PENDAHULUAN
3.
pengawasan
mutu
pada
Famili
: Euphorbiales
Genus
: Hevea
Spesies
: Hevea bransiliensis
(Cahyono, 2010).
Struktur anatomi batang karet terdiri dari lapisan gabus yang tipis,
bagian kulit yang keras yang berisi banyak sel-sel batu yang sel-selnya
semakin ke dalam semakin menipis, dan lateks yang terbentuk dari sel
parenkim dan kelompok lateks pembuluh- pembuluh, di dalam kambium.
Konsentrasi lateks meningkat di daerah sekitar kambium sehingga dengan
bagian batang karet yang baik untuk ditoreh adalah di sekitar kambium
tetapi tanpa mengenai daerah cambium.
Gambar (b) Anatomi batang tanaman karet yang terdiri dari sel-sel gabus,
sel-sel batu, dan jaringan lateks
(Triwijoso, 1995).
2.2. Definisi Lateks
Lateks adalah suatu istilah yang dipakai untuk menyebut getah yang
dikeluarkan oleh pohon karet. Lateks terdapat pada bagian kulit, daun dan
integument biji karet. Lateks diperoleh dari tanaman Hevea brasiliensis,
diolah dan diperdagangkan sebagai bahan industri dalam bentukkaret sheet,
crepe, lateks pekat dan karet remah (Crumb rubber). Lateks merupakan
suatu larutan koloid dengan partikel karet dan bukan karet yang tersupensi
di dalam suatu media yang banyak menganding bermacam-macam
zat. Bagian-bagian yang terkandung tersebut tidak larut sempurna,
melainkan terpencar secara atau merata di dalam air. Partikel-partikel
koloidal ini sedemikian kecil dan halusnya sehingga dapat menembus
saringan (Tim Penulis PS, 1999).
Susunan bahan lateks dapat dibagi menjadi dua komponen. Komponen
yang pertama adalah bagian yang mendispersikan atau memancarkan
bahan-bahan yang terkandung secara merata, biasa disebut serum. Bahanbahan bukan karet yang larut dalam air, seperti protein, garam-garam
mineral, enzim dan lainnya termasuk ke dalam serum. Komponen kedua
adalah butir-butir karet yang dikelilingi lapisan tipis protein.
Lateks dalam getah yang dikeluarkan oleh pohon karet, warnanya
putih susu sampai kuning. Lateks mengandung 25-40 % bahan karet
mentah (crude rubber) dan 60-77 % serum (air dan zat yang larut). Karet
mentah mengandung 90-95 % karet murni, 2-3 % protein, 1-2 % asam
lemak, 0,2 % gula, 0,5 % garam dari Na, K, Mg, P, Ca, Cu, Mn, dan Fe.
Karet alam adalah hidrokarbon yang merupakan mikromolekul poliisoprene
(C5H8)n dengan rumus kimia 1,4-cis-poliisoprene. Partikel karet tersuspensi
atau tersebar secara merata dalam serum lateks dengan ukuran 0.04-3.00
mikron dengan bentuk partikel bulat sampai lonjong (Triwijoso, 1995).
2.3 Pengolahan Karet Secara Umum
Dalam hal proses pengolahan lateks di tempat pengolahan atau
pabrik, biasanya memiliki urutan kerja tertentu untuk menghasilkan hasil
olah lateks berupa lembaran (sheet). Pengolahan sheet oleh perkebunan
dilaksanakan di pabrik pengolahan dengan menggunakan peralatan yang
lebih baik dan dengan kapasitas yang lebih besar. Oleh karena itu, sheet
yang dihasilkan berkualitas tinggi. Standar kualitas yang tinggi tersebut
dapat dicapai karena proses pembuatannya dilaksanakan sesuai dengan
persyaratan pengolahan yang memenuhi standar.pekerjaan tersebut
meliputi:
1.Penerimaan lateks
Lateks hasil penyadapan yang berasal dari berbagai bagian kebun
diangkut dengan tangki yang ditarik truk ke pabrik. Dipabrik lateks diterima
dan di campur dalam bak penerimaan. lateks yang dimasukan ke dalam bak
- Air
a gram
b gram
BG 1 ( + asam
format 1%)
BG 2 (+ asam asetat
1%)
98,28
42,82
93,13
46,08
KK (%)
KE (%)
N (ml)
BG 1 ( + asam format
1%)
BG 2 ( + asam asetat
1%)
42,85
15
100
46,1
15
100
Hari ke-4
Hari ke-5
Hari ke-6
14
34
10
11
12
5
Hari ke-5
Hari ke-6
+2
+3
+4
+3
+4
+5
Hari ke-5
Hari ke-6
5 ml CMC
30
6 ml CMC
60
7 ml CMC
9
Semakin (+) semakin kental (padat)
o
Warna
Sampel
Hari ke-4
5 ml CMC
+1
6 ml CMC
+3
7 ml CMC
+2
Semakin (+) semakin gelap
o
Bau
Sampel
Hari ke-4
5 ml CMC
+2
+3
6 ml CMC
+3
+4
7 ml CMC
+1
+5
Semakin (+) semakin menyengat
4.2 Hasil Perhitungan
4.2.1 Perhitungan KKK Lateks Segar
Perlakuan
Penambahan Asam
Format 1%
Penambahan Asam
Asetat 1%
FP (%)
+4
+5
+6
KKK (%)
56,4
42,85
50,5
46,1
AT (ml)
185,67
207,33
BAB 5. PEMBAHASAN
5.1 Pengertian Lateks
Lateks adalah suatu istilah yang dipakai untuk menyebut getah yang
dikeluarkan oleh pohon karet. Lateks terdapat pada bagian kulit, daun dan
integument biji karet. Lateks diperoleh dari tanaman Hevea brasiliensis,
diolah dan diperdagangkan sebagai bahan industri dalam bentukkaret sheet,
crepe, lateks pekat dan karet remah (Crumb rubber). Lateks merupakan
suatu larutan koloid dengan partikel karet dan bukan karet yang tersupensi
4. Gula
5. Garam Na, K, Mg, Ca, Cu, Mn, dan Fe
(Djumarti, 2011).
0,2%
0,5%
Ion OH- tersebut dapat menetralkan adanya asam yang telah terbentuk pada lateks. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :
Lutoid yang terdapat pada lateks segar mengandung ion Mg 2+ dan Ca2+ yang dapat
mengganggu kemantapan lateks. Ion-ion tersebut dapat dipisahkan dengan membentuk kompleks
pada reaksi antara ion fosfat yang secara alamiah terkandung di dalam serum dengan amoniak
yang telah ditambahkan pada lateks segar. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Mg2+ + NH4+ PO43- MgNH4PO4
Kompleks tersebut mengendap dan dapat dipisahkan melalui penyaringan (Handoko, 1995).
5.2.3 Penambahan CMC
Penambahan CMC menyebabkan sistem koloid lateks menjadi sangat labil. Oleh karena
itu, sistem segera memberikan reaksi untuk mencapai kestabilan yang baru. Tingkat kestabilan
yang lebih baik berangsur-angsur dicapai sistem dalam periode waktu satu malam. Satu bagian
atom hidrogen pada gugus hidroksi dalam CMC diganti dengan gugus natriumkarboksimetil (CH2COONa).
Kelarutan
CMC
dipengaruhi
oleh
derajat
substitusinya
(DS).
Karboksimetilselulosa dengan DS lebih kurang atau sama dengan 0,3 larut dalam alkali,
sedangkan pada DS lebih besar dari 0,4 Na-CMC bersifat larut dalam air. Secara teoritis CMC
memiliki DS maksimal tiga karena gugus anhidro glukosa memiliki tiga buah gugus hidroksil
yang dapat digantikan dengan gugus natriumkarboksimetil (Loo, 1973).
5.3 Fungsi Perlakuan
5.3.1 Perhitungan KKK Lateks Segar
Pada acara perhitungan KKK lateks segar, pertama-tama diambil
lateks segar masing-masing sebanyak 100 ml. Kemudian masing-masing
ditimbang dalam beaker glass sebagai a gram untuk mengetahui berat
bahan. Selanjutnya beaker glass satu diberi tambahan asam format 1%
sebanyak 10 ml untuk menggumpalkan lateks, sedangkan beaker glass yang
lain ditambahkan asam asetat 1% sebanyak 10 ml yang berfungsi untuk
menggumpalkan lateks. Penggunaan bahan tambahan yang berbeda
ini berfungsi untuk mengetahui bahan formulasi tambahan yang lebih cepat
dan lebih baik untuk menggumpalkan lateks.Setelah itu, dipanaskan untuk
mempercepat
reaksi
getah
karet
dengan
asam yang
ditambahkan tersebut dan diaduk hingga menggumpal untuk memisahkan
serum dengan lateks. Lalu dilakukan pengepresan untuk menghilangkan air
dari gumpalan karet. Hal ini dilakukan selain untuk mengeluarkan sebagian
air juga
untuk memperluas
permukaan
sheet
dengan
menipiskannya. Kemudian karet dikeringkan untuk menghilangkan sisa-sisa
air yang keluar saat pengepresan. Setelah pengeringan selesai, dilakukan
penimbangan sebagai b gram untuk mengetahui berat bahan setelah
dilakukan pengepresan. Lalu dihitung nilai FP untuk mengetahui persentase
FP yang nantinya digunakan untuk mencari nilai KKK lateks segar.
5.3.2 Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet Sheet
Pada acara
pengenceran
lateks
pada
pembuatan
karet
sheet inipertama-tama lateks
segar
sebanyak 100
ml
disaring untukmendapatkan lateks yang murni dan bersih. Selanjutnya
ditentukan nilaiKK dan KE nya untuk mengetahui jumlah air yang harus
ditambahkan pada latek segar tersebut. Setelah itu, ditambahkan air sesuai
perhitungan tersebut agar penambahan air tidak mengakibatkan penurunan
kualitas lateks segar.
5.3.3 Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan terhadap
Sifat-sifat Lateks Segar
Pada acara pengaruh penambahan bahan pendadih dan lama
pemisahan terhadap sifat-sifat lateks segar ini, pertama-tama lateks
segar disaring untuk memisahkan lateks dari kotorannya dan dimasukkan ke
dalam 3 beaker glass masing-masing sebesar 100 ml.Setelah itu masingmasing ditambahkan amoniak sebanyak 0,5 ml sebagai pengawet karena
amoniak sangat efektif dan relatif lebih murah dibandingkan dengan
pengawet lainnya dalam memantapkan lateks. Kemudian pada beaker glass
pertama ditambahkan CMC 1 % sebanyak5 ml, beaker glass kedua
ditambahkan CMC 1% sebanyak 6 ml, dan beaker glass ketiga ditambahkan
CMC 1% sebanyak 7 ml. Penambahan CMC 1% ini berfungsi
untuk memisahkan serum dengan dadih dan perbedaan jumlah penambahan
dilakukan untuk mengetahui pengaruh perbedaan jumlah penambahan.
Setelah dilakukan penambahan CMC 1%, kemudian lateks diaduk dan
dibiarkan selama 4, 5, dan 6 hari.Perbedaan waktu ini bertujuan untuk meng
etahui waktu optimalpengaruh penambahan yang menghasilkan karet
paling baik.Selanjutnya diamati viskositas/ tekstur, warna, dan aroma untuk
mengetahui perubahan yang terjadi pada masing-masing bahan sehingga
dapat diketahui perlakuan yang menghasilkan kualitas karet yang paling
baik.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
6. 1 Kesimpulan
Karet alam merupakan hidrokarbon yang merupakan makro molekul
poliisoprene (C5H8)n yang tergabung secara ikatan kepala ke ekor (head to
tail)
Lateks adalah getah kental, seringkali mirip susu, yang dihasilkan banyak
tumbuhan dan membeku ketika terkena udara bebas.
Lateks banyak digunakan untuk bahan baku pembuatan karet kering yang
selanjutnya menjadi bahan mentah untuk industri pembuatan ban, pipa
karet, selang, sepatu/sandal, komponen otomotif, komponen engineering,
lem, dan beberapa peralatan rumah tangga.
Adapun tahap-tahap proses pengolahan karet alam adalah Penerimaan
Lateks Kebun, Pengenceran Lateks, Pembekuan, Penggilingan, Pengasapan
dan Pengeringan, Sortasi dan Pengemasan.
Nilai KKK pada penambahan asam asetat 1% lebih besar daripada
penambahan asam format 1% dan semakin kecil FP maka KKK akan
semakin besar.
Dari hasil praktikum nilai KE dan KK yang dihasilkan jauh darinilai standar
karena penggilingan yang tidak merata dan semakin besar nilai KK maka air
yang ditambahkan untuk pengenceran semakin banyak.
Semakin banyak penambahan CMC 1% maka viskositas lateks akan
semakin meningkat dan semakin lama penyimpanan viskositasnya juga
semakin meningkat.
Semakin
banyak
penambahan
CMC
1% dan lama waktu
penyimpanan maka warna yang dihasilkan semakin gelap.
Semakin sedikit penambahan CMC 1% dan semakin lama penyimpanan
maka aroma lateks menjadi semakin menyengat.
6.2 Saran
Mas, nanti pas responsi soalnya jangan banyak-banyak dan jangan
sulit-sulit yo...
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2011. Manfaat
Karet. http://www.goodwayintegrated.com/indo/rci.php [diakses 15 Desember 2012].
Cahyono. 2010. Karet. Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Sumatera Utara.
Djumarti. 2011. Diktat Kuliah Teknologi Pengolahan Tembakau,
Lateks. Jember : FTP UJ.
Gula, dan
Handoko, B dan Kosasih. 1995. Penuntun Analisis Lateks. Bogor : Balai Penelitian
Perkebunan Bogor.
Loo, T.G. 1973. Penuntun Praktis untuk Pembuatan Karet. Jakarta : PT.
Kinta.
Lukman. 1985. Penyadapan dan Stimulasi Tanaman Karet. Medan : BPP.
Setyamidjaja, Djoehana. 1993. Karet Budidaya dan Pengolahan. Yogyakarta :
Kanisius.
Siregar,
Rudi.
2009 Morfologi
Tanaman
Karet . http://rudisiregar.blogspot.com/2009/01/morfologi-tanaman-karet.html [
diakses
tanggal 15 Desember 2012]
Tim Penulis PS. 1999. KARET: Strategi Pemasaran Tahun 2000, Budidaya
dan
Pengolahan. Jakarta : Penebar Swadaya.
Triwijoso, Sri Utami. 1995. Pengetahuan Umum Tentang Karet Hevea. Bogor :
Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor.
Williams, C. N., 1975. The Agronomy of the Major Tropical Crops. New York :
Oxford University Press.
Laporan Lateks
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komoditi perkebunan terdiri dar beberapa macam, salah satunya adalah tanaman karet.
Setiap bagian pohon karet jika dilukai akan mengeluarkan getah susu yang disebut lateks.
Diantara tanaman tropis hanya tanaman karet (havea bracileansis)yang telah dikembangkan dan
mencapai tingkat perekonomian yang penting. Tanaman karet menduduki posisi cukup penting
sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Oleh
sebab itu upaya peningkatan produktifitas usaha tani karet terus dilakukan terutama dalam
bidang teknologi budidayanya.
Dalam perkembangannya getah karet atau lateks tidak hanya digunakan dalam industri ban
saja. Semakin lama, banyak barang yang dibuat dengan berbahan dasar lateks. Mulai dari
sarung tangan operasi hingga barang barang kebutuhan sehari hari. Lateks juga dapat diolah
dalam bentuk karet sheet, crepe, lateks pekat dan karet remah (Crumb rubber).
Pengolahan lateks akan berpengaruh terhadap mutu karet yang dihasilkan. Umumnya karet
rakyat bermutu rendah karena alat dan cara pengolahannya masih sangat sederhana. Namun
dengan seirng dengan berkembangnya zaman, teknologi pengolaha lateks bermacam-macam
ditemukan sehingga mutu karet yang dihasilkan lebih bagus dari yang sebelumnya.
Dalam praktikum ini akan dipelajari tahap-tahap pengolahan lateks menjadi karet sheet dan
juga mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi mutu karet yang dihasilkan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Umum
Setelah mempelajari secara teoritis dan praktek laboratorium, diharapkan dapat memahami
proses pengolahan lateks, faktor-faktor proses, pengendalian proses dan mutu yang dihasilkan.
1.2.2 Khusus
Setelah mempelajari secara teoritis dan praktek laboratorium, diharapkan:
1. Dapat menjelaskan pengaruh kualitas bahan dasar terhadap kualitas karet yang dihasilkan
2. Dapat menjelaskan beberapa macam proses pengolahan macam proses pengolahan karet
alam yaitu karet sheet, crepe, lateks dan crumb rubber
3. Dapat menjelaskan cara-cara pengawasan mutu pada karet sheet, crepe, lateks pekat dan
crumb rubber.
terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi, jumlah biji biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan
jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnanya coklat kehitaman dengan bercakbercak berpola yang khas. Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar
tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar
(Setyamidjaja, 1993).
2.1.2 Klasifikasi Tanaman Karet
Menurut Steenis (1975), klasifikasi botani tanaman karet
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Class
: Dicotyledoneae
Ordo
: Euphorbiales
Famili
: Euphorbiaceae
Genus
: Hevea
Spesies
Sumber:http://www.pupukorganiknasa.com
Sistem perakarannya kompak. Akar karet termasuk akar tunggang yang dapat menghujam
tanah hingga kedalaman 1-2 m. Akar lateralnya dapat menyebar sejauh 10 m (Andoko dan
Setiawan, 1997).
Batangnya bulat atau silindris, kulit kayunya halus, rata berwarna pucat hingga
kecoklatan, sedikit bergabus. Apabila dipotong akan mengeluarkan getah sebagai hasil
perkebunan karet. Beberapa kebun karet, ada kecondongan arah tumbuh tanaman agak miring
kearah utara. Batang tanaman ini menandung getah yang biasa disebut lateks
(http://www.icraf.org., 2008).
Tangkai daun utama 3-20 cm. Daun berbentuk elips memanjang dengan ujung runcing
atau lancip. Tepinya rata. Pada tiap tangkai tumbuh 3 helai daun. Daunnya tersusun melingkar
batang (spiral), berambut. Bunganya bergerombol muncul dari ketiak daun (aksilar), individu
bunga bertangkai pendek, bunga betina tumbuh di ujung (Sadjad, 1993).Daun karet terdiri dari
tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20cm. Panjang
tangkai anak daun sekitar 3-10cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak
daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan
ujung meruncing, tepinya rata dan gundul (Anwar, 2001).
Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi jumlah biji biasanya ada tiga kadang
enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnaya coklat
kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas (Aidi dan Daslin, 1995).
Bunga pada tajuk dengan membentuk mahkota bunga pada setiap bagian bunga yang
tumbuh. Bunga berwarna putih, rontok bila sudah membuahi, beserta tangkainya. Bunga terdiri
dari serbuk sari dan putik (Maryadi. 2005).
2.2 Pengertian Lateks Segar dan Lateks Pekat
2.2.1 Lateks Segar
Lateks segar adalah getah kental, seringkali mirip susu, yang dihasilkan banyak
tumbuhan dan membeku ketika terkena udara bebas. Selain tumbuhan, beberapa hifa jamur juga
diketahui menghasilkan cairan kental mirip lateks. Pada tumbuhan, lateks diproduksi oleh sel-sel
yang membentuk suatu pembuluh tersendiri, disebut pembuluh lateks. Sel-sel ini berada di
sekitar pembuluh tapis (floem) dan memiliki inti banyak dan memproduksi butiran-butiran kecil
lateks di bagian sitosolnya. Apabila jaringan pembuluh sel ini terbuka, misalnya karena keratan,
akan terjadi proses pelepasan butiran-butiran ini ke pembuluh dan keluar sebagai getah kental.
Lateks terdiri atas partikel karet dan bahan bukan karet (non-rubber) yang terdispersi di dalam
air. Lateks juga merupakan suatu larutan koloid dengan partikel karet dan bukan karet yang
tersuspensi di dalam suatu media yang mengandung berbagai macam zat (Triwijoso, 1995).
2.2.2 Lateks pekat
Lateks pekat merupakan produk olahan lateks alam yang dipekatkan dengan proses
sentrifusi atau pendadihan dari Kadar Karet Kering (KKK) 28-30% menjadi KKK 60-64%.
Biasanya lateks pekat digunakan untuk pembuatan bahan-bahan karet yang tipis dan bermutu
tinggi (Zuhra, 2006). Namun pengolahan latek kebun menjadi latek pekat yang biasa digunakan
oleh perusahaan besar membutuhkan modal investasi yang cukup besar, sehingga tidak mungkin
dapat dilakukan oleh pekebun-pekebun kecil seperti pada proyek-proyek pengembangan karet
rakyat.
2.3 Sifat Fisik dan Kimia Lateks Segar dan Lateks Pekat
2.3.1 Lateks Segar
a. Sifat fisik
Karet mempunyai sifat kenyal (elastis), sifat kenyal tersebut berhubungan dengan
viskositas atau plastisitas karet. Lateks sendiri membeku pada suhu 32oF karena terjadi
koagulasi. Partikel karet lam dalam lateks diselaputi oleh suatu lapisan protein sehingga partikel
karet tersebut bermuatan listrik (Goutara, dkk: 1985)
Karet alam memiliki kadar ikatan tidak jenuh dalam struktur molekul karet alam tinggi
sehingga karet alam tidak tahan terhadap reaksi oksidasi, ozon, dan minyak (Ramadhan et al.,
2005),. Menurut Alfa et al. (2003), karet alam memiliki daya pantul dan elastisitas yang baik,
serta sifat-sifat fisik seperti selatisitas, kuat tarik, dan kepegasan yang tinggi pula.
b. Sifat kimia
Lateks mengandung 25-40 % bahan karet mentah (crude rubber) dan 60-77 % serum (air
dan zat yang larut). Karet mentah mengandung 90-95 % karet murni, 2-3 % protein, 1-2 %
asam lemak, 0,2 % gula, 0,5 % garam dari Na, K, Mg, P, Ca, Cu, Mn, dan Fe. Partikel karet
tersuspensi (tersebar secara merata)dalam serum lateks dengan ukuran 0,004-3 mikron, atau
0,2 milyar partikel karet per millimeter lateks. (Goutara, dkk: 1985).
sistem kestabilan lateks, maka mutu lateks yang dihasilkan menjadi kurang baik. Untuk tetap
menjaga kestabilan lateks, maka lateks pekat harus memenuhi persyaratan mutu menurut ASTM
D 1076 dan ISO2004.
2.4 Manfaat dan Aplikasi Lateks
Manfaat karet alam banyak digunakan dalam industri-industri barang. Umumnya alat-alat
yang dibuat dari karet alam sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari maupun dalam usaha
industri seperti mesin-mesin penggerak barang yang dapat dibuat dari karet alam antara lain
aneka ban kendaraan (dari sepeda, motor, mobil, traktorhingga pesawat terbang), sepatu karet,
sabuk penggerak mesin besar dan mesin kecil, pipa karet, kabel, isolator, dan bahan-bahan
pembungkus logam (Sugito,1999)
Timbangan
b. Gelas ukur
c.
Penggilingan laboratorium
d. Beaker glass
e.
Saringan
f.
Hot plate
g. Pengaduk spatula
h. Kempa hidrolik
3.1.2 Bahan
a.
Lateks segar
b. Asam format 1 %
c.
Asam asetat 1 %
d. Amoniak 0,5 %
e.
Larutan CMC 1 %
f.
Aquadest
g. Tissue
1.1.1
Berat
A1 = 96,1 gr
B1 = 42,06 gr
A2 = 96,45 gr
B2 = 45,84 gr
Asam Format
Asam Asetat
Keterangan : a = berat basah
b = berat kering
1.1.2 Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet Sheet
Bahan
Asam Format
Asam Asetat
KKK
KE
15 mL
100 mL
42,060 %
45,840 %
1.1.3 Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan terhadap Sifat-Sifat Lateks Pekat
a. Penyimpanan Lateks 3 hari
Berat ( gram )
Penimbangan
5 mL
6 mL
7 mL
Beaker glass
188,21
176,20
206,49
Lateks + beaker glas
284,70
270,59
303,23
Lateks ( a gram )
96,49
94,3
96,74
Perlakuan
Hari penyimpanan
CMC 5 mL
CMC 6 mL
0 hari
CMC 7 mL
CMC 5 mL
CMC 6 mL
3 hari
CMC 7 mL
Keterangan : Aroma semakin (+), semakin menyengat
Warna semakin (+), semakin banyak bercak kuning
Perlakuan
Berat ( b gram )
CMC 5 mL
41,89
CMC 6 mL
43,38
CMC 7 mL
43,25
Parameter
aroma
+
+
+
+++
++
+
Warna
+
+
+
++
+++
++++
5 mL
176,54
270,90
94,38
Perlakuan
Berat ( gram )
6 mL
7 mL
173,76
185,45
268,67
279,92
94,88
94,47
Hari penyimpanan
CMC 5 mL
CMC 6 mL
0 hari
CMC 7 mL
CMC 5 mL
CMC 6 mL
3 hari
CMC 7 mL
Keterangan : Aroma semakin (+), semakin menyengat
Warna semakin (+), semakin banyak bercak kuning
Perlakuan
CMC 5 mL
CMC 6 mL
CMC 7 mL
1.2 Hasil Perhitungan
1.2.1 Perhitungan KKK Lateks Segar
Bahan
1.2.2
Berat ( b gram )
47,53
41,16
36,66
Fp
KKK
Asam Format
56,233 %
42,060 %
Asam Asetat
52,473 %
45,840 %
Parameter
aroma
+
+
+
++++
+++
++
Warna
+
+
+
++
+++
++++
Bahan
AT
Asam Format
180,4 mL
Asam Asetat
205,6 mL
1.2.3 Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan terhadap Sifat-Sifat Lateks Pekat
a. Penyimpanan Lateks 3 Hari
Perlakuan
Fp
KKK
CMC 5 mL
56,58%
41,89%
CMC 6 mL
54,047%
43,35%
CMC 7 mL
55,293%
43,24%
Fp
KKK
CMC 5 mL
0,4963
47,54%
CMC 6 mL
0,5661
41,17%
CMC 7 mL
0,5801
39,67%
BAB 5. PEMBAHASAN
5.1 Mekanisme Penambahan Asam Format, Asam Asetat, Amoniak dan CMC
5.1.1 Penambahan Asam Format dan Asam Asetat
Lateks mempunyai pH 6,9 - 7,2 terdapat dalam bentuk cair karena bermuatan negatif,
tetapi bila ditambahkan asam organik atau anorganik misal asam asetat dan asam format sampai
pH mendekati titik isoelektrik (pH 3,8 - 5,3 atau 4,2) maka terjadi penggumpalan lateks dimana
dengan adanya penambahan asam asetat dan asam format yang berlebihan atau sekaligus
diberikan maka akan terjadi penambahan muatan positif sehingga terjadi kekuatan saling tolakmenolak antara partikel atau lateks masih dalam keadaan cair. Kestabilan lateks dipengaruhi
muatan listrik dari lateks. Muatan listrik tergantung dari pH lateks. Pada pH tertentu muatan
listrik akan mencapai nilai 0 yaitu pada titik isoelektrik dan pH berkisar 4,2 - 4,7. Pada pH
tersebut protein tidak stabil, tetapi pada pH ini lateks tidak segera menggumpal karena partikel
masih diselubungi mantel air. Dengan tidak stabilnya protein maka protein akan menggumpal
dan lapisan ini akan hilang sehingga antar butir terjadi kontak dan akhirnya menggumpal
(Djumarti, 2011).
5.1.2 Penambahan Amoniak
Adanya ion OH- di dalam lateks setelah penambahan amoniak dapat memperbesar
kebasaan lateks sehingga pH lateks menjadi 9-10, dengan demikian dapat menambah muatan
negatif di sekeliling karet (Suharto, 1978).
Lutoid yang terdapat pada lateks segar mengandung ion Mg 2+ dan Ca2+ yang dapat
mengganggu kemantapan lateks. Ion-ion tersebut dapat dipisahkan dengan membentuk kompleks
pada reaksi antara ion fosfat yang secara alamiah terkandung di dalam serum dengan amoniak
yang telah ditambahkan pada lateks segar. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Mg2+ + NH4+ PO43- MgNH4PO4
Kompleks tersebut mengendap dan dapat dipisahkan melalui penyaringan (Handoko, 1995).
5.1.3 Penambahan CMC
Penambahan CMC menyebabkan sistem koloid lateks menjadi sangat labil. Oleh karena
itu, sistem segera memberikan reaksi untuk mencapai kestabilan yang baru. Tingkat kestabilan
yang lebih baik berangsur-angsur dicapai sistem dalam periode waktu satu malam. Satu bagian
atom hidrogen pada gugus hidroksi dalam CMC diganti dengan gugus natriumkarboksimetil (CH2COONa).
Kelarutan
CMC
dipengaruhi
oleh
derajat
substitusinya
(DS).
Karboksimetilselulosa dengan DS lebih kurang atau sama dengan 0,3 larut dalam alkali,
sedangkan pada DS lebih besar dari 0,4 Na-CMC bersifat larut dalam air. Secara teoritis CMC
memiliki DS maksimal tiga karena gugus anhidro glukosa memiliki tiga buah gugus hidroksil
yang dapat digantikan dengan gugus natriumkarboksimetil (Loo, 1973).
5.2 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan
5.2.1 Perhitungan KKK Lateks Segar
Siapkan 200 ml lateks kemudian dimasukkan kedalam 2 buah beaker glass masingmasing 100 ml. Selanjutnya timbang dalam beaker glass untuk mengetahui berat basah (a gram).
Kemudian diberi perlakuan yang berbeda yaitu dengan menambahkan 10 ml asam format 1%
dan 10 ml asam asetat 1%. Penambahan asam format dan asam asetat ini berfungsi untuk
menggumpalkan lateks. Perbedaan perlakuan pada praktikum ini bertujuan untuk mengetahui
perbedaan penggumpalan yang terjadi pada lateks tersebut. Selanjutnya dilakukan pemanasan
serta pengadukan. Tahap ini berfungsi untuk mempercepat penggumpalan lateks. Kemudian
dilakukan pengepresan, hal ini bertujuan untuk menghilangkan kadar air yang ad pada lateks.
Setelah dilakukan pengepresan, permukaan lateks dikeringkan. Hal ini bertujuan untuk
menghilangkan kadar air yang masih tersisa pada karet. Selanjutnya karet tersebut ditimbang
sebagai b gram (berat kering). Terakhir hitung Fp dan KKK.
5.2.2 Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet Sheet
Tujuan pengenceran itu sendiri untuk mengetahui jumlah air yg ditambah kan. Langkah
pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan terlebih dahulu agar pratikum
berjalan lancar. Lateks segar sebanyak 100 ml sebagai bahan utama kemudian dilakukan
penyaringan dengan tujuan agar kotor yang terdapat dalam lateks tidak ikut tercampur. Dan
menentukan KK dan KE. KK adalah KKK lateks kebun dari hasil pratikum acara 1 dan KE
adalah KKK lateks yang dikehendaki. Selanjutnya tahap akhir dilakukan penambahan air sesuai
perhitungan. Dalam tahap akhir ini penambahan air harus sesuai dengan AT karena AT jumlah
air yang ditambahkan. Tujuan dari penambhan air supaya bahan kimia yang terdapat pada lateks
terdistribusi secara sempurna karena lateks mengandung banyak bahan kimia.
5.2.3 Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih Dan Lama Pemisahan Terhadap Sifat-Sifat Lateks Pekat
Langkah pertama menyiapkan alat dan bahan terlebih dahulu agar pratikum lancar. Lateks
segar masing masing 100 ml sebagai bahan utama dan di timbang sebagai a gram. Kemudian
dilakukan penyaringan agar kotoran yang terdapat pada lateks tidak ikut tercampur. Ditambahkan
amoniak masing masing 0,5 ml sebagai anti koagulan. Akan tetapi dalam pratikum ini tidak
dilakukan penambahan amonik dikarena pada saat pengambilan lateks dari pabrik sudah diberi
amoniak. Kemudian ditambahkan 5 ml CMC 1%, ditambahkan 6 ml CMC 1% dan 7 ml CMC
1% sebagai penstabil dan melihat pengaruh volume CMC pada lateks pekat karena volume yang
di tambahkan berbeda selama 4 hari. Selanjutnya dilakukan pemanasan dan pengadukan hingga
menggumpal serta dibiarkan selama 3-4 hari. Setelah itu dilakukan pengepresan untuk
mengurangi kadar air dan dilakukan penimbangan sebagai b gram. Dan tahap terakhir amati
KKK aroma dan warna. Dengan keterangan semakin + maka aroma semakin menyengat dan
semakin + maka warna semakin kuning.
5.3 Analisa Data dan Penyimpangan
5.3.1 Perhitungan KKK Lateks Segar
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai KKK
pada lateks dengan perlakuan penambahan asam asetat 1% lebih besar apabila dibandingkan
dengan nilai KKK pada lateks dengan penambahan asamformat 1%. Nilai lateks yang
ditambahkan asam asetat nilai KKK sebesar 45,8427% dn nilai lateks yang ditambahkan asam
format nilai KKK sebesar 42,063%. Nilai FP dari lateks dengan penambahan asam asetat sebesar
56,23% dan nilai FP dari lateks dengan penambahab asam format sebesar 52,47%. Jadi nilai FP
tertinggi yaitu pada lateks dengan penambahan asam format. Hal ini dikarenakan adanya
perbedaan proses pengeringan dan pengepresan lateks. Dalam praktikum yang sudah dilakukan
waktu dan tekanan pengepresan tidak ditentukan sehingga kadar air yang ada pada karet berbeda
dan juga proses pengeringan yang berbeda dapat mengakibatkan berat basah pada karet
berbeda.perbedaan berat basah dapat menghasilkan nilai KKK yang berbeda. Apabila semakin
kecil nilai FP maka nilai KKK semakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan asam
format untuk bahan penggumpal lebih baik dibandingkan dengan penambahan asam asetat
dikarenakan nilai KKK dari penambhan asam format lebih besar dibandingkan dengan lateks
yang ditambahkan asam asetat.
5.3.2
Pada pengamatan terhadap aroma, dihasilkan semakin lama waktu penyimpanan maka
aroma lateks yang dihasilkan smakin menyengat. Dikarenakan serum C yang mengandung zat
yang terlarut yaitu asam amino, karbohidrat, inositol dan asam organik misalnya asam nukleat
pirofosfat dan askorbat terpisah dan saling bereaksi sehingga menimbulkan aroma (bau) yang
menyengat.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:
a. Lateks adalah getah yang dihasilkan dari pohon karet.
b.
Nilai FP tertinggi yaitu pada lateks dengan penambahan asam format
Penambahan asam format untuk bahan penggumpal lebih baik dibandingkan dengan
penambahan asam asetat dikarenakan nilai KKK dari penambhan asam format lebih besar
dibandingkan dengan lateks yang ditambahkan asam asetat.
c.
Semakin besar nilai KK maka air yang akan ditambahkan untuk pengenceran semakin
banyak juga
d.
e.
Semakin banyak penambahan CMC 1%, maka kestabilan lateks akan semakin meningkat
f.
Semakin banyak penambahan CMC akan membantu meningkatkan kerapatan skim lateks
dan menyebabkan sistem koloid lateks menjadi sangat labil.
g.
Penambahan CMC dapat menyebabkan jari-jari pertikel karet menjadi lebih besar
sehingga mengakibatkan gaya tarik antar partikelnya semakin kecil dan mengurangi sifat
elastisitasnya.
h.
i.
j.
Semakin lama waktu penyimpanan maka aroma lateks yang dihasilkan smakin
menyengat
k.
5.2 Saran
Terimakasih buat asisten yang baik hati dan sabar.
DAFTAR PUSTAKA
Aidi dan Daslin., 1995. Pengelolaan Bahan Tanam Karet. Pusat Penelitian Karet. Palembang: Balai
Penelitian Sembawa.
Alfa, A.A, I. Sailah, dan Y. Syamsu. 2003. Pengaruh Perlakuan Lateks Alam dengan H2O2NaOCl
Terhadap Karakter Lateks dan Kelarutan Karet Siklo Dari Lateks. Jakarta : Simposium Nasional
Polimer IV
Andoko, A dan Setawan. 1997. Petujuk Lengkap Budidaya Karet. Jakarta: Penebar Swadaya.
Anwar, C., 2001. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Medan: Pusat Penelitian Karet.
Anonim. 2008. Karet Budidaya. http://www.icraf.org. [ Diakses Pada Tanaggal 28 November 2013].
Anonim.
2012.
Investasi
Jitu,
Budidaya
Karet
4,6
Juta
/
Bulan.http://www.pupukorganiknasa.com. [Diakses Pada Tanaggal 29 November
2013]
Djumarti. 2011. Diktat Kuliah Teknologi Pengolahan Tembakau, Gula, dan
Lateks.Jember : FTP UJ.
Goutara, B. Djatmiko, W. Tjiptadi. 1985. Dasar Pengolahan Karet. Bogor: IPB.
Handoko, B dan Kosasih. 1995. Penuntun Analisis Lateks. Bogor : Balai Penelitian Perkebunan Bogor.
Loo, T.G. 1973. Penuntun Praktis untuk Pembuatan Karet. Jakarta : PT. Kinta.
Maryadi., 2005. Manajemen Agrobisnis Karet. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Ompusunggu, M dan Darussamin, A. 1989. Pengolahan Umum Lateks. Sungei Putih:
Balai Penelitian Perkebunan
Ramadhan, A., H. Prastanto., dan A.A. Alfa. 2005. Pengaruh Waktu Reaksi depolimerisasi Terhadap
Viskositas Mooney Karet Mentah Pada Proses Pembuatan Karet Alam Cair Sistem
Redoks. Prosiding Aplikasi Kimia Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan.
Yogyakarta : Yayasan Media Utama
Sadjad, M. 1993. Budidaya Tanaman Perkebunan. Jakarta: Rajawali Press.
Setyamidjaja, Djoehana. 1993. Karet Budidaya dan Pengolahan. Yogyakarta : Kanisius.
Steenis. 1975. Flora. Jakarta: Paramitha.
Sugito, Y. 1999. Ekologi Tanaman. Malang: Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Suharto, 1976. Aliran Lateks Komposisi dan Sifat Lateks. Bandung: Menara Perkebunan
Triwijoso, Sri Utami. 1995. Pengetahuan Umum Tentang Karet Hevea. Bogor : Balai Penelitian
Teknologi Karet Bogor.
Zuhra, Cut Fatima. 2006. Karet. Karya Tulis Ilmiah. Medan: Departemen Kimia Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Karet telah lama dipakai berabad-abad lamanya oleh bangsa Maya sebelum
diperkenalkan di Eropa oleh Columbus. Karet merupakan polimer alam terpenting dan
dipakai secara luas dilihat dari sudut industri. Lateks adalah cairan koloid yang
berwarna putih susu yang diperoleh dari pohon karet Havea brasiliensis dengan
partikel-partikel karet terdispersi air.
Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang sangat baik untuk
lingkup internasional dan terutama di Indonesia. Di Indonesia karet merupakan salah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. Dibeberapa kebun karet
ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamanya agak miring kearah utara. Batang
tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks (Nazaruddin, 1988).
Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang
tangkai daun utama 3-20cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10cm dan pada
ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai
daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing,
tepinya rata dan gundul. Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi jumlah biji
biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan
kulit keras. Warnaya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas.
Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini
mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar (Setyamidjaja,
1995).
Jenis-jenis karet alam yang telah diketahui secara luas antara lain :
Bahan olah karet (lateks kebun, sheet angin, slab tipis, dan lump segar).
Karet konvensional (ribbed smoked sheet, white crepes dan pale crepe,
estate brown crepe, compo crepe, thin brown crepe remills, thick blanket crepe
ambers, flat bark crepe, pure smoke blanket crepe, dan off crepe).
Lateks pekat
Karet bongkah atau block rubber.
Karet spesifikasi teknis atau crumb rubber.
Karet siap olah atau tryer rubber.
Karet reklim atau reclaimed rubber.
(Triwijoso, 1995).
(Williams, 1975).
Daya tahan karet terhadap benturan, goresan, dan koyakan sangat baik seperti
oksidasi dan ozon
Karet alam juga mempunyai daya tahan yang rendah terhadap bahan-bahan kimia
seperti bensin, minyak tanah, bensol, pelarut lemak, pelumat sintetis dan cairan
hidrolik
Pengenceran Lateks
Tujuan pengenceran adalah untuk memudahkan penyaringan kotoran serta
menyeragamkan kadar karet kering sehingga cara pengolahan dan mutunya dapat
dijaga tetap. Pengenceran dapat dilakukan dengan penambahan air yang bersih dan
tidak mengandung unsur logam > 1 mgr/liter air, pH air antara 5.8-8.0, kesadahan air
maks. 6o serta kadar bikarbonat tidak melebihi 0.03 %. Pengenceran dilakukan hingga
KKK mencapai 12-15 %. Lateks dari tangki penerimaan dialirkan melalui talang dengan
terlebih dahulu disaring menggunakan saringan aluminium (Rizal, 1988).
2.
Pembekuan
Pembekuan lateks dilakukan di dalam bak koagulasi dengan menambahkan zat
koagulan yang bersifat asam. Pada umunya digunakan larutan asam format/asam
semut atau asam asetat /asam cuka dengan konsentrasi 1-2% ke dalam lateks dengan
dosis 4 ml/kg karet kering. Jumlah tersebut dapat diperbesar jika di dalam lateks
telah ditambahkan zat antikoagulan sebelumnya. Asam format pekat 0,5-0,7 ml/liter
lateks atau asam asetat pekat 1,0-1,4 ml per liter lateks. Sebelumnya lateks
ditambahkan
Na
Bisulfit
untuk
menghilangkan
warna
kuning
dari
lateks(Salibury, 2011).
3.
Penggilingan
Penggilingan dilakuan setelah proses pembekuan selesai. Hasil bekuan atau
koagulum digiling untuk mengeluarkan kandungan air, mengeluarkan sebagian serum,
membilas, membentuk lembaran tipis dan memberi garis batikan pada lembaran.
Untuk memperoleh lembaran sit, koagulum digiling dengan beberapa gilingan rol licin,
rol belimbing dan rol motif (batik). Menggunakan baterai crepe 3-5 gilingan beroda
dua .
1. Gilingan Pendahuluan
Berupa pattron berbentuk V dengan lebar dan dalam alur dari patron 2-3 mm
2. Gilingan Menengah
Mempunyai lebar dan dalam alur dari patron 0,5-1,5 mm.
3. Gilingan Akhir
Disebut finisher tidak berpatron permukaan rata.
(Suseno, 1989).
4.
3.
Karet Sheet
Pada proses pengenceran air yang
digunakan KKK 20%
Pada proses penggilingan
permukaan rata tidak berpatron,
kasar tidak licin
Pada proses pengeringan tidak
dilakukan pengasapan karena karet
crepe yang dihasilkan harus
berwarna putih.
Karet Crepe
Pada proses pengenceran air yang
digunakan KKK 15%
Pada proses penggilingan
permukaan rata serta halus dan licin
Pada proses pengeringan dilakukan
pengasapan karena untuk
mencegahtumbuhnya mikroorganis
me pada sheet serta memberikan
warna coklat muda untuk
meningkatkan mutu.
Alat
Timbangan
Gelas ukur
Penggiling laboratorium (tangan)
Beaker glass
Saringan
Pengaduk spatula
Hot plate
Kempa hidrolik
3.1.2
Bahan
Lateks segar
Asam format 1%
Asam asetat 1%
Amoniak 0,5 ml
Larutan CMC 1%
Air
Tissue
a (gr)
b (gr)
+ asam format
98,28
42,82
+ asam asetat
93,13
46,08
KKK (%)
KE (%)
N (ml)
asam format
42,85
15
100
asam asetat
46,1
15
100
4.1.3 Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan terhadap Sifat-Sifat Lateks Pekat
Viskositas
Sampel
Hari ke-4
Hari ke-5
Hari ke-6
5 ml CMC
30
14
11
6 ml CMC
60
34
12
7 ml CMC
10
Warna
Sampel
Hari ke-4
Hari ke-5
Hari ke-6
5 ml CMC
+1
+2
+3
6 ml CMC
+3
+3
+4
7 ml CMC
+2
+4
+5
Hari ke-5
Hari ke-6
Bau
Sampel
Hari ke-4
5 ml CMC
+2
+3
+4
6 ml CMC
+3
+4
+5
7 ml CMC
+1
+5
+6
Keterangan :
Viskositas : semakin (+) semakin kental (padat)
Warna
: semakin (+) semakin gelap
Aroma
FP (%)
KKK (%)
+ asam format
56,4
42,85
+ asam asetat
50,5
46,1
AT
asam format
185,67 ml
asam asetat
207,33 ml
BAB 5. PEMBAHASAN
5.1 Pengertian Lateks
Lateks adalah cairan koloid yang berwarna putih susu yang diperoleh dari pohon
karet Havea brasiliensisdengan partikel-partikel karet terdispersi air. Lateks mengandung
protein yang dapat terurai akibat aktivitas bakteri. Lateks dapat juga dikatakan sebagai suatu
larutan koloid dengan partikel karet dan bahan bukan karet yang tersuspensi dalam suatu
medium. Lateks diperoleh dengan jalan melukai kulit pohon karet atau istilah lain disebut
penyadapan (Syarief, 1988).
Lateks
merupakan emulsi kompleks
yang
(poli) terpena,minyak, tanin, resin, dan gom. Pada banyak tumbuhan lateks biasanya berwarna
putih, namun ada juga yang berwarna kuning, jingga, atau merah. Susunan bahan lateks dapat
dibagi menjadi dua komponen. Partikellateks dilapisis oleh protein dan lipida ini merupakan koloid
hidrofolik yang artinya dilindungi (diselaputi) oleh muatan listrik. Larutan koloid akan stabil bila
terdapat bahan yang dapat mempertahankan muatan listrik partikel yaitu dengan adanya
protein. Sifat koloid ini dijadikan dasar untuk terjadinya proses koagulasi. Lateks akan
berkoagulasi dengan cara membuang muatan protein dari partikel karet
Lateks terdiri atas partikel karet dan bahan bukan karet (non-rubber) yang terdispersi di
dalam air.Bahan bukan karet yang jumlahnya relatif kecil ternyata mempunyai peran penting
dalam mengendalikan kestabilan sifat lateks dan karetnya. Di dalam lateks mengandung 25-40%
bahan karet mentah (crude rubber) dan 60-75% serum yang terdiri dari air dan zat yang
terlarut (Triwijoso, 1995).
5.1
Mekanisme Penambahan Asam Format dan Asam Asetat, Amoniak dan CMC
5.2.1 Mekanisme Penambahan Asam Format dan Asam Asetat
Penggunaan asam sebagai bahan penggumpal didasarkan pada kemampuannya yang cukup baik
dalam menurunkan pH lateks serta harga yang cukup terjangkau bagi kebun dan petani karet
dibandingkan bahan koagulan lainnya. Tujuan dari penambahan asam adalah untuk menurunkan pH
lateks pada titik isoelektriknya sehingga lateks akan membeku atau berkoagulasi, yaitu pada pH
antara 4.5-4.7 selain itu penambahan asam juga berfungsi sebagai pengawet. Penambahan larutan
asam diikuti dengan pengadukan agar tercampur ke dalam lateks secara merata serta membantu
mempercepat proses penggumpalan. Pengadukan dilakukan untuk mencegah terbentuknya
gelembung udara yang dapat mempegaruhi mutu sit yang dihasilkan. Kecepatan penggumpalan
dapat diatur dengan mengubah perbandingan lateks, air dan asam sehingga diperoleh hasil bekuan
atau disebut juga koagulum yang bersih dan kuat.
Mekanisme koagulasi lateks dengan menggunakan asam asetat atau asam format didasarkan
atas
penurunan
pH. Asam asetat
dan
asam format
akan
mengubah
struktur
lateks. Asam asetat (CH3COOH) danasam format (CHOOH) merupakan larutan asam lemah yang
jernih atau tidak berwarna, mudah larut dalam air, berbau merangsang, dan masih bereaksi asam
pada pengenceran. pH awal dari lateks segar itu sendiri yaitu sekitar 6,5. Supaya
penggumpalan terjadi pH harus diturunkan hingga 4,7. Asam dalam hal ini ion H+akan bereaksi
dengan ion OH- pada protein dan senyawa lainnya untuk menetralkan muatan listrik sehingga
terjadi koagulasi pada lateks. Pada keasaman ini akan tercapai titik isoelektrik yaitu titik dimana
menunjukkan muatan positif protein seimbang dengan muatan negative sehingga potensial
elektronnya menjadi nol atau keseimbangan muatan listrik pada permukaan partikel-partikel karet
menggumpal menjadi satu. Asam yang digunakan yaitu asam format atau asam asetat, dimana
asam ini merupakan asam lemah.Asam kuat seperti asam sulfat atau asam nitrat tidak dapat
digunakan karena dapat merusak karet yang digumpalkan dan produk karet yang dihasilkan
bermutu rendah.
5.2.2 Mekanisme Penambahan Amoniak
Penggunaan amoniak sebagai zat anti koagulan didasarkan pada kemampuannya yang baik
dalammenaikkan pH. Tujuan dari penambahan amoniak adalah untuk menaikkan pH lateks
sehingga
lateks tidak
mengalami koagulasi. Prakoagulasi
merupakan
pembekuan
pendahuluan yang tidak diinginkan. Pada prakoagulasi menghasilkan lump atau gumpalangumpalan pada cairan getah sadapan. Syarat zat antikoagulan adalah harus memiliki pH yang
tinggi atau bersifat basa. Mekanisme penambahan amoniak adalah Ion OH- di dalam zat
antikoagulan akan menetralkan ion H+ pada lateks, sehingga kestabilannya dapat tetap terjaga dan
tidak terjadi penggumpalan dengan pH 9-10.
Beberapa jenis zat antikoagulan yang umumnya digunakan oleh perkebunan besar atau
perkebunan rakyat adalah amoniak, soda atau natrium karbonat, formaldehida serta natrium
sulfit. Hasil sadapan yang mengalami prakoagulasi dapat diolah menjadi karet bermutu rendah
seperti karet remah jenis SIR 10 dan SIR 20. Untuk mencegah prakoagulasi, pengawetan lateks
kebun harus dilakukan terlebih jika jarak antara kebun dengan pabrik pengolahan cukup jauh.
5.2.3 Mekanisme Penambahan CMC
Mekanisme penambahan CMC pada sistem koloid lateks dapat membuat sistem koloid lateks
tidak stabil sehingga lateks secara berangsur-angsur mengalami pendadihan sehingga masingmasing fraksinya akan berpisah. CMC merupakan Gugus karboksimetil yang berfungsi sebagai
bahan penstabil emulsi yang dihubungkan dengan ikatan ester. CMC berbentuk polimer terdispersi
dalam suasana dingin ataupun panas. CMC berwarna putih, larut dalam air atau campuran air
dalam jumlah besar dengan pelarut lain seperti alkohol atau aseton, tidak berasa, dan tidak
beracun.
Karet yang bermutu tinggi diperoleh dengan memperhatikan penggumpalan lateks hasil
penyadapan dikebun dan kebersihannya. Kotoran yang menjadi pengotoran lateks akan
sulit dihilangkan dan selanjutnya menyebabkan terjadinya prakoagulasi dan terbentuknya lump
sebelum lateks sampai dipabrik untuk diolah. Prakoagulasi dapat terjadi karena kemantapan
bagian koloidal yang terkandung di dalam lateks berkurang akibat aktivitas bakteri, guncangan
serta suhu lingkungan yang terlalu tinggi. Bagian-bagian koloidal yang berupa partikel karet ini
kemudian menggumpal menjadi satu dan membentuk komponen yang berukuran lebih besar dan
membeku. Lateks kebun akan menggumpal atau membeku secara alami dalam waktu beberapa
jam setelah dikumpulkan. Penggumpalan alami atau spontan juga dapat disebabkan oleh
timbulnya asam-asam akibat terurainya bahan bukan karet yang terdapat dalam lateks akibat
aktivitas mikroorganisme.Mikroorganisme tersebutlah yang menyebabkan lump berbau
busuk. Penggumpalan dapat disebabkan juga karena timbulnya anion dari asam lemak hasil
hidrolisis lipid yang ada di dalam lateks. Anion asam lemak akan bereaksi dengan ion magnesium
dan kalsium dalam lateks dan membentuk sabun yang tidak larut yang dapatmenyebabkan
ketidakmantapan lateks yang pada akhirnya terjadi pembekuan .
5.1
Fungsi Perlakuan
Pada
praktikum pengolahan
lateks ini
dilakukan tiga sub
acara
antara
lain : perhitungan KKK lateks segar, pengenceran lateks dan pengaruh penambahan
bahan dadih dan lama pemisahan terhadap sifat-sifat lateks.
5.1.1
Perhitungan KKK Lateks Segar
Pada sub bab pertama dilakukan perhitungan KKK (Kadar Karet Kering) lateks segar,
fungsinya adalah agar tidak terjadi kecurangan dalam perdagangan karet dan sebagai
perlindungan terhadap konsumen. Karena dengan diketahuinya nilai kadar karet
kering lateks segar maka kadar karet yang terdapat pada lateks segar yang dipanen
tanpa campuran bahan lain dapat diketahui. Kebiasaan petani karet yang kurang baik
adalah dengan menambahkan air pada lateks segar agar terlihat lebih banyak. Pada
perhitungan KKK lateks segar dilakukan dengan pertama-tamatiap 100 ml lateks segar
diukur menggunakan gelas ukur kemudian dimasukkan ke dalam beaker glass jadi ada
dua beaker glas yang masing-masing terdapat 100 ml lateks segar. Setelah itu
ditimbang untuk mengetahui beratnya dan dinyatakan dalam (a gram).
Kemudian diberi perlakuan dengan menambahkan asam format 1% dan asam asetat 1%
atau sebanyak 10 ml masing-masing pada dua beaker glass. Asam format dan asam
asetat merupakan asam lemahyang berfungsi dalam membantu proses penggumpalan
lateks dengan menurunkan pH lateks. Dilakukan dua perlakuankarena untuk
membedakan manakah salah satu dari perlakuan tersebut yang dapat mempercepat
proses penggumpalan lateks dan menghasilkan kualitas karet yang baik. Setelah
itu dilakukan pemanasan
dan pengadukan
secara perlahan
hingga lateks menggumpal kurang lebih selama 10 menit. Panas dapat mempercepat
proses koagulasipada lateks segar karena akan terjadi penguapan air pada lateks yang
digumpalkan dan
membuat partikel lateks
semakin
rapat
sehingga terjadi
penggumpalan. Sedangkan fungsi pengadukan disini adalah agar asam yang
ditambahkan dapat tercampur ke dalam lateks secara merata serta membantu
mempercepat proses penggumpalan. Pengadukan dilakukan untuk mencegah
terbentuknya gelembung udara yang dapat mempegaruhi mutu sit yang
dihasilkan. Setelah menggumpal, lateks di pres dengan menggunakan kempa hidrolik
kemudian selanjutnya digiling untuk memperluas permukaannya sehingga cepat
kering karena dengan pengepresan dapat mendorong air keluar dari lateks yang
menggumpal sehingga kadar airnya dapat dikurangi. Lalu permukaan karet dikeringkan
menggunakan tissue untuk mengurangi airnya kembali. Seharusnya dilakukan
pengovenan selama satu hari untuk menurunkan kadar air setelah pengepresan,
namun untuk mempersingkat waktu hanya dilakukan pengeringan menggunakan tissue
saja. Kemudian dilakukan pengeprinan pada permukaan karet dengan motif yang
biasanya terdapat pada pengolahan karet di pabrik. Setelah itu baru dilakukan
penimbangan karet yang dihasilkan dan dinyatakan dalam (b gram). Fungsi
penimbangan
ini
adalah untuk
mengetahui
berat
karet kering yang
selanjutnya digunakan untuk menghitung nilai KKK(Kadar Karet Kering). Hitung FP
(Faktor Pengeringan) dan tentukan nilai KKK dengan rumus :
5.1.1
Pengenceran Lateks
Pada sub bab kedua dilakukan pengenceran lateks dengan menggunakan 100 ml lateks segar yang
diukur menggunakan gelas ukur dan disaring untuk menghilangkan kotoran pada lateks
segar. Setelah itu ditentukannilai KK yang menyatakan nilai KKK lateks kebun dan nilai KE yang
menyatakan nilai KKK lateks yang dikehendaki. Setelah itu ditentukan AT pada lateks. Penentuan
ini berfungsi untuk mendapatkan jumlah air yang sesuai bagi lateks dalam proses pengenceran
dengan mengakumulasikannya pada rumus berikut :
Setelah itu ditambahkan air sesuai perhitungan. Fungsinya adalah untuk mengencerkan lateks
tersebut.
5.1.1
Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan Terhadap Sifat-sifat Lateks Pekat
Sub bab yang terakhir adalah pengaruh penambahan bahan pendadih dan lama pemisahan
terhadap sifat-sifat lateks pekat. Pertama dilakukan penyiapan 100 ml lateks segar sebanyak 3 kali
yang sebelumnya disaring terlebih dahulu. Pengukuran menggunakan gelas ukur. Penyaringan
dilakukan untuk memisahkan kotoran pada lateks segar. Kemudian ditambahkan amoniak masingmasing sebanyak 0,5 ml. Fungsinya adalah sebagai anti koagulan dan pengawet yang mencegah
terjadinya koagulasi pada lateks segar. Mekanismenya adalah Ion OH- di dalam zat antikoagulan
akan menetralkan ion H+ pada lateks, sehingga kestabilannya dapat tetap terjaga dan tidak
terjadi penggumpalan.. setelah itu baru ditambahkan larutan CMC 1% sebanyak 5 ml, 6 ml, dan 7
ml pada tiap perlakuan dan diaduk kemudian dibiarkan selama 4, 5, dan 6 hari dimana pada tiap
hari tersebut dilakukan pengamatan terhadap warna, tekstur, aroma. Penambahan CMC
1% disini berfungsi untuk proses pembentukan 2 fraksi antara larutan dadih dan serum. Sedangkan
pengadukan berfungsi
untuk
menghomogenkan
CMC
dan
lateks
agar
tercampur
sempurna. Pengamatan dilakukan pada 4, 5, dan 6 hari untuk member waktu bagi lateks dalam
proses pembentukan 2 fraksi antara serum dan larutanpendadih.
5.2
5.2.1
Analisa Data
Perhitungan KKK Lateks Segar
Pada percobaan pertama yakni perhitungan nilai KKK (Kadar Karet Kering) lateks
segardiperoleh nilai KKK dan FP pada perlakuan penambahan asam format 1%, adalah KKK
sebesar 42,85 % dan FP 56,4 %. Sedangkan pada perlakuan penambahan asam asetat 1% diperoleh
nilai KKK sebesar46,1 % dan FP 50,5 %. Nilai KKK pada perlakuan asam format 1% lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan asam asetat 1%. Nilai kadar karet kering atau yang biasa disebut
dengan KKK yang berbeda pada perlakuan asam lemah yakni asam format dan asam asetat dapat
disebabkan karena perbedaan efektifitas kedua asam lemah sebagai zat koagulan dimana asam
asetat 1% lebih efektif untuk mengkoagulasikan atau menggumpalkan lateks segar dibandingkan
dengan
asam
format
1%.
pada hasil perhitungan pada penambahan
Nilai FP
(Faktor
Pengering) yang berbeda
asam format dan asam asetat dengan jenis
lateks segar yang sama. Hal ini dapat disebabkan karena perbedaan banyaknya air yang diserap
tissue pada proses pengeringan permukaat karet setelah pengepresan dan perbedaan tenaga yang
digunakan pada proses pengepresan menggunakan kempa hidrolik. Semakin besar tenaga yang
digunakan untuk malakukan proses pengepresan maka semakin besar jumlah air yang dapat
dikeluarkan dari karet. Sehingga semakin besar faktor pengeringan maka semakin kecil nilai kadar
karet kering. Karena banyaknya air pada karet yang keluar lebih banyak. Sehingga nilai KKK terlalu
jauh dari standart bakunya yakni 15%.
5.4.2 Pengenceran Lateks
Pengenceran lateks adalah menurunkan kadar karet yang terkandung dalam lateks
sampai memperoleh kadar karet sesuai dengan kadar karet baku yang dibutuhkan untuk membuat
karet sheet dan karet crepe yaitu 15%. Selama pengenceran lateks harus dilakukan pengadukan
dengan suatu alat yang dinamakan agitator agar pencampuran lateks dengan air merata atau
homogen. Tujuan pengenceran adalah untuk :
a. Melunakkan bekuan, sehingga tenaga giling tidak terlalu besar.
b. Memudahkan penghilangan gelembung udara.
c. Memudahkan pencampuran asam asetat karena konsentrasi larutan rendah.
Pada
percobaan pengenceran lateks,
setelah
dilakukan
perhitungan diperoleh nilai AT sebesar 185,67 ml pada perlakuan asam format dengan nilai KK
42,85% dan 207,33 ml pada perlakuan asam asetat dengan nilai KK 46,1%. Nilai AT tersebut
menyetakan banyaknya air yang harus ditambahkan pada lateks segar untuk
mengencerkannya. Standart nilai untuk KE adalah 15% dan KK sebesar 20%. Berdasarkan hasil
praktikum nilai KK (KKK lateks kebun) jauh lebih besar daripada standar karena pengeringan yang
dilakukan tidak menggunakan proses pengovenan. Sehingga proses pengeringan lateks tidak
optimal karena hanya digunakan tissue sebagai pengurang air pada permukaan karet. Besarnya air
yang dibutuhkan untuk mengencerkan lateks pada perlakuan asam asetat lebih banyak dibanding
dengan perlakuan asam format. Hal ini dapat diakibatkan oleh adanya perbedaan nilai kadar karet
kering lateks kebun pada kedua perlakuan. Karena dengan semakin tinggi nilai kadar karet kering
lateks kebun maka membutuhkan jumlah air yang lebih banyak untuk proses pengencerannya
dengan konsentrasi yang diinginkan sama yakni 15%.
5.4.3
Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan Terhadap Sifat-sifat Lateks Pekat
Pada sub bab acara pengaruh penambahan bahan pendadih dan lama pemisahan terhadap
sifat-sifat lateks pekat dilakukan pendadihan lateks segar dengan variasi penambahan CMC 1% 5
ml, 6 ml, dan 7 ml. Kemudian dilakukan pengamatan pada penambahan 5 ml
dan didapatkan hasil viskositas hari ke-4 adalah 30, hari ke-5 = 14, dan hari ke-6 = 11. Pada
penambahan CMC 6 ml didapatkan hasilpada hari ke-4 adalah 60, hari ke-5 adalah 34, dan hari ke6 adalah 12. Sedang pada penambahan CMC 7 ml didapatkan pada hari ke-4 adalah 9, hari ke-5
adalah 10, dan hari ke-6 adalah 5. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa penambahan CMC 1%
sangat berpengaruh pada viskositas lateks segar. Dengan semakin banyak CMC 1% yang
ditambahkan menyebabkan viskositas lateks mengalami peningkatan atau dapat dikatakan lateks
semakin padat. Hal ini dapat terjadi karena peningkatan kerapatan skim lateks menjadi lebih
besar atau semakin rapat partikelnya. Kerapatan partikel atau semakin tingginya viskositas
disebabkan karena terbentuk ikatan silang antar poliisoprene yang disebabkan adanya gugus
reaktif yaitu aldehid. Semakin lama penyimpanan membuat viskositas lateks semakin tinggi atau
lateks semakin padat karena kerja CMC untuk mendadihkan juga semakin lama sehingga semakin
banyak partikel lateks yang tidak stabil dan semakin rapat satu sama lain. Partikel lateks yang
semakin rapat satu sama lain disebabkan karena muatan positif dan negatif sudah tidak seimbang
atau netral.
Pada pengamatan warna diperoleh hasil, pada variasi penambahan CMC 1% 5 ml pada hari
ke-4, 5, dan 6 secara berturut-turut adalah +1, +2, dan +3 yang menunjukkan warna lateks
semakin gelap.Pada penambahan CMC 1% 6 ml diperoleh hasil berturut-turut +3, +3, dan +4 yang
menunjukkan warna lateks semakin gelap. Pada penambahan CMC 1% 7 ml diperoleh hasil
berturut-turut +2, +4, dan +5 yang menunjukkan warna lateks semakin gelap. Dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa dengan semakin lama waktu penyimpanan dan semakin banyak CMC yang
ditambahkan
membuat warna latekssemakin
gelap.
karena adanya reaksi oksidasi pada
lateks
yang
kontak
Hal
ini dapat
langsung
dengan
terjadi
udara
sehingga menyebabkan warna lateks menjadi agak gelap atau coklat. Selain itu dapat juga
diakibatkan karena adanya reaksi maillard pada lateks sehingga warna lateks yang tadinya putih
menjadi agak gelap. Walaupun kandungan komponen gula hanya sebesar 0,2 % dan protein 2-3 %
padalateks namun
komponen
tersebut
dapat
menyebabkan timbulnya reaksi
maillard. Waktupenyimpanan yang semakin
lama dapat
semakin gelap karena semakin banyakpartikel karet yang tidak stabil
Pada pengamatan bau (aroma) dengan variasi penambahan CMC 1% 5 ml diperoleh hasil
pada hari ke-4, 5, dan 6 secara berturut-turut adalah +2, +3, dan +4. Pada penambahan CMC 1% 6
ml diperoleh hasil berturut-turut +3, +4, dan +5. Pada penambahan CMC 1% 7 ml diperoleh hasil
berturut-turut +1, +5, dan +6. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan semakin
banyak CMC yang ditambahkan dan semakin lama waktu penyimpanan membuat bau (aroma)
lateks yang tadinya berbau khas lateks menjadi menyengat setelah ditambahkan CMC 1% dan
baunya semakin menyengat dengan semakin lamanya waktu penyimpanan. Bau menyengat yang
ditimbulkan dapat dikarenakan adanya pemisahan antara serum dengan fraksi lateks. Pada lateks
yang terpisah fraksinya menjadi raksi putih, fraksi kuning, dan serum C dimana serum
C tersebut mengandung zat terlarut berupaasam amino, karbohidrat, inositol dan asam
organik misalnya asam nukleat pirofosfat dan askorbat yang apabila bereaksi dengn CMC atau
komponen lain dapat menimbulkan bau (aroma) yang menyengat atau tidak enak.
BAB 6. PENUTUP
6.1
1.
2.
Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum pengolahan lateks ini adalah :
Lateks adalah cairan koloid yang berwarna putih susu yang diperoleh dari pohon
karet Havea brasiliensis dengan partikel-partikel karet terdispersi air.
Mekanisme koagulasi lateks dengan penambahan asam (asam
asetat
atau
asam
format) adalah ion H akan bereaksi dengan ion OH pada protein dan senyawa lainnya untuk
menetralkan muatan listriksehingga terjadi koagulasi pada lateks.
+
3.
Mekanisme penambahan amoniak adalah Ion OH- di dalam zat antikoagulan akan menetralkan
ion H+pada lateks, sehingga kestabilannya dapat tetap terjaga dan tidak terjadi penggumpalan.
4.
Mekanisme penambahan CMC pada sistem koloid lateks dapat membuat sistem koloid lateks
tidak stabil sehingga lateks secara berangsur-angsur mengalami pendadihan sehingga masing-
5.
6.
format 1%.
Semakin tinggi nilai KKK lateks kebun maka dibuuhkan jumlah air yang lebih banyak untuk
7.
proses pengenceran lateks dengan konsentrasi yang diinginkan sama yakni 15%.
Pada penambahan bahan pendadih didapatkan hasil semakin lama penyimpanan maka lateks
semakin tinggi viskositasnya, warnanya semakin gelap, dan aromanya semakin menyengat.
6.2
Saran
Sebaiknya pengamatan dilakukan secara bergantian agar praktikan benar benar mengerti
hasil dari proses pengolahan karet. Selain itu sebaiknya asisten menjelaskan bagaimana mutu
karet yang baik agar tidak terjadi kesalahan dan kebingungan pada praktikan dalam membahas
data.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Petunjuk Praktikum Pengolahan Tembakau, Gula dan Lateks. Jember : FTP UNEJ
Anonim.
2011. Manfaat Karet. http://www.goodway-integrated.com/. [diakses
tanggal 15 Desember
2012].
Goutara, dkk. 1985. Teknologi Pengolahan Lateks. Jakarta : Erlangga.
Lukman. 1985. Penyadapan dan Stimulasi Tanaman Karet. Medan : BPP.
Nazaruddin dan F.B. Paimin. 1998. Karet. Jakarta : Penebar Swadaya.
Rizal Syarief dan Anies Irawati. 1988. Pengetahuan Bahan untuk Industri Pertanian. Jakarta : PT
Mediyatama Sarana Perkasa.
Salibury.
2011. Tanaman
Karet
dan
Proses
Pengolahannya. http://repository.usu
.ac.id/bitstream/123456789/30327/4/Chapter%20II.pdf [diakses tanggal 15 Desember 2012].
Septa.
on
Setyamidjaja, Djoehana. 1995. Karet Budidaya Dan Pengolahan. Cetakan kedua. Yogyakarta : Kanisius.
Suseno, Rs. Suwarti. 1989. Pedoman Teknis Pengolahan Karet Sit yang diasap (Ribbed Smoked Sit).
Bogor:Balai Penelitian Perkebunan Bogor.
Triwijoso, Sri Utami. 1995. Pengetahuan Umum Tentang Karet Hevea. Dalam Kumpulan Makalah : In House
Training, Pengolahan Lateks Pekat dan Karet Mentah. No : 1. Bogor : Balai Penelitian Teknologi
Karet Bogor.
Williams, C. N., 1975. The Agronomy of the Major Tropical Crops. New York: Oxford University Press.
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap bagian pohon karet jika dilukai akan mengeluarkan getah susu yang disebut lateks.
Banyak tanaman jika dilukai akan mengeluarkan cairan putih yang menyerupai susu, tetapi
hanya beberapa pohon saja yang menghasilkan karet. Diantara tanaman tropis hanya havea
bracileansis yang telah dikembangkan dan mencapai tingkat perekonomian yang penting.
Di Indonesia, sebagian besar perkebunan yang ada merupakan perkebunan rakyat. Namun,
petani rakyat ini sebagian besar tidak menentukan besarnya pengeluaran dalam pengusahaan
karet, padahal karet alam memerlukan penanganan sebaik-baiknya agar menguntungkan,
apalagi jika harus dibandingkan dengan karet sintetis dimana harganya bisa dipertahankan
supaya tetap stabil.
Dalam perkembangannya getah karet atau lateks tidak hanya digunakan dalam industri ban saja.
Semakin lama banyak barang yang dibuat dengan berbahan dasar lateks. Mulai dari sarung
tangan operasi hingga barang barang kebutuhan sehari hari.
Lateks dapat diolah dalam bentuk karet sheet, crepe, lateks pekat dan karet remah (Crumb
rubber). Dalam praktikum ini akan dipelajari tahap-tahap pengolahan lateks menjadi karet sheet
dan juga mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi mutu karet yang dihasilkan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Umum
Dapat memahami proses pengolahan lateks, faktor-faktor proses, pengendalian proses dan mutu
yang dihasilkan.
1.2.2 Khusus
Dapat menjelaskan pengaruh kualitas bahan dasar terhadap kualitas karet yang
dihasilkan.
Dapat menjelaskan beberapa macam proses pengolahan macam proses pengolahan karet
alam yaitu karet sheet, crepe, lateks dan crumb rubber.
Dapat menjelaskan cara-cara pengawasan mutu pada karet sheet, crepe, lateks pekat dan
crumb rubber.
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Beaker glass
Spatula
Oven
Neraca analitik
Plastik
Alat penggiling
Alat saring
3.1.2 Bahan
Asam format
Asam asetat
Lateks
Larutan CMC
Air
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Perhitungan KKK Lateks Segar
100 ml lateks segar
+ asam format 1%10ml
+ asam asetat 1%10ml
Dipanaskan dan diaduk perlahan hinga menggumpal
Digiling
Dikeringkan
Hitung faktor pengeringan
Tentukan dan amati KKK, aroma, tekstur dan warnanya
Ditimbang berat basah (a gram)
Dioven (500C)
Ditimbang bera kering (b gram)
300 ml Lateks
3.2.3 Penagaruh Penambahan Bahan Dadih
Disaring
Ditambahkan larutan CMC 1%
Sebanyak 10ml pada setiap perlakuan
Diaduk
Didiamkan selama 4,7,8 hari
Amati warna, tekstur dan aroma dan tentukan KKKnya
4 hari
7 hari
8 hari
Keluarga
: Euphorbiaceae
Genus
: Hevea
Spesies
: Hevea brasiliensis
(Habibie, 2009).
2.2 Pengertian, Sifat dan Kandungan Kimia Lateks
Lateks adalah suatu istilah yang dipakai untuk menyebut getah yang dikeluarkan oleh pohon
karet. Lateks terdapat pada bagian kulit, daun dan integument biji karet. Lateks merupakan suatu
larutan koloid dengan partikel karet dan bukan karet yang tersuspensi di dalam suatu media
yang banyak mengandung bermacam-macam zat. Warna lateks adalah putih susu sampai
kuning. (Djumarti 1998).
Karet mempunyai sifat kenyal (elastis), sifat kenyal tersebut berhubungan dengan viskositas atau
plastisitas karet. Lateks sendiri membeku pada suhu 32oF karena terjadi koagulasi.(Goutara, dkk:
1985)
Lateks mengandung 25-40 % bahan karet mentah (crude rubber) dan 60-77 % serum (air dan zat
yang larut). Karet mentah mengandung 90-95 % karet murni, 2-3 % protein, 1-2 % asam lemak,
0,2 % gula, 0,5 % garam dari Na, K, Mg, P, Ca, Cu, Mn, dan Fe. Partikel karet tersuspensi (tersebar
secara merata)dalam serum lateks dengan ukuran 0,004-3 mikron, atau 0,2 milyar partikel karet
per millimeter lateks. (Goutara, dkk: 1985).
2.3 Tahapan Pengolahan Karet Secara Umum
Penerimaan Lateks Kebun
Lateks kebun terlebih dahulu ditimbang dan ditentukan kadar karet karet keringnya (KKK), yaitu
dengan mengambil lateks sebanyak 50-100 ml ditambah 10-20 ml larutan asam pimat 1 purin
hasil pembekuan digiling dengan gilingan laboratorium (tangan) sampai diperoleh lembaran tipis.
1.
Pengenceran Lateks
Sebelum diencerkan, lateks disaring dulu. Penentuan jumlah air yang diperlukan untuk
mengencerkan dengan KKK kebun menjadi lateks encer KKK tertentu 15%.
1.
1.
Pembekuan
Lateks yang sudah diencerkan lalu ditambah larutan format 1% sebanyak 55,5 ml tiap liter lateks
atau asam asetat 2% dengan KKK 15%.
1.
Penggilingan
Setelah diperoleh lembaran koagulan yang tebal dan basah kemudian dilakukan penggilingan
dengan tujuan mengeluarkan sebagian air, memperluas permukaan sheet dengan menipiskan
dan memberi lambang (print) serta menyeragamkan mutu penggilingan karet dilakukan dengan
baterai sheet yang terdiri dari 4-6 gilingan beroda 2.
1.
Pengasapan dan Pengeringan
Bertujuan untuk mengawetkan sheet karena mengandung phenol yang dapat mencegah
tumbuhnya mikroorganisme dan sheet.
1.
Sortasi dan Pembungkusan
Setelah melalui pengasapan dan pengeringan sheet dipilih menjadi beberapa macam mutu
berdasarkan persyaratan tertentu.
(Anonim, 2011).
2.4 Jelaskan Perbedaan Pengolahan Karet Sheet dan Crape
Dalam pengolahan karet jenis sheet dan crepe biasanya digunakan
mesin penggilingan.Di kalangan pengolahan lateks, mesin ini sering disebut baterai sheet.
Baterai sheet ada yang terdiri dan 4, 5, atau 6 gilingan beroda dua. Baterai sheet yang merniliki
4 gilingan beroda dua contohnya adalah merek Cadet. Sedangkan yang memiliki 5 dan 6
gilingan beroda dua masing-masing contohnya adalah merek Aristo dan Six in One. Kapasitas
setiap jenis baterai sheet berbeda dan tergantung pada ketebalan sheet yang akan dibuat Mesin
penggilingan untuk crepe dikenal dengan nama baterai crepe.Jumlah gilingan beroda dua yang
ada biasanya 3, 4, atau 5 gilingan. Baterai crepe dengan 3 gilingan beroda dua biasanya kurang
memberikan hasil gilingan yang memuaskan, yang paling baik adalah baterai crepe dengan 5
gilingan.
a gram
b gram
Warna
Tekstur
Aroma
+asam
format
22,44
15,96
+1
+3
+2
+asam
asetat
20,82
14,71
+1
+2
+1
b. Pengenceran Lateks
ml Lateks
KKK
KE
air yang di +
200
17
15
26 ml
Perlaku
an
Warna
4 hari
++
7 hari
++
8 hari
++
Keterangan:
Warna
Aroma
Tekstur
1.
1.
1.
Aroma
Tekstur
a gram
b gram
37,44
28,28
+++
++
33,58
28,69
++++
+++
38,14
30,53
A gram
B gram
Nilai KKK
+ asam
format
22,44
15,96
15,74
+ asam
asetat
20,82
14,71
14,78
Pengenceran Lateks
Perlakuan
AT
Pengenceran lateks
26 ml
FP (%)
KKK (%)
24,47
28,28
14,56
28,69
19,95
30,53
BAB 5. PEMBAHASAN
5.1 Fungsi dan Penentuan Nilai KKK dan AT
Tujuan dari pengenceran lateks dalam praktikum kali ini adalah untuk menjaga agar kadar karet
kering (KKK) lateks sewaktu diolah dapat dipertahankan selalu tetap. Serta untuk mengetahui
berapa kadar air yang dipelukan untuk mengencerkan lateks secara tepat.
Penentuan AT ini berfungsi untuk mengetahui berapa jumlah air yang ditambahkan sehingga KKKnya seragam dan memiliki mutu yang tetap atau bisa dikatakan untuk menentukan jumlah air
pada waktu pengenceran lateks.
5.2 Prinsip Analisa
Prinsip analisa yang pertama adalah perhitungan KKK lateks segar dengan menambahkan
asam format dan asam aseta untuk mempercepat proses penggumpalan.
Prinsip analisa yang kedua adalah pengenceran lateks untuk mendapatkan KKK lateks
tertentu dengan menggunakan aquades untuk menentukan jumlah air yang diperlukan untuk
pengenceran.
Sedangkan prinsip analisa yang ketiga adalah pengaruh penambahan bahan dadih
dimaksudkan untuk memisahkan antara fraksi serum dengan dadihnya. Dalam pemisahan dua
fraksi ini menggunakan CMC 1% yang akan mempercepat naik butir karet sehingga dalam
beberapa waktu butir karet akan terpisah dan terkumpul dibagian atas cairan dan serumnya
berada dibawah dengan lama pemisahan 3-4 hari.
5.3 Mekanisme Terjadinya Koagulasi Lateks dengan Penambahan Asam Asetat dan
Asam Format
Koagulasi adalah proses penggumpalan partikel koloid karena penambahan bahan kimia
sehingga partikel-partikel tersebut bersifat netral dan membentuk endapan karena adanya gaya
grafitasi. Pada umunya digunakan larutan asam format/asam semut atau asam asetat /asam
cuka dengan konsentrasi 1-2% ke dalam lateks dengan dosis 4 ml/kg karet kering. Jumlah
tersebut dapat diperbesar jika di dalam lateks telah ditambahkan zat antikoagulan sebelumnya.
Penggunaan asam format didasarkan pada kemampuannya yang cukup baik dalam
menurunkan pH lateks serta harga yang cukup terjangkau bagi kebun dan petani karet
dibandingkan bahan koagulan asam lainnya.
Tujuan dari penambahan asam adalah untuk menurunkan pH lateks pada titik
isoelektriknya sehingga lateks akan membeku atau berkoagulasi, yaitu pada pH antara 4,5-4,7.
Asam dalam hal ini ion H+ akan bereaksi dengan ion OH- pada protein dan senyawa lainnya
untuk menetralkan muatan listriksehingga terjadi koagulasi pada lateks. Penambahan larutan
asam diikuti dengan pengadukan agar tercampur ke dalam lateks secara merata serta
membantu mempercepat proses pembekuan. Pengadukan dilakukan dengan 6-10 kali maju dan
mundur secara perlahan untuk mencegah terbentuknya gelembung udara yang dapat
mempegaruhi mutu sit yang dihasilkan. Kecepatan penggumpalan dapat diatur dengan
mengubah perbandingan lateks, air dan asam sehingga diperoleh hasil bekuan atau disebut juga
koagulum yang bersih dan kuat. Lateks akan membeku setelah 40 menit. Proses selanjutnya
ialah pemasangan plat penyekat yang berfungsi untuk membentuk koagulum dalam lembaran
yang seragam (Suseno, 1989).
5.4 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan
Dalam praktikum pengolahan lateks ini dibagi menjadi 3 tahap. Tahap pertama yaitu
perhitungan KKK lateks segar, pertama-tama 100ml lateks segar ditambahkan asam format dan
asam asetat masing-masing 1% 10ml, fungsi ditambahkan asam format dan asam asetat adalah
untuk mempercepat proses penggumpalan. Kemudian dipanaskan dan diaduk perlahan hingga
menggumpal dan digiling utuk memperluas permukaan dan mempercepat proses pengeringan
lateks. Setelah itu dikeringanginkan untuk mengurangi kadar airnya. Setelah dikeringanginkan,
ditimbang berat basah (a gram) dan dioven selama 1 hari dengan suhu 500C berfungsi untuk
mengurangi kadar air bahan dan ditimbang sebagai berat kering (b gram). Kemudian ditentukan
FP dan KKK nya.
Tahap kedua yaitu pengenceran lateks, 200 ml lateks segar disaring untuk memisahkan
kotoran dengan lateks yang akan digunakan. Kemudian ditambah air sesuai dengan rumus AT.
Penambahan air ini berujuan untuk mengencerkan lateks.
Tahap ketiga yaitu pengaruh penambahan bahan dadih, 300 ml lateks disaring yang
berfungsi untuk memisahkan kotoran yang ada dalam lateks. Kemudian dibagi menjadi tiga yaitu
4 hari, 7 hari, dan 8 hari sebagai pembanding yang nantinya dapat diketahui dari ketiga
perlakuan tersebut mana yang memiliki warna, tekstur, dan aroma yang paling baik. Kemudian
ditambahkan CMC 1% sebanyak 10 ml pada masing-masing perlakuan. Penambahan CMC ini
berguna untuk memisahkan lateks menjadi dua fraksi yaitu serum dan dadih. Lalu dilakukan
pengadukan agar bercampur merata antara lateks dan CMC. Setelah itu didiamkan selama 4, 5, 6
hari dan diamati warna, tekstur, aroma serta ditentukan KKK-nya.
5.5 Analisis Data
Dari hasil perhitungan KKK dan AT. Sebelum melakukan perhitungan KKK, terlebih dahulu
dihitung faktor pengencerannya (FP). Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan,
didapat hasil nilai FP pada penambahan asam format dan asam asetat secara berturut-turut
adalah 28,9% dan 29,35%. Dan untuk perhitungan KKK dari penambahan asam format dan asam
asetat secara berturut-turut adalah 15,95% dan 14,71%. Hal ini menunjukkan bahwa
penambahan asam format sebagai bahan penggumpal lebih baik daripada penambahan asam
asetat karena KKKnya lebih besar. Karet yang belum dikeringkan memiliki aroma yang sangat
menyengat, tetapi setelah dikeringkan aroma ini akan memudar. Hal ini terjadi karena selama
proses pengeringan terjadi penguapan senyawa volatil yang memberikan aroma yang
menyengat.
Pada perhitungan pengenceran lateks dengan KKK 17 dan KE 15, didapat nilai AT sebesar
26 ml. Pengenceran lateks bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak air yang dibutuhkan
berdasarkan jumlah lateks yang akan diencerkan. Pengenceran ini penting karena untuk menjaga
agar kadar karet kering selalu tetap meskipun sudah diolah.
Pada hasil perhitungan pengaruh penambahan bahan dadih, untuk perlakuan 4 hari
dihasilkan warna yang cerah, aroma yang kurang menyengat, tekstur kurang kenyal, FP 24,47%,
dan KKK sebesar 28,28%. Untuk perlakuan 7 hari memiliki warna agak gelap, aroma menyengat,
tekstur kenyal, FP 14,56%, dan KKK sebesar 28,69%. Untuk perlakuan 8 hari didapatkan warna
agak gelap, aroma sangat menyengat, tekstur sangat kenyal, FP 19,95%, dan KKK sebesar
30,53%. Dari sini dapat diketahui bahwa semakin lama penyimpanan akan mempengaruhi warna,
tekstur, dan aroma. Semakin lama penyimpanan warnanya semakin gelap, aroma semakin
menyengat, dan tekstur semakin kenyal. KKK tertinggi yaitu pada penyimpanan 8 hari dengan
KKK sebesar 30,53%. Ini berarti bahwa semakin lama penyimpanan nilai KKK akan semakin besar
dan mutu karet akan semakin baik.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan perhitungan dapat disumpulkan bahwa:
Lateks adalah suatu istilah yang dipakai untuk menyebut getah yang dikeluarkan oleh
pohon karet.
Karet mempunyai sifat kenyal (elastis), sifat kenyal tersebut berhubungan dengan
viskositas atau plastisitas karet. Lateks sendiri membeku pada suhu 32oF karena terjadi
koagulasi.
Lateks mengandung 25-40 % bahan karet mentah (crude rubber) dan 60-77 % serum (air
dan zat yang larut). Karet mentah mengandung 90-95 % karet murni, 2-3 % protein, 1-2 % asam
lemak, 0,2 % gula, 0,5 % garam dari Na, K, Mg, P, Ca, Cu, Mn, dan Fe. Partikel karet tersuspensi
(tersebar secara merata)dalam serum lateks dengan ukuran 0,004-3 mikron, atau 0,2 milyar
partikel karet per millimeter lateks.
Penentuan KKK ini berfungsi untuk mengetahui kadar kering lateks yang digunakan untuk
menentukan penerimaan lateks kebun. Sedangkan penentuan AT berfungsi untuk mengetahui
berapa jumlah air yang ditambahkan sehingga KKK-nya seragam.
Pada perhitungan KKK dari penambahan asam format dan asam asetat secara berturutturut adalah 15,95% dan 14,71%. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan asam format sebagai
bahan penggumpal lebih baik daripada penambahan asam asetat karena KKKnya lebih besar.
Pengenceran lateks bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak air yang dibutuhkan
berdasarkan jumlah lateks yang akan diencerkan. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai AT 26
ml.
KKK tertinggi yaitu pada penyimpanan 8 hari dengan KKK sebesar 30,53%. Ini
berarti bahwa semakin lama penyimpanan nilai KKK akan semakin besar dan mutu karet akan
semakin baik.
6.2 Saran
Terima kasih kakak2 asisten TOGEL yang telah menjadi asisten yang sabar dan baik
dibandingkan asisten yang lain.
Hehehe ..
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Petunjuk Praktikum Pengolahan Hasil Pertanian Tembakau, Gula dan
Lateks. Jember: THP FTP UNEJ
Djumarti, Ir. 2011. Handout Kuliah Teknologi Pengolahan Lateks. Jember: Jurusan Teknologi Hasil
Pertanian. Universitas Jember
Goutara, B. Djatmiko, W. Tjiptadi. 1985. Dasar Pengolahan Karet. Bogor: IPB.
Habibie. 2009. Mengenal Tanaman
Karet. http://habibiezone.wordpress.com/2009/12/07/mengenal-tanaman-karet/
(diakses tanggal 15 Desember 2011).
Nopianto, Eko. 2009. Karet Alam. http://eckonopianto.blogspot.com/karet-alam.html
(Diakses tanggal 18 Desember 2011).
Suseno,RS. Suwarti. 1989. Pedoman Teknis Pengolahan Karet Sheet yang Diasap. Bogor: Balai
Penelitian Perkebunan Bogor.