Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KELAS

PENGANTAR SISTEM PERTANIAN

SISTEM PERTANIAN TUMPANG SARI KOPI DAN KARET DI SUMATERA

Disusun oleh :
(Kelompok Pulau Sumatera)
Nama Anggota :
1. Dewi Sartika (13976)
2. Irwan Simanullang (14183)
3. Wahyu Aidil Fitra (14242)

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
TUMPANGSARI TANAMAN KARET DENGAN KOPI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) termasuk dalam famili Euphorbiacea, disebut dengan
nama lain rambung ,getah, gota, kejai ataupun hapea. Karet merupakan salah satu komoditas
perkebunan yang penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki
prospek yang cerah. Upaya peningkatan produktivitas tanaman tersebut terus dilakukan
terutama dalam bidang teknologi budidaya dan pasca panen.
Agar tanaman karet dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan lateks yang banyak maka
perlu diperhatikan syarat-syarat tumbuh dan lingkungan yang diinginkan tanaman ini. Apabila
tanaman karet ditanam pada lahan yang tidak sesuai dengan habitatnya maka pertumbuhan
tanaman akan terhambat. Lingkungan yang kurang baik juga sering mengakibatkan
produksi lateks menjadi rendah. Sesuai habitat aslinya di Amerika Selatan, terutama Brazil
yang beriklim tropis, maka karet juga cocok ditanam di Indonesia yang notabene negara dengan
iklim tropis. Penanaman karet sebagian besar berlokasi di daerah Sumatera Utara dan
Kalimantan.
Sejak dekade 1980 hingga saat ini tahun 2010, permasalahan karet Indonesia adalah
rendahnya produktivitas dan mutu karet yang dihasilkan, khususnya oleh petani karet rakyat.
Sebagai gambaran produksi karet rakyat hanya 600-650 kg per KK/ha/thn.Meskipun demikian,
peranan Indonesia sebagai produsen karet alam dunia masih dapat diraih kembali dengan
memperbaiki teknik budidaya dan pasca panen atau pengolahannya, sehingga produktivitas
dan kualitasnya dapa ditingkatkan secara optimal. Salah satu teknik budidaya yang diperbaiki
dalam penanaman karet adalah dengan melakukan tumpang sari. Sampai saat ini, sistem tanam
tumpang sari masih banyak diusakan oleh perkebunan rakyat maupun perkebunan besar. Pada
prakteknya, tanaman kopi mampu tumbuh dengan baik ketika ditanam brsamaan dengan
tanaman pendamping seperti karet. Tanaman pendamping tersebut selain berperan sebagai
penaung, juga dapat meningkatkan pendapatn petani dari hasil kebun karet yang diusahakan.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh tumpangsari antara tanaman karet dengan kopi
berdasarkan pertumbuhan dan produktivitasnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pola tanam tumpangsari memanfaatkan sela kosong antara jarak tanaman satu dengan yang
lain sehingga meningkatkan pendapatan petani melalui diversifikasi hasil pertanian. Turmudi
(2002) menyatakan bahwa sistem tumpangsari dapat meningkatkan produktifitas lahan
pertanian jika jenis tanaman yang dikombinasikan dalam sistem ini membentuk interaksi saling
menguntungkan. Tanaman yang sering digunakan sebagai tanaman tumpangsari yaitu tanaman
legum, karena tanaman ini memiliki kandungan N tinggi bila terdekomposisi di dalam tanah.
Nitrogen membantu mikroorganime mendekomposisi bahan organik untuk digunakan sebagai
nutrisi tanaman. Menurut Turmudi (2002), kombinasi antara jenis tanaman legum dan non
legum pada sistem tumpangsari umumnya dapat meningkatkan produktifitas lahan pertanian
dan yang paling sering dipraktekkan oleh petani. Tanaman tumpangsari merupakan sumber
bahan organik dan unsur hara untuk meningkatkan kesuburan tanah. Perakaran bertingkat pada
tumpangsari dapat mengurangi kehilangan pupuk yang diberikan akibat pencucian.
Tumpangsari tanaman legum pada pertanaman kopi dapat menjaga unsur hara yang tercuci ke
lapisan bawah, karena akar tanaman kopi yang tumbuh lebih dalam dibandingkan tanaman
semusim dapat menyerap sisa unsur hara tanaman semusim yang berlebih. Kekurangan bahan
organik di dalam tanah menyebabkan agregat tanah 3 kurang mampu menyimpan air dan
menyebabkan kandungan hara rendah. Selain penerapan tumpangsari pada pertanaman kopi,
pemupukan organik diperlukan untuk menambah bahan organik ke dalam tanah. Pupuk
kandang berfungsi menjaga kondisi fisik tanah agar kesuburan tanah tidak terlalu fluktuatif.
Pupuk kandang berperan menyumbangkan hara bagi tanaman dalam jumlah berimbang
serta meningkatkan kandungan bahan organik ke dalam tanah. Menurut Tandisau (2003)
menyatakan bahwa sistem usahatani kopi dengan menambahkan bahan organik melalui
pemupukan akan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Sifat tanah yang dipengaruhi
oleh bahan organik antara lain pembentukan dan kemantapan agregat maupun struktur tanah,
meningkatkan porositas dan permeabilitas tanah, meningkatkan kapasitas tukar kation serta
aktifitas organisme tanah sehingga dapat memacu pertumbuhan akar tanaman dan
meningkatkan produksi tanaman dengan baik. Pola tanam tumpangsari pada pertanaman kopi
dan pemberian pupuk kandang diharapkan mampu meningkatkan kesuburan tanah dan
produktifitas hasil kopi. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian sampai sejauh mana
perubahan tersebut akan dipengaruhi oleh pola tanam serta pemberian pupuk kandang ke lahan
pertanaman kopi
BAB III
PEMBAHASAN

Tanaman kopi atau coffea sp di Indonesia sebagian besar merupakan perkebunan milik
rakyat dengan penerapan teknologi sangat terbatas. Dalam era perdagangan bebas mutu
komoditas kopi menjadi penentu daya saing dipasar ekspor maupun pasar domestik. Mengingat
keterbatasan kemampuan petani dalam teknologi pengolahan, produk kopi yang dihasilkan
petani sampai saat ini harganya masih dan belum mampu bersaing di pasar internasional
sehingga pendapatan petani masih masih rendah, Untuk itu petani kopi perlu melakukan
diversifikasi usahatani seperti melakukan tumpang sari antara tanaman kopi dengan tanaman
semusim atau dengan tanaman tahunan. Tumpang sari tanaman kopi dengan tanaman tahunan
lainnya sudah banyak dilakukan petani skala kecil maupun besar. Salah satu contoh tanaman
yang dapat ditumpangsarikan dengan tanaman kopi adalah pohon karet. Pohon karet sendiri
dapat dijadikan sebagai tanaman penaung untuk pohon kopi. Terdapat beberapa syarat agar
tanaman dapat dijadikan tanaman penaung. Pertama, tanaman penaung tidak sepenuhnya
menghalangi cahaya matahari menuju pohon kopi. Pohon kopi membutuhkan cahaya matahari
yang cukup dan teratur, tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit. Jadi fungsi tanaman
penaung untuk mengendalikan cahaya matahari menuju pohon kopi. Kedua, saat musim
kemarau daun dari tanaman tidak gugur. Karena jika menggunakan tanaman penaung yang
daunnya gugur di musim kemarau, cahaya matahari yang langsung mengenai pohon kopi
terlalu banyak, hal ini bisa menyebabkan daun pohon kopi mengering. Selain itu daun yang
berguguran juga bisa memengaruhi kondisi dan kualitas tanah. Syarat yang ketiga, tanaman
penaung harus memiliki akar yang dalam. Fungsi utamanya menguatkan struktur tanah agar
tidak mudah longsor. Kemudian akar yang dalam tidak mengganggu akar dari pohon kopi yang
relatif dangkal sehingga tidak terjadi persaingan memperebutkan unsur hara tanah. Akar
tanaman penaung yang dalam juga mampu menyerap unsur-unsur hara semisal nitrogen yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan pohon kopi. Yang terakhir, dahan-dahan tanaman penaung jika
dipangkas bisa tumbuh dengan cepat dan tidak mengganggu kondisi tanaman. Ini bertujuan
untuk mengendalikan cahaya matahari yang menyinari perkebunan kopi. Empat syarat utama
itu bisa ditemukan pada tanaman jenis lamtoro (Leucaena leucocephala).
Tanaman keret merupakan tanaman daerah tropis yang tumbuh antara 15⁰ LS sampai
dengan 15⁰ LU. Tanaman karet tumbuh dengan optimal di dataran rendah dengan ketinggian
0-200 mdpl. Semakin tinggi letak tempat, pertumbuhannya akan semakin lambat dan hasil
lateks menjadi rendah. Tanaman karet dapat tumbuh di berbagai jenis tanah mulai dari tanah
alluvial, vulkanis, tanah gambut, dan beberapa tanah marginal seperti podzolik merah kuning.
Tanah yang ideal untuk pertumbuhan tanaman karet adalah tanah yang bersolum dalam, jeluk
lapisan lebih dari 1 meter, dan permukaan air rendah. Sifat tanah lain ang cocok untuk
pertumbuhan tanaman karet adalah memiliki tekstur remah, aerasi dan drainase cukup, struktur
terdiri dari 35% liat, 30% pasir, dan memiliki kemiringan lahan < 16%(Siswanto dkk., 2010).
Tanaman karet toleran terhadap kemasaman tanah, dapat tumbuh pada pH 3,8 sampai 8.
Namun demikian, pH tanah ideal untuk pertumbuhan karet adalah 5-6. pH yang lebih tinggi
akan dapat menekan pertumbuhan tanaman karet (Sianturi, 2000).
Tanaman karet membutuhkan curah hujan 2000-4000 mm/tahun dengan persebaran
