2
 Diketahui : Dosis pupuk N/ petakan = 300 kg/ petakan = 300.000 gr
Jumlah Tanaman = 333.333
300.0000
Hasil = = 0,9 gr/tanaman
333.333

Dari pembahasan diatas menyatakan bahwa penambahan unsur N ke

dalam tanah dapat dilakukan dengan menggunakan Urea, ZA, DAP, pupuk

majemuk maupun dengan menggunakan pupuk kompos. Rekomendasi

pemupukan untuk status hara N rendah pada tanah berpasir dengan liat < 20%

adalah 300 kg Urea/ha. Sedangkan pada status hara N sangat tinggi, rekomendasi

pemupukan pada tanah berpasir dengan liat < 20% tanah berliat adalah 200 kg

Urea/ha (Setyorini, Widowati dan Kasno, 2017).

Pemupukan yang dilakukan tanpa memperhatikan status hara tanah dan

kebutuhan tanaman akan menyebabkan terjadinya kelebihan unsur hara. Untuk


13

pertumbuhan yang optimum selama fase vegetatif, pemupukan N harus diimbangi

dengan pemupukan unsur lain. Kekurangan unsur N pada tanaman padi akan

menunjukkan gejala pertumbuhan kerdil dan menguning, daun lebih kecil jika

dibandingkan dengan ukuran daun sehat. Gejala kekurangan N pada tanaman

muda menunjukkan gejala seluruh tanaman menguning, sedangkan gejala pada

tanaman tua menunjukkan daun bagian bawah berwarna hijau kekuning-kuningan

hingga kuning. Selain itu, anakan yang dihasilkan oleh tanaman yang kekurangan

N berkurang dan terlambat berbunga akan tetapi proses pemasakan bulir cepat

sehingga gabah kurang bernas serta gabah dari malai yang dihasilkan juga

berkurang (Syam, 2017).

Pemupukan N juga akan menaikkan produksi tanaman, kadar protein, dan

kadar selulosa, tetapi sering menurunkan kadar sukrosa, polifruktosa dan pati.

Menurut Siregar dan Marzuki (2015), unsur N juga berpengaruh terhadap susunan

kimia tanaman. Pemberian N jika diberikan di bawah optimal, maka asimilasi

ammonia akan menaikkan kadar protein dan pertumbuhan daun (dinyatakan

dengan indeks luas daun).

Menurut Marscher (2016) dalam Siregar dan Marzuki (2015), pemupukan

N pada tanaman padi akan menyebabkan panjang, lebar dan luas daun bertambah,

akan tetapi ketebalan daun menjadi berkurang.

2. Penetapan unsur hara P

 Diketahui : Dosis pupuk N/ 400 m2 = 75 kg/ 400 m2


Dosis per (2,5 m x 2,5 m) = 6,25 m2
75 x
Hasil = =
400 6,25
400x = 468,75
x = 1,171 kg/ m2
14

 Diketahui : Dosis pupuk N/ petakan = 75 kg/ petakan = 75.000 gr


Jumlah Tanaman = 333.333
75.000
Hasil =
333.333
= 0,225 gr/tanaman

Pada pembahasan dari hasil yang didapatkan bahwa unsur P telah di

identifikasi sebagai unsur hara yang penting bagi kesehatan akar tanaman dan

menambah ketahanan tanaman terhadap keracunan besi. Selain itu, kekurangan

unsur hara P pada tanaman padi akan menyebabkan pertumbuhan akar tanaman

lambat, tanaman kerdil, daun berwarna hijau gelap dan tegak, lama kelamaan

daun berwarna keungu-unguan. Selain itu, jumlah anakan sedikit, waktu

pembungaan terlambat sehingga tidak rata, umur tanaman atau panen lebih

panjang dan gabah yang terbentuk berkurang (Syam et al., 2017). Selain

berpengaruh terhadap tanaman, kelebihan unsur P akan menyebabkan penyerapan

unsur lain terutama unsur mikro seperti besi (fe), tembaga (Cu), dan seng (Zn)

terganggu. Namun gejalanya tidak terlihat secara fisik pada tanaman (Yuhendra,

2018).

3. Penetapan unsur hara K

 Diketahui : Dosis pupuk K/ 400 m2 = 100 kg/ 400 m2


Dosis per (2,5 m x 2,5 m) = 6,25 m2
100 x
Hasil = =
400 6,25
4x = 6.25
x = 1,56 kg/ m2
 Diketahui : Dosis pupuk N/ petakan = 100 kg/ petakan = 100.000 gr
Jumlah Tanaman = 333.333
100.000
Hasil = = 0,30 gr/tanaman
333.333
15

Berdasarkan literatur Setyorini (2017) rekomendasi pemupukan pada

status unsur hara K rendah adalah dengan penambahan pupuk KCl 100 kg/ha atau

50 kg KCl/ha ditambah dengan 5 ton jerami/ha. Sedangkan pada status K sedang

dan tinggi penambahan K melalui pemberian pupuk KCl adalah sebanyak 50

kg/ha atau dengan penambahan dengan menggunakan 5 ton jerami/ha. Status

unsur K pada tanah sawah di Kabupaten yang berada antara rendah, sedang dan

tinggi.

4. Penetapan pH

Pada penetapan kadar pH dapat dihasillkan dari sampel tanah sawah adalah :

 pH dengan kategori agak masam yaitu 5-6

 Dengan rekomendasi sistem drainase konvensional dan pupuk N

dalam urea

pH tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, yaitu menentukan

mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap oleh tanaman (Anonymous, 2015).

Pada umumnya unsur hara akan mudah diserap tanaman pada pH 5-6,

karena pada pH tersebut sebagian besar unsur hara akan mudah larut dalam air

dan derajat pH dalam tanah juga menunjukkan keberadaan unsur-unsur yang

bersifat racun bagi tanaman. Pada kondisi tanah masam, akan banyak ditemukan

unsur alumunium (Al) yang selain meracuni tanaman juga mengikat phosphor

sehingga tidak bisa diserap tanaman, selain itu pada tanah masam juga terlalu

banyak unsur mikro yang bisa meracuni tanaman. Sedangkan pada tanah basa

banyak ditemukan unsur Na (Natrium) dan Mo (Molibdenum), dan kondisi pH


16

tanah juga menentukan perkembangan mikroorganisme dalam tanah. Pada pH 5,5

– 7 jamur dan bakteri pengurai bahan organik akan tumbuh dengan baik.

Demikian juga mikroorganisme yang menguntungkan bagi akar tanaman juga

akan berkembang dengan baik (Suhendra 2018).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Tanah sawah dapat berasal dari tanah kering yang diairi kemudian

disawahkan, atau dari tanah rawa-rawa yang “dikeringkan” dengan

membuat saluran-saluran drainase,

2. Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) dinyatakan mampu menganalisa

kadar N, P, K dan pH pada tanah sawah,

3. Penetapan kadar Nitrogen pada tanah sawah oleh PUTS dari sampel tanah

sawah statusnya sangat tinggi dengan nilai 200 dan pada bagan warna

hijau tua.

4. Penetapan kadar Phospat pada tanah sawah oleh PUTS dari sampel tanah

sawah statusnya sedang dengan nilai 75 dan pada bagan warna biru muda.

5. Penetapan kadar Kalium pada tanah sawah oleh PUTS dari sampel tanah

sawah statusnya rendah dengan nilai 100 dan pada bagan warna kuning.
17

6. Penetapan kadar pH pada tanah sawah oleh PUTS dari sampel tanah

sawah dengan kategori agak masam (pH 5-6).

Saran

Pada kegiatan praktikum ini, sebaiknya alat dan bahan yang akan

digunakan di persiapkan terlebih dahulu, agar praktikan dapat berjalan dengan

baik. Dan untuk para praktikan agar mempersiapkan diri materi-materi yang akan

dipraktekkan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2015. Mengatasi Tanah Masam dan Basa.. BPS Prov. Bengkulu.
2011. Provinsi Bengkulu Dalam Angka 2011. Badan Pusat Statistik Provinsi
Bengkulu.

Arifin, M. 2017. Kajian Sifat fisik tanah dan Berbagai Penggunaan Lahan Dalam
Hubungannya Dengan Pendugaan Erosi Tanah. Pertanian Mapeta, 12 (2) :
111.

Barus, J. dan Andarias. 2017. Status Hara Fosfor dan Kalium Lahan Sawah
Kabupaten Lampung Tengah. Jurnal Tanah dan Lingkungan, Volume 9 N0.
1 April 2017 : 16-19.

Departemen Pertanian. 2017. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah;


Pedoman Bagi Penyuluh Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.

Adulrahman, S., E. Suhartatik, A. Kasno dan D. Setyorini. 2018. Modul


Pemupukan Padi Sawah Spesifik Lokasi. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Faiz, M. B. 2019. Tanah Tropika Agroekoteknologi Lahan Kering. Badan


Penerbitan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
18

Husnain. 2019. Kehilangan Unsur Hara Akibat Pembakaran Jerami Padi dan
Potensi Pencemaran Lingkungan. Prosd. Seminar Nasional Sumberdaya
Lahan Pertanian. Bogor, 30 November-1 Desember 2019. BBSDLP. Bogor.

Indranada, H.K. 2018. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Penerbit PT. Bina Aksara.
Jakarta.

Indriana, K. R., Hadi, R. A., & Juliana, D. (2020). PKM: Pengujian Unsur Hara
Dan PH Tanah Sawah Melalui Metode PUTS (Perangkat Uji Tanah Sawah)
Dikelompok Tani Medar Rahayu Desa Citaleus. TRIDARMA: Pengabdian
Kepada Masyarakat (PkM), 3(1, Mei), 129-135.

Marzuki, S., E. Suhartatik, A. Kasno dan D. Setyorini. 2018. Modul Pemupukan


Padi Sawah Spesifik Lokasi. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Jakarta.

Nugroho. 2019. Analisis Sifat Fisik-Kimia dan Kesuburan Tanah pada Lokasi
Rencana Hutan Tanaman Industri P.T Prima Multibuwana. Hutan Tropis
Borneo. 10(27) : 222-229.

Prabowo, R., Bambang, A. N., & Sudarno, S. (2022). Analisa Sebaran Kesuburan
Tanah Lahan Sawah (Studi Kasus Daerah Pertanian Kota
Semarang). Cendekia Eksakta, 4(2).

Prasetyo. 2019. Karakteristik Potensi dan Teknologi Pengelolaan Tanah Ultisol


untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering di Indonesia. Litbang
Pertanian. 25(2) : 39-44.

Rahmi, O. 2015. Pengelolaan Lahan Basah Terpadu Di Desa Mulia Sari


Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin. Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia (JIPI). Vol. 20 (3): 201 ISSN 0853-4217.

Rosmanah, S., Wibawa, W., & Siagian, I. C. (2017). Status Hara Tanah Sawah di
Kabupaten Kepahiang berdasarkan hasil analisis Perangkat Uji Tanah
Sawah (PUTS). Prosiding BPTP Bengkulu.

Rosmarkum, A. dan N. W. Yuwono. 2018. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit


Kanisius. Yogyakarta. Setyorini, D., L. R. Widowati dan A. Kasno.
Petunjuk Penggunaan Perangkat Uji Tanah Sawah (Paddy soil test kit).
BBSDLP. Bogor.

Sari, A. N., Muliana, M., Yusra, Y., Khusrizal, K., & Akbar, H. (2022). Evaluasi
Status Kesuburan Tanah Sawah Tadah Hujan dan Irigasi di Kecamatan
Nisam Kabupaten Aceh Utara. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Agroekoteknologi, 1(2), 49-57.

Setyorini, D., L. R. Widowati dan A. Kasno.2015. Petunjuk Penggunaan


Perangkat Uji Tanah Sawah (Paddy soil test kit). BBSDLP. Bogor.
19

Siregar A. dan I. Marzuki. 2015. Efisiensi Pemupukan Urea Terhadap Serapan N


dan Peningkatan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L.) Jurnal Budidaya
Pertanian 7: 107-112.

Syam, M., Suparyono, Hermanto, dan D. Wuryani, S. 2015. Masalah Hama,


Penyakit, Hara Pada Padi. Kerjasama Puslibang Tanaman Pangan, BPTP
Sumut, BPTP Riau, BPTP Lampung, BPTP DKI, BPTP DIY, BPTP Sultra,
BPTP Kalsel dan IRRI.

Syam, M., Suparyono, Hermanto, dan D. Wuryani, S. 2017. Masalah Hama, Tri
mulya, T., Marpaung, I. S., & Arief, T. 2017. Penggunaan Perangkat Uji
Tanah Sawah (PUTS).

Widowati, L.R. 2017. Pengenalan perangkat uji tanah untuk analisis cepat
kandungan P dan K tanah. LPI dan APPI, Jakarta

LAMPIRAN

Gambar 1. Bagan warna status hara K tanah

Gambar 2. Bagan warna status hara N tanah


20

Gambar 3. Bagan warna status hara P tanah

Gambar 4. Bagan warna untuk pH tanah


21

Anda mungkin juga menyukai