Anda di halaman 1dari 23

Tanaman karet (Hevea Brasiliensis) merupakan

tanaman perkebunan yang bernilai ekonomis tinggi. Tanaman


tahunan ini dapat disadap getah karetnya pertama kali pada
umur tahun ke-5. Dari getah tanaman karet (lateks) tersebut
bisa diolah menjadi lembaran karet (sheet), bongkahan
(kotak), atau karet remah (crumb rubber) yang merupakan
bahan baku industri karet. Kayu tanaman karet, bila kebun
karetnya hendak diremajakan, juga dapat digunakan untuk
bahan bangunan, misalnya untuk membuat rumah, furniture
dan lain-lain.
http://lampung.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/publikasi/karet.pdf

Tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell Arg) merupakan tanaman perkebunan yang bernilai
ekonomis tinggi. Selain sebagai sumber devisa negara non-migas, karet juga menjadi sumber
penghasilan hidup bagi para petani. Sumber devisa ini dikembangkan melalui peningkatan efisiensi
pengolahan dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam, tenaga kerja, modal dan teknologi yang
tersedia.
Tanaman tahunan ini dapat disadap getah karetnya pertama kali pada umur
tahun ke-4. Dari getah tanaman karet (lateks) tersebut bisa diolah menjadi
lembaran karet (sheet), bongkahan (kotak), atau karet remah (crumb rubber)
yang merupakan bahan baku industri karet. Kayu tanaman karet, bila kebun
karetnya hendak diremajakan, juga dapat digunakan untuk bahan bangunan,
misalnya untuk membuat rumah, furniture dan lain-lain. Produk-produk karet
tersebut umumnya diekspor. Ekspor getah karet Indonesia dalam berbagai
bentuk, yaitu dalam bentuk bahan baku industri (sheet, crumb rubber, SIR) dan
produk turunannya seperti ban, komponen, dan sebagainya (Direktorat Jenderal
Bina Produksi Perkebunan, 2003).

Peningkatan produksi karet dapat dilakukan dengan penerapan teknologi budidaya yang dianjurkan,
mulai dari pemilihan bibit, penanganan bibit, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, panen dan
pascapanen (Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2003).
Perbanyakan tanaman karet dapat dilakukan secara generatif maupun vegetatif.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memperbanyak bibit tanaman karet
dari klon-klon unggul adalah dengan menggunakan teknik okulasi (Setiawan dan
Andoko, 2005).

3.3 Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)


Masa TBM pada tanaman karet didefinisikan sebagai masa dari sejak penanaman bahan tanam di
lapangan sampai tercapainya kriteria matang sadap. Matang sadap tanaman karet secara teknis
dicapai apabila lilit batang pada ketinggian 1 meter dari pertautan okulasi telah mencapai 45 cm
dengan ketebalan kulit 7 mm.

Pada kondisi ini status tanaman karet berubah dari tanaman belum menghasilkan (TBM) ke tanaman
menghasilkan (TM) dengan syarat minimal 60% dari populasi tanaman di kebun telah matang sadap
(Setyamidjaja, 1993). Masa TBM merupakan fase tanaman yang membutuhkan tindakan
pemeliharaan secara intensif. Pemeliharaan yang umum dilakukan di PT Perkebunan Nusantara VII
Unit Usaha Tulungbuyut pada fase ini meliputi :
3.3.1 Penyulaman
Bibit yang baru ditanam selama tiga bulan pertama setelah tanam diamati terus menerus, tanaman
yang mati atau kerdil pertumbuhannya segera diganti dengan jenis klon yang sama, penyulaman
hanya dilakukan pada fase TBM 1 dan TBM 2 untuk menghindari pertumbuhan yang terhambat/tidak
seragam.
3.3.2 Pemotongan Tunas Palsu
Tunas palsu dibuang selama 2 bulan pertama dengan rotasi 1 kali 2 minggu, sedangkan tunas liar
dibuang sampai tanaman mencapai ketinggian 1,8 meter. Tunas cabang adalah tunas yang tumbuh
pada batang utama pada ketinggian sampai dengan 2,75 m-3 m dari atas tanah. Pemotongan tunas
cabang dilakukan sebelum tunas berkayu, karena cabang yang telah berkayu selain sukar dipotong,
akan merusak batang jika pemotongannya kurang hati-hati.
3.3.3 Merangsang Percabangan
Percabangan yang seimbang pada tajuk tanaman karet sangat penting, untuk menghindari kerusakan
oleh angin, dan untuk pembentukan tajuk yang merata.
Manajemen percabangan yang dilakukan di PTPN VII Unit Usaha Tulungbuyut yaitu penyanggulan
(folding) dan pemenggalan batang (topping). setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangannya
masing-masing.
3.3.3.1 Penyanggulan (folding)
Menurut PT. Perkebunan Nusantara VII (2007), penyanggulan adalah suatu teknik perlakuan dalam
rangka pengelolaan percabangan pada masa TBM karet yang bertujuan merangsang pertumbuhan
cabang dan daun, menekan pertumbuhan batang kearah atas (longitudinal), meningkatkan
pertumbuhan lilit batang (transversal).
Tanaman karet belum meng hasilkan yang tingginya telah mencapai lebih kurang 275 cm dan belum
membentuk percabangan disanggul dengan rangkaian kegiatan sebagai berikut :
1. Mengukur tanaman dengan tongkat mal setinggi 275 cm, apabila tingginya telah melebihi tinggi
tongkat mal, maka tanaman siap disanggul.
2. Siapkan tangga kaki tiga untuk memudahkan pekerja dalam melakukan penyanggulan.
3. Melipat daun dewasa pada payung teratas secara berkelompok (6-8 helaian daun) ke arah ujung
menyerupai sanggul. Lipatan kemudian diikat dengan karet gelang atau tali raffia dan sungkup
dengan plastik.
4. 2-3 minggu pasca-penyanggulan biasanya tanaman sudah mulai membentuk percabangan.
5. Membuka ikatan sanggul setelah 4 minggu pasca-penyanggulan.
6. Penyanggulan dilakukan pada saat musim hujan dan payung teratas dalam keadaan tua.
3.3.3.2 Pemenggalan batang (topping)
Jika cara penyanggulan tidak berhasil membentuk percabangan, maka perlu dilakukan pemenggalan
batang dengan rangkaian kegiatan sebagai berikut :

1. Memenggal batang pada ketinggian 2,8-3,0 meter, lebih kurang 5 cm diatas mahkota daun tua
teratas pada bagian batang yang berwarna coklat menggunakan gunting pangkas yang tajam dan
tangga berkaki tiga.
2. Setelah topping, olesi luka dengan parafin untuk meminimalisasi kebusukan pucuk pada saat
musim hujan dan transpirasi pada saat musim kemarau.
3. Setelah cabang terbentuk, lakukan penunasan ringan pada cabang-cabang yang tumbuh dengan
menyisakan 3 cabang yang simetris sehingga tajuk menjadi seimbang.
4. Topping sebaiknya dilakukan pada saat musim hujan untuk meminimalisasi tingkat kegagalan
pertumbuhan tunas karena penguapan tanaman.
3.3.4 Pemupukan
Pemupukan merupakan salah satu tindakan dalam agro-management untuk menunjang keberhasilan
usaha perkebunan, meningkatkan produktivitas tanaman, mengembalikan unsur hara yang terangkut
keluar, menjaga kesehatan tanaman, dan memelihara kesuburan tanah yang berkelanjutan. Biaya
pemupukan merupakan biaya yang cukup tinggi dalam pemeliharaan. Oleh karena itu, pemupukan
harus menjadi perhatian utama dan dilakukan seefektif dan seefisienmungkin dengan memperhatikan
jenis pupuk, dosis, waktu, cara, dan kondisi areal yang akan dipupuk (PT. Perkebunan Nusantara VII,
2004).
Pemupukan yang tepat dapat mempersingkat masa TBM selama 6 bulan atau meningkatkan
pertumbuhan hingga 30%. Biaya pemupukan TBM menempati urutan pertama dibandingkan dengan
biaya pemeliharaan lainnya, karena itu pemupukan memerlukan persiapan dan program yang cermat.
Respon tanaman terhadap pemupukan pada masa TBM jauh lebih besar dibandingkan pada masa
TM.
Pada masa TBM Pemupukan dilakukan sesuai dengan umur tanaman dan sesuai dengan rekomendasi
balai penelitian. Sebelumnya tanaman dibersihkan dulu dari gulma, dan dibuat lubang larikan
melingkar sekitar 10 Cm. Pemupukan pertama kurang lebih 10 Cm dari pohon dan semakin besar
disesuaikan dengan lingkaran tajuk. Rangkaian kegiatan dalam pemupukan adalah sebagai berikut :
Sebelum pemupukan, harus dilakukan penyiangan gulma pada barisan tanaman karet.
1-4 hari sebelum pemupukan, piringan tanaman dibokor/kecrok.
Pupuk diaplikasikan dengan cara di poket melingkar pada piringan tanaman yang telah
dibokor/kecrok.
Untuk kegiatan di TBM ini kami tidak melakukan pemupukan karena belum ada pemupukan di TBM
yang tempat kami praktik. Kegiatan yang kami lakukan di TBM adalah sensus pohon, sensus matang
sadap dan strip weeding.
3.3.5 Pengendalian Gulma
Areal penanaman karet, pada tanaman belum menghasilkan (TBM) harus bebas dari gulma seperti
alang-alang, Mekania, Eupatorium dan lainnya sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Cara
mekanis dilakukan dengan menggunakan cangkul, koret atau parang.
Adpun cara pengendalian gulma di PTPN VII Unit Usaha Tulungbuyut, yaitu sebagai berikut:
3.3.5.1 Strip weeding
Strip weeding adalah semprot barisan dengan bahan kimia. Pengendalian cara kimia dilaksanakan
dengan menyemprotkan herbisida, sehingga dalam pelaksanannya dapat cepat dan sedikit

menggunakan tenaga kerja sehingga menghemat biaya. Ada 2 jenis herbisida yang digunakan di
PTPN VII Unit Usaha Tulungbuyut (TUBU) untuk mengendalikan gulma yaitu sistemik dan nonsistemik atau kontak. Untuk pengendalian gulma kami melakukan dengan cara pengaplikasian
herbisida sistemik, yang dilakukan dengan strip weeding. Herbisida yang digunakan adalah Roundup dan lindomin yaitu herbisida sistemik dengan bahan aktif glyfosat dan 2,4-D dimetil amina 865
g/l. Untuk menghasilkan strip weeding yang maksimal harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Mencari gulma di lokasi dengan daun berbentuk seperti apa. Contohnya gulma berdaun lebar atau
berdaun sempit.
b. Racun atau obat yang cocok untuk gulma
c. Konsentrasi
d. Takaran atau volume (dosis) yang akan di gunakan
e. Pengoposan atau pengaplikasian
Sebelum obat atau racun di masukkan ke dalam tanki atau pakaback, terlebih dahulu pakaback di isi
air sedikit 1-2 liter, lalu masukkan obat kedalam pakaback tersebut, kemudian masukkan air lagi
hingga pakaback penuh. rumus Tujuannya agar obat dan air menjadi campur (larut).
f. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan strip weeding ini yang harus diperhatikan adalah pastikan yang di semprot basah,
dosis yang digunakan sesuai dan cuaca sangat mempengaruhi. Adapun cara pengaplikasiannya yaitu
untuk gulma tebal jalannya lambat, untuk gulma jarang jalannya cepat dan jarak dari pohon karet 3
meter (1,5 meter sebelah kiri dan 1,5 meter sebelah kanan). Nouzel yang di gunakan adalah nouzel
strip (kipas) dengan warna biru dan lebar semprotan 1,5 meter. Untuk mengetahui kalibrasi dalam
satu pakaback, kami melakukan percobaan dan untuk menghitungnya kami menggunakan rumus
kalibrasi mewakili. Rumus kalibrasi mewakili: kondisi tidak normatif =..pohonkondisi
normatif =..pohonaverage=..pohon+
Contoh
Jika menggunakan herbisida dengan dosis 50 cc per pakaback, dalam 1 hektar
berapa obat yang digunakan, sedangkan jumlah tanaman 625 pohon.
Jawab kondisi tidak normatif =14 pohonkondisi normatif =55 pohonaverage=35
pohon+
11 x 50 cc = 550 cc = 0,55 l dan 45x 50 cc = 2.250 cc = 2,25 l
Jadi herbisida yang akan digunakan untuk penyemprotan pada lokasi normati
adalah 0,55 l dan untuk yang tidak normative adalah 2,25 l.

3.3.5.2 Weeding

Weeding adalah mencabut, mendongkel, membersihkan gulma atau tumbuhan liar yang tumbuh
di antara LCC. Dalam kegiatan weeding ini kami melakukan dengan menggunakan alat sabit.
3.3.5.3 Bokoran
Bokoran adalah kegiatan membersihkaan semua gulma yang ada pada piringan bokoran. Untuk
bokoran ini kami tidak melakukan karena pada waktu itu belum ada kegiatan membokor.

3.3.5.4 Wipping
Wiping adalah mengelap gulma mulai dari pangkal batang sampai bagian ujung lalang dengan
herbisida (bahan aktif glyfosat 0,5%). Untuk kegiatan ini kami tidak melakukan karena waktu itu
belum ada kegiatan wipping.
3.3.5.5 Rambat
Rambat merupakan pekerjaan menurunkan sulur LCC yang sudah merambat ke
tanaman pokok. Untuk kegiatan ini kami melakukan dengan menggunakan kayu
dan sabit.

3.3.6 Pemeliharaan Jalan, Jembatan dan Teras Atau Rorak


Pemeliharaan jalan di TBM lebih di fokuskan lagi karena frekuensi penggunaan jalan meningkat
khususnya angkutan produksi. Jalan merupakan sarana penting yang kondisinya harus senantiasa
diperhatikan agar mempermudahkan pengangkutan produksi dari kebun ke pabrik.
Pemeliharaannya yaitu dengan menambahkan batuan kecil pada bagian atas
jalan,yang gunanya agar saat terjadi hujan jalan tidak licin karena jika jalan licin
akan menghambat saat akan dilakukan nya penyetoran latek baik dari kebun ke
STL,maupun dari STL ke pabrik. Pemeliharaan teras dan rorak yang dilakukan
oleh PTPN VII Unit Usaha Tulungbuyut (TUBU) dilakukan 1 kali dalam 1 tahun.
Pemeliharaan saluran air dilakukan dengan membersihkan paritan-paritan yang
berada di saluran tersebut. Untuk kegiatan ini kami tidak melakukan karena
kegiatan ini belum ada dan juga menggunakan alat berat.

3.3.7 Sensus Pohon


PTPN VII Unit Usaha Tulungbuyut (TUBU) rutin melakukan sensus pohon, sensus pohon adalah
mendata pohon-pohon yang ada di lapangan dengan tujuan untuk mengetahui jumlah dan kondisi
tanaman yang ada dilapangan. Sensus pohon pada areal TBM di unit usaha ini dilakukan dua kali
dalam satu tahun.
Tujuan dilakukannya sensus pohon adalah untuk mengetahui jumlah pohon yang masih ada dan
untuk mengetahui jumlah pohon yang sudah besar dan yang masih kecil. Pada umumnya sensus
pohon dilakukan ketika ingin mengetahui jumlah pohon yang matang sadapnya sudah siap untuk
disadap
3.3.8 Sensus Matang Sadap
Sensus matang sadap adalah suatu kegiatan untuk mengetahui kematanagan sadap pohon. Kegiatan
yang dilakukan dalam menyensus yaitu mengukur lilit batang pohon karet. Jika lilit batang sudah >
45 cm, maka di beri totol 3 (ooo) dengan cat berwarna merah, jika masih dibawah 45 cm dengan lilit
batang43-44 cm maka di beri totol 2 (oo), jika masih di bawah antara 43-44 cm dengan lilit batang
39-42 cm maka di beri totol 1 (o), bila belum mencapai 39 maka belum di beri totol. Untuk kegiatan
sensus pohon dan sensus matang sadap, kami melakukan selama 4 hari di TBM.
3.3.9 Pengendalian Hama Dan Penyakit Tanaman
3.3.9.1 Hama

Hama utama yang menyerang perkebunan karet di PTPN VII Unit Usaha Tulungbuyut (TUBU) yaitu
kerbau liar. Hama ini menyerang tanaman belum menghasilkan dengan memakan daun dan melukai
batang karet yang masih muda. Pengendalian hama kerbau dilakukan dengan cara di usir, dibuat
pager dari kawat, dan dibuat paritan yang lebar di setiap ujung kebun. Terdapat juga hama rayap,
namun hama ini keberadaannya belum dianggap merugikan sehingga tidak dikendalikan.
3.3.9.2 Penyakit karet
Penyakit karet sering menimbulkan kerugian ekonomis di perkebunan karet. Kerugian yang
ditimbulkannya tidak hanya berupa kehilangan hasil akibat kerusakan tanaman, tetapi juga biaya
yang dikeluarkan dalam upayapengendaliannya. Oleh karena itu langkah-langkah pengendalian
secara terpadu dan efisien guna memperkecil kerugian akibat penyakit tersebut perlu dilakukan.
Penyakit tanaman karet pada masa TBM yang umum ditemukan pada perkebunan di PTPN VII Unit
Usaha Tulung Buyut adalah :
a. Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus)
Penyakit akar putih disebabkan oleh jamur (Rigidoporus microporus). Penyakit ini mengakibatkan
kerusakan pada akar tanaman. Gejala pada daun terlihat pucat kuning dan tepi atau ujung daun
terlipat ke dalam. Kemudian daun gugur dan ujung ranting menjadi mati. Pada perakaran tanaman
sakit tampak benang-benang jamur berwarna putih dan agak tebal (rizomorf). Jamur kadang-kadang
membentuk badan buah mirip topi berwarna jingga kekuning-kuningan pada pangkal akar tanaman.
Pada serangan berat, akar tanaman menjadi busuk sehingga tanaman mudah tumbang dan mati.
Kematian tanaman sering merambat pada tanaman tetangganya. Penularan jamur biasanya
berlangsung melalui kontak akar tanaman sehat ke tunggul-tunggul, sisa akar tanaman atau perakaran
tanaman sakit. Penyakit akar putih sering dijumpai pada tanaman karet umur 1-5 tahun terutama pada
pertanaman yang bersemak, banyak tunggul atau sisa akar tanaman dan pada tanah gembur atau
berpasir.
Pengobatan tanaman sakit sebaiknya dilakukan pada waktu serangan dini untuk mendapatkan
keberhasilan pengobatan dan mengurangi resiko kematian tanaman. Bila pengobatan dilakukan pada
waktu serangan lanjut maka keberhasilanpengobatan hanya mencapai di bawah 80%. Cara
penggunaan dan jenis fungisida anjuran yang dianjurkan adalah :
Pengolesan : Calixin CP, Fomac 2, Ingro Pasta 20 PA dan Shell CP.
Penyiraman : Alto 100 SL, Anvil 50 SC, Bayfidan 250 EC, Bayleton 250 EC, Calixin 750 EC,
Sumiate 12,5 WP dan Vectra 100 SC.
Penaburan: Anjap P, Biotri P, Bayfidan 3 G, Belerang dan Triko SP+
b. Jamur Upas (Colticium salmonia color)
Jamur upas adalah penyakit batang, biasanya jamur ini menyerang pada bagian percabangan atau
pangkal batang. Gejala dari jamur ini adalah kumpulan lubang-lubang jamur berwana putih,
menggorok, kelupas ketiak rusak menghitam sehingga jamur dapat tumbuh. Penyebabnya adalah
kelembaban terlalu tinggi (kanopi pohon yang sangat lebar) sehingga dapat menyebabkan jamur
tumbuh. Pengendaliannya dengan menggunakan Antico F 96 atau Anvil 50 EC dengan konsentrasi
0,5-1% dan berbahan aktif Heksakona Fol 50 g/l. Carapengobatannya yaitu dengan mengerok kulit
cabang sampai kekulit jaringan sekat, kemudian bagian yang terserang dioleskan dengan Antico F 96
atau Anvil 50 EC. Interval pengobatannya adalah 3-4 bulan.
Untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman karet, kami tidak melakukan karena tidak ada.
Materi ini di dapat dari penjelasan sinder dan maandor besar.
3.3.10 Pemupukan

Pemupukan adalah penambahan unsure hara esensial pada tanaman ataupun


tanah. Pemupukan dilakukan dengan system poket atau membuat 4 lubang
disetiap sudut tanaman, poket dibuat dengan ukuran 1-1,5 meter dari pohon
karet.pupuk yang digunakan pada TBM ini ada 4 macam, yaitu pupuk pupuk
UREA atau ZA, pupuk TSP atau SP 36, pupuk KCL atau MOP dan Kies.
Pelaksanaan pemupukan dilakukan 2 kali dalam satu tahun. Untuk kegiatan
pemupukan kami tidak melakukan karena waktu itu belum ada, materi ini di
dapatkan dari mandor besar.

http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/33781197/TEKNIK_BUDIDAYA_T
ANAMAN_KARET.pdf?
AWSAccessKeyId=AKIAJ56TQJRTWSMTNPEA&Expires=1473965780&Signature=Ybqv
mq8OcQkXR3CcM8hz1E4plVs%3D&response-content-disposition=attachment%3B
%20filename%3DTEKNIK_BUDIDAYA_TANAMAN_KARET.pdf

Perawatan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) akan berpengaruh pada saat penyadapan
pertama. Perawatan yang intensif dapat mempercepat awal penyadapan. Perawatan tanaman belum
menghasilkan (TBM) meliputi kegiatan penyulaman, penyiangan, pemupukan, seleksi dan
penjarangan, pemeliharaan tanaman penutup tanah, serta pengendalian hama dan penyakit. Kematian
tanaman karet setelah penanaman masih dapat ditolerir sebanyak 5%. Penyiapan bibit untuk
penyulaman dilakukan bersamaan dengan penyiapan bibit untuk penanaman agar diperoleh
keseragaman bibit yang tumbuh. Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur satu samapai
dua tahun. Tahun ketiga tidak ada lagi penyulaman tanaman ( Tim Penulis, 1998).
Pemupukan pada TBM mempunyai tujuan untuk memperoleh tanaman yang subur dan sehat,
sehingga lebih cepat tercapainya matang sadap dan agar tanaman cepat menutup sehingga dapat
menekan pertumbuhan gulma. Pemberian pupuk secara berkala dan dengan frekuensi yang tinggi
dapat mengurangi kehilangan hara disebabakan proses pencucian dan dosis pupuk tahunan dapat
diserap akar tanaman lebih efesien (Adiwiganda, 1995). Seleksi pohon yang sehat dan homogen
menjelang masak sadap perlu dilakukan. Pohon yang tetap tertinggal adalah pohon yang benar-benar
baik dan tidak terserang penyakit. Sedangkan penjarangan dilakukan dengan cara membongkar
pohon-pohon yang tidak baik dan terserang penyakit ( Tim Penulis, 1998).
Memasuki tahun kelima dari siklus hidup karet, tanaman karet sudah disebut
tanaman yang menghasilkan. Pada tahun ini tanaman karet sudah mulai
disadap. Namun adakalanya dari sejumlah pohon karet yang berumur empat
tahun itu ada pohon yang belum bisa disadap. Menurut teori, tanaman karet
yang bisa disadap pada usia empat tahun itu belum 100%. Biasanya dari 476
pohon, yang benar-benar matang sadap hanya sekitar 400 pohon (Tim penulis
2008).
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32031/4/Chapter%20II.pdf

Tanaman karet (Hevea brasiliensis) termasuk dalam

famili Euphorbiacea, disebut dengan nama lain rambung,


getah, gota, kejai ataupun hapea. Karet merupakan salah
satu komoditas perkebunan yang penting sebagai sumber
devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki
prospek yang cerah. Upaya peningkatan produktivitas
tanaman tersebut terus dilakukan terutama dalam bidang
teknologi budidaya dan pasca panen .
Agar tanaman karet dapat tumbuh dengan baik dan
menghasilkan lateks yang banyak maka perlu diperhatikan
syarat-syarat tumbuh dan lingkungan yang diinginkan
tanaman ini. Apabila tanaman karet ditanam pada lahan
yang tidak sesuai dengan habitatnya maka pertumbuhan
tanaman akan terhambat. Lingkungan yang kurang baik
juga sering mengakibatkan produksi lateks menjadi rendah.
Sesuai habitat aslinya di Amerika Selatan, terutama Brazil
yang beriklim tropis, maka karet juga cocok ditanam di
Indonesia, yang sebagian besar ditanam di Sumatera Utara
dan Kalimantan.

A. Pemeliharaan Tanaman Sebelum Berproduksi


Di kalangan petani karet, tanaman yang belum bisa
disadap atau belum berproduksi sering disebut dengan
komposisi I, yaitu tanaman berumur 1 - 4 tahun.
Pemelihara-an tanaman karet sebelum berproduksi hampir
sama dengan pemeliharaan tanaman perkebunan pada
umumnya, yakni meliputi penyulaman, penyiangan,
pemupukan, seleksi dan penjarangan, serta pemeliharaan
tanaman penutup tanah.
a. Penyulaman
Tidak semua bibit karet yang ditanam di lahan bisa

hidup. Persentase kematian bibit yang bisa ditolerir dalam


budi daya karet adalah sebesar 5%. Karenanya, diperlukan
penyulaman untuk mengganti bibit yang mati tersebut.
Kegiatan penyulaman dilakukan saat tanaman
berumur 1 - 2 tahun karena saat itu sudah ada kepastian
tanaman yang hidup dan yang mati. Karena penyulaman
dilakukan saat tanaman berumur 1 - 2 tahun, bibit yang
digunakan berupa bibit stum tinggi berumur 1 - 2 tahun
agar tanaman bisa seragam.
Sebelum penyulaman dilakukan perlu diketahui
penyebab kematian bibit. Jika kematian disebabkan oleh
bakteri atau jamur, tanah bekas tanaman harus diberi
fungisida. Pelaksanaan penyulaman dilakukan pada pagi
hari pukul 06.00 - 09.00 atau sore hari pukul 15 - 17.00, saat
cuaca tidak terlalu panas untuk mengurangi risiko kematian.
b. Penyiangan
Penyiangan dalam budi daya karet bertujuan membebaskan
tanaman karet dari gangguan gulma yang
tumbuh di lahan. Karenanya, kegiatan penyiangan
sebenarnya bisa dilakukan setiap saat, yaitu ketika
pertumbuhan gulma sudah mulai mengganggu
perkembangan tanaman karet. Meskipun demikian,
umumnya penyiangan dilakukan tiga kali dalam setahun
untuk menghemat tenaga dan biaya.
Ada dua cara penyiangan, yaitu secara manual dan
secara kimiawi. Secara manual adalah menggunakan
peralatan penyiangan, seperti cangkul atau parang.
Sementara itu, secara kimiawi dengan menyemprotkan
herbisida atau bahan kimia pemberantas gulma. Banyak
merek herbisida yang sudah beredar di pasaran. Dianjurkan

memilih merek yang sesuai dengan jenis gulma yang akan


diberantas agar hasilnya efektif. Di samping itu, juga harus
diperhatikan dosis dan frekuensi penyemprotan agar tidak
terjadi pemborosan.
c. Pemupukan
Pemupukan tanaman pada budidaya karet adalah
untuk memacu pertumbuhan tanaman muda dan
mempercepat matang sadap, sehingga panen lateks dapat
dilakukan secepatnya. Kegiatan pemupukan dilakukan
dengan dua cara, yaitu manual circle dan chemical strip
weeding.
Pada cara pertama atau manual circle, lubang dibuat
melingkari tanaman dengan jarak disesuaikan dengan umur
tanaman. Hal ini disebabkan perakaran tanaman semakin
bertambah luas seiring dengan pertambahan umurnya.
Untuk tanaman berumur 3 - 5 bulan, lubang melingkari
tanaman dengan jarak 20 - 30 cm, 6 - 10 bulan dengan jarak
20 - 45 cm, 11 - 20 bulan dengan jarak 40 - 60 cm, 21 - 48
bulan dengan jarak 40 - 60 cm, dan lebih dari 48 bulan
dengan jarak 50 - 120 cm. Lubang dibuat dengan kedalaman 5 - 10 cm, kemudian
pupuk ditaburkan ke
dalamnya dan ditutup dengan tanah.
Pada cara kedua atau chemical strip weeding, pupuk
diletakkan pada jarak 1 - 1,5 m dari barisan tanaman.
Caranya sama, yaitu tanah digali sedalam 5 - 10 cm,
kemudian pupuk dimasukkan ke dalamnya dan ditutup
dengan tanah.
Pemupukan tanaman karet sebaiknya tidak dilakukan
pada pertengahan musim hujan karena pupuk mudah
tercuci air hujan. Idealnya, pemupukan dilakukan pada

pergantian musim hujan ke musim kemarau. Sementara itu,


jenis pupuk yang diberikan di antaranya urea, DS, dan KCl
yang mudah diperoleh di pasaran. Dosis pupuk yang
digunakan tergantung pada jenis tanahnya (Tabel 2)

Tabel 2. Dosis pemupukan karet sebelum berproduksi


berdasarkan jenis tanahnya

Sumber: Balai Penelitian Perkebunan Sembawa dalam Tim Penulis


PS, 1991
Dosis pemupukan juga bisa disesuaikan dengan fase
pertumbuhan karet (Tabel 3).
Tabel 3. Dosis pemupukan karet berdasarkan fase pertumbuhannya
Fase
pertumbuhan
Kebutuhan

Diolah dari berbagai sumber


Keterangan :
TB : tanaman fase bibit
TBM : tanaman belum menghasilkan

d. Seleksi dan penjarangan


Idealnya dalam suatu areal perkebunan karet terdiri
dari tanaman yang seluruhnya dalam keadaan sehat dan
baik, terutama menjelang penyadapan. Karenanya, tanaman
yang sakit harus ditebang dan dibongkar sampai akarakarnya
agar penyakit tersebut tidak menyebar ke tanaman
yang sehat.
Dengan asumsi yang hidup 95%, maka dari 476 bibit
yang ditanam dalam satu hektar akan terdapat 452 pohon menjelang
penyadapan. Jika dari 452 pohon tersebut 5% di
antaranya sakit, akan tersisa 425 tanaman sehat. Dari 425
tanaman sehat akan dapat disadap 400 pohon.
e. Pemeliharaan tanaman penutup tanah
Disebabkan fungsinya untuk mencegah erosi dan
mempercepat matang sadap, tanaman penutup tanah
harus dipelihara dengan pemupukan dan pemangkasan.
Pupuk yang digunakan sebaiknya kompos yang telah
matang dengan dosis 4 - 5 ton/hektar. Cara pemberiannya
adalah dengan ditaburkan di sela-sela tanaman.
Jika pertumbuhan tanaman penutup tanah terlalu
pesat perlu dikendalikan dengan cara pemangkasan. Alat
yang dipakai untuk pemangkasan cukup berupa parang
atau sabit.

http://disbun.sulselprov.go.id/files_download/Budidaya%20dan%20Pasca%20Panen
%20Karet.pdf

A. Botani Tanaman Karet


Menurut Setyamidjaja (1999), karet dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom

: Plantae

Divisio

: Spermatophyta

Subdivisio

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliosida

Ordo

: Euphorbiales

Famili

: Euphorbiareae

Genus

: Hevea

Spesies

: Hevea brasililensis

Tanaman karet berupa pohon, ketinggiannya dapat mencapai 30-40 meter. Sistem
perakarannya padat/kompak, akar tunggangnya dapat menghunjam tanah hingga kedalaman 1-2
meter, sedangkan akar lateralnya dapat menyebar sejauh 10 meter (Syamsulbahri, 1996).
Umumnya batang karet tumbuh lurus ke atas dengan percabangan dibagian atas. Dibatang inilah
terkandung getah yang lebih terkenal dengan nama lateks (Setiawan dan Andoko, 2005).
Daun berselang-seling, tangkai daun panjang, 3 anak daun yang licin berkilat. Petiola tipis,
hijau dan berpanjang 3,5 30 cm. Helaian anak daun bertangkai pendek dan berbentuk lonjong
oblong (Sianturi, 2001).
Tanaman karet adalah tanaman berumah satu (monoecus). Pada satu tangkai bunga yang
berbentuk bunga majemuk terdapat bunga betina dan bunga jantan (Setyamidjaja, 1999). Buah
karet dengan diameter 3-5 cm, terbentuk dari penyerbukan bunga karet dan memiliki pembagian
ruangan yang jelas, biasanya 3-6 ruang. Setiap ruangan berbentuk setengah bola (Setiawan dan
Andoko, 2005). Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi, jumlah biji biasanya tinga,
kadang enam. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnanya cokelat kehitaman dengan bercakbercak berpola khas.

Pemeliharaan tanaman karet pada fase TBM dititikberatkan pada upaya mengoptimalkan
pertumbuhan vegetatif tanaman terutama lilit batang untuk mempercepat teracapainya matang
sadap serta menyeragamkan pertumbuhan tanaman. Tindakan pemeliharaan pada fase ini
memberi dampak secara terus-menerus selama siklus ekonomi tanaman. Tindakan pemeliharaan
fase TBM meliputi: 1). Penyisipan/penyulaman, 2). Pemeliharaan tanaman penutup tanah

(LCC/Legume Cover Crops), 3). Penunasan (Pembuangan tunas palsu), 4). Induksi Percabangan,
5). Pengendalian gulma, 6). Pemupukan, dan 7). Pengendalian hama-penyakit. Pemeliharaan
pada fase TM berkaitan dengan kualitas dan kuantitas produksi tanaman. Kegiatan pemeliharaan
pada fase TM di antaranya : 1). Manajemen Tajuk, 2). Pengendalian gulma, 3). Pemupukan, dan
4). Pengendalian hama-penyakit.
A. Pemeliharaan TBM Karet
1. Penyisipan/ penyulaman
Penyisipan adalah tindakan penggantian tanaman karet yang mati dengan bibit karet
yang baru dengan tujuan untuk mempertahankan populasi tanaman dan tingkat
keseragaman. Pemeriksaan tanaman dilakukan selama dua minggu sekali dalam kurun
waktu tiga bulan. Tanaman yang mati sesegera mungkin disulam dengan bahan tanam dari
klon yang sama dan relatif sama umurnya atau lebih tua dari tanaman yang disulam. Untuk
memperoleh bahan tanaman yang seumur, haruslah disediakan bahan tanam dalam polibeg
sebanyak maksimal 10% ketika menyiapkan bibitan. Selain bibit dalam polibag, bahan
tanam yang dapat digunakan untuk penyulaman adalah stum mini, stum tinggi, dan core
stump (CS).
Penggunaan bahan tanam tersebut disesuaikan berdasarkan umur tanaman utama. Jika
tidak tersedia tanaman dalam polibag, bahan tanaman disediakan di pembibitan dan
disulamkan sebagai stum mini. Stum mini adalah bibit hasil okulasi yang tunas okulasinya
ditumbuhkan di pembibitan selama 6-8 dibongkar. Stum mini memilki persentase kematian
lebih rendah bila disbanding stum mata tidur. Stum mini hanya dapat disulamkan pada tahun
pertama. Jika penyulaman masih harus dilakukan pada tahun kedua dan merupakan

penyulaman terakhir, maka bahan penyulaman menggunakan stum tinggi atau bibit core
stump (CS) (Siagian, 2005).
2. Pemeliharaan tanaman penutup tanah (Legume Cover Crops (LCC))
Gambar 8. LCC
LCC memiliki banyak manfaat, beberapa manfaat langsung yang ditimbulkan dari
penggunaan LCC pada pertanaman karet di antaranya (Balai Penelitian Perkebunan
Sembawa, 1986): a). Meningkatkan kesuburan tanah, b). Melindungi tanah dari erosi, c).

Memperbaiki sifat fisik tanah, d). Memperpendek masa TBM, e). Meningkatkan produksi
karet, f). Mengurangi serangan Jamur Akar Putih (JAP), g). Mempertinggi homogenitas
tanaman, h). Mempercepat regenerasi kulit pulihan.
Beberapa jenis LCC yang dianjurkan sebagai tanaman penutup tanah ada tanaman
karet adalah sebagai berikut :
a) Centrosema pubescens Benth.
b) Calopogonium mucunoides Desv. (Roxb.)
c) Pueraria phaseoloides (Roxb.) Benth.
d) Pueraria javanica
e) Calopogonium cearuleum Hemsl.
f) Centrosema plumeri (Turp. Ex Pers.) Benth.

g) Psophocarpus palustris Desv.


h) Pueraria thunbergiana (S & Z.) Benth.
i) Mucuna cochinchinensis.
j) Mucuna bracteata.
Dari beberapa jenis LCC tersebut di atas, saat ini Mucuna bracteata merupakan jenis
yang paling banyak digunakan karena memiliki beberapa keunggulan yaitu :
pertumbuhannya cepat, produksi biomassa tinggi, tahan terhadap naungan, tahan terhadap
kekeringan, menekan pertumbuhan gulma, dan tidak disukai ternak. Pemeliharaan LCC
sebaiknya dilakukan secara berkala sejak LCC ditanam di lapangan. Pada tanaman karet,
LCC umumnya ditanam di antara barisan tanaman (gawangan). Tindakan pemeliharaan
meliputi : pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama penyakit, dan pemurnian.
3. Penunasan/ pembuangan tunas palsu
Penunasan adalah membuang tunas palsu dan tunas cabang. Tunas palsu adalah tunas
yang tumbuh bukan dari mata okulasi. Tunas ini banyak dijumpai pada stum mata tidur,
sedangkan pada bibitan dalam polibeg tunas palsu tersebut relatif kecil. Tunas palsu perlu
dibuang supaya tanaman dalam satu blok dapat tumbuh seragam. Tunas palsu dapat
menghambat tumbuhnya mata okulasi dan bahkan dapat menyebabkan mata okulasi tidak
dapat tumbuh sama sekali. Pemotongan tunas palsu harus dilakukan sebelum tunas berkayu.
Pembuangan tunas cabang perlu dilakukan untuk mendapatkan bidang sadap yang
baik yaitu berbentuk bulat, lurus dan tegak dengan tinggi 2,5 - 3 meter. Tunas-tunas cabang
yang tumbuh pada ketinggian 2,5 - 3 meter diatas tanah dibiarkan untuk membentuk
percabangan. Pembuangan tunas harus dilakukan secepat mungkin jangan menunggu sampai
berkayu selain sulit dipotong, juga akan merusak bidang sadap kalau pemotongannya tidak

hati-hati. Penunasan dilakukan menggunakan pisau tajam dengan rotasi hingga 12 kali per
tahun. Pemotongan dilakukan sedekat mungkin dengan batang.
4. Induksi percabangan
Pada tanaman karet muda sering dijumpai tanaman yang tumbuhnya meninggi tanpa
membentuk cabang. Tanaman dengan pertumbuhan seperti ini pertumbuhan batangnya
lambat sehingga terlambat mencapai matang sadap, selain itu bagian ujungnya mudah
dibengkokan oleh angin, akibatnya akan tumbuh tunas cabang secara menyebelah, sehingga
tajuk yang terbentuk menjadi tidak simetris. Keadaan cabang seperti ini akan sangat
berbahaya karena cabang mudah patah bila diterpa angin kencang. Beberapa klon yang pada
awal pertumbuhannya cenderung meninggi dan lambat bercabang, diantaranya adalah klon
GT 1 dan RRIM 600. Induksi percabangan selain untuk memodifikasi bentuk tajuk tanaman
juga bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan lilit batang tanaman.
Ketinggian cabang yang dikehendaki umumnya 2.5-3 m dari pertautan okulasi. Bagi
klon-klon yang pertumbuhan cabangnya lambat dan baru terbentuk di atas ketinggian tiga
meter, perlu dilakukan perangsangan untuk mempercepat pembentukan cabang agar tajuk
tanaman lebih cepat terbentuk. Terdapat beberapa metode induksi percabangan namun
metode yang sering dilakukan yaitu : (a). Clipping (b). Penyanggulan/folding, (c)
pemenggalan batang (topping).

a. Clipping
Sebagian helaian daun pada payung teratas yang cukup tua (berumur 1,52 tahun)
dipotong hingga tangkai daun, sehingga hanya menyisakan 3-4 helaian daun yang
letaknya paling ujung saja. Dua-tiga minggu kemudian tunas cabang akan tumbuh.

Pelihara cabang yang bertingkat, agar tanaman lebih kuat terhadap angin kencang dan
serangan jamur upas. Cara pengguguran daun ini kurang efisien, sebab cabang yang
terbentuk hanya sedikit sekali dan tingkat keberhasilannya hanya 55% saja.
b. Penyanggulan/folding
Daun payung teratas yang sudah tua pada tanaman berumur 1,5 2 tahun diikat
dengan tali atau karet menyerupai sanggul. Apabila tunas cabang mulai tumbuh ikatan
harus dilepas. Jika tidak dilepas akan menyebabkan kematian pada daun payung teratas.
c. Pemenggalan batang/Topping
Pemenggalan batang dilakukan pada ketinggian 2,53 m sedikit di atas kumpulan
mata. Pemenggalan ini dilakukan pada waktu tanaman muda berumur 23 tahun, dimana
pada waktu tersebut tanaman sudah mencapai tinggi kurang lebih 5 meter.
Pemenggalannya dilakukan pada waktu awal musim hujan. Tanaman-tanaman yang dapat
dipenggal adalah tanaman dimana pada tinggi kurang lebih tiga meter tersebut batangnya
sudah

berwarna

coklat.

Alat-alat

yang

digunakan dalam pemenggalan adalah gergaji


kayu, dan sebaiknya digunakan gergaji tarik.
Arah irisan gergaji harus miring, tidak boleh
mendatar. Luka tanaman karet dipenggal pada
tinggi yang diinginkan tersebut, 24 minggu
kemudian tunas-tunas mulai tumbuh, biasanya
lebih dari 10 tunas. Untuk itu perlu dilakukan
penjarangan tunas.

Pembentukan cabang dengan cara pemenggalan batang dapat berhasil dengan baik
dan cukup efisien. Namun kelemahannya adalah mudah terserang penyakit jamur upas
dan tidak tahan terhadap angin, karena cabang tertumpuk pada bekas penggalan. Untuk
menekan kerusakan akibat angin dan serangan jamur upas, sebaiknya cabang dijarangkan
menjadi tiga buah cabang saja agar tajuk yang terbentuk dapat tumbuh dan kuat dan
kokoh. Upaya lebih lanjut untuk mengurangi kerusakan akibat angin dapat dilakukan
pemenggalan kemabi pada saat tanaman sudah memasuki fase menghasilkan (TM).
5. Pengendalian gulma pada TBM
Pengendalian gulma dimaksudkan untuk mengurangi persaingan tanaman karet
dengan gulma ataupun tanaman lain yang tumbuh di areal tanaman karet. Persaingan terjadi
antara tanaman karet dengan gulma dalam bentuk penyerapan hara, penyerapan air,
persaingan ruang tumbuh. Selain itu jenis gulma tertentu seperti alang-alang mengeluarkan
zat alelopati yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman karet.
Gulma yang sering tumbuh di areal pertanaman karet antara lain: ilalang (Imperata
cylindrica), Cyperus rotundus, Cyperus killingia, Mikania micranta, Nephrolepis bisserata,
Ageratum, dan Erchtites valerianifolia. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual
dan kimia. Di samping itu, penanaman LCC juga berperan dalam pengendalian gulma di
perkebunan karet. Pengendalian gulma pada areal tanaman karet yang berumur kurang dari
satu tahun dilakukan secara manual dengan menyiang rumput secara melingkar dengan
radius 50 cm dengan peralatan yang umumnya sederhana seperti cangkul, koret, garpu, dan
sabit. Pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan herbisida adalah jenis
pengendalian yang sering digunakan pada tanaman yang sudah berumur lebih dari satu
tahun, penyiangan dapat dilakukan secara melingkar ataupun mengikuti jalur penanaman

karet dengan jarak 1,5 - 2,0 meter dari barisan pohon. Rotasi penyiangan akan tergantung
dari kecepatan pertumbuhan gulma. Pada areal dengan laju pertumbuhan gulma yang tinggi,
rotasi penyiangan dilakukan 2 minggu sekali, tetapi pada lokasi pertumbuhan gulma yang
biasa, rotasi penyiangan dapat dilakukan 3-4 minggu sekali. Pada tanaman menghasilkan
pengendalian gulma dilakukan mengikuti jalur penanaman karet dengan jarak 2-3 meter dari
barisan tanaman. Penyemprotan dilakukan dengan knapsack hand sprayer.
6. Pemupukann tanaman TBM
Dalam pertumbuhan dan perkembangannya tanaman sangat membutuhkan unsur hara.
Jumlah unsur hara yang berada di dalam tanah tidak dapat mendukung pertumbuhan
tanaman karet, oleh karena itu dibutuhkan tambahan hara berupa pupuk. Terdapat tiga faktor
utama yang berpengaruh secara langsung kepada efektifitas dan efisiensi pemupukan yaitu :
a). dosis pupuk, b). jadwal pemupukan, dan c). cara pemupukan.

a) Dosis pupuk
Cara terbaik untuk menentukan kebutuhan hara pupuk tanaman karet ialah melalui
analisis tanah dan analisis tanaman (daun). Pelaksanaan analisis tanah bertujuan untuk
mengetahui kondisi karakteristik tanah, hasil analisis tanah dapat diketahui status kesuburan
tanah serta sifat-sifat tanah yang mempengaruhi efektifitas pemupukan seperti reaksi tanah
(pH) dan kapasitas pertukaran kation (CEC).
b) Saat/waktu pemupukan
Beberapa faktor yang menjadi bahan pertimbangan dalam menetapkan saat
pemupukan antara lain : saat paling dibutuhkan oleh tanaman, daya larut hara pupuk di
dalam tanah, dan keadaan cuaca/curah hujan. Saat pemberian pupuk yang paling tepat pada

tanaman karet ialah pada saat tanaman sedang membentuk tunas-tunas baru (flush), setelah
tanaman mengalami gugur daun alamiah.
Jenis pupuk yang tergolong sangat lambat larut seperti jenis pupuk P (RP dan TSP),
dapat diberikan sekali dalam setahun dan lebih awal yaitu saat menjelang gugur daun atau
segera setelah gugur daun berakhir, sedangkan yang lebih mudah larut seperti jenis pupuk N
(Urea dan AS), K (MoP), dan Mg (Kies) menyusul kemudian.
c) Cara pemupukan
Bagian tanaman yang menyerap hara pupuk ialah akar tanaman terutama akar hara.
Atas dasar itu, letak tebar pupuk hendaknya diusahakan bertumpang tindih dengan
penyebaran akar hara terbanyak. Untuk mengoptimalkan penyebaran hara pupuk, letak tebar
pupuk hendaknya bebas dari persaingan dengan gulma. Oleh sebab itu diperlukan
pengendalian gulma minimal dua minggu sebelum pemupukan.
7. Pengendalian hama-penyakit tanaman TBM
Pada pertanaman karet, serangan penyakit lebih intensif bila dibandingkan dengan
serangan hama. Penyakit yang menyerang tanaman terbagi menjadi penyakit akar, penyakit
daun dan penyakit batang/cabang.
a. Penyakit akar
Penyakit akar yang sering ditemui antara lain:
1) Penyakit jamur akar putih (Rigidoporus lignosus)
2) Penyakit jamur akar merah (Ganoderma prseudoferrum)
3) Penyakit jamur akar coklat (Phellinus noxious)
4) Ustulina zonata (Ustulina zonata)

Inspeksi serangan penyakit akar sebaiknya dilakukan berkala pada TBM setiap bulan
mulai 6 bulan setelah tanam. Penyakit akar yang sering ditemui di lapangan adalah serangan
jamur akar putih (JAP). Pengobatan JAP dapat dilakukan dengan cara menggali tanah
disekitar pohon yang terdeteksi terserang penyakit akar putih. Tanah digali sampai leher akar
dan dilanjutkan bila akar lateral juga terserang. Penggalian tanah menelusuri perakaran yang
terserang jamur sampai batas akar yang tidak terserang. Setelah tanah digali, akar kemudian
dikerok dengan menggunakan sebilah bambu tipis untuk menghilangkan jamur yang
melekat. Jika terdapat perakaran yang terinfeksi berat dan menunjukkan gejala pembusukan,
maka dilakukan pemahatan. Akar kemudian dibersihkan dengan kain lap dan diolesi dengan
fungisida Anvil 50 CP yang telah dicampur dengan lateks.
b. Penyakit Daun
Penyakit daun yang sering menyerang pertanaman karet antara lain:
1) Colletrotichun gloeosporioides
2) Oidium heveae
3) Dreschlera heveae
4) Microcylus ulei
Colletrotichun gloeosporioides sangat merugikan bila menyerang TBM atau TM yang
masih muda yang dapat menyebabkan gugur daun berkelanjutan. Penyakit tersebut
berkembang pada kondisi cuaca yang lembab mencapai 90% dengan curah hujan 10
cm/bulan dan suhu kira-kira 32 0C. Gejala serangannya ditandai dengan adanya bintik 1-2
mm dan di bagian pinggirnya berkerut membentuk lingkaran kuning.
Oidium heveae menyebabkan penyakit embun tepung yang sangat berbahaya bila
menyerang tanaman muda pada saat pembentukan daun sehingga daun gugur kembali.

Gejala serangannya berupa bintik-bintik terpisah. Penyakit ini mudah menyerang pada
kondisi cuaca yang lembab dengan kelembaban mancapai 90% dan suhu udara kurang lebih
32OC.
http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/36034989/3_pemeliharaan_TB
M_dan_TM.doc?
AWSAccessKeyId=AKIAJ56TQJRTWSMTNPEA&Expires=1473985252&Signature=4QX
cRvnDwKk86I9Mswrc4%2B8V7bw%3D&response-content-disposition=attachment
%3B%20filename%3DPemeliharaan_TBM_dan_TM_Karet.doc

Anda mungkin juga menyukai