Anda di halaman 1dari 27

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada saat ini, sektor perkebunan dapat menjadi penggerak pembangunan nasional

karena dengan adanya dukungan sumber daya yang besar, orientasi pada ekspor, dan

komponen impor yang kecil sehingga dapat menghasilkan devisa non migas dalam

jumlah yang besar.Tanaman perkebunan yang saat ini sedang banyak dibudidayakan

para peratani Indonesia adalah tanaman Kelapa dan Kelapa sawit.

Tanaman kelapa sawit memiliki nama latin (Elaeis guineensis Jacq) saat ini

merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting

disektor pertanian umumnya, dan sektor perkebunan khususnya, hal ini disebabkan

karena dari sekian banyak tanaman yang menghasilkan minyak atau lemak, kelapa

sawit yang menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya di dunia (Balai

Informasi Pertanian, 1990).

Tanaman kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat

menjadi andalan dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan

manusia. Kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan nasional Indonesia.

Selain menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat,

juga sebagai sumberdevisa negara. Penyebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia

saat ini sudah berkembang di 22 daerah propinsi. Luas perkebunan kelapa sawit pada

tahun 1968 seluas 105.808 hadengan produksi 167.669 ton, pada tahun 2007 telah

meningkat menjadi 6.6 juta ha dengan produksi sekitar 17.3 juta ton CPO

1
(Sastrosayono 2003).

Kecambah kelapa sawit yang baru tumbuh memiliki akar tunggang, tetapi akar

ini mudah mati dan segera digantikan dengan akar serabut. Akar serabut memiliki

sedikit percabangan, membentuk anyaman rapat dan tebal. Sebagian akar serabut

tumbuh lurus kebawah dan sebagian tumbuh mendatar kearah samping. Jika aerasi

cukup baik akar tanaman kelapa sawit dapat menembus kedalaman 8 meter didalam

tanah, sedangkan yang tumbuh kesamping biasanya mencapai radius 16 meter.

Kedalaman ini tergantung umur tanaman, sistem pemeliharaan dan aerasi tanah.

Produktivitas kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh teknik budidaya yang

diterapkan. Pemeliharaan tanaman merupakan salah satu kegiatan budidaya yang

sangat penting dan menentukan masa produktif tanaman. Salah satu aspek

pemeliharaan tanaman yang perlu diperhatikan dalam kegiatan budidaya kelapa sawit

adalah pengendalian gulma. Pengendalian gulma yang baik dapat meningkatkan

produksi dan produktivitas tanaman.

Dari latar belakang diatas, dilakukalah praktikum Teknologi Budidaya Kelapa

dan Kelapa Sawit, yang bertujuan agar Mahasiswa mengetahui teknik pembibitan dan

perawatan yang baik pada tanaman Kelapa dan Kelapa sawit.

Karet adalah tanaman perkebunan tahunan berupa pohon batang lurus. Pohon

karet pertama kali hanya tumbuh di Brasil, Amerika Selatan, namun setelah

percobaan berkali-kali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di

Asia Tenggara, di mana sekarang ini tanaman ini banyak dikembangkan sehingga

sampai sekarang Asia merupakan sumber karet alami. Di Indonesia, Malaysia dan

2
Singapura tanaman karet mulai dicoba dibudidayakan pada tahun 1876.Tanaman

karet pertama di Indonesia ditanam di Kebun Raya Bogor (Deptan, 2006).

Tanaman karet ( Hevea brasilliensis Muell Arg ) adalah tanaman getah-getahan.

Dinamakan demikian karena golongan ini mempunyai jaringan tanaman yang banyak

mengandung getah ( lateks ) dan getah tersebut mengalir keluar apabila jaringan

tanaman terlukai (Santosa, 2007). Tanaman karet merupakan salah satu komoditi

perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas

bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu upaya

peningkatan produktifitas usahatani karet terus dilakukan terutama dalam bidang

teknologi budidayanya (Anwar, 2001).

Tanaman karet berupa pohon dengan ketinggian bisa mencapai 15 m sampai 25

m. Batang tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi keatas. Batang

tersebut berbentuk silindris atau bulat, kulit kayunya halus, rata-rata berwarna pucat

hingga kecoklatan, sedikit bergabus (Siregar,1995).

1.2.Tujuan

Tujuan praktikum Teknologi Kelapa Sawit dan karet ini adalah Praktikan

mengetahui serta memahami teknik budidaya tanaman kelapa sawit dan karet dengan

baik dan benar untuk menunjang pertumbuhan dan produktivitas yang tinggi.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Tanaman Karet

Menurut Nazaruddin dan Paimin (1998) klasifikasi botani tanaman karet adalah

sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Hevea

Spesies : Hevea braziliensis Muell. Arg.

Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun.Panjang tangkai

daun utama 3-20cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10cm dan pada ujungnya

terdapat kelenjar.Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun

karet.Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing, tepinya rata

dan gundul (Anwar, 2001).

Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar,

tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter.Batang tanaman biasanya tumbuh lurus

dan memiliki percabangan yang tinggi diatas.Dibeberapa kebun karet ada beberapa

kecondongan arah tumbuh tanamanya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini

4
mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks ( Http://id.wikipedia.org,

diakses 2 Maret 2010 ).

Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar

tunggang.Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan

besar.Sistem perakaran yang bercabang pada setiap akar utamanya (Santosa,

2007).

Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah.Jadi jumlah biji biasanya ada tiga

kadang enam sesuai dengan jumlah ruang.Ukuran biji besar dengan kulit

keras.Warnaya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas (Aidi dan

Daslin, 1995).

Bunga pada tajuk dengan membentuk mahkota bunga pada setiap bagian bunga

yang tumbuh.Bunga berwarna putih, rontok bila sudah membuahi, beserta

tangkainya.Bunga terdiri dari serbuk sari dan putik (Maryadi. 2005).

Syarat Tumbuh Tanaman Karet

Iklim

Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS

dan 150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai

produksinya juga terlambat (Suhendry, I. 2002).

Suhu yang dibutuhkan untuk tanaman karet 25 C sampai 35 C dengan suhu optimal

rata-rata 28 C. Dalam sehari tanaman karet membutuhkan intensitas matahari yang

cukup antara 5 sampai 7 jam (Santosa. 2007.).

Curah Hujan

5
Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 4.000

mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun demikian,

jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang (Radjam, Syam. 2009.).

Ketinggi Tempat

Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan

ketinggian 200 m dari permukaan laut.Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak

cocok untuk tumbuh tanaman karet (Nazaruddin dan F.B. Paimin.1998.).

Angin

Angin juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman karet.Angin yang kencang

dapat mengakibatkan kerusakan tanaman karet yang berasal dari klon-klon tertentu

dalam berbagai jenis tanah, baik pada tanah latosol, podsolik merah kuning, vulkanis

bahkan pada tanah gambut sekalipun (Maryadi. 2005).

Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk

penanaman karet Untuk lahan kering/darat tidak susah dalam mensiasati penanaman

karet, akan tetapi untuk lahan lebak perlu adanya trik-trik khusus untuk mensiasati hal

tersebut. Trik-trik tersebut antara lain dengan pembuatan petak-petak guludan tanam,

jarak tanam dalam barisan agar lebih diperapat. Metode ini dipakai berguna untuk

memecah terpaan angin (Deptan.2006.).

Tanah

Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih

mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya.Hal ini

disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet

6
dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya

(Aidi dan Daslin, 1995).

Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah

vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai

sifat fisika yang cukup baik terutama struktur,btekstur, sulum, kedalaman air tanah,

aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena

kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya

terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3, 0

pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0. Sifat-sifat tanah yang cocok

untuk tanaman karet pada umumnya antara lain :

- Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas

- Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air

- Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir

- Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro

- Reaksi tanah dengan pH 4,5 pH 6,5

- Kemiringan tanah < 16% dan

- Permukaan air tanah < 100 cm

(Anwar, 2001).

2.2. Tanaman Kelapa Sawit

2.2.1. Klasifikasi Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam tanaman monokotil. Klasifikasi

tanaman ini menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) kelapa sawit

7
merupakan tanaman jenis palmea dengan Ordo :Spadiciflorae (Arecales); Famili :

Palmae; Sub family : Cocoideae; Genus : Elaeis; Spesies : Elaeis guineensis Jacq.

Kemudian menurut Lubis (2000), Secara taksonomi tanaman kelapa sawit dapat

diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Plantae, Divisi Embryophyta

Siphonagama, Kelas Angiospermae, Ordo Monocotyledonae, Famili Palmae,

Subfamili Cocoideae, Genus Elaeis, Species Elaeis guineensis Jacq.

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tumbuhan tropis yang

diperkirakan berasal dari Nigeria (Afrika Barat) karena pertama kali ditemukan di

hutan belantara negara tersebut. Kelapa sawit masuk pertama kali ke Indonesia pada

tahun 1848 dibawa dari Marnitius dan Amsterdam oleh seorang warga Belanda.

Bibit kelapa sawit yang berasal dari kedua tempat tersebut masing-masing

berjumlah dua batang dan pada tahun itu juga ditanam di kebun Raya Bogor. Hingga

saat ini dua dari empat pohon tersebut masih hidup dan diyakini sebagai nenek

moyang kelapa sawit yang ada di Asia Tenggara. Sebagian keturunan kelapa sawit

dari kebun Raya Bogor tersebut telah diproduksi ke Deli Serdang (Sumatera Utara)

sehingga dinamakan varietas Deli Dura (Hadi, 2004).

2.2.2. Morfologi Tanaman Kelapa Sawit

a. Akar

Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat karena

tumbuh kebawah dan kesamping membentuk akar primer, sekunder, tertier dan

kuartener. Akar primer tunbuh kebawah didalam tanah sampai batas permukaan air

8
tanah. Sedangkan akar sekunder, tertier dan kuartener tumbuh sejajar dengan

permukaan air tanah bahkan akar tertier dan kuartener menuju ke lapisan atas atau ke

tempat yang banyak mengandung zat hara. Disamping itu tumbuh pula akar nafas

yang timbul di atas permukaan air tanah atau didalam tanah. Penyebaran akar

terkonsentrasi pada tanah lapisan atas (Fauzi, dkk, 2003).

b. Batang

Besarnya batang berdiameter 20-75 cm, dan di perkebunan umumnya 45-60

cm, bahkan pangkal batang bisa lebih besar lagi pada tanaman tua. Biasanya batang

adalah tunggal (tidak bercabang) kecuali yang abnormal. Tinggi batang bisa mencapai

20 m lebih, umumnya diperkebunan 15-18 m (Sianturi, 1991).

c. Daun

Daun kelapa sawit bersirip genap, bertulang sejajar, panjangnya dapat

mencapai 3-5 meter. Pada pangkal pelepah daun terdapat duri-duri kasar dan bulu-

bulu halus sampai kasar. Panjang pelepah daun dapat lebih dari 9 meter. Helai anak

daun yang terletak di tengah pelepah daun adalah yang paling panjang dan

panjangnya dapat melebihi 1,20 meter. Jumlah anak daun dalam satu pelepah daun

adalah 100-160 pasang (Setyamidjaja, 1991).

d. Bunga

Susunan bunga terdiri dari karangan bunga yang terdiri dari bunga jantan

(tepung sari) dan bunga betina (putik). Namun, ada juga tanaman kelapa sawit yang

hanya memproduksi bunga jantan. Umumnya bunga jantan dan bunga betina terdapat

9
dalam tandan yang sama. Bunga jantan selalu masak terlebih dahulu daripada bunga

betina. Karena itu, penyerbukan sendiri antara bunga jantan dan bunga betina dalam

satu tandan sangat jarang terjadi. Masa reseptif (masa putik dapat menerima tepung

sari) adalah 3x24 jam. Setelah itu, putik akan berwarna hitam dan mengering

(Sastrosayono, 2008).

e. Biji

Biji kelapa sawit mempunyai bagian: a). Endokarpium (kulit biji=

tempurung), berwarna hitam dan keras, b). Endosperm (kernel=daging biji) berwarna

putih dan dari bagian ini akan menghasilkan minyak inti sawit setelah melalui

ekstraksi, c). Lembaga atau embrio (Tim Penulis PS, 1997).

2.2.3. Jenis Buah Kelapa Sawit

Menurut Sastrosayono, S(2003) kelapa sawit memiliki banyak jenis, berdasarkan

ketebalan cangkangnya kelapa sawit dibagi menjadi 3 yakni :

a. Dura

dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap

memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar

dan kandungan minyak pertandannya berkisar 18%. : Persentase mesocarp

terhadap buah (fruit) relatif kecil (35 50 %), cangkang (shell) tebal (2 8 mm).

Inti (kernel) besar dengan kandungan minyak (extraction rate) yang rendah.

b. Pisifera

pisifera buahnya tidak memiliki cangkang namun bunga betinanya steril sehingga

10
sangat jarang menghasilkan buah. Persentase mesocarp terhadap buah besar sekali

(70 80 %), inti tipis sekali atau relatif tidak ada dan cangkang hanya berupa

cincin tipis yang melapisi inti. Pisifera tidak dapat diperbanyak tanpa persilangan

dengan jenis yang lain.

c. Tenera

tenera adalah persilangan antara induk Dura dan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit

unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang

buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul persentase

daging per buahnya dapat mencapai 90% dan kandungan minyak pertandannya

dapat mencapai 28%. (Sastrosayono, 2003).

2.2.4. Syarat Tumbuh

a. Iklim

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di sekitar

Lintang Utara-Lintang Selatan 12 derajat pada ketinggian 0-600 m dari atas

permukaan laut. Jumlah curah hujan yang baik adalah 2000-2500 mm per tahun, tidak

memiliki defisit air hujan agak merata sepanjang tahun. Temperatur yang optimal 24-

28 C, terendah 18 C dan tertinggi 32C. Kelembaban 80% dan penyinaran

matahari 5-7 jam per hari. Kecepatan angin 5-6 km/jam sangat baik untuk membantu

proses penyerbukan. Angin yang terlalu kencang akan menyebabkan tanaman baru

goyang atau miring (Lubis, 1992).

Curah hujan optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit rata-rata 2000-

2500 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan kering yang

11
berkepanjangan. Kelembaban optimum bagi pertumbuhan kelapa sawit antara 80-

90%. Faktor-faktor yang memepengaruhi kelembaban ini adalah suhu, sinar matahari,

lama penyinaran, curah hujan, dan evapotranspirasi (Tim Penulis PS, 1997).

Lama penyinaran rata-rata 5 jam dan naik menjadi 7 jam per hari untuk

beberapa bulan tertentu akan berpengaruh baik terhadap kelapa sawit. Lama

penyinaran ini terutama berpengaruh terhadap pertumbuhan dan tingkat asimilasi,

pembentukan bunga (sex-ratio) dan produksi buah (Setyamidjaja, 1991).

b. Tanah

Kelapa sawit tumbuh pada beberapa jenis tanah seperti Podsolik, Latosol,

Hidromorfik kelabu, Regosol, Andosol dan Alluvial. Sifat fisik taanah antara lain:

- Solum yang dalam, lebih dari 80 cm. Solum yang tebal akan merupakan media

yang baik bagi perkembangan akar sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman

akan lebih baik,

- Tekstur lempung atau lempung berpasir dengan komposisi 20-60% pasir, 10-40%

lempung dan 20-50% liat,

- Struktur, perkembangannya kuat; konsistensi gembur sampai agak teguh dan

permeabilitas sedang,

- Gambut, kedalamannya 0-0,6 m,

- Laterite, tidak dijumpai, (PTPN IV, 1996).

Kemasaman tanah idealnya adalah pH 5,5 yang baik adalah pH 4,0-6,0, tetapi

boleh juga digunakan pH 6,5-7. Tanah harus gembur dan drainase baik sehingga

aerasi juga baik (Sianturi, 1991).

12
Sifat fisik tanah yang baik lebih dikehendaki tanaman kelapa sawit daripada

sifat kimianya. Beberapa hal yang menentukan sifat fisik tanah adalah tekstur,

struktur, konsistensi, kemiringan tanah, permeabilitas, ketebalan lapisan tanah dan

kedalaman permukaan air tanah. Secara ideal tanaman kelapa sawit menghendaki

tanah yang gembur, subur, mempunyai solum yang dalam tanpa lapisan padas,

teksturnya mengandung liat dan debu 25-30%, datar serta berdrainase baik (Tim

Penulis PS, 1997).

c. Media Tanam

Media tanam yang digunakan seharusnya adalah tanah yang berkualitas baik,

misalnya tanah bagian atas (top soil) pada ketebalan 10-20 cm dan berasal dari areal

pembibitan dan sekitarnya. Tanah yang digunakan harus memiliki struktur yang baik,

tekstur remah dan gembur, tidak kedap air serta bebas kontaminasi (hama dan

penyakit khususnya cendawan Ganoderma, pelarut, residu, bahan kimia). Bila tanah

yang akan digunakan kurang gembur dapat dicampur pasir dengan perbandingan pasir

: tanah = 3 : 1 (kadar pasir tidak melebihi 60%). Sebelum dimasukkan ke dalam

polybag, campuran tanah dan pasir diayak dengan ayakan kasar berdiameter 1,5-2

cm. preoses pengayakan bertujuan untuk membebaskan media tanam dari sisa-sisa

kayu, batuan kecil dan material lainnya (PPKS, 2008).

Sifat kimia tanah berpengaruh saat menentukan dosis pemupukan dan kelas

kesuburan tanah. Kekurangan unsur hara dapat diatasi dengan pemupukan. Dosis

pemupukan harus sesuai dengan kebutuhan berdasarkan umur tanaman dan kondisi

tanahnya, misalnya tanah asam perlu ditambahkan kapur (Sunarko, 2009).

13
III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum Teknologi Budidaya Karet Dan Kelapa Sawit dilaksanakan di lahan

UPT (Unti Pelaksana Teknis) atau Kebun Percobaan, Fakultas Pertanian, Universitas

Riau. Praktikum ini dilaksanakan pada setiap hari rabu, pada pukul 15.00 wib sampai

dengan selesai.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1. Weeding Kelapa Sawit

Alat yang digunakan dalam praktikum pembuatan piringan pada lahan kelapa

sawit adalah parang, cangkul, sepatu boot. Bahan yang digunakan dalam praktikum

adalah lahan kelapa sawit, masker, sarung tangan dan sebagainya.

3.2.2. Tanaman Karet

Pada praktikum mengenai tanaman karet terdapat alat yang digunakan yaitu

cangku, parang , sepatu boot. Sedangkan bahan yang digunakan adalah benih karet

dan tanah.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Wedding Kelapa sawit

a. Buatlah piringan disekitar tanaman kelapa sawit dengan cara menyiangi seluruh

gulma dengan diameter seluas daun sawit pada tanaman belum menghasilkan.

b. Lakukan hal yang sama pada tanaman sawit lainnya.

14
3.3.2 Karet

a. Pembuatan bedengan, cara kerjanya adalah :

Lahan yang digunakan sebagai tempat pembibitan karet dibersihkan

dari gulma.

Buat bedengan dengan ukuran 1 x 1 m dengan tinggi bedengan 30 cm.

Taburkan pasir sebanyak 5 kg diatas bedengan.

b. Penyeleksian biji, cara kerjanya adalah :

Biji karet diseleksi dengan memperhatikan kriteria, yaitu : warna

mengkilat, permukaan licin, daya lenting tinggi, ketika direndam 2/3

bagian biji terendam, bentuk normal, memiliki endosperm (berwarna

putih kekuningan) untuk melihat endosperm pada biji karet dengan

cara melubangi baguan belakang biji karet dengan menggunakan paku

kecil.

c. Pendederan, cara kerjanya adalah :

Biji karet ditanam ke atas bedengan sedalam 0,5 cm dengan jarak 10 x

10 cm.

Bagian bawah biji memiliki permukaan yang meruncing, bagian atas

biji memiliki permukaan yang halus yang berbentuk setengah

lingkaran.

d. Pemberian label, cara kerjanya adalah :

Setelah biji karet selesai ditanam, beri label (nama kelompok) pada

bagian sudut kanan depan bedengan dengan ukuran 20 x 10 cm.

15
e. Penyiraman, cara kerjanya adalah :

Biji karet setelah ditanam dilakukan penyiraman pada pagi dan sore

hari dengan tujuan menjaga kelembaban bedengan dan mempercepat

proses perkecambahan biji karet.

f. Okulasi tanaman karet, cara kerjanya adalah :

Siapkan tanaman karet yang akan digunakan sebagai induk mata

entres.

Pilih mata prima sebagai mata entres yang akan digunakan untuk

kegiatan okulasi.

Sayat kayu entres selebar 1 cm sepanjang 5-7 cm dengan menyertakan

sedikit kayu batangnya.

Lepas kulit kayu perlahan, usahakan bagian dalam tidak terpegang

atau kotor.

Siapkan tanaman karet sebagai batang bawah yaitu tanaman yang

berumur 6-10 bulan.

Buat jendela okulasi pada tanaman karet dengan cara:

- Pilih batang bawah yang memiliki payung dorman atau

berdaun hijau tua dengan lilit batang 5-7 cm pada ketinggian 5

cm dari permukaan tanah.

- Buat jendela okulasi pada ketinggian 5-10 cm dari permukaan

tanah dengan cara membuat irisan tegak sepanjang 5-7 cm dan

lebar sepertiga lilit batang.

16
Penempelan perisai mata okulasi dengan cara:

- Tempelkan perisai mata okulasi dengan cepat setelah jendela

okulasi dibuka.

- Tutup jendela okulasi, tekan dengan tangan, lalu balut dengan

plastik yang sudah disiapkan.

- Pembalutan dimulai dari bawah bila bukaan jendela okulasi

dari bawah, sebaliknya dibalut dari atas bila bukaan jendela

okulasi dari atas.

17
IV . HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam praktikum Teknologi budidaya Karet dan Kelapa Sawit,dilakukan dua

judul kegiatan, yakni pembibitan karet dan kegiatan penyiangan kelapa sawit atau

weeding.

4.1. Weeding Tanaman Kelapa Sawit

Weeding atau penyiangan pada Kelapa sawit sering dilakukan dalam waktu

tertentu. Hal utama yamg menjadi tujuan adalah untuk mengendalikan jumlah tanah

yang ada disekitar tanaman, termasuk di sekitar piringan kelapa sawit, seperti yang

diketahui bahwa piringan merupakan area untuk mengaplikasikan pupuk untuk kelapa

sawit.

Pada praktikum yang telah kami lakukan, weeding dilaksanakan dengan

membabat gulma yang ada pada lahan kelapa sawit. Pengendalian gulma pada

piringan kelapa sawit juga dilakukan secara manual,yakni dengan membersihkan

menggunakan cangkul.(Pahan, I, 2008).

Gulma merupakan tanaman pengganggu yang tidak diharapkan keberadaaannya.

Dengan adanya gulam,terjadi persaingan dengan tanaman yang akan merugikan

tanaman atau kompetisi. Adapun kompetisi yang dimaksud adalah dalam kompetisi

air, hara, ruang lingkup tumbuh, dan kerugian zat beracun dari gulma tersebut.

Gulma yang dominan pada perkebunan kelapa sawit di lahan gambut pada

areal TBM ialah F. acumunata, N. biserrata, E. guinennsis, C. compressus dan M.

Nudiflora, sedangkan pada TM ialah F. acumunata, D. ciliaris, N. biserrata, D

18
denticulata dan C. compressus. Nilai SDR tertinggi pada TBM dan TM ditunjukkan

oleh gulma yang sama yaitu F. Acumunata.(Syahputra,2011)

Gulma dapat dikendalikan dengan beberapa cara, pengendalian secara mekanis,

kultur teknis, fisis, biologis, kimia dan terpadu.

4.2 Pembibitan dan Okulasi pada Tanaman Karet

Tanaman karet adalah tanaman tahunan yang dapat tumbuh sampai umur 30

tahun.Habitus tanaman ini merupakan pohon dengan tinggi tanaman dapat mencapai

15-20 meter. Modal utama dalam pengusahaan tanaman ini adalah batang setinggi 2,5

sampai 3 meter dimana terdapat pembuluh latek. Oleh karena itu fokus pengolahan

tanaman karet ini adalah bagaimana mengelola batang tanaman ini seefisien mungkin

(Setyawan dan Andoko, 2005).

Produksi karet dipengaruhi oleh beberapa hal seperti iklim dan cuaca.Pada musim

rontok produktivitas pohon karet menurun, dan dengan asumsi harga pasar luar negeri

stabil, harga di tingkat petani pun menjadi lebih baik.Cuaca juga berpengaruh

terhadap produksi karet.Pada musim hujan petani tidak bisa menyadap karena lateks

yang keluar tidak bisa ditampung karena lateks mengencer dan jatuh di sekeliling

batang.Begitu juga hujan pada waktu dinihari karena batang masih dalam kondisi

basah, sehingga pada musim hujan produksi karet petani turun

4.2.1. Pembibitan karet

Adapun hasil dari pembibitan karet dapat dilihan pada tabel 1. berikut ini:

No. Kecambah yang Kecambah yang Persentase

tumbuh mati kecambah tumbuh

19
(%)

1. 30 70 30%

Tabel 1. Pembibitan tanaman karet

Perkecambahan karet dilakukan pada bedengan dengan luas 1 x 1 meter. Dipilih

buah yang masih jatuh dan bagus untuk ditanam. Dalam praktikum dibutuhkan 100

buah biji karet yang akan ditanam. Penanaman bibit dilakukan dengan jarak 10 cm,

10 x 10 buah. Dengan menghadap ke timur dengan bagian biji untuk tumbuh

dibawah, setelah ditanam dilakukan penyiraman 2 kali sehari, siang dan sore hari.

Setelah beberapa minggu dilihat banyak kecambah yang mati dan kecambah yang

hidup.

Komponen bahan tanaman karet adalah :

- Ketersediaan mata entres ( kebun entreas)

- Ketersediaan biji ( batang bawah )

- Ketersediaan tenaga okulator

4.2.2. Proses Pembibitan tanaman karet

a. Penanaman

1. Persiapan Lahan Penanaman

Dalam mempersiapkan lahan pertanaman karet juga diperlukan pelaksanaan

berbagai kegiatan yang secara sistematis dapat menjamin kualitas lahan yang sesuai

dengan persyaratan. Beberapa diantara langkah tersebut antara lain :

20
a. Pemberantasan Alang-alang, Ilalang dan Gulma lainnya

Pada lahan yang telah selesai tebas tebang dan lahan lain yang mempunyai

vegetasi alang-alang, dilakukan pemberantasan alang-alang dengan menggunakan

bahan kimia antara lain Round up, Scoup, Dowpon atau Dalapon. Kegiatan ini

kemudian diikuti dengan pemberantasan gulma lainnya, baik secara kimia (Ally)

maupun secara mekanis.

b. Pengolahan Tanah

Dengan tujuan efisiensi biaya, pengolahan lahan untuk pertanaman karet dapat

dilaksanakan dengan sistem minimum tillage, yakni dengan membuat larikan antara

barisan satu meter dengan cara mencangkul selebar 20cm. Namun demikian

pengolahan tanah secara mekanis untuk lahan tertentu dapat dipertimbangkan dengan

tetap menjaga kelestarian dan kesuburan tanah.

c. Pembuatan ters/Petakan dan Benteng/Piket

Pada areal lahan yang memiliki kemiringan lebih dari 50 diperlukan

pembuatan teras/petakan dengan sistem kontur dan kemiringan ke dalam sekitar

150.Hal ini dimaksudkan untuk menghambat kemungkinan terjadi erosi oleh air

hujan. Lebar teras berkisar antara 1,25 sampai 1,50 cm, tergantung pada derajat

kemiringan lahan. Untuk setiap 6-10 pohon (tergantung derajat kemiringan tanah)

dibuat benteng/piket dengan tujuan mencegah erosi pada permukaan petakan.

d. Pengajiran

Pada dasarnya pemancangan air adalah untuk menerai tempat lubang tanaman

dengan ketentuan jarak tanaman sebagai berikut :

21
Bahan ajir dapat menggunakan potongan bambu tipis dengan ukuran 20cm

sampai 30cm. Pada setiap titik pemancangan ajir tersebut merupakan tempat

penggalian lubang untuk tanaman.

e. Pelubang

Ukuran lubang untuk tanaman dibuat 60cm x 60cm bagian atas, dan 40cm x

40cm bagian dasar dengan kedalaman 60cm. Pada waktu melubang, tanah bagian atas

(top soil) diletakkan di sebelah kiri dan tanah bagian bawah (sub soil) diletakkan di

sebelah kanan. Lubang tanaman dibiarkan selama 1 bulan sebelum bibit karet

ditanam.

Seleksi dan Penanaman Bibit

1. Seleksi bibit

Sebelum bibit ditanam, terlebih dahulu dilakukan seleksi bibit untuk memperoleh

bahan tanam yang memeliki sifat-sifat umum yang baik antara lain : berproduksi

tinggi, responsif terhadap stimulasi hasil, resitensi terhadap serangan hama dan

penyakit daun dan kulit, serta pemulihan luka kulit yang baik. Beberapa syarat yang

harus dipenuhi bibit siap tanam adalah antara lain :

- Bibit karet di polybag yang sudah berpayung dua.

- Mata okulasi benar-benar baik dan telah mulai bertunas

- Akar tunggang tumbuh baik dan mempunyai akar lateral

- Bebas dari penyakit jamur akar (wws).

22
4.2.3. Okulasi karet

Adapun hasil dari okulasi karet dapat dilihat pada tabel 2. berikut ini:

No. Okulasi yang Okulasi yang mati Persentase okulasi

hidup yang hidup

1. 1 0 100%

Tabel 2. Okulasi tanaman karet

Okulasi adalah teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan

menggabungkan batang bawah dan batang atas tanaman karet dari induk karet yang

berbeda. Dalam melakukan okulasi karet, 1 kelompok masing-masing mengokulasi 1

karet.

Perbanyakan tanaman karet dapat dilakukan secara generatif maupun vegetatif.

Namun demikian, cara perbanyakan yang lebih menguntungkan adalah secara

vegetatif yaitu dengan okulasi tanaman. Okulasi sebaiknya dilaksanakan pada awal

atau akhir musim hujan dengan tahapan sbb:

- Buatlah jendela pada batang bawah dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar

1/2 - 3/4 cm.

- Buatlah perisai pada entres dengan ukuran lebih kecil dari jendela dan mata

diambil dari ketiak daun.

- Bukalah jendela pada batang bawah kemudian selipkan perisai diantara kulit

jendela dan kambium

23
- Tutuplah kulit jendela kemudian dibalut dengan rafia atau pita plastik yang

tebalnya 0,04 mm.

- 2 minggu setelah penempelan, penbalut dibuka dan periksalah perisai.

- Potonglah batang bawah pada ketinggian 10 cm diatas tempelan dengan

arah pemotongan miring.

Teknik Umur Batang Bawah Umur dan Warna Entres

Dini 2-3 bulan 3-4 minggu, hijau muda

Hijau 4-6 bulan 3-4 bulan , hijau

Cokelat 8-18 bulan 1-2 tahun, cokelat

Tabel 3. Macam-macam okulasi pada tanaman karet.

24
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilaksanakan, praktikum mengenai budidaya

tanaman perkebunan membahas tentang tanaman karet dan tanaman kelapa sawit.

Dalam budidaya tanaman karet dimulai dari pembibitan, pembukaan lahan,

penanaman, seleksi bibit, penanaman bibit, pemeliharaan, penyadapan hingga okulasi

tanaman karet. Dalam budidaya tanaman kelapa sawit dimulai dari persiapan lahan,

pembibitan ( pre main nursery ), pemupukan hingga penyiangan gulma (weeding).

Pengendalian pada tanaman kelapa sawit perlu dilakukan untuk mencegah penurunan

hasil panen pada kelapa sawit akibat kompetisi gulma dengan tanaman. Weeding

merupakan salah satu cara dalam mengendalikan gulma secara manual.

5.2. Saran

Rencana dan agenda praktikum dilaksanakan sesuai jadwal untuk kemajuan

praktikum untuk kemajuan praktikum di masa yang akan datang.

25
DAFTAR PUSTAKA

Adiwiganda, R. dan M. M. Siahaan. 1994. Tanah dan Pemupukan Tanaman

Kelapa Sawit. Lembaga Pendidikan Perkebunan. Kampus Meda. Medan.

68 hal.

Amarilis,S. 2009. Aspek Pengendalian Gulma di Perkebunan Sagu (Metroxylon

spp.) PT. National Timber And Forest Product Unit HTI Murni Sagu

Selat Panjang, Riau. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura

IPB.

Basuki, Sukirman., U. Nasution, Sutardi, W. Sinulingga dan A. Situmorang. 1990.

Colletotrichum Leaf Fall Disease in Rubber Plantation of Indonesia:Its

potential, Distribution and Control. Dalam Lokakarya Nasional

Pemuliaan Tanaman Karet. Pusat Penelitian Perkebunam Karet Sei Putih.

Badan Pusat Statistik, 2011. Statistik Karet Indonesia. Badan Pusat Statistik

Republik Indonesia, Jakarta.

Manumono, D. 2008. Profil Karet Alam Indonesia. Buletin Ilmiah Instiper 15 (2):

15-26.

Munir, M., H. Suryaningtyas dan A. Situmorang. 2009. Resistensi Klon IRR 100

Terhadap Penyakit Gugur Daun Corynespora dan Colletotrichum.

Dalam Prosiding Lokakarya Nasional Pemuliaan Tanaman Karet hal

262-263.

Poeloengan, Z. M. L. Fadli, Winarna, S. Ruhutomo, dan E. S. Sutarta. 2003.

Permasalahan Pemupukan pada Perkebunan Kelapa Sawit, hal 67-80.

26
LAMPIRAN

27

Anda mungkin juga menyukai