Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRATIKUM

TANAMAN KARET DI PTPN 7 PADANG PELAWI

DI SUSUN OLEH :
Tesa Adeko Kuriang { 17080020 }

DOSEN PEMBIMBING:
Dr.Ir.Sunarti , M.P

MATA KULIAH :
Agroteknologi Perkebunan

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PROF. DR. HAZAIRIN, S.H. BENGKULU
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt , berkat rahmat dan limpahan
karunia-Nya sehingga laporan ini dapat selesai dalam kurun waktu yang tepat. Dan ucapan
terimakasih kepada ibuk Sri Mulatsih sebagai dosen pengampuh matakuliah agroteknologi
perkebunan. Dan ucapan terimakasih juga kepada pihak PTPN (persero) Padang Pelawi telah
berkenan memberikan banyak materi terkhususnya mengenai tanaman karet (Hevea
Brsiliensis) serta kawan-kawan yang terlibat mengenai praktikum agroteknoloni perkebunan
ini.

Penulis sepenuhnya menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak
kekurangan dan sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sehingga dapat
diperbaiki dan digunakan sebagai mana mestinya.

Bengkulu , 04, Desember 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya
peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus
menunjukkan adanya peningkatan dari 1.0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1.3 juta ton
pada tahun 1995 dan 1.9 juta ton pada tahun 2004. Pendapatan devisa dari komoditi ini pada
tahun 2004 mencapai US$ 2.25 milyar, yang merupakan 5% dari pendapatan devisa non-
migas.Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk pertanaman
karet, sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Luas area perkebunan
karet tahun 2005 tercatat mencapai lebih dari 3.2 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia. Diantaranya 85% merupakan perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7%
perkebunan besar negara serta 8% perkebunan besar milik swasta. Produksi karet secara
nasional pada tahun 2005 mencapai angka sekitar 2.2 juta ton.

Dengan memperhatikan adanya peningkatan permintaan dunia terhadap komoditi karet


ini dimasa yang akan datang, maka upaya untuk meningkatakan pendapatan petani melalui
perluasan tanaman karet dan peremajaaan kebun bisa merupakan langkah yang efektif untuk
dilaksanakan. Guna mendukung hal ini, perlu diadakan bantuan yang bisa memberikan
modal bagi petani atau perkebun swasta untuk membiayai pembangunan kebun karet dan
pemeliharaan tanaman secara intensif.

Tanaman karet termasuk famili Euphorbiaceae atau tanaman getah-gatahan.Dinamakan


demikian karena golongan famili ini mempunyai jaringan tanaman yang banyak mengandung
getah (lateks) dan getah tersebut mengalir keluar apabila jaringan tanaman terlukai.Mengingat
manfaat dan kegunaannya, tanaman ini digolongkan ke dalam tanaman industri
(Syamsulbahri, 2000).

Sejak berabad-abad yang lalu karet telah dikenal dan digunakan secara tradisional oleh
penduduk asli di daerah asalnya, yakni Brasil – Amerika Selatan.Akan tetapi meskipun telah
diketahui penggunaannya, oleh Columbus dalam pelayarannya ke Amerika Selatan pada akhir
abad ke-16, sampai saat itu karet masih belum menarik perhatian orang-orang Eropa. Karet
tumbuh secara liar di lembah-lembah sungai Amazon dan secara tradisional diambil getahnya
oleh penduduk setempat untuk digunakan dalam berbagai keperluan, antara lain sebagai
bahan untuk menyalakanapi dan “bola” untuk permainan (santosa 2007).P
Sistem perkebunan karet muncul pada abad ke-19.Akan tetapi, sistem pekebunan di
Asia Tenggara tidak terjadi sebelum akhir abad ke-19, ketika permintaan menuntut perluasan
sumber penawaran.Sistem ini diperkenalkan oleh beberapa ahli tumbuh-tumbuhan di Inggris.
Pada tahun 1870 tanaman karet berkembang baik di Jawa dan Burma, akan tetapi tanaman ini
memakan waktu antara penanaman dengan masa produksi (BPTP-Jambi, 2008).

Pada awalnya seluruh karet dikumpulkan dari tanaman liar, awalnya karet dari Brazil,
tetapi ada juga dari daerah lain dalam jumlah perbandingan yang kecil. Karena permintaan
yang bertambah dan lebih cepat dibandingkan persediaan yang ada dan harga yang
melambung tinggi. Ini memungkinkan terjadinya pelanggaran terhadap pengeksporan benih,
dan pohon karet pun diperkenalkan kepada kerajaan-kerajaan kolonial di bagian dunia lain.
(Suhendry 2002)

B. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum di PTPN padang pelawi ini agar mahasiswa mampu dan
mengetahui cara dan prosedur untuk pengolahan di lapangan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistematika Karet

Menurut Setiawan dan Andoko (2005), dalam kerajaan tanaman atau sistem
klasifikasi kedudukan tanaman karet adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiosperma

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Euphorbiales

Family : Euphorbiaceae

Genus : Hevea

Spesies : Hevea brassiliensis Muell. Arg

Sistem perakarannya padat/kompak, akar tunggangnya dapat menghujam tanah hingga


kedalaman 1-2 meter, sedangkan akar lateralnya dapat menyebar sejauh 10 meter.Sesuai
dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang, akar ini mampu
menopang batang tanman yang tumbuh tinggi dan besar (Syamsulbahri, 2000).

Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di
atas.Di beberapa kebun karet ada kecondongan arah tumbuh tanamannya agak miring ke arah
Utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks (Tim Penulis
PS, 2008).

B. Morfologi

Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan
berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15 – 25 m. Batang tanaman biasanya
tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Di beberapa kebun karet ada
kecondongan arah tumbuh tanamannya agak miring ke arah utara. `Batang tanaman ini
mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks (Nazarrudin dan Paimin, 2006).

Sedangkan menurut Setiawan (2000) tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh
tinggi dan berbatang cukup besar. Pohon dewasa dapat mencapai tinggi antara 15 – 30 m.
Perakarannya cukup kuat serta akar tunggangnya dalam dengan akar cabang yang kokoh.
Pohonnya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas.

C. Waktu Dan Tempat


Waktu pelaksanaan praktikum ini tanggal 06 Desember 2019 bertempatan di PTPN
Padang Pelawi Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah Pendirian Unit Padang Pelawi


Surat Menteri Pertanian No. 518/Mentan/VI/1980 tanggal 6 Juni 1980 perihal penugasan
kepada Direksi PT Perkebunan di Indonesia termasuk PT Perkebunan XXIII (Persero)
Surabaya untuk mengadakan penjajakan dan penelitian kemungkinan pelaksanaan
perkebunan inti rakyat (PIR) di daerah Bengkulu.

Surat dari Dirjen Perkebunan Departemen Pertanian Republik Indonesia No.


949/E/VII/1980 tanggal 17 Juli 1980 Perihal mohon bantuan kepada Gubernur Kepala Daerah
Tk. I Bengkulu untuk penyediaan tanah kebun inti PTP XXIII dan Start-up Project dalam
rangka proyek NES VI di Bengkulu.
Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Bengkulu No. 320/SK/B.IV/1980 tanggal 27
Oktober 1980 tentang penunjukan lokasi tanah untuk proyek PIR/NES V karet yang
dilaksanakan oleh PT Perkebunan XXIII (Persero) di Kecamatan Seluma Kabupaten
Bengkulu Selatan dengan luas pencadangan untuk inti seluas 6.250 Ha.

B. Letak geografis
Jl. Raya Bengkulu – Manna Km 26,5 Desa Padang Pelawi, Kec. Sukaraja, Kab. Seluma,
Bengkulu Titik Koordinat 03o45’-04o00’ Lintang Selatan dan 102o17’-102o32’ Bujur Timur
yang berbatasan dengan :

a. Sebelah Timur : Kec. Air Periukan


b. Sebelah Barat : Desa Niur dan Desa Cahaya Negeri
c. Sebelah Utara : Kebun Masyarakat
d. Sebelah Selatan : Desa Kayu Arang dan Desa Padang Pelawi

C. PTPN Padang Pelawi

Berdasarkan keterangan dari profil padang pelawi dibagikan sistem produksi adalah
sebagai berikut :

1. Areal Pawi Inti (HGU)


2. Pembibitan Karet
3. Pembibitan Polybag
4. Pembibitan Entrys
5. Emplasment / Perumahan
6. Jalan, Jurang, Rawa
7. Areal Eks. Kebakaran

D. Komposisi Tanaman
1. 2003 1%

2. 2005 3%

3. 2006 3%

4. 2007 2%

5. 2008 2%

6. 2009 14%

7. 2010 19%

8. 2011 29%

9. 2012 27

EBudidaya Tanaman Karet

Syarat tumbuh tanaman karet dapat tumbuh optimal adalah pada zona antara 15oLS
hingga 15oLU. Diluar zona tersebut, pertumbuhan tanaman karet akan terhambat sehingga
produktivitasnya juga akan terlambat. Tanaman karet dapat tumbuh optimal pada daerah
dengan curah hujan antara 2,500 mm hingga 4.000 mm per tahun, dengan hari hujan berkisar
antara 100 hingga 150 HH pertahun. Kendatipun demikian, jika hujan pada daerah tersebut
sering terjadi di pagi hari, produksi akan berkurang. Suhu optimal yang diperlukan 25oC
hingga 35oC dan sebetulnya tanaman karet tumbuh optimal pada daerah dengan 200 m diatas
permukaan laut. Daerah dengan elevasi lebih dari 600 m di atas permukaan laut tidak cocok
untuk pertumbuhan tanaman karet. Selain itu, daerah dengan kecepatan angin yang terlalu
kencang juga umumnya kurang baik pada tanaman karet.
Tanah tanaman karet umumnya lebih mempersyaratkan keadaan tanah dari sifat-sifat
fisiknya dibandingkan sifat kimianya. Hal ini disebabkan karena sifat fisik tanah lebih sulit
diperbaiki dibandingkan dengan sifat kimia. Beberapa sifat fisik tanah yang cocok untuk
pertumbuhan tanaman karet adalah kedalaman tanah lebih dari 100cm dan tidak terdapat
batu-batuan atau lapisan. Tanaman karet dapat tumbuh diberbagai jenis tanah kendatipun
hanya dpat tumbuh optimal pada lahan dengan tanah dari jenis vulkanis mempunyai sifat fisik
yang cukup baik terutaman tekstur, struktur, kedalaman lapisan tanah, kedalaman air, aerasi
dan drainase.

F. Pengolahan Tanaman Karet

1. Yang pertama, ketika karet baru di panen atau di kumpulkan di lakukan penimbangan
terlebih dahulu dengan mengunakan timbangan besar otomatis.
2. Selanjutnya karet tersebut dikumpulkan dan di tentukan kelas dan tipe nya untuk
kemudian di proses,disini bukan hanya karet dari perkebunan milik mereka tetapi juga
membeli dari masyarakat yang ingin menjual karet pada ptpn7 tentu ini menjadi
keuntungan tersendiri bagi meraka.
3. Lalu karet di bersihkan dengan mengunakan mesin khusus dan di bleending sehingga
menjadi lembaran yang bisa di lipat.
4. Karet yang sudah menjadi lembaran tadi kemudian dipanaskan terlebih dahulu.
5. Kemudianlembaran tersebut di keringkan dengan mesin pengering khusus dan di
bentangkan.
6. Kemudian di uraikan lagi dan di cetak hingga menjadi kotak supaya nantinya mudah
untuk simpan.
7. Setelah menjadi kotakan ,kemudian mereka melakukan penimbangan dengn berat
yang sudah dintentukan.
8. Baru lah kotak tersebut di masukan ke dalam kotak yang terbuat dari kayu dan di beri
label.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan :
1. PTPN 7 unit padang pelawi merupakan perusahaan yang berada di bawah naungan
BUMN.
2. PTPN 7 merupakan perusahaan yang mempunya kebun sendiri dan merupakan
penampun bagi petani karet yang inggin menjual hasil karet nya.
3. Untuk ekspor nya sendiri sudah dikirim ke berbagai negara seperti jepang dan korea.

Saran :
1. Mereka perlu menambahkan beberapa alat yang belum tersedia, selain itu ada baik
nya jika mereka lebih menjaga sterilisasi pabrik.
LAMPIRAN

Gambar 1.1 Pihak PTPN mengasih arahan kepada Mahasiswa

Gambar 1.2 Arahan dari pihak PTPN cara menyadap yang baik dan benar
Gambar 1.3 Kolam limbah karet yang di olah agar tidak berbahaya dan bau

Gambar 1.4 Foto bersama mahasiswa dan pengurus PTPN

Anda mungkin juga menyukai