Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

TUMPANG SARI TANAMAN KELAPA SAWIT ( elaeis


guineensis Jacq)DENGAN JAGUNG MANIS(Zea mays)DI
FAPERTA UNILAK

Oleh :

BUDI SYAHPUTRA
NIM : 1554201038

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
PEKANBARU
2018
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan petunjuk, berkah, serta Kasih-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan LAPORAN PRAKTIKUM AGRIBISNIS TANAMAN
PERKEBUNAN.

Maksud di buatnya laporan ini adalah bertujuan untuk menyelesaikan


tugas yang di berikan oleh dosen mata kuliah AGRIBISNIS TANAMAN
PERKEBUNAN.

Walaupun demikian, laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh


karena itu, saran dan kritik yang membangun tetap penulis nantikan demi
kesempurnaan laporan ini. Penulis juga berharap semoga makalah ini bermanfaat
bagi penulis maupun pembaca dalam pembelajaran budidaya tanaman kelapa
sawit.

Penulis,
DAFTAR ISI

Kata pengantar…………………………………………………………………..

Daftar isi ………………………………………………………………………..

Bab I pendahuluan

1.1 Latar belakang ……………………………………………………………..

1.2 Tujuan penulus …………………………………………………………….

BAB II Tinjaun pustaka

2.1 Tumpang sari jagung………………………………………………………..

BAB III PEMBAHASAN

2.1   Syarat Tumbuh Kelapa Sawit…………………………………………….


2.2 syarat tumbuh jagung……………………………………………………….
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan …………………………………………………………………
Daftar pustaka
PENDAHULUAN

1.1 latar belakang

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi sub sektor perkebunan yang
memberikan andil besar dalam pemasukan devisa di luar sektor minyak dan gas
bumi. Komoditi ini juga menyerap tenaga kerja yang cukup besar dan mampu
memberikan kemakmuran bagi masyarakat yang mengusahakannya (Risza, 1994).

Setyamidjaja (2006), menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit


merupakan sumber penghasil minyak nabati yang digunakan secara luas dalam
berbagai industri. Risza (1994) juga menjelaskan bahwa disamping digunakan
sebagai bahan baku industri pangan, kelapa sawit dapat digunakan sebagai bahan
baku industri non pangan.

Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman multiguna. Tanaman tersebut


mulai banyak menggantikan posisi penanaman komoditas perkebunan lain, yaitu
tanaman karet. Tanaman kelapa sawit kini tersebar di berbagai daerah. Secara
umum dapat diindikasikan bahwa pengembangan perkebunan kelapa sawit masih
mempunyai prospek harga, ekspor, dan pengembangan produk (Suwarto dan
Octavianty, 2010).

Berdasarkan data Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian


pada tahun 2014 luas areal perkebunan kelapa sawit di Provinsi Jambi 688.810
dengan produksi 1.857.260. tanaman kelapa sawit saat ini tersebar di hampir
seluruh provinsi di Indonesia. Provinsi Riau dengan luas areal 2,30 juta Ha
merupakan provinsi yang mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul
berturut-turut Provinsi Sumatera Utara seluas 1,39 juta Ha, Provinsi Kalimantan
Tengah seluas 1,16 juta Ha dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha serta
provinsi-provinsi lainnya (Dirjen perkebunan, 2014).

1.2 Tujuan penulis


1. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui cara
budidaya tanaman kelapa sawit dan teknik pengendalian hama dan
penyakit pada tanaman kelapa sawit.
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
2.1 Tumpang sari jagung

1. Budidaya tumpangsari jagung

Tanaman jagung ( Zea mays L )sudah lama diusahakan oleh petani di


Indonesia dan merupakan tanaman pokok kedua setelah padi. Kebutuhan jagung
dalam negeri selalu meningkat dari tahun ke tahun. Meningkatnya permintaan
akan jagung disebabkan banyaknya permintaan untuk pakan, pangan dan industri.
Bahkan pada tahun-tahun tertentu terjadi impor jagung.

Sebagai tanaman palawija jagung cocok diusahakan dalam gawangan


kelapa sawit sebelum kelapa sawit berproduksi, karena tanaman jagung
mempunyai sifat fisiologis dan anatomis yang sesuai diusahakan pada gawangan
kelapa sawit.

Jagung merupakan tanaman berumah satu diamana letak bunga jantan


terpisah dengan bunga betina pada satu tanaman. Jagung termasuk tanaman C4
yang mampu beradaptasi baik pada faktor-faktor pembatas pertumbuhan dan
hasil. Daun tanaman C4 sebagai agen penghasil fotosintetat yang kemudiaan
didistribusikan, memiliki sel-sel seludang, pembuluh yang mengandung khlorofil.
Didalam sel ini terjadi dekarboksilasi malat dan aspartat yang menghasilkan CO2
yang kemudian memasuki siklus Calvin membentuk pati dan sukrosa. Ditinjau
dari segi kondisi lingkungan, tanaman C4 teradaptasi dengan adanya faktor
pembatas seperti intensitas radiasi surya tinggi dengan suhu siang dan malam
tinggi, curah hujan rendah dengan cahaya musiman tinggi dan disertai suhu tinggi
serta kesuburan tanah yang relatif rendah. Sifat yang menguntungkan dari jagung
sebagai tanaman C4 antara lain aktifitas fotosintesis pada kedaan normal relatif
tinggi, foto respirasi rendah, transpirasi serta serta efisien dalam penggunaan air.
Sifat-sifat tersebut merupakan sifat fisiologis dan anatomis yang sangat
menguntungkan dalam kaitaannya dengan hasil (Muhadjir, 1988).

Suhu optimal bagi pertumbuhan tanaman jagung adalah 24 – 30 0C dan


curah hujan yang dikehendaki jagung agar dapat tumbuh dan berproduksi baik
adalah 200 mm/bln, terutama saat pertumbuhan dan pembungaan dan pengisian
biji (Sutoro, et al, 1988)

Varietas jagung akan ditanam dalam gawangan karet adalah jagung


dengan sifat toleran pada pH rendah. Hal ini diperlukan karena umumnya karet
ditanam pada tanah PMk yang miskin unsur hara dan tinggi Al dan Fe yang dapat
menghambat pertumbuhan dan produksi tanaman. Jenis jagung tersebut bisa
jagung Hibrida bisa juga jagung komposit. Jagung Hibirida seperti C7, Pioner dan
jagung komposit seperti Sukmaraga, Arjuna dan Bisma.

Panjang dan berat tongkol berkelobot berbeda tidak nyata yang dilaporkan
dari suatu penelitian, fenomena ini bisa saja disebabkan oleh faktor vegetatif
tanaman jagung manis dan faktor lingkungan yang diasumsikan
homogen(Surtinah., 2013).

Jarak tanam jagung 80 x 20 cm, sehingga dalam satu gawangan kelapa


sawit terdapat 12 baris tanaman jagung atau dengan populasi sekitar 50.000
tanaman/ha. Jarak barisan jagung terluar dengan tanaman kelapa sawit adalah 1 m.
Penanaman dilakukan dengan cara tugal pada kedalaman 2-3 cm satu biji/lubang
tanam. Jumlah benih 12 kg/ha. Pemupukan menggunakan Urea 150 kg/ha, SP-36
100 kg/ha dan KCl 100 kg/ha. Penyiangan dan pembumbunan dilakukan pada
umur 4 minggu setelah tanam. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan
pemberian insektisida dan fungisida.

Produksi biji pada tanaman yang dipangkas ½ bagian daun di atas tongkol
lebih tinggi dibandingkan tanaman yang tidak dipangkas dengan pemberian pupuk
Urea yang sama. Peningkatan terjadi terhadap jumlah biji per tongkol. Berat
kering biji saat panen, namun kecepatan penimbunan bahan kering semakin
lambat dengan meningkatnya pupuk. Begitu juga pada waktu penimbunan bahan
kering maka waktu yang terlama didapat pada tanaman yang diberi Urea 300
kg/ha (Surtinah, 2005).

Jenis tanah di Riau didominasi oleh Podsolik Merah Kuning (PMK) yang
dikenal mengandung sedikit unsur hara, sedikit mengandung bahan organik, dan
pH yang rendah (Surtinah & Lidar, 2012).
Berat tongkol berkelobot jagung manis pada penelitian yang tidak
menggunakan pupuk hayati dan ZPT dilaporkan hanya mampu memperoleh berat
tongkol tanpa kelobot tertinggi adalah 372,19 gram (Lidar dan Surtinah, 2012.)
BAB III

PEMBAHASAN

2.1   Syarat Tumbuh Kelapa Sawit


Habitat aslinya kelapa sawit adalah daerah semak belukar. Tanaman ini
tumbuh sempurna di ketinggian 1-500 mdpl dengan kelembaban 80-90% dan
kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan. Sawit
membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil, 2000-2500 mm setahun. Pola
curah hujan tahunan memengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah
sawit.Tanaman kelapa sawit memerlukan penyinaran antara 5-7 jam/hari.
Temperatur optimal untuk pertumbuhan kelapa sawit 24°C – 28°C.

Kelapa sawit dapat tumbuh  pada jenis tanah Podzolik, Latosol,


Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai
dan muara sungai. Produksi kelapa sawit lebih tinggi jika di tanam di daerah
bertanah Podzolik. Kemiringan lahan kebun kelapa sawit sebaiknya tidak lebih
dari 15°. Jika kemiringan lahan sudah melebihi 15° maka diperlukan tindakan
konservasi tanah berupa pembuatan terasan, tapak kuda, rorak dan parit kaki
bukit.

1.  Kesesuaian lahan


Lahan yang  sesuai  untuk  kelapa  sawit  dapat  berupa  hutan  primer dan 
sekunder,  semak belukar,  bekas  perkebunan  komoditas lain  (karet,  kelapa, 
kakao),  padang  alang-alang,  atau  bahkan bekas kebun  tanaman pangan 
(jagung,  singkong, padi gogo), serta  kebun  kelapa  sawit  tua  (peremajaan). 
Teknik pembukaan  lahan  dapat  dilakukan  secara manual, mekanis, kimia atau
kombinasi, tergantung keadaan vegetasinya.
a.       Ketinggian Tempat : Tanaman kelapa sawit bisa tumbuh dan berbuah
hingga ketinggian tempat 1000 mdpl. Namun, untuk produktivitas optimalnya
diketinggian 400m dpl.
b.      Topografi : Baik dikemiringan lereng 0°-12° atau 21%. Lahan yang
kemiringannya 13°-25° masih bisa ditanami kelapa sawit, tetapi petumbuhannya
kurang baik. Untuk lahan yang kemiringannya >25° sebaiknya tidak dipilih
karena menyulitkan dalam pengangkutan buah saat panen dan beresiko terjadi
erosi.
c.       Drainase : Kelapa sawit memerlukan oksigen sehingga tidak menyukai
daerah yang tergenang. Drainase yang jelek dapat menghambat kelancaran
penyerapan unsur hara dan proses nitrifikasi , sehingga tanaman akan kekurangan
unsur nitrogen (N).
d.      Tanah : Kelapa sawit dapat tumbuh di tanah podsolik, latosol, hidromorfik
kelabu, regosol, andosol, dan alluvial. Tanah gambut juga dapat di tanami kelapa
sawit asalkan ketebalan gambutnya tidak lebih dari satu meter dan sudah tua
(saphrik). Sifat tanah yang perlu di perhatikan untuk budi daya kelapa sawit
adalah sebagai berikut :
  Sifat Fisik Tanah : Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik di tanah yang
bertekstur lempung berpasir, tanah liat berat, tanah gambut memiliki ketebalan
tanah lebih dari 75 cm, dan berstruktur kuat.
  Sifat Kimia Tanah : Untuk mendapatkan produksi yang tinggi dibutuhkan
kandungan unsur hara yang tinggi dan pH tanah bereaksi dengan asam dengan
kisaran nilai 4,0-6,0 dan ber pH optimum 5,0-5,5.

2. Kesesuaian iklim
                Menurut Mangoensoekarjo (2007) Sawit dapat tumbuh dengan baik di
daerah tropis (15° LU – 15° LS). Curah hujan optimal untuk tanaman kelapa sawit
adalah 1 250 – 2 500 mm/tahun. Kelapa  sawit  lebih toleran  dengan  curah 
hujan  yang  tinggi  dibandingkan  dengan  jenis  tanaman lainnya. Jumlah bulan
kering  lebih dari 3 bulan merupakan  faktor pembatas berat.

Adanya bulan kering yang panjang dan curah hujan  yang  rendah  akan 
menyebabkan  terjadinya  defisit  air. Keadaan angin tidak terlalu berpengaruh
karena kelapa sawit lebih tahan terhadap angin kencang di bandingkan tanaman
lainnya (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006).
3. Rencana.budidaya
a. Pemilihan.Benih,.Varietas.dan.Bentuk.Benih
Secara garis besar ada 3 (tiga) jenis benih kelapa sawit yang
dibudidayakan menurut ketebalan dagingnya yaitu Dura, Pisifera dan
Tenera.Benih yang saya pilih adalah benih jenis Tenera. Tenera dihasilkan dari
persilangan antara induk Dura dan jantan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul
sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah
tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul memiliki
tempurung yang tipis (3-20%), ukuran biji sedang (3-15%), persentase daging per
buahnya mencapai90%, kandungan minyak per tandannya dapat mencapai 28%.
Cara penyemaiannya, kecambah dimasukkan polibag 12×23 atau 15×23 cm berisi
1,5-2,0 kg tanah lapisan atas yang telah diayak. Kecambah ditanam sedalam 2 cm.
Tanah di polibag harus selalu lembab. Simpan polibag di bedengan dengan
diameter 120 cm. Setelah berumur 3-4 bulan dan berdaun,4-5,helai.bibit,dipindah
tanamkan. Bibit dari dederan dipindahkan ke dalam polibag 40×50 cm setebal
0,11 mm yang berisi 15-30 kg tanah lapisan atas yang diayak.
b.   Penyiapan lahan.
Pembukaan Lahan, Dilakukan dengan cara membuat jalan rintisan untuk
pengukuran, membuat petak- petak hektaran(blok),menebang pohon berdiameter
lebih dari 3 inch menggunakan chainsaw. Batang pohon yang sudah di tebang,
dipotong menjadi ukuran yang lebih kecil dan di tumpuk agar lebih mudah kering.
Untuk rencana peremajaan, semua dahan dan ranting dari pohon yang sudah di
tebang di potong sepanjang 5 meter lalu di tumpuk menurut barisan yang teratur.
Tanggul atau sisa pohon bekas penebangan liar yang letaknya bertepatan dengan
lubang tanaman harus di bongkar
c. Pengolahan Tanah
Pengolah tanah dilakukan dengan cara membersihkan lahan dari gulma
menggunakan traktor dengan dua rotasi yang berurutan berupa pembajakan dan
penggarukan, arahnya tegak lurus atau paling tidak sedikit menyilang. Sementara
itu, interval antara rotasi minimum dilakukan dalam dua minggu.
d.  Pembuatan Jalan, Parit, dan Teras
Pembuatan Jalan dilakukan dengan cara mengorek, menimbun,
mengeraskan bagian lapangan, membuat bentang, dan membuat parit di sebelah
kiri-kanan jalan. Jalan utama dan jalan produksi dibuat dengan bulldozer dan atau
grader. Jalan sepanjang 1 km dibuat dalam waktu 40-80 jam kerja dengan
pemakaian bahan bakar 80 liter/jam kerja. Selanjutnya, jalan di padatkan dengan
menggunakan alat pemadat (bomag). Pekerjaan ini umumnya dilakukan pada
akhir musim hujan. Pembuatan parit dikerjakan dengan menggali tanah sesuai
ukuran dasar. Tanah galiannya di buang ke tempat tertentu.Saluran air di daerah
berbukit berupa saluran kebun dan saluran utama yang menyalurkan air ke saluran
drainase alam (sungai). Saluran kebun di buat setiap 16 baris tanaman kelapa
sawit dan di buat menurut kontur lahan. Saluran utama di buat dengan lebar
bagian atas 150 cm, lebar bagian bawah 80 cm. saluran kebun di buat dengan
lebar bagian atas 90 cm, lebar bagian bawah 60 cm, dan kedalaman 60 cm. Teras
individu di buat menggunakan mal berbentuk tapak kuda dengan muka teras
menhadap kearah lereng bukit. Ukuran teras 3 m x 3 m, jarak antara ajir tanaman
dan tepi muka teras selebar 1,25 m.
e. Penanaman
Penentuan.Pola,Tanaman
Pola tanam menggunakan sistem monokultur. Tanaman penutup tanah (legume
cover crop LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat
memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi,
mempertahankan kelembaban tanah dan menekan pertumbuhan tanaman
pengganggu (gulma). Penanaman tanaman kacang-kacangan sebaiknya
dilaksanakan segera setelah persiapan lahan selesai.

Pembuatan.Lubang,Tanam
Pembuatan lubang dilakukan secara mekanis. Lubang  tanam  disiapkan  2  – 4
minggu  sebelum  tanam,  sebaiknya  paling  lambat  4 minggu. Ukuran  lobang 
berkisar  antara  60  dan  90  cm  dengan kedalaman  60  cm,  tergantung  kondisi 
tanah.  Jika  tanah gembur  dan  subur,  cukup  60  x  60  x  60  cm,  tetapi  kalau
tanahnya lebih padat atau berliat dan kurang subur, sebaiknya ukuran lobang lebih
besar.Jarak tanam yang direkondasikan adalah 9x9x9 m sistem persegi panjang.
Penggalian  lubang dilakukan pada titik ajir sedemikian rupa sehingga ajir berada
tepat  di  tengah  lubang  tanam.  Buat  tanda  batas  penggalian dengan  tongkat 
berukuran  tadi  sebelum  ajir  dicabut  untuk penggalian  lubang.  Setelah  lubang 
selesai,  ajir  harus dikembalikan pada posisi tepat di tengah lubang. Tanah galian
dipilah  dua  yaitu  lapisan  atas  (top  soil)  dan  lapisan  bawah (sub  soil)  serta
meletakkannya  terpisah pada  sisi  lubang yang berbeda    (kiri – kanan atau utara
–  selatan) dalam  arah yang konsisten.

Cara,Penanaman
Penanaman pada awal musim hujan yaitu bulan Oktober dan bulan
November, setelah hujan turun dengan teratur. Sehari sebelum tanam, siram bibit
pada polibag. Lepaskan plastik polybag hati-hati dan masukkan bibit ke dalam
lubang. Taburkan Natural GLIO yang sudah dikembangbiakkan dalam pupuk
kandang selama + 1 minggu di sekitar perakaran tanaman. Segera ditimbun
dengan galian tanah atas. Siramkan POC NASA secara merata dengan dosis ± 5-
10 ml/ liter air setiap pohon atau semprot (dosis 3-4 tutup/tangki). Lalu gunakan 1
botol SUPER NASA yang diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air. Kemudian
setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.

4. Estimasi produksi
a.       Kriteria Matang Panen
Kelapa sawit mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah
penyerbukan. Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya
60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen.
Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari
tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas
dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. Tanaman dengan umur kurang dari 10
tahun, jumlah brondolan kuran lebih 10 butir dan tanaman dengan umur lebih 10
tahun, jumlah brondolan sekitar 15-20 butir. Tanaman kelapa  sawit akan
menghasilkan  tandan buah segar  (TBS) yang dapat  dipanen  pada  saat 
tanaman  berumur  3  atau  4  tahun. Produksi  TBS  yang dihasilkan akan  terus
bertambah  seiring  bertambahnya umur dan akan mencapai produksi  yang 
optimal dan maksimal  pada  saat  tanaman  berumur  9 –  14  tahun, dan  setelah 
itu  produksi TBS  yang  dihasilkan  akan mulai menurun. Umumnya, tanaman
kelapa  sawit akan optimal menghasilkan TBS hingga  berumur 25 – 26 tahun.

b. Cara Panen
Pemanenan dilakukan untuk umur <7 10-12="" alat="" atau="" besi=""
cm="" dan="" dengan="" dodos="" gagang="" kayu="" kelapa="" lebar=""
menggunakan="" nbsp="" pipa="" sawit="" tahun="" tongkat="" umur=""
untuk="">7 tahun menggunakan egrek yang disambung dengan pipa alumunium
atau batang bambu. Untuk memudahkan pemanenan, sebaiknya pelepah daun
yang menyangga buah dipotong terlebih dahulu dan diatur rapi di tengah
gawangan. Tandan buah yang matang dipotong sedekat mungkin dengan
pangkalnya, maksimal 2 cm. Brondolan harus bersih dan tidak tercampur tanah
atau kotoran lain. Selanjutnya tandan dan brondolan dikumpulkan di TPH.

c.  Panen Pertama


Pemanenan pertama dilakukan setelah 4 tahun dengan hasil produksi
0,5ton/ha perbulannya. ). Per kilo 1700 rb. 0,5 ton (500 kg) x 1700 = 850 rb.
Hasil akan naik seiring dengan umur tanaman, berikut perkiraannya :
Tahun ke 6 – 10 => 1,2 ton – 1,5 ton per HA tiap bulan
Tahun ke 11 – 15 => 1,6 ton – 2,5 ton per HA tiap bulan

 Jadi pada tahun ke 4 bisa mendapatkan hasil panen per HA per bulan
sekitar 700 rb per bulan. Jika dihitung secara sederhana 700 rb x 36 bulan = 25 jt-
an.Modal yang dikeluarkan sekitar 17 jt per HA sampai umur 4 th. Ada selisih 8
jt-an yang bisa dipakai untuk ongkos produksi selama 3 th tersebut (dari umur 4 th
– 7 th).JADI ESTIMASI saya pada umur 7 th atau setelah sawit menghasilkan
yaitu umur 4 th, dimana ini berarti ada masa 3 tahun yang dibutuhkan supaya BEP
setelah panen.
Masa BEP yang sebenarnya sendiri saat umur 7 th. Setelah umur 7 tahun
dimana hasil yang didapat untuk tiap HA juga naik sedang biaya produksi untuk
pupuk, pemangkasan daun, penyemprotan relative sama dengan sebelum 4 th.
Biaya yang naik adalah biaya ongkos panen dan ongkos transportasi (biaya untuk
mengangkut hasil panen) sampai pabrik.Dalam keadaan yang optimal,
produktivitas kelapa sawit dapat mencapai 20-25 ton TBS/ha/tahun atau sekitar 4-
5 ton minyak sawit.

2.2 syarat tumbuh jagung

1)      Keadaan Iklim


a)      Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah-
daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim sub0tropis/topis yang basah.
Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0-50 derajat LU hingga 0-40
derajat LS.
b)     Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini memerlukan
curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata Pada fase
pembungaan dan pengisian biji tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air.
Sebaiknya jagung ditanam diawal musim hujan, dan menjelang musim kemarau.
c)      Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Sinar
matahari yang baik mencapai l00 % (tempat terbuka). Tanaman jagung yang
ternaungi, perturnbuhannya akan terhambat/ merana, dan memberikan hasil biji
yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah.
d)     Suhu yang dikehendaki tanaman jagung antara 2l-340 C, akan tetapi bagi
pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antaru 23-270 C.
Pada proses perkecambahan benih jagung memerlukan suhu yang cocok sekitar
300C.
2)      Tanah
a)           Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus. Agar supaya
dapat tumbuh optimal tanah harus gembur, subur dan kaya humus.
b) Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain: andosol (berasal dari
gunung berapi), latosol, grumosol, tanah berpasir. Pada tanah-tanah dengan
tekstur berat (grumosol) masih dapat ditanami Jagung dengan hasil yang baik
denqan pengolahan tanah secara baik. Sedangkan untuk tanah dengan tekstur
lempung/liat (latosol) berdebu adalah yang terbaik untuk pertunbuhannya
c ) Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur hara
tanaman. Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung adalah pH
antara 5,6 -7,5.
d)  Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan aerasi dan ketersediann air
dalam kondisi baik.
e)  Tanah dengan kemiringan kurang dari 8 % dapl ditanami jagung, karena
disana kemungkinan terjadinya erosi tanah sangat kecil- Sedangkan daerah
dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan
teras dahulu.

3)      Ketinggian Tempat


Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di daerah
pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 m dpl. Daerah dengan
ketinggian optimum antara 0-600 m dpl merupakan ketinggian yang baik bagi
pertumbuhan tanaman jagung.

4. Pedoman Teknis Budidaya


a..      Persyaratan Benih
Benih yang akan digunakan sebaiknya beunutu tinggi, baik mutu genetik, fisik
maupun fisiologinya. Berasal dari varietas unggul (daya tumbuh besar, tidak
tercampur benih/varietas lain, tidak mengandung kotoran tidak tercemar hama dan
penyakit). Benih yang demikian dapat diperoleh bila menggunakan benih
bersertifikat. Pada umunnya benih yang dibutuhkan sangat bergantung pada
kesehatan benih, kemurnian benih dan daya tumbuh benih. Penggunaan benih
jagung hibrida biasanya akan menghasilkan produksi yang lebih tinggi. Tetapi
jagung hibrida mempunyai beberapa kelemahan dibandingkan varietas bersari
bebas yaitu harga benihnya yang lebih mahal dan hanya dapat digunakan
maksimal 2 kali turunan dan tersedia dalnm jumlah terbatas. Beberapa varietas
unggul jagung untuk dipilih sebagai benih adalah: Hibrida C l, Hibrida C 2,
Hibrida Pioneer I, Pioneer 2, IPB 4, CPI-1, Kaliangga, Wiyasa, Arjuna Baster.

b.      Penyiapan Benih


Benih dapat diperoleh dari penanaman sendiri yang dipilih dari beberapa tanaman
jagung yang sehat pertmbuhannya. Dari tanaman terpilih, diambil yang
tongkolnya besar, barisan biji lurus dan penuh tertutup rapat oleh klobot, dan tidak
terserang oleh hama penyakit. Tongkol dipetik pada saat lewat fase matang
fisiologi dengan ciri: biji sudah mengeras dan sebagian besar daun menguning.
Tongkol dikupas dan dikeringkan hingga kering betul. Apabila benih akan
disimpan dalam jangka lama setelah dikeringkan tongkol dibungkus dan disimpan
dan disimpan di tempat kering. Dari tongkol yang sudah kering, diambil biji
bagian tengah sebagai benih, Biji yang terdapat di bagian ujung dan pangkal tidak
digunakan sebagai benih. Daya tumbuh benih harus lebih dari 90%, jika kurang
dari itu sebaiknya benih diganti. Benih yang dibutuhkan edalah sebanyak 20-30
kg untuk setiap hektar,

c.      Pengolahan Media Tanam


Pengolahan tanah bertujuan untuk: memperbaiki kondisi tanah, dan memberikan
kondisi menguntungkan bagi pertumbuban akar. Melalui pengolahan tanah
drainase dan aerasi yang kurang baik akan diperbaiki. Tanah diolah pada kondisi
lembab tetapi tidak terlalu basah. Tanah yang zudah gembur hanya diolah secara
umum,

d.       Persiapan
Dilakukan dengan cara membalik tanah dan memecah bongkah tanah agar
diperoleh tanah yang gembur untuk memperbaiki aerasi. Tanah yang akan
ditanami (calon tempat barisan tanaman) dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian
diratakan. Tanah yang keras memerlukan pengolahan yang lebih banyak. Pertama-
tama tanah dicangkul/dibajak lalu dihaluskan dan diratakan.

e.      Pembukaan Lahan


Pengolahan Iahan diawali dengan membersihkan lahan dari sisa-sisa tanaman
sebelumnya. Bila perlu sisa tanaman yang cukup banyak dibakar. Abunya
dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dilanjutkan dengan pencangkulan dan
pengolahan tanah dengan bajak.

5. Teknik Penanaman
a)      Penentuan Pola Tanaman
Pola tanam memiliki arti penting dalam sistem produksi tanaman. Dengan pola
tanam ini berarti memanfaatkan dan memadukan berbagai komponen yang
tersedia (agroklimat tanah tanaman, hama dan penyakit, keteknikan dan sosial
ekonomi). Pola tanam di daerah tropis seperti di Indonesia, biasanya disusun
selama 1 tahun dengan memperhatikan curah hujan (terutama pada daerah/lahan
yang sepenuhnya tergantung dari hujan. Maka pemilihan jenis/varietas yang
ditanampun perlu disesuaikan dengan keadaan air yang tersedia ataupun curah
hujan. Pola tanam yang biasa diterapkan adalah Tumpang sari (lntercropping),
melakukan psnanaman lebih dari I tanamnn (umur sama atau berbeda). Contoh:
tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur
seperti jagung ketela pohon padi gogo.
b)      Cara Penanaman
Pada jarak tanam 75 x 25 cm setiap lubang ditanam satu tanaman. Dapat juga
digunakan jarak tanam 75 x 5O cm, setiap lubang ditanam dua tanaman. Tanaman
ini tidak dapat tumbuh dengan baik pada saat air kurang atau saat air berlebihan.
Pada waktu musim penghujan atau waktu musim hujan hampir berakhir, benih
jagung ini dapat ditanam. Tetapi air hendaknya cukup tersedia selama
pertumbuhan tanaman jagung. Pada saat penanaman sebaiknya tanah dalam
keadaan lembab dan tidak tergenang. Apabila tanah kering perlu diairi dahulu
kecuali bila diduga l-2 hari lagi hujan akan turun. Pembuatan lubang tanaman dan
penanaman biasanya memerlukan 4 orang (2 orang membuat lubang, 1 orang
memasukkan benih, 1 orang lagi memasukan pupuk dasar dan menutup lubang).
Jumlah benih yang dimasukkan per lubang tergantung yang dikehendaki, bila
dikehendaki 2 tanaman per lubang maka benih yang dimasukkan 3 biji per lubang,
bila dikehendaki 1 tanaman per lubang, maka benih yang dimasukkan 2 butir
benih per lubang.
c)      Lain-lain
Di lahan sawah irigasi, jagung biasanya ditanam pada musim kemarau. Di sawah
tadah hujan, ditanam pada akhir musim hujan. Di lahan kering ditanam pada awal
musim hujan dan akhir musim hujan.

6. Pemeliharaan
1)      Penjarangan dan Penyulaman
Dengan penjarangan maka dapat ditentukan jumlah tanaman per lubang sesuai
dengan yang dikehendaki. Apabila dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman sedangkan
yang dikehendaki hanya 2 atau l, maka tanaman tersebut harus dikurangi.
Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik dipotong dengan pisau atau gunting
yang tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung
tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan
dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak
tumbuh/mati. Kegiatan ini dilakukan 7-10 hari sesudah tanam. Jumlah dan jenis
benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.
Penyulaman hendaknya menggunakan benih dari jenis yang sama Waktu
penyulaman paling lambat dua minggu setelah tanam.

2)      Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk membersihkan lahan dari tanaman pengganggu
(gulma). Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman
jagung yang masih muda biasanya dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dan
sebagainya yang penting dalam penyiangan ini tidak mengganggu perakaran
tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkram tanah.
Hal ini biasanya dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.
3)      Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan dan bertujuan untuk
memperkokoh posisi batang sehingga tanaman tidak mudah rebah. Selain itu juga
untuk menutup akar yang bermunculan di atas peunukaan tanah karena adanya
aerasi. Kegiatan ini dilakukan pada saat tanaman berumur 6 minggu bersamaan
dengan waktu pemupukan. Caranya tanah di sebelah kanan dan kiri barisan
tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan
cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang. Untuk efisiensi tenaga biasanya
pembubunan dilakukan bersama dengan penyiangan kedua yaitu setelah tanaman
berumur 1 bulan.

4)      Pemupukan
Dosis pemupukan jagung untuk setiap hektarnya adalah pupuk Urea sebanyak
200-300 kg, pupuk TSP/SP 36 sebanyak 75-100 kg, dan pupuk KCI sebanyak 50-
l00 kg. Pemupukan dapat dilakukan dalam tiga tahap. Pada tahap pertama (pupuk
dasar), pupuk diberikan bersamaan dengan waktu tanam. Pada tahap kedua
(pupuk susulan 1), pupuk diberikan setelah tanaman jagung berumur 3-4 minggu
setelah tanam. Pada tahap ketiga (pupuk susulan II), pupuk diberikan setelah
tanaman jagung berumur 8 minggu atau setelah malai keluar.

5)      Pengairan dan Penyiraman


Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tenah telah
lembab. Pengairan berikutnya diberikan secukupnya dengan tujuan menjaga agar
tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan
lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan
tanaman jagung.

6)      Waktu Penyemprotan Pestisida


Penggunaan pestisida hanya diperkenankan setelah terlihat adanya hama yang
dapat mernbahayakan proses produksi Jagung. Adapun pestisida yang digunakan
yaitu pestisida yang dipakai mtuk mengendaliknn ulat. Pelaksanaan penyemprotan
hendaknya memperlihatkan kelestarian musuh alami dan tingkat populasi hama
yang menyerang sehingga perlakuan ini akan lebih efisien.

7.     Panen
Ciri dan Umur Panen:
Umur panen 86-96 hari setelah tanam. Jagung untuk sayur (jagung muda,
baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh (diameter tongkol 1-2 cm),
jagung dipanen ketika malang susu dan jagung untuk beras jagung, pakan ternak,
benih, tepung dll dipanen jika sudah malang fisiologis. Jagung siap dipanen jika
klobot sudah mengering dan berwarna coklar muda, biji mengkilap, dan bila
ditekan dengan kuku tidak membekas.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat saya simpulkan bahwa kelapa sawit adalah
tanaman penghasil minyak nabati yang dapat menjadi andalan dimasa depan
karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan manusia. Kelapa sawit termasuk
tanaman daerah tropis yang umumnya dapat tumbuh di daerah antara 120º Lintang
Utara 120º Lintang Selatan. Curah hujan optimal yang dikehendaki antara 2.000-
2.500 mm per tahun dengan pembagian yang merata sepanjang tahun. Lama
penyinaran matahari yang optimum antara 5-7 jam per hari dan suhu optimum
berkisar 240-380C.
  Dalam perencanaan usaha pertanian khususnya budidaya tanaman jagung
perlu mengetahui kondisi lingkungan yang sesuai dengan tanaman jagung.

Sebagai tanaman palawija jagung cocok diusahakan dalam gawangan


kelapa sawit sebelum kelapa sawit berproduksi, karena tanaman jagung
mempunyai sifat fisiologis dan anatomis yang sesuai diusahakan pada gawangan
kelapa sawit.
DAFTAR PUSTAKA

Setyamidjaja dan Djoehana. 1991. Budidaya Kelapa sawit. Kanisius. Yogyakarta 

Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.

Perangin-angin, S.A. 2006. Pengendalian Gulma di Kebun Kelapa Sawit (Elaeis


guinensis Jacq.) Kawan Batu Estate, PT. Teguh Sempurna, Minamas Plantation,
Kalimantan Tengah.

Surtinah.(2012). Respon Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata, Sturt)


Akibat Pemberian Tiens Golden Harvest

Warisno (1998). Budidaya Jagung Hibrida. Yogyakarta. Kanisius.


Studi Tentang Agroindustri & Pemasaran JAGUNG & KEDELAI di Indonesia.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (1988).Bogor

Anda mungkin juga menyukai