Anda di halaman 1dari 14

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Land Clearing

Land ClearinG (LC) adalah kegiatan pembukaan dan pengolahan hingga

siap ditanami kelapa sawit. Adapun tahapan pekerjaan LC yang dapat

dilakukan sebagai berikut:

1. Imas

Imas merupakan kegiatan memotong kayu-kayu kecil yang

diameternya kurang dari 15 cm tujuannya memberikan jalan kepada

pekerja yang akan melakukan pekerjaan tumbang. Standar kerja kegiatan

imas yaitu kayu kecil dengan diameter kurang dari 15 cm harus ditebang

habis, bekas tabangan harus mepet denga permukaan tanah (maksimum 20

cm), dilaksanakan sebelum tumbang.

2. Tumbang

Tumbang merupakan kegiatan menebang kayu-kayu besar yang

diameteenya lebih dari 15 cm dengan menggunakan chainshaw. Adapun

standar keja tumbang yaitu semua kayu harus ditumbang (tidak boleh ada

pohon kayu yang masih tegak), batas tebangan maksimum 125 cm dari

permukaan tanah, dilakukan setelah imas selesai.

3. Perun

Perun merupakan kegiatan merencek (memotong) kayu-kayu yang

sudah ditumbang menggunakan excavator dan mengumpulkannya atau

ditumpuk menggunakan buldozer dengan lebar tumpukan 2-3 meter .

penumpukan dilakukan di gawangan mati


9

4. Pembuatan jalan atau jembatan

Jalan atau jembatan merupakan prasarana untuk memudahkan

penanaman terutama pada pengangkutan bibit, alat-alat dan tenaga kerja

serta pengawasan pekerjaan di lapangan. Jalan utama di dalam kebun

dibagi menjadi 4, yaitu AR (Access Road), MR (Main Road), CR

(Colection Road), dan jalan kontur.

AR merupakan jalan yang menghubungkan jalan Negara ke kebun

atau PKS dengan lebar jalan sekitar 20 m. MR merupakan jalan yang

dibangun dengan arah Timur-Barat yang memiliki lebar jalan sekitar 9 m.

CR merupakan jalan yang dibangun dengan arah Utara-Selatan yang

memiliki lebar sekitar 7 m. jalan kontur merupakan jalan yang dibangun

pada areal bukit dan dibuat dengan memotong kontur dengan lebar 5 – 7m.

B. Pembibitan

Pembibitan merupakan kegiatan penanaman kecambah kelapa sawit

hingga menjadi bibit yang siap tanam di lapangan.Terdapat dua jenis system

pembibitan, yaitu single stage nursery dan double stage nursery. Pembibitan

satu tahap (single stage) memiliki ciri-ciri yaitu tidak memerlukan polybag

kecil, tidak memerlukan bedengan dan atap pelindung, tidak memerlukan

biaya pemindahan ke polybag besar, perlu persiapan untuk pengisian polybag

yang memerlukan tanah atas (top soil) yang baik dalam waktu singkat, sortasi

bibit harus dilakukan secara bertahap dan secara keseluruhan sistem ini lebih

mahal. Serta dalam pengawasan dan perawatan akan menjadi lebih rumit

yang dikarenakan banyaknya bibit.


10

Pembibitan dua tahap (double stage nursery) memiliki ciri-ciri yaitu

karena ditanam dalam babybag, bibit tahap awal berkumpul dalam luas lahan

yang lebih kecil, sehingga memudahkan pengawasan, pemupukan, dan

pengendalian hama penyakit. Penggunaan polybag besar lebih sedikit karena

terdapat seleksi awal (sekitar 10%) telah dilakukan, dan lama pembibitan

dalam polybag besar lebih singkat, kebutuhan tanah lebih sedikit, biaya

penyiraman lebih murah namun memerlukan biaya tambahan untuk

pemindahan bibit dari kantong plastik kecil yang besar.

Pembibitan dua tahap dipandang lepih tepat untuk diaplikasikan karena

dalam penagawasannya lebih mudah dan teliti. Ada dua tahap yaitu PN (pre-

nursery) dan MN (main-nursery).

pembibitan awal (pre-nursery) tujuanya adalah memberi waktu lebih

longgar untuk membuat persiapan areal bibitan dan mempersepit tempat

pemeliharan bibit selama 3 bulan pertama atau memiliki 3-4 helai daun untuk

memudahkan pemliharaan optimal. Terdapat ukuran baby-bag yang

digunakan yaitu 0,075 mm x 15 cm x 23 cm lay flat (setelah diisi akan

berdiameter ± 10 cm dan tinggi ± 17,5 cm). Tahapan tersebut memiliki media

tanam yang dicampur dengan pupuk yatiu mikoriza, thricodherma, dan RP

(Rock Phosphate). Pembibitan PN ini harus diberi bedengan yang bertujuan

agar baby-bag yang akan digunakan dapat berdiri tegak dan kokoh. Ukuran

bedengan yang dapat digunakan yaitu 10-15 m x 1,2 m, jarak antar bedengan

70 cm. Dalam satu bedengan dapat tersusun ± 1000 baby-bag dengan

penyusunan yang rapat. Penyeleksian bibit abnormal pada pre nursery yang
11

akarnya melingkar akibat ditanam terbalik, bibit yang daunnya menggulung,

bibit yang daunnya sempit atau seperti jarum, bibit yang berdaun keriput/

keriting, bibit yang berdaun menciut, bibit yang kurus dan kerdil dan bibit

yang daunnya menguning

Pembibitan utama (main nursery) harus memiliki lokasi atau tempat yang

relatif rata, dekat dengan sumber air, tidak tergenang air dan mudah diawasi

serta dekat dengan pre nursery, lokasi main nursery harus memiliki drainase

yang teratur, jalan yang diatur sebaik-baiknya untuk kemudahan pengeluaran/

pengiriman bibit. Sekeliling main nursery sebaiknya dipagar untuk mencegah

gangguan ternak dan sebagainya. Ukuran polybag pada main nursery adalah

40 cm x 50 cm dan tebal 0,12 mm. Pembibitan pada main nursey dimulai

pada umur 4 bulan -24 bulan. Penyeleksian bibit abnormal pada main nursery

adalah anak daun sempit dan menggulung, tumbuh tegak dan kaku,

pertumbuhan tajuk rata. Bibit loyo, bibit jouvenile (daun tetap mengumpul

atau tidak pecah).

Perawatan yang dilakukan dalam pembibitan adalah penyiraman yang

dilakukan setiap pagi dan sore hari selama 30 menit atau setara dengan 6 mm

curah hujan untuk setiap penyiraman. Bila malam hari pukul 19:00-05:00 wib

terdapat curah hujan lebih besar dari 10 mm, maka tidak perlu dilakukan

penyiraman pada keesokan pagi hari, dan penyiraman pada sore hari

bergantung pada kelembapan tanah di polybag dan bila pagi hari turun hujan

lebih besar dari 10 mm, maka tidak perlu dilakukan penyiraman pagi dan sore

hari. Kemudian yang kedua adalah pemupukan, pada pembibitan dilakukan


12

secara teratur sesuai dengan jadwal yang telah ada, standar pemupukan dalam

pembibitan adalah pupuk harus tersebar merata, tidak boleh menggumpal dan

tidak boleh mengenai pohon atau daun, pemupukan pada pembibitan bisa

dilakukan dengan pupuk cair dengan cara menyemprot, pemupukan pada

pembibitan umumnya menggunakan pupuk majemuk (compound fertilizer).

Yang ketiga adalah weeding yaitu membuang semua gulma baik yang ada

pada polybag maupun diluar polybag, weeding gulma dalam polybag harus

dilakukan dengan cara manual yaitu dicabut dengan tangan, weeding

dilakukan secara rutin dengan rotasi 30 hari, weeding gulma digawangan

(diluar polybag) dilakukan secara manual/ khemis dengan rotasi 60 hari. Dan

perawatan terakhir dalam pembibitan adalah penyeleksian pada pre nursery

dan main nursery.

Pada pembibitan harus dilakukan pemberantasan hama dan penyakit,

pemberantasan hama dan penyakit dilakukan rutin satu bulan sekali secara

khemis. Jenis hama yang sering menyerang bibitan adalah belalang, tungau,

apogonia dan sebagainya. Penyakit yang sering dijumpai pada pembibitan

adalah pertumbuhan bibit abnormal karena kelainan bawaan atau kelainan

gen. Penanggulangan bibit yang terserang penyakit adalah dengan cara

mencabut bibit yang sakit atau mengisolasinya ke tempat yang lain agar tidak

menginfeksi bibit yang lain dan kemudian dilakukan penanggulangan secara

khemis yaitu dengan fungisida apabila bibit terinfeksi jamur, namun apabila

seringan jamur telah maksimal maka bibit harus dibuang atau dimusnahkan.

Pemusnahan dapat dilakukan dengan cara membakar dan dipendam.


13

Kualitas bibit (jenis dan pertumbuhannya) merupakan faktor penting

dalam rangka mendapatkan produksi CPO yang tinggi dan dapat dipanen

pada umur 30 bulan di lapangan. Kualitas bibit dipengaruhi oleh sumber bibit

atau potensi genetik, kultur teknis dalam penanaman dan pemeliharaan bibit,

seleksi bibit, umur bibit pada waktu ditanam di lapangan. Pemilihan sumber

kecambah merupakan faktor terpenting, karena setelah ditanam di lapangan

selama 25-30 tahun potensi produksi tidak mungkin dapat diperbaiki

(Akiyat, 2005)

C. Perawatan TBM dan TM

1. Perawatan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

Tanaman belum menghasilkan adalah tahapan sejak tanaman kelapa

sawit selesai di tanam sampai tanaman memasuki masa panen pertama.

Pada umumnya tanaman belum menghasilkan berumur maksimal 3 tahun.

Rawat tanaman belum menghasilkan (TBM) adalah setiap pekerjan yang

ditujukan untuk mendorong pertumbuhan tanaman sehingga mempercepat

masa TM.

Periode pemeliharaan tanaman belum menghasilkan adalah periode

TBM I yang berarti tanaman yang dipelihara pada tahun I atau tahun

penanaman, kemudian periode TBM II yaitu tanaman yang dipelihara pada

tahun II setelah tahun penanaman (12 bulan) dan yang terakhir adalah

periode TBM III yaitu tanaman yang dipelihara pada tahun III setelah

tahun penanaman. Pada periode tahun III umur ± 30 bulan sudah mulai

buah pasir (scout harvesting). Berdasarkan jenis pekerjaan, rawat TBM


14

dibagi dalam kelompokan kegiatan meliputi rawat piringan, pembrantasan

lalang, rawat gawangan, sensus pohon, konsolidasi.

a. Rawat Piringan

Rawat piringan dilakukan dengan menggaruk areal piringan pokok.

Pada TBM 1 memiliki jari – jari piringan 1 – 1,5 m dari pangkal

tanaman.pada TBM II dan III memiliki jari – jari 2 – 2,5 m dari pangkal

pelepah. Rawat piringan bertujuan agar areal di sekeliling pohon

dibersihkan guna memberikan ruang untuk pertumbuhan tanaman

maupun sebagai tempat menaburkan pupuk.

b. Pemberantasan Lalang

Lalang adalah jenis gulma yang berbahaya sehingga harus

diberantas sampai tuntas. Jalan yang harus diberantas adalah yang

termasuk kategori sheet, sporadis maupun kategori wiping.

Pemberantasan lalang kategori wiping dilakukan rutin dan secara

khemis dengan rotasi 60 hari. Bila memberantas lalang kategori sheet

dan sporadis dengan penyemprotan harus menggunakan air bersih

(bukan air yang berlumpur dan keruh) dan dilakukan pada pagi atau

siang hari saat cuaca cerah. Pada perkebunan kelapa sawit memiliki

standar rawat yaitu bebas lalang. Karena apabila di dalam blok atau

lahan terdapat lalang maka akan menghambat pertumbuhan tanaman

yang dibudidayakan.

c. Rawatan Gawangan
15

Rawat gawangan adalah membersihkan gulma dari kelompok anak

kayu yang ada di pasar pikul, piringan dan sekitar parit/ sungai. Pada

umumnya rawat gawangan dilkukan dengan cara mendongkel anak

kayu yang berada di gawangan.

d. Sensus Pohon

Sensus pohon merupakan kegiatan menghitung jumlah pohon

kelapa sawit tiap blok pada setiap Afdeling/Divisi. Dengan sensus

pohon akan diketahui apakah jumlah pohon tiap blok sudah sesuai atau

belum terhadap standar.

Standar sensus pohon meliputi :

1. Jumlah pohon tiap blok harus sesuai dengan standar jarak tanam

atau kerapatan pohon yaitu 136 pohon/ha.

2. Sensus pohon harus dilakukan setelah selesai penanaman dan tidak

boleh lebih dari 6 bulan.

3. Pelaksanaan sensus harus memakai form sensus yang telah

disediakan.

4. Hasil sensus harus dipetakan tiap blok.

5. Kode – kode dalam peta harus mengikuti aturan yang sudah

ditentukan.

6. Sensus dilakukan setahun sekali oleh petugas sensus.

e. Konsolidasi

Konsolidasi adalah kegiatan memperbaiki penyimpangan yang

dialami pohon baik sebagai akibat kesalahan dalam penanaman


16

maupun akibat gangguan alam. Yang diperbaiki dalam pekerjaan

konsolidasi adalah kondisi tanaman yang condong, penimbunan

kurang, timbunan cekung, timbunan berlebihan dan sejenisnya. Setiap

tanaman atau yang telah ditanam di lapangan tidak boleh condong atau

miring, timbunan kurang (cekung), longsor (pada daerah contour.

Konsolidasi dilakukan pada setiap blok setelah selesai penanaman,

konsolidasi dilakukan hanya sekali paling lambat 6 bulan setelah

tanam, alat yang digunakan dalam konsolidasi adalah cangkul dan alat

lain yang diperlukan .

2. Perawatan Tanaman Menghasilkan (TM)

Tanaman menghasilkan adalah tanaman yang sudah dipanen (diambil

hasilnya) secara rutin. Kegiatan rawat TM ditujukan untuk mendukung

produktivitas tanaman dan memperlancar kegiatan panen.

Berdasarakan jenis pekerjaan, rawat TM dibagi dalam :

a. Rawat Piringan

Piringan adalah daerah sekeliling pohon yang dibersihkan untuk

mempermudah pengumpulan brondolan sewaktu panen maupun untuk

tempat penaburan pupuk.Piringan berbentuk lingkaran dan memiliki jari-

jari minimal 15cm dari ujung daun terluar. Rawat piringan dilakukan

dengan dua cara yaitu cara manual dan khemis.

Cara manual adalah dengan menggaruk piringan, piringan pokok

digaruk bersih dengan radius 2 meter. Sedangkan rawat piringan dengan

cara khemis yaitu melakukan penyemprotan dengan herbisida, rawat


17

piringan secara khemis dilakukan dengan rotasi 90 hari (4 kali setahun).

Jika keadaan tenaga kerja sulit diperoleh maka rawat piringan dilakukan

dengan sistem khemis.(MCAR Revisi 2007)

b. Rawat Gawangan

Rawat gawangan adalah pembersihan gulma kelompok anak kayu di

gawangan yang dianggap merugikan tanaman maupun mengganggu

pekerjaan.Gulma yang diberantas pada gawangan yang termasuk

kelompok anak kayu adalah Melastoma malabathricum, Chromolaena

odorata, Clidemia hirta dan Schleria sumatrensis.

Pengendalian gulma ini tidak menggunakan sistem khemis karena

gulma-gulma ini tidak begitu sensitif dengan herbisida. Oleh karena itu,

penanggulangan gulma ini dengan cara mendongkel gulma (DAK). Gulma

harus didongkel sampai akar terangkat ke atas, akar gulma yang telah

didongkel tidak boleh langsung menyentuh tanah karena akan

mengakibatkan gulma dapat tumbuh kembali.

c. Prunning ( Penunasan)

Prunning ialah pekerjaan memotong pelepah dengan tujuan menjaga

standar jumlah pelepah tiap pohon kelapa sawit. Jika tanaman terlambat di

prunning maka pelepah akan tumbuh lebat dan akan menyulitkan

pekerjaan panen sehingga buah akan banyak yang tidak terpanen. Pada

saat penunasan harus diusahakan sampai batas songgo 2 (dua pelepah

dibawah tandan paling bawah harus ditinggalkan) sehingga setelah ditunas

jumlah pelepah daun masih tersisa 48-54 pelepah. Dan jika terlalu cepat
18

ditunas melewati batas songgoh dua, pohon akan kekurangan daun

sehingga berat tandan buah turun. Bekas potongan tunas harus mepet atau

dekat dengan pokok. Setelah dilakukan penunasan, pelepah disusun

digawangan mati

d. Rawat TPH

Tempat pengumpulan hasil adalah suatu tempat yang dibuat khusus

untuk mengumpulkan hasil panen (TBS dan brondolan) dari dalam blok

sehingga hasil panen terkumpul, hasil per pemanen bisa diketahui dan

mempercepat pengangkutan. TPH harus dirawat secara rutin agar TPH

bersih bebas dari gulma.

D. PANEN

Panen merupakan suatu kegiatan memotong tandan buah yang sudah

matang kemudian mengutip tandan buah dan brondolan yang tercecer di

dalam dan diluar piringan.Selanjutnya menyusun tandan buah di Tempat

Pengumpulan Hasil (TPH).

Pengalihan dari TBM ke TM biasanya pada umur 3 tahun dan 60% dari

jumlah tandan sudah dapat dipanen serta berat rata-rata tandan sudah diatas 3

kg. Buah kelapa sawit matang panen apabila brondolannya telah lepas dan

jatuh secara alami dari tandannya. Dalam pelaksanaan panen buah kelapa

sawit dan pengangkutannya ke pabrik kelapa sawit menyangkut sejumlah

aspek yang berpengaruh nyata baik terhadap kuantitas maupun kualitas

minyak yang akan diperoleh. Setiap aspek bersifat kompleks, aspek-aspek

tersebut adalah:
19

1. Kriteria Matang Panen

Buah kelapa sawit menjadi matang sekitar 6 bulan setelah terjadinya

polinasi (penyerbukan) dan fertilasi (pembuahan). Kematangan buah adalah

aspek yang pengaruhnya paling menonjol terhadap kualitas dan kuantitas

minyak. Semangun, H 2003.

Kriteria matang panen ditentukan pada saat kandungan minyak dalam

dalam daging buah maksimal dan kandungan asam lemak bebas rendah.

Berdasarkan penyelidikan , kriteria matang panen yang paling baik adalah 2

brondolan/kg berat tandan. Untuk kebun inti menggunakan 2 brondol

lepas/kg berat tandan dan kebun plasma 1 brondolan lepas/kg beart tandan.

(MCAR Revisi 2007)

2. Persiapan Panen

Persiapan panen merupakan pekerjaan yang mutlak dilakukan sebelum

TBM dimtasikan menjadi TM. Persiapan panen yang baik akan menjamin

tercapainya target produksi dengan biaya panen seminimal mungkin. Hal-hal

yang perlu dilakukan di dalam mempersiapkan pelaksanaan pekerjaan

potong buah yaitu persiapan kondisi areal, penyediaan tenaga potong buah,

pembagian seksi potong buah dan penyediaan alat-alat kerja.

Persiapan areal panen berhubungan dengan adanya mutasi dari tanaman

belum menghasilkan (TBM) ke tanaman menghasilkan (TM). Dalam

keadaan normal, perubahan TBM ke TM terjadi pada tahun ketiga sesudah

tanaman ditanam. Sebelem peanen keita perlu memperkiran produksi yang

dihasilkan untuk TBS.


20

3. Sensus Produksi

Dengan melakukan perhitungan ini dengan mudah dapat diramalkan atau

ditargetkan berapa produksi TBS yang akan diperoleh enam bulan

mendatang, sedangkan untuk berat rata-rata tandan sesuai tingkatan umur

tanaman. Disamping itu perlu diperhitungkan faktor koreksi, seperti keadaan

curah hujan 1-2 tahun sebelumnya, pelaksanaan penberian pupuk, gangguan

hama atau penyakit, mutu panen, aborsi setelah anthesis, potensi bahan

tanaman, dan produksi 5 tahun terakhir.

4. Pemberian Nomor Ancak Panen

Pemberian nomor ancak panen bertujuan agar memudahkan para

pemanen masuk dan tidak keliru pada saat akan melakukan kegiatan panen.

Nomor ancak juga berguna untuk para krani buah agar tidak salah nomor

pemanen yang telah dihitung jumlah buahnya.

5. Rotasi Panen

Panen dilaksanakan setiap hari pada areal (ancak) yang berbeda, agar pabrik

dapat berjalan tiap hari atau minimal lima hari kerja seminggu. Luas areal

panen harian harus disesuaikan dengan tenaga pemanen, efisiensi

pengangkutan, dan kapasitas oleh pabrik.Tiap areal panen dapat dibagi menjadi

3 atau 4 hari panen, namun rotasi atau pusingan panen harus tetap 7 hari.Hari

panen perlu diatur agar tersedia hari istirahat untuk pabrik.Dalam keadaan

normal, panen dilakukan 5 kali seminggu, yakni hari senin sampai jumat, atau

disebut sistem 5/7.Rotasi panen dapat diubah menjadi 9-12 hari pada panen

rendah dan panen puncak 5-7 hari.(MCAR Revisi 2007). Selain itu rotasi panen

terdapat sistem D6 yaitu proses panen selama 6 hari/


21

6. Pelaksanaan Panen

Pelaksanaan panen TBS terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut ini :

a. Persiapan peralatan panen. Peralalatan harus tersedia lengkap. Alat-alat

yang berfungsi sebagai pemotong, seperti chisel (dodos, tojok atau egrek)

harus selalu tajam.

b. Pemanen memeriksa areal atau plot atau ancak yang akan dipanen,

menentukan tandan-tandan yang harus dipanen dengan menggunakan

kriteria panen 2 buah brondolan yang jatuh di tanah untuk setiap satu kg

tandan.

c. Memangkas daun yang terletak di bawah tandan yang akan dipanen.

Daun disusun berbentuk L-shape di gawangan mati.

d.Panen tandan dengan cara memotong tangkainya. Kemudian tangkai

tandan dipotong mepet menjadi berbentuk “V” cut.

e. Tandan-tandan hasil panen dan buah-buah yang lepas atau brondolan

diangkut ke TPH dengan menggunakan angkong. Pengumpulan buah dan

tandan di TPH dilakukan di tempat yang ternaungi , karena sinar matahari

berpengaruh terhadap kandungan asam lemak bebas (ALB). ALB

merupakan senyawa lemak yang bersifat jenuh yang terkandung dalam

minyak.

f. Menaikan buah dan tandan ke kendaraan pengangkut yang akan

mengangkut ke pabrik. Diupayakan agar buah kelapa sawit tidak ada yang

tergores atau memar.

Anda mungkin juga menyukai