Anda di halaman 1dari 32

MANAJEMEN TANAMAN PENAUNG PADA

PERKEBUNAN KOPI DI KECAMATAN PUPUAN

Oleh :
IR. I NYOMAN SUTEDJA. MS.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2018

1
RINGKASAN

Kopi adalah komoditas strategis yang memunyai nilai

ekonomis dan ekologis tinggi. Ada dua jenis tanaman kopi yang

umum diusahakan oleh kebanyakan petani kopi yaitu arabika

dan robusta. Jenis arabika dominan ditanam oleh petani di

negara tropis pada ketinggian 800-1500 m dari permukaan laut

sedangkan robusta pada dataran rendah 400-800 m dari

permukaan laut.Kedua jenis kopi tersebut di kebun petani

kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan banyak ditanam pada

lahan-lahan berlereng yang difungsikan sebagai taaman

konservasi, selain difungsikan sebagai tanaman ekonomis.

Secara ekologis tanaman kopi mempunyai kemampuan

mencegah erosi dengan aliran permukaan sebesar 3,0% yang

mempunyai fungsi hampir sama dengan vegetasi hutan yaitu

sebesar 2,5%.

Peran ekonomis tanaman kopi dapat ditingkatkan sebagai

penghasil pendapatan dan devisa negara, dibutuhkan teknik

budidaya yang baik dalam meningkatkan produktivitas dan

kualitas produksinya. Salah satu teknik budidaya tersebut

adalah dengan menajemen tanaman penaung yang

2
benar.Penaung dapat secara langsung mengoptimalkan cahaya

matahari, suhu, kelembaban, angin dan secara tidak langsung

mampu mempertahankan lengas tanah.

Pemilihan jenis tanaman penaung yang baik bagi

pertumbuhan dan proses produksi kopi antara lain (1) berasal

dari jenis leguminosa, (2) mampu menghasilkan banyak bahan

organik, (3) mempuyai perakaran dalam dan ke smping tidak

terlalu banyak, (4) mudah diatur secara periodik, (5) tidak

menjadi inang hama dan penyakit, (6) tumbuhnya cepat, (7)

percabangannya banyak, (8) tahan pangkasan, dan (9) tidak

mudah patah oleh angin. Perkebunan kopi rakyat di kecamatan

Pupuan menggunakan jenis tanaman gamal (Gliriccidia

sepium) dan ada pula di kombinasikan dengan dadap

(Erythrina sp)

Manajemen tanaman penaung perkebunan kopi yang

dilaksanakan dengan benar akan mampu (1) mengoptimalkan

pemanfaatan lahan, mengurangi erosi, meningkatkan kualitas

bibit atau entres dan meningkatkan respon terhadap pupuk (2)

dapat mengurangi serangan bubuk cabang (Xylosandrus

morstatti), kutu dompolan kopi (Pseudococcus citri) dan

3
penyakit karat daun (Hemileia vastatrix B.et Br.) (3) dapat

meningkatkan pembentukan primordia bunnga, memperkecil

flukstuasi produksi, gugur buah dan sebagi pengatur produksi

tanaman kopi

Dalam melaksanakan manajemen penaung perkebunan

tanaman kopi hendak diperhatikan dan dilaksanakan secara

terus menerus secara periodik sesuai dengan musim,

lingkungan dan kondisi pertumbuhan tanaman kopi.

4
DAFTAR ISI

BAB ISI HALAMAN

JUDUL ............................................................................................... i

RINGKASAN .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................... iii

I.PENDAHULUAN .......................................................................... 1

II.PENAUNGAN TANAMAN KOPI .............................................. 7

III.MANAJEMEN PENAUNG TANAMAN KOPI ......................... 13

IV.KESIMPULAN ........................................................................... 25

4.1 Kesimpulan .................................................................................. 25

4.2 Saran ............................................................................................ 26

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………27

5
I. PENDAHULUAN

Kopi sebagai tanaman tahunan yang merupakan tanaman

padat karya. Jenis kopi yang diusahakan di Indonesia bukan

merupakan anaman asli Indonesia. Kopi robusta ternyata

mempunyai ketahanan tinggi terhadap penyakit-penyakit

seperti penyakit karat daun (Hemeleia vastatrik B. et Br.).

