Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN AKHIR

KAJIAN DAMPAK KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) KECAMATAN GALING TERHADAP PEMBANGUNAN DI
KABUPATEN SAMBAS

BAB 5.
KONDISI EKSISTING KOMODITI UNGGULAN
DI KUAT GALING

Kondisi eksisting komoditi unggulan di KUAT Galing menggambarkan


keberadaan komoditi unggulan karet dan lada saat ini di lapangan berdasarkan hasil
survey yang dilakukan melalui wawancara kepada petani yang ada di empat desa
yang termasuk dalam KUAT Galing. Hal-hal yang ditinjau untuk melihat kondisi
eksisting ini terkait dengan pendekatan yang dilakukan mulai dari Sub Sistem Hulu /
Input Faktor (Up-Stream Agribusiness), Sub Sistem Usahatani (On-Farm
Agribusiness), Sub Sistem Pengolahan Hasil (Down Stream), Sub Sistem Pemasaran
(Market Agribusiness) dan Subsistem Penunjang (Kelembagaan dan Permodalan).
Diawal pembahasan ditinjau terlebih dahulu gambaran kepemilikan lahan oleh
petani yang ada dalam KUAT Galing.

5.1. Kepemilikan Lahan

Berdasarkan hasil wawancara terhadap masyarakat dalam wilayah KUAT


Galing diketahui bahwa saat ini masyarakat dalam kawasan rata-rata tetap memiliki
baik kebun karet maupun kebun lada. Kebun yang dimiliki oleh masyarakat kawasan
ini sebagian telah ada sebelum wilayan ini ditetapkan sebagai KUAT Galing dan
sebagian lagi kebun itu dibangun setelah wilayah ini ditetapkan sebagai KUAT Galing.

5.1.1. Komoditi karet


Kebun karet yang dimiliki oleh masyarakat di wilayah KUAT Galing sebagaian
besar telah ada sebelum wilayah ini ditetapkan sebagai kawasan strategis KUAT
Galing. Penambahan luas tanaman karet setelah kawasan ini ditetapkan sebagai
KUAT Galing juga terjadi , tetapi dalam jumlah luasan yang terbatas. Penambahan
luas tanaman karet terutama terjadi karena adanya bantuan bibit karet unggul dari
pemerintah. Selain itu juga terjadi pergiliran tanaman antara karet dan lada. Kebun
karet yang sudah tidak produktif diganti dengan tanaman lada. Setelah tanaman

Kerjasama : CV ZIAR ESTETIKA KONSULTAN

38
LAPORAN AKHIR
KAJIAN DAMPAK KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) KECAMATAN GALING TERHADAP PEMBANGUNAN DI
KABUPATEN SAMBAS

lada berumur yang berumur pendek mati, lahan tersebut kembali ditanami karet.
Berikut gambaran kondisi kebun yang ada di desa Tri Kembang.

Gambar 5.1. Kondisi salah satu kebun karet yang ada di Desa Tri Kembang.

Luas lahan yang dimiliki oleh masyarakat di KUAT Galing berkisar 0,5 – 3 ha.
Luas kebun yang dimiliki masyarakat di KUAT Galing pada masing-masing desa juga
bervariasi. Dari data responden yang diwawancarai diketahui bahwa luas lahan karet
yang dimiliki petani karet sebagian besar antara 0,5 – 1 ha. Berikut ini tabel luas
lahan karet yang dimiliki oleh responden pada masing-masing desa di KUAT Galing.
Tabel 5.1. Luas lahan karet yang dimiliki responden di KUAT Galing

Luas lahan karet (Ha)


No. DESA 0,5 1 2 3 Jumlah
1 Tri Kembang 2 1 3
2 Ratu Sepudak 2 1 3
3 Galing 2 3 1 6
4 Sungai Palah 1 2 4 7
Jumlah 7 6 4 2 19
Sumber : hasil survey

Walaupun masyarakat tetap mempertahankan kebun karet yang dimiliki, ada


sebagain yang sudah tidak produktif diganti dengan tanaman lada. Perubahan
peruntukan dari kebun karet ke kebun lada terjadi di semua desa yang ada di KUAT
Kerjasama : CV ZIAR ESTETIKA KONSULTAN

39
LAPORAN AKHIR
KAJIAN DAMPAK KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) KECAMATAN GALING TERHADAP PEMBANGUNAN DI
KABUPATEN SAMBAS

Galing. Umumnya petani yang mengganti tanaman karet menjadi tanaman lada,
masih memiliki cadangan kebun karet lainnya. Kebun karet ini tetap dipertahankan
oleh petani karet menjadi sumber penghasilan harian. Pada pagi hari petani
menyadap karetnya dan pada siang hari mereka sudah mengumpulkan hasilnya.
Setelah dilakukan penanganan terhadap latek hasil sadapan yaitu dibekukan, pada
sore harinya karet tersebut sudah dapat dijual.
5.1.2. komoditi lada
Kebun lada di KUAT Galing telah ada sebelum wilayah ini ditetapkan sebagai
kawasan strategis ekonomi di kecamatan Galing. Namun dalam sepuluh tahun
terakhir luas tanaman lada bertambah cukup besar. Penambahan luas tanaman lada
terjadi di semua desa yang ada di KUAT Galing.
Pada saat ini dapat dikatakan bahwa setiap keluarga yang berada di KUAT
Galing mempunyai tanaman lada. Luas kebun lada yang dimiliki oleh masyarakat
setidaknya seperempat hektar. Bahkan ada petani yang memiliki luas tanaman lada
lebih dari 1 ha. Jumlah tanaman lada dalam satu hektar dapat mencapai 3000
batang tergantung dari jarak tanam. Namun setidaknya setiap keluarga petani di
KUAT Galing memiliki minimal 300 batang tanaman lada. Tabel berikut ini
menunjukkan luas lahan tanaman lada yang dimiliki oleh responden yang berada di
KUAT Galing.

Tabel 5.2. Luas lahan tanaman lada yang dimiliki responden di KUAT Galing

Luas lahan tanaman lada (ha)


No. DESA Jumlah
0,25 0,5 1 2
1 Tri Kembang 4 1 5
2 Ratu Sepudak 1 3 2 6
3 Galing 1 3 3 7
4 Sungai Palah 2 3 3 8
Jumlah 4 13 8 1 26
Sumber : hasil survey

Lahan yang digunakan untuk pengembangan tanaman lada dalam sepuluh


tahun terakhir umumnya dari lahan karet yang sudah tidak produktif ataupun dari
lahan tanaman padi. Pada umumnya tanaman lada tidak bisa bertahan lama
sehingga secara berkala tanaman ini harus diremajakan atau ditanam ulang. Pada

Kerjasama : CV ZIAR ESTETIKA KONSULTAN

40
LAPORAN AKHIR
KAJIAN DAMPAK KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) KECAMATAN GALING TERHADAP PEMBANGUNAN DI
KABUPATEN SAMBAS

tanaman lada yang sudah tua, ada pula yang kemudian diganti kembali dengan
tanaman karet. Sementara lada ditanam pada lahan karet yang sudah tidak
produktif lainnya. Hal ini menyebabkan ada siklus pertanaman antara karet dan lada
pada suatu lahan. Masyarakat tetap berupaya mempunyai kebun karet walaupun
luasannya umumnya berkurang karena sebagian diubah menjadi tanaman lada.
Berikut ini dokumentasi tanaman lada muda yang ditanam di antara kebun karet
yang ada di desa Tri Kembang.

Gambar 5.2. Tanaman lada muda yang berada diantara tanaman karet

5.2. Ketersediaan sarana Produksi


5.2.1. Komoditi Karet
Sebagian besar asal bibit karet yang ditanam berupa anakan yang diambil
dari sekitar kebun. Sebagian lainnya menggunakan bibit okulasi. Bibit okulasi ini ada
yang diperoleh dari penangkar, dan ada pula bibit okulasi yang diterima dari bantuan
pemerintah. Pada saat ini tidak ditemukan lagi penangkar bibit karet okulasi. Petani
karet saat ini masih enggan untuk memperluas tanaman karetnya karena harga karet
yang masih rendah.

Kerjasama : CV ZIAR ESTETIKA KONSULTAN

41
LAPORAN AKHIR
KAJIAN DAMPAK KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) KECAMATAN GALING TERHADAP PEMBANGUNAN DI
KABUPATEN SAMBAS

Berdasarkan informasi dari responden, kebun karet yang bibitnya berasal


dari okulasi ditemukan pada semua desa yang ada di KUAT Galing. Data responden
yang kebun karetnya menggunakan bibit yang berasal dari bibit okulasi dan anakan
dapat dilihat pada tabel 5.3. Di lapangan dapat dibedakan antara batang karet yang
berasal dari anakan dan okulasi. Pada batang karet yang berasal dari bibit okulasi
terdapat yang disebut ”kaki gajah” yang pada pangkal batang terdapat pembesaran
seperti kaki gajah. Gambar 5.3. menunjukkan tanaman karet yang berasal dari bibit
okulasi. Pada pangkal batang terdapat sekat yang disebut “kaki gajah”.

Tabel 5.3. Asal bibit karet dari kebun karet yang dimiliki responden

Asal bibit karet


NO DESA
Anakan Okulasi Jumlah
1 Tri Kembang 2 1 3
2 Ratu Sepudak 1 2 3
3 Galing 4 2 6
4 Sungai Palah 5 2 7
Jumlah 12 7 19
Sumber : hasil survey

KAKI GAJAH

Gambar 5.3. Tanaman karet yang berasal dari bibit okulasi

Kerjasama : CV ZIAR ESTETIKA KONSULTAN

42
LAPORAN AKHIR
KAJIAN DAMPAK KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) KECAMATAN GALING TERHADAP PEMBANGUNAN DI
KABUPATEN SAMBAS

Sebagian masyarakat memupuk tanaman karet. Pupuk dapat diperoleh dari


kios atau warung terdekat. Pupuk juga tersedia di toko-toko besar terutama yang
ada di Desa Galing. Sebagian besar menggunakan pupuk yang tidak bersubsidi dan
harganya dirasakan mahal bagi masyarakat. Sebagian besar masyarakat tidak
pernah mendapat bantuan pupuk dari pemerintah, walaupun ada beberapa pernah
mendapatkan bantuan pupuk. Umumnya petani menggunakan pupuk buatan
pabrik/sintetis (anorganik). Pupuk yang biasa digunakan di kebun karet adalah
pupuk NPK Ponska. Petani karet belum terbiasa menggunakan pupuk organik.
Sebagian masyarakat tidak pernah menggunakan pestisida pada kebun
karetnya, walaupun ada sebagian lainnya menggunakan pestisida. Pestisida ini
dapat diperoleh di kios atau toko yang ada disekitar rumah dan dapat pula diperoleh
di toko besar yang ada di Desa Galing. Jenis pestisida yang biasa digunakan petani
karet adalah herbisida. Herbisida merupakan pestisida yang digunakan untuk
mengendalikan gulma.
5.2.2. Komoditi Lada
Pada umumnya bibit yang digunakan untuk pertanaman lada diperoleh dari
tanaman yang ada baik milik sendiri maupun dari masyarakat sekitar. Bibit diperoleh
dari sulur yang dipangkas secara rutin dari tanaman yang berumur lebih dari
setahun. Saat ini jenis lada yang ditanam masyarakat umumnya sama dan belum
ditemukan adanya jenis / klon lada introduksi dari daerah lain. Klon lada yang
ditanam di KUAT Galing umumnya adalah klon Bengkayang. Pada awal penetapan
kawasan ini menjadi KUAT Galing pernah ada bantuan bibit lada. Dari informasi
responden diketahui bahwa sejak tahun 2010 masyarakat petani di KUAT Galing
belum pernah lagi mendapatkan bantuan bibit lada. Gambar 5.4. menunjukkan
tanaman lada yang ada di pinggir jalan utama di desa Sungai Palah.
Semua petani yang menanam lada melakukan pemupukan tanaman ladanya.
Pupuk ini diperoleh dari kios dan warung yang ada di sekitar kebun atau kediaman
petani. Pupuk ini dapat pula diperoleh dari toko besar yang ada di desa Galing.
Pemupukan pada tanaman lada lebih intensif dibandingkan dengan pada tanaman
karet. Berbagai jenis pupuk yang digunakan dan umumnya menggunakan pupuk
majemuk NPK. Masih sedikit masyarakat yang menggunakan pupuk organik.

Kerjasama : CV ZIAR ESTETIKA KONSULTAN

43
LAPORAN AKHIR
KAJIAN DAMPAK KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) KECAMATAN GALING TERHADAP PEMBANGUNAN DI
KABUPATEN SAMBAS

Sebagian petani pernah mendapatkan bantuan pupuk dari pemerintah


melalui usulan kelompok tani. Namun sebagian lagi petani lada tidak pernah
mendapatkan bantuan pupuk untuk tanaman lada. Petani yang tidak pernah
mendapatkan bantuan pupuk karena tidak masuk dalam kelompok tani.

Gambar 5.4. Tanaman lada masyarakat di Desa Sungai Palah

Umumnya petani lada menggunakan pestisida untuk pemeliharaan tanaman


lada. Pestisida yang digunakan dapat berupa herbisida untuk mengendalikan gulma,
insektisida untuk mengendalikan hama dan fungisida untuk mengendalikan penyakit
yang disebabkan oleh jamur. Pestisida ini dapat diperoleh masyarakat dengan
mudah di kios atau toko yang ada di sekitar kediaman masyarakat. Akan tetapi
harga pestisida ini cukup mahal sehingga petani harus memiliki modal atau simpanan
untuk membelinya.
Sebagian petani lada juga pernah mendapatkan bantuan pestisida dari
pemerintah melalui usulan kelompok tani. Ada pula sebagian petani lada tidak
pernah mendapatkan bantuan pestisida dari pemerintah. Petani yang tidak pernah
mendapat bantuan pestisida karena tidak masuk dalam kelompok tani. Penggunaan
pestisida pada tanaman lada lebih intensif dibandingkan pada pertanaman karet.
Tanaman lada memerlukan perawatan yang lebih intensif karena tanaman sangat
mudah terserang hama penyakit dan kurang mampubersaing dengan gulma. Oleh

Kerjasama : CV ZIAR ESTETIKA KONSULTAN

44
LAPORAN AKHIR
KAJIAN DAMPAK KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) KECAMATAN GALING TERHADAP PEMBANGUNAN DI
KABUPATEN SAMBAS

karena itu keperluan biaya untuk pestisida sangat besar, apalagi jika harga
satuannya tinggi.

Gambar 5.5. Macam-macam pestisida yang ada di salah satu Toko di Desa Galing

5.3. Sistem usahatani


5.3.1. Komoditi Karet
Umumnya masyarakat tidak menanam karet sesuai dengan anjuran. Jarak
tanam yang digunakan umumnya 4m x 4m atau 6m x 3m, sedangkan jarak tanam
anjuran adalah 7m x 3m. Jarak tanam yang digunakan masyarakat lebih kecil dari
anjuran, sehingga populasi tanam per hektar menjadi lebih banyak. Dengan
banyaknya batang karet yang ditanam diharapkan banyak hasil latek yang diperoleh.
Jarak tanam yang terlalu rapat akan mengakibatkan kelembaban di sekitar tanaman
akan tinggi sehingga bakteri dan jamur pembawa penyakit akan mudah berkembang.
Selain itu jarak tanam yang terlalu dekat akan menyebabkan persaingan dalam
mengambil unsur hara semakin besar sehingga pertumbuhan tanaman tidak
terganggu. Pertumbuhan akan semakin tertekan jika tidak dilakukan pemupukan
secara teratur. Jarak tanam yang tepat akan memberikan hasil yang lebih banyak
dibandingkan jarak tanam yang lebih rapat.
Sebagian masyarakat memupuk tanaman karetnya. Pemupukan terutama
dilakukan untuk tanaman karet yang berasal dari bibit okulasi. Umumnya bibit
okulasi merupakan klon unggul yang harus dipupuk agar hasilnya lebih baik.

Kerjasama : CV ZIAR ESTETIKA KONSULTAN

45
LAPORAN AKHIR
KAJIAN DAMPAK KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) KECAMATAN GALING TERHADAP PEMBANGUNAN DI
KABUPATEN SAMBAS

Pemupukan dilakukan enam bulan atau setahun sekali yaitu diwaktu akhir musim
penghujan atau menjelang musim kemarau. Pupuk yang biasa digunakan oleh
petani karet adalah pupuk NPK ponska.

Gambar 5.5. Pupuk Ponska yang biasa digunakan untuk tanaman Karet

Penyiangan gulma dilakukan pada kebun karet terutama pada saat gulma
sudah mengganggu pada saat akan menyadap karet. Penyiangan gulma dilakukan 2
– 3 kali dalam setahun. Umumnya penyiangan gulma dengan manual, walaupun ada
yang menggunakan herbisida.
Petani melakukan penyadapan setiap hari, kecuali jika hari hujan.
Penyadapan dilakukan setelah batang tanaman siap sadap. Umumnya tanaman
yang disadap berumur di atas 7 tahun. Sebagian besar masyarakat menyadap
kebun karet sendiri. Masyarakat yang mempunyai kebun karet yang luas dapat
meminta bantuan petani untuk menyadap dengan sistem upah atau bagi hasil. Upah
kerja sehari 45.000 – 50.000 rupiah. Untuk sistem bagi hasil, umumnya 2 : 1 yaitu 2
bagian untuk pekerja dan 1 bagian untuk pemilik atau 7: 3 yaitu 7 bagian untuk
pekerja dan 3 bagian untuk pemilik.
Umumnya hasil sadapan dalam sehari minimal 5 kg latek. Hasil sadapan
dapat mencapai 10 kg sehari. Hasil sadapan tergantung pada jumlah pohon yang
disadap dan asal bibit karet yang ditanam. Tanaman karet yang berasal dari okulasi
memberikan hasil lebih banyak dibandingkan tanaman karet yang bibitnya berasal

Kerjasama : CV ZIAR ESTETIKA KONSULTAN

46
LAPORAN AKHIR
KAJIAN DAMPAK KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) KECAMATAN GALING TERHADAP PEMBANGUNAN DI
KABUPATEN SAMBAS

dari anakan. Untuk meningkatkan hasil latek ada petani yang memberikan vitamin
karet. Gambar 5.6. menunjukkan seorang petani sedang melakukan penyadapan
pada pagi hari.

