Anda di halaman 1dari 12

STUDI KARAKTERISTIK KIMIA TANAH SAWAH

DI DUSUN MENSIO KECAMATAN MENJALIN


KABUPATEN LANDAK

Novianti Novi1), Sulakhudin1), dan Ismahan Umran1)


1)
Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura
Jalan Prof. Dr.Hadari Nawawi Pontianak

Email: novianti15499@gmail.com

ABSTRAK

Tanaman padi sawah merupakan tanaman yang paling banyak mengkonsumsi pupuk
dibandingkan dengan tanaman pangan lainnya, hal ini dikarenakan dalam satu siklus
hidupnya tanaman padi sangat banyak menguras unsur hara. Satu diantara faktor
yang mempengaruhi produktivitas tanah sawah adalah penggunaan dosis pupuk yang
tidak sesuai dengan tingkat kesuburan tanah sawah dan kebutuhan tanaman padi.
Pemberian pupuk yang kurang efisein sering kali menjadi masalah. Satu diantara
upaya mengenai permasalahan tersebut adalah pemupukan yang berimbang dapat
memupuk lebih efisien karena jenis dan dosis disesuaikan dengan kebutuhan
tanaman dan tingkat kesuburan tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui
status sifat kimia tanah pada tiga lahan sawah dan menentukan dosis pupuk tanaman
padi. Penelitian dilakukan menggunakan metode survey, menentukan titik
pengamatan dengan diambil sampel tanah utuh pada kedalaman 0-20cm
menggunakan ring sampel dan sampel tanah terganggu dengan caea komposit. Hasil
analisis laboratorium status kesuburan tanah pada lokasi penelitian tergolong pada
kritria rendah dengan faktor pembatas p-total.

Kata kunci: Tanaman padi sawah, pemupukan, ketersediaan unsur hara

ABSTRACT

Lowland rice plants are plants that consume the most fertilizer compared to other
food crops, this is because in one life cycle rice plants deplete a lot of nutrients. One
of the factors that affect the productivity of paddy fields is the use of fertilizer doses
that are not in accordance with the level of soil fertility of paddy fields and the needs
of rice plants. Fertilizer application that is less efficient is often a problem. One of
the efforts to deal with this problem is that balanced fertilization can fertilize more
efficiently because the type and dosage are adjusted to the needs of the plant and the
level of soil fertility. This study aims to determine the status of soil chemical
properties in three paddy fields and determine the dosage of fertilizer for rice plants.
The study was conducted using survey methods, determining observation points by
taking intact soil samples at a depth of 0-20cm using sample rings and disturbed soil
samples with composite caea. The results of laboratory analysis of soil fertility status
at the study site were classified as low criteria with a p-total limiting factor.
Keywords: Lowland rice plants, fertilization, nutrient availability

PENDAHULUAN

Tanah adalah satu diantara sumber daya utama dalam bidang pertanian.
Tanaman padi sawah merupakan tanaman yang paling banyak mengkonsumsi pupuk
dibandingkan dengan tanaman pangan lainnya, hal ini dikarenakan dalam satu siklus
hidupnya tanaman padi sangat banyak menguras unsur hara. Pemupukan sangat
diperlukan oleh tanaman padi untuk mempertahankan dan menghasilkan hasil
produksinya.
Tanaman padi sawah merupakan tanaman yang paling banyak mengkonsumsi
pupuk dibandingkan dengan tanaman pangan lainnya, hal ini dikarenakan dalam satu
siklus hidupnya tanaman padi sangat banyak menguras unsur hara. Pemupukan
sangat diperlukan oleh tanaman padi untuk mempertahankan dan menghasilkan hasil
produksinya. Tanaman padi dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah yang
memiliki kondisi yang sesuai untuk tumbuh dan berkembangnya tanaman padi
seperti kondisi hidrologi, topografi, dan keadaan iklim yang menunjang
pertumbuhannya. Besarnya kebutuhan beras akan meningkat seiring bertambahnya
jumlah penduduk sehingga perlu upaya untuk meningkatkan produktivitas dalam
mendukung hasil produksi padi.
Produktivitas tanaman padi sangat ditentukan oleh ketersediaan unsur hara
dan keadaan lingkungan sekitar lahan tersebut. Berdasarkan data yang di peroleh dari
BPS Kabupaten Landak dalam angka produksi padi pada tahun 2017-2019
mengalami frekuensi pada tahun 2017 dengan luas 78.990 ha dapat memproduksi
padi sekitar 244.520 ton/ha, pada tahun 2018 dengan luas 72.124 ha dengan
memproduksi padi sekitar 250.999 ton/ha sedangkan pada tahun 2019 dengan luas
28.686 ha hanya dapat memproduksi padi sekitar 102.856 ton/ha.
Dusun Mensio merupakan satu diantara Desa yang berada di Kecamatan
Menjalin Kabupaten Landak yang mempunyai luasan lahan sawah seluas 15,43 ha.
Mayoritas penduduk di Dusun Mensio adalah petani salah satu usaha tani yang
dilakukan petani di Dusun ini adalah petani padi. Varietas yang digunakan varietas
ciherang dan diusahakan dua kali dalam setahun dengan sumber air berasal dari air
hujan. Hasil produksi padi di Dusun Mensio masih tergolong rendah hal ini
disebabkan oleh proses pemupukan yang belum optimal.
Hasil produksi padi di Dusun Mensio masih tergolong rendah hal ini
disebabkan oleh proses pemupukan yang belum optimal. Petani biasanya
memberikan pupuk pada tanaman padi berdasarkan perkiraan dosis pemupukan yang
sudah biasa dilakukan tanpa mengetahui status kesuburan tanah dan kebutuhan
tanaman. Hal ini menyebabkan dosis pupuk yang diaplikasikan oleh petani
cenderung tidak berimbang yang mengakibatkan hasil tanaman padi yang diinginkan
tidak akan optimal, karena dosis pupuk yang digunakan tidak sesuai dengan status
kesuburan tanah sawah dan kebutuhan tanaman padi. Tujuan dari penelitian ini
mengetahui status sifat kimia tanah pada tiga lahan sawah di Dusun Mensio
Kecamatan Menjalin dan menentukan dosis pupuk tanaman padi sawah.
Berdasarkan uraian diatas perlu dilakukan penelitian tentang Studi
Karakteristik Status Kimia Tanah yang terdapat pada lahan tersebut guna mengetahui
kandungan status hara yang ada dan rekomendasi pemupukan yang bisa diberikan,
sehingga ketersediaan unsur hara dapat memenuhi kebutuhan akan tanaman yang
dibudidayakan untuk menghasilkan produktivitas padi yang dihasilkan lebih optimal.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di lahan tanaman padi sawah petani yang


