Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL PENELITIAN

“Perbandingan Kecepatan Pertumbuhan Biji Kacang Hijau Pada Media Tanam Yang Berbeda”

Disusun Oleh :

 Tamara Damaris J S
 Cikal Bayu
 Dewi Safitri
 Diasnita Mahardhika
 Dika Raudhya
 Maharani Aditya
 M. Fathony

Jl. Mangga Besar 13, RT.6/RW.1, Mangga Dua Sel., Kecamatan Sawah Besar, Kota Jakarta
Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10730
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah dan rahmat-Nya,
kami dapat menyelesaikan tugas mata pelajaran biologi dengan tujuan memenuhi tugas
praktikum dengan membahas “Pengaruh media tanam terhadap kecepatan perkecambahan
kacang hijau”.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari materi
maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Terima kasih.
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap makhluk hidup akan mengalami proses pertumbuhan, begitu pula pada

tumbuhan. Dalam proses pertumbuhan pada tumbuhan dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor, salah satunya adalah media tanam. Banyak sekali teori yang menjelaskan tentang
pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan tumbuhan. Namun, teori tersebut belum

sepenuhnya dapat dipelajari jika belum mengetahui kebenarannya pada lingkungan kita.

Untuk mengetahui dan membuktikan kebenaran teori tersebut, kita melakukan

penelitian pada salah satu tumbuhan, yaitu tumbuhan kacang hijau. Tumbuhan ini kami

ambil karena proses pertumbuhan pada kacang hijau tidak memerlukan waktu yang lama.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan di atas, maka permasalahan yang

akan dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Adakah pengaruh media tanam terhadap kecepatan pertumbuhan biji kacang hijau ?
2. Bagaimana perbedaan kecepatan pertumbuhan pada biji kacang hijau yang ditanam pada

media tanam berupa; kapas, pasir, tanah ?

C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui perbedaan kecepatan pertumbuhan pada biji kacang hijau yang

ditanam pada media tanam yang berbeda.

D. Hipotesis
Media tanam yang berbeda akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan biji kacang

hijau.
BAB 2. Tinjauan Pustaka

A. Tanaman Kacang Hijau

Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan: Plantae (Tumbuhan)

Tracheobionta (Tumbuhan
Subkingdom: berpembuluh)

Spermatophyta
Super Divisi: (Menghasilkan biji)

Magnoliophyta
Divisi: (Tumbuhan berbunga)

Magnoliopsida (berkeping
Kelas: dua / dikotil)

Sub Kelas: Rosidae

Ordo: Fabales

Fabaceae (suku polong-


Famili: polongan)

Genus: Phaseolus

Spesies: Phaseolus radiatus L.


Kacang hijau adalah sejenis tanaman budidaya dan palawija yang dikenal luas
di daerah tropika. Tumbuhan yang temasuk suku polong-polongan(fabaceae)
ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber
bahan pangan protein nabati tinggi. Kacang hijau di Indonesia menempati
urutan ketiga terpenting sebagai sumber tanaman pangan legume, setelah
hijau dan kacang tanah. Kacang hijau juga sangat mudah berkecambah,
kecambah kacang hijau biasa kita kenal dengan tauge. Kacang hijau dalam
bentuk kecambah mengandung enzim-enzim aktif salah satunya amylase
yang membantu dalam metabolisme karbohidrat. Selain rasanya yang gurih
dan lezat, kacang hijau dan kecambahnya memiliki banyak manfaat bagi
kesehatan.
Dalam pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan kacang hijau ini, dasar teori yang digunakan
adalah teori totipotensi yang ditulis oleh Schleiden dan Schwann yang menyatakan bahwa teori
totipotensi adalah bagian tanaman yang hidup mempunyai totipotensi, kalau dibudidayakan di
dalam media yang sesuai, akan dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman yang sempurna,
artinya dapat bereproduksi, berkembang biak secara normal melalui biji atau spora.

B. Teori Media Tanam


Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman
yang ingin ditanam. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga
kelembaban daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat
menahan ketersediaan unsur hara.
Media tanam berfungsi sebagai tempat akar melekat, mempertahankan
kelembaban dan sebagai sumber makanan. Media yang baik dapat menyimpan
air untuk kemudian dapat dilepaskan sedikit demi sedikit dan dimanfaatkan
oleh tanaman
 Pasir
Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk menggantikan
fungsi tanah. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesuai jika digunakan
sebagai media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman, dan
perakaran setek batang tanaman. Sifatnya yang cepat kering akan
memudahkan proses pengangkatan bibit tanaman yang dianggap sudah
cukup umur untuk dipindahkan ke media lain. Sementara bobot pasir yang
cukup berat akan mempermudah tegaknya setek batang. Selain itu,
keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan
dapat meningkatkan sistem aerasi serta drainase media tanam. Oleh karena
memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori makro) maka pasir menjadi
mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan. Kohesi dan
konsistensi (ketahanan terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil
sehingga mudah terkikis oleh air atau angin. Dengan demikian, media pasir
lebih membutuhkan pengairan dan pemupukan yang lebih intensif. Hal
tersebut yang menyebabkan pasir jarang digunakan sebagai media tanam
secara tunggal. Penggunaan pasir sebagai media tanam sering
dikombinasikan dengan campuran bahan anorganik lain, seperti kerikil, batu-
batuan, atau bahan organik yang disesuaikan dengan jenis tanaman. Pasir
pantai atau semua pasir yang berasal dari daerah yang
bersersalinitas tinggi merupakan jenis pasir yang harus dihindari untuk
digunakan sebagai media tanam, kendati pasir tersebut sudah dicuci terlebih
dahulu. Kadar garam yang tinggi pada media tanam dapat menyebabkan
tanaman menjadi merana. Selain itu, organ-organ tanaman, seperti akar dan
daun, juga
 Kapas
Kapas memiliki struktur kapas yang lembut, dan juga memiliki
daya serap air yang rendah. Sehingga, media tanam dengan
kapas dapat terjaga kelembabannya, dan juga memiliki
persediaan air dalam jangka waktu yang lama.

Kapas (dari bahasa Hindi kapas, sendirinya dari bahasa


Sanskertakarpasa) adalah serat halus yang menyelubungi biji
beberapa jenis Gossypium (biasa disebut “pohon”/tanaman
kapas), tumbuhan ‘semak’ yang berasal dari daerah tropika
dan subtropika. Serat kapas menjadi bahan penting dalam
industri tekstil. Serat itu dapat dipintal menjadi benang dan
ditenun menjadi kain. Produk tekstil dari serat kapas biasa
disebut sebagai katun (benang maupun kainnya).
Serat kapas merupakan produk yang berharga karena hanya
sekitar 10% dari berat kotor (bruto) produk hilang dalam
pemrosesan. Apabila lemak, protein, malam (lilin), dan lain-
lain residu disingkirkan, sisanya adalah polimerselulosa
murni dan alami. Selulosa ini tersusun sedemikian rupa
sehingga memberikan kapas kekuatan, daya tahan
(durabilitas), dan daya serap yang unik namun disukai orang.
Tekstil yang terbuat dari kapas (katun) bersifat
menghangatkan di kala dingin dan menyejukkan di kala panas
(menyerap keringat).

Sifat-sifat Kimia Kapas

Oleh karena kapas sebagian besar tersusun atas selulosa maka


sifat-sifat kmia kapas adalah sifat-sifat kimia selulosa. Serat
kapas pada umumnya tahan terhadap kondisi penyimpanan,
pengolahan, dan pemakaian yang normal, tetapi beberapa zat
pengoksidasi atau penghidrolisa menyebabkan kerusakan
dengan akibat penurunan kekuatan. Kerusakan karena
oksidasi dengan terbentuknya oksi selulosa biasanya terjadi
dalam proses pemutihan yang berlebihan, penyinaran dalam
keadaan lembab, atau pemanasan yang lama dalam suhu
diatas 140 C.
0

Asam-asam menyebabkan hidrolisa ikatan-ikatan glukosa,


dalam rental selulosa membentuk hidroselulosa. Asam kuat
dalam larutan menyebabkan degradasi yang cepat, sedangkan
larutan yang encer apabila dibiarkan mongering pada serat
akan menyebabkan penurunan kekuatan. Alkali mempunyai
sedikit pengaruh pada kapas, kecuali larutan alkali kuat
dengan konsentrasi yang tinggi menyebabkan
penggelembungan yang besar pada serat, seperti dalam
proses mempercerisasi. Dalam proses ini kapas dikerjakan di
dalam larutan natrium hidroksida dengan konsentrasi lebih
besar dari 18%.

Dalam kondisi ini dinding primer menahan penggelumbungan


serat kapas keluar, sehingga lumenya sebagian tertutup. Irisan
lintang menjadi lebih bulat, puntirannya berkurang dan serat
menjadi lebih berkilau. Hal ini merupakan alasan uitama
mengapa dilakukan proses mencerisasi. Disamping itu serat
kapas menjadi lebih kuat dan afinitas terhadap zat warna
lebih besar.

Pelarut-pelarut yang biasa dipergunakan untuk kapas adalah


kupramonium hidroksida dan kuprietilena diamina.
Viskositas larutan kapas dalam pelarut-pelarut ini merupakan
faktor yang baik untuk memperkirakan kerusakan serat.
Kapas mudah diserang oleh jamur dan bakteri, terutama pada
keadaan lembab dan pada suhu yang hangat.

 Tanah

Banyak media tanam yang bisa dipilih untuk tanaman


kita. Meskipun begitu, sebagian besar kegiatan
pertanian dan pertamanan sampai saat ini masih
bergantung kepada tanah. Mahluk-mahluk hidup di
dalam tanah membantu memecah materi sisa
tumbuhan dan bangkai hewan menjadi zat hara, yang
kemudian diserap oleh akar tumbuhan. Jarang sekali
kegiatan pertanian memakai media kapas, terkecuali
para siswa yang akan melakukan penelitian biologi.

Dalam media tanam / tumbuh, tanah memiliki peran


yang penting di bidang pertanian maupun perkebunan.
Sebelumnya, dijelaskan terlebih dahulu, sifat fisik tanah
dan apa saja yang terkandung dalam tanah sehingga
menyebabkan tanah sering dipakai sebagai media
tanam:
Profil tanah
Jika tanah digali sampai kedalaman tertentu, dari
penampung vertikalnya dapat dilihat gradasi warna
yang membentuk lapisan-lapisan (horison) atau biasa
disebut profil tanah. Di tanah hutan yang dusah matang
terdapat tiga horison penting yaitu horison A, B dan C.

Horison A atau top soil adalah lapisan tanah paling atas


yang paling sering dan paling mudah dipengaruhi oleh
faktor iklim dan faktor biologis. Pada lapisan ini
sebagian besar bahan organik terkumpul dan
mengalami pembusukan.
Horison B disebutkan juga dengan zona penumpukan
( illuvation zone ). Horizon ini memiliki bahan organik
yang lebih sedikit tetapi lebih banyak mengandung
unsur yang tercuci daripada horizon A.
Horizon C adalah zona yang terdiri dari batuan terlapuk
yang merupakan bagian dari batuan induk.
Warna tanah
Warna adalah petunjuk untuk beberapa sifat tanah.
Biasanya perbedaan warna permukaan tanah
disebabkan oleh perbedaan kandungan bahan organik.
Semakin gelap warna semakin tinggi kandungan bahan
organiknya. Warna tanah dilapisan bawah yang
kandungan bahan organik rendah lebih banyak
dipengaruhi oleh jumlah kandungan dan bentuk
senyawa besi (Fe). Didaerah yang mempunyai sistem
darinase (serapan air) buruk, warna tanahnya abu-abu
karena ion besi yang terdapat didalam tanah berbentuk
Fe 2+.
BAB 3. METODE PENELITIAN

A. Alat dan Bahan

Alat :

 3 gelas plastik
 Paku
 Penggaris
 Sendok makan
 Label
 Korek api

Bahan :

 Air Sanqua
 Biji kacang hijau
 Kapas
 Pasir
 Tanah

B. Langkah Kerja

a) Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.

b) Rendam kacang hijau 24 jam (untuk mengetahui mana biji


kacang
yang layak kita gunakan umtuk dijadikan objek
eksperimen).

c) Memilih 6 biji kacang hijau yang bagus dengan ciri-ciri


tidak kisut dan
tenggelam jika dimasukkan ke dalam air sanqua.

d) Masukkan media tanam (kapas, pasir, tanah) ke dalam


gelas plastik.
e) Beri 2 lubang pada masing-masing gelas menggunakan
paku
Yang telah dipanaskan menggunakan korek api

f) Masukkan masing-masing 2 butir biji kacang hijau ke


dalam gelas
plastik.

g) Tempelkan label pada dinding gelas plastik dengan tulisan


sesuai
jenis tanah.

h) Amati proses kecepatan pertumbuhan 2 hari sekali


selama 4 hari

i) Setiap hari, masing-masing gelas ditetesi air sanqua


sebanyak 2 sendok
makan.

BAB 4. PEMBAHASAN

A. Tabel Hasil Pengamatan

Berikut tabel hasil pengukuran pertumbuhan kacang hijau (cm)

Hari Media Tanam


No
Ke Kapas Pasir Tanah
1 2
2 4
Rata-rata -
B. Pembahasan

C. Uji Hipotesis

BAB 5. PENUTUP

Kesimpulan :

Anda mungkin juga menyukai