Gambar 5.6. Seorang petani sedang menyadap karet pada pagi hari

5.3.2. Komoditi Lada


Pada umumnya petani menanam lada dengan jarak tanam lebih kecil
dibandingkan dengan anjuran, walaupun ada pula yang mempunyai jarak tanam
lebih besar. Anjuran jarak tanam umumnya adalah 2 m x 2 m. Jarak tanam yang
ditemukan di lapangan bervariasi. Umumnya petani menanam dengan jarak tanam
lebih kecil jika memiliki lahan yang terbatas karena mengharapkan lebih banyak
pohan lada yang dapat ditanam.
Setiap tanaman lada memerlukan lanjaran atau turus untuk menempel dan
memanjat. Lanjaran yang digunakan dapat berupa batang kayu yang mati dan
dapat pula menggunakan batang tanaman hidup. Batang yang baik untuk tanaman
lada dan tahan lama adalah batang belian. Namun karena harga kayu belian sangat
mahal, jarang sekali petani menggunakannya. Sebagai gantinya petani lada
menggunakan kayu dari tanaman lain seperti batang seresak yang harganya lebih
murah. Akan tetapi saat ini banyak petani menggunakan lanjaran hidup dari
tanaman simpur. Petani lada lebih menyenangi menggunakan simpur karena
harganya murah. Harga satu batang simpur sebagai turus hidup 5000 rupiah

Kerjasama : CV ZIAR ESTETIKA KONSULTAN

47
LAPORAN AKHIR
KAJIAN DAMPAK KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) KECAMATAN GALING TERHADAP PEMBANGUNAN DI
KABUPATEN SAMBAS

sedangkan untuk turus mati harganya mencapai 20.000 – 25.000 rupiah.


Penggunaan turus hidup juga dapat meneduhkan tanaman lada sehingga umurnya
menjadi lebih panjang. Kelemahan menggunakan turus hidup adalah petani lada
harus secara teratur melakukan pemangkasan. Gambar berikut ini menunjukkan
tanaman lada dengan turus hidup.

Gambar 5.7. Tanaman lada menggunakan lanjaran / turus hidup

Setiap petani lada melakukan pemupukan terhadap tanaman ladanya.


Pemupukan dilakukan mulai dari saat tanam hingga telah menghasilkan. Pemupukan
dilakukan setidaknya setahun sekali yaitu setelah tanam selesai dipanen. Namun,
sebagian besar petani lada memupuk tanaman lada terutama yang sudah
menghasilkan sebanyak 3 kali dalam setahun. Pemupukan dilakukan pertama saat
setelah panen, kedua saat tanaman lada mengeluarkan bunga dan ketiga pada saat
tanaman lada melakukan pengisian buah. Adapula petani lada yang melakukan
pemupukan lebih sering lagi yaitu setiap 2 bulan sekali atau 3 bulan sekali.
Pemupukan pada lada lebih intensif dibandingkan pada tanaman karet. Jenis pupuk
yang diberikan ke tanaman lada juga lebih lengkap. Petani lada lebih banyak
menggunakan pupuk NPK yang dijual di pasaran baik padatan maupun cairan.
Diantara pupuk yang digunakan untuk tanaman lada adalah pupuk NPK indogreen,
noble, nitro ponska, alami dan cantik. Macam-macam pupuk ini biasanya dibeli di

Kerjasama : CV ZIAR ESTETIKA KONSULTAN

48
LAPORAN AKHIR
KAJIAN DAMPAK KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) KECAMATAN GALING TERHADAP PEMBANGUNAN DI
KABUPATEN SAMBAS

toko pertanian yang sekaligus tempat penampungan lada. Gambar 5.8 menunjukkan
macam-macam pupuk yang biasa digunakan untuk tanaman lada.

Gambar 5.8. Aneka pupuk yang biasa digunakan untuk tanaman lada.
Pengendalian gulma dilakukan petani secara rutin untuk tanaman lada.
Pengendalian gulma dilakuan dalam periode waktu tertentu atau melihat kondisi
gulma yang ada di lapangan. Sebagian petani lada melakukan penyiangan setiap
sebulan sekali. Ada pula yang melakukan penyiangan setiap 2 bulan, 3 bulan, 4
bulan atau 6 bulan. Umumnya petani menggunakan herbisida untuk mengendalikan
gulma. Selain gulma, petani lada juga melakukan pengendalian terhadap hama dan
penyakit. Untuk mengendalikan hama biasanya petani lada menggunakan
insektisida sedangkan untuk mengendalikan penyakit menggunakan fungisida.
Pestisida ini dibeli petani lada dari toko pertanian yang ada. Gambar berikut
menunjukkan macam-macam pestisida yang biasa digunakan petani lada.

Kerjasama : CV ZIAR ESTETIKA KONSULTAN

49
LAPORAN AKHIR
KAJIAN DAMPAK KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) KECAMATAN GALING TERHADAP PEMBANGUNAN DI
KABUPATEN SAMBAS

Gambar 5.9. Pestisida yang biasa digunakan untuk tanaman lada

Tanaman lada yang baik dan sehat sudah dapat memberikan hasil setelah
berumur 3 tahun. Panen dapat dilakukan setahun sekali. Petani yang ada di KUAT
Galing ada yang mulai memanen hasilnya saat tanaman belum berumur satu tahun.
Sebagian besar petani baru mulai mengambil hasilnya setelah tanaman berumur 2
tahun. Tanaman lada yang dipanen terlalu muda tidak akan mempunyai kanopi
yang besar, sebaliknya tanaman lada yang mulai dipanen pada umur 3 tahun ke atas
akan mempunyai kanopi yang baik. Gambar berikut menunjukkan tanaman lada
yang sudah berumur di atas 3 tahun, tetapi belum dipanen hasilnya.

Kerjasama : CV ZIAR ESTETIKA KONSULTAN

50
LAPORAN AKHIR
KAJIAN DAMPAK KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) KECAMATAN GALING TERHADAP PEMBANGUNAN DI
KABUPATEN SAMBAS

Gambar 5.10. Tanaman lada yang berumur lebih dari tiga tahun

Hasil yang diperoleh petani lada dalam setahun bervariasi tergantung jumlah
pohon lada yang dimiliki dan kondisi pertumbuhan tanaman lada. Hasil panen lada
per pohon setidaknya setengah kilogram. Untuk tanaman yang tumbuh subur dan
sehat setiap panennya dapat menghasilkan hingga 2 kg lada kering per batang.
Setiap petani lada setidaknya setiap tahun menghasilkan ratusan kilogram lada putih.
Untuk petani yang mempunyai tanaman lada yang banyak setahunnya dapat
menghasilkan lebih dari 1 ton lada putih. Petani lada biasanya dibantu pekerja saat
panen dengan upah setengah hari atau sehari. Pemanenan dilakukan dengan
memetik tangkai buah kemudian memasukkannya ke dalam karung. Selesai panen
buah dan tangkai tersebut diangkut ke rumah untuk di rendam atau di jemur.
Gambar berikut menunjukkan buah lada yang telah dipanen. Saat di lapangan
kebanyakan tanaman lada sudah selesai dipanen.

Gambar 5.11. Buah lada yang sudah dipanen

5.4. Sistem Pengolahan Hasil


5.4.1. Komoditi Karet
Umumnya latek yang diperoleh dari penyadapan yang masih cair dipadatkan
dengan menambahkan cuka getah atau asam semut sehingga latek tersebut menjadi
beku. Latek yang dihasilkan ini disebut latek basah dan dapat langsung dijual.
Latek yang belum dijual dapat disimpan di gudang atau parit. Karet dapat disimpan
dalam jangka waktu lama.
Kerjasama : CV ZIAR ESTETIKA KONSULTAN

51
LAPORAN AKHIR
KAJIAN DAMPAK KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) KECAMATAN GALING TERHADAP PEMBANGUNAN DI
KABUPATEN SAMBAS

Gambar 5.11. Asam cuka, latek yang dibekukan dan karet kering

Latek basah dapat dijadikan latek kering dengan mengepres dan


menjemurnya. Ada masyarakat yang memiliki mesin pengepres. Latek yang masih
tebal dapat dipres sehingga menjadi lembaran yang lebih tipis. Latek yang lembaran
lebih tipis harganya lebih tinggi. Gambar 5.11. menunjukkan asam cuka, latek yang
dibekukan dan karet keringnya.
5.4.2. Komoditi Lada
Hasil panen lada dapat diolah menjadi lada putih atau lada hitam. Lada
putih dihasilkan dari proses perendaman, pengupasan kulit, pembersihan dan
kemudian dijemur hingga kadar air minimal 16% agar dapat disimpan dalam jangka
panjang. Buah lada dimasukkan dalam karung dan direndam pada air yang mengalir
selama 7 – 10 hari. Setelah perendaman, buah lada dikeluarkan dari karung
kemudian dibersihkan dari batang dan kulitnya dengan menggunakan wadah yang
sederhana yaitu tudung saji plastik. Pembersihan dilakukan berulang-ulang sehingga
diperoleh biji lada yang bersih. Biji lada yang sudah bersih ini selanjutnya dijemur
selama sehari penuh dengan sinar matahari penuh. Biji lada yang disah kering ini
kemudian dimasukkan dalam karung yang kering dan bersih untuk disimpan atau
dijual. Gambar 5.12. menunjukkan tahapan dalam pengolahan buah lada menjadi
lada putih.

Kerjasama : CV ZIAR ESTETIKA KONSULTAN

52
LAPORAN AKHIR
KAJIAN DAMPAK KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) KECAMATAN GALING TERHADAP PEMBANGUNAN DI
KABUPATEN SAMBAS

Gambar 5.12. Proses pengolahan buah lada menjadi lada putih

Biasanya masyarakat di KUAT Galing merendam buah lada yang sudah


dipanen di parit yang ada di dekat rumah kediaman petani. Aliran air di saluran
tersebut sangat ditentukan oleh air hujan. Jika curah hujan tinggi, air yang mengalir
banyak dan bersih, tetapi jika tidak ada hujan maka air tidak mengalir dan kotor.
Perendaman ini sangat mempengaruhi kualitas lada putih. Lada yang direndam pada
air yang kotor dan tidak mengalir akan berwarna kecoklatan.
Pada proses pengolahan buah lada menjadi lada hitam diawali dengan
pemisahan buah lada dari tangkainya. Setelah itu buah lada langsung dijemur.
Penjemuran dapat berlangsung 3 – 5 hari, tergantung banyaknya sinar matahari.
Setelag beberapa hari penjemuran buah lada menjadi hitam. Lada hitam tidak dapat
disimpan dalam jangka waktu lama. Gambar 5.13. menunjukkan langkah dalam
pengolahan buah lada menjadi lada hitam.

Kerjasama : CV ZIAR ESTETIKA KONSULTAN

53
LAPORAN AKHIR
KAJIAN DAMPAK KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) KECAMATAN GALING TERHADAP PEMBANGUNAN DI
KABUPATEN SAMBAS

Gambar 5.13. Tahapan pengolahan lada hitam

Penyimpanan lada umumnya di dalam karung, kemudian disimpan digudang


atau tempat yang kering dan tidak lembab. Lada yang dihasilkan dapat langsung
dijual ke penampung lada. Petani dapat menjual hasil panen lada ke toko atau kios
setempat atau dapat menjualnya ke pengepul yang ada di pasar Galing.

5.5. Sistem Pemasaran


5.5.1. Komoditi karet
Umumnya hasil latek langsung dijual ke penampung yang ada di sekitar
tempat tinggal. Pihak yang menampung latek masyarakat umumnya warung atau
toko setempat. Selanjutnya karet tersebut dijual ke penampung yang lebih besar
atau langsung di bawa ke pabrik karet yang ada di Sambas atau di Pontianak.
Berikut adalah gambar rantai pemasaran karet di KUAT Galing.

Kerjasama : CV ZIAR ESTETIKA KONSULTAN

54
LAPORAN AKHIR
KAJIAN DAMPAK KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) KECAMATAN GALING TERHADAP PEMBANGUNAN DI
KABUPATEN SAMBAS

5.14. Rantai Pemasaran Karet di KUAT Galing


Harga karet yang diterima petani selama ini mengalami fluktuasi yang sangat
tinggi. Saat ini harga karet di tingkat petani berkisar Rp. 8.000,00 – Rp 10.000,-.
Harga karet tertinggi yang pernah diperoleh petani sebesar Rp. 27.000,00,
sedangkan harga karet terendah yang pernah terjadi dalam sepuluh tahun terakhir
sebesar Rp. 4.500,00. Harga karet tertinggi terjadi pada tahun 2010 – 2012.
5.5.2. Komoditi lada
Pada saat ini harga jual lada putih dari petani ke pengumpul / toko berkisar
65 – 75 ribu rupiah. Harga ini bervariasi karena dari waktu ke waktu dalam setahun
harga dapat turun atau naik. Sebagian besar masyarakat menjual lada putih
dibandingkan lada hitam, karena harga lada putih lebih mahal dari pada lada hitam.
Harga lada hitam saat ini Rp. 35.000.00. Harga lada saat ini terus turun dari tahun
ke tahun. Harga lada tertinggi terjadi pada tahun 2014-2015. Pada saat itu harga
lada putih mencapai Rp. 180.000,00 per kg. Sementara harga lada putih terendah
yang pernah terjadi per kg adalah 20 an ribu rupiah.
Pemasaran lada dari petani bisa langsung ke pengumpul yang ada di sekitar
kediaman petani. toko atau warung, yang selanjutnya di bawa ke pengumpul yang
lebih besar yang ada di Desa Galing. Ada pula petani yang langsung menjual ke
pengumpul besar yang ada di Desa Galing. Lada yang ditampung pengumpul besar
Galing selanjutnya dibawa ke Pontianak untuk dikirim ke penampung yang ada di
Jawa. Gambar berikut menunjukkan rantai pemasaran lada yang ada di KUAT

Kerjasama : CV ZIAR ESTETIKA KONSULTAN

55
LAPORAN AKHIR
KAJIAN DAMPAK KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) KECAMATAN GALING TERHADAP PEMBANGUNAN DI
KABUPATEN SAMBAS

GALING mulai dari petani lada ke pengumpul kecil, warung atau toko, pengumpul
besar dan pengumpul di Jawa.

5.15. Rantai pemasaran Lada di KUAT Galing

5.6. Sistem Kelembagaan dan Prasarana


Sebagian besar petani karet maupun tidak masuk dalam kelompok tani
sehingga petani tidak memiliki kelembagaan petani. Dengan demikian sebagian
besar petani tidak bisa mendapatkan bantuan dari pemerintah. Hanya sebagian kecil
petani karet atau lada masuk dalam kelompok tani. Kepompok tani yang ada lebih
banyak berkaitan dengan kelompok tani padi. Demikian pula bantuan sarana
produksi lebih diarahkan untuk tanaman padi.
Di Kecamatan Galing saat ini telah terdapat bank pembantu baik BRI
maupun Bank Kalbar. Pada bank ini sebenarnya telah ada skim kredit untuk petani
untuk membantu permodalan. Akan tetapi kebanyakan petani belum memanfaatkan
peluang ini dengan alasan belum mampu mengendalikan keuangan untuk membayar
kredit.
Selama sepuluh tahun terakhir ini di KUAT Galing telah banyak kegiatan
pembangunan sarana dan prasarana terutama jalan, jembatan dan saluran. Saat ini
jalan negara yang ada di Kecamatan Galing dalam kondisi yang sangat baik.
Demikian pula program pembangunan dan perbaikan jalan, jembatan dan drainase
baik dari propinsi Kalimantan Barat maupun kabupaten Sambas berjalan setiap
tahun. Sementara jalan-jalan di dalam desa sebagian masih dalam kondisi yang

Kerjasama : CV ZIAR ESTETIKA KONSULTAN

56
LAPORAN AKHIR
KAJIAN DAMPAK KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) KECAMATAN GALING TERHADAP PEMBANGUNAN DI
KABUPATEN SAMBAS

rusak. Akan tetapi dengan adanya dana yang dialokasikan untuk desa, sebagian
kerusakan jalan, jembatan dan saluran dapat diperbaiki dengan dana desa tersebut.
Gambar berikut menunjukkan kegiatan perbaikan jalan dan saluran yang dilakukan di
Desa Galing.

Gambar 5.16. Perbaikan Saluran dan jalan di Desa Galing

5.7. Permasalahan dan Harapan


5.7.1. Komoditi karet
Umumnya petani karet mengeluhkan adanya fluktuasi harga karet yang
sangat besar dari waktu ke waktu sehingga menyebabkan tidak menentunya
pendapatan petani setiap bulan dan setiap tahunnya. Sementara biaya hidup dari
waktu ke waktu terus meningkat. Selain itu permasalahan yang banyak dihadapi
petani karet adalah adanya penyakit pada karet dan serangan hama rayap.
Harapan petani karet saat ini adalah meningkatnya harga karet di atas Rp.
10.000,00 per kg latek basah. Selain itu diharapkan pula adanya program
pemerintah untuk melakukan peremajaan kebun karet yang kurang produktif dengan
memberikan bantu bibit unggul, pupuk dan pestisida. Diharapkan pula adanya
bimbingan dari PPL untuk mengatasi persoalan teknis budidaya yang ada di
lapangan.

Kerjasama : CV ZIAR ESTETIKA KONSULTAN

57
LAPORAN AKHIR
KAJIAN DAMPAK KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) KECAMATAN GALING TERHADAP PEMBANGUNAN DI
KABUPATEN SAMBAS

5.7.2. Komoditi Lada


Permasalahan yang dihadapi petani lada saat ini pertama adalah fluktuasi
harga lada yang besar sehingga tidak ada kepastian harga. Selain itu permasalahan
yang dihadapi petani lada terkait dengan pengendalian hama dan penyakit. Ada
hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman lada yang belum dipahami
petani untuk mengendalikannya. Hal lain yang juga menjadi masalah petani lada
adalah mahalnya harga pancang / turus untuk tanaman lada. Permasalahan lain
yang juga dihadapi petani lada adalah perendaman lada untuk proses pelepasan kulit
lada yang memerlukan air mengalir.
Harapan petani lada ke depan adalah adanya kestabilan harga lada. Selain
itu diharapkan adanya penyuluhan dan pengarahan terkait dengan pengendalian
hama dan penyakit yang menyerang tanaman lada. Petani lada juga mengharapan
adanya bantuan dari pemerintah berupa bibit, pupuk dan pestisida seperti bantuan
yang diberikan untuk tanaman padi.

Kerjasama : CV ZIAR ESTETIKA KONSULTAN

58

Anda mungkin juga menyukai