Anda di halaman 1dari 5

FAKTOR-FAKTOR PETANI KARET BERALIH MENJADI PETANI KELAPA

SAWIT DI DUSUN IV DESA ULAK PACEH JAYA

Ahmad Syamsul Martinus1)


1)
Mahasiswa Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka
E-mail : martinusahmadsyamsul@gmail.com

ABSTRAK
Petani karet adalah pekerjaan utama masyarakat di Dusan Iv Desa Ular Paceh Jaya.
Namum dalam beberapa tahun terakhir, banyak masyarakat yang beralih profesi menjadi
petani sawit. Penulisan ini bertujuan untuk mendapatkan data, mengolah, menganalisis,
dan membahas tentang faktor-faktor penyebab petani karet beralih menjadi petani sawit
di Dusun IV Desa Ulak Paceh Jaya. Jenis penulisan ini tergolong penulisan deskriptif.
Populasi penelitian petani karet yang beralih menjadi petani sawit, sampel penelitian
berjumlah 20 orang di ambil dengan cara teknik sampel jenuh. Teknik pengumpulan data
menggunakan survey atau wawancara dan teknik analisa data menggunakan persentase.
Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut; (1). Faktor penyebab petani karet beralih
menjadi petani sawit di Dusun IV Desa Ulak Paceh Jaya adalah Faktor harga, terlihat
dari harga karet yang murah, dan kemungkinan harga karet sangat sulit untuk naik lagi,
berbeda dengan harga sawit yang mahal juga menjanjikan. (2). Pembukaan lahan yang
sulit karena adanya peraturan perundang-undangan yang melarang pembukaan lahan
dengan cara dibakar, sehingga harus menggunakan alat berat yang hasilnya tidak
menyuburkan tanah. (3). Faktor pengolahan karet yang sulit, dimana mereka harus pergi
menyadap karet 5 hari dalam seminggu, dan jika sering terjadi hujan maka akan
mempengaruhi penghasilan karet mereka. Berbeda dengan sawit yang tidak perlu
disadap namun masih mendapatkan hasil panen.
Kata kunci : karet, kelapa sawit, pembukaan lahan, perkebunan, petani

PENDAHULUAN

Petani karet adalah profesi utama masyarakat di wilayah Dusun IV Desa Ulak Peceh
Jaya, Kecamatan Lawang Wetan. Baik laki-laki ataupun perempuan menjalani profesi ini.
Namun dalam beberapa tahun terakhir, lebih dari 30% masyarakat Dusun IV Ulak Paceh
Jaya banyak yang mengalih fungsikan kebun karet yang mereka punya menjadi kebun
kelapa sawit. Mereka berniat meninggalkan profesi mereka sebagai petani karet dan
menjadi petani kelapa sawit.
Berdasarkan informasi yang dikumpulkan peneliti dari masyarakat Dusun IV Desa
Ulak Paceh Jaya yang beralih profesi dari petani karet menajdi petani kelapa sawit, ada
beberapa faktor utama yang menyebabkan para petani karet tersebut mengubah lahan
mereka menjadi kebun sawit, sekaligus berganti pekerjaan menjadi petani kelapa sawit,
seperti faktor harga, pembukaan lahan, dan pengelolaannya.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah penelitian adalaah “apa saja
faktor yang menyebabkan banyaknya petani karet di Dusun IV Desa Ulak Paceh Jaya
beralih profesi menjadi petani kelapa sawit?” Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
faktor-faktor penyebab banyaknya petani karet di Dusun IV Desa Ulak Paceh Jaya beralih
profesi menjadi petani kelapa sawit. Hasil penelitian ini bermanfaat dan menjadi tolak ukur
bagi para petani karet yang ingin beralih profesi menjadi petani sawit.

METODE

Dalam meneliti faktor-faktor penyebab banyaknya petani karet di Dusun IV Desa


Ulak Paceh Jaya beralih profesi menjadi petani kelapa sawit, data yang digunakan diambil
dari 20 subjek penelitian yang terdiri dari 13 laki-laki dan 7 perempuan dewasa yang
beralih profesi dari petani karet menjadi petani kelapa sawit. Pengambilan data dilakukan
menggunakan metode survey atau wawancara kepada para subjek penelitian yang
dilakukan pada tanggal 30 November2023. Selain itu, proses analisa data menggunakan
persentase dan deskriptif.
Pertanyaan-pertanyaan yang disiapkan kepada subjek penelitian terkait dengan
penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Berapa hektar lahan/kebun yang bapak/ibu miliki?
2. Mengapa bapak/ibu mengubah lahan/kebun menjadi lahan/kebun kelapa sawit?
3. Apakah bapak/ibu merasa nyaman bekerja sebagai petani kelapa sawit?

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari survey atau wawancara yang dilakukan penelititi kepada subjek penelitian, hasil
yang diperoleh yaitu 80% responden memiliki lahan/kebun sebanyak satu hektar, dan 20%
lainnya sebayak 2 hektar. Dari survey atau wawancara tersebut juga, faktor penyebab
masyarakat Dusun IV Desa Ulak Paceh Jaya beralih profesi dari petani karet menjadi
petani kelapa sawit adalah sebagai berikut:
Tabel 1:Faktor penyebab petani karet di Dusun IV Desa Ulak
Paceh Jaya beralih profesi menjadi petani kelapa sawit

pengelolaan
35%

Harga
50%

pem-
bukaan
lahan
15%

Berdasarkan Tabel 1 di atas, terdapat 3 faktor utama yang menyebabkan masyarakat


Dusun IV Desa Ulak Paceh Jaya beralih profesi dari petani karet menjadi petani kelapa
sawit, yaitu Faktor Harga, Faktor Pembukaan Lahan, dan Faktor Pengelolaan.
1. Faktor Harga
Ada lebih dari 50% koresponden yang memberi tanggapan bahwa hargalah yang
menjadi alasan bagi mereka beralih dari petani karet menjadi petani sawit. Di wilayah
Sumatera Selatan sendiri, harga karet saat ini mencapai Rp 9.000,-/kg. Harga ini
terbilang mahal, namun harga karet tidak pernah stabil, selalu naik-turun. Bahkan harga
karet pernah mencapai Rp 2.000,-/kg. Rata-rata masyarakat disana mendapatkan hasil
sebanyak 30-40 kg/minggu. Dengan maksimal pendapatan yang mereka terima adalah
sebesar Rp 360.000,-/minggu, itupun kalau petani karet memiliki kebun sendiri.
Kebanyakan dari mereka harus menyadap pohon karet punya orang lain, sehingga perlu
bagi hasil dengan pemilik kebun karet. Berbeda dengan sawit yang harganya stabil
antara Rp 2.000 – Rp 3.000 /kg. Dengan sekali panen mencapai 3 ton, para petani sawit
bisa mendapatkan Rp 6.000.000,- dalam sekali panen.
2. Faktor Pembukaan Lahan
Selain harga, sulitnya pembukaan lahan menjadi faktor penyebab para petani karet
beralih profesi menjadi petani kelapa sawit. Apalagi pemerintah secara tegas
mengancam sanksi pidana bagi pelaku pemakaran hutan. Melalui UU No 41 Tahun
1999 tentang Kehutanan, Pasal 50 ayat (3) huruf d : Setiap orang dilarang membakar
hutan. Pasal 78 ayat (3) : Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf d, diancam dengan pidana
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak
Rp.5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah). Pasal 78 ayat (4) : Barang siapa karena
kelalaiannya melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3)
huruf d, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling
banyak Rp. 1.500.000.000,00 (satu milyar lima ratus juta rupiah).
Selain itu ada juga UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UUPPLH). Pada Pasal 108 UUPPLH disebutkan: Setiap orang
yang melakukan pembakaran lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1)
huruf h, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama
10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah)
dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
Para petani yang biasanya membuka lahan dengan cara dibakar, dengan adanya
peraturan perundang-undangan tentang larangan pembakaran lahan menyulitkan para
petani dalam membuka lahan sehingga perlu menggunakan alat berat dalam membuka
lahan yang memerlukan harga yang cukup besar dan mengurangi kesuburan tanah.
Selain itu, sisa-sisa pembukaan lahan seperti dahan pohon ataupun semak-semak
sangat sulit dihilangkan. Dengan jarak penanaman sawit yang tidak sedekat karet,
mmebuat banyak petani karet yang memilih menjadi petani sawit.
3. Faktor Pengelolaan
Kemudahan dalam mengelola kelapa sawit juga merupakan salah satu alasan banyak
petani yang berlaih profesi dari petani karet menjadi petani sawit. Dalam satu hektar,
dibutuhkan 120 hingga 125 bibit sawit atau 500 pohon karet. Dari segi kuantitasnya
saja, memilih kelapa sawit lebih unggul. Dari segi usia, karet baru mulai bisa disadap
ketika berusia 4,5-6 tahun, sedangkan kelapa sawit hanya butuh 2,5-3 tahun sebelum
mulai busa dipanen. Dari segi kemudahan, sawit hanya perlu dipanen setiap 2 minggu
atau ketika buah kelapa sawit siap panen. Sedangkan karet perlu disadap maksimal 5
hari dalam seminggu yang bisa membuat para petani lelah karena harus bekerja hampir
setiap hari.
KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan temuan dan pembahasan dibagian terdahulu maka diambil kesimpulan


sebagai berikut:
1. Harga merupakan faktor penyebab petani karet beralih menjadi petani sawit di di
Dusun IV Desa Ulak Paceh Jaya. Harga yang murah (50%) dan kemungkinan harga
karet yang naik turun berbeda dengan harga sawit yang mahal dan menjanjikan
menyebabkan petani karet beralih menjadi petani sawit.
2. Kemudahan dalam pengelolaan lahan/kebun kelapa sawit merupakan faktor penyebab
petani karet beralih menjadi petani sawit di Dusun IV Desa Ulak Paceh Jaya.
Pengolahan karet yang sulit (35 %) dan harus pergi lima hari menyadap karet dalam
seminggu, jika sering terjadi hujan maka akan mempengaruhi penghasilan karet
mereka, karena merupakan gangguan terbesar dalam pengolahan karet.
3. Kesulitan dalam membuka lahan menjadi faktor lainnya yang menyebabkan petani
karet beralih menjadi petani sawit di Dusun IV Desa Ulak Paceh Jaya (15%).
Larangan membakar lahan yang dapat mengurangi kesuburan tanah. Dan harus
menggunakan alat berat yang mahal dan juga tidak bersih mmebuat para petani lebih
memilih menjadi petani sawit daripada menjadi petani karet.

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang dikemukakan di atas maka peneliti
memberikan saran sebagai berikut:
1. Diharapkan kepada petani karet yang beralih menjadi petani sawit di Dusun IV Desa
Ulak Paceh Jaya harus meningkatkan lagi penghasilan dari hasil sebelumnya.
2. Diharapkan kepada pemerintah dan pejabat terkait untuk lebih berperan terhadap
petani karet maupun petani sawit Dusun IV Desa Ulak Paceh Jaya agar perekenomian
dan kesejahteraan mereka bisa meningkat.
3. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian tentang faktor
penyebab petani karet beralih menjadi petani sawit di tempat yang berbeda dan
variabel yang berbeda juga.

Anda mungkin juga menyukai