Anda di halaman 1dari 22

Shared my Word

Rancangan teknik RUHL

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Timbulnya berbagai dampak negatif, seperti terjadinya banjir, kekeringan, tanah longsor, dan
sebagainya antara lain disebabkan rusaknya hutan di Daerah Aliran Sungai (DAS) terutama
di bagian hulu. Rusaknya hutan dibagian hulu DAS tersebut selalu diikuti dengan rusaknya
fungsi hutan sebagai pengatur tata air. Untuk menanggulangi hal tersebut, perlu dilakukan
upaya pemulihan dan peningkatan kemampuan fungsi hutan, khususnya di kawasan hutan
lindung, hutan produksi dan hutan konservasi, dengan melibatkan para pihak secara terpadu,
transparan dalam satu Gerakan Nasional, sehingga dapat memberikan manfaat ekonomi,
ekologi dan sosial yang seimbang.

Hutan sebagai sumber daya yang dapat diperbaharui akan bisa terwujud jika pembaharuannya
dilaksanakan secara konsekuen. Pembaharuan ini dilaksanakan melalui penanaman kembali
setelah hutan itu dimanfaatkan. Upaya rehabilitasi hutan melalui kegiatan reboisasi saat ini
dirasakan sangat mendesak, karena kondisinya semakin memprihatinkan.

Reboisasi dilakukan melalui kegiatan tanam-menanam dengan menggunakan jenis tanaman


yang sesuai dengan fungsi hutan, lahan dan agroklimat setempat.

Berkaitan dengan perkembangan pola penyelenggaraan GN-RHL/Gerhan untuk lebih


mencapai sasaran, perlu dibuat rencana penanaman dan pemeliharaan Tanaman Reboisasi
Hutan Lindung, Hutan Produksi dan Hutan Konservasi .

B. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti mata diklat ini peserta diharapkan dapat menjelaskan teknik Rancangan
RHL

C. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan dapat :

1. Menjelaskan teknik penetapan calon lokasi

2. Menjelaskan teknik pengumpulan data dan informasi

3. Menjelaskan teknik Rancangan pembibitan


4. Menjelaskan Teknik rancangan penanaman

5. Menjelaskan Teknik rancangan pemeliharaan

6. Mnejelaskan cara menentukan tenaga kerja

7. Menjelaskan cara menentukan kebutuhan alat dan bahan yang dibutuhkan

8. Menjelaskan Rancangan Pengemanan dan Perlindungan

9. Menjelaskan cara menyusun tata waktu

BAB II RANCANGAN TEKNIS KEGIATAN

1. Rancangan Penggunaan Lahan

1.1. Tata Letak

Kegiatan pembuatan tanaman GNRHL, direncanakan dengan luas dan jenis kegiatan yang
telah ditentukan apakah reboisasi, penghijauan, huatan rakyat, social forestry, agroforestry
dan sebagainya.. Lokasi pembuatan tanaman

dilakukan penataan areal tanaman dengan baik. Penataan ini diawali dengan kegiatan
pengukuran, penataan dan pemancangan patok serta anak patok. Luas areal bersih untuk
penanaman pada setiap petak disesuaikan dengan luas areal yang telah ditetapkan yaitu 25 ha
dan dalam rancangan ini perlu ditambahkan areal untuk tempat persemaian, jalan
pemeriksaan, gubuk/pondok kerja, sedangkan areal-areal yang tidak dapat ditanami perlu
dienclave dan tidak masuk dalam luasan areal penanaman.

Tabel: Contoh Format Tabel lokasi dan Luas Lokasi Penanaman


Desa / Luas
No. Lokasi Kecamatan Keterangan
Kelurahan (Ha)

Jumlah

Sumber : Pedoman Kegiatan GERHAN, 2007 dan Hasil Pengukuran Lapangan, 2007

Hasil penataan letak lokasi pembuatan tanaman, dipetakan seperti Contoh pada gambar 1.di
bawah ini.

Pada gambar tersebut dapat dilihat letak lokasi persemaian dan gubuk/pondok kerja, jalan
penghubung, serta jalan pemeriksaan, serta berbagai informasi lainnya.

Gambar 1. Letak Lokasi Pembuatan Tanaman

2. Rancangan Pengumpulan data dan Informasi


Informasi yang dikumpulkan yaitu informasi bio-fisik, sosial ekonomi. Informasi ini
ditujukan untuk memperoleh kesesuaian tanaman, pola kerja, tata waktu dan tata norma
kehidupan masyarakat sekitar calon lokasi, sehingga dapat diperoleh rancangan, pelaksana
dan sistem pelaksanaan yang sesuai. Informasi ini antara lain :

1. Bio-fisik, meliputi situasi lapangan antara lain topografi, curah hujan/musim tanam,
tanah/lahan, jenis tanaman, sarana prasarana, pola tanam setempat.

2. Sosial-ekonomi, antara lain demografi, kepemilikan lahan masyarakat sekitar hutan,


budaya kerja, adat-istiadat, kelembagaan masyarakat, keadaan harga/upah, sarana prasarana
termasuk transportasi dan komunikasi.

Untuk pengumpulan data informasi dituangkan dalam Risalah Umum Lokasi Reboisasi.

2.Rancangan Pembibitan

2.1. Lokasi Persemaian/pembibitan

Rancangan lokasi persemaian/pembibitan ini dibuat dengan mempertimbangkan ketersediaan


air, kelembaban udara, kondisi topografi, hewan pengganggu serta sifat dan karakteristik
jenis tanaman yang akan dibibitkan. Lokasi persemaian/pembibitan ditempatkan pada areal
yang berdekatan dengan lokasi penanaman. Rancangan tata letak persemaian disajikan pada
Gambar 2.di bawah ini.

Gambar 2.Rancangan Tata Letak Persemaian

2.2. Prosedur Pembuatan Bibit

Bibit yang baik akan menghasilkan tanaman yang baik. Oleh karena itu diperlukan prosedur
tertentu dalam pembuatan bibit ini. Secara umum prosedur pembuatan bibit dilakukan
sebagaimana yang tersaji pada Gambar 3. berikut:
Tempat Persemaian

Benih
Terpilih

Bibit Siap Tanam

Gambar 3. Prosedur Pembuatan Bibit Tanaman

Jenis bibit tanaman yang akan digunakan dalam kegiatan RHL, ditentukan sesuai dengan
lokasi yang akan ditanami., jenis tanaman yang akan ditanam adalah jenis kayu-kayuan dan
MPTS. Jenis kayu-kayuan terdiri dari Mahoni, Nyatoh dan Cempaka sedangkan jenis MPTS
terdiri dari Durian, Nangka, Matoa dan Rambutan. Penetapan jenis ini disesuaikan dengan
jenis yang diinginkan masyarakat disekitar lokasi kegiatan.

Tabel 3.2. Jenis Bibit yang Digunakan dalam Kegiatan Pembuatan Tanaman RHL

Jenis Tanaman
Luas Multi Purpose
No Lokasi Kayu- Keterangan
(Ha) Tree Species
Kayuan
(MPTS)

1.

Jumlah

Sumber:

Selain jenis bibit seperti kualitas bibit juga merupakan faktor yang sangat
menentukan keberhasilan tumbuh tanaman di lapangan. Oleh karena itu, apabila bibit
disediakan oleh penangkar maka bibit-bibit tersebut harus memenuhi persyaratan-persyaratan
khusus. Kualitas bibit yang disediakan oleh penangkar harus memenuhi kriteria-kriteria
sebagai berikut :

· Umur bibit cukup sesuai perkembangan normal jenis tersebut

· Sehat dan tumbuh normal

· Tinggi antara 25 – 35 cm

· Akar belum keluar dari polybag

· Tanah dalam polybag kompak dan tidak mudah terambur

· Polybag cukup kuat untuk tidak rusak dalam pengangkutan

· Tanah dalam polybag harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai media tumbuh


semai yang baik

Untuk menilai kualitas bibit yang disediakan oleh penangkar maka diperlukan satu tim
khusus yang terdiri dari paling tidak 3 ahli Silvikultur untuk memberikan penilaian. Bibit-
bibit tanaman yang dinilai kualitasnya akan dijadikan bibit yang siap tanam.

Apabila bibit disediakan melalui pembibitan maka pembibitan perlu dirancang secara baik
dan dilakukan sesuai persyaratan yang dibutuhkan oleh tanaman yang disemaikan. Lokasi
pembibitan/persemaian harus memenuhi kriteria antara lain:

· lokasi dekat mata air

· benih berasal dari pohon induk yang baik atau benih bersertifikat
· media tumbuh (tanah dan polybag) harus baik

· polybag harus memenuhi syarat-syarat tebal dan lubang aerasi

· pembuatan persemaian dengan pemadatan tanah bebas tanaman pengganggu, bebas


akar dan tunggak.

Air untuk penyiraman dapat diambil dari sumber air dekat persemaian atau diambil dari
tempat lain yang dialirkan melalui pipa ke lokasi pembibitan. Air harus tersedia, sepanjang
bibit masih ada dipersemaian. Untuk benih-benih yang sangat kecil maka terlebih dahulu
perlu diberi perlakuan dan dikecambahkan pada satu tempat khusus. Bentuk tempat
pengecambahan tersebut disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Bentuk Bak Kecambah

Bak kecambah tersebut berukuran (50 x 50 x 20) cm. Bak kecambah diisi dengan campuran
tanah, pasir dan pupuk kandang halus yang sudah kering dengan perbandingan
1 : 1 : 1 Setelah bibit cukup umur, yaitu pada saat sudah terdapat 4 - 5 daun maka
kecambah tersebut dipindahkan ke polybag. Polybag yang digunakan untuk jenis kayu-
kayuan adalah yang berdiameter 7 - 12 cm dengan ketebalan yang cukup hingga tidak
mudah sobek. Bentuk pendederan disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5. Bentuk Pendederan

Untuk jenis tanaman dengan biji cukup besar seperti mahoni, durian, nangka dan rambutan
dapat disemai di persemaian atau langsung di polybag. Biji-biji yang telah diberi perlakuan,
dideder dengan jarak yang cukup dan diberi naungan. Kondisi kelembaban tanah selama
pendederan perlu tetap dipertahankan agar biji dapat berkecambah secara normal. Tempat
pendederan harus bebas dari semut, anai-anai dan hewan perusak lainnya.

Biji yang sudah berkecambah selanjutnya dipindahkan ke dalam polybag. Ukuran diameter
polybag untuk jenis MPTS seperti kemiri dan jambu mente adalah 12 - 15 cm, dengan tinggi
20 cm dan ketebalan cukup, sehingga tidak mudah sobek. Bibit yang sudah siap tanam dan
bentuk polybag disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6. Bibit dan Polybag

2.3. Pengangkutan Bibit


Pengangkutan bibit dari persemaian yang dilakukan diluar areal perlu dikondisikan terlebih
dahulu sebelum ditanam. Lokasi pengkondisian bibit ini ditempatkan pada lokasi
penanaman. Pengangkutan bibit ke lokasi pengkondisian ini dilakukan dengan kendaraan
roda empat (truck atau pick up) dan apabila kendaraan roda empat tidak bisa sampai ke
lokasi maka pengangkutan dilanjutkan dengan menggunakan roda (gerobak yang ditarik
sapi). Bibit harus disusun secara rapih di atas bak kendaraan/roda sehingga tidak terjadi
tindihan bibit dengan bibit lainnya. Selain itu diusahakan pula agar dalam pengaturan bibit
diatas kendaraan/roda ini bibit tidak panas agar kesehatan bibit tidak terganggu.

Pengangkutan bibit dari tempat pengkondisian bibit ke lubang tanam dilakukan dengan cara
dipikul atau diangkat dengan sapi atau hewan lainnya. Agar bibit tidak rusak maka dalam
pengangkutan ini bibit diatur rapih dalam keranjang atau di atas gerobak roda.

Apabila persemaian memungkinkan dilakukan di areal penanaman maka hendaknya


persemaian ini dibuat pada tempat yang memiliki aksesibilitas baik. Pengangkutan bibit ke
lubang penanaman dilakukan pada hari yang sama dengan penanaman. Pengangkutan bibit
ini dapat dilakukan dengan cara dipikul atau menggunakan gerobak sapi/roda. Dalam proses
pengangkutan ini diupayakan agar kantong-kantong plastik tidak pecah, supaya bibit tidak
rusak dan mati.

2.4. Kebutuhan Jumlah Bibit

Kebutuhan bibit ditentukan oleh luas areal yang akan ditanami dan jarak tanam yang akan
digunakan. Untuk kegiatan pembuatan tanaman reboisasi menggunakan jarak tanam 3 x 3 m.

Jumlah bibit yang dibutuhkan untuk kegiatan penanaman tergantung pada luasan yang kan
ditanami dan jarak tanamnya.

Untuk tanaman Rebisasi Jumlah bibit yang dibutuhkan untuk areal seluas 1 ha dengan jarak
tanam 3 X 3 m. adalah 1.100 batang kemudian ditambah bibit tanaman sulaman 10 %

Dengan rumus sbb :

Jumlah bibit yang dibutuhkan = +

Untuk pengkayaan, jumlah bibit yang dibutuhkan untuk areal seluas 1 ha dengan jarak
tanam 5 X 5 m. adalah 400 batang kemudian ditambah 10% bibit tanaman sulaman.

Dengan perhitungan :

Jumlah bibit yang dibutuhkan = +


3. Rancangan Penanaman

3.1. Penentuan Arah Larikan

Kegiatan awal yang perlu dilakukan sebelum pembersihan areal adalah menentukan arah
larikan. Penentuan arah larikan ditentukan berdasarkan kondisi lahan seperti topografi atau
garis kontur yang ada. Selain itu penetapan arah larikan juga harus disesuaikan dengan pola
dan jarak tanam yang akan diterapkan.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka dilakukan penentuan arah larikan. Cara penentuan arah
larikan dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Cara Penentuan Arah Larikan

3.2. Pembersihan Areal

Pembersihan areal pembuatan tanaman RHL dilakukan dengan sistem jalur. Pembersihan
areal dilakukan pada jalur-jalur yang akan ditanami sesuai dengan garis kontur lapangan.
Pembersihan dilakukan pada jalur dengan ukuran lebar minimal 50 cm. Cara pembersihan
dengan sistim jalur disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8. Teknik Pembersihan Areal Tanaman Reboisasi

3.3. Pola Tanam

Pola tanam yang akan dikembangkan adalah pola tanam segiempat atau tandur jajar pada
areal yang datar atau kemiringan dibawah 25 % dan pola segitiga atau silang untuk areal
yang berbukit/bergelombang atau kemiringan diatas 25 %. Jarak tanam dalam pembuatan
tanaman reboisasi adalah 3 x 3 m. Pola tanam segiempat dan segitiga pada Desa Ranolambot
Kecamatan Kawangkoan disajikan pada Gambar 9 dan Gambar 10.

Gambar 9. Pola Tanam pada Lereng > 25%

3.4. Pengadaan dan Pemasangan Ajir

Ajir terbuat dari bambu/alur yang tebalnya ± 1 cm dengan lebar 2 cm. Ukuran tinggi ajir
125 cm dan ditanam sedalam 25 cm. Ajir berfungsi sebagai tanda bahwa pada tempat itu akan
dibuat lubang tanam sesuai jarak tanam yang ditentukan. Setelah tanaman ditanam ajir
dipasang pada lubang tanam disamping bibit yang sudah ditanam, kemudian bekas polybag
digantungkan pada ujung ajir. Bentuk dan ukuran ajir disajikan pada Gambar 11.
Gambar 11. Bentuk dan Ukuran Ajir

3.5. Pembuatan Piringan, dan Lubang Tanam

Lubang tanam dibuat dengan ukuran ( 30 x 30 x 30 ) cm. Pada sekitar lubang tanam dibuat
piringan dengan diameter 1 meter. Piringan ini dibuat dengan mencangkul dan membersihkan
areal sekitar lubang tanam dari tanaman penggangu dan rumput-rumputan/alang-
alang. Prosedur pembuatan lubang tanaman dan bentuk piringan disajikan pada Gambar 12
dan Gambar 13.

Gambar 12. Prosedur Pembuatan Lubang Tanaman

3.6. Distribusi Bibit

Distribusi/pengangkutan bibit dilakukan dengan memperhatikan kondisi topografi areal


penanaman. Pengangkutan bibit perlu dilakukan secara hati-hati untuk menghindari
terjadinya kerusakan bibit. Oleh karena itu pengangkutan bibit dari tempat penampungan
bibit ke areal penanaman yang tidak dapat dijangkau kendaraan dilakukan dengan
menggunakan tenaga manusia atau hewan. Untuk lokasi yang dapat dilalui kendaraan roda
dua, pengangkutan bibit dilakukan dengan menggunakan sepeda motor atau
sejenisnya. Prosedur distribusi bibit disajikan pada Gambar 14.
Gambar 14. Alur Distribusi Bibit dari TPB ke Lubang Tanam

3.7. Penanaman

Penanaman merupakan kegiatan yang menjadi sasaran inti kegiatan pembuatan tanaman
reboisasi ini. Oleh karena itu sebelum dilakukan penanaman maka perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :

a. Media bibit kompak dan tidak mudah terhambur dari polybag

b. Kondisi lubang tanaman telah dipersiapkan dengan baik dan tidak tergenang air

c. Kondisi bibit dalam keadaan sehat dan memenuhi standar/kriteria yang telah ditetapkan
untuk ditanam. Standar/kriteria bibit siap tanam yakni : sehat, berbatang tunggal, tinggi ≥ 30
cm, jumlah helai daun minimal 5 lembar.

d. Waktu penanaman harus disesuaikan dengan musim tanam yang tepat

e. Polybag dilepas dari media tanaman dengan tidak merusak sistem perakaran tanaman
kemudian polybag digantung pada ajir

f. Bibit dan media diletakkan pada lubang tanaman dengan posisi tegak

g. Lubang tanaman ditimbun dengan tanah yang telah dicampur pupuk dasar sampai lebih
tinggi dari permukaan tanah

h. Disamping itu perlu juga dibuat piringan tanaman yang bersih dari tonggak dan tanaman
pengganggu.
Penanaman dilakukan secara berhati-hati dengan menempatkan tanaman sekitar 10 cm
dibawah permukaan tanah normal. Setiap tanaman muda diberi soil conditioner untuk
mempertahankan kelembaban tanah. Pada bagian atas permukaan tanah diberi mulsa untuk
mencegah penguapan air dari tanah. Rancangan Soil Conditioner pada tanaman disajikan
pada Gambar 15.

Gambar 15. Pemberian Soil Conditioner Tanaman

Selain soil conditioner, setiap tanaman muda perlu diberi naungan dalam
kondisi tertentu. Naungan dibuat setinggi 1 meter dan terbuat dari alang-
alang atau daun pohon yang tersedia di lokasi. Rancangan naungan
pemberian naungan .

4. Rancangan Pemeliharaan

4.1. Pemeliharaan Tahun Berjalan

Pemeliharaan tanaman merupakan kegiatan yang sangat penting untuk mendukung


pertumbuhan tanaman. Pemeliharaan tanaman tahun berjalan adalah merupakan rangkaian
kegiatan pembuatan tanaman reboisasi yang dilakukan setelah tanaman tersebut berumur
sekitar 1 bulan setelah penanaman. Untuk kegiatan pemeliharaan tahun berjalan ini disiapkan
bibit sulaman sebanyak 10 % dari total kebutuhan bibit yang telah dipersiapkan dalam
pembuatan tanaman reboisasi. Komponen kegiatan pemeliharaan tahun berjalan meliputi
pemupukan, penyulaman, penyiangan dan pendangiran, serta pemberantasan hama dan
penyakit.

a. Pemupukan

Pemupukan merupakan salah satu komponen kegiatan yang sangat penting dalam budidaya
tanaman, bahkan merupakan faktor penentu keberhasilan tumbuh tanaman pada tanah-tanah
dengan tingkat kesuburan yang rendah. Ada berbagai macam pupuk yang dikenal, seperti
pupuk kimia, pupuk organik, pupuk kandang dan lain-lain. Penggunaan jenis-jenis pupuk
tersebut sangat tergantung pada kondisi fisik-kimia tanah.

Berdasarkan solum tanah di lokasi, menunjukkan bahwa tingkat kesuburan tanah pada
umumnya kurang subur. Hal ini disebabkan karena lokasi penanaman banyak mengandung
pasir/larva bekas letusan gunung soputan. Oleh karena itu maka dalam pemupukan yang
dilakukan pada lokasi ini diperlukan proses rehabilitasi dan pengkondisian tanah terlebih
dahulu, sehingga tanah tersebut mampu menyediakan unsur-unsur hara yang siap diserap oleh
tanaman. Proses rehabilitasi dan pengkondisian tanah ini dilakukan dengan pengolahan tanah
sederhana, penggunaan cover crops, pupuk organik/pupuk kandang. Pengolahan tanah
dimaksudkan untuk menciptakan media tanam dengan aerasi bagi perkembangan jasad renik
dalam tanah. Kondisi ini akan lebih baik apabila tanah-tanah yang sudah diolah tersebut
ditanami dengan tanaman penutup tanah seperti Centrosoma, krotolaria dan lain-
lain. Penutupan tanah dengan Centrosoma ini akan mempertahankan kelembaban tanah
sehingga pertumbuhan tanaman pokok akan lebih baik. Kondisi tersebut akan lebih baik lagi
apabila tanaman pokok diberi pupuk organik atau pupuk kandang. Pemberian pupuk kimia
diberikan hanya pada kondisi tanah yang memungkinkan, yaitu pada saat musim
hujan. Pemupukan dengan pupuk kimia tidak dianjurkan pada musim kemarau.

Dalam kondisi tersebut diatas dan dengan memperhatikan jenis-jenis tanaman yang akan
ditanam serta ketersediaan/kemampuan pembiayaan maka ditetapkan bahwa dalam
Rehabilitasi Hutan

Pemberian pupuk dilakukan dua sampai tiga kali. Teknik pemberian pupuk disesuaikan
dengan kondisi tanah dan umur tanaman. Kebutuhan untuk pupuk kandang sebaiknya agar
digunakan dalam bentuk kering.

Penggunaan pupuk kandang untuk pembuatan tanaman reboisasi dibutuhkan sebanyak 275
kg/ha dan pupuk NPK lengkap (dalam bentuk tablet), dalam setiap ha dibutuhkan 11 kg/ha.

b. Penyulaman

Penyulaman dilakukan baik selama proses penanaman tahun berjalan maupun setelah
kegiatan penanaman tahun pertama selesai dilaksanakan. Kegiatan penyulaman ini
dimaksudkan untuk mengganti tanaman yang tidak tumbuh atau mati pada saat penanaman
dilaksanakan. Pada tahun II tidak lagi dilakukan kegiatan penyulaman tanaman. Untuk
kegiatan penyulaman ini juga dilakukan kegiatan-kegiatan sebagaimana yang dilakukan pada
saat penanaman tanaman.

Kegiatan penyulaman dilakukan jika jumlah tanaman yang tumbuh diatas 90 %. Oleh karena
itu untuk kegiatan penyulaman telah disediakan bibit sebesar 10 % dari total kebutuhan
bibit. Penyulaman dapat dilakukan setelah dilakukan evaluasi terhadap tingkat keberhasilan
tanaman. Dari hasil evaluasi tersebut akan ditentukan kondisi tanaman yang terdiri atas
kondisi sehat, merana dan mati. Untuk tanaman dengan kondisi tanaman merana dan mati
akan dilakukan penyulaman.

c. Penyiangan dan Pendangiran

Kegiatan penyiangan dan pendangiran perlu dilakukan agar tanaman dapat tumbuh dengan
baik. Penyiangan dan pendangiran ini dimaksudkan agar tanaman memiliki ruang gerak yang
cukup untuk pertumbuhan, mendapatkan penyinaran yang baik, menghindari tanaman dari
tanaman pengganggu dan untuk menghindari terjadinya persaingan dalam kebutuhan unsur
hara tanaman. Penyiangan ini dilakukan dengan menggunakan cangkul, parang linggis dan
peralatan lainnya.

Bentuk dangir yang akan dibuat adalah berbentuk lingkaran dengan diameter 100 cm
mengelilingi tanaman seperti disajikan pada Gambar 15.

Gambar 15. Bentuk Dangir Tanaman

d. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pemeliharaan tanaman juga dilakukan untuk mencegah/mengendalikan serangan


serangga/hama dan penyakit yang menyerang tanaman. Untuk mengantisipasi serangan
hama dan penyakit ini maka tanaman harus dibersihkan dan diamati secara periodik (minimal
sekali dalam seminggu). Tanda-tanda atau gejala-gejala munculnya serangan atau
meningkatnya populasi hama di lapangan perlu dideteksi dari awal, supaya serangan hama
dapat dicegah atau ditanggulangi. Untuk itu diharapkan agar pengelola dapat menyediakan
insektisida/pestisida.

Pengalaman menunjukkan bahwa serangan hama dan penyakit yang banyak menyerang
tanaman baru biasanya dari jenis semut, ulat, tikus dan babi. Pemberantasan hama dan
penyakit pada tanaman dapat dilakukan dengan penyemprotan pestisida dan insektisida
selektif (fungisida, herbisida, insektisida spektrum terbatas) dan perlakuan fisik/manual untuk
hama ulat dan hewan besar. Penggunaan pestisida dan insektisida pada tanaman harus
dilakukan secara hati-hati untuk menghindari dampak negatif yang ditimbulkan oleh pestisida
dan insektisida tersebut. Mengingat jenis-jenis pestisida/insektisida tersebut di atas sangat
berbahaya bagi ternak/hewan dan bagi manusia maka pelaksana pendampingan perlu
memberikan petunjuk-petunjuk teknis praktis dalam penyimpanan dan penggunaannya.
5. Kebutuhan Bahan dan Tenaga Kerja

5.1. Kebutuhan Bahan

Kegiatan pembuatan tanaman pada lokasi dan luas yang telah ditentukan, tentunya
membutuhkan bahan dan alat. Bahan dan alat yang digunakan diupayakan bersumber dari
bahan lokal yang tersedia di masyarakat. Kecuali bahan-bahan yang tidak ada di masyarakat
bisa didatangkan dari luar seperti pupuk, dan berbagai jenis pertisida dan insektisida yang
harus didatangkan dari luar.

Tabel : Kebutuhan Bahan Dalam Pembuatan Tanaman RHL

Jenis Kegiatan Bahan Keterangan

PEMBUATAN SARANA DAN PRASARANA :

1. Pembuatan Jalan Pemeriksaan cangkul, tali, linggis parang, sesuai


sepatu yang tahan duri dan kebutuhan
peralatan lainnya.

2. Pembuatan papan nama proyek Papan, balok, cet, kuas, sesuai


minyak cet, mesin ketang, kebutuhan
pinsil dan lain-lainnya.

3. Pembuatan gubuk/pondok Papan, balok, seng, mesin sesuai


kerja ketang, dan lain-lainnya. kebutuhan

PEMBUATAN/PENGADAAN BIBIT:

1. Pembibitan (Jenis kayu- Bibit, bedeng semai, sesuai


kayuan, MPTS) polybag, tempat kebutuhan
pengecambahan, papan,
paku, kawat, alat
penyiraman tanaman, selang
air, krang air dan lain-
lainnya.

2. Pengamanan/pemeliharaan cangkul, skop, parang, sesuai


bibit sementara sepatu yang tahan duri dan kebutuhan
peralatan lainnya.

PELAKSANAAN PENANAMAN:

1. Penentuan arah larikan cangkul, tali, parang, sepatu sesuai


yang tahan duri dan kebutuhan
peralatan lainnya.

2. Pembersihan jalur tanaman cangkul, tali, parang, sepatu sesuai


yang tahan duri dan kebutuhan
peralatan lainnya.

3. Pengadaan dan pemasangan Ajir dari bambu, linggis, Sesuai


ajir parang, sepatu yang tahan kebutuhan
duri dan peralatan lainnya.

4. Pembuatan piringan dan cangkul, linggis, parang, lubang tanam


lubang tanam meteran, sepatu yang tahan 30x30x30
duri dan peralatan lainnya. cmdan piringan
dengan
diameter 1 m

5. Distribusi bibit dari TPB ke Bibit, tempat angkut bibit, Sesuai dengan
lubang tanam sepeda, motor, kuda, dan jumlah bibit
peralatan lainnya. yang
dibutuhkan

6. Penanaman dan pemupukan Pupuk dasar, bibit, cangkul, Sesuai dengan


skop, dan peralatan lainnya. kebutuhan

PEMELIHARAAN :

1. Pemupukan pupuk, cangkul, skop, dan Sesuai


peralatan lainnya. kebutuhan

2. Penyulaman bibit, cangkul, skop, parang, Sesuai


dan peralatan lainnya. kebutuhan

3. Penyiangan dan pendangiran cangkul, skop, parang dan Sesuai


peralatan lainnya. kebutuhan

4. Pengedalian hama dan Sprayer, peptisida, Sesuai


insektisida, masker, dan
penyakit peralatan lainnya. kebutuhan

5. Pengawasan lapangan Upah pengawas Sesuai


kebutuhan

5.2. Kebutuhan Tenaga Kerja

Pelaksanaan kegiatan pembuatan tanaman reboisasi sebagai bagian dari pelaksanaan GNRHL
di lokasi Desa Ranolambot Kecamatan Kawangkoan Kabupaten Minahasa membutuhkan
tenaga kerja yang sangat besar. Berdasarkan aturan pelaksanaan GNRHL yang dikeluarkan
oleh Departemen Kehutanan bahwa yang bertindak sebagai pelaksana kegiatan di lapangan
diutamakan kelompok tani, kecuali lokasi yang jauh dari pemukiman penduduk bisa oleh
pihak III atau kontraktor yang difasilitasi oleh dinas/instansi terkait. Analisis kebutuhan
kerja dalam kegiatan pembuatan tanaman reboisasi ini adalah kelompok tani sebagai
pelaksana lapangan. Kebutuhan tenaga kerja yang diperlukan dalam pelaksanaan fisik
dilapangan dengan menghitung kebutuhan tenaga kerja untuk setiap jenis kegiatan seperti :
Pembuatan gubuk kerja, Pembuatan papan kegiatan, Pemasangan patok larikan/jalur,
pemasangan ajir, Pembuatan lubang dan piringan tanaman, Pemeliharaan bibit di TPS,
Penanaman dan Pemupukan, pengangkutan, Pemeliharaan tahun berjalan, Pengawasan
mandor, dll.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka kelompok tani memegang peranan yang sangat penting
dalam kegiatan di lapangan. Kebutuhan tenaga kerja berdasarkan prestasi kerja dan volume
pekerjaan.

6. Rancangan Perlindungan dan Pengamanan

Salah satu tujuan dari GN-RHL/GERHAN adalah perlindungan dan pengamanan


hutan. Oleh karena itu maka dalam rehabilitasi hutan dan lahan perlu dirancang satu sistem
perlindungan dan pengamanan hutan. Semua pihak yang terlibat diharapkan menyadari
bahwa selain bertugas untuk mensukseskan rehabilitasi hutan dan lahan, juga harus tetap
mengkaitkan keberhasilan tersebut dengan perlindungan dan pengamanan hutan. Untuk itu
maka perlu dilakukan beberapa kegiatan:

a. Melakukan penyuluhan tentang perlunya hutan dilindungi dan diamankan

b. Membentuk organisasi pengaman hutan, yang terdiri dari peserta rehabilitasi hutan dan
lahan

c. Menyediakan fasilitas-fasilitas pengaman hutan seperti menara pengamat kebakaran,


peralatan pemadam api, kepyokan dan lain-lain.

d. Melakukan perondaan di sekitar hutan secara bergilir, baik pada malam maupun siang
hari
Kegiatan-kegiatan pengamanan hutan tersebut di atas perlu diorganisir oleh kelompok
tani. Dalam hal pengamanan hutan ini maka perlu dibuat sarana pengamanan hutan berupa
menara pengawas.

Tanaman yang sudah tumbuh dengan baik senantiasa dilindungi dan diamankan dari berbagai
gangguan yang dapat menyerang tanaman. Salah satu gangguan tanaman yang banyak
dijumpai di lapangan adalah gangguan ternak seperti sapi, kerbau dan kuda. Oleh karena itu
pengamanan terhadap ternak perlu terus dilakukan melalui sistem kandang.

Untuk menghindari terjadinya perusakan dan kebakaran tanaman maka perlu dilakukan hal-
hal sebagai berikut:

· Peningkatan partisipasi kelompok tani dan masyarakat sekitar areal reboisasi dalam
pengamanan hutan antara lain melalui kegiatan penerangan dan penyuluhan

· Melaksanakan pemeliharaan tanaman yang intensif untuk membersihkan areal tanaman


dari bahan yang mudah terbakar

· Melaksanakan pengawasan/patroli areal tanaman secara periodik untuk menditeksi


bahaya kebakaran secara dini agar dapat diambil tindakan/langkah-langkah yang tepat dan
cepat

· Untuk pencegahan perusakan, antara lain dilakukan sosialisasi, pelibatan masyarakat


setempat dalam kegiatan pembuatan tanaman dan pemeliharaan serta rekayasa sosial.

9. Rancangan Waktu Kegiatan

Rancangan waktu kegiatan dalam pembuatan tanaman sangat penting karena merupakan
pedoman dalam melaksanakan kegiatan. Rancangan ini harus disesuaikan dengan waktu
penanaman, iklim (musim hujan), jenis tanaman yang akan ditanam. Contoh Jadwal kegiatan
sebagai berikut:

Tabel: Jadwal Kegiatan

2007 2008
N Jenis
Vol 1 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1
o Kegiatan
1 2 0 1 2

I Persiapan

1. …
Pengadaan …b
Patok tg

2. …..
Pengadaan btg
Ajir
3. ….
Perawatan unit
Gubug
Kerja

4. ….
Pembuatan unit
papan
kegiatan

5. …
Pengadaan ….
pupuk NPK kg

I Pelaksanaa
I n
.

1. ha
Pemasangan
patok jalur

2.
Pemasangan
Ajir

3.
Pembuatan
lubang dan
piringan

4.Pemelihar
aan Bibit di
TPS

5.
Penanaman
dan
Pemupukaa
n

I Pemelihara
I an
I

1.Pemelihar
aan Tahun
Berjalan
(Penyiangan
,Pendangira
n dan
Penyulaman
)

DAFTAR PUSTAKA

Dajadi, Loekito, Ir.MSc. dan R Harjono, 1972. Sendi-Sendi Silvikultur. Direktorat Jenderal
Kehutanan. Jakarta.

Dephut. 2005. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P 33/Menhut-V/2005 tentang


Pedoman dan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan
Lahan tahun 2005.

Anda mungkin juga menyukai