berlokasi di Dusun Mensio, Desa Menjalin, Kecamatan Menjalin, Kabupaten Landak
Kalimantan Barat. Analisis sifat kimia akan dilakukan di Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura. Penelitian dilakukan
selama 6 bulan dari bulan Febuari sampai bulan Juli tahun 2022, dimulai dari
persiapan sampai penyajian data. Bahan penelitian sampel tanah yang diambil dari
lokasi. Alat-alat yang digunakan di lapangan berupa GPS, bor tanah, pisau, kantong
plastik, alat tulis, kertas label, meteran, peta, alat dokumentasi dan alat pendukung
lainnya untuk pengambilan sampel tanah. Serta alat yang digunakan di laboratorium
adalah alat untuk menganalisis sifat kimia dan kesuburan tanah.
Pengambilan 3 sampel tanah komposit dilakukan dengan cara bor tanah pada
titik-titik pengamatan dengan kedalaman tanah 0-20 cm, pengambilan sampel dan
contoh tanah komposit mewakili seluruh areal. tanah penelitian diambil kurang lebih
1 kg untuk satu diagonal, pada setiap lokasi penelitian diambil 5 titik dikompositkan
menjadi 1 sampel pada tiap lokasi penelitian. Jumlah sampel tanah komposit adalah 3
sampel tanah pada 3 lokasi titik pengamatan, setelah itu tanah dimasukan dalam
kantong plastik yang sudah diberi label untuk keperluan analisis kimia tanah, serta
pengambilan sampel tanah utuh untuk menganalisis bobot isi tanah dengan
menggunakan ring sampel dengan ukuran 5 cm. Sampel tanah tersebut diambil satu
sampel contoh pada setiap lokasi penelitian dengan kedalaman 0-20 cm. Terdapat 1
ring sampel pada tiap lokasi penelitian. Jumlah sampel tanah utuh untuk uji bobot isi
adalah 3 sampel utuh pada masing-masing kedalaman.
Data-data yang diperoleh dari laboratorium untuk penetapan karakteristik
sifat kimia tanah yaitu, N-total (%), P tersedia, K tersedia %, C-organik, , KTK, KB,
dan pH tanah yang terkandung pada lahan sawah serta uji korelasi. Data sifat kimia
akan dinilai berdasarkan kriteria penelitian sifat-sifat kimia tanah dan diolah sesuai
dengan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui status sifat kimia tanah
yang terkandung pada lahan sawah.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sifat Kimia Tanah
Sifat kimia tanah merupakan sifat tanah yang berkaitan dengan berbagai
reaksi yang terjadi di dalam tanah. Sifat kimia tanah berupa pH, C-organik tanah,
KTK, dan KB. Sifat-sifat kimia tersebut dijadikan dasar penilaian status kesuburan
tanah karena terkait erat dengan faktor penentu kesuburan tanah yang bersifat
dinamis sehingga dapat diamati untuk jangka waktu tertentu. Satu di antara sifat
kimia tanah yang penting bagi kesuburan tanah adalah pH (reaksi tanah). Berikut
tabel rekapitulasi data hasil penelitian pada lokasi penelitian.
Tabel 1. Rekapitulasi Data Hasil
Parameter Lokasi Penelitian
Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3
pH 4,30 (SM) 4,49 (SM) 4,27 (SM)
C-orgnik 3,57 (T) 3,30 (T) 3,17 (T)
N-total 0,42 (S) 0,28 (S) 0,38 (S)
P-tersedia 14,16 (R) 12,73 (R) 13,83 (R)
P-total 4,39 (SR) 7,71 (SR) 7,98 (SR)
K-total 7,57 (SR) 4,93 (SR) 5.17 (SR)
KTK 13,72 (R) 10,17 (R) 12,53 (R)
Al-dd 40 (T) 42 (T) 38 (T)
KB 22,52 (R) 23,25 (R) 23,94 (R)
Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa pada tiga lokasi lahan penelitian
memiliki parameter yang kriterianya sama.

Tabel 1 menunjukan pH H2O tanah pada lokasi penelitian berkisar antara


4,27-4,49 dengan kriteria sangat masam. Rendahnya kandungan pH tanah
disebabkan oleh kation-kation basa yang rendah. Kation-kation basa yang rendah
pada tanah dipengaruhi oleh pencucian oleh air hujan dan erosi. Curah hujan yang
tinggi mengakibatkan terjadinya pencucian kation basa dari kompleks dan hilang
melalui air drainase sedangkan yang kuat bertahan adalah kation masam (Al dan H+)
di dalam tanah sehingga tanah akan menjadi masam. Pencucian kation-kation basa
karena kation basa hilang dari tanah oleh pencucian, kation tersebut tidak lagi
berkontribusi ion OH- untuk menetralkan peningkatan jumlah ion H +. Pada tanah
masam dibawah pH 5,0 Fe juga berperilaku serupa Al 3+ + H2O - > Al (OH) + H+ Al
(OH) + H2O - > Al (OH)2 + H+ Al (OH)2 + H2O - > Al (OH)3 + H+ akan diendapkan
dalam kisaran asam Al (OH)3 + H2O - > Al (OH). Rendahnya pH tanah juga
dipengaruhi oleh kandungan Al-dd tanah. Keadaan ini didukung oleh hasil analisis
kejenuhan Al-dd tanah yang tinggi (Tabel 7). Menurut Hakim dkk (1986),
kandungan Al yang tinggi akan menyumbang ion H+. Ion H+ yang dibebaskan
tersebut menyebabkan pH tanah menjadi rendah. pH tanah juga dipengaruhi oleh
Kejenuhan Basa, dimana tanah dengan Basa rendah mempunyai pH rendah terlihat
dari hasil analisis KB tanah.
kandungan C-organik pada semua lahan termaksuk dalam kriteria tinggi.
Tingginya C-organik di lokasi penelitian dipengaruhi oleh sistem pengelolaan lahan
yang dilakukan oleh petani setempat. Sistem pengolahan lahan tanpa olah tanah pada
lahan sawah dapat meningkatkan kandungan C-organik. Selain itu pada lokasi
penelitian selalu tergenang jika musim hujan sehingga terjadi akumulasi bahan
organik karena bahan organik lambat terdekomposisi. Tingginya bahan organik suatu
lahan akan berbanding lurus dengan peningkatan C-organik. Bahan organik tanah
dapat mempengaruhi sifat tanah menjadi lebih baik secara fisik, kimia dan biologi.
Pinatih (2015), mengemukakan bahwa pemanfaatan jerami sebagai bahan organik
akan meningkatkan kesuburan tanah dan unsur hara makro maupun mikro yang
diperlukan oleh tanaman.
Bahan organik adalah bahan perekat tanah yang baik, sekitar setengah dari
KTK beasal dari bahan organik. Bahan organik merupakan sumber hara tanaman
dan sumber energi sebagian besar organisme tanah (Hakim, dkk., 1986).
N-total di lokasi penelitian menunjukan kriteria sedang (0,28-0,42%).
Kandungan N dengan kriteria sedang pada lokasi penelitian disebabkan oleh perilaku
petani yang memberikan unsur hara NPK yang optimal sehingga hara N memiliki
kriteria sedang. Hal tersebut disebabkan adanya pengaruh dari tingginya bahan
organik yang ada pada lahan sawah tersebut karena bahan organik merupakan satu di
antara sumber N bagi tanah. Nilai N-total tanah pada lahan yang masuk kriteria
sedang dapat diperbaiki dengan penambahan bahan organik pada lahan sawah
tersebut sehingga dapat meningkatkan kandungan C-organik tanah serta dapat
meningkatkan jumlah N-total pada lahan sawah. Sumber utama unsur hara Nitrogen
dan ketersediaannya dalam tanah pada umumnya dapat berasal dari pelapukan sisa-
sisa tanaman. Suprapto (2016), mengatakan bahwa sumber utama N adalah bahan
organik dari sisa-sisa tanaman. Kemampuan tanah dalam menyediakan N sangat
ditentukan oleh kondisi dan jumlah bahan organik tanah (Cookson, dkk., 2005).
Proses mineralisasi merupakan proses yang bertanggungjawab atas ketersediaan N
dalam tanah. Mineralisasi mencakup pelapukan bahan organik tanah yang
melibatkan kerja enzim untuk menghidrolisa protein kompleks. Proses dekomposisi
mikroorganisme memanfaatkan senyawa karbon dalam bahan organik untuk
memperoleh energi dengan hasil sampingan berupa CO2. Hal ini yang menyebabkan
selama dekomposisi, kadar C bahan organik akan berkurang sehingga nisbah C/N
semakin rendah. Laju mineralisasi N organik menjadi N anorganik merupakan faktor
penting dalam menentukan ketersediaan N dalam tanah. Proses mineralisasi N terdiri
atas aminisasi (protein menjadi R-NH2), amonifikasi (R-NH2 menjadi NH4+) dan
nitrifikasi (NH4+ menjadi NO3 -) (Benbi dan Richter, 2002).
Tabel 1 menunjukan nilai P-total dan P-teresdia masuk pada kriteria sangat
rendah dan rendah dengan nilai P-total berkisar antara 4,39-7,79 mg/100g dengan
kriteria sangat rendah dan P-tersedia berkisar antara 12,73-14,16 ppm. Nilai P-total
dan P-tersedia rendah di lokasi penelitian disebabkan rendahnya nilai pH tanah
(masam). Nilai pH tanah di lokasi penelitian tergolong sangat masam dengan kisaran
4,27-4,49. Tanah yang masam akan mengakibatkan ketersediaan unsur hara P
semakin rendah karena unsur hara P sangat erat hubungannya dengan pH tanah.
Umumnya tanah-tanah yang tersedia untuk pertanian sekarang dan akan datang
adalah tanah-tanah bereaksi masam (pH rendah) dan miskin unsur hara. Tanah
masam biasanya melepas asam-asam organik yang dapat mengikat Al dan Fe
membentuk senyawa kompleks atau helat, sehingga Al dan Fe menjadi tidak larut
sehingga terjadi keracunan aluminium (Al) dan besi (Fe) serta kekurangan hara
terutama fosfor (P). Unsur Al dan Fe yang banyak larut pada tanah masam akan
mudah mengikat P, sehingga penambahan pupuk P kurang bermanfaat bagi tanaman
dan efisiensi pemupukan P menjadi rendah. pernyataan tersebut sejalan dengan
Ardjasa (2000), juga menambahkan bahwa pH juga sangat berpengaruh terhadap
daya fiksasi P, pada tanah yang bereaksi masam, ketersediaan hara P sangat rendah
karena tingginya kandungan Al dalam kondisi kering sehingga terjadinya fiksasi P
oleh Al dalam bentuk Al-P. Sedangkan tanah pada kondisi pH 6,0-6,5 akan
meningkatkan unsur P-tersedia dalam tanah. Rendahnya P tersedia dan P total dalam
tanah sawah dipengaruhi oleh pengenagan air sawah Adiningsih dan Sudjadi (1983),
Juga mengemukakan bahwa peningkatan P tersedia oleh penggenangan sangat kecil
dibandingkan N, K, Ca dan Mg karena umumnya tanah mineral masam yang
disawahkan P tersedianya sangat rendah. Hal ini diduga adanya fiksasi Al dan Fe
oksida yang cukup tinggi. Batas kritis hara P tanah terekstrak Bray 1 pada lahan
sawah bukaan baru untuk tanaman padi di Tugumulyo, Musi Rawas adalah 5 ppm P,
dan hasil padi maksimum dicapai pada 12 ppm P (Kasno, dkk., 2000).
Rendahnya P tersedia dan P total dalam tanah dipengruhi oleh kurangnya
pemupukan pada sawah. Pemupukan fosfor yang intensif akan meningkatkan status
hara P karena tanaman tidak mampu menyerap semua P tersedia pada tanah.
Adiningsih (2004) menyatakan hanya sekitar 20% fosfat yang dapat diserap tanaman
di lahan sawah. Abdulrachman, dkk, (2002), juga menyatakan di lahan sawah, hanya
20-30% saja yang dapat diserap tanaman padi saat diberikan pupuk P. Kandungan
hara P dan K lahan sawah tadah hujan biasanya bervariasi dari rendah dan tinggi.
Variasi ini dapat disebabkan oleh perbedaan bahan induk tanah, pengaruh dari
pengelolaan lahan dan penggunaan pupuk yang bervariasi (Kasno, dkk., 2016).
Hasil analisis K-total pada lokasi penelitian berkisar 4,93-7,57 (mg/100g)
dengan kriteria sangat rendah. Hal ini disebabkan karena pada pengolahan lahan
kurangnya pemberian pupuk K kedalam tanah. Rendahnya K dalam tanah juga
dipengaruhi oleh pH tanah yang rendah. Kalium tidak tersedia jika pH rendah dan
kejenuhan basa rendah.
Rendahnya K-total pada lokasi penelitian dikarenakan kandungan persentase
C-organik. Menurut Nursyamsi, dkk., (2007), C-organik, kandungan liat dan KTK
tanah nyata mengendalikan ketersediaan K dalam tanah. Nurhidayati (2017), juga
menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan K di dalam tanah
dipengaruhi oleh bahan organik tanah, bahan induk, mineral liat dan KTK,
kelembaban tanah, temperatur tanah, aerasi tanah, pencucian, pH tanah. Penambahan
kalium di dalam tanah dapat dilakukan dengan pemberian bahan organik dan aplikasi
pupuk yang mengandung unsur kalium serta pemberian kapur untuk meningkatkan
pH tanah.
Kandungan kalium juga dipengaruhi oleh KTK. Pada lokasi penelitian nilai
KTK tergolong rendah. Semakin besar nilai KTK maka kemampuan tanah untuk
mengikat dan mempertahankan Kalium juga semakin besar, begitu juga sebaliknya
nilai KTK rendah maka kemampuan untuk mengikat kalium di dalam tanah juga
rendah. Tingginya nilai KTK dapat mempengaruhi larutan tanah untuk lambat
melepaskan Kalium dan dapat menurunkan potensi pencucian Kalium di dalam tanah
(Hanafiah, 2008).
Tabel 1 menunjukan hasil analisis nilai Al-dd pada lokasi penelitian berkisar
antara 38-42% dengan kriteria tinggi. Tingginya kejenuhan Al disebabkan karena
tercucinya basa-basa karena curah hujan yang tinggi sehingga kation yang dapat
bertahan pada kompleks jerapan adalah kation masam seperti Al3+ dan H+. Menurut
Hakim, dkk., (1986), tingginya kejenuhan Al dalam tanah dapat diakibatkan oleh
tercucinya basa-basa dari kompleks jerapan dan hilang melalui air drainase akibat
curah hujan yang tinggi sehingga tinggilah kation Al dan H sebagai dominan yang
menyebabkan tanah bereaksi masam.
Hakim, dkk., (1986), menyatakan tingginya kejenuhan Al dalam tanah dapat
diakibatkan oleh tercucinya basa-basa dari kompleks jerapan dan hilang melalui air
drainase akibat curah hujan yang tinggi sehingga kation Al dan H menjadi dominan
yang menyebabkan tanah bereaksi masam. Namun menurut Hardjowogeno dan
Widiatamaka (2011), tanah sawah dengan kejenuhan Al > 80% tergolong sesuai
untuk tanaman padi sawah. Selama proses penggenangan pada tanah sawah akan
meningkat pH tanah mendekati netral (setyorini dan Abdulrachman 2011), dengan
meningkatkan pH tanah menjadi 5-7 karena penggenangan maka bentuk Al3+ yang
larut akan berubah menjadi bentuk Al(OH)3 yang mengendap, sukar larut dan tidak
berbahaya bagi tanaman (Hartatik, dkk., 2011). Tingginya kandungan Al tanah pada
lokasi penelitan dikarenakan rendahnya pH dan kejenuhan basa. Sejalan dengan
pendapat Sudaryono (2009), bila suatu tanah dipenuhi oleh basa-basa terlarut maka
komplek jerapan akan mampu memberikan unsur hara yang cukup bagi tanaman,
akan tetapi sebaliknya jika kompleks jerapan dipenuhi oleh Al dan H, maka tanah
akan bersifat masam, nilai Fe dan Mn akan naik sehingga tanaman keracunan Al, Fe
dan Mn. Nilai kejenuhan Al dan H selalu berlawanan dengan nilai kejenuhan basa.
KTK pada lokasi penelitian rata-rata menunjukan kriteria rendah (10,17-
13,72 cmol/kg). Nilai KTK tanah yang rendah di lokasi dipengaruhi oleh kandungan
liat yang sedikit serta kondisi lokasi yang dominan oleh pasir. Rendahnya kandungan
liat dan tingginya pasir menyebabkan tanah mempunyai muatan negarif yang
kecil. Tinggi rendahnya KTK tanah dapat dipengaruhi oleh tekstur tanah dan
kandungan bahan organik tanah (Putri, dkk., 2019). Hardjowigeno (1995),
menyatakan tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau dengan liat tinggi
mempunyai KTK lebih tinggi dari pada tanah-tanah dengan kandungan bahan
organik rendah atau tanah-tanah berpasir. Nengah (2016), menyatakan tanah yang
memiliki persentase liat tinggi memiliki KTK tinggi, hal ini dikarenakan liat
sebagian memiliki nilai negatif, luas permukaan besar, sehingga mampu
mengadsorpsi kation-kation seperti Ca++. Mg++, K+, sehingga katio-kation dapat
tersedia bagi tanaman. Peningkatan kapasitas tukar kation pada tanah akan
berpengaruh terhadap ketersediaan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman padi.
Nilai KTK liat dapat dipengaruhi oleh C-organik dan jumlah kation. Tanah dengan
KTK yang tinggi mempunyai daya menyimpan unsur hara yang tinggi, tetapi pada
tanah masam, KTK liat yang tinggi mungkin juga disebabkan oleh Al- dd yang
tinggi. Kapasitas tukar kation tanah tergantung pada tipe dan jumlah kandungan liat,
kandungan bahan organik dan pH tanah, oleh karena itu, besarnya KTK tanah sangat
menentukan tingkat kesuburan tanah (Hardjowigeno, 2007).
Sifat Fisik Tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif antara berbagai partikel tanah
yakni pasir, debu dan liat. Fraksi tanah dan kelas teksturnya disajikan pada Tabel 2
berikut:

Tabel 2. Fraksi Tanah dan Kelas Teksturnya


Lokasi Penelitian Fraksi tanah (%) Kelas Tekstur Tanah
Pasir Debu Liat
LK 1 35,54 38,60 25,86 Lempung berdebu
LK 2 71,78 19,07 9,15 Lempung berpasir
LK 3 54,05 29,54 16,41 Lempung berpasir
Sumber: Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Fakultas Pertanian,
Universitas Tanjungpura 2022

Hasil analisis pada lokasi 1 menunjukan rata-rata tertinggi yaitu fraksi debu
35,54%, di lokasi 2 rata-rata tertinggi fraksi pasir 71,78%, dan di lokasi 3 rata-rata
tertinggi fraksi debu 54,05%. Berdasarkan tabel kelas tekstur , lokasi 1 dan lokasi 3
tergolong kedalam kriteria lempung berdebu, sedangkan lokasi 2 tergolong kedalam
kriteria lempung berpasir. Perbedaan kriteria ini dikarenakan kandungan fraksi
penyusun tanah (pasir, debu dan liat) berbeda.
Tanah yang memiliki persentase debu tinggi memiliki resiko erosi lebih
tinggi, dikarenakan debu memiliki ukuran yang relatif kecil sehingga mudah
dihanyutkan oleh aliran permukaan. Nengah (2011), menyatakan semakin tinggi
fraksi debu maka semakin tinggi nilai erodibilitas yang berarti semakin peka
terhadap erosi. Debu sulit membentuk agregat yang mantap dan berukuran relatif
kecil sehingga mudah dihanyutkan oleh aliran air permukaan serta memiliki
kemantapan struktur yang rendah karena daya partikel sangat rendah. Manfarizah,
dkk., (2011), menyatakan tanah yang didominasi pasir umumnya mempunyai tingkat
erodibilitas yang rendah. Hal ini dikarenakan kapasitas infiltrasi yang tinggi dan
ukuran butir pasir yang relatif besar sehingga meneruskan air lebih cepat. Tanah
yang memiliki kandungan pasir yang tinggi memiliki sifat mudah meloloskan air
(infiltrasi), aerasi tanah baik.
Banyaknya jumlah fraksi pasir pada lokasi dipengaruhi oleh endapan dari air
yang sering mengenang pada petakan lahan sawah. Banyaknya jumlah fraksi pasir
juga dipengaruhi oleh endapan dari aliran air sungai atau saluran drainase pada lahan.
Tanah sawah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang
kandungan fraksi pasir, debu, dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan
kondisi air dalam jumlah yang cukup (medjid, 2009).

Tabel 3. Bobot Isi Tanah pada Lokasi Penelitian


Lokasi Penelitian Bobot isi (g/cm3) Kriteria
LK 1 0,92 Sedang
LK 2 0,88 Rendah
LK 3 0,99 Sedang
Sumber: Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Fakultas Pertanian,
Universitas Tanjungpura 2022

Hasil analisis laboratorium menunjukan nilai bobot isi tanah berkisar antara
0,88-0,99 g/cm2 masuk pada kriteria rendah sampai dengan sedang. Bobot isi yang
masuk pada kriteria rendah pada lokasi 2, sedangkan pada lokasi 1 dan 3 bobot isi
tanah masuk dalam kriteria sedang. Rendahnya bobot isi tanah dipengaruhi oleh
tekstur tanah. Hasil analisis menunjukan tekstur pada lokasi penelitian dominan
pasir. Rendahnya bobot isi tanah pada lokasi 2 dipengaruhi oleh kandungan liat yang
sedikit. Menurut Sarief (1986) dalam Bintoro, dkk., (2017), menyatakan tekstur
tanah yang memiliki tekstur berliat mempunyai bobot volume tanah yang kecil dan
tanah yang bertekstur pasir mempunyai nilai bobot volume tanah yang besar.
Semakin baik tekstur tanah (tekstur berliat) maka tanah tersebut baik digunakan
sebagai lahan pertanian.
Semakin tinggi bobot isi maka tanah semakin padat. Kepadatan tanah erat
hubungannya dengan penetrasi akar dan produksi tanaman. Pemadatan tanah dapat
menyebabkan air dan udara sulit tersimpan dan ketersediaannya akan terbatas dalam
tanah dan menyebabkan terhambatnya pernapasan akar dan penyerapan air rendah,
selain itu tanah yang padat pada umumnya memiliki unsur hara yang rendah karena
aktivitas mikroorganismenya yang rendah. Rahmi, dkk. (2016), menyatakan tinggi
rendahnya bobot isi tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik dan tingkat
kepadatan tanah. Pemberian bahan organik ke dalam tanah dapat mengikatkan
jumlah ruang pori tanah dan membentuk struktur tanah yang remah sehingga akan
menurunkan berat isi tanah (Saputra, dkk. 2018).

Rekomendasi Pemupukan
Saran pemupukan lokasi penelitian pada lahan sawah dengan tiga lokasi yang
berbeda dihitung dengan cara membandingkan kebutuhan tanaman padi dengan
ketersediaan unsur hara N, P2O5, dan K2O dari hasil analisis laboratorium. Saran
pemupukan untuk lahan sawah Dusun Mensio, Kecamatan Menjalin, Kabupaten
Landak dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 4. Saran Pemupukan Tanaman Padi di Dusun Mensio


Lokasi Saran Pemupukan kg/ha
Penelitian N P2O5 K2O
LK 1 271 311 118
LK 2 280 320 388
LK 3 273 314 403
Sumber: Perhitungan Kebutuhan Pupuk 2022

SIMPULAN
Karakteristik kimia tanah sawah dilokasi penelitian secara umum sebagai
berikut: pH tanah sangat masam, P-total, P-tersedia, K-total, KTK, KB tergolong
dalam kriteria rendah-sangat rendah, N-total, C-organik dan Al-dd masuk dalam
kriteria sedang-tinggi. Berdasarkan hasil analisis tanah dan perhitungan pupuk di
lokasi penelitian masing masing lahan sawah, diperoleh saran pemupukan yaitu:
Lokasi 1 Urea = 271 kg/ha, SP36 = 311 kg/ha, KCl = 118 kg/ha. Lokasi 2 Urea =
280 kg/ha, SP36 = 320 kg/ha, KCl = 388 kg/ha. Lokasi 3 Urea = 273 kg/ha, SP36 =
314 kg/ha, KCl = 403 kg/ha.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik, Kabupaten Landak. 2017. Kabupaten Landak dalam Angka
2017.
Benbi, D.K, and J. Richter. 2002. A critical review of some approaches to modelling
nitrogen mineralization. Biol Fertil Soils. 35:168–183.
Cookson, W. R, I. S. Cornforth and J.S. Rowarth. 2002. Winter soil temperatur (2-
15 oC) effect on nitrogen transformations in clover green manure amandend
and unamandend soils : a laboratory and field study. Soil Biol. Biochem. 34:
1401-1415.
Erpan, P. N. 2012. Pengaruh Residu K Terhadap Efisiensi Pemupukan Kalium pada
Tanaman Padi Sawah. Skripsi. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Departemen Pertanian. 2001. Peranan Pupuk NPK pada Tanaman Padi (PDF)
w.w.w Pustaka. Departemen Pertanian, Jakarta.
Departemen Pertanian, (2013). Peraturan Menteri Pertanian No
82/Permentan/OT.140/8/2013. Kementerian Pertanian.
Doberman, A. dan T. Gairhurst. 2000. Rice: Nutrient Disorders & Nutrient
Management. Potash & Potash Institutc/Potash & Potash Intitute of Canada.
Hakim, N., M. Y. Nyakpa., A. M. Lubis., S.G. Nugroho., M. R. Saul., M. A. Diha.,
G. B. Hsong., dan H. H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Unila.
Lampung.
Hanafiah, K. A., 2010. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Rajawali Pers. Jakarta
Handayanto, E., Muddarisna, N., dan Fiqri, A. 2017. Pengolahan Kesuburan Tanah.
https://books.google.com/books?hl=id&lr=&id=2odODwAAQBAJ
&oi=fnd&pg=PA63&dq=peran+unsur+hara+tanaman&ots=EPvTu7
bcfZ&sig=OmO-0-sWM4W253dv21cjt_8nVdY. Diakses 30 Januari 2021.
Hanum, C., 2008. Teknik Budidaya Tanaman. Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan, Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar Dan
Menegah, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. Edisi ketiga. PT. Mediyatama Sarana Perkasa.
Jakarta.
Habiburrahman, P. B., 2018. Ketersediaan Fosfor Pada Lahan Padi Sawah
Berdasarkan Intensitas Penggunaannya Di Kecamatan Gerung Kabupaten
Lombok Barat. Jurnal Crop Agro. Vol. 5. No. 3. Hal:7-8.
Hasibuan B. A., 2008. Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara.
Medan.
Holilullah., A. dan Hery Novpriansyah. 2015. Karakteristik Sifat Fisik Tanah pada
Lahan Produksi Rendah dan Tinggi di PT Gread Giant Pineapple. Jurnals
Agrotek, 3 (2), 278-282.
Istomo. 1994, Bahan Bacaan Ekologi Hutan: Lingkungan Fisik Ekologi Hutan:
Proses dan Struktur Tanah. Laboratorium Ekologi Hutan. Jurusan Manajemen
Hutan Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kadarwati, F., T., 2016. Evaluasi Kesuburan Tanah Untuk Pertanaman Tebu Di
Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Jurnal Littri, 22 (2), 5-62.
Lembaga Penelitian Tanah. 1966. Peta Tanah Tinjau Provinsi Jawa Barat, Jawa
Tengah, dan Jawa Timur, Skala 1:250.000. Lembaga Penelitian Tanah, Bogor.
Lingga dan Marsono. 2013. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Manfarizah, S., dan Siti N., 2011. Karakteristik Sifat Fisika Tanah Di University
Farm Stasiun Bener Meriah. Jurnal Agrista, 15 (1), 1-9.
Medjid, A. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar. Online Fakultas Pertanian
Universitas Sriwijaya.
Mukhlis. 2007. Analisis Tanah dan Tanaman. USU Press. Medan.
Nengah. Ni dan Soniari. 2016. Korelasi Fraksi partikel Tanah Dengan Kadar Air
Tanah , Erodibilitas Tanah Dan Kapasitas Tukar Kation Tanah Pada Beberapa
Contoh Tanah Di Bali. Staf Dosen Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian
Universitas Udayana. Penelitian DIPA, 1-17
Ahmad, B., D. Widjajanto, Isrun. 2017. Karakteristik Fisik Tanah Pada Beberapa
Penggunaan Lahan Di Desa Beka Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi. e-J.
Agrotekbis. Vol 5 No. 4. Hal: 423 - 430
Nurhidayati. 2017. Kesuburan dan Kesehatan Tanah. Malang. Intimedia.
Nursyamsi, D., K. Idris., S. Sabiham., D. A. Rachim., A.Sofyan. 2007. Sifat-sifat
Tanah Dominan Yang Berpengaruh Terhadap K Tersedia Pada Tanah-tanah
Yang Didominasi Smektit. Jurnal Tanah Dan Iklim, No 26. Hal 13-28.
Prasetyo, B. H., J. Sri Adiningsih, K. Subagyono dan R. D. M. Simanungkalit. 2004.
Mineralogi, kimia, fisika dan biologi tanah sawah. Dalam tanah sawah dan
teknolog pengelolaannya. Puslitbangtanaj. Bogor. 2004
Rahmi, A., dan M. P. Biantary. 2014. Karakteristik Sifat Kimia Tanah dan Status
Kesuburan Tanah Lahan Pekarangan dan Lahan Usaha Tani Beberapa
Kampung di Kabupaten
Rahmi., Abdul. K. P., Ulfiyah. A. R. 2016. Perubahan Sifat Fisik Tanah Akibat
Pemberian Pupuk Kandang Dan Mulsa Pada Pertanaman Terung Ungu
(Solanum melongena L) Entisol Tondo Palo. Jurnal e-J agrotekbis, 4(2), 160-
167.
Rosmarkam, A dan N. W Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kainsius.
Yogyakarta.
Saputra, D. D., Amir, R. P., zaenal, K. 2018. Hubungan Kandungan Bahan Organik
Tanah Dengan Berat Isi, Porositas dan Laju Infiltrasi pada Perkebunan Salak
Di Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan. Jurnal Tanah dan sumberdaya,
5 (1), 647-654.
Silalahi, Marina dan Wakhidan Anisatu Z. 2006. Laporan Akhir Uji Pemupukan
NPK pada Tanaman Buah Balai Penelitian Buah Kebun Percobaan Buah
(KPTB) Brastagi. Medan.
Soepardi, G.1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor : Institut Pertanian Bogor Press.
Suprapto. 2016. Modul Hubungan Tanah, Air Dan Tanaman.
https://bpsdm.pu.go.id/center/pelatihan/uploads/edok/2019/02/
530e6_MDL_Hubungan_Tanah__Air_dan_Tanaman.docx. Diakses Tanggal
30 Januari 2021
Tan, 1991. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Terbitan: Gadjah Mada University Press,.
Winarso. 2005. Pengertian dan Sifat Kimia Tanah. Gajahmada University Press
Yogyakarta
Supriyanto. 2015. Solusi Lahan Pertanian Keracunan Al dan Fe Bahan Penyuluhan.
Bahan Penyuluhan. Di akses pada tanggal 17
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/89242/Solusi-Tanah-Pertanian-
Keracunan--Aluminium-Dan--Besi/

Anda mungkin juga menyukai