Anda di halaman 1dari 2

PEMANENAN

Waktu panen merupakan waktu kritis karena apabila dilakukan terlambat maka
kualitas maupun kuantitas hasil akan berkurang. Proses pemanenannya adalah dengan cara :

1. Siapkan jerigen -+ 5 liter sebagai wadah.

2. Getah dari batok dimasukan ke dalam jerigen.

3. Lakukan hal yang sama pada setiap batok sampai jerigen penuh.

4. Setelah jerigen penuh, angkut dan masukan pada drum atau tong.

Sumber : Dokumentasi sendiri

Setelah selesai gunakan minyak tanah untuk membasuh getah dari tangan atau bagian
lainnya. Fungsi dari minyak tanah adalah agar getah lepas atau tidak menempel dan
mengganggu aktivitas. Getah adalah senyawa nonpolar yang larut dalam minyak tanah yang
merupakan pelarut non polar. Getah yang mengandung lateks ini dapat larut dalam pelarut
bukan air atau pelarut non polar. Hal ini sesuai dengan kaidah like dissolve like yaitu zat
terlarut polar cenderung larut dalam pelarut polar, zat terlarut nonpolar cenderung larut dalam
pelarut non polar (‘Ainillana, 2023:08)

Untuk panen, diperlukan waktu kisaran 3 – 6 minggu agar wadah yang digunakan
untuk menampung getah penuh. Getah yang terkumpul pun kadang terkontaminasi dengan
kotoran yang mengakibatkan kilo an getah dikurangi dan mengakibatkan harga yang
seharunya satu drum/tong dapat mengahasilkan uang 500 ribu rupiah malah berkurang karena
adanya kotoran di getah. Kotoran di getah disebabkan karena daun pohon atau bagian-bagian
kulit pohon yang jatuh kedalam batok. Sebelumnya para yani sudah berusaha mengatasinya,
yaitu dengan memberikan penutup dibagian atas batok. Akan tetapi, hasilnya masih sama saja
karena bentuk kulit pohon pinus yang berpalung-palung.

Dari wawancara menerangkan bahwasanya hasil pemanenan getah juga dipengaruhi


oleh musim. Selain musim, jatah atau bagian dari luas lahan yang dikelola oleh setiap tani
juga berbeda-beda. Luas lahan juga mempengaruhi berapa jumlah pohon pinus yang ada.
Rata-rata kisaran satu orang mendapat mendapat kan -+ 1000 pohon untuk dikelola.
Perbedaan ini mempengaruhi hasil dari pemanenan getah pinus. Tidak hanya itu, kendala
yang terjadi adalah pengangkutan hasil panen getah pinus yang memerlukan banyak tenaga
karena lokasi hutan pinus di area perbukitan. Dan jalan menuruni bukit yang tidak mulus juga
menjadi penghambat.

Hasil pemanenan getah pinus juga dipengaruhi faktor intern dan ekstern. Faktor intern
yang berpengaruh terhadap produksi getah pinus antara lain genetik (antar jenis atau antar
galur dalam satu jenis pohon), umur tanaman, diameter dan tinggi pohon, kondisi tajuk,
volume kayu gubal, dan kerapatan tegakan (Tantra, 1983; Lempang danSumardjito, 1995;
Tiwari et al., 2012). Getah adalah bagian dari hasil proses fisiologi tumbuhan, maka faktor-
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman pada umumnya juga berpengaruh terhadap
produksi getah. Faktor-faktor ekstern yang berpengaruh terhadap produksi getah
(RochidayatdanSukawi, 1979; Suharlan et al.,1980; Kasmudjo, 1992; Rodrigues et al., 2008)
antara lain lingkungan (cahaya dan temperatur, tempat tumbuh, unsur hara, udara,dan air),
kegiatan pengelolaan (pengembalaan, pembakaran,dan pemangkasan cabang,penjarangan
tanaman dan teknik penyadapan). Teknik penyadapan getah pinus meliputi bentuk luka
sadap, pola sadap, ukuran lebar dan kedalaman luka sadap, arah luka sadap, intensitas
pemungutan dan pembaharuanluka sadap, sertapenggunaan stimulan.

Yang pasti pemanenan memberikan masukan atau hasil uang yang dapat digunakan
oleh para Tani sebagai pemenuhan kebutuhan keluarganya. Getah yang rata-rata dibeli
dengan kisaran harga 500 ribu rupiah per tong oleh perhutani. Produksi getah yang tidak tetap
membuat penghasilan pun ikut tidak tetap. Hal ini dapat menjadi campur tangan pemerintah
dalam melaksanakan tugasnya demi kesejahteraan sekuruh rakyat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai