KAJIAN DAMPAK KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) KECAMATAN GALING TERHADAP PEMBANGUNAN DI
KABUPATEN SAMBAS
BAB 5.
KONDISI EKSISTING KOMODITI UNGGULAN
DI KUAT GALING
38
LAPORAN AKHIR
KAJIAN DAMPAK KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) KECAMATAN GALING TERHADAP PEMBANGUNAN DI
KABUPATEN SAMBAS
lada berumur yang berumur pendek mati, lahan tersebut kembali ditanami karet.
Berikut gambaran kondisi kebun yang ada di desa Tri Kembang.
Gambar 5.1. Kondisi salah satu kebun karet yang ada di Desa Tri Kembang.
Luas lahan yang dimiliki oleh masyarakat di KUAT Galing berkisar 0,5 – 3 ha.
Luas kebun yang dimiliki masyarakat di KUAT Galing pada masing-masing desa juga
bervariasi. Dari data responden yang diwawancarai diketahui bahwa luas lahan karet
yang dimiliki petani karet sebagian besar antara 0,5 – 1 ha. Berikut ini tabel luas
lahan karet yang dimiliki oleh responden pada masing-masing desa di KUAT Galing.
Tabel 5.1. Luas lahan karet yang dimiliki responden di KUAT Galing
39
LAPORAN AKHIR
KAJIAN DAMPAK KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) KECAMATAN GALING TERHADAP PEMBANGUNAN DI
KABUPATEN SAMBAS
Galing. Umumnya petani yang mengganti tanaman karet menjadi tanaman lada,
masih memiliki cadangan kebun karet lainnya. Kebun karet ini tetap dipertahankan
oleh petani karet menjadi sumber penghasilan harian. Pada pagi hari petani
menyadap karetnya dan pada siang hari mereka sudah mengumpulkan hasilnya.
Setelah dilakukan penanganan terhadap latek hasil sadapan yaitu dibekukan, pada
sore harinya karet tersebut sudah dapat dijual.
5.1.2. komoditi lada
Kebun lada di KUAT Galing telah ada sebelum wilayah ini ditetapkan sebagai
kawasan strategis ekonomi di kecamatan Galing. Namun dalam sepuluh tahun
terakhir luas tanaman lada bertambah cukup besar. Penambahan luas tanaman lada
terjadi di semua desa yang ada di KUAT Galing.
Pada saat ini dapat dikatakan bahwa setiap keluarga yang berada di KUAT
Galing mempunyai tanaman lada. Luas kebun lada yang dimiliki oleh masyarakat
setidaknya seperempat hektar. Bahkan ada petani yang memiliki luas tanaman lada
lebih dari 1 ha. Jumlah tanaman lada dalam satu hektar dapat mencapai 3000
batang tergantung dari jarak tanam. Namun setidaknya setiap keluarga petani di
KUAT Galing memiliki minimal 300 batang tanaman lada. Tabel berikut ini
menunjukkan luas lahan tanaman lada yang dimiliki oleh responden yang berada di
KUAT Galing.
Tabel 5.2. Luas lahan tanaman lada yang dimiliki responden di KUAT Galing
40
LAPORAN AKHIR
KAJIAN DAMPAK KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) KECAMATAN GALING TERHADAP PEMBANGUNAN DI
KABUPATEN SAMBAS
tanaman lada yang sudah tua, ada pula yang kemudian diganti kembali dengan
tanaman karet. Sementara lada ditanam pada lahan karet yang sudah tidak
produktif lainnya. Hal ini menyebabkan ada siklus pertanaman antara karet dan lada
pada suatu lahan. Masyarakat tetap berupaya mempunyai kebun karet walaupun
luasannya umumnya berkurang karena sebagian diubah menjadi tanaman lada.
Berikut ini dokumentasi tanaman lada muda yang ditanam di antara kebun karet
yang ada di desa Tri Kembang.
Gambar 5.2. Tanaman lada muda yang berada diantara tanaman karet
41
LAPORAN AKHIR
KAJIAN DAMPAK KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) KECAMATAN GALING TERHADAP PEMBANGUNAN DI
KABUPATEN SAMBAS
Tabel 5.3. Asal bibit karet dari kebun karet yang dimiliki responden
KAKI GAJAH
42
LAPORAN AKHIR
KAJIAN DAMPAK KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) KECAMATAN GALING TERHADAP PEMBANGUNAN DI
KABUPATEN SAMBAS
43
LAPORAN AKHIR
KAJIAN DAMPAK KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) KECAMATAN GALING TERHADAP PEMBANGUNAN DI
KABUPATEN SAMBAS
44
LAPORAN AKHIR
KAJIAN DAMPAK KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) KECAMATAN GALING TERHADAP PEMBANGUNAN DI
KABUPATEN SAMBAS
karena itu keperluan biaya untuk pestisida sangat besar, apalagi jika harga
satuannya tinggi.
Gambar 5.5. Macam-macam pestisida yang ada di salah satu Toko di Desa Galing
45
LAPORAN AKHIR
KAJIAN DAMPAK KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) KECAMATAN GALING TERHADAP PEMBANGUNAN DI
KABUPATEN SAMBAS
Pemupukan dilakukan enam bulan atau setahun sekali yaitu diwaktu akhir musim
penghujan atau menjelang musim kemarau. Pupuk yang biasa digunakan oleh
petani karet adalah pupuk NPK ponska.
Gambar 5.5. Pupuk Ponska yang biasa digunakan untuk tanaman Karet
Penyiangan gulma dilakukan pada kebun karet terutama pada saat gulma
sudah mengganggu pada saat akan menyadap karet. Penyiangan gulma dilakukan 2
– 3 kali dalam setahun. Umumnya penyiangan gulma dengan manual, walaupun ada
yang menggunakan herbisida.
Petani melakukan penyadapan setiap hari, kecuali jika hari hujan.
Penyadapan dilakukan setelah batang tanaman siap sadap. Umumnya tanaman
yang disadap berumur di atas 7 tahun. Sebagian besar masyarakat menyadap
kebun karet sendiri. Masyarakat yang mempunyai kebun karet yang luas dapat
meminta bantuan petani untuk menyadap dengan sistem upah atau bagi hasil. Upah
kerja sehari 45.000 – 50.000 rupiah. Untuk sistem bagi hasil, umumnya 2 : 1 yaitu 2
bagian untuk pekerja dan 1 bagian untuk pemilik atau 7: 3 yaitu 7 bagian untuk
pekerja dan 3 bagian untuk pemilik.
Umumnya hasil sadapan dalam sehari minimal 5 kg latek. Hasil sadapan
dapat mencapai 10 kg sehari. Hasil sadapan tergantung pada jumlah pohon yang
disadap dan asal bibit karet yang ditanam. Tanaman karet yang berasal dari okulasi
memberikan hasil lebih banyak dibandingkan tanaman karet yang bibitnya berasal
46
LAPORAN AKHIR
KAJIAN DAMPAK KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) KECAMATAN GALING TERHADAP PEMBANGUNAN DI
KABUPATEN SAMBAS
dari anakan. Untuk meningkatkan hasil latek ada petani yang memberikan vitamin
karet. Gambar 5.6. menunjukkan seorang petani sedang melakukan penyadapan
pada pagi hari.
Gambar 5.6. Seorang petani sedang menyadap karet pada pagi hari
47
LAPORAN AKHIR
KAJIAN DAMPAK KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) KECAMATAN GALING TERHADAP PEMBANGUNAN DI
KABUPATEN SAMBAS
48
LAPORAN AKHIR
KAJIAN DAMPAK KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) KECAMATAN GALING TERHADAP PEMBANGUNAN DI
KABUPATEN SAMBAS
toko pertanian yang sekaligus tempat penampungan lada. Gambar 5.8 menunjukkan
macam-macam pupuk yang biasa digunakan untuk tanaman lada.
Gambar 5.8. Aneka pupuk yang biasa digunakan untuk tanaman lada.
Pengendalian gulma dilakukan petani secara rutin untuk tanaman lada.
Pengendalian gulma dilakuan dalam periode waktu tertentu atau melihat kondisi
gulma yang ada di lapangan. Sebagian petani lada melakukan penyiangan setiap
sebulan sekali. Ada pula yang melakukan penyiangan setiap 2 bulan, 3 bulan, 4
bulan atau 6 bulan. Umumnya petani menggunakan herbisida untuk mengendalikan
gulma. Selain gulma, petani lada juga melakukan pengendalian terhadap hama dan
penyakit. Untuk mengendalikan hama biasanya petani lada menggunakan
insektisida sedangkan untuk mengendalikan penyakit menggunakan fungisida.
Pestisida ini dibeli petani lada dari toko pertanian yang ada. Gambar berikut
menunjukkan macam-macam pestisida yang biasa digunakan petani lada.
49
LAPORAN AKHIR
KAJIAN DAMPAK KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) KECAMATAN GALING TERHADAP PEMBANGUNAN DI
KABUPATEN SAMBAS
Tanaman lada yang baik dan sehat sudah dapat memberikan hasil setelah
berumur 3 tahun. Panen dapat dilakukan setahun sekali. Petani yang ada di KUAT
Galing ada yang mulai memanen hasilnya saat tanaman belum berumur satu tahun.
Sebagian besar petani baru mulai mengambil hasilnya setelah tanaman berumur 2
tahun. Tanaman lada yang dipanen terlalu muda tidak akan mempunyai kanopi
yang besar, sebaliknya tanaman lada yang mulai dipanen pada umur 3 tahun ke atas
akan mempunyai kanopi yang baik. Gambar berikut menunjukkan tanaman lada
yang sudah berumur di atas 3 tahun, tetapi belum dipanen hasilnya.
50
LAPORAN AKHIR
KAJIAN DAMPAK KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) KECAMATAN GALING TERHADAP PEMBANGUNAN DI
KABUPATEN SAMBAS
Gambar 5.10. Tanaman lada yang berumur lebih dari tiga tahun
Hasil yang diperoleh petani lada dalam setahun bervariasi tergantung jumlah
pohon lada yang dimiliki dan kondisi pertumbuhan tanaman lada. Hasil panen lada
per pohon setidaknya setengah kilogram. Untuk tanaman yang tumbuh subur dan
sehat setiap panennya dapat menghasilkan hingga 2 kg lada kering per batang.
Setiap petani lada setidaknya setiap tahun menghasilkan ratusan kilogram lada putih.
Untuk petani yang mempunyai tanaman lada yang banyak setahunnya dapat
menghasilkan lebih dari 1 ton lada putih. Petani lada biasanya dibantu pekerja saat
panen dengan upah setengah hari atau sehari. Pemanenan dilakukan dengan
memetik tangkai buah kemudian memasukkannya ke dalam karung. Selesai panen
buah dan tangkai tersebut diangkut ke rumah untuk di rendam atau di jemur.
Gambar berikut menunjukkan buah lada yang telah dipanen. Saat di lapangan
kebanyakan tanaman lada sudah selesai dipanen.
51
LAPORAN AKHIR
KAJIAN DAMPAK KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) KECAMATAN GALING TERHADAP PEMBANGUNAN DI
KABUPATEN SAMBAS
Gambar 5.11. Asam cuka, latek yang dibekukan dan karet kering
52
LAPORAN AKHIR
KAJIAN DAMPAK KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) KECAMATAN GALING TERHADAP PEMBANGUNAN DI
KABUPATEN SAMBAS
53
LAPORAN AKHIR
KAJIAN DAMPAK KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) KECAMATAN GALING TERHADAP PEMBANGUNAN DI
KABUPATEN SAMBAS
54
LAPORAN AKHIR
KAJIAN DAMPAK KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) KECAMATAN GALING TERHADAP PEMBANGUNAN DI
KABUPATEN SAMBAS
55
LAPORAN AKHIR
KAJIAN DAMPAK KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) KECAMATAN GALING TERHADAP PEMBANGUNAN DI
KABUPATEN SAMBAS
GALING mulai dari petani lada ke pengumpul kecil, warung atau toko, pengumpul
besar dan pengumpul di Jawa.
56
LAPORAN AKHIR
KAJIAN DAMPAK KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) KECAMATAN GALING TERHADAP PEMBANGUNAN DI
KABUPATEN SAMBAS
rusak. Akan tetapi dengan adanya dana yang dialokasikan untuk desa, sebagian
kerusakan jalan, jembatan dan saluran dapat diperbaiki dengan dana desa tersebut.
Gambar berikut menunjukkan kegiatan perbaikan jalan dan saluran yang dilakukan di
Desa Galing.
57
LAPORAN AKHIR
KAJIAN DAMPAK KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) KECAMATAN GALING TERHADAP PEMBANGUNAN DI
KABUPATEN SAMBAS
58