Anda di halaman 1dari 62

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Karet alam merupakan salah satu hasil pertanian yang penting karena
memegang peranan penting dalam meningkatkan taraf hidup taraf hidup
manusia, karena banyak menghasilkan devisa negara. Karet alam dihasilkan
dari perkebunan besar dan perkebunan rakyat. Umumnya karet rakyat
bermutu rendah karena alat dan cara pengolahannya masih sangat
sederhana.
Di Indonesia, sebagian besar perkebunan yang ada merupakan
perkebunan rakyat. Namun, petani perkebunan rakyat ini sebagian besar
tidak menentukan besarnya pengeluaran dalam pengusahaan karet, padahal
karet alam memerlukan penanganan sebaik-baiknya agar menguntungkan,
apalagi jika harus dibandingkan dengan karet sintetis dimana harganya bisa
dipertahankan supaya tetap stabil.
Karet alam menunjukkan harga yang tidak stabil karena makin
meningkat produksi karet sintetis misal butty rubber (BR), styrene butadin
rubber (SBR) dan lain-lain. Jenis karet sintetis ini mempunyai sifat-sifat
khusus yang labih baik dibandingkan dengan karet alam. Oleh karena itu,
perlu dipelajari sifat-sifat karet alam dan cara pengolahannya yang baik dan
benar sehingga dapat menghasilkan karet yang berkualitas dan petani
perkebunan karet dapat menghasilkan karet alam yang mampu bersaing
dengan karet sintetis.

1.2. Tujuan Praktikum


1.2.1 Umum
Praktikan dapat memahami proses pengolahan lateks, faktor-faktor
proses, pengendalian proses dan mutu yang dihasilkan.
1.2.2 Khusus
1. Praktikan dapat menjelaskan pengaruh kualitas bahan dasar terhadap
kualitas karet yang dihasilkan,
2. Praktikan dapat menjelaskan beberapa macam proses pengolahan karet
alam yaitu karet sheet, crepe, lateks dan crumb rubber,

3.

Praktikan dapat menjelaskan cara-cara


karet sheet, crepe, lateks dan crumb rubber.

pengawasan

mutu

pada

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Tanaman Karet
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang
cukup besar Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman
biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas.
Dibeberapa kebun karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh
tanamanya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung
getah yang dikenal dengan nama lateks. Daun karet terdiri dari tangkai daun
utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20cm.
Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10 cm dan pada ujungnya terdapat
kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun
karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung
meruncing.Tepinya rata dan gundul. Biji karet terdapat dalam setiap ruang
buah. Jadi, jumlah biji biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah
ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnanya coklat kehitaman
dengan bercak-bercak berpola yang khas. Sesuai dengan sifat dikotilnya,
akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang
batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar (Setyamidjaja, 1993).
Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis. Daerah yang cocok
untuk tanaman karet adalah pada zone antara 15o LS dan 15o LU. Bila di
tanam di luar zone tersebut, sehingga memulai pertumbuhannya pun lebih
lambat, sehingga memulai produksinya pun lebih lambat (Siregar, 2009).
Klasifikasi botani tanaman karet adalah sebagai berikut:
Kingdom/Philum
: Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi
: Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub divisi
: Angiospermae (biji berada dalam buah)
Kelas
: Dycotyledonae (biji berkepin dua)
Ordo
: Euphorbiales

Famili
: Euphorbiales
Genus
: Hevea
Spesies
: Hevea bransiliensis
(Cahyono, 2010).
Struktur anatomi batang karet terdiri dari lapisan gabus yang tipis,
bagian kulit yang keras yang berisi banyak sel-sel batu yang sel-selnya
semakin ke dalam semakin menipis, dan lateks yang terbentuk dari sel
parenkim dan kelompok lateks pembuluh- pembuluh, di dalam kambium.
Konsentrasi lateks meningkat di daerah sekitar kambium sehingga dengan
bagian batang karet yang baik untuk ditoreh adalah di sekitar kambium
tetapi tanpa mengenai daerah cambium.

Gambar (a) Dinding sel-sel yang saling bersambung-sambung membentuk


lateks.

Gambar (b) Anatomi batang tanaman karet yang terdiri dari sel-sel gabus,
sel-sel batu, dan jaringan lateks
(Triwijoso, 1995).
2.2. Definisi Lateks
Lateks adalah suatu istilah yang dipakai untuk menyebut getah yang
dikeluarkan oleh pohon karet. Lateks terdapat pada bagian kulit, daun dan
integument biji karet. Lateks diperoleh dari tanaman Hevea brasiliensis,
diolah dan diperdagangkan sebagai bahan industri dalam bentukkaret sheet,
crepe, lateks pekat dan karet remah (Crumb rubber). Lateks merupakan

suatu larutan koloid dengan partikel karet dan bukan karet yang tersupensi
di dalam suatu media yang banyak menganding bermacam-macam
zat. Bagian-bagian yang terkandung tersebut tidak larut sempurna,
melainkan terpencar secara atau merata di dalam air. Partikel-partikel
koloidal ini sedemikian kecil dan halusnya sehingga dapat menembus
saringan (Tim Penulis PS, 1999).
Susunan bahan lateks dapat dibagi menjadi dua komponen. Komponen
yang pertama adalah bagian yang mendispersikan atau memancarkan
bahan-bahan yang terkandung secara merata, biasa disebut serum. Bahanbahan bukan karet yang larut dalam air, seperti protein, garam-garam
mineral, enzim dan lainnya termasuk ke dalam serum. Komponen kedua
adalah butir-butir karet yang dikelilingi lapisan tipis protein.
Lateks dalam getah yang dikeluarkan oleh pohon karet, warnanya
putih susu sampai kuning. Lateks mengandung 25-40 % bahan karet
mentah (crude rubber) dan 60-77 % serum (air dan zat yang larut). Karet
mentah mengandung 90-95 % karet murni, 2-3 % protein, 1-2 % asam
lemak, 0,2 % gula, 0,5 % garam dari Na, K, Mg, P, Ca, Cu, Mn, dan Fe.
Karet alam adalah hidrokarbon yang merupakan mikromolekul poliisoprene
(C5H8)n dengan rumus kimia 1,4-cis-poliisoprene. Partikel karet tersuspensi
atau tersebar secara merata dalam serum lateks dengan ukuran 0.04-3.00
mikron dengan bentuk partikel bulat sampai lonjong (Triwijoso, 1995).
2.3 Pengolahan Karet Secara Umum
Dalam hal proses pengolahan lateks di tempat pengolahan atau
pabrik, biasanya memiliki urutan kerja tertentu untuk menghasilkan hasil
olah lateks berupa lembaran (sheet). Pengolahan sheet oleh perkebunan
dilaksanakan di pabrik pengolahan dengan menggunakan peralatan yang
lebih baik dan dengan kapasitas yang lebih besar. Oleh karena itu, sheet
yang dihasilkan berkualitas tinggi. Standar kualitas yang tinggi tersebut
dapat dicapai karena proses pembuatannya dilaksanakan sesuai dengan
persyaratan pengolahan yang memenuhi standar.pekerjaan tersebut
meliputi:
1.Penerimaan lateks
Lateks hasil penyadapan yang berasal dari berbagai bagian kebun
diangkut dengan tangki yang ditarik truk ke pabrik. Dipabrik lateks diterima
dan di campur dalam bak penerimaan. lateks yang dimasukan ke dalam bak

penerimaan harus disaring terlebih dahulu untuk mencegah aliran lateks


yang terlalu deras dan terbawanya lump atau kotoran lainnya.
2.Pengenceran lateks
Pengenceran lateks atau memperlemah kadar karet adalah
menurunkan kadar karet yang terkandung dalam lateks sampai diperoleh
kadar karet yang terkandung dalam lateks sampai diperoleh kadar karet
baku sesuai dengan yang diperlukan dalam pembuatan sheet, yaitu sebesar
13%, 15%, 16%, atau20% sesuai dengan kondisi dan peralatan setempat.
3.Pembekuan lateks
Pembekuan atau koagulasi bertujuan untuk mempersatukan butir butir
karet yang terdapat dalam cairan lateks, supaya menjadi satu gumpalan
atau koagulum. Untuk membuat koagulum ini lateks pelu dibubuhi obat
pembeku(koagulan) seperti asam semut atau asam cuka. Menurut
penelitian, terjadinya poses koagulasi adalah karena terjadinya penurunan
pH. Lateks segar yang diperoleh dari hasil sadapan mempunyai pH 6,5.
supaya tidak terjadi pengumpalan,pH yangmendekati netral tersebut harus
diturunkan sampai 4,7. Pada kemasaman ini tercapai titik isoelektris atau
keseimbangan muatan listrik pada permukaan pertikel pertikel karet,
sehingga partikel partikel karet tersebut dapat menggumpal menjadi satu.
Penurunan pH ini terjadi dengan membubuhi asam semut 1% atau asam
cuka 2% ke dalam lateks yang telah diencerkan(Lukman. 1985).
4.Penggilingan
Koagulum yang didapatkan dari lateks tersebut di ambil dan digiling
dengan mesin penggiling manual atau otomatis. Mesin penggiling tersebut
terdiri dari mesin penggiling halus dan mesin penggiling cetakan. Tujuan dari
gilingan ini adalah:
Mengubah koagulum menjadi lembaran lembaran yang mempunyai

lebar,panjang dan tebal tertentu


Untuk mengeluarkan serum yang terdapat di dalam koagulum
5.Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk mengawetkan sheet supaya tahan lama
saat disimpan karena dengan menggunakan asap yang mengandung fenol
akan dapat mencegah tumbuhnya mikroorganisme dalam sheet, untuk
mengeringkan sheet supaya tida mudah diserang mikroorganisme, untuk
memberikan warna coklat muda dengan asap sehingga mutunya meningkat.

Pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan kayu bakar dan panas.


Perlu pengaturan sirkulasi udara dan jumah asap untuk mendapatkan hasil
pengeringan yang baik.
Lembaran lembaran yang telah dihasilkan dari mesin penggiling
selanjutnya akan dikeringkan dengan cara dijemur pada selayan selayan di
pabrik. Salah satu alasan kenapa di pabrik selalu tinggi bertujuan sebagai
penjemuran lembaran sheet. Lembaran lembaran yang telah dihasilkan dari
mesin penggiling selanjutnya akan dikeringkan dengan cara dijemur pada
selayan selayan di pabrik. Salah satu alasan kenapa di pabrik selalu tinggi
bertujuan sebagai penjemuran lembaran sheet (Williams, 1975).
6. Sortasi dan Pembungkusan
Setelah diasap dan dikeringkan, maka sheet dapat dipilih berdasarkan
beberapa macam kriteria mutu tertentu. Dasar penentuan mutu RSS secara
visual dan organoleptik adalah sebagai berikut:
jumlah kapang
keseragaman warna
noda oleh benda asing (kebersihan)
gelembung udara
kekeringan
berat antara 1-1,5 kg per lembar
tebal sheet 2,5-3,5 mm dan lebarnya 4,5 mm
(Djumarti,2011).
Kegiatan sortasi ini biasanya dilakukan di atas meja sortasi kaca
berwarna putih susu (Setyamidjaja, 1993).
2.4 Perbedaan Pengolahan Karet Crepe dan Sheet
Pada dasarnya pengolahan karet sheet sama dengan karet crepe
hanya terletak pada pengenceran air yang digunakan KKK 20% untuk karet
crepe bila karet sheet 15%, pada proses penggilingan karet crepe itu rata
tidak berpatron, kasar tidak licin. Saat proses pengeringan karet crepe tidak
dilakukan pengasapan karena karet crepe harus berwarna putih (Anonim,
2011).
2.5 Manfaat lateks secara umum
Untuk pembuatan barang-barang dari lateks, maka konsentrat lateks
cair pertama-tama dicampur dengan beberapa bahan kimia kompon, setelah

itu cetakan bentuk yang diinginkan dicelupkan ke dalam campuran lateks


agar terjadi pengendapan lapisan lateks tipis. Pencelupan bisa dilakukan
menggunakan atau tanpa menggunakan bahan kimia penstabil (yakni celup
penggumpal atau celup langsung). Pada umumnya, pelumeran dilakukan
pada tahap proses tertentu, dan produk diawetkan pada suhu 100120C. Pembuatan
kompon karet kering adalah untuk memproduksi
berbagai produk elastis yang berguna dengan menggunakan zat pengikat
silang (cross-linking agents). Lateks banyak digunakan untuk bahan baku
pembuatan karet kering yang selanjutnya menjadi bahan mentah untuk
industri pembuatan ban, pipa karet, selang, sepatu/sandal, komponen
otomotif, komponen engineering, lem, dan beberapa peralatan rumah
tangga (Anonim.2011)
BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
- Oven
- Pipet ukur 10 ml, 1 ml
- Bulb pipet
- Pnetrometer
- Plastik
- Beaker glass
- Spatula
- Saringan
- Botol plastik tempat lateks segar
- Alat press / penggiling
- Penangas / hot plate
- Neraca analitik
3.1.2 Bahan
- Lateks segar
- Asam format 1%
- Asam asetat 1%
- Amoniak
- CMC 1%

- Air

3.2 Skema Kerja


@ 100 mL lateks segar
3.2.1 Perhitungan KKK Lateks Segar

100 mL lateks segar


3.2.2 Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet Sheet

3.2.3 Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan


terhadap
Sifat-sifat Lateks Pekat

BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Perhitungan KKK Lateks Segar
Perlakuan

a gram

b gram

BG 1 ( + asam
format 1%)
BG 2 (+ asam asetat
1%)

98,28

42,82

93,13

46,08

4.1.2 Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet Sheet


Perlakuan

KK (%)

KE (%)

N (ml)

BG 1 ( + asam format
1%)
BG 2 ( + asam asetat
1%)

42,85

15

100

46,1

15

100

4.1.3 Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan terhadap


Sifat-sifat Lateks Pekat
o
Viskositas
Sampel

Hari ke-4

Hari ke-5

Hari ke-6

14
34
10

11
12
5

Hari ke-5

Hari ke-6

+2
+3
+4

+3
+4
+5

Hari ke-5

Hari ke-6

5 ml CMC
30
6 ml CMC
60
7 ml CMC
9
Semakin (+) semakin kental (padat)
o

Warna
Sampel

Hari ke-4

5 ml CMC
+1
6 ml CMC
+3
7 ml CMC
+2
Semakin (+) semakin gelap
o

Bau
Sampel

Hari ke-4

5 ml CMC
+2
+3
6 ml CMC
+3
+4
7 ml CMC
+1
+5
Semakin (+) semakin menyengat
4.2 Hasil Perhitungan
4.2.1 Perhitungan KKK Lateks Segar
Perlakuan
Penambahan Asam
Format 1%
Penambahan Asam
Asetat 1%

FP (%)

+4
+5
+6

KKK (%)

56,4

42,85

50,5

46,1

4.2.2 Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet Sheet


Perlakuan

AT (ml)

Penambahan Asam Format


1%

185,67

Penambahan Asam Asetat


1%

207,33

BAB 5. PEMBAHASAN
5.1 Pengertian Lateks
Lateks adalah suatu istilah yang dipakai untuk menyebut getah yang
dikeluarkan oleh pohon karet. Lateks terdapat pada bagian kulit, daun dan
integument biji karet. Lateks diperoleh dari tanaman Hevea brasiliensis,
diolah dan diperdagangkan sebagai bahan industri dalam bentukkaret sheet,
crepe, lateks pekat dan karet remah (Crumb rubber). Lateks merupakan
suatu larutan koloid dengan partikel karet dan bukan karet yang tersupensi

di dalam suatu media yang banyak menganding bermacam-macam


zat. Bagian-bagian yang terkandung tersebut tidak larut sempurna,
melainkan terpencar secara atau merata di dalam air. Partikel-partikel
koloidal ini sedemikian kecil dan halusnya sehingga dapat menembus
saringan (Tim Penulis PS, 1999).
Susunan bahan lateks dapat dibagi menjadi dua komponen. Komponen
yang pertama adalah bagian yang mendispersikan atau memancarkan
bahan-bahan yang terkandung secara merata, biasa disebut serum. Bahanbahan bukan karet yang larut dalam air, seperti protein, garam-garam
mineral, enzim dan lainnya termasuk ke dalam serum. Komponen kedua
adalah butir-butir karet yang dikelilingi lapisan tipis protein.
Lateks adalah getah kental, seringkali mirip susu, yang dihasilkan
banyak tumbuhan dan membeku ketika terkena udara bebas. Selain
tumbuhan, beberapa hifa jamur juga diketahui menghasilkan cairan kental
mirip lateks. Pada tumbuhan, lateks diproduksi oleh sel-sel yang membentuk
suatu pembuluh tersendiri, disebut pembuluh lateks. Sel-sel ini berada di
sekitar pembuluh tapis (floem) dan memiliki inti banyak dan memproduksi
butiran-butiran kecil lateks di bagian sitosolnya. Apabila jaringan pembuluh
sel ini terbuka, misalnya karena keratan, akan terjadi proses pelepasan
butiran-butiran ini ke pembuluh dan keluar sebagai getah kental. Lateks
terdiri atas partikel karet dan bahan bukan karet (non-rubber) yang
terdispersi di dalam air. Lateks juga merupakan suatu larutan koloid dengan
partikel karet dan bukan karet yang tersuspensi di dalam suatu media yang
mengandung berbagai macam zat. Di dalam lateks mengandung 25-40%
bahan karet mentah (crude rubber) dan 60-75% serum yang terdiri dari air
dan zat yang terlarut. Bahan karet mentah mengandung 90-95% karet
murni, 2-3% protein, 1-2% asam lemak, 0.2% gula, 0.5% jenis garam dari
Na, K, Mg, Cn, Cu,Mn dan Fe. Partikel karet tersuspensi atau tersebar secara
merata dalam serum lateks dengan ukuran 0.04-3.00 mikron dengan bentuk
partikel bulat sampai lonjong (Triwijoso, 1995).
Sifat lateks yaitu warna lateks putih susu kuning. Kandungan lateks
yaitu bahan karet mentah 25 40 % dan serum 60 70 %. Bahan mentah
karet terdiri dari :
1. Karet murni
90-95%
2. Protein
2-3%
3. Asam Lemak
1-2%

4. Gula
5. Garam Na, K, Mg, Ca, Cu, Mn, dan Fe
(Djumarti, 2011).

0,2%
0,5%

5.2 Mekanisme Penambahan Asam Format, Asam Asetat, Amoniak,


dan CMC
5.2.1 Penambahan Asam Format dan Asam Asetat
Lateks mempunyai pH 6,9 - 7,2 terdapat dalam bentuk cair karena bermuatan negatif,
tetapi bila ditambahkan asam organik atau anorganik misal asam asetat dan asam format
sampai pH mendekati titik isoelektrik (pH 3,8 - 5,3 atau 4,2) maka terjadi penggumpalan lateks
dimana dengan adanya penambahan asam asetat dan asam format yang berlebihan atau sekaligus
diberikan maka akan terjadi penambahan muatan positif sehingga antara partikel terjadi kekuatan
saling tolak-menolak atau lateks masih dalam keadaan cair. Kestabilan lateks dipengaruhi
muatan listrik dari lateks. Muatan listriktergantung dari pH lateks. Pada pH tertentu muatan
listrik akan mencapai nilai 0 yaitu pada titik isoelektrik dan pH berkisar 4,2 - 4,7. Pada pH
tersebut protein tidak stabil, tetapi pada pH ini lateks tidak segera menggumpal karena partikel
masih diselubungi mantel air.Dengan tidak stabilnya protein maka protein akan menggumpal dan
lapisan ini akan hilang sehingga antar butir terjadi kontak dan akhirnya menggumpal. Dalam
kenyataannya keadaan ini sukar tercapai atau terjadi karena partikel karet sudah saling berlekatan
sehingga meskipun bermuatan positif, karetnya sendiri sukar untuk menjadi yang lebih kecil
seperti dalam keadaan semula (Djumarti, 2011).
5.2.2 Penambahan Amoniak
Menurut Suharto (1978), adanya ion OH- di dalam lateks setelah penambahan amoniak
dapat memperbesar kebasaan lateks sehingga pH lateks menjadi 9-10, dengan demikian dapat
menambah muatan negatif di sekeliling karet. Ion OH - dihasilkan dari reaksi keseimbangan
amoniak di dalam air, seperti diperlihatkan dalam persamaan reaksi sebagai berikut :

Ion OH- tersebut dapat menetralkan adanya asam yang telah terbentuk pada lateks. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :

Lutoid yang terdapat pada lateks segar mengandung ion Mg 2+ dan Ca2+ yang dapat
mengganggu kemantapan lateks. Ion-ion tersebut dapat dipisahkan dengan membentuk kompleks
pada reaksi antara ion fosfat yang secara alamiah terkandung di dalam serum dengan amoniak
yang telah ditambahkan pada lateks segar. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Mg2+ + NH4+ PO43- MgNH4PO4
Kompleks tersebut mengendap dan dapat dipisahkan melalui penyaringan (Handoko, 1995).
5.2.3 Penambahan CMC
Penambahan CMC menyebabkan sistem koloid lateks menjadi sangat labil. Oleh karena
itu, sistem segera memberikan reaksi untuk mencapai kestabilan yang baru. Tingkat kestabilan
yang lebih baik berangsur-angsur dicapai sistem dalam periode waktu satu malam. Satu bagian
atom hidrogen pada gugus hidroksi dalam CMC diganti dengan gugus natriumkarboksimetil (CH2COONa).
Kelarutan
CMC
dipengaruhi
oleh
derajat
substitusinya
(DS).
Karboksimetilselulosa dengan DS lebih kurang atau sama dengan 0,3 larut dalam alkali,
sedangkan pada DS lebih besar dari 0,4 Na-CMC bersifat larut dalam air. Secara teoritis CMC
memiliki DS maksimal tiga karena gugus anhidro glukosa memiliki tiga buah gugus hidroksil
yang dapat digantikan dengan gugus natriumkarboksimetil (Loo, 1973).
5.3 Fungsi Perlakuan
5.3.1 Perhitungan KKK Lateks Segar
Pada acara perhitungan KKK lateks segar, pertama-tama diambil
lateks segar masing-masing sebanyak 100 ml. Kemudian masing-masing
ditimbang dalam beaker glass sebagai a gram untuk mengetahui berat
bahan. Selanjutnya beaker glass satu diberi tambahan asam format 1%
sebanyak 10 ml untuk menggumpalkan lateks, sedangkan beaker glass yang
lain ditambahkan asam asetat 1% sebanyak 10 ml yang berfungsi untuk
menggumpalkan lateks. Penggunaan bahan tambahan yang berbeda
ini berfungsi untuk mengetahui bahan formulasi tambahan yang lebih cepat
dan lebih baik untuk menggumpalkan lateks.Setelah itu, dipanaskan untuk
mempercepat
reaksi
getah
karet
dengan
asam yang
ditambahkan tersebut dan diaduk hingga menggumpal untuk memisahkan
serum dengan lateks. Lalu dilakukan pengepresan untuk menghilangkan air

dari gumpalan karet. Hal ini dilakukan selain untuk mengeluarkan sebagian
air juga
untuk memperluas
permukaan
sheet
dengan
menipiskannya. Kemudian karet dikeringkan untuk menghilangkan sisa-sisa
air yang keluar saat pengepresan. Setelah pengeringan selesai, dilakukan
penimbangan sebagai b gram untuk mengetahui berat bahan setelah
dilakukan pengepresan. Lalu dihitung nilai FP untuk mengetahui persentase
FP yang nantinya digunakan untuk mencari nilai KKK lateks segar.
5.3.2 Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet Sheet
Pada acara
pengenceran
lateks
pada
pembuatan
karet
sheet inipertama-tama lateks
segar
sebanyak 100
ml
disaring untukmendapatkan lateks yang murni dan bersih. Selanjutnya
ditentukan nilaiKK dan KE nya untuk mengetahui jumlah air yang harus
ditambahkan pada latek segar tersebut. Setelah itu, ditambahkan air sesuai
perhitungan tersebut agar penambahan air tidak mengakibatkan penurunan
kualitas lateks segar.
5.3.3 Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan terhadap
Sifat-sifat Lateks Segar
Pada acara pengaruh penambahan bahan pendadih dan lama
pemisahan terhadap sifat-sifat lateks segar ini, pertama-tama lateks
segar disaring untuk memisahkan lateks dari kotorannya dan dimasukkan ke
dalam 3 beaker glass masing-masing sebesar 100 ml.Setelah itu masingmasing ditambahkan amoniak sebanyak 0,5 ml sebagai pengawet karena
amoniak sangat efektif dan relatif lebih murah dibandingkan dengan
pengawet lainnya dalam memantapkan lateks. Kemudian pada beaker glass
pertama ditambahkan CMC 1 % sebanyak5 ml, beaker glass kedua
ditambahkan CMC 1% sebanyak 6 ml, dan beaker glass ketiga ditambahkan
CMC 1% sebanyak 7 ml. Penambahan CMC 1% ini berfungsi
untuk memisahkan serum dengan dadih dan perbedaan jumlah penambahan
dilakukan untuk mengetahui pengaruh perbedaan jumlah penambahan.
Setelah dilakukan penambahan CMC 1%, kemudian lateks diaduk dan
dibiarkan selama 4, 5, dan 6 hari.Perbedaan waktu ini bertujuan untuk meng
etahui waktu optimalpengaruh penambahan yang menghasilkan karet
paling baik.Selanjutnya diamati viskositas/ tekstur, warna, dan aroma untuk
mengetahui perubahan yang terjadi pada masing-masing bahan sehingga
dapat diketahui perlakuan yang menghasilkan kualitas karet yang paling
baik.

5.4 Analisa Data


5.4.1 Perhitungan KKK Lateks Segar
Dari hasil pengamatan dan perhitungan didapatkan nilai KKK pada
perlakuan penambahan asam format 1%, sebesar 42,85% denganFP 56,4%.
Sedangkan pada penambahan asam asetat 1% didapatkan nilai KKK
sebesar 46,1% dengan FP 50,5%. Berdasarkan hasil tersebut diketahui
bahwa nilai KKK pada penambahan asam asetat 1% lebih besar daripada
penambahan
asam
format
1%.
Hal
ini disebabkan karena perbedaan pada proses pengeringannya. Pengepresan
dengan tekanan dan waktu pengepresan pada praktikum ini tidak ditentukan
sehingga kadar air yang terkandung dari karet hasil pengeringan tidak sama
satu dengan yang lain, sehingga berat basahnya berbeda.Perbedaan berat
basah tersebut menghasilkan nilai KKK yang berbeda. Selain itu semakin
kecil FP maka KKK akan semakin besar.
5.4.2 Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet Sheet
Dari hasil pengamatan dan perhitungan pada acara pengenceran
lateks ini didapatkan nilai KE sebesar 15%. Untuk penambahan asam format
1% didapatkan nilai KK sebesar 42,85% dan pada penambahan asam
asetat 1% didapatkan nilai KK sebesar 46,1%. Jika dibandingkan dengan
standar nilai untuk KE yaitu 15% dan untuk KK sebesar 20%, maka dari
hasil praktikum tidak ada yang mendekati atau memenuhi standar. Hal ini
disebabkan karena pada saat penggilingan permukaan lateks tidak rata
sehingga ketika dioven,transfer panas dari oven ke lateks juga tidak merata.
Oleh
karena
itunilai
KE
dan
KK yang
dihasilkan jauh
dari nilai standar. Sedangkan untuk penambahan air pada pengenceran
dilakukan berdasarkan nilai KK, semakin besar nilai KK maka air yang
ditambahkan untuk pengenceran semakin banyak.
5.4.3 Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan terhadap
Sifat-sifat Lateks Segar
Dari hasil pengamatan terhadap penambahan CMC 5 diketahui
bahwa pada viskositas hari ke-4 sebesar 30, hari ke-5 sebesar 14, dan hari
ke-6 sebesar 11. Untuk penambahan CMC 6 ml didapatkan nilai viskositas
pada hari ke-4 sebesar 60, hari ke-5 sebesar 34, dan hari ke-6 sebesar 12.
Sedangkan untuk penambahan CMC 7 ml didapatkan hasil viskositas pada
hari ke-4 sebesar 9, hari ke-5 sebesar 10, dan hari ke-6 sebesar 5. Dari data

tersebut diketahui bahwa semakin banyak penambahan CMC 1% maka


viskositas lateks akan semakin meningkat dan semakin lama penyimpanan
viskositasnya juga semakin meningkat. Hal ini dikarenakan semakin banyak
penambahan CMC akan membantu meningkatkan kerapatan skim lateks.
Akan tetapi penambahan CMC dapat menyebabkan jari-jari pertikel karet
menjadi lebih besar sehingga mengakibatkan gaya tarik antar partikelnya
semakin kecil dan mengurangi sifat elastisitasnya.
Dari pengamatan terhadap pengaruh penambahan cmc terhadap
warna didapatkan hasil pada penambahan CMC 5 ml pada hari ke-4, ke-5,
dan ke-6 secara berturut-turut +1, +2, dan +3. Pada penambahan CMC 6 ml
didapatkan hasil pada hari ke-4, ke-5, dan ke-6 secara berturut-turut +3,
+3, dan +4. Sedangkan pada penambahan CMC 7 ml didapatkan hasil pada
hari ke-4, ke-5, dan ke-6 secara berturut-turut +2, +4, dan +5. Dari data
tersebut dapat diketahui bahwa semakinlama waktu penyimpanan maka
warna
yang
dihasilkan
semakin
gelap,
hal
ini disebabkan karena saat penyimpanan
dimungkinkan terjadi
kontak dengan udara pada senyawa yang terdapat pada lateks sehingga
terjadi proses oksidasi dan menyebabkan warna lateks menjadi coklatatau
warnanya menjadi lebih gelap. Selain itu banyaknya komponen pada karet
yang rusak karena terhentinya proses enzimatis pada karet juga dapat
menyebabkan perubahan warna pada karet.
Dari pengamatan terhadap aroma untuk penambahan CMC 5 ml
didiketahui pada hari ke-4, ke-5, dan ke-6 secara berturut-turut +2, +3, dan
+4, untuk penambahan CMC 6 ml didapatkan pada hari ke-4, ke-5, dan ke-6
secara berturut-turut +3, +4, dan +5, dan untuk penambahan CMC 7 ml
didapatkan pada hari ke-4, ke-5, dan ke-6 secara berturut-turut +1, +5, dan
+6. Dari data tersebut didaptkan bahwa semakin lama penyimpanan
maka aroma lateks menjadi semakin menyengat. Hal ini dikarenakan serum
C yang mengandung zat yang terlarut yaitu asam amino, karbohidrat,
inositol dan asam organik misalnya asam nukleat pirofosfat dan
askorbat terpisah
dan saling
bereaksi
sehingga
menimbulkan aroma (bau) yang menyengat.
BAB 6. PENUTUP

1.

2.
3.

4.

5.

6.

7.

8.
9.

6. 1 Kesimpulan
Karet alam merupakan hidrokarbon yang merupakan makro molekul
poliisoprene (C5H8)n yang tergabung secara ikatan kepala ke ekor (head to
tail)
Lateks adalah getah kental, seringkali mirip susu, yang dihasilkan banyak
tumbuhan dan membeku ketika terkena udara bebas.
Lateks banyak digunakan untuk bahan baku pembuatan karet kering yang
selanjutnya menjadi bahan mentah untuk industri pembuatan ban, pipa
karet, selang, sepatu/sandal, komponen otomotif, komponen engineering,
lem, dan beberapa peralatan rumah tangga.
Adapun tahap-tahap proses pengolahan karet alam adalah Penerimaan
Lateks Kebun, Pengenceran Lateks, Pembekuan, Penggilingan, Pengasapan
dan Pengeringan, Sortasi dan Pengemasan.
Nilai KKK pada penambahan asam asetat 1% lebih besar daripada
penambahan asam format 1% dan semakin kecil FP maka KKK akan
semakin besar.
Dari hasil praktikum nilai KE dan KK yang dihasilkan jauh darinilai standar
karena penggilingan yang tidak merata dan semakin besar nilai KK maka air
yang ditambahkan untuk pengenceran semakin banyak.
Semakin banyak penambahan CMC 1% maka viskositas lateks akan
semakin meningkat dan semakin lama penyimpanan viskositasnya juga
semakin meningkat.
Semakin
banyak
penambahan
CMC
1% dan lama waktu
penyimpanan maka warna yang dihasilkan semakin gelap.
Semakin sedikit penambahan CMC 1% dan semakin lama penyimpanan
maka aroma lateks menjadi semakin menyengat.
6.2 Saran
Mas, nanti pas responsi soalnya jangan banyak-banyak dan jangan
sulit-sulit yo...

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.
2011. Manfaat
Karet. http://www.goodwayintegrated.com/indo/rci.php [diakses 15 Desember 2012].
Cahyono. 2010. Karet. Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Sumatera Utara.
Djumarti. 2011. Diktat Kuliah Teknologi Pengolahan Tembakau,
Lateks. Jember : FTP UJ.

Gula, dan

Handoko, B dan Kosasih. 1995. Penuntun Analisis Lateks. Bogor : Balai Penelitian
Perkebunan Bogor.
Loo, T.G. 1973. Penuntun Praktis untuk Pembuatan Karet. Jakarta : PT.
Kinta.
Lukman. 1985. Penyadapan dan Stimulasi Tanaman Karet. Medan : BPP.
Setyamidjaja, Djoehana. 1993. Karet Budidaya dan Pengolahan. Yogyakarta :
Kanisius.
Siregar,
Rudi.
2009 Morfologi
Tanaman
Karet . http://rudisiregar.blogspot.com/2009/01/morfologi-tanaman-karet.html [
diakses
tanggal 15 Desember 2012]
Tim Penulis PS. 1999. KARET: Strategi Pemasaran Tahun 2000, Budidaya
dan
Pengolahan. Jakarta : Penebar Swadaya.
Triwijoso, Sri Utami. 1995. Pengetahuan Umum Tentang Karet Hevea. Bogor :
Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor.
Williams, C. N., 1975. The Agronomy of the Major Tropical Crops. New York :
Oxford University Press.

Laporan Lateks
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komoditi perkebunan terdiri dar beberapa macam, salah satunya adalah tanaman karet.
Setiap bagian pohon karet jika dilukai akan mengeluarkan getah susu yang disebut lateks.
Diantara tanaman tropis hanya tanaman karet (havea bracileansis)yang telah dikembangkan dan
mencapai tingkat perekonomian yang penting. Tanaman karet menduduki posisi cukup penting
sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Oleh
sebab itu upaya peningkatan produktifitas usaha tani karet terus dilakukan terutama dalam
bidang teknologi budidayanya.

Dalam perkembangannya getah karet atau lateks tidak hanya digunakan dalam industri ban
saja. Semakin lama, banyak barang yang dibuat dengan berbahan dasar lateks. Mulai dari
sarung tangan operasi hingga barang barang kebutuhan sehari hari. Lateks juga dapat diolah
dalam bentuk karet sheet, crepe, lateks pekat dan karet remah (Crumb rubber).
Pengolahan lateks akan berpengaruh terhadap mutu karet yang dihasilkan. Umumnya karet
rakyat bermutu rendah karena alat dan cara pengolahannya masih sangat sederhana. Namun
dengan seirng dengan berkembangnya zaman, teknologi pengolaha lateks bermacam-macam
ditemukan sehingga mutu karet yang dihasilkan lebih bagus dari yang sebelumnya.
Dalam praktikum ini akan dipelajari tahap-tahap pengolahan lateks menjadi karet sheet dan
juga mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi mutu karet yang dihasilkan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Umum
Setelah mempelajari secara teoritis dan praktek laboratorium, diharapkan dapat memahami
proses pengolahan lateks, faktor-faktor proses, pengendalian proses dan mutu yang dihasilkan.
1.2.2 Khusus
Setelah mempelajari secara teoritis dan praktek laboratorium, diharapkan:
1. Dapat menjelaskan pengaruh kualitas bahan dasar terhadap kualitas karet yang dihasilkan
2. Dapat menjelaskan beberapa macam proses pengolahan macam proses pengolahan karet
alam yaitu karet sheet, crepe, lateks dan crumb rubber
3. Dapat menjelaskan cara-cara pengawasan mutu pada karet sheet, crepe, lateks pekat dan
crumb rubber.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Tanaman Karet dan Klasifikasinya
2.1.1 Tanaman Karet
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar . Tinggi
pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki
percabangan yang tinggi diatas. Dibeberapa kebun karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh
tanamanya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal
dengan nama lateks. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang
tangkai daun utama 3-20cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10 cm dan pada ujungnya
terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun
berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing.Tepinya rata dan gundul. Biji karet

terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi, jumlah biji biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan
jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnanya coklat kehitaman dengan bercakbercak berpola yang khas. Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar
tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar
(Setyamidjaja, 1993).
2.1.2 Klasifikasi Tanaman Karet
Menurut Steenis (1975), klasifikasi botani tanaman karet

adalah sebagai berikut :


Kingdom

: Plantae

Divisio

: Spermatophyta

Class

: Dicotyledoneae

Ordo

: Euphorbiales

Famili

: Euphorbiaceae

Genus

: Hevea

Spesies

: Hevea brassiliensis Muell. Arg.

Sumber:http://www.pupukorganiknasa.com
Sistem perakarannya kompak. Akar karet termasuk akar tunggang yang dapat menghujam
tanah hingga kedalaman 1-2 m. Akar lateralnya dapat menyebar sejauh 10 m (Andoko dan
Setiawan, 1997).

Batangnya bulat atau silindris, kulit kayunya halus, rata berwarna pucat hingga
kecoklatan, sedikit bergabus. Apabila dipotong akan mengeluarkan getah sebagai hasil
perkebunan karet. Beberapa kebun karet, ada kecondongan arah tumbuh tanaman agak miring
kearah utara. Batang tanaman ini menandung getah yang biasa disebut lateks
(http://www.icraf.org., 2008).
Tangkai daun utama 3-20 cm. Daun berbentuk elips memanjang dengan ujung runcing
atau lancip. Tepinya rata. Pada tiap tangkai tumbuh 3 helai daun. Daunnya tersusun melingkar
batang (spiral), berambut. Bunganya bergerombol muncul dari ketiak daun (aksilar), individu
bunga bertangkai pendek, bunga betina tumbuh di ujung (Sadjad, 1993).Daun karet terdiri dari
tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20cm. Panjang
tangkai anak daun sekitar 3-10cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak
daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan
ujung meruncing, tepinya rata dan gundul (Anwar, 2001).
Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi jumlah biji biasanya ada tiga kadang
enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnaya coklat
kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas (Aidi dan Daslin, 1995).
Bunga pada tajuk dengan membentuk mahkota bunga pada setiap bagian bunga yang
tumbuh. Bunga berwarna putih, rontok bila sudah membuahi, beserta tangkainya. Bunga terdiri
dari serbuk sari dan putik (Maryadi. 2005).
2.2 Pengertian Lateks Segar dan Lateks Pekat
2.2.1 Lateks Segar
Lateks segar adalah getah kental, seringkali mirip susu, yang dihasilkan banyak
tumbuhan dan membeku ketika terkena udara bebas. Selain tumbuhan, beberapa hifa jamur juga
diketahui menghasilkan cairan kental mirip lateks. Pada tumbuhan, lateks diproduksi oleh sel-sel
yang membentuk suatu pembuluh tersendiri, disebut pembuluh lateks. Sel-sel ini berada di
sekitar pembuluh tapis (floem) dan memiliki inti banyak dan memproduksi butiran-butiran kecil
lateks di bagian sitosolnya. Apabila jaringan pembuluh sel ini terbuka, misalnya karena keratan,
akan terjadi proses pelepasan butiran-butiran ini ke pembuluh dan keluar sebagai getah kental.
Lateks terdiri atas partikel karet dan bahan bukan karet (non-rubber) yang terdispersi di dalam
air. Lateks juga merupakan suatu larutan koloid dengan partikel karet dan bukan karet yang
tersuspensi di dalam suatu media yang mengandung berbagai macam zat (Triwijoso, 1995).
2.2.2 Lateks pekat
Lateks pekat merupakan produk olahan lateks alam yang dipekatkan dengan proses
sentrifusi atau pendadihan dari Kadar Karet Kering (KKK) 28-30% menjadi KKK 60-64%.
Biasanya lateks pekat digunakan untuk pembuatan bahan-bahan karet yang tipis dan bermutu
tinggi (Zuhra, 2006). Namun pengolahan latek kebun menjadi latek pekat yang biasa digunakan
oleh perusahaan besar membutuhkan modal investasi yang cukup besar, sehingga tidak mungkin

dapat dilakukan oleh pekebun-pekebun kecil seperti pada proyek-proyek pengembangan karet
rakyat.
2.3 Sifat Fisik dan Kimia Lateks Segar dan Lateks Pekat
2.3.1 Lateks Segar
a. Sifat fisik
Karet mempunyai sifat kenyal (elastis), sifat kenyal tersebut berhubungan dengan
viskositas atau plastisitas karet. Lateks sendiri membeku pada suhu 32oF karena terjadi
koagulasi. Partikel karet lam dalam lateks diselaputi oleh suatu lapisan protein sehingga partikel
karet tersebut bermuatan listrik (Goutara, dkk: 1985)
Karet alam memiliki kadar ikatan tidak jenuh dalam struktur molekul karet alam tinggi
sehingga karet alam tidak tahan terhadap reaksi oksidasi, ozon, dan minyak (Ramadhan et al.,
2005),. Menurut Alfa et al. (2003), karet alam memiliki daya pantul dan elastisitas yang baik,
serta sifat-sifat fisik seperti selatisitas, kuat tarik, dan kepegasan yang tinggi pula.

b. Sifat kimia
Lateks mengandung 25-40 % bahan karet mentah (crude rubber) dan 60-77 % serum (air
dan zat yang larut). Karet mentah mengandung 90-95 % karet murni, 2-3 % protein, 1-2 %
asam lemak, 0,2 % gula, 0,5 % garam dari Na, K, Mg, P, Ca, Cu, Mn, dan Fe. Partikel karet
tersuspensi (tersebar secara merata)dalam serum lateks dengan ukuran 0,004-3 mikron, atau
0,2 milyar partikel karet per millimeter lateks. (Goutara, dkk: 1985).

2.3.2 Lateks pekat


a. Sifat fisik dan b. Sifat kimia
Lateks pekat umumnya bersifat tidak stabil atau cepat mengalami penggumpalan. Lateks
dikatakan stabil apabila sistem koloidnya stabil yaitu tidak terjadi flokulasi atau penggumpalan
selama penyimpanan. Kestabilan lateks yaitu tidak terjadinya penggumpalan pada kondisi yang
diinginkan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan lateks adalah : 1. Adanya
kecenderungan setiap partikel karet berinteraksi dengan fase air (serum) 2. Adanya interaksi
antara partikel-partikel itu sendiri. Di samping kedua faktor di atas, ada tiga faktor lain yang
dapat menyebabkan sistem koloid partikel-partikel karet tetap stabil (Ompusunggu, 1989), yaitu :
1. Adanya muatan listrik pada permukaan partikel karet sehingga terjadi gaya tolak menolak
antara dua atau lebih partikel karet tersebut. 2. Adanya interaksi antara molekul air dengan
partikel karet yang menghalangi terjadi penggabungan partikel-partikel karet tersebut. 3. Energi
bebas antara permukaan yang rendah Ketidakstabilan lateks terjadi disebabkan karena rusaknya
lapisan pelindung karet yang terdispersi dalam serum lateks. Rusaknya sistem kestabilan lateks
dapat terjadi dengan sengaja atau tidak sengaja. Beberapa faktor yang sengaja dilakukan untuk
membuat lateks menjadi tidak stabil adalah dengan menambahkan bahan penggumpal seperti
asam, sari buah, tawas. Sedang faktor ketidaksengajaan misalnya karena terjadinya penguapan
air dalam lateks yang berlebihan dan terkontaminasinya lateks oleh mikroba. Dengan rusaknya

sistem kestabilan lateks, maka mutu lateks yang dihasilkan menjadi kurang baik. Untuk tetap
menjaga kestabilan lateks, maka lateks pekat harus memenuhi persyaratan mutu menurut ASTM
D 1076 dan ISO2004.
2.4 Manfaat dan Aplikasi Lateks
Manfaat karet alam banyak digunakan dalam industri-industri barang. Umumnya alat-alat
yang dibuat dari karet alam sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari maupun dalam usaha
industri seperti mesin-mesin penggerak barang yang dapat dibuat dari karet alam antara lain
aneka ban kendaraan (dari sepeda, motor, mobil, traktorhingga pesawat terbang), sepatu karet,
sabuk penggerak mesin besar dan mesin kecil, pipa karet, kabel, isolator, dan bahan-bahan
pembungkus logam (Sugito,1999)

BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM


3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
a.

Timbangan

b. Gelas ukur
c.

Penggilingan laboratorium

d. Beaker glass
e.

Saringan

f.

Hot plate

g. Pengaduk spatula
h. Kempa hidrolik
3.1.2 Bahan
a.

Lateks segar

b. Asam format 1 %
c.

Asam asetat 1 %

d. Amoniak 0,5 %
e.

Larutan CMC 1 %

f.

Aquadest

g. Tissue

BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


4.1 Hasil Pengamatan

1.1.1

Perhitungan KKK Lateks Segar


Bahan

Berat
A1 = 96,1 gr
B1 = 42,06 gr
A2 = 96,45 gr
B2 = 45,84 gr

Asam Format
Asam Asetat
Keterangan : a = berat basah
b = berat kering
1.1.2 Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet Sheet
Bahan
Asam Format
Asam Asetat

KKK

KE

15 mL

100 mL

42,060 %
45,840 %

1.1.3 Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan terhadap Sifat-Sifat Lateks Pekat
a. Penyimpanan Lateks 3 hari
Berat ( gram )
Penimbangan
5 mL
6 mL
7 mL
Beaker glass
188,21
176,20
206,49
Lateks + beaker glas
284,70
270,59
303,23
Lateks ( a gram )
96,49
94,3
96,74

Perlakuan

Hari penyimpanan

CMC 5 mL
CMC 6 mL
0 hari
CMC 7 mL
CMC 5 mL
CMC 6 mL
3 hari
CMC 7 mL
Keterangan : Aroma semakin (+), semakin menyengat
Warna semakin (+), semakin banyak bercak kuning
Perlakuan
Berat ( b gram )
CMC 5 mL
41,89
CMC 6 mL
43,38
CMC 7 mL
43,25

Parameter
aroma
+
+
+
+++
++
+

Warna
+
+
+
++
+++
++++

b. Penyimpanan Lateks 4 Hari


Penimbangan
Beaker glass
Lateks + beaker glas
Lateks ( a gram )

5 mL
176,54
270,90
94,38

Perlakuan

Berat ( gram )
6 mL
7 mL
173,76
185,45
268,67
279,92
94,88
94,47

Hari penyimpanan

CMC 5 mL
CMC 6 mL
0 hari
CMC 7 mL
CMC 5 mL
CMC 6 mL
3 hari
CMC 7 mL
Keterangan : Aroma semakin (+), semakin menyengat
Warna semakin (+), semakin banyak bercak kuning

Perlakuan
CMC 5 mL
CMC 6 mL
CMC 7 mL
1.2 Hasil Perhitungan
1.2.1 Perhitungan KKK Lateks Segar
Bahan

1.2.2

Berat ( b gram )
47,53
41,16
36,66

Fp

KKK

Asam Format

56,233 %

42,060 %

Asam Asetat

52,473 %

45,840 %

Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet Sheet

Parameter
aroma
+
+
+
++++
+++
++

Warna
+
+
+
++
+++
++++

Bahan

AT

Asam Format

180,4 mL

Asam Asetat

205,6 mL

1.2.3 Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan terhadap Sifat-Sifat Lateks Pekat
a. Penyimpanan Lateks 3 Hari
Perlakuan
Fp
KKK
CMC 5 mL

56,58%

41,89%

CMC 6 mL

54,047%

43,35%

CMC 7 mL

55,293%

43,24%

Fp

KKK

CMC 5 mL

0,4963

47,54%

CMC 6 mL

0,5661

41,17%

CMC 7 mL

0,5801

39,67%

b. Penyimpanan Lateks 4 Hari


Perlakuan

BAB 5. PEMBAHASAN
5.1 Mekanisme Penambahan Asam Format, Asam Asetat, Amoniak dan CMC
5.1.1 Penambahan Asam Format dan Asam Asetat
Lateks mempunyai pH 6,9 - 7,2 terdapat dalam bentuk cair karena bermuatan negatif,
tetapi bila ditambahkan asam organik atau anorganik misal asam asetat dan asam format sampai
pH mendekati titik isoelektrik (pH 3,8 - 5,3 atau 4,2) maka terjadi penggumpalan lateks dimana
dengan adanya penambahan asam asetat dan asam format yang berlebihan atau sekaligus
diberikan maka akan terjadi penambahan muatan positif sehingga terjadi kekuatan saling tolakmenolak antara partikel atau lateks masih dalam keadaan cair. Kestabilan lateks dipengaruhi

muatan listrik dari lateks. Muatan listrik tergantung dari pH lateks. Pada pH tertentu muatan
listrik akan mencapai nilai 0 yaitu pada titik isoelektrik dan pH berkisar 4,2 - 4,7. Pada pH
tersebut protein tidak stabil, tetapi pada pH ini lateks tidak segera menggumpal karena partikel
masih diselubungi mantel air. Dengan tidak stabilnya protein maka protein akan menggumpal
dan lapisan ini akan hilang sehingga antar butir terjadi kontak dan akhirnya menggumpal
(Djumarti, 2011).
5.1.2 Penambahan Amoniak
Adanya ion OH- di dalam lateks setelah penambahan amoniak dapat memperbesar
kebasaan lateks sehingga pH lateks menjadi 9-10, dengan demikian dapat menambah muatan
negatif di sekeliling karet (Suharto, 1978).
Lutoid yang terdapat pada lateks segar mengandung ion Mg 2+ dan Ca2+ yang dapat
mengganggu kemantapan lateks. Ion-ion tersebut dapat dipisahkan dengan membentuk kompleks
pada reaksi antara ion fosfat yang secara alamiah terkandung di dalam serum dengan amoniak
yang telah ditambahkan pada lateks segar. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Mg2+ + NH4+ PO43- MgNH4PO4
Kompleks tersebut mengendap dan dapat dipisahkan melalui penyaringan (Handoko, 1995).
5.1.3 Penambahan CMC
Penambahan CMC menyebabkan sistem koloid lateks menjadi sangat labil. Oleh karena
itu, sistem segera memberikan reaksi untuk mencapai kestabilan yang baru. Tingkat kestabilan
yang lebih baik berangsur-angsur dicapai sistem dalam periode waktu satu malam. Satu bagian
atom hidrogen pada gugus hidroksi dalam CMC diganti dengan gugus natriumkarboksimetil (CH2COONa).
Kelarutan
CMC
dipengaruhi
oleh
derajat
substitusinya
(DS).
Karboksimetilselulosa dengan DS lebih kurang atau sama dengan 0,3 larut dalam alkali,
sedangkan pada DS lebih besar dari 0,4 Na-CMC bersifat larut dalam air. Secara teoritis CMC
memiliki DS maksimal tiga karena gugus anhidro glukosa memiliki tiga buah gugus hidroksil
yang dapat digantikan dengan gugus natriumkarboksimetil (Loo, 1973).
5.2 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan
5.2.1 Perhitungan KKK Lateks Segar

Siapkan 200 ml lateks kemudian dimasukkan kedalam 2 buah beaker glass masingmasing 100 ml. Selanjutnya timbang dalam beaker glass untuk mengetahui berat basah (a gram).
Kemudian diberi perlakuan yang berbeda yaitu dengan menambahkan 10 ml asam format 1%
dan 10 ml asam asetat 1%. Penambahan asam format dan asam asetat ini berfungsi untuk
menggumpalkan lateks. Perbedaan perlakuan pada praktikum ini bertujuan untuk mengetahui
perbedaan penggumpalan yang terjadi pada lateks tersebut. Selanjutnya dilakukan pemanasan
serta pengadukan. Tahap ini berfungsi untuk mempercepat penggumpalan lateks. Kemudian

dilakukan pengepresan, hal ini bertujuan untuk menghilangkan kadar air yang ad pada lateks.
Setelah dilakukan pengepresan, permukaan lateks dikeringkan. Hal ini bertujuan untuk
menghilangkan kadar air yang masih tersisa pada karet. Selanjutnya karet tersebut ditimbang
sebagai b gram (berat kering). Terakhir hitung Fp dan KKK.
5.2.2 Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet Sheet
Tujuan pengenceran itu sendiri untuk mengetahui jumlah air yg ditambah kan. Langkah
pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan terlebih dahulu agar pratikum
berjalan lancar. Lateks segar sebanyak 100 ml sebagai bahan utama kemudian dilakukan
penyaringan dengan tujuan agar kotor yang terdapat dalam lateks tidak ikut tercampur. Dan
menentukan KK dan KE. KK adalah KKK lateks kebun dari hasil pratikum acara 1 dan KE
adalah KKK lateks yang dikehendaki. Selanjutnya tahap akhir dilakukan penambahan air sesuai
perhitungan. Dalam tahap akhir ini penambahan air harus sesuai dengan AT karena AT jumlah
air yang ditambahkan. Tujuan dari penambhan air supaya bahan kimia yang terdapat pada lateks
terdistribusi secara sempurna karena lateks mengandung banyak bahan kimia.
5.2.3 Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih Dan Lama Pemisahan Terhadap Sifat-Sifat Lateks Pekat
Langkah pertama menyiapkan alat dan bahan terlebih dahulu agar pratikum lancar. Lateks
segar masing masing 100 ml sebagai bahan utama dan di timbang sebagai a gram. Kemudian
dilakukan penyaringan agar kotoran yang terdapat pada lateks tidak ikut tercampur. Ditambahkan
amoniak masing masing 0,5 ml sebagai anti koagulan. Akan tetapi dalam pratikum ini tidak
dilakukan penambahan amonik dikarena pada saat pengambilan lateks dari pabrik sudah diberi
amoniak. Kemudian ditambahkan 5 ml CMC 1%, ditambahkan 6 ml CMC 1% dan 7 ml CMC
1% sebagai penstabil dan melihat pengaruh volume CMC pada lateks pekat karena volume yang
di tambahkan berbeda selama 4 hari. Selanjutnya dilakukan pemanasan dan pengadukan hingga
menggumpal serta dibiarkan selama 3-4 hari. Setelah itu dilakukan pengepresan untuk
mengurangi kadar air dan dilakukan penimbangan sebagai b gram. Dan tahap terakhir amati
KKK aroma dan warna. Dengan keterangan semakin + maka aroma semakin menyengat dan
semakin + maka warna semakin kuning.
5.3 Analisa Data dan Penyimpangan
5.3.1 Perhitungan KKK Lateks Segar
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai KKK
pada lateks dengan perlakuan penambahan asam asetat 1% lebih besar apabila dibandingkan
dengan nilai KKK pada lateks dengan penambahan asamformat 1%. Nilai lateks yang
ditambahkan asam asetat nilai KKK sebesar 45,8427% dn nilai lateks yang ditambahkan asam
format nilai KKK sebesar 42,063%. Nilai FP dari lateks dengan penambahan asam asetat sebesar
56,23% dan nilai FP dari lateks dengan penambahab asam format sebesar 52,47%. Jadi nilai FP
tertinggi yaitu pada lateks dengan penambahan asam format. Hal ini dikarenakan adanya
perbedaan proses pengeringan dan pengepresan lateks. Dalam praktikum yang sudah dilakukan
waktu dan tekanan pengepresan tidak ditentukan sehingga kadar air yang ada pada karet berbeda

dan juga proses pengeringan yang berbeda dapat mengakibatkan berat basah pada karet
berbeda.perbedaan berat basah dapat menghasilkan nilai KKK yang berbeda. Apabila semakin
kecil nilai FP maka nilai KKK semakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan asam
format untuk bahan penggumpal lebih baik dibandingkan dengan penambahan asam asetat
dikarenakan nilai KKK dari penambhan asam format lebih besar dibandingkan dengan lateks
yang ditambahkan asam asetat.
5.3.2

Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet Sheet


Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan yang telah dilakukan pada acara
pengenceran lateks diperoleh nilai KE 15%.Untuk lateks dengan penambahan asam format 1%
diperoleh nilai KK 42,85% sedangkan untuk lateks dengan penambhan asam asetat 1% diperoleh
nilai KK 46,1%. Apabila dibandingkan dengan nilai standar KE sebesar 15% dan nilai standar
KK 20%, maka hasil pada saat praktikum tidak memenuhi standar atau tidak ada yang mendekati
nilai standar. Hal ini dikarenakan saat dilakukan penggilingan permukaan lateks tidak rata
sehingga ketika dioven, transfer panas dari oven ke lateks juga tidak akan merata. Oleh sebab itu
nilai KK dan KE yang dihasilkan jauh dari nilai standar. Dan untuk penambahan air dalam
pengenceran dilakukakan berdasarkan nilai KK yang sudah diperoleh, apabila semakin besar
nilai KK maka air yang akan ditambahkan untuk pengenceran semakin banyak juga.
5.3.3 Pengaruh penambahan bahan pendadih dan lama pemisahan terhadap mutu lateks pekat
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan pada penambahan bahan pendadih dan
lama pemisahan terhadap mutu lateks pekat dihasilkan FP dan KKK pada hari ke-3 adalah CMC
5 ml sebesar (56,58%;41,89%), CMC 6 ml sebesar (54,047%;43,35%), dan CMC 7 ml sebesar
(55,293%;43,24%) sedangkan pada hari ke-4 adalah CMC 5 ml sebesar (49,63%;47,54%) CMC
6 ml sebesar (56,61%;41,17%) dan CMC 7 ml sebesar (58,01%;39,67). Bahwa semakin banyak
penambahan CMC 1%, maka kestabilan lateks akan semakin meningkat dan semakin lama
penyimpanan kestabilannya juga semakin meningkat. Dikarenakan semakin banyak penambahan
CMC akan membantu meningkatkan kerapatan skim lateks dan menyebabkan sistem koloid
lateks menjadi sangat labil. Penambahan CMC dapat menyebabkan jari-jari pertikel karet
menjadi lebih besar sehingga mengakibatkan gaya tarik antar partikelnya semakin kecil dan
mengurangi sifat elastisitasnya. Namun pada hari ketiga didapatkan hasil yang tidak berurutan,
karena proses penambahan CMC yang kurrang cermat dan pengepresan yang kurang baik.
Penambahan CMC juga mempengaruhi warna dan aroma. Pada pengamatan warna
semakin lama waktu penyimpanan maka semakin banyak bercak kuning. Disebabkan saat
penyimpanan dimungkinkan terjadi kontak dengan udara sehingga senyawa yang terdapat pada
lateks terjadi proses oksidasi dan menyebabkan warna lateks menjadi bercak kuning. Selain itu
banyaknya komponen pada karet yang rusak karena terhentinya proses enzimatis pada karet juga
dapat menyebabkan perubahan warna pada karet.

Pada pengamatan terhadap aroma, dihasilkan semakin lama waktu penyimpanan maka
aroma lateks yang dihasilkan smakin menyengat. Dikarenakan serum C yang mengandung zat
yang terlarut yaitu asam amino, karbohidrat, inositol dan asam organik misalnya asam nukleat
pirofosfat dan askorbat terpisah dan saling bereaksi sehingga menimbulkan aroma (bau) yang
menyengat.

BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:
a. Lateks adalah getah yang dihasilkan dari pohon karet.
b.
Nilai FP tertinggi yaitu pada lateks dengan penambahan asam format
Penambahan asam format untuk bahan penggumpal lebih baik dibandingkan dengan
penambahan asam asetat dikarenakan nilai KKK dari penambhan asam format lebih besar
dibandingkan dengan lateks yang ditambahkan asam asetat.
c.

Semakin besar nilai KK maka air yang akan ditambahkan untuk pengenceran semakin
banyak juga
d.
e.

Semakin banyak penambahan CMC 1%, maka kestabilan lateks akan semakin meningkat

f.

Semakin lama penyimpanan kestabilannya juga semakin meningkat

Semakin banyak penambahan CMC akan membantu meningkatkan kerapatan skim lateks
dan menyebabkan sistem koloid lateks menjadi sangat labil.
g.

Penambahan CMC dapat menyebabkan jari-jari pertikel karet menjadi lebih besar
sehingga mengakibatkan gaya tarik antar partikelnya semakin kecil dan mengurangi sifat
elastisitasnya.
h.

i.

Penambahan CMC juga mempengaruhi warna dan aroma

j.

Semakin lama waktu penyimpanan maka semakin banyak bercak kuning

Semakin lama waktu penyimpanan maka aroma lateks yang dihasilkan smakin
menyengat
k.

5.2 Saran
Terimakasih buat asisten yang baik hati dan sabar.
DAFTAR PUSTAKA
Aidi dan Daslin., 1995. Pengelolaan Bahan Tanam Karet. Pusat Penelitian Karet. Palembang: Balai
Penelitian Sembawa.

Alfa, A.A, I. Sailah, dan Y. Syamsu. 2003. Pengaruh Perlakuan Lateks Alam dengan H2O2NaOCl
Terhadap Karakter Lateks dan Kelarutan Karet Siklo Dari Lateks. Jakarta : Simposium Nasional
Polimer IV
Andoko, A dan Setawan. 1997. Petujuk Lengkap Budidaya Karet. Jakarta: Penebar Swadaya.
Anwar, C., 2001. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Medan: Pusat Penelitian Karet.
Anonim. 2008. Karet Budidaya. http://www.icraf.org. [ Diakses Pada Tanaggal 28 November 2013].
Anonim.
2012.
Investasi
Jitu,
Budidaya
Karet
4,6
Juta
/
Bulan.http://www.pupukorganiknasa.com. [Diakses Pada Tanaggal 29 November
2013]
Djumarti. 2011. Diktat Kuliah Teknologi Pengolahan Tembakau, Gula, dan
Lateks.Jember : FTP UJ.
Goutara, B. Djatmiko, W. Tjiptadi. 1985. Dasar Pengolahan Karet. Bogor: IPB.
Handoko, B dan Kosasih. 1995. Penuntun Analisis Lateks. Bogor : Balai Penelitian Perkebunan Bogor.
Loo, T.G. 1973. Penuntun Praktis untuk Pembuatan Karet. Jakarta : PT. Kinta.
Maryadi., 2005. Manajemen Agrobisnis Karet. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Ompusunggu, M dan Darussamin, A. 1989. Pengolahan Umum Lateks. Sungei Putih:
Balai Penelitian Perkebunan
Ramadhan, A., H. Prastanto., dan A.A. Alfa. 2005. Pengaruh Waktu Reaksi depolimerisasi Terhadap
Viskositas Mooney Karet Mentah Pada Proses Pembuatan Karet Alam Cair Sistem
Redoks. Prosiding Aplikasi Kimia Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan.
Yogyakarta : Yayasan Media Utama
Sadjad, M. 1993. Budidaya Tanaman Perkebunan. Jakarta: Rajawali Press.
Setyamidjaja, Djoehana. 1993. Karet Budidaya dan Pengolahan. Yogyakarta : Kanisius.
Steenis. 1975. Flora. Jakarta: Paramitha.
Sugito, Y. 1999. Ekologi Tanaman. Malang: Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Suharto, 1976. Aliran Lateks Komposisi dan Sifat Lateks. Bandung: Menara Perkebunan
Triwijoso, Sri Utami. 1995. Pengetahuan Umum Tentang Karet Hevea. Bogor : Balai Penelitian
Teknologi Karet Bogor.
Zuhra, Cut Fatima. 2006. Karet. Karya Tulis Ilmiah. Medan: Departemen Kimia Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Karet telah lama dipakai berabad-abad lamanya oleh bangsa Maya sebelum
diperkenalkan di Eropa oleh Columbus. Karet merupakan polimer alam terpenting dan
dipakai secara luas dilihat dari sudut industri. Lateks adalah cairan koloid yang
berwarna putih susu yang diperoleh dari pohon karet Havea brasiliensis dengan
partikel-partikel karet terdispersi air.
Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang sangat baik untuk
lingkup internasional dan terutama di Indonesia. Di Indonesia karet merupakan salah

satu hasil pertanian terkemuka karena banyak menunjang perekonomian negara.


Produktivitas lahan karet di Indonesia rata-rata rendah dan mutu karet yang
dihasilkan kurang memuaskan. Hal tersebut disebabkan teknologi pengolahan karet
yang masih seadanya.
Karet alam dihasilkan dari perkebunan besar dan perkebunan rakyat. Umumnya
karet rakyat bermutu rendah karena alat dan cara pengolahannya yang masih sangat
sederhana. Karet alam menunjukkan harga yang tidak stabil karena makin meningkat
produksi karet sintetis misal butyl tubber (BR) dan lain-lain.
Lateks dapat diolah dalam bentuk karet sheet, crepe, lateks pekat dan
karet remah (Crumb rubber). Dalam praktikum ini akan dipelajari tahap-tahap
pengolahan lateks menjadi karet sheet dan juga mempelajari faktor-faktor yang
mempengaruhi mutu karet yang dihasilkan.
1.2 Tujuan Praktikum
1.2.1 Umum
Setelah saudara mempelajari secara teoritis dan praktek laboratorium,
diharapkan saudara dapat memahami proses pengolahan lateks, faktor-faktor proses,
pengendalian proses dan mutu yang dihasilkan.
1.2.2 Khusus
Setelah saudara mempelajari secara teoritis dan praktek laboratorium,
diharapkan saudara:
1.
Dapat menjelaskan pengaruh kualitas bahan dasar terhadap kualitas karet yang
dihasilkan,
2.
Dapat menjelaskan beberapa macam proses pengolahan karet alam yaitu
karet sheet, crepe, lateks dan crumb rubber
3.
Dapat menjelaskan cara-cara pengawasan mutu pada karet sheet, crepe, lateks
dan crumb rubber.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Karakteristik, Klasifikasinya dan Penyadapan Tanaman Karet
Tanaman karet pertama di Indonesia ditanam di Kebun Raya Bogor. Indonesia
pernah menguasai produksi karet dunia, namun saat ini posisi Indonesia didesak oleh
dua negara tetangga Malaysia dan Thailand. Lebih dari setengah karet yang digunakan
sekarang ini adalah sintetik, tetapi beberapa juta ton karet alami masih diproduksi
setiap tahun, dan masih merupakan bahan penting bagi beberapa industri termasuk
otomotif dan militer. Karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang
cukup besar, tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya

1.
2.

3.
4.
5.
6.
7.

tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. Dibeberapa kebun karet
ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamanya agak miring kearah utara. Batang
tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks (Nazaruddin, 1988).
Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang
tangkai daun utama 3-20cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10cm dan pada
ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai
daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing,
tepinya rata dan gundul. Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi jumlah biji
biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan
kulit keras. Warnaya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas.
Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini
mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar (Setyamidjaja,
1995).
Jenis-jenis karet alam yang telah diketahui secara luas antara lain :
Bahan olah karet (lateks kebun, sheet angin, slab tipis, dan lump segar).
Karet konvensional (ribbed smoked sheet, white crepes dan pale crepe,
estate brown crepe, compo crepe, thin brown crepe remills, thick blanket crepe
ambers, flat bark crepe, pure smoke blanket crepe, dan off crepe).
Lateks pekat
Karet bongkah atau block rubber.
Karet spesifikasi teknis atau crumb rubber.
Karet siap olah atau tryer rubber.
Karet reklim atau reclaimed rubber.
(Triwijoso, 1995).

Klasifikasi anatomi tanaman karet adalah sebagai berikut:


Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Keluarga
: Euphorbiaceae
Genus
: Hevea
Spesies
: Hevea brasiliensis
(Septa, 2008)
Gambar tanaman lateks dan proses penyadapan lateks :

(Williams, 1975).

Penyadapan merupakan salah satu kegiatan pokok dari pengusahaan tanaman


karet. Tujuan dari penyadapan karet ini adalah membuka pembuluh lateks pada kulit
pohon agar lateks cepat mengalir. Kecepatan aliran lateks akan berkurang apabila
takaran cairan lateks pada kulit berkurang Kulit karet dengan ketinggian 260 cm dari
permukaan tanah merupakan bidang sadap petani karet untuk memperoleh
pendapatan selama kurun waktu sekitrar 30 tahun. Oleh sebab itu penyadapan harus
dilakukan dengan hati-hati agar tidak merisak kulit tersebut. Jika terjadi kesalahan
dalam penyadapan, maka produksi karet akan berkurang (Goutara, 1985).
2.2 Sifat Karet Alam yang Baik
Karet alam merupakan karet yang dihasilkan dari proses pengolahan getah lateks
yang diperoleh dari perkebunan. Proses pengolahan karet alam sangat mempengaruhi
kualitas karet yang dihasilkan. Selain itu kualitas lateks yang disadap juga sangat
berpengaruh. Apabila proses pengolahan dan kualitas lateks yang diolah baik, maka
akan dihasilkan karet alam yang berkualitas baik dan harganyapun akan lebih mahal.
Sifat-sifat karet alam yang baik adalah sebagai berikut :

Karet alam mempunyai daya lentur yang tinggi, kekuatan tensil

Dapat dibentuk dengan panas yang rendah

Daya tahan karet terhadap benturan, goresan, dan koyakan sangat baik seperti
oksidasi dan ozon

Karet alam juga mempunyai daya tahan yang rendah terhadap bahan-bahan kimia
seperti bensin, minyak tanah, bensol, pelarut lemak, pelumat sintetis dan cairan
hidrolik

Daya tahan sangat tinggi.


(Lukman, 1985).
2.3 Kandungan Kimia Lateks Segar dan Lateks Kering
Berikut ini adalah tabel tentang kandungan kimia pada Lateks Segar dan Lateks Kering :
Komponen
Komponen dalam
Komponen dalam
Lateks Segar (%)
Lateks kering (%)
Karet hidrokarbon
36
92-94
Protein
1,4
2,5-3,5
Karbohidrat
1,6
2,1
Lipida
1,6
2,5-3,2
Persenyawaan organik
0,4
0,3
lain
Persenyawaan anorganik
0,5
0,1-0,5
Air
58,5
0,3-1,0
( Nazaruddin, 1998).

2.4 Sifat Fisik dan Kimia Lateks


Berikut ini adalah sifat fisik dan kimia yang dimiliki oleh lateks :
a.
Sifat Fisik
Lateks adalah getah seperti susu dari banyak tumbuhan yang membeku ketika
terkena udara. Pada banyak tumbuhan lateks biasanya berwarna putih, namun ada
juga yang berwarna kuning, jingga, atau merah (Anonim, 2011).
b.
Sifat Kimia
Karet adalah polimer hidrokarbon yang mengandung protein, alkaloid, pati,
gula, minyak, tanin, resin, dan gom. Lateks terdiri dari komponen-komponen tertentu
sesuai dengan fraksi-fraksi dan serumnya. Di dalam lateks mengandung 25-40% bahan
karet mentah (crude rubber) dan 60-75% serum yang terdiri dari air dan zat yang
terlarut. Bahan karet mentah mengandung 90-95% karet murni, 2-3% protein, 1-2%
asam lemak, 0.2% gula, 0.5% jenis garam dari Na, K, Mg, Cn, Cu,Mn dan Fe. Partikel
karet tersuspensi atau tersebar secara merata dalam serum lateks dengan ukuran
0.04-3.00 mikron dengan bentuk partikel bulat sampai lonjong (Anonim, 2012).
2.5 Tahapan Pengolahan Karet Secara Umum
Tahapan proses pengolahan karet secara umum adalah sebagai berikut :
1.
Penerimaan Lateks Kebun
Lateks dari kebun harus dijaga kebersihannya dengan selalu mengunakan
peralatan yang bersih. Lateks pada mangkuk sadap dikumpulkan dalam suatu tempat
kemudian disaring untuk memisahkan kotoran serta bagian lateks yang telah
mengalami prakoagulasi. Setelah proses penerimaan selesai, lateks kemudian
dialirkan ke dalam bakkoagulasi untuk proses pengenceran dengan air yang bertujuan
untuk menyeragamkan Kadar Karet Kering (KKK).
1.

Pengenceran Lateks
Tujuan pengenceran adalah untuk memudahkan penyaringan kotoran serta
menyeragamkan kadar karet kering sehingga cara pengolahan dan mutunya dapat
dijaga tetap. Pengenceran dapat dilakukan dengan penambahan air yang bersih dan
tidak mengandung unsur logam > 1 mgr/liter air, pH air antara 5.8-8.0, kesadahan air
maks. 6o serta kadar bikarbonat tidak melebihi 0.03 %. Pengenceran dilakukan hingga
KKK mencapai 12-15 %. Lateks dari tangki penerimaan dialirkan melalui talang dengan
terlebih dahulu disaring menggunakan saringan aluminium (Rizal, 1988).

2.

Pembekuan
Pembekuan lateks dilakukan di dalam bak koagulasi dengan menambahkan zat
koagulan yang bersifat asam. Pada umunya digunakan larutan asam format/asam
semut atau asam asetat /asam cuka dengan konsentrasi 1-2% ke dalam lateks dengan
dosis 4 ml/kg karet kering. Jumlah tersebut dapat diperbesar jika di dalam lateks

telah ditambahkan zat antikoagulan sebelumnya. Asam format pekat 0,5-0,7 ml/liter
lateks atau asam asetat pekat 1,0-1,4 ml per liter lateks. Sebelumnya lateks
ditambahkan
Na
Bisulfit
untuk
menghilangkan
warna
kuning
dari
lateks(Salibury, 2011).
3.

Penggilingan
Penggilingan dilakuan setelah proses pembekuan selesai. Hasil bekuan atau
koagulum digiling untuk mengeluarkan kandungan air, mengeluarkan sebagian serum,
membilas, membentuk lembaran tipis dan memberi garis batikan pada lembaran.
Untuk memperoleh lembaran sit, koagulum digiling dengan beberapa gilingan rol licin,
rol belimbing dan rol motif (batik). Menggunakan baterai crepe 3-5 gilingan beroda
dua .
1. Gilingan Pendahuluan
Berupa pattron berbentuk V dengan lebar dan dalam alur dari patron 2-3 mm
2. Gilingan Menengah
Mempunyai lebar dan dalam alur dari patron 0,5-1,5 mm.
3. Gilingan Akhir
Disebut finisher tidak berpatron permukaan rata.
(Suseno, 1989).

4.

Pengasapan dan Pengeringan


Menurut Triwijoso (1995), tujuan pengasapan adalah untuk mengeringkan sit,
memberi warna khas cokelat dan menghambat pertumbuhan jamur pada
permukaan. asap yang dihasilkan dapat menghambat pertumbuhan jamur pada
permukaan lembaran karet. Hal ini disebabkan asap mengandung zat antiseptik yang
dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme. Suhu yang digunakan di dalam kamar
asap adalah sebagai berikut :
1.
Hari pertama, pengasapan dilakukan dengan suhu kamar asap sekitar 40-45 oC.
2.
Hari kedua, pengasapan dengan suhu kamar asap mencapai 50-55 oC.
3.
Hari ketiga sampai berikutnya, pengasapan dengan suhu kamar asap mencapai 5560 oC.
5.

Sortasi dan Pembungkusan


Setelah diasap dan dikeringkan, maka sheet dapat dipilih berdasarkan beberapa
macam kriteria mutu tertentu. Dasar penentuan mutu RSS secara visual dan
organoleptik adalah sebagai berikut:
jumlah kapang
keseragaman warna
noda oleh benda asing (kebersihan)
gelembung udara
kekeringan

berat antara 1-1,5 kg per lembar


tebal sheet 2,5-3,5 mm dan lebarnya 4,5 mm
Kegiatan sortasi ini biasanya dilakukan di atas meja sortasi kaca yang diberi lampu
penerang. Setelah sortasi dilakukan dilanjutkan dengan pembungkusan sesuai
klasifikasi mutu karet dan permintaan konsumen. Pembungkusan yang dilakukan harus
sesuai agar karet tidak mengalami penurunan mutu (Setyamidjaja, 1995).
2.6 Perbedaan Pengolahan Karet Crepe dan Sheet
Pada dasarnya pengolahan karet sheet sama dengan karet crepe hanya
terletak pada pengenceran air yang digunakan KKK 20% untuk karet crepe bila karet
sheet 15%, pada proses penggilingan karet crepe itu rata tidak berpatron, kasar tidak
licin. Saat proses pengeringan karet crepe tidak dilakukan pengasapan karena karet
crepe harus berwarna putih.berikut adalah tabel yang menunjukkan perbedaan proses
pengolahan pada karet crepe dan karet sheet :
No.
1.
2.

3.

Karet Sheet
Pada proses pengenceran air yang
digunakan KKK 20%
Pada proses penggilingan
permukaan rata tidak berpatron,
kasar tidak licin
Pada proses pengeringan tidak
dilakukan pengasapan karena karet
crepe yang dihasilkan harus
berwarna putih.

Karet Crepe
Pada proses pengenceran air yang
digunakan KKK 15%
Pada proses penggilingan
permukaan rata serta halus dan licin
Pada proses pengeringan dilakukan
pengasapan karena untuk
mencegahtumbuhnya mikroorganis
me pada sheet serta memberikan
warna coklat muda untuk
meningkatkan mutu.

BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM


3.1 Alat dan Bahan
3.1.1

Alat
Timbangan

Gelas ukur
Penggiling laboratorium (tangan)

Beaker glass
Saringan

Pengaduk spatula

Hot plate

Kempa hidrolik

3.1.2

Bahan
Lateks segar

Asam format 1%
Asam asetat 1%

Amoniak 0,5 ml
Larutan CMC 1%

Air
Tissue

3.2 Skema Kerja

BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Perhitungan KKK Lateks Segar
Perlakuan

a (gr)

b (gr)

+ asam format

98,28

42,82

+ asam asetat

93,13

46,08

4.1.2 Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet Sheet


Perlakuan

KKK (%)

KE (%)

N (ml)

asam format

42,85

15

100

asam asetat

46,1

15

100

4.1.3 Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan terhadap Sifat-Sifat Lateks Pekat
Viskositas
Sampel

Hari ke-4

Hari ke-5

Hari ke-6

5 ml CMC

30

14

11

6 ml CMC

60

34

12

7 ml CMC

10

Warna
Sampel

Hari ke-4

Hari ke-5

Hari ke-6

5 ml CMC

+1

+2

+3

6 ml CMC

+3

+3

+4

7 ml CMC

+2

+4

+5

Hari ke-5

Hari ke-6

Bau
Sampel

Hari ke-4

5 ml CMC

+2

+3

+4

6 ml CMC

+3

+4

+5

7 ml CMC

+1

+5

+6

Keterangan :
Viskositas : semakin (+) semakin kental (padat)
Warna
: semakin (+) semakin gelap
Aroma

: semakin (+) semakin menyengat/bau

4.2 Hasil Perhitungan


4.2.1 Perhitungan KKK Lateks Segar
Perlakuan

FP (%)

KKK (%)

+ asam format

56,4

42,85

+ asam asetat

50,5

46,1

4.1.2 Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet Sheet


Perlakuan

AT

asam format

185,67 ml

asam asetat

207,33 ml

BAB 5. PEMBAHASAN
5.1 Pengertian Lateks
Lateks adalah cairan koloid yang berwarna putih susu yang diperoleh dari pohon
karet Havea brasiliensisdengan partikel-partikel karet terdispersi air. Lateks mengandung
protein yang dapat terurai akibat aktivitas bakteri. Lateks dapat juga dikatakan sebagai suatu
larutan koloid dengan partikel karet dan bahan bukan karet yang tersuspensi dalam suatu
medium. Lateks diperoleh dengan jalan melukai kulit pohon karet atau istilah lain disebut
penyadapan (Syarief, 1988).
Lateks
merupakan emulsi kompleks

yang

mengandung protein, alkaloid, pati, gula,

(poli) terpena,minyak, tanin, resin, dan gom. Pada banyak tumbuhan lateks biasanya berwarna
putih, namun ada juga yang berwarna kuning, jingga, atau merah. Susunan bahan lateks dapat
dibagi menjadi dua komponen. Partikellateks dilapisis oleh protein dan lipida ini merupakan koloid
hidrofolik yang artinya dilindungi (diselaputi) oleh muatan listrik. Larutan koloid akan stabil bila
terdapat bahan yang dapat mempertahankan muatan listrik partikel yaitu dengan adanya
protein. Sifat koloid ini dijadikan dasar untuk terjadinya proses koagulasi. Lateks akan
berkoagulasi dengan cara membuang muatan protein dari partikel karet

Karet alam mengandung seratus persen cis,-1,4-poliisoprena,yang terdiri dari rantai


polimer lurus dan panjang dengan gugus isoprenik yang berulang. Berikut merupakan
gambar struktus ruang 1,4-cis-poliisoprene (Morton: 1963 dalam Herlina :1998).

Lateks terdiri atas partikel karet dan bahan bukan karet (non-rubber) yang terdispersi di
dalam air.Bahan bukan karet yang jumlahnya relatif kecil ternyata mempunyai peran penting
dalam mengendalikan kestabilan sifat lateks dan karetnya. Di dalam lateks mengandung 25-40%
bahan karet mentah (crude rubber) dan 60-75% serum yang terdiri dari air dan zat yang
terlarut (Triwijoso, 1995).
5.1

Mekanisme Penambahan Asam Format dan Asam Asetat, Amoniak dan CMC
5.2.1 Mekanisme Penambahan Asam Format dan Asam Asetat
Penggunaan asam sebagai bahan penggumpal didasarkan pada kemampuannya yang cukup baik
dalam menurunkan pH lateks serta harga yang cukup terjangkau bagi kebun dan petani karet
dibandingkan bahan koagulan lainnya. Tujuan dari penambahan asam adalah untuk menurunkan pH
lateks pada titik isoelektriknya sehingga lateks akan membeku atau berkoagulasi, yaitu pada pH
antara 4.5-4.7 selain itu penambahan asam juga berfungsi sebagai pengawet. Penambahan larutan

asam diikuti dengan pengadukan agar tercampur ke dalam lateks secara merata serta membantu
mempercepat proses penggumpalan. Pengadukan dilakukan untuk mencegah terbentuknya
gelembung udara yang dapat mempegaruhi mutu sit yang dihasilkan. Kecepatan penggumpalan
dapat diatur dengan mengubah perbandingan lateks, air dan asam sehingga diperoleh hasil bekuan
atau disebut juga koagulum yang bersih dan kuat.
Mekanisme koagulasi lateks dengan menggunakan asam asetat atau asam format didasarkan
atas
penurunan
pH. Asam asetat
dan
asam format
akan
mengubah
struktur
lateks. Asam asetat (CH3COOH) danasam format (CHOOH) merupakan larutan asam lemah yang
jernih atau tidak berwarna, mudah larut dalam air, berbau merangsang, dan masih bereaksi asam
pada pengenceran. pH awal dari lateks segar itu sendiri yaitu sekitar 6,5. Supaya
penggumpalan terjadi pH harus diturunkan hingga 4,7. Asam dalam hal ini ion H+akan bereaksi
dengan ion OH- pada protein dan senyawa lainnya untuk menetralkan muatan listrik sehingga
terjadi koagulasi pada lateks. Pada keasaman ini akan tercapai titik isoelektrik yaitu titik dimana
menunjukkan muatan positif protein seimbang dengan muatan negative sehingga potensial
elektronnya menjadi nol atau keseimbangan muatan listrik pada permukaan partikel-partikel karet
menggumpal menjadi satu. Asam yang digunakan yaitu asam format atau asam asetat, dimana
asam ini merupakan asam lemah.Asam kuat seperti asam sulfat atau asam nitrat tidak dapat
digunakan karena dapat merusak karet yang digumpalkan dan produk karet yang dihasilkan
bermutu rendah.
5.2.2 Mekanisme Penambahan Amoniak
Penggunaan amoniak sebagai zat anti koagulan didasarkan pada kemampuannya yang baik
dalammenaikkan pH. Tujuan dari penambahan amoniak adalah untuk menaikkan pH lateks
sehingga
lateks tidak
mengalami koagulasi. Prakoagulasi
merupakan
pembekuan
pendahuluan yang tidak diinginkan. Pada prakoagulasi menghasilkan lump atau gumpalangumpalan pada cairan getah sadapan. Syarat zat antikoagulan adalah harus memiliki pH yang
tinggi atau bersifat basa. Mekanisme penambahan amoniak adalah Ion OH- di dalam zat
antikoagulan akan menetralkan ion H+ pada lateks, sehingga kestabilannya dapat tetap terjaga dan
tidak terjadi penggumpalan dengan pH 9-10.
Beberapa jenis zat antikoagulan yang umumnya digunakan oleh perkebunan besar atau
perkebunan rakyat adalah amoniak, soda atau natrium karbonat, formaldehida serta natrium
sulfit. Hasil sadapan yang mengalami prakoagulasi dapat diolah menjadi karet bermutu rendah
seperti karet remah jenis SIR 10 dan SIR 20. Untuk mencegah prakoagulasi, pengawetan lateks
kebun harus dilakukan terlebih jika jarak antara kebun dengan pabrik pengolahan cukup jauh.
5.2.3 Mekanisme Penambahan CMC
Mekanisme penambahan CMC pada sistem koloid lateks dapat membuat sistem koloid lateks
tidak stabil sehingga lateks secara berangsur-angsur mengalami pendadihan sehingga masingmasing fraksinya akan berpisah. CMC merupakan Gugus karboksimetil yang berfungsi sebagai
bahan penstabil emulsi yang dihubungkan dengan ikatan ester. CMC berbentuk polimer terdispersi
dalam suasana dingin ataupun panas. CMC berwarna putih, larut dalam air atau campuran air

dalam jumlah besar dengan pelarut lain seperti alkohol atau aseton, tidak berasa, dan tidak
beracun.
Karet yang bermutu tinggi diperoleh dengan memperhatikan penggumpalan lateks hasil
penyadapan dikebun dan kebersihannya. Kotoran yang menjadi pengotoran lateks akan
sulit dihilangkan dan selanjutnya menyebabkan terjadinya prakoagulasi dan terbentuknya lump
sebelum lateks sampai dipabrik untuk diolah. Prakoagulasi dapat terjadi karena kemantapan
bagian koloidal yang terkandung di dalam lateks berkurang akibat aktivitas bakteri, guncangan
serta suhu lingkungan yang terlalu tinggi. Bagian-bagian koloidal yang berupa partikel karet ini
kemudian menggumpal menjadi satu dan membentuk komponen yang berukuran lebih besar dan
membeku. Lateks kebun akan menggumpal atau membeku secara alami dalam waktu beberapa
jam setelah dikumpulkan. Penggumpalan alami atau spontan juga dapat disebabkan oleh
timbulnya asam-asam akibat terurainya bahan bukan karet yang terdapat dalam lateks akibat
aktivitas mikroorganisme.Mikroorganisme tersebutlah yang menyebabkan lump berbau
busuk. Penggumpalan dapat disebabkan juga karena timbulnya anion dari asam lemak hasil
hidrolisis lipid yang ada di dalam lateks. Anion asam lemak akan bereaksi dengan ion magnesium
dan kalsium dalam lateks dan membentuk sabun yang tidak larut yang dapatmenyebabkan
ketidakmantapan lateks yang pada akhirnya terjadi pembekuan .

5.1

Fungsi Perlakuan
Pada
praktikum pengolahan
lateks ini
dilakukan tiga sub
acara
antara
lain : perhitungan KKK lateks segar, pengenceran lateks dan pengaruh penambahan
bahan dadih dan lama pemisahan terhadap sifat-sifat lateks.
5.1.1
Perhitungan KKK Lateks Segar
Pada sub bab pertama dilakukan perhitungan KKK (Kadar Karet Kering) lateks segar,
fungsinya adalah agar tidak terjadi kecurangan dalam perdagangan karet dan sebagai
perlindungan terhadap konsumen. Karena dengan diketahuinya nilai kadar karet
kering lateks segar maka kadar karet yang terdapat pada lateks segar yang dipanen
tanpa campuran bahan lain dapat diketahui. Kebiasaan petani karet yang kurang baik
adalah dengan menambahkan air pada lateks segar agar terlihat lebih banyak. Pada
perhitungan KKK lateks segar dilakukan dengan pertama-tamatiap 100 ml lateks segar
diukur menggunakan gelas ukur kemudian dimasukkan ke dalam beaker glass jadi ada
dua beaker glas yang masing-masing terdapat 100 ml lateks segar. Setelah itu
ditimbang untuk mengetahui beratnya dan dinyatakan dalam (a gram).
Kemudian diberi perlakuan dengan menambahkan asam format 1% dan asam asetat 1%
atau sebanyak 10 ml masing-masing pada dua beaker glass. Asam format dan asam
asetat merupakan asam lemahyang berfungsi dalam membantu proses penggumpalan
lateks dengan menurunkan pH lateks. Dilakukan dua perlakuankarena untuk
membedakan manakah salah satu dari perlakuan tersebut yang dapat mempercepat
proses penggumpalan lateks dan menghasilkan kualitas karet yang baik. Setelah
itu dilakukan pemanasan
dan pengadukan
secara perlahan
hingga lateks menggumpal kurang lebih selama 10 menit. Panas dapat mempercepat
proses koagulasipada lateks segar karena akan terjadi penguapan air pada lateks yang

digumpalkan dan
membuat partikel lateks
semakin
rapat
sehingga terjadi
penggumpalan. Sedangkan fungsi pengadukan disini adalah agar asam yang
ditambahkan dapat tercampur ke dalam lateks secara merata serta membantu
mempercepat proses penggumpalan. Pengadukan dilakukan untuk mencegah
terbentuknya gelembung udara yang dapat mempegaruhi mutu sit yang
dihasilkan. Setelah menggumpal, lateks di pres dengan menggunakan kempa hidrolik
kemudian selanjutnya digiling untuk memperluas permukaannya sehingga cepat
kering karena dengan pengepresan dapat mendorong air keluar dari lateks yang
menggumpal sehingga kadar airnya dapat dikurangi. Lalu permukaan karet dikeringkan
menggunakan tissue untuk mengurangi airnya kembali. Seharusnya dilakukan
pengovenan selama satu hari untuk menurunkan kadar air setelah pengepresan,
namun untuk mempersingkat waktu hanya dilakukan pengeringan menggunakan tissue
saja. Kemudian dilakukan pengeprinan pada permukaan karet dengan motif yang
biasanya terdapat pada pengolahan karet di pabrik. Setelah itu baru dilakukan
penimbangan karet yang dihasilkan dan dinyatakan dalam (b gram). Fungsi
penimbangan
ini
adalah untuk
mengetahui
berat
karet kering yang
selanjutnya digunakan untuk menghitung nilai KKK(Kadar Karet Kering). Hitung FP
(Faktor Pengeringan) dan tentukan nilai KKK dengan rumus :

5.1.1

Pengenceran Lateks
Pada sub bab kedua dilakukan pengenceran lateks dengan menggunakan 100 ml lateks segar yang
diukur menggunakan gelas ukur dan disaring untuk menghilangkan kotoran pada lateks
segar. Setelah itu ditentukannilai KK yang menyatakan nilai KKK lateks kebun dan nilai KE yang
menyatakan nilai KKK lateks yang dikehendaki. Setelah itu ditentukan AT pada lateks. Penentuan
ini berfungsi untuk mendapatkan jumlah air yang sesuai bagi lateks dalam proses pengenceran
dengan mengakumulasikannya pada rumus berikut :

Setelah itu ditambahkan air sesuai perhitungan. Fungsinya adalah untuk mengencerkan lateks
tersebut.
5.1.1

Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan Terhadap Sifat-sifat Lateks Pekat
Sub bab yang terakhir adalah pengaruh penambahan bahan pendadih dan lama pemisahan
terhadap sifat-sifat lateks pekat. Pertama dilakukan penyiapan 100 ml lateks segar sebanyak 3 kali
yang sebelumnya disaring terlebih dahulu. Pengukuran menggunakan gelas ukur. Penyaringan
dilakukan untuk memisahkan kotoran pada lateks segar. Kemudian ditambahkan amoniak masingmasing sebanyak 0,5 ml. Fungsinya adalah sebagai anti koagulan dan pengawet yang mencegah
terjadinya koagulasi pada lateks segar. Mekanismenya adalah Ion OH- di dalam zat antikoagulan
akan menetralkan ion H+ pada lateks, sehingga kestabilannya dapat tetap terjaga dan tidak
terjadi penggumpalan.. setelah itu baru ditambahkan larutan CMC 1% sebanyak 5 ml, 6 ml, dan 7
ml pada tiap perlakuan dan diaduk kemudian dibiarkan selama 4, 5, dan 6 hari dimana pada tiap
hari tersebut dilakukan pengamatan terhadap warna, tekstur, aroma. Penambahan CMC

1% disini berfungsi untuk proses pembentukan 2 fraksi antara larutan dadih dan serum. Sedangkan
pengadukan berfungsi
untuk
menghomogenkan
CMC
dan
lateks
agar
tercampur
sempurna. Pengamatan dilakukan pada 4, 5, dan 6 hari untuk member waktu bagi lateks dalam
proses pembentukan 2 fraksi antara serum dan larutanpendadih.
5.2
5.2.1

Analisa Data
Perhitungan KKK Lateks Segar
Pada percobaan pertama yakni perhitungan nilai KKK (Kadar Karet Kering) lateks
segardiperoleh nilai KKK dan FP pada perlakuan penambahan asam format 1%, adalah KKK
sebesar 42,85 % dan FP 56,4 %. Sedangkan pada perlakuan penambahan asam asetat 1% diperoleh
nilai KKK sebesar46,1 % dan FP 50,5 %. Nilai KKK pada perlakuan asam format 1% lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan asam asetat 1%. Nilai kadar karet kering atau yang biasa disebut
dengan KKK yang berbeda pada perlakuan asam lemah yakni asam format dan asam asetat dapat
disebabkan karena perbedaan efektifitas kedua asam lemah sebagai zat koagulan dimana asam
asetat 1% lebih efektif untuk mengkoagulasikan atau menggumpalkan lateks segar dibandingkan
dengan
asam
format
1%.
pada hasil perhitungan pada penambahan

Nilai FP
(Faktor
Pengering) yang berbeda
asam format dan asam asetat dengan jenis

lateks segar yang sama. Hal ini dapat disebabkan karena perbedaan banyaknya air yang diserap
tissue pada proses pengeringan permukaat karet setelah pengepresan dan perbedaan tenaga yang
digunakan pada proses pengepresan menggunakan kempa hidrolik. Semakin besar tenaga yang
digunakan untuk malakukan proses pengepresan maka semakin besar jumlah air yang dapat
dikeluarkan dari karet. Sehingga semakin besar faktor pengeringan maka semakin kecil nilai kadar
karet kering. Karena banyaknya air pada karet yang keluar lebih banyak. Sehingga nilai KKK terlalu
jauh dari standart bakunya yakni 15%.
5.4.2 Pengenceran Lateks
Pengenceran lateks adalah menurunkan kadar karet yang terkandung dalam lateks
sampai memperoleh kadar karet sesuai dengan kadar karet baku yang dibutuhkan untuk membuat
karet sheet dan karet crepe yaitu 15%. Selama pengenceran lateks harus dilakukan pengadukan
dengan suatu alat yang dinamakan agitator agar pencampuran lateks dengan air merata atau
homogen. Tujuan pengenceran adalah untuk :
a. Melunakkan bekuan, sehingga tenaga giling tidak terlalu besar.
b. Memudahkan penghilangan gelembung udara.
c. Memudahkan pencampuran asam asetat karena konsentrasi larutan rendah.
Pada
percobaan pengenceran lateks,
setelah

dilakukan

perhitungan diperoleh nilai AT sebesar 185,67 ml pada perlakuan asam format dengan nilai KK
42,85% dan 207,33 ml pada perlakuan asam asetat dengan nilai KK 46,1%. Nilai AT tersebut
menyetakan banyaknya air yang harus ditambahkan pada lateks segar untuk
mengencerkannya. Standart nilai untuk KE adalah 15% dan KK sebesar 20%. Berdasarkan hasil
praktikum nilai KK (KKK lateks kebun) jauh lebih besar daripada standar karena pengeringan yang
dilakukan tidak menggunakan proses pengovenan. Sehingga proses pengeringan lateks tidak

optimal karena hanya digunakan tissue sebagai pengurang air pada permukaan karet. Besarnya air
yang dibutuhkan untuk mengencerkan lateks pada perlakuan asam asetat lebih banyak dibanding
dengan perlakuan asam format. Hal ini dapat diakibatkan oleh adanya perbedaan nilai kadar karet
kering lateks kebun pada kedua perlakuan. Karena dengan semakin tinggi nilai kadar karet kering
lateks kebun maka membutuhkan jumlah air yang lebih banyak untuk proses pengencerannya
dengan konsentrasi yang diinginkan sama yakni 15%.
5.4.3

Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan Terhadap Sifat-sifat Lateks Pekat
Pada sub bab acara pengaruh penambahan bahan pendadih dan lama pemisahan terhadap
sifat-sifat lateks pekat dilakukan pendadihan lateks segar dengan variasi penambahan CMC 1% 5
ml, 6 ml, dan 7 ml. Kemudian dilakukan pengamatan pada penambahan 5 ml
dan didapatkan hasil viskositas hari ke-4 adalah 30, hari ke-5 = 14, dan hari ke-6 = 11. Pada
penambahan CMC 6 ml didapatkan hasilpada hari ke-4 adalah 60, hari ke-5 adalah 34, dan hari ke6 adalah 12. Sedang pada penambahan CMC 7 ml didapatkan pada hari ke-4 adalah 9, hari ke-5
adalah 10, dan hari ke-6 adalah 5. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa penambahan CMC 1%
sangat berpengaruh pada viskositas lateks segar. Dengan semakin banyak CMC 1% yang
ditambahkan menyebabkan viskositas lateks mengalami peningkatan atau dapat dikatakan lateks
semakin padat. Hal ini dapat terjadi karena peningkatan kerapatan skim lateks menjadi lebih
besar atau semakin rapat partikelnya. Kerapatan partikel atau semakin tingginya viskositas
disebabkan karena terbentuk ikatan silang antar poliisoprene yang disebabkan adanya gugus
reaktif yaitu aldehid. Semakin lama penyimpanan membuat viskositas lateks semakin tinggi atau
lateks semakin padat karena kerja CMC untuk mendadihkan juga semakin lama sehingga semakin
banyak partikel lateks yang tidak stabil dan semakin rapat satu sama lain. Partikel lateks yang
semakin rapat satu sama lain disebabkan karena muatan positif dan negatif sudah tidak seimbang
atau netral.
Pada pengamatan warna diperoleh hasil, pada variasi penambahan CMC 1% 5 ml pada hari
ke-4, 5, dan 6 secara berturut-turut adalah +1, +2, dan +3 yang menunjukkan warna lateks
semakin gelap.Pada penambahan CMC 1% 6 ml diperoleh hasil berturut-turut +3, +3, dan +4 yang
menunjukkan warna lateks semakin gelap. Pada penambahan CMC 1% 7 ml diperoleh hasil
berturut-turut +2, +4, dan +5 yang menunjukkan warna lateks semakin gelap. Dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa dengan semakin lama waktu penyimpanan dan semakin banyak CMC yang
ditambahkan
membuat warna latekssemakin
gelap.
karena adanya reaksi oksidasi pada
lateks
yang
kontak

Hal
ini dapat
langsung
dengan

terjadi
udara

sehingga menyebabkan warna lateks menjadi agak gelap atau coklat. Selain itu dapat juga
diakibatkan karena adanya reaksi maillard pada lateks sehingga warna lateks yang tadinya putih
menjadi agak gelap. Walaupun kandungan komponen gula hanya sebesar 0,2 % dan protein 2-3 %
padalateks namun
komponen
tersebut
dapat
menyebabkan timbulnya reaksi
maillard. Waktupenyimpanan yang semakin
lama dapat
semakin gelap karena semakin banyakpartikel karet yang tidak stabil

membuat warna lateks


lagi sehingga terjadi

penurunan kualitas komponen-komponen penyusun lateks termasuk juga komponen penyusun


warna lateks.

Pada pengamatan bau (aroma) dengan variasi penambahan CMC 1% 5 ml diperoleh hasil
pada hari ke-4, 5, dan 6 secara berturut-turut adalah +2, +3, dan +4. Pada penambahan CMC 1% 6
ml diperoleh hasil berturut-turut +3, +4, dan +5. Pada penambahan CMC 1% 7 ml diperoleh hasil
berturut-turut +1, +5, dan +6. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan semakin
banyak CMC yang ditambahkan dan semakin lama waktu penyimpanan membuat bau (aroma)
lateks yang tadinya berbau khas lateks menjadi menyengat setelah ditambahkan CMC 1% dan
baunya semakin menyengat dengan semakin lamanya waktu penyimpanan. Bau menyengat yang
ditimbulkan dapat dikarenakan adanya pemisahan antara serum dengan fraksi lateks. Pada lateks
yang terpisah fraksinya menjadi raksi putih, fraksi kuning, dan serum C dimana serum
C tersebut mengandung zat terlarut berupaasam amino, karbohidrat, inositol dan asam
organik misalnya asam nukleat pirofosfat dan askorbat yang apabila bereaksi dengn CMC atau
komponen lain dapat menimbulkan bau (aroma) yang menyengat atau tidak enak.

BAB 6. PENUTUP
6.1
1.
2.

Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum pengolahan lateks ini adalah :
Lateks adalah cairan koloid yang berwarna putih susu yang diperoleh dari pohon
karet Havea brasiliensis dengan partikel-partikel karet terdispersi air.
Mekanisme koagulasi lateks dengan penambahan asam (asam

asetat

atau

asam

format) adalah ion H akan bereaksi dengan ion OH pada protein dan senyawa lainnya untuk
menetralkan muatan listriksehingga terjadi koagulasi pada lateks.
+

3.

Mekanisme penambahan amoniak adalah Ion OH- di dalam zat antikoagulan akan menetralkan
ion H+pada lateks, sehingga kestabilannya dapat tetap terjaga dan tidak terjadi penggumpalan.

4.

Mekanisme penambahan CMC pada sistem koloid lateks dapat membuat sistem koloid lateks
tidak stabil sehingga lateks secara berangsur-angsur mengalami pendadihan sehingga masing-

5.

masing fraksinya akan berpisah.


Asam asetat 1% lebih efektif untuk mengkoagulasikan lateks segar dibandingkan dengan asam

6.

format 1%.
Semakin tinggi nilai KKK lateks kebun maka dibuuhkan jumlah air yang lebih banyak untuk

7.

proses pengenceran lateks dengan konsentrasi yang diinginkan sama yakni 15%.
Pada penambahan bahan pendadih didapatkan hasil semakin lama penyimpanan maka lateks
semakin tinggi viskositasnya, warnanya semakin gelap, dan aromanya semakin menyengat.

6.2

Saran
Sebaiknya pengamatan dilakukan secara bergantian agar praktikan benar benar mengerti
hasil dari proses pengolahan karet. Selain itu sebaiknya asisten menjelaskan bagaimana mutu

karet yang baik agar tidak terjadi kesalahan dan kebingungan pada praktikan dalam membahas
data.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Petunjuk Praktikum Pengolahan Tembakau, Gula dan Lateks. Jember : FTP UNEJ
Anonim.
2011. Manfaat Karet. http://www.goodway-integrated.com/. [diakses
tanggal 15 Desember
2012].
Goutara, dkk. 1985. Teknologi Pengolahan Lateks. Jakarta : Erlangga.
Lukman. 1985. Penyadapan dan Stimulasi Tanaman Karet. Medan : BPP.
Nazaruddin dan F.B. Paimin. 1998. Karet. Jakarta : Penebar Swadaya.
Rizal Syarief dan Anies Irawati. 1988. Pengetahuan Bahan untuk Industri Pertanian. Jakarta : PT
Mediyatama Sarana Perkasa.
Salibury.
2011. Tanaman
Karet
dan
Proses
Pengolahannya. http://repository.usu
.ac.id/bitstream/123456789/30327/4/Chapter%20II.pdf [diakses tanggal 15 Desember 2012].
Septa.

2008. Kualitas Karet Alam [serial


tanggal 15Desember 2012].

on

line]. http://septa-ayatullah.blogspot.com/. [diakses

Setyamidjaja, Djoehana. 1995. Karet Budidaya Dan Pengolahan. Cetakan kedua. Yogyakarta : Kanisius.
Suseno, Rs. Suwarti. 1989. Pedoman Teknis Pengolahan Karet Sit yang diasap (Ribbed Smoked Sit).
Bogor:Balai Penelitian Perkebunan Bogor.
Triwijoso, Sri Utami. 1995. Pengetahuan Umum Tentang Karet Hevea. Dalam Kumpulan Makalah : In House
Training, Pengolahan Lateks Pekat dan Karet Mentah. No : 1. Bogor : Balai Penelitian Teknologi
Karet Bogor.
Williams, C. N., 1975. The Agronomy of the Major Tropical Crops. New York: Oxford University Press.

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Setiap bagian pohon karet jika dilukai akan mengeluarkan getah susu yang disebut lateks.
Banyak tanaman jika dilukai akan mengeluarkan cairan putih yang menyerupai susu, tetapi
hanya beberapa pohon saja yang menghasilkan karet. Diantara tanaman tropis hanya havea
bracileansis yang telah dikembangkan dan mencapai tingkat perekonomian yang penting.
Di Indonesia, sebagian besar perkebunan yang ada merupakan perkebunan rakyat. Namun,
petani rakyat ini sebagian besar tidak menentukan besarnya pengeluaran dalam pengusahaan
karet, padahal karet alam memerlukan penanganan sebaik-baiknya agar menguntungkan,
apalagi jika harus dibandingkan dengan karet sintetis dimana harganya bisa dipertahankan
supaya tetap stabil.
Dalam perkembangannya getah karet atau lateks tidak hanya digunakan dalam industri ban saja.
Semakin lama banyak barang yang dibuat dengan berbahan dasar lateks. Mulai dari sarung
tangan operasi hingