Oleh
1954251032
a. Pokok Bahasan
Salah satu upaya dalam mempertahankan kelestarian sumber daya
hutan yang di kelola berdasarkan system silvikultur tebang habis dengan
permudaan adalah dengan dibuatnya tanaman hutan luasnya seimbang
dengan luas tebangan di tambah luas tanaman yang berasal dari kawasan
hutan tak produktif.
Pembuatan tanaman hutan merupakan awal dari kegiatan berproduksi
dan merupakan investasi atau cost yang kelak di harapkan memberi hasil
atau benefit yang di harapkan. Teknik pembuatan tanaman dari aspek
manajemen (perencanaan, pelaksanaan, penilaian) dan aspek silvikultur perlu
dikuasai dengan baik oleh setiap rimbawan.Walau secara tegas sulit
dipisahkan antara tindakan manajemen dan tindakan silvikultur, akan tetapi
untuk kepentingan tertentu pada praktek ini kedua bidang tersebut
dipisahkan.
Sistem pembuatan tanaman oleh perhutani biasanya di lakukan
dengan dua cara, yaitu system banjar dan system tumpang sari. Pada system
banjar harian, pesanggem di beri upah tetapi tidak boleh melakukan
penanaman dengan jenis tanaman pertanian di lokasi yang bersangkutan,
sedangkan untuk menanami lokasi tersebut dengan tanaman pertanian.
Pada sistem tanaman tumpang sari terdapat lima macam tanaman
dengan fungsi yang berbeda-beda, yaitu sebagai berikut :
1. Tanaman Pokok
Merupakan tanaman yang diusahakan sesuai dengan kelas perusahaan
(jati) yang merupakan jenis dengan tujuan utama.
2. Tanaman Pengisi
Merupakan tanaman jenis lain yang penanamannya beselang pada larikan
tanaman pokok, umumya 4 jati kemudian 1 tanaman pengisi. Fungsinya
adalah untuk mengurangi sifat buruk dari tanaman monokultur
(meningkatkan biodiversity) atau untuk penghasil ananatar (ditebang
sebelum jati masak tebang), dan untuk menyediakan HMT.
3. Tanaman Sela
Tanaman sela merupakan tanaman yang ditanam antara larikan jati secara
rapat (tidak terputus) dan pada kondisi lereng di tanam secara nyabuk
gunung (sesuai kontur).
4. Tanaman Tepi
Tanaman tepi merupkan tanaman yang ditanam pada tepi pada petak/anak
petak (didalam tanaman pagar), tanman ini berfungsi sebagai pembatas
agar tanaman dengan tahun tanam yang berbeda dan juga untuk segi
keindahan.
5. Tanaman Pagar
Tanaman pagar merupakan tanaman yang di tanam paling tepi, yang
fungsinya sebagai pembatas antar petak (pada antar anak petak tidak ada),
dan pelindung tanaman khususnya dari gangguan hewan ternak bagi
tanaman yang maish muda.
Pada saat umur dua tahun atau masa kontrak habis maka pesanggem
wajib menyerahkan tanaman perhutani, dengan dilakukan evaluasi
keberhasilan tanaman terlebih dahulu.Apabila tanaman di nilai belum baik,
maka bias dilakukan perpanjangan kontrak.
b. Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan perencanaan dan pelaksanaan
pembuatan tanaman hutan
2. Mahasiswa mampu menilai keberhasilan tanaman berdasarkan standar
yang ada atau standar yang disusunnya.
e. Hasil
Kami tidak menemukan satu pun tanaman tepi, pagar, pokok, dan sela,
yang kami temukan hanyalah tanaman pertanian seperti jagung dan ubi dan
tanaman ternak seperti rumput gajah. Maka dari itu di PCP/Petak 91B harus
dilakukan pemeliharan hutan yang teliti agar meningkatkan nilai tegakana
hutan tersebut, kegiatan pemeliharan hutan diantaranya adalah penyiangan,
pendangiran, pemupukan dan penyiraman, pemberian mulsa, singling, wiwil
pruning dan pemberantasan hama dan penyakit.
Juga melakukan penanaman tanaman pengisi, pagar, sela, dan tepi agar
suatu saat masa kontrak habis maka pesanggem wajib menyerahkan
tanaman kepada perhutani, agar tanaman tersebut bisa di evalusasi sebagai
keberhasilan tenaman. Apabila tanaman tersebut dinilai belum baik, maka
bisa dilakukan perpanjangan kontrak.
g. Kesimpulan
Kami tidak menemukan satu pun tanaman tepi, pagar, pokok, dan sela,
yang kami temukan hanyalah tanaman pertanian seperti jagung dan ubi dan
tanaman ternak seperti rumput gajah.
h. Saran
Dalam praktikum ini kami telah mendapat pembekalan yang cukup dan
support dari para pembimbing, namun saran dari kami alangkah lebih baik
jika pembimbing bisa mendampingi kami dilapangan, agar praktikum bisa
berjalan dengan baik, karena dibeberapa lokasi jaringan telepon dan hal ini
membuat kami kesulitan untuk menghubungi para pembimbing.
a. Tujuan
1. Mahasiswa mampu menentukan dan mengevaluasi kegiatan pemeliharaan apa saja
yang perlu dilakukan
2. Mahasiswa dapat menganalisis perlu tidaknya kegiatan penjarangan pada suatu tegakan
hutan tanaman.
3. Apabila diperlukan tindakan penjarangan, mahasiswa mampu menentukan berapa
jumlah pohon yang dijarangi, da kriteria pohon yang perlu dijarangi.
4. Mahasiswa dapat memahami dan dapat mengungkapkan dasar-dasar teori penjarangan.
5. Mahasiswa dapat membuat petak ukur penjarangan pada suatu petak yang di
rencanakan untuk di jarangi dan dapat mengenalisis perlu tidaknya di lakukan
penjarangan berdasarkan salah satu norma penjarangan.
b. Metode
1. Alat dan Bahan
a) Peta perusahaan
b) Buku nomor pekerjaan bidang penjarangan
c) Buku petunjuk teknis penjarangan atau SOP penjarangan
d) Table tegakan sementara vademecum atau table WVW
e) Alat-alat inventarisasi (kompas, tali, pengukur tinggi, tally sheet dll.
f) Alat-alat yang menunjang kegiatan wawancra (alat tulis, vouce recorder, kamrea,
dll.
2. Prosedur
a) Pelajari system dan tata cara pemeliharaan tanaman (bila ada gunakanlah SOP unit
kelestarian hutan sasaran)
b) Amati dan berilah penilaian terhadap kegiatan peeliharaan tanaman yang
dilakukan.
c) Terkhusus untuk kegiatan pemeliharaan yakni penjarangan.lakukanlah simulasi
dengan tata cara sebagai berikut :
Buatlah petak ukur, dengan ukuran luas 0,1 ha (bentuk lingkaran dengan jari-
jari 17,8 m)pada tegakan jati.pohon pusat/tengah dipilih yang paling baik.
Letak PU tersebar merata dalam seruh bagian petak yaitu peletakan pertamanya
random, kemudian selanjutnya sistematik.
Setiap PCP mewakili 4 Hektar (Intensitas Sampling 2,5%) (PU diletakkan
dalam pada peta pada perpotongan garis 2 cm x 2 cm ) karena petak yang
digunakan skala 1 : 10.000.jarak antar PCP dilapangan 200 m
Bila PCP terletak disungai/jalan, dipindahkan disebelahnya sesuai dengan
ketetuan tetapi PCP selanjutnya diukur dari letak PCP yang seharusnya.
Tetapkan pohon pusat
Syarat pohon pusat merupakan salah satu pohon peninggi, yang bentuk dan
penampilan fisiknya terbaik.
Peninggi yang dipilih/ditunjuk sebanyak 10 batang dalam PCP (luas 0.1 Ha)
Peninggi tegakan adalah rerata dari seluruh peninggi dalam seluruh PCPNyang
dibuat dalam petak/anak petak tersebut.
Demikian pula dalam jumlah pohon dalam tegakan, merupakan rerata jumlah
pohon diseluruh PCP yang dibuat.
c. Hasil
Tabel 1. BLANKO PENGAMATAN PENJARANGAN PCP : 1 No. Petak :91B Luas :0,04 Umur :21 Tahun
tanam :2001
No Kondisi
K T TBBC Hama- Keteranga
ph
(cm) (m) (m) Batang Benalu Permukaan Cacat penyakit n lain
n
Ulat Daun
1 89 8.2 4.5 Lumut - - -
Jati
Ulat Daun
2 54 9 5 Lumut - - -
Jati
Ulat Daun
3 119 9 8 Lumut - - -
Jati
Ulat Daun
4 130 14.4 4.5 Lumut - - Mata Kayu
Jati
Ulat Daun
5 100 14.4 10 Lumut - Berjamur -
Jati
Ulat Daun
6 135 10 10 Lumut - - -
Jati
Ulat Daun
7 80 7 7 Lumut - - -
Jati
Ulat Daun
8 115 7.8 3 Lumut - - -
Jati
Ulat Daun
9 115 8 7 Lumut - Berjamur -
Jati
Ulat Daun
10 85 11.2 8 Lumut - - -
Jati
11 91 12 5 Lumut - - - Ulat Daun
Jati
Ulat Daun
12 106 12 12.4 Lumut - - -
Jati
Ulat Daun
13 65 9 7.8 Lumut - - -
Jati
Ulat Daun
14 96 5 2 Lumut - - Mata Kayu
Jati
Ulat Daun
15 106 11 4 Lumut - - Mata Kayu
Jati
Ulat Daun
16 105 13 9.8 Lumut - - -
Jati
Tabel 2. BLANKO PENGAMATAN PENJARANGAN PCP : 2 No. Petak :91B Luas :0,04 Umur :21 Tahun
tanam :2001
No Keliling Tinggi Volume Kondisi
Hama-penyakit Keterangan lain
pohon (cm) (m) (m3) Batang Benalu Alur Permukaan Cacat
1 59 12 0.23 - - ADA - - Ulat Daun Jati
2 89 16 0.68 Miring - - - - Ulat Daun Jati
3 64 13 0.30 - - - - - Ulat Daun Jati
4 72 15 0.42 - - ADA - Mata Kayu Ulat Daun Jati
5 76 14 0.45 - - - - v Ulat Daun Jati
6 63 13 0.28 - - - - Bagus Ulat Daun Jati
7 46 12 0.14 - - ADA - Bagus Ulat Daun Jati
8 92 13 0.59 - Liana - - Bagus Ulat Daun Jati
9 64 5 0.11 - - - - Bagus Ulat Daun Jati
10 55 8 0.13 Miring - - - Bagus Ulat Daun Jati
11 53 10 0.16 - - - - Bagus Ulat Daun Jati
12 86 11 0.45 Miring - ADA - Bagus Ulat Daun Jati
13 113 15 1.07 - - - - - Ulat Daun Jati
14 68 10 0.26 - - ADA - Mata Kayu Ulat Daun Jati
15 40 5 0.04 - Liana ADA - Mata Kayu Ulat Daun Jati
16 85 15 0.60 - - - Berjamur - Ulat Daun Jati
17 82 14 0.52 - - - - - Ulat Daun Jati
18 69 13 0.33 - - ADA - - Ulat Daun Jati
19 60 13 0.25 - - - - - Ulat Daun Jati
20 51 11 0.16 - Liana - - - Ulat Daun Jati
21 65 12 0.28 - - - - - Ulat Daun Jati
22 60 11 0.21 - - - - - Ulat Daun Jati
23 63 12 0.27 Miring - - - - Ulat Daun Jati
24 63 12 0.27 - - ADA - - Ulat Daun Jati
25 76 13 0.42 Miring - - - - Ulat Daun Jati
26 70 13 0.35 Miring - - - - Ulat Daun Jati
27 107 14 0.89 Miring - ADA - - Ulat Daun Jati
Tabel 3. BLANKO TSP PENJARANGAN PCP :1 No. Petak :91B Luas :0,04 Umur :21 Tahun tanam :2001
28 113 18 1.24 - - - - - Ulat Daun Jati
29 52 14 0.21 - - - - - Ulat Daun Jati
30 No Keliling
74 15 Tinggi Volume-
0.46 - ADA Kondisi - - Ulat Daun Jati
31 54 7 0.11 - - - - - Hama-penyakit
Ulat Daun Jati Keterangan lain
pohon (cm) (m) (m3) Batang Benalu Alur Permukaan Cacat
1 80 8 0.29 Lumut - ADA - - Ulat Daun Jati
2 65 9 0.21 Lumut - - - - Ulat Daun Jati
3 103 9 0.53 Lumut - ADA - - Ulat Daun Jati
4 80 14 0.51 Lumut - - - Mata Kayu Ulat Daun Jati
5 85 14 0.58 Lumut - - Berjamur - Ulat Daun Jati
KHDTK : GETAS
HWD : PITU
PETAK : 91B
JENIS TANAMAN : JATI
LUAS PETAK : 0,04
TANGGAL PELAKSANAAN : 11-03-2022
BONITA : II
d. Pembahasan
Pada praktikum ini kami melakukan praktikum penjarangan pada petak 91B dimana
dalam perkalakuannya kami menggunakan plot dengan ploa lingkaran dengan jari-jari
17,80 m dengan luas 0,10 m dan jarak antar plot adalah 200 m Penjarangan dilakukan
untuk berbagai alasan, yakni a) untuk mengurangi jumlah pohon dalam suatu tegakan
sehingga memacu pertumbuhan riap diameter untuk mencapai ukuran pemanfaatan
sesegera mungkin; b) meningkatkan kesehatan tegakan dengan menyisakan tegakan yang
sehat, serta mengurangi kompetisi antar pohon; c) mengeluarkan pohon-pohon yang
memiliki bentuk dan performa yang jelek, sehingga semua riap masa depan terkonsentrasi
hanya pada pohon-pohon terbaik; dan d) menyediakan pengembalian finansial antara dari
hasil penjarangan (Evans, 1992).
Karena respon pertumbuhan tegakan sangat berkaitan dengan kondisi tempat
tumbuh, keadaan awal tegakan, dan jenis tanaman, maka teknik penjarangan (waktu
penjarangan dan intensitas penjarangan) harus dibuat spesifik jenis dan kondisi tempat
tumbuh. Perlakuan penjarangan yang terlambat atau terlalu keras akan berpengaruh
terhadap kuantitas dan kua.litas kayu yang dihasilkan.
Berdasarkan hasil praktek yang telah kami lakukan, penjarangan dilakukan pada
petak 91B dengan no PCP 1 dan luas 0,4 ha serta umur tegakan 21 tahun. Jarak antar PCP
yaitu 200 m.
Sebelum dilakukan pengukuran terlebih dahulu menentukan 1 pohon inti dengan
kriteria kondisi tegakan paling baik diantara tegakan lainnya. Dari pohon inti tersebut
ditarik tali sepanjang 17.84 m, 17.84 m ini merupakan jari-jari dari PCP tersebut. Pohon
inti menjadi titik pusat dari PCP 1. Pohon inti memiliki diameter 89 cm dengan tinggi 8,2
m. jumlah pohon yang ditemukan dalam PCP 1 sebanyak 16 pohon. Sebanyak 1 pohon
memiliki kondisi jelek, penyakit, kecil, tertekan, berjamur dan mata kayu. Selebihnya
dalam kondisi baik dan tanaman dinilai baik. PCP 2 sebanyak 31 pohon. Sebanyak 5 pohon
memiliki kondisi jelek, penyakit, kecil, tertekan, berjamur dan mata kayu. Selebihnya
dalam kondisi baik dan tanaman dinilai baik. PCP 3 sebanyak 5 pohon. Tidak ada pohon
yang memeiliki kondisi jelek semuanya dalam kondisi baik dan tanaman dinilai baik.
Dari hasil perhitungan didapat peniggi 13,45 dan bonita II di PCP 1, PCP 2
peningginya 16 dan bonita 2,5, sedangkan di PCP terakhir atau 3 peningginya 15,025 dan
bonitanya 2,5. Untuk Jumlah pohon dalam table (dua tahun yang akan datang) yaitu PCP 1:
16 pohon, PCP 2: 31 pohon, dan PCP 3: 5 pohon, Jumlah pohon saat PCP dibuat yaitu PCP
1: 16 pohon, PCP 2: 31 pohon, dan PCP 3: 5 pohon, Jumlah pohon yang akan dimatikan
PCP 1: 1 pohon, PCP 2: 5 pohon, dan PCP 3: 0 pohon, dan jumlah pohon JPP penjarangan
dalam PCP yaitu PCP 1: 1 pohon, PCP 2: 5 pohon, dan PCP 3: 0 pohon.
Berdasarkan table register rekapitulasi petak coba penjarangan 1 s/d 5, diperoleh
rata-rata Jumlah pohon saat PCP dibuat (Np) sebanyak 17, jumlah pohon dalam table (dua
tahun yang akan datang) (Nn) yaitu 17 pohon, jumlah pohon yang akan dimatikan 2 tahun
yang akan datang sebanyak 2 dan jumlah pohon JPP penjarangan dalam PCP yaitu 2
pohon.
Dari Hasil tadi tanaman dinilai baik dan bagus maka dipercepatlah dalam proses
penjaranggan dilakukan agar pada saat umur dua tahun kedepan atau masa kontraknya
habis maka pesanggem wajib menyerahkan tanaman kepada Perhutani.
1. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah pohon / Ha jauh
dibawah jumlah pohon / Ha pada table wvw sehingga tidak layak untuk dilakukan
penjarangan.
Dari hasil penilaian keberhasilan tanaman tidak dijumpai tanaman pagar, dan sangat
minim dijumpai tanaman sela, bahkan tanaman pengisi.
Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu kegiatan perawatan tanaman pokok dengan
cara penjarangan. Kegiatan penjarangan ini bertujuan agar tanaman pokok memiliki
pertumbuhan diameter yang besar dan silindris sehingga memiliki kualitas kayu yang baik.
2. Saran
Dalam praktikum ini kami telah mendapat pembekalan yang cukup dan support
dari para pembimbing, namun saran dari kami alangkah lebih baik jika pembimbing bisa
mendampingi kami dilapangan, agar praktikum bisa berjalan dengan baik, karena
dibeberapa lokasi jaringan telepon dan hal ini membuat kami kesulitan untuk
menghubungi para pembimbing.
.
f. Lampiran