Anda di halaman 1dari 18

I.

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kegiatan reboisasi merupakan kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan
(RHL) yang dilakukan di dalam kawasan hutan melalui serangkaian
kegiatan

yang

mencakup

perencanaan,

pelaksanaan,

serta

pengawasan dan pengendalian. Untuk mencapai tujuan dan sasaran


kegiatan reboisasi perlu dimulai dengan kegiatan perencanaan yang
baik.
1)

Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) adalah upaya untuk


memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi
hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan
peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan
tetap terjaga.

2)

Pemeliharaan Tanaman adalah perlakuan terhadap tanaman


dan lingkungannya dalam luasan dan kurun waktu tertentu
agar tanaman tumbuh sehat dan berkualitas sesuai dengan
standar hasil yang ditentukan.

3)

Reboisasi adalah upaya pembuatan tanaman jenis pohon


hutan pada kawasan hutan rusak yang berupa lahan
kosong/terbuka, alang-alang atau semak belukar dan hutan
rawang untuk mengembalikan fungsi hutan.

4)

Tanaman MPTS (Multi Purposes Trees Species) adalah jenis


tanaman serba guna yang selain dapat diambil kayunya dapat
pula diambil buah, bunga, kulit dan daunnya.

III. RANCANGAN KEGIATAN


3.1. Lokasi dan Luas
Rencana lokasi reboisasi secara administratif termasuk Desa Lawet,
Kecamatan Pante Ceureumin, Kabupaten Aceh Barat dan ditempuh
dengan menggunakan kendaraan bermotor. Pal batas blok di
lapangan ditandai dengan pemasongan patok batas blok. Luas blok
yang akan direboisasi adalah 600 ha.
Jumlah bibit untuk kegiatan reboisasi per hektar adalah 1.100
batang/ha dengan penyulaman sebesar 10%, sehingga jumlah bibit
yang harus tersedia seluruhnya adalah 1.210 batang/ha. Jenis
tanamam

dan kebutuhan bibit untuk kegiatan reboisasi di Blok 2

terinci disajikan

3.2. Penyediaan Bibit Tanaman


Bibit

tanaman untuk tahun berjalan diperoleh melalui pengadaan

bibit sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Untuk kelompok


jenis kayu, standar bibit yang digunakan adalah normal (sehat,
berbatang tunggal, berkayu), kompak, dan tingginya 30 cm.
Pengadaan bibit ini dapat dilakukan dengan cara pembelian bibit siap
tanam ataupun pembuatan persemaian. Cara pembelian bibit yang
siap tanam dapat dilakukan jika di sekitar lokasi ditemukan bibit
dalam jumlah yang cukup untuk menunjang kegiatan penanaman dan
jika

pelaksanaan

untuk

kegiatan

penanaman

sudah

sangat

mendesak dari segi waktu, sehingga tidak memungkinkan untuk


pengadaan bibit melalui persemaian. Lokasi persemaian yang dibuat
memenuhi standar, yaitu ; dekat dengan lokasi penanaman, dekat
dengan sumber air, bebas banjir dan angin keras, memiliki areal
terbuka dan areal naungan, memiliki sarana penyiraman, dan
memiliki peralatan penanganan benih.
Cara pengadaan

bibit

melalui

pembuatan persemaian

dapat

dilakukan untuk bibit yang berasal dari luar lokasi kegiatan


rehabilitasi atau tidak terdapat di sekitar lokasi dan memang harus
didatangkan dari luar.

Dalam rangka pembangunan persemaian ada 2 (dua) hal yang harus


diperhatikan, yaitu :
1)

Lokasi yang dipilih hendaknya mendukung kelancaran di


bidang manajemen, topografinya datar dan lingkungannya
sesuai dengan kebutuhan jenis pohon yang akan dibibitkan.
Faktor yang mendukung kelancaran manajemen antara lain :
tersedia pasokan air secara berkesinambungan, mudah
dikunjungi dan diawasi serta dekat dengan sumber tenaga

2)

Media persemaian/media pertumbuhan bibit yang dipilih


sesuai

dengan

persyaratan

perkecambahan

biji

dan

perkembangan akar serta pertumbuhan bibit, yaitu aerasinya


baik, hara mineralnya cukup, memiliki daya mengikat air
yang cukup tinggi dan teksturnya cukup ringan serta
strukturnya tidak kompak.
Tahap-tahap pengadaan bibit melalui persemaian adalah sebagai
berikut :
1. Pemancangan Patok Batas
Pemasangan patok batas untuk memperjelas batas-batas dari
lokasi persemaian, jarak antar patok kurang lebih 25 m.
2. Pembuatan papan persemaian
a.

Pembuatan papan pengenal Proyek

b.

Pembuatan papan pengenal Bedengan

c.

Pembuatan papan Rencana Kerja

3. Pembersihan Lapangan
Pembersihan areal persemaian dari gulma, rumput dan
tumbuhan pengganggu lainnya.
4. Pembuatan jalan pemeriksaan
Berfungsi untuk mempermudah melaksanakan pekerjaan dan
pemeriksaan terhadap pekerjaan yang telah dilaksanakan.
5. Pembuatan saluran air
Saluran Induk untuk saluran pembuangan air dari seluruh
bedengan.
Saluran Bedengan untuk saluran pembuangan air dari
setiap bedengan

6. Pembuatan bedeng Tabur


Bedeng tempat perkecambahan untuk jenis bibit yang
berbenih halus. Tempat harus dalam keadaan lembab, media
kecambah harus steril, ringan dan porous.
7. Pembuatan bedeng Sapih
Bedeng tempat penyapihan bibit dari bedeng tabur setelah
bibit berkecambah dan sudah berdaun 2 5 helai.

Arah

bedengan sedapat mungkin memanjang arah Utara-Selatan.


Tempat bedengan dibersihkan dari akar-akar serta diratakan
hingga datar. Pada tepi bedeng dibatasi dengan bata, bambu
atau kayu. Dasar bedengan ditinggikan sekitar 20 cm dari
permukaan tanah, agar terhindar dari genangan air hujan.
8. Pembuatan Naungan
Naungan digunakan untuk melindungi bibit-bibit yang terdapat
di bedeng sapih dari sinar matahari yang berlebihan.
Naungan secara bertahap dapat dibuka sesuai keadaan
/pertumbuhan bibit. Naungan menghadap arah Timur - Barat.
Tinggi bedengan sebelah Timur 120 cm dan sebelah Barat
100 cm. Bahan dapat dari kawat kasa atau kasa plastik atau
daun rumbia.
9. Pembuatan Gubuk kerja
Tempat untuk menyimpan segala peralatan dan bahan yang
diperlukan

pada

kegiatan

persemaian,

seperti

pupuk,

pestisida, cangkul, dan lain-lain


10. Pembuatan Media Semai
Media bibit yang digunakan harus memiliki sifat dapat
mengikat akar, porous, mengandung hara cukup, sedapat
mungkin ringan dan steril.

Cara mensterilkan dengan

memberikan fungisida atau media ditutup plastik transparan


dan dijemur di panas matahari.
11. Penaburan Benih pada Bak Tabur
Dilakukan pada benih yang berukuran halus atau kecil. Benih
ditanam sedalam 1 2 cm atau setebal benih. Jika benih
sangat halus cukup ditaburkan di bak kecambah, tetapi
sebelumnya benih dicampur dengan pasir halus yang telah
steril. Tujuannya agar benih ditabur merata. Bak kecambah
disusun dalam rak beratap dan disiram setiap pagi.

12. Pengisian kontainer


Jenis kontainer yang dapat digunakan bermacam-macam,
antara lain kantong plastik atau pot plastik. Kontainer diisi
dengan media sampai menyisakan 2 cm bagian atas. Setelah
kontainer diisi media, kemudian disusun dalam bedengan
13. Penyapihan
Penyapihan adalah pemindahan bibit dari bedeng tabur ke
bedeng sapih.

Penyapihan bibit dilakukan jika bibit sudah

berdaun 2 5 helai. Bibit dipindahkan dan disusun dengan


rapih di bedeng sapih.
14. Penyiraman
Penyiraman dilakukan pagi dan sore dengan menggunakan
sprayer dan setelah bibit cukup umur dapat dilakukan sehari
sekali pada pagi atau sore hari.

Penyiraman dilakukan

dengan jumlah air yang cukup, tidak berlebihan atau


kekurangan.
15. Penyulaman
Penyulaman dilaksanakan terhadap bibit yang mati atau
diperkirakan akan mati
16. Penyiangan & Pendangiran
Penyiangan dilakukan setiap saat jika gulma telah tumbuh
dan mengganggu pertumbuhan bibit yang ada, dengan cara
membersihkan

dan

membuang

tanaman

pengganggu

tersebut.
17. Pemupukan
Pemupukan dilakukan jika terjadi kekurangan unsur hara atau
pertumbuhan bibit terlalu lambat. Jenis pupuk yang dipakai
tergantung dari gejala defisiensi.
18. Pemberantasan Hama/Penyakit
Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan, jika terdapat
gejala yang menuju ke arah tersebut.

3.3. Penanaman
Beberapa

hal

yang

perlu

dipertimbangkan

dalam

menyusun

rancangan penanaman antara lain adalah persiapan lapangan,

pengangkutan bibit, pola penanaman, waktu penanaman dan


konservasi tanah.
Persiapan Lapangan
Persiapan lapangan bertujuan untuk menciptakan prakondisi untuk
meningkatkan persentase hidup dan pertumbuhan tanaman.
Faktor-faktor

yang

berpengaruh

terhadap

tanaman

adalah

persaingan dengan gulma, sifat fisik tanah, kebutuhan cahaya dan


bahan-bahan lain yang mengganggu pertumbuhan.
1)

Pembersihan gulma dan vegetasi pengganggu lainnya


Samua jenis gulma dan vegetasi pengganggu pertumbuhan
tanaman pokok harus dikeluarkan dari lapangan penanaman
agar

tanaman

babas

dari

persaingan

hara.

Cara

pembersihan gulma dapat dengan cara manual, mekanis dan


kimia atau kombinasi. Pembakaran sisa-sisa vegetasi atau
gulma tidak dilakukan. Cabang yang diameter lebih 10 cm
dapat dimanfaatkan untuk serpih (chip) dan sisa daun serta
ranting dapat dijadikan kompos.
2)

Kebutuhan Cahaya
Tanaman diwaktu muda kebutuhan terhadap cahaya berbeda
beda, pada umumnya jenis pohon yang tergolong intoleran
atau secondary forest membutuhkan cahaya penuh, karena
itu pada areal tanaman harus bebas dari naungan/terbuka.

3)

Perbaikan sifat fisik tanah


Perbaikan

sifat

fisik

tanah

dapat

dilakukan

dengan

pengolahan tanah yang dilakukan pada areal datar sampai


landai (kelerengan 0 15 %).
Pengangkutan Bibit
Pengangkutan bibit dilakukan dari persemaian ke lubang tanaman.
Untuk menghindari kerusakan pengangkutan bibit dilakukan
dengan menggunakan kotak bibit yang terbuat dari papan atau
keranjang yang tidak mudah melipat dan guna mempermudah
transportasi digunakan kotak kayu yang disusun diatas rak. Alat
angkut yang digunakan disesuaikan dengan aksesibilitas menuju
lokasi penanaman.

Waktu pengangkutan adalah pada pagi, sore atau malam hari dan
sebelum diangkut bibit tanaman disiram terlebih dahulu.

Pola Penanaman
1 ) Arah dan Jarak Tanam
Pola tanam yang tepat baik dari arah tanam tanaman maupun
jarak

tanam

tanaman.

akan

mempengaruhi

tingkat

pertumbuhan

Arah tanam tanaman yang umum digunakan

adalah arah Barat-Timur Hal ini disebabkan karena tanaman


akan mendapatkan sinar matahari yang cukup, sehingga
pertumbuhan tanaman akan cukup baik.
Sedangkan jarak tanam yang akan digunakan sebaiknya
menggunakan jarak tanam yang seragam. Penentuan jarak
tanam sangat tergantung dengan jenis tanaman yang akan
digunakan dalam kegiatan reboisasi. Tanaman yang bertajuk
kecil sebaiknya mengikuti jarak tanam tanaman yang bertajuk
lebar.

Hal ini akan mengurangi tingkat persaingan dalam

memperoleh

sinar

matahari,

sehingga

diharapkan

areal

fleksibilitas

pertumbuhan tanaman akan merata.

Dengan

memperhatikan

kondisi

dan

penanaman di lapangan, pola tanam pada rancangan


penanaman bisa juga melalui pendekatan jumlah bibit per Ha,
tanpa harus mengikuti jarak tanam yang baku, dengan
catatan bahwa jumlah bibit yang akan ditanam sama dengan
jika menggunakan pola jarak tanam.
Tanaman MPTS diusahakan ditanam pada bagian kawasan
hutan yang berbatasan dengan areal bukan kawasan hutan
dan setelahnya ditanam tanaman kayu-kayuan. Hal ini
dimaksudkan untuk meningkatkan nilai manfaat ekonomi dari
bagian non kayu, seperti buah-buahan, bagi masyarakat yang
tinggal di sekitar kawasan hutan. Peningkatan nilai manfaat
tersebut diharapkan akan mengurangi tekanan masyarakat
terhadap kelestarian hutan.

Pengaturan larikan dan pemasangan ajir


Larikan tanaman dibuat dengan arah larikan tanaman
diusahakan utara selatan.

Pemasangan ajir dilaksanakan

setelah areal bersih, mengikuti arah larikan dari jarak tanam


yang telah ditentukan. Ajir tanaman dipergunakan sebagai
tanda di lapangan dimana nantinya akan dibuat lubang tanam.
Ajir tanaman terbuat dari kayu atau bambu yang mudah
diperoleh di sekitar lokasi kegiatan dengan ukuran panjang
100 150 cm dengan diameter 1 1,5 cm. Contoh tipikal ajir
yang dapat digunakan dalam kegiatan penanaman disajikan
dalam Gambar 3.2.

Gambar . Contoh Tipikal Ajir Tanaman Reboisasi


3 ) Pembuatan lubang tanaman
Pembuatan lubang tanaman dilakukan dekat ajir dengan
ukuran lubang tergantung ukuran polybag bibit dari jenis
tanamannya.

Ukuran lubang tanaman harus lebih besar

daripada ukuran polybag bibit. Contoh tipikal lubang tanam


dan cara penempatan tanah galian disajikan dalam Gambar
3.3.

Gambar Penempatan Tanah Galian

4)

Sistem penanaman
Penanaman bibit dapat dilakukan dengan sistem banjar
harian atau tumpangsari tergantung pada kondisi kesuburan
tanah dan ketersediaan tenaga kerja.

Pada tanah tanah

subur dapat digunakan sistem tumpang sari dengan jenis


jenis tanaman disesuaikan dengan kondisi lahannya.
5)

Penanaman tanaman pokok


Bibit ditanam tegak sedalam leher akar dan diisi tanah yang
sudah gembur. Agar bibit tidak mudah roboh karena angin
sebaiknya bibit diikat pada ajir. Akar akar tanaman yang
keluar dari dalam polybag sebaiknya dipotong agar tidak
terlipat saat ditanam.
Ilustrasi cara penanaman bibit tanaman disajikan Gambar 3.4.

Sebulan setelah ditanam atau sebulan sebelum musim hujan


habis, dilakukan pemeriksaan tanaman yang mati untuk
diganti atau disulam. Jarak tanam dapat ditentukan dengan
memperhatikan tanaman percobaan atau disesuaikan dengan
kondisi lahan, yaitu kesuburan tanah, kecepatan tumbuh dari
jenis

pohon

pengguguran

yang
ranting

akan
(self

ditanam,

kemampuan

prunning),

bahaya

daya
erosi,

pertimbangan ekonomi dan pertumbuhan gulma.


Jenis tanaman yang akan ditanam di kawasan hutan pada
kegiatan reboisasi ini terdiri tanaman kayu-kayuan dan MPTS.
Cara penanaman adalah mencampur jenisnya dalam bentuk
jalur atau blok dengan lebar jalur tanaman untuk setiap jenis
tanaman dibuat sama dan jumlah jalur untuk per hektar untuk
setiap jenis tanaman tergantung pada luas kedua jenis
tanaman yang akan ditanam. Bentuk blok dilakukan dengan
pemisahan setiap jenis tanaman pada blok dan luasan yang
telah ditentukan.

7 ) Waktu Penanaman
Tanaman pohon pada waktu muda umumnya peka terhadap
kelembaban tanah yang rendah. Berkenaan dengan itu maka

10

waktu tanam disesuaikan dengan musim hujan. Waktu yang


baik pada saat kelembaban mencapai kapasitas lapang yaitu
ditandai apabila curah hujan telah mencapai 100 mm dan
merata. Untuk menghindari evapotranspirasi yang tinggi maka
penanaman dilakukan pada saat cuaca teduh (pagi atau sore
hari).

3.4. Pemeliharaan
Rancangan kegiatan pemeliharaan tanaman reboisasi dilakukan
sesuai jangka waktu, yaitu : Pemeliharan tahun ke - 1 (T 0),
Pemeliharan tahun ke - 2 (T 1), dan Pemeliharan tahun ke - 3 (T
2)
Teknik

pemeliharaan

tanaman

reboisasi

dilakukan

dengan

mempertimbangkan sifat fisik tanaman, dinamika/kompetisi antar


jenis tanaman dan vegetasi penutup serta implikasinya sesuai
dengan fungsinya.
Kegiatan pemeliharaan tanaman yang dilakukan dengan baik dan
teratur akan menghasilkan tingkat pertumbuhan tanaman yang baik
dengan

kondisi

tanaman

yang

sehat.

Hal-hal

yang

perlu

dipertimbangkan dalam menyusun rancangan kegiatan pemeliharaan


tanaman antara lain :

Teknik

pemeliharaan

yang

tepat

yang

meliputi

penyulaman, penyiangan, pendangiran, pemupukan, wiwil dan


pemangkasan.
1)

Penyulaman
Penyulaman tanaman adalah kegiatan penanaman kembali
bagian-bagian yang kosong bekas tanaman yang mati dan
rusak sehingga terpenuhi jumlah tanaman normal dalam satu
kesatuan luas tertentu sesuai dengan jarak tanamnya. Tujuan
penyulaman adalah untuk meningkatkan persen jadi tanaman
dan memenuhi jumlah tanaman per hektar sesuai dengan
jarak tanam.
Frekuensi penyulaman dilakukan 1 - 2 kali selama daur yaitu
1 - 2 bulan sesudah penanaman tahun pertama, pada akhir
tahun kedua dan pada awal tahun ketiga, selama hujan masih

11

turun.

Besar intensitas penyulaman tergantung persentase

jadi tanaman, sebagai berikut :


Tabel 3.1. Intensitas Penyulaman Berdasarkan Persen
Tumbuh Tanaman
Persen
Tumbuh
Tanaman
100 %
80 100 %

Tingkat
Keberhasilan
Baik Sekali
Baik

60 80 %

Cukup

Kurang dari
60%

Kurang

Intensitas Penyulaman
Tanpa Sulaman
Sulaman Ringan, maks tahun
pertama 20%
Sulaman intensif, maks tahun
pertama 20% dan tahun kedua
16%
Replanting / penanaman ulang

Tanaman yang disulam adalah : tanaman mati, tanaman tidak


sehat (terkena penyakit), tanaman jelek (salah, bengkok,
daunnya gundul/tidak berdaun) dan tidak ada tanamannya
(kosong)
Bibit yang digunakan untuk sulaman berasal dari persemaian
yang seumur dan sehat, untuk itu perlu adanya pemindahan
tanaman dari kantong poly yang lebih besar agar tanaman
tumbuh normal sehingga ukurannya sama dengan yang di
lapangan.
2)

Penyiangan
Penyiangan tanaman adalah kegiatan pengendalian gulma
untuk

mengurangi

jumlah

populasi

gulma

sehingga

populasinya berada di bawah ambang ekonomi atau ekologi,


dengan demikian persaingan terhadap cahaya, kelembaban
udara dan nutrisi pada tananam pokok diperkecil.
Dalam pelaksanaannya diprioritaskan gulma yang sangat
merugikan seperti alang alang, rumput rumputan, liana dan
tumbuhan lainnya, dengan kegiatan ini akan memberikan
ruang tumbuh pada tananam pokok yang lebih baik dalam
upaya meningkatkan pertumbuhan dan persen jadi tanaman.
Waktu penyiangan dapat dilakukan pada musim kemarau atau
musim penghujan.

Tanaman perlu disiangi saat tanaman

pokok 40 50 % tertutupi oleh tanaman liar.

12

Frekuensi penyiangan minimal 3 4 bulan sekali selama


tahun pertama sampai umur 1 - 2 tahun, kemudian setiap 6
12 bulan sekali sampai tanaman
dengan tumbuhan liar.

pokok mampu bersaing

Pada tanaman cepat tumbuh,

tanaman pokok mampu bersaing dengan tanaman liar


diperkirakan pada umur 2- 3 tahun dan jenis lambat tumbuh
umur 3 4 tahun.
Intensitas penyiangan sekeliling semua tanaman pokok dan
harus bersih dari gulma pada diameter 1 2 m dari batang
tanaman.

Penyiangan dilakukan terhadap tanaman pokok,

tanaman sekat bakar dan tanaman sela/pengisi. Kegiatan ini


dapat dilakukan dengan cara manual, mekanis atau kimia.
3)

Pendangiran
Pendangiran adalah kegiatan penggemburan tanah di sekitar
tanaman dalam upaya memperbaiki sifat fisik tanah (aerasi
tanah), sehingga dapat memacu pertumbuhan tanaman.
Waktu pendangiran pada musim kemarau menjelang musim
hujan dan dilakukan pada tanaman setelah berumur 3 bulan
sampai

tahun,

tanaman

yang

mengalami

stagnasi

pertumbuhan, pada tanah tanah bertekstur berat mengandung


liat tinggi dan pada persiapan lahan tidak melalui pengolahan
tanah.
Frekuensi pendangiran 1 2 kali dalam satu tahun,
tergantung pada tekstur tanah dengan intensitas tergantung
pada jarak tanam.

Cara pendangiran dilakukan secara

manual pada sekitar tanaman dengan radius 25 50 cm


tergantung pada jarak tanamnya. Alat yang digunakan adalah
cangkul dengan pendangiran tidak terlalu dalam agar tidak
memotong akar tanaman.
4)

Pemupukan
Sebelum dilakukan pemupukan terlebih dahulu dilakukan
kegiatan pengapuran yang bertujuan untuk menetralisir Al-dd
yang ada dalam tanah dan bersifat racun bagi tanaman.
Perlakuan

pengapuran

diterapkan

pada

per

tanaman.

Pengapuran dilaksanakan 2 minggu sebelum penanaman.


Kapur ditaburkan ke dalam lubang tanam, kemudian dicampur

13

dengan tanah dan dilakukan pencangkulan kembali. Dalam


waktu dua minggu tersebut diharapkan kapur telah bereaksi
dengan tanah.
Pemupukan adalah tindakan memberikan tambahan unsur
unsur hara pada kompleks tanah, baik langsung maupun tak
langsung dapat menyumbangkan bahan makanan pada
tanaman.

Tujuan pemupukan adalah untuk memperbaiki

tingkat kesuburan tanah agar tanaman mendapatkan nutrisi


yang cukup untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
pertumbuhan tanaman.
Jenis pupuk yang digunakan umumnya yang mengandung
unsur hara primer (N,P,K), namun demikian tidak menutup
kemungkinan tanaman kekurangan unsur lain. Oleh karena
itu perlu dilakukan diagnosa kebutuhan unsur unsur hara
tananam dengan menggunakan data hasil analisa jaringan
tanaman/daun dan analisa tanah.
Waktu

pemupukan

disesuaikan

dengan

kondisi

setempat, yaitu menjelang dan akhir musim hujan.

iklim
Tahap

awal pada tanaman umur 1 3 bulan kemudian diulang pada


umur 6 24 bulan sampai tinggi tanaman melampaui tinggi
gulma. Pemupukan selanjutnya dilakukan setiap tahun sekali.

5)

Pewiwilan dan Pemangkasan


Pewiwilan dilakukan pada tanaman umur 6 bulan, yaitu
menghilangkan tunas codominan untuk mendapatkan batang
pokok yang tunggal.
Pemangkasan cabang adalah kegiatan pembuangan cabang
bagian bawah untuk memperoleh batang bebas cabang yang
panjang dan bebas dari mata kayu.

Tujuan pemangkasan

cabang adalah meningkatkan kualitas kayu agar memperoleh


manfaat ekonomi secara optimal, memperbaiki kondisi hutan
dan mengendalikan kebakaran tajuk.
Pemangkasan dilakukan harus rata dengan batang utama
kemudian luka bekas pemangkasan ditutup dengan bahan
penutup luka seperti tir atau parafin.

14

Umumnya frekuensi pemangkasan disesuaikan dengan waktu


penjarangan. Pemangkasan dapat dilakukan bersamaan
dengan kegiatan pemeliharaan lainnya sampai tanaman
berumur 5 tahun.

Intensitas dan kualitas pemeliharaan.

Pencegahan dan pemberantasan hama dan penyakit.

6)

Realisasi
rencana.

luas

pemeliharaan

yang

sesuai

dengan

Pengamatan kondisi pertumbuhan tanaman.


Pemeliharaan prasarana dan
(bangunan, jalan dan jembatan).

sarana

pendukung

Hama dan Penyakit tanaman.


Tujuan pengendalian hama penyakit adalah melindungi
tanaman/tegakan hutan dari kerusakan, mencegah timbulnya
serangan secara eksplosif dan meningkatkan kualitas dan
kuantitas tanaman/tegakan hutan. Beberapa hal yang dapat
dijadikan bahan pertimbangan dalam penyusunan rancangan
kegiatan perlindungan tanaman terhadap bahaya hama dan
penyakit tanaman, yaitu :

Gejala/tanda-tanda

pada

tanaman/pohon

akibat

serangan hama/penyakit.

Sifat serangan (mengelompok/terpencar/merata) dari


hama penyakit yang merusak tanaman.

Inventarisasi tanaman yang terserang dan memonitor


perkembangan dan pertumbuhannya dalam jangka
waktu tertentu untuk mengetahui pengaruh akibat
serangan hama/penyakit dan menetapkan besarnya
intensitas serangan.

Perilaku dan siklus hama/penyakit penyebab kerusakan serta


faktor-faktor

lingkungan

yang

mempengaruhi

perkembangan

populasinya. Data ini berguna untuk menetapkan pengendaliannya.

3.5. Perlindungan dan Pengamanan


Kegiatan ini dirancang untuk mengantisipasi ancaman dan terhadap
hutan yang meliputi sisitem peringatan dan deteksi dini terhadap

15

bahaya kebakaran, pencegahan terhadap perambah hutan dan


penebangan liar.
Perlindungan Tanaman
Kegiatan perlindungan tanaman dibedakan menjadi perlindungan
tanaman terhadap bahaya hama dan penyakit dan perlindungan
tanaman terhadap bahaya kebakaran.
Tujuan pengendalian bahaya kebakaran adalah untuk melindungi
hasil penanaman kegiatan reboisasi dari kerusakan akibat kebakaran
hutan melalui usaha-usaha pencegahan dan menekan sekecil
mungkin terjadinya kebakaran hutan. Beberapa hal yang dapat
dijadikan

bahan

pertimbangan

kegiatan

perlindungan

tanaman

dalam

penyusunan

terhadap

bahaya

rancangan
kebakaran

tanaman, yaitu :

Sistem peringatan dini, pemetaan daerah rawan/tidak rawan


kebakaran, sarana komunikasi, pemadam kebakaran, dan
kegiatan patroli pengamanan hutan.

Pelatihan/diklat pengendalian kebakaran hutan.

Penyuluhan dan pembinaan masyarakat sekitar hutan.

Melibatkan

peran-serta

masyarakat

sekitar

hutan

dalam

pengendalian kebakaran hutan.

Pemasangan papan nama/peringatan akan bahaya kebakaran


hutan.

Pengembangan

kerjasama

dan

koordinasi

dengan

menghindari

terjadinya

instansi/lembaga berwenang.
Pengamanan Hutan
Pengamanan
kerusakan

hutan

hutan

dilakukan
yang

untuk

diakibatkan

oleh

manusia

berupa

penyerobotan tanah hutan, penebangan liar, pengembalaan liar dan


kebakaran hutan. Untuk menjamin keberhasilan kegiatan reboisasi,
maka perlu disusun rancangan pengamanan hutan sebagai langkah
antisipatif terhadap kerusakan tanaman reboisasi pada khususnya
dan kelestarian hutan pada umumnya. Beberapa hal yang dapat
dijadikan dalam penyusunan rancangan pengamanan hutan antara
lain :

16

Adanya koordinasi dengan tokoh masyarakat, baik informal


maupun formal yang disertai dengan aktivitas penyuluhan akan
sanksi hukum dan akibat lainnya dari tindakan pencurian dan
penerapan sanksi hukum yang tegas.

JADWAL KEGIATAN
Tahapan kegiatan reboisasi dalam kawasan hutan, meliputi beberapa
kegiatan seperti terlihat pada Tabel 5
Tabel
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Tahapan Kegiatan Reboisasi


JENIS KEGIATAN
Penataan Blok Kerja
Peyiapan Lahan
Pembibitan
Penanaman
Penanaman Lanjutan
Pemeliharaan tahun berjalan
Pembibitan Untuk Pemeliharaan
Pemeliharaan Tahun I
Pemeliharaan tahun II
Perlindungan dan Pengamanan Hutan
Pengembangan Kelembangaan

WAKTU
T1
T1
T1
T1
T2
T2
T2
T2
T3
Terus Menerus
Terus Menerus

Rencana waktu kegiatan reboisasi secara terinci disajikan


Tabel Rencana Waktu Kegiatan Reboisasi
No
1

Tahun Kegiatan

Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

11

12

Tahun 2007
PENANAMAN
Persiapan/pelaksanaan
lelang Paket Kegiatan
(pembibitan,
penanaman, dan
pemeliharaan tahun I,
tahun II
Pengadaan/pembuatan
bibit reboisasi
Pelaksanaan
penanaman

17

Tahun 2008
Pelaksanaan
penanaman (termasuk
pemeliharaan tahun
berjalan)
Pembuatan bibit
sulaman 20%
PEMELIHARAAN I
Penyiangan,
pendangiran,
pemupukan,
pemberantasan hama
Penyulaman 20%
(Pemeliharaan I)

Tahun 2009
Penyiangan,
pendangiran,
pemupukan,
pemberantasan hama
(Tahap I)
Penyiangan,
pendangiran,
pemupukan,
pemberantasan hama
(Tahap II)
Penyiangan,
pendangiran,
pemupukan,
pemberantasan hama
(Tahap III)
Berita Acara Serah
Terima Pekerjaan

Banda Aceh, 15 November 2007


CV. KUALA RAJA

Mansurdin Idris, SH
Direktur

18

Anda mungkin juga menyukai