Perkebuan kopi robusta penyakit tidak merupakan masalah ,

dan memerlukan syarat tumbuh serta pemeliharaan yang

ringan, dengan produksinya jauh lebih tinggi. Oleh karena itu

jenis ini cepat berkembang di Indonesia, dan mendesak jenis

kopi lainnya. Kopi arabika semula banyak di tanam di

Indonesia yang mempunyai mutu yang tinggi. Tetapi karena

sangat rentan terhadap penyakit karat daun , dewasa ini kopi

arabika hanya dapat bertahan di dataran tinggi, dan yang di

tanam di Indonesia pada umumnya termauk varietas typika

(Coffea arabica.var typica). Penyakit karat daun merupakan

penyakit yang paling penting di seluruh dunia dan untuk

Indonesia merupaka penyakit terpenting. Menurut Semangun

(1988) keadaan kebun kopi yang gelap atau intensitas cahaya

6
yang lemah lebih cocok untuk perkecambahan urediospora.

Urediospora merupakan spora dari penyakit karat daun yang

memegang peranan penting dalam pembiakan dan

pemencarannya. Tanaman kopi merupakan salah satu

komoditas ekspor yang cukup menjanjikan bagi Indonesia

karena mempunyai nilai ekonomis yang relatif tinggi di pasaran

dunia, merupakan sumber pendapatan masyarakat dan devisa

bagi negara produsen. Selain itu kopi juga mempunyai nilai

sosial yang sangat tinggi karena mampu menyediakan lapangan

kerja bagi petani, buruh tani, dan pelaku usaha kopi lainnya.

Penanaman kopi pada lahan berlereng , juga mempunyai

nilai ekologis tinggi yang dapat mencegah erosi dan penyangga

air (hidrologis). Ada dua jenis kopi komersial yang diusahakan

oleh kebanyakan petani, yaitu arabika dan robusta. Di daerah

tropika kopi arabika di tanam pada daerah dataran tinggi 800-

1500m dari permukaan laut karena lebih bertahan terhadap

serangan penyakit karat daun (Hemileia vastatrix) dan kopi

robusta pada dataran rendah 400-800 m dari permukaan laut

(Yahmadi,2007). Kopi adalah tanaman yang mempunyai sistem

perakaran relatif dangkal dan menghendaki banyak oksigen,

7
sehingga struktur fisik tanah yang gembur sangat diperlukan.

Kopi daunnya mempunyai daya fotosintesa relatif rendah,

namun daya fotosintesisnya dan kandungan khlorofil paling

tinggi bila diberikan naungan sedang dibandingkan tanpa

naungan dan naungan gelap (Yahmadi,2007).

Kopi di negara produsen sebagian besar menanamnya

dengan tanaman penaung, dengan intensitas dan jenis

naungan yang berbeda-beda tergantung dengan tingkat

intensifikasinya. Setiap fase pertumbuhan tanaman kopi di

lapangan menuntut kondisi naungan yang berbeda-beda ,

seperti pertumbuhan vegetatif memerlukan naungan yang lebih

banyak dari pada saat tanamn memasuki fase generatif.

Persiapan sebelum memulai budidaya kopi adalah menanam

pohon penaung untuk mengatur intensitas cahaya matahari

yang masuk kedalam kebuh.

Unsur iklim tipe curah hujan lebih penting daripada

jumlah curah hujan per tahun. Kopi memerlukan masa agak

kering lebih kurang 3 bulan yang diperlukan untuk

pembentukan primordia bunga, florasi dan penyerbukan. Asa

kering ini lebih penting bagi kopi robusta, oleh karena

8
melakukan penyerbukan silang. Sedang kopi arabika agakny

lebih roleran, karena jenis ini menyerbuk sendiri. Curah hujan

yang optimal 2000-3000 mm per tahun, dengan lebih kurang 3

bulan kering tetapi dengan hujan kiriman yang cukup. Di jawa

sebagian besar daerah kopi tipe iklim C yang agak kering,

sedang di Sumatra sebagian besar termasuk iklim B yang agak

basah (menurut klsifikasi Schidt-Ferguson).Pada iklim B

pembagian panen kopi relatif lebih merata daripada iklimC.

Disamping itu perbedaan tipe curah hujan juga berpengaruh

terhadap rendemen kopi. Di daerah yang kering rendemen kopi

lebih tinggi (Tabel 1) (Yahmadi, 2007).

Tabel 1
Pengaruh tipe iklim terhadap rendemen kopi robusta

Klon kopi Iklim B Iklim C


Robusta (%) (%)
BP 42 17,8 22,6

BP 234 17,2 22,2

BP 288 16,7 20,3

BP 358 17,5 21,5

BP 409 18,2 22,2

SA237 17,6 22,4

Sumber : Yahmadi (2007).

9
Kopi dalam pertumbuhannya, salah satu faktor lingkungan

yang berperan penting adalah cahaya sinar matahari. Energi

sinar matahari digunakan untuk proses fotosintesis yang

berlangsung pada pusat-pusat reaksi yang ada di dalam daun.

Keadaan sinar datang, baik kuantitas maupun kualitasnya, akan

menentukan kecepatan fotosintesis.Sinar datang selalu

diupayakan agar pada tingkat optimum. Keefektipan

pemanfaatan sinar datang dapat ditingkatkan dengan

melakukan menajemen pemilihan jenis penaung, penanaman

penaung, dan pengaturan pemangkasan tanaman penaung

yang tepat.Perakaran kopi relatif dangkal, sehingga peka

terhadap keadaan lapisan tanah paling atas. Kopi memerlukan

struktur tanah yang baik, dengan kadar bahan organik paling

sedikit 3 %. Apabila tata udara dan air tanah kurang baik,

perakaran kopi terbatas dan tanaman menjadi kerdil.

10
II. PENAUNGAN TANAMAN KOPI

Tanaman penaung pada perkebunan kopi diupayakan

dapat menciptakan kondisi lingkungan yang paling baik,

terutama kondisi iklim mikro yang selanjutnya akan

berpengaruh pada kondisi lingkungan perakaran, organisme

pengganggu, dan untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan.

Pengelolaan tanaman penaung dapat mengatur komponen

iklim mikro seperti penyinaran matahari, suhu,kelembaban

udara, dan angin.

Intensitas sinar matahari merupakan faktor utama yang

mengatur fotsintesis , yang mempunyai hubungan erat dengan

pengelolaan naungan. Kopi yang diberi naungan sedang

mempunyai daya fotosintesis lebih tinggi dari pada yang tanpa

naungan atau naungannya terlalu gelap (Tabel 2).

11
Tabel 2

Pengaruh kondisi naungan terhadap daya fotosintesis


(mg CO2/dm2/jam).

No Kondisi naungan Daya fotosintesis

1 Tanpa naungan 0,7

2 Naungan Sedang 2,1

3 Naungan gelap 1,4

__________________________________________

Kandungan khloropfil daun kopi tanpa naungan adalah

0,176%, naungan sedang 0,248%, dan tanpa naungan daunnya

nampak kurang hijau. Tanaman kopi yang diberi naungan

terlalu gelap membentuk daun lebih lebar, lebih tipis, dan

jumlahnya lebih sedikit, internodia cabang dan batang muda

lebih panjang serta lebih lembek, sehingga mudah diserang

bubuk cabang (Xyloborus morstatti dan Xyloborus

morigerus), pembentukan primordia bunga akan terlambat,

bibit atau entres lembek dan kurang kuat pertumbuhannya.

Sebaliknya tanpa naungan kopi arabika lebih mudah terpicu

mengalami berbuah lebat yang merugikan pertumbuhan kopi

selanjutnya, bibit membentuk internode pendek dan cepat

membentuk cabang, sehingga akan mengalami banyak stagnasi

12
ketika dipindahkan ke lapangan, entres ruasnya pendek,

sehingga mempersulit dalam penyambungan (Yahmadi,2007).

Suhu rata-rata tanaman kopi arabika antara 17-21oC,

robusta antara 21-24oC. Suhu udara pada tanaman kopi arabika

lebih dari 25oC menyebabkan laju fotosintesis akan menurun

dan daun rusak ditandai dengan terjadinya klorosis (Huxley cit.

Wilson, 1985). Kopi di Brasil pada suhu lebih tinggi dari 22oC

dapat menyebabkan kerontokan bunga dan menurunkan

pembentukan buah (Wrigley,1988 dalam Erwiyono,2008).

Tanaman kopi yang diberikan penaung tidak menerima energi

matahari yang tinggi , mengakibatkan suhu udara di bawah

penaung pada siang hari menjadi lebih rendah daripada suhu

udara di luar penaung. Sebaliknya pada malam hari tajuk

penaung menghalangi hilangnya panas dari permukaan bumi

ke atmosfir. Dengan demikian suhu udara pada siang hari di

sekeliling tanaman kopi tidak melampui suhu maksimum dan

pada malam hari tidak lebih rendah dari suhu minimum.

Kelembaban udara berpengaruh terhadap

evapotranpirasi. Kelembaban udara lebih rendah pada musim

kemarau , dengan laju evapotranspirasi lebih besar. Apabila

13
hujan dan cadangan air tanah tidak mencukupi akan terjadi

defisit air. Kelembaban udara berhubungan erat dengan kondisi

awan. Makin banyak awan, kelembaban udara cederung makin

tinggi, dan sebaliknya.

Angin berpengaruh pada kelembaban udara, sehingga

berpengaruh pula terhadap kehilangan air, melalui

evapotranspirasi. Makin tinggi kecepatan angin dan makin

lama bertiupnya, maka makin besar kehilangan air melalui

evapotranspirasi sehingga memperparah cekaman air pada

musim kemarau. Tetapi angin dapat membantu penyerbukan

kopi robusta sampai jarak 100 m , jarak efektifnya bagi

penyerbukan adalah 35 m (Yahmadi, 2007)

Pengaruh tidak langsung tanaman penaung mampu

mempertahankan ketersediaan lengas tanah, (Abdoellah &

Soedarsono, 1988), kebutuhan tanaman terhadap air sebagian

besar dari tanah dan hanya sebagian kecil yang diperoleh dari

udara lewat stomata (Slatyer, 1967). Lengas atau air yang yang

diserap tanaman dari tanah sebagian airnya diuapkan melalui

transpirasi. Makin cepat laju transpirasi sampai batas tertentu

menyebabkan pertumbuhan dan hasil tanaman semakin baik.

14
Bila jumlah air yang diuapkan melebihi daripada jumlah yang

diserap oleh akar akan terjadi kekurangan air (water defisit).

Lawlor (1979) menyatakan cekaman air dapat mempengaruhi

asimilasi tanaman dengan mengubah aktivitas metabolisme,

menghambat rangkian proses metabolisme atau reaksi enzim,

dan mengubah keseimbangan antar bagian dalam sistem

metabolisme. Sumaryono & Erwiyono (1992) menyatakan

kadar air tanah merupakan pembatas penting bagi

pertumbuhan dan produksi tanaman.

Kopi umumnya termasuk tanaman yang agak toleran

terhadap kekeringan, namun faktanya menunjukkan bahwa

semua proses metabolisme akan lebih baik apabila air dalam

keadan cukup tersedia (Kumar 1979). Klon tanaman kopi

robusta, yang relatif toleran kekeringan adalah BP 409, BP42,

dan BP 234 (Wibawa et al., 1992). Kopi arabika umumnya

lebih toleran terhadap cekaman air daripada kopi robusta

(Nunes, 1976). Diantara ketiga jenis kopi, kopi robusta paling

peka terhadap kekeringan, disusul oleh kopi liberika, dan kopi

arabika. Kopi robusta mempunyai akar tunggang lebih pendek

(Yahmadi,2007). Kadar air tanah, dapat dipertahnkan dengan

15
penambahan bahan organik kompos, pupuk kandang, dan sisa

tanaman yang disimpan dalam rorak dan pemberian mulsa.

Penelitian Gilbert (Russei,1950 dalam Yahmadi 2007)

pemberian mulsa pada tanaman kopi di Tanzania memiliki

kandungan air 57% lebih tinggi daripada tanaman kopi yang

disiangi bersih.

16
III.MANAJEMEN PENAUNG TANAMAN KOPI

Tanaman penaung pada tanaman kopi dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu penaung sementara dan

penaung tetap. Penaung sementara dapat melindungi tanaman

kopi sebelum penaung tetap berfungsi. Tanaman penaung

sementara antara lain Flemingia congesta, (termasuk

leguminosa, tumbuh cepat dan cepat rimbun, tahan dipangkas

hingga 3 kali setahun, daunnya lunak hingga mudah hancur)

(Soenaryo,1978). Tanaman penaung lain yang dapat pula

digunakan, walaupun kurang baik anatara lain, Crotalaria

anagyroides, untuk kompleks-kompleks nematoda akan tidak

terserang, Tephrosia sp. Untuk ketinggian 1000 m ke atas,

Desmodium gyroides, Acacia villosa, tumbuh baik di tempat

lamtoro sukar tumbuh . Penanaman penaung sementara di

perkebunan kopi rakyat di kecamatan Pupuan tidak dilakukan

melainkan dengan penaman penaung tetap dilakukan lebih

awal dan paling cepat setahun sebelum penanaman kopi

dengan tanaman penaung Gliriccirida sepium (gamal) yang

mempunyai pertumbuhan yang cepat.

17
Penaung tetap jenisnya banyak, tetapi yang paling baik di

Indonesia adalah Leucaena sp. Balai Penelitian Perkebunan

Jember telah pula mengembangkan klon-klon Leucaena yang

kemudian banyak ditanam di perkebunan kopi di Jawa Timur,

adalah : (1) L 2, Keturunan L.glbrata x L. Glauca.

Pertumbuhan sedang, intensitas cahaya baik (diffus). Cocok

untuk daerah tinggi maupun rendah. Tidak berbiji, cabang

sedikit gundul di musim kemarau, tahan angin. Kulit batang

abu-abu muda . Berbenjol – benjol. Bunga steril berwarna

putih, tumbuh cepat, tidak mudah tumbang, tahan terhadap

kutu loncat; (2) L 19 Keturunan L. Glauca x (L.pulverulenta

xl.glauca), pertumbuhan cepat , tidak mudah tumbang, cabang

kurang tersebar, pemangkasan agak sulit, intensitas cahaya

gelap, baik untuk daerah rendah maupun tinggi dan baik untuk

tanah-tanh berpasir, kulit batang coklat, berbintik-bintik; (3) L

21, Keturunan L. Pulverulenta pertumbuhan cepat sekali,

mudah tumbang , intensitas cahaya gelap, baik untuk daerah

dataran tinggi juga untuk tanah berpasir dan kurang humus

(Yahmadi, 2007). Tanaman pohon penaung tetap lainnya yang

bisa juga dipakai , adalah (1) Albizzia stipula, (2) Albizzia

18
falcata, terlalu cepat besar, cabangnya besar, tanaman tinggi,

kayu lunak dan mudah patah oleh angin sehingga dapat

membawa kerusakan pada tanaman kopi, sulit mengaturnya,

(3) Erythrina sp. menggugurkan daun di musim kemarau,

umurnya kadang-kadang tidak panjang, banyak diserang

penggerek batang (Batocera sp) dan penggerek melingkar

(Lecanidae) yang dapat mengakibatkan roboh, produksi daun

banyak (Yahmadi, 2007., Soenaryo dan Situmorang, 1978).

Gliriccidia maculata, termasuk jenis leguminosa mudah

ditanam, tahan terhadap radiasi penuh matahari, tumbuh

cepat, tahan hidup bersaing dengan alang-alang, mudah

ditanam dengan stek, setelah berbunga daun rontok

(Murni,1988), dapat sebagai sumber makanan ternak dan tahan

pangkasan. Pada tahun 1986 setelah lamtoro mengalami

serangan kutu loncat (Heteropsylla cubana), akhirnya jenis

Gliccridia sepium (gamal) banyak digunakan sebagai penaung

kopi di Indonesia terutama Bali. Penggunaan naungan tanaman

dadap di perkebuan kopi di Bali di gunakan secara bersama-

sama dengan naungan gamal untuk mencegah sifat gugurnya

daun dadap di musim kemarau.

19
Salah satu jenis tanaman yang juga sesuai untuk

pertumbuhan tanaman kopi dan dapat memberikan

peningkatan konstribusi pendapatan petani kopi di Bali adalah

tanaman jeruk (Anonim, 2002). Tanaman jeruk dipergunakan

sebagai penaung kopi arabika di Kecamatan Kintamani daerah

kabupaten Bangli yang dapat menghasilkan kopi dengan cita

rasa yang khas dan kopi robusta di kecamatan Pupuan

Kabupaten Tabanan. Secara finansial usahatani perkebunan

kopi pola tumpangsari dengan jeruk di Bali layak untuk

dikembangkan dengan IRR lebih besar dari 20% dan B/C lebih

besar dari satu (Trisnawati, et al., 2006). Di Indonesia tanaman

jeruk tumbuh subur dari dataran rendah sampai ketinggian

2000 meter di atas permukaan laut (Sarwono, 1986).Tanaman

jeruk menjadi favorit buah-buahan untuk kebutuhan sehari

hari dan banyak diminati oleh semua masyarakat dalam

negeridan luar negeri.

Kopi di Timor Leste yang kebanyakan berada pada

dataran tinggi dan pada lahan berlereng menggunakan

tanaman penaung kopi Albizia falcata dan cemara, tetapi juga

digunakan sebagai sumber bahan bakar dan bangunan. Namun

20
ternyata jenis Gliriccidia maculata tumbuh baik dari dataran

rendah sampai dataran tinggi , yang nantinya merupakan

potensi baik untuk jenis penaung kopi di Bali pada dearah

pengembangan kopi sebagai tanaman sela kelapa, pada lahan

baru yang secara monokultur, dan penyulaman penaung

Albizzia falcata dan cemara yang sebagian besar telah berumur

tua.

Tanaman penaung ditanam paling cepat 1 tahun sebelum

penanaman kopi, baik naungan sementara maupun naungan

tetapnya. Apabila tanahnya kurang subur bisa penanamannya

2-3 tahun sebelumnya, supaya faktor vegetasi dalam

perkembangan tajuk tanaman telah mampu berperan

menghambat erosi, aliran permukaan, dan sumber bahan

organik. Tanaman penaung di tanam tergantung dengan sistem

jarak tanam kopi, yatu sistem segiempat, sistem pagar dan

sistem pagar ganda. Pada jarak tanam pagar dan pagar ganda

arah barisannya utara-selatan. Jarak tanam segiempat kopi

robusta 2,50mx2,50m atau 2,75mx2,75m, kopi arabika

2,00mx2,00m atau 2,50mx2,50m. Jarak tanam sistem pagar

kopi robusta 1,75mx3,5m , kopi arabika 1,50mx3,00m. Jarak

21
tanam pagar ganda kopi robusta 2,00mx2,00mx3,50m atau

2,00mx2,00mx4,00m, kopi arabika 1,50mx1,50mx3,00m atau

1,50mx1,50mx4,00m. Penaung sementara ditanam setelah

selesai penanaman penaung tetap , dengan menabur benihnya

sepanjang dalam barisan tanaman penaung tetap, di Indonesia

dilakuakn pada bulan Desember, Januari, dan Pebruari.

Kopi cukup banyak juga ditanam pada lahan dengan

kemiringan tinggi, kondisi lingkungan tumbuh yang demikian ,

peka terhadap kerusakan lahan terutama erosi. Pengolahan

tanahnya perlu memperhatikan kaedah pengawetan tanah dan

air. Pembuatan teras bangku akan mampu menekan erosi dan

aliran permukaan (Winaryo et al,. 1999). Teras bangku yang

diperkuat dengan penanaman pohon penaung pada bibir teras

yang sekaligus juga berfungsi sebagai tanaman pagar,

menyebabkan laju erosi lebih rendah dibandingkan dengan

lahan tidak berteras, yaitu sebesar 0,88-2,11 ton/ha/tahun,

sedangkan lahan tidak berteras mencapai 21,78 ton/ha/tahun

(Pujiyanto,1997). Hasil penelitian pada vegetasi hutan

besarnya aliran permukaan mencapai 2,5%, tanaman kopi

3,0%, rumput 18,0%, dan tanah terbuka 60% (Anonim ,2006).

22
Penyebaran dan pertumbuhan akar tanaman kopi juga

berperan dalam menghambat erosi dan aliran permukaan.

Yahmadi (2007) menunjukkan lebih 90% dari berat akar

tanaman kopi terdapat di lapisan tanah antara 0-30 cm dan

membentuk jalinan akar halus di lapisan permukaan yang

mampu mengikat agregat tanah.

Tanaman penaung memerlukan pengaturan dengan

pemangkasan bertujuan : (1) memberikan cukup cahaya

matahari untuk merangsang pembentukan primordia bunga

pada akhir musim hujan, (2) mempermudah peredaran udara

dalam pertanaman, untuk penyerbukan terutama kopi robusta.,

(3) mengurangi kelembaban udara selama musim hujan, untuk

menghindari gugur buah kopi bisa mencapai 20-30% dan

pertumbuhan cabang primer yang kuat (Yahmadi,2007).

Pemangkasan Penaung meliputi pemangkasan bentuk

dan pemangkasan pengaturan. Pemangkasan bentuk

diupayakan agar tinggi percabangan dua kali dari tinggi

tanaman kopi terutama penaung dari jenis lamtoro dan dadap

kecuali jenis gamal dilakukan cukup dengan mengatur jumlah

cabang sekender yang dipelihara. Kesemuanya itu untuk

23
memperlancar udara, dengan letak cabang diupayakan

menyebar secara merata.

Pemangkasan pengaturan naungan meliputi pemenggalan

dan rempesan. Pemenggalan dilakukan awal musim hujan

sebanyak 50-100% dari jumlah pohon naungan, tergantung

dengan kondisi tanaman kopi dan jenis tanaman penaung.

Yahmdi (2007) pemenggalan 50% dilakukan secara bergantian

setiap tahun secara larikan atau silangan. Secara silangan pada

kopi robusta, untuk mendorong arah angin memotong barisan-

barisan tanaman kopi yang berlainan supaya mempermudah

penyerbukan terutama jenis kopi robusta yang melakukan

penyerbukan silang. Pemangkasan penaung awal musim hujan

juga memberikan respon tanaman kopi terhadap pemupukan

meningkat. Rempesan selama musim hujan diperlukan untuk

mengatasi tumbuhnya cabang yang banyak, pada akhir musim

hujan untuk merangsang pembentukan primordia bunga kopi.

Penjarangan tanaman penaung dapat dilakukan apabila

tanaman kopi telah menutup dan pertumbuhannya subur.

Pemangkasan penaung tidak dilakukan di musim

kemarau, apabila perlu hanya dilakukan perempesan, agar

24
penaungan tetap cukup supaya terjadi zona penyangga

kelembaban antara tanaman kopi dengan atmosfer bebas,

sehingga kelembaban dalam lingkungan tanaman kopi tetap

tinggi, suhu tidak terlalu tinggi sehingga metabolisme tanaman

kopi dapat berlangsung normal (Rosenberg,1974).

Pemangkasan yang diatur waktunya secara tepat, menyebabkan

pada musim kemarau kondisi percabangan penaung sudah

rimbun, telah terbukti dapat menyelamatkan tanaman kopi dari

cekaman air.

Kesulitan yang dihadapi oleh petani kopi di Bali dalam

menetapkan waktu pemangkasan terutama untuk merangsang

pembungaan kopi bila ramalan antara musim hujan dan

kemarau tidak menentu seperti yang terjadi pada tahun 2015

dan 2016. Hal ini pernah terjadi kasusnya di kebun petani kopi

di desa Pujungan, kecamatan Pupuan kabupaten Tabanan,

yaitu peneliti dan petani disekitarnya melakukan pemangkasan

total saat akan pembungaan untuk menciptakan perbedaan

suhu maksimum (siang hari) dengan suhu minimum (malam

hari) yang tinggi atau mencapai sekitar 7 oC agar pembungaan

lebat, namun saat itu terjadi kemarau panjang (penyimpangan

25
musim), akhirnya suhu tanah naik sehingga terjadi serangan

kutu putih , yaitu kutu dompolan (Pseudococus citri). Kutu ini

menghisap cairan bagian-bagian tanaman yang muda, yaitu

daun,cabang, dan terutama buah. Akibatnya cabang atau daun

pertumbuhan terlambat/kerdil, buah menjadi gugur. Serangan

terjadi selama musim kemarau dan akan menurun di musim

hujan. Kutu dompolan ini mengeluarkan ekskresi (kotoran)

yang mengandung gula yang jatuh pada daun-daun kopi di

bawahnya dan ditumbuhi oeh awan jelaga (hitam). Ekresi

tersebut banyak dikunjungi oleh semut karena mengandung

gula terutama gramang (Plagiolepsis longipes), yang dapat

mendorong pembiakan kutu.

Pengendalian serangan kutu dompolan menurut Yahmadi

(2007) dilakukan (1) semut gramang dengan metode bumbung

yang diisi dengan daun-daun kering yang di pasang pada pohon

kopi sebagi sarang semut tersebut, bial telah bersarang

bumbung dicelupkan kedalam air mendidih. Bisa pula dengan

metode rorak yang diisi daun-daun kering sebagai sarang semut

yang kemudian setelah semutnya banyak disemprot dengan

insektisida (2) Jangan menanam penutup tanah yang menjadi

26
inangnya, (3) memangkas bunga atau bagian tanaman yang

terserang, (4) menanam jenis kopi yang resisten misalnya

robusta BGN 371, di tempat tempat yang banyak terserang, (5)

menyemprot dengan Solze, ini cukup efektip dan murah dan

juga ramah lingkungan. Emulsi baku Solze (solar olie lijm zeep

emlsie) terdiri atas 6 liter air mendidh, ¼ kg lem kayu, ½ kg

sabun hijau ditambah dengan 12 liter minyak solar. Emulsi

baku diencerkan 50 kali dengan air yang tidak mengandung

kapur.Tekanan pada pompa penyemprot 3-5 atmosfir.

Penyemprotan dengan interval 1 atau 2 minggu sekali.

Pada musim hujan naungan tidak boleh terlalu gelap agar

cabang–cabang kopi dapat tumbuh lebih kuat sehingga tidak

muadah terserangbubuk cabang hitam (Xylosandrus morstatti)

yang betina menggerek cabang atau wiwilan yang masih muda

umur 6-12 bulan. Lubang gerekan berdiameter lebih kurang 1

mm, dan di dalam empulur bubuk membuat rongga saluran

sepanjanglebih kurang 3 cm. Cabang yang digerek menjadi

kering atau patah (Yahmadi, 2007).

Tanaman penaung memberikan manfaat antara lain: (1)

sebagai sumber bahan organik, (2) mengurangi pertumbuhan

27
gulma, (3) sumber makanan ternak, (4) mengurangi erosi, (5)

mengurangi sinar langsung ke tanaman kopi (6) sebagai

pengatur produksi kopi. Tetapi tanaman penaung juga, (1)

membutuhkan pemeliharaan dan pengaturan, (2) dapat

menjadi inang hama dan penyakit, (3) menimbulkan saingan

dalam pengambilan air dan zat hara.

Tanaman penaung untuk memperkecil keburukannya

diperlukan persyaratan antara lain: (1) termasuk jenis

leguminosa, (2) menghasilkan banyak bahan organik, (3)

berakar dalam dan menghasilkan akar samping tidak terlalu

banyak, (4) mudah diatur secara periodik, (5) tidak menjadi

inang hama dan penyakit, (6) tumbuhnya cepat, (7) tahan

pangkasan, (8) tidak mudah patah oleh angin, (9)

percabangannya banyak.

28
IV.KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan atas kajian yang diuraikan di muka

ternyata :

Manajemen tanaman penaung perkebunan kopi yang

dilaksanakan dengan benar akan mampu (1) mengoptimalkan

pemanfaatan lahan, mengurangi erosi, meningkatkan kualitas

bibit atau entres dan meningkatkan respon terhadap pupuk (2)

dapat mengurangi serangan bubuk cabang (Xylosandrus

morstatti), kutu dompolan kopi (Pseudococcus citri) dan

penyakit karat daun (Hemileia vastatrix B.et Br.) (3) dapat

meningkatkan pembentukan primordia bunnga, memperkecil

flukstuasi produksi, gugur buah dan sebagi pengatur produksi

tanaman kopi.

4.2 Saran

Dalam melaksanakan manajemen penaung perkebunan

tanaman kopi hendak diperhatikan dan dilaksanakan secara

terus menerus secara periodik sesuai dengan musim,

lingkungan dan kondisi pertumbuhan tanaman kopi.

Pemeliharaan ternak kambing pada kebun kopi yang

29
menggunakan penaung gamal (Gliricidia sepium) sebagai

sumber makannannya diharapkan dihindari, oleh karena akan

mengganggu fungsi naungan terutama pada musim kemarau

akibat dari cabang dan daunnya akan berkurang.

30
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Tanaman kopi bisa menahan lahan & air seperti
hutan. Penerbit Sinar Tani. 5. 5-11 April.
Anonim. 2002. Statistik perkebunan provinsi Bali. Dinas
Perkebunan Provinsi Bali.
Abdoellah,S. & Soedarsono. 1988. Pengelolaan tanaman
penaung dan pemangkasan kakao. Prosiding. Komunikasi
Teknis Kakao.
Erwiyono,R. 2008. Produksi dan mutu buah tanaman kopi
arabika pada lahan miring tanah andosol gunung
argopuro. Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni
Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
Kumar, D. 1979. Some aspects of plant-water-nutrient
relationskips in coffea arabica L. Kenya Coffee. 44(517),
15-21.
Lawlor, D.W. 1979. Effect of water and heat stress on carbon
metabolism of plant with C, an C4 photosynthesis. P.302-
326. In H.mussell & R.C. Stoples (eds). Stress Physiology
in Crop Plants. John wiley & Sons, new York.
Murni, A.M. 1988. Study allelopati pohon gamal pada tanaman
lada (piper nigrum L.). Pembr. Litrri.Vol .XIV No 3
Januari –Maret 1989.
Nunes, M.A. 1976. Water relations in coffee significance of plant
water deficits to growth and yield: A review. J Cooffee
Res, 6 (1),4-21.

Pujiyanto 1997. Penyediaan bahan organik di lahan perkebunan


kopi dan kakao. Warta Puslit Kopi dan Kakao, 13 (20,
115-123).
Rosenberg,N.J. 1974. Microclimate, the biological environment.

31
John Wiley & Sons, New York, 315 p.
Sarwono,B. 1986. Jeruk dan kerabatnya. Penerbit swadaya,
Jakarta.
Semangun,H. 1988. Penyakit-penyakit tanaman perkebunan di
Indonesia. Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada.
Gajah Mada University Press.
Soenaryo .1978 . Naungan tanaman kopi. Balai Penelitian
Jember.
Soenaryo & S. Situmorang. 1978. Budidaya dan pengolahan
coklat. Balai Penelitian Jember.
Trisnawati,M., Mahaputra, & J.Rinaldi.2006. Kelayakan
usahatani pola tumpangsari tanaman kopi dengan jeruk
di desa Belantih, kecamatan Kintamani, kabupaten
Bangli. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi
Pertanian (9.10-17).
Willson, K.C. 1985. Climate and soil.p.97-107. In M.N. Clifford
& K.C.Willson (eds.). Coffee: Botany, Biochemistry and
Production of Beans and Beverage, The AVI Publishing
Company Inc., Westport, Connecticut.
Winaryo, Pujiyanto, & A.Wibawa.1999. Pengaruh teras dan
pemupukan kopi arabika terhadap kualitas air limpasan.
Pelita Perkebunan . 15(3), 175-187.
Yahmadi,M.2007. Rangkaian perkembangan dan permasalahan
budidaya dan pengolahan kopi di Indonesia. Asosiasi
Eksportir Kopi Indonesia Jatim.

32

Anda mungkin juga menyukai