yang merata sepanjang tahun. Suhu yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman karet adalah 25⁰
C sampai 35⁰ C dengan suhu optimal 28⁰ C. Kelembaban udara yang sesuai untuk tanaman
karet adalah 75-90%. Lama penyinaran dan intensitas cahaya berperan penting dalam
mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman karet. Dalam sehari, tanaman karet
membutuhkan intensitas cahaya yang cukup dengan lama penyinaran 5-7 jam. Angin yang
kecang dapat merusak pertanaman karet karena pada umumnya tanaman karet memiliki batang
yang tinggi sehingga peka terhadap kerusakan ketika banyak angina kencang yang menerpa
Dengan iklim tropis ini, negara Indonesia sangat cocok untuk menanam berbagai
tanaman perkebunan apalagi tanaman kopi. Dengan berbagai macam tanaman kopi tersebut
serta iklim yang cocok akan sangat beruntung sekali jika bercocok tanam kopi. Dengan curah
hujan yang akan membantu mempengaruhi pembentukan bunga menjadi buah. Curah hujan
kopi robusta maksimal 2000 mm pertahun. Suhu lingkungan untuk kopi robusta mampu
beradaptasi dengan suhu sekitar 20-28°C. Ketinggian area tidak punya pengaruh segera pada
perkembangan serta produksi tanaman kopi, namun faktor temperatur yang punya pengaruh
pada perkembangan tanaman kopi. Biasanya, tinggi rendahnya temperatur ditentukan oleh
ketinggian area dari permukaan laut. temperatur serta elevasi saling terkait. Dengan berbagai
macam kopi yang ada tentu saja tidak sembarangan dalam penanamannya. Tiap-tiap kopi
membutuhkan ketinggian atau elevasi yang berbeda-beda. Kopi robusta dapat tumbuh pada
ketinggian 200-800 meter dpl. Kondisi topografi wilayah juga harus di perhatikan karena jika
terjadi anomali iklim atau katidaknormalan atau penyimpangan iklim pekebun dapat melakukan
beberapa rekayasa. Khusus untuk daerah yang memiliki tiupan angin kencang, di sarankan
untuk menanam tanaman pelindung seperti lamtoro, dadap, serta sengon laut. Tanaman
pelindung untuk saat ini yang paling cocok untuk tanaman kopi adalah lamtoro. Kondisi tanah
yang baik untuk penanaman kopi dianjurkan tanah yang memiliki top soil atau kandungan
organik yang tebal. Biasanya tanah seperti ini banyak terdapat di dataran tinggi. Tingkat
keasaman atau derajat keasaman (pH) tanah yang dianjurkan untuk tanaman kopi sekitar 5,5 –
6,5 . Jika keadaan tanah terlalu asam maka dapat kita tambahkan pupuk Ca(PO)2 atau Ca(PO3)2
atau sering kali kita dengar sebagai kapur. Apabila pH tanah terlalu rendah atau untuk
meningkatkan pH tanah dapat kita tmbahkan urea
Sifat dari kopi sendiri merupakan tanaman yang perlu naungan. Kanopi pohon tidak
terlalu tinggi. Sementara karet merupakan pohon yang memerlukan pencahayaan penuh yang
badang pun tinggi. Hingga tumpangsari kopi dengan karet sangat padu. Dalam tumpangsari,
karet ditanam dengan jarak yang lebar dan luas. Tanpa tumpangsari, karet ditanam 3 meter x 7
meter. Dengan tumpang sari paling tidak 3 meter x 8 atau 10 meter. Jarak seperti ini akan
membuat populasi karet agak sedikit. Namun, tidak akan mengurangi jumlah produksi karet.
Hanya saja perlu penggunaan pupuk secara optimal. Bahkan, bisa membuat produksi karet
menjadi tinggi. Tumpang sari dapat dilakukan pada saat tanaman karet berumur 3 tahun keatas,
Setelah usianya lebih dari 3 tahun, ukuran pohon karet sudah cukup tinggi. dalam waktu ini
terdapat tanaman yang dapat menjadi tanaman tumpang sari dalam pengembangan kebun karet
secara optimal yaitu kopi. Tanaman ini bisa tumbuh dengan baik di tempat yang cukup
mendapatkan cahaya matahari. Dengan kondisi pohon karet yang belum begitu rimbun, kopi
tetap bisa tumbuh dan berproduksi dengan baik. Tanaman kopi merupakan jenis tanaman yang
mampu tumbuh ditempat dengan toleransi cahaya yang cukup. Dengan tanaman karet yang
belum terlalu lebat dan rimbun ini dapat membuahkan hasil yang maksimal. Sambil menunggu
pohon karet dapat diambil getahnya maka ini dapat dilakukan beberapa periode tumpang sari.
Keuntungan bagi petani akan ada tambahan penghasilan dari kopi. Saat ini harga biji kopi
kering berkisar Rp40 ribu per kilogram. Bila ditumpangsarikan, satu hektar sekitar 200 populasi
kopi. Satu kali panen bisa sekitar 100 kilogram. Dalam satu tahun, bisa 4 kali panen. Hingga
dalam satu tahun bisa penambahan penghasilan yang cukup lumayan.
Setelah panen karet, warga tidak ada aktivitas yang produktif. Kalau ada kopi, petani
akan bisa lebih produktif lagi. Akan ada penambahan penghasilan yang cukup lumayan bagi
warga. Memang setelah menoreh, kebanyakan warga tidak ada aktivitas lain. Biasanya pukul
07.00 pagi sudah selesai. Kalau ada kopi, warga bisa merawat dan panen kopi yang dimiliki.
Kalau harga karet anjlok maka kopi bisa menjadi penghasilan utama bagi warga. Saat ini kopi
dan karet mahal. Kalau karet murah, kopi mahal maka pemasukan warga masih ada. Begitu
sebaliknya, kopi mahal dan karet murah maka petani pun masih ada penghasilan.
Sistem penanaman tumpang sari ini sebenarnya tidak hanya untuk mensiasati waktu
menunggu sampai pohon karet dapat diambil getahnya secara optimal melainkan juga
merupakan siasat penting ketika harga karet mengalami penurunan. Seperti yang kita ketahui
bahwa terdapat banyak kemungkinan di dunia perdagangan terutama berkaitan dengan naik
turunya harga komoditas. Maka dari itu dalam pengembangan kebun karet ini juga penting
dilakukan pengoptimalan lahan yang ada. Selain itu tanaman ini sebenarnya sangat bertoleransi
untuk disandingkan dengan sejumlah tanaman lainnya secara bersamaan, selama kondisi tanah
dan juga kebutuhan cahaya serta pupuk dan airnya tercukupi. Sistem tumpang sari ini juga
memungkinkan anda sebagai petani untuk memperoleh keuntungan yang berlipat ganda dari
hasil tanaman utama sekaligus pendukungnya.
Penentuan jarak tanam. Jarak tanam dalam budi daya tanaman apa pun harus
mendapatkan perhatian memadai agar produktivitasnya optimal. Jarak tanam sangat ditentukan
sosok tanaman. Semakin tinggi dan lebar tajuk tanaman, harus semakin jauh jarak antar
tanamannya, dengan harapan tajuk tanaman dan perakarannya tidak saling bertaut. Idealnya,
semakin jauh jarak antar tanaman akan semakin baik hasilnya. Meskipun demikian, prinsip ini
bertentangan dengan efisiensi penggunaan lahan. Karenanya, untuk setiap jenis tanaman harus
ditentukan jarak tanam optimal, yaitu jarak tanam yang tidak menghambat pertumbuhan dan
penggunaan lahan tetap efisien. Untuk tanaman karet, jarak tanam optimal tersebut adalah 3 x
7 meter jika ditanam secara monokultur. Sementara itu, jika ditanam secara tumpangsari, jarak
tanam bisa lebih jauh lagi, tergantung tanaman yang ditumpangsarikan. Jarak tanam yang
diterapkan pada tumpang sari karet dan kopi biasanya berkisar 3 x 10 meter. Hal pertama yang
harus diperhatikan dalam penanaman karet dengan sistem tumpangsari adalah jarak tanam
jangan terlalu rapat agar tidak terjadi persaingan dalam memperebutkan usur hara. Jika sampai
terjadi persaingan, baik tanaman utama maupun tanaman yang ditumpangsarikan,
pertumbuhannya akan terhambat (Aonim, 2015). Dalam penanaman dengan sistem
tumpangsari umumnya para petani karet menggunakan jarak tanam pagar. Artinya, tanaman
tumpangsari berfungsi sebagai pagar atau mengapit tanaman utama. Dalam cara ini jarak tanam
dalam barisan dibuat rapat dan jarak tanam antar barisan renggang. Cara seperti ini
memungkinkan tanaman mendapat sinar matahari secara optimal. Berikut ini contoh skema
penanaman karet yang ditumpangsarikan dengan berbagai tanaman tahunan menggunakan
jarak tanam pagar.
Syarat utama pemilihan tanaman tumpangsari adalah tanaman tersebut sama sekali tidak
mengganggu pertumbuhan tanaman karet. Sebab pada dasarnya kita akan menjadi perkebunan
ini sebagai kebun karet. Tanaman karet tetap harus mendapatkan perhatian yang paling utama.
Sedangkan tanaman-tanaman lain sebatas sebagai selingan untuk memanfaatkan area lahan
yang kosong di antara tanaman karet. Sebaiknya pilihlah jenis tanaman tumpangsari ini sesuai
dengan usia tanaman karet saat itu.
Dibanding kebun karet monokultur, tumpangsari karet dengan tanaman kopi atau kakao
terbukti dapat lebih menguntungkan, menurut suatu penelitian yang dilakukan oleh satu tim
ilmuwan Perancis dan Pantai Gading, Afrika. Tim peneliti lembaga penelitan pertanian
international Perancis CIRAD, Snoeck D. dkk bersama mitra peneliti lokal mengambil
kesimpulan tersebut dalam studi yang mereka lakukan selama 17 tahun di Pantai Gading. Pada
penelitian itu, pola pertanaman karet dirancang sesuai dengan cara tradisional, jarak antar
barisan tanaman karet 7 meter dan tanaman tumpangsari ditanam dalam dua baris dengan jarak
3 meter dan jarak 16 meter antar barisan. Masing-masing empat jenis tanaman tumpangsari
yang ditanam memiliki masa hidup komersial sekitar 25 tahun, yakni kopi dan kakao yang
tinggi pohonnya tidak lebih dari 4 meter, serta lemon dan cola yang butuh banyak sinar
matahari.
Hasil pengamatan terdokumentasi selama 17 tahun pada kebun percobaan monokultur
karet atau karet yang tumpangsari menunjukkan hasil setiap pohon kopi tidak terpengaruh oleh
pohon-pohon dalam barisan lainnya. Produktivitas antar barisan didukung oleh kenyataan
bahwa jarak antar barisan cukup lebar untuk mencegah persaingan akibat naungan pohon karet.
Dalam kepadatan tanaman tumpangsari itu, produksi karet mencapai 89% dari kebun karet
secara monokultur. Hingga tahun ke 12, terbukti bahwa sistem tumpangsari karet-kopi dan
karet-kakao lebih menguntungkan dibanding karet monokultur. Keuntungan kumulatif positif
mulai pada tahun ketiga pada tumpangsari karet-kopi dan tahun ke-4 pada sistem karet-kakao.
Peneliti menyimpulkan bahwa tumpangsari karet dengan tanaman lain, khususnya kopi ataupun
kakao dapat membantu petani kecil menganeka-ragamkan sumber pendapatan dan
menggunakan tanah secara lebih baik selama 6 tahun sebelum pohon karet memasuki umur
produktif. (Anonim, 2014)
Selain itu respon pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi terhadap tanaman
pelindung ini berpengaruh sangat nyata. Pada pertanaman kopi yang diusahakan di tempat
terbuka tanpa menggunakan tanaman pelindung pertumbuhannya akan sangat lambat, warna
daunnya kekuningan, tanaman cenderung tumbuh kerdil yang ditandai dengan semakin
pendeknya panjang antar cabang produktif, pembungaan lebih lambat, produksinya juga akan
lebih rendah karena cabang produksinya lebih pendek jika dibanding dengan tanaman kopi yang
budidayanya menggunakan tanaman pelindung. Sebaliknya, apabila tanaman pelindungnya
terlalu rimbun tanaman kopi akan mengalami pertumbuhan yang kurang baik yang ditandai
dengan daun berwarna hijau gelap, melebar dan lebih tipis dengan jumlah daunnya juga
berkurang.
Periode tupang sari tanaman karet biasanya dibagi menjadi 3 yairu:
1. Tumpangsari di Perkebunan Karet yang Berusia Kurang dari 3 Tahun
Bibit karet yang baru ditanam memiliki ketinggian yang tak seberapa sampai dengan
usianya mencapai 3 tahun. Sehingga tanaman-tanaman sampingan yang cocok
dibudidayakan di antara tanaman karet kecil ini ialah tumbuhan rempah-rempah.
Misalnya yaitu jahe, kunyit, pala, dan lain-lain. Kebanyakan tanaman rempah-rempah
ukuran pohonnya tidak terlalu tinggi serta dapat dipanen dalam waktu yang singkat.
Beberapa tanaman rempah-rempah juga dikenal memiliki kemampuan untuk
menyuburkan tanah.
2. Tumpangsari di Perkebunan Karet yang Berusia 3-10 Tahun
Setelah usianya lebih dari 3 tahun, ukuran pohon karet sudah cukup tinggi. Anda perlu
menanam tumbuh-tumbuhan yang memiliki ketinggian serupa agar keduanya, baik
tanaman karet maupun tanaman selingan, tetap bisa tumbuh secara optimal. Saran kami
adalah Anda bisa menanam kopi atau kakao. Kedua tanaman ini bisa tumbuh dengan
baik di tempat yang cukup mendapatkan cahaya matahari. Dengan kondisi pohon karet
yang belum begitu rimbun, kopi dan kakao tetap bisa tumbuh dan berproduksi dengan
baik. Tumpangsari karet dengan kopi menurut pengamatan kami, hanya efektif sebelum
karet berumur sepuluh tahun. Setelah itu, kopi akan jarang berbuah karena aslinya kopi
memang tak terlalu toleran dengan teduhan yang berlebihan. Nah, disaat kebanyakan
orang sedang demam bertanam kelapa sawit secara monokultur, anda bisa saja jadi
pemenang dengan memilih melawan arus, bertanam karet dengan tumpangsari.
3. Tumpangsari di Perkebunan Karet yang Berusia Lebih dari 10 Tahun
Postur pohon karet yang berumur lebih dari 10 tahun terbilang tinggi. Diperlukan jenis-
jenis tanaman yang mampu tumbuh maksimal di lahan yang minim cahaya. Anda bisa
menanam tumbuh-tumbuhan yang dikenal sebagai penghasil kayu berkualitas tinggi.
Tanaman seperti ini biasanya lebih gampang dirawat dan tidak memerlukan syarat
tempat yang khusus. Anda bisa menanamnya berdampingan dengan pohon karet Selain
bisa ditebang untuk diambil kayunya ketika tanaman karet sudah menghasilkan getah,
tanaman ini pun dapat dipelihara terus untuk digunakan sebagai pijakan saat akan
menyadap getah karet.
BAB IV
KESIMPULAN

Penanaman aret pada perkebunan kopi dapat diaplikasikan baik di perkebunan rakyat
maupun perkebunan besar. Pola tanam tumpangsari kopi-karet tidak menurunkan
produktivitas kedua tanaman tersebut. Justru, model ini dibuat sebagai laernatif untuk
meningkatkan produktivitas kopi dan karet sekaligus meningkatkan pendapatan petani
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2014. Tumpangsari Karet dnegan Kopi atau Kakao.


https://tabloidsinartani.com/detail/indeks/teknologi/589-tumpangsari-karet-
dengan-kopi-atau-kakao. Diaskes Pada tanggal 26/11/2018.

Anonim. 2015. Tumpang Sari Karet dengan Kopi. https://equator.co.id/karet-tumpangsari-


dengan-kopi/. Diaskes Pada tanggal 26/11/2018.

Balai Penelitian Perkebunan Sembawa. 1981. Penyadapan Tanaman Karet, Seri Pedoman
No.1.

Didit Heru Setiawan`danAndoko Agus, 2008.PetunjukLengkap Budi Daya Karet, PT Agro


Media Pustaka, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai