Pengelolaan tajuk (canopy management) yang tepat merupakan aspek
kunci maksi- tajuk merubah radiasi sinar matahari menjadi karbohidrat. Pasokan karbohidrat untuk pertum- buhar vegetatif dan generatif ditentukan oleh ukuran luas permukaan hijau daun. Pengelolaan tajuk direfleksikan dengan maksimalisasi indeks luas daun dengan pengaturan jarak tanam dan aktivitas tunas pokok. Dengan maksimalisasi ter- sebut, didapatkan nilai indeks luas daun (L) yang maksimum. Tinjauan komprehensif tentang pengelolaan tajuk telah dibahas dalam sejumlah pustaka seperti yang telah ditulis oleh von Uexkull dan kawan-kawan pada tahun 2005. Indeks luas daun (L) merupakan rasio luas daun terhadap luas lahan adalah metode baku untuk mengukur luas tajuk tanaman. Nilai L dapat dirumuskan sebagai berikut. L = Ad X n X d 10.000 Ad = luas pelepah daun (m²) n = jumlah pelepah daun d = kerapatan tanaman (pokok/ha) Pengelolaan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Tajuk Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkem Bangan Tajuk Antara Lain 1. Genetik Bahan Tanaman 2. Jarak Tanam 3. Tunas Pokok 4. Hama Dan Penyakit 5. Status Hara Daun 6. Ablasi 7. Pemupukan 8. Pemanenan Jarak tanam lebih rapat dapat dibuat untuk tanaman yang koinpak karena pelepah duannya lebih pendek. Sebaliknya, jarak tanam harus diperlebar bila tanaman memiliki tipe pelepah yang panjang. Oleh sebab itu, institusi penghasil benih kelapa sawit biasanya memberikan rekomendasi jarak tanam (populasi/ha) yang optimum untuk masing-masing varietas. Kerapatan tanaman merupakan faktor paling dominan yang mempengaruhi perkembangan tajuk. Populasi tanaman kelapa sawit berkisar 118-158 pokok/ha, tetapi populasi awal yang paling umum digunakan 136-143 pokok/ha. Tunas pokok merupakan cara yang paling cepat untuk menyesuaikan tajuk kelapa sawit dan nilai L.. Semakin banyak pelepah yang ditinggal- kan di pokok (tidak di tunas) maka nilai L dan produksi TBS/ha akan semakin meningkat. Tunas pokok merupakan pekerjaan yang mengandung dua aspek yang saling bertolak belakang, yaitu menjaga produksi agar inaksinium dan memperkecil losses produksi. Untuk menjaga produksi maksimum diperlukan pelepah produktif (berkaitan dengan fotosintesis) sebanyak- banyaknya, tetapi untuk memper- mudah pekerjaan potong buah dan memperkecil ng losses produksi maka beberapa pelepah harus dipotong. Untuk mendapatkan produksi maksimum diperlukan jumlah pelepah yang optimum yaitu 48-56 pelepahi (tanaman nuda) dan 40-48 pelepah (tanaman tua). • Penunasan pelepah muda pada bagian atas tajuk menyebabkan penurunan produksi yang lebih besar dibandingkan memotong pelepah tua. Penurunan produksi akan lebih besar lagi bila hama dan penyakit menyerang bagian atas tajuk tersebut. • Pengendalian hama dan penyakit sebelum tajuk rusak merupakan aspek yang paling penting dari pengelolaan tajukPenunasan berpengaruh terhadap status hara dalam daun. Kadar nitrogen dan kalium pada pelepah akan meningkat, tetapi magnesium akan ari menurun bila tunas pokok dilakukan secara berlebihan. Implikasinya, bila ditemukan status N dan K lebih tinggi dan status Mg berkurang maka hal tersebut menunjukkan terjadinya penunasan yang berlebihan sebelum periode pengambilan contoh daun. • Ablasi merupakan proses pembuangan bunga untuk periode waktu terbatas selama fase pertumbuhan TBM yang digunakan untuk men- dukung pertumbuhan vegetatif tanaman kelapa sawit. Ablasi bertujuan niengalihkan nutrisi an untuk produksi buah yang tidak ekonomis ke pertumbuhan vegetatif tanaman sehingga pada saat tanaman mulai berbuah kondisi vegetatif tanaman sudah cukup kuat untuk mendukung perkembangan buals. Ablasi biasanya dilakukanpada umur 18 bulan sejak tanam di lapangansampai dengan 24 bulan. Setelah itu, bungabetina yang keluar dibiarkan sehingga tanamansudah dapat dipanen pada umur 30 bulan. • Pemupukan mempunyai pengaruh nyata dalam pertumbuhan tanaman dan pengembang- an tajuk. Di antara unsur hara makro, N dan K sangat ben engaruh terhadap pertumbuhan pokok dan luas daun. Tanaman yang kekurangan Pakan menghasilkan pelepah yang lebih kecil. Pemupukan N Japat meningkatkan laju produksi pelepah. Namun, terlalu banyak N dapat menye babkan pertumbuhan tajuk menjadi berlebihan sehingga menimbulkan kompetisi antar pokok, Akibatnya, terjadi penurunan produksi dan pertambahan tinggi pokok yang lebih cepat. • Pemanenan yang sembarangan dapat menyebabkan jumlah pelepah berkurang, terutama pada tanaman muda. Untuk menjaga kondisi tajuk yang optimum, pemanenan harus diusahakan sedemikian rupa tanpa memotong pelepah (sistem "curi"). Pada kondisi tanaman tua, pemanenan buah dilakukan dengan egrek (pisau berbentuk melengkung seperti sabit) yang disambungkan pada ujung bambu. Dengan menggunakan egrek, TBS dapat diambil sekaligus dengan pelepahnya sehingga jumlah pelepah pada tanaman tua cenderung lebih sedikit dari pada tanaman muda. Tunas Pokok • Tujuan penunasan adalah mempermudah pekerjaan potong buah (melihat dan memotong buah masak), menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak pelepah, dan memperlancar proses penyerbukan alami. Selain itu, penunasan dilakukan untuk sanitasi (kebersihan) tanaman sehingga menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi perkembangan hama dan penyakit. Pada tanaman muda, pelaksanaan tunas. • Penurunan produksi ini terjadi karena berkurangnya arcal fotosintesis dan pokok mengalami stres yang terlihat melalui peningkatan gugurnya bunga betina, penurunan seks rasio (peningkatan bunga jantan), dan penurunan BJR (berat janjang rata- rata). Untuk menghindari terjadinya over pruning, perlu dilakukan pelatihan dan simulasi pekerjaan, pengawasan yang ketat, dan penggu- naan alat yang tepat. Peralatan dan tenaga kerja 1. Peralatan dan tenaga kerja Alat-alat yang digunakan dalam tunas pokok berbeda menurut pertambahan umur tanaman kelapa sawit. Alat-alat tersebut disesuaikan dengan tinggi tanaman dan ukuran pangkal pele- pah. Penggolongan alat kerja dapat dilihat pada Tabel 8.1 dan Norma prestasi dan formulasi perhitungan kebutuhan tenaga tunas dapat dilihat pada Tabel 8.2. Tunas pasir 2. Tunas pasir Sebelum areal/blok masuk dalam kategoriTM tidak diperbolehkan melakukan pekerjaan himas apapun karena pada waktu tersebut jumlah pelepah belum optimum, sehingga pelepah produktif tidak boleh dibuang. Tunas pasir akan dilakukan 1-2 bulan sebelum pokok pasir mulai dipanen. Prinsip tunas pasir adalah hanya membuang pelepah yang berada satu lingkaran paling bawah (dekat tanah) dan pelepah kering. Pekerjaan tunas pasir dilakukan dengan cara membuang pelepah satu lingkaran paling bawah (dekat tanah) dan juga pelepah kering. Pelepah dipotong rapat ke pangkal dengan memakai dodos kecil (mata dodos 8 cm), kemudian pelepah-pelepah tersebut dikeluarkan dari piringan dan disusun di gawangan mati Tunas Periodik 3. Tunas periodik dilakukan pada tanaman yang telah berumur di atas 4 tahun dengan rotasi 9 bulan sekali. Pekerjaan tunas periodik dilakukan dengan memotong pelepah rapat ke batang dengan bidang tebasan berbentuk tapak kuda. Selama menunas, semua epifit pada batang dibersihkan dengan tangan atau "digebyok" dengan batang pelepah pada bagian yang lebih tinggi. Pokok yang pertumbuhan kurang bagus atau kuning karena defisiensi hara harus ditunas lebih hati- hati cukup membuang daun yang kering saja. Pokok yang telah dipastikan abnormal tidak perlu ditunas lagi karena pada akhirnya akan dibongkar. Penyusunan Pelepah 4. Pada areal datar sampai dengan bergelombang, pelepah-pelepah disusun di tengah gawangan mati dengan lebar antara 2-2,5 m dan tidak boleh ada pelepah di piringan dan parit/sungai. Untuk memudahkan penyusunan pelepah, setiap sepuluh pokok dibuat pancang dari pelepah sehingga susunan pelepah menjadi lurus/tidak lari.Pelepah tidak perlu dipotong-potong, melainkan disusun memanjang searah barisan dan tidak berserakan. Letak pangkal pelepah diusahakan seragam, misalnyaatau ke Barat sehingga rumpukan tidak melebar Bila pada genvang. an mati kebetulan terdapat parit yang memanjang searah barisan pokok maka pelepah hans dipotong tiga dan disusun melintang di anta ra pokok dalam barisan serta tidak boleh menghalangi pasar rintis. Keuntungan carapenyusunan pelepahtersebut yaitu menghe-mat energi dan waktu tukang potong buah/tunaskarena pelepah tidak perlu dipo- tong-potong, kecuali jika terdapat parit memanjang di gawangan. Selain itu, piringan tidak bertambah sempit oleh ujung- ujung pelepah karena telah disusun jauh di tengah gawangan dan dapat menekan pertum- buhan gulma di tengah gawangan. Pelepah yang Derlu dipotong juga menjadi bahan pupuk organik yang selanjutnya menambah hara tanah, menjaga struktur tanah dari erosi, dan mempertahankan kelembapan sehingga merangsang pertumbuhan akar sawit di gawangan mati. Ancak panen dari masing-masing tukang potong buah lebih aman dari saling "curi buah" antara sesama pemanen (karena berpindah antar-rintis menjadi lebih sulit) . Pada areal berbukit - bergunung dengan terasan, susunan pelepah harus searah dengan terasan. Pelepah disusun di bagian bibir terasan. Hal ini dimaksudkan juga untuk mencegah erosi tanah dan menahan jatuhnya TBS yang dipanen ke arah kaki bukit Organisasi Tunas Pokok Organisasi tunas pokokKelompok (gang) kerja tunas terdiri dari 15-20 orang untuk setiap 2 dua afdeling dengan satu orang Mandor Tunas. Setiap karyawan tunas mengancak satu pasar rintis (2 baris kiri-kanan), sedangkan di areal terasan ancak berdasarkan arah terasan (1 baris).Setiap penunas harus memasang nomor ancak (pancang ancak) di pasar rintis diancakinya. Hal ini diperlukan untuk memu- yang akan dahkan pengontrolan oleh Asisten, Mandor I, maupun Mandor Tunas. Pelepah yang telah dipotong langsung disusun sesuai ketentuan. Perpindahan dari blok ke blok berikutnya dalam satu afdeling harus sistematis (searah jarum jam atau kebalikannya). Ablasi • Tanaman kelapa sawit mulai mengeluarkan bunga setelah berumur 14 bulan, tergantung pertumbuhannya. Pada saat tersebut, bunga yang dihasilkan masih belum membentuk buah sempurna sampai tanaman berumur sekitar 24 bulan sehingga tidak ekonomis untuk diolah. Oleh sebab itu, semua bunga maupun buah yang keluar sampai dengan umur 24 bulan ini perlu dibuang atau diablasi. Ablasi merupakan pekerjaan penting sebelum tanaman beralih dari TBM ke TM.Ablasi merupakan aktivitas membuang semua produk generatif, yaitu bunga jantan, betina, dan seluruh buah (yang terlanjur jadi) guna mendukung pertumbuhan vegetatif kelapa sawit. Pelaksanaan ablasi terakhir dilakukan enam bulan sebelum pokok dipanen. Ablasi mulai dilaksanakan jika lebih dari 50% pokok kelapa sawit dalam satu blok telah mengeluarkan bunga (jantan dan atau betina). Umumnya, ablasi mulai dilakukan saat tanaman berumur 18 bulan di lapangan. Pelaksanaan ablasi dilakukan setiap dua bulan sekali sampai tanaman berumur 24 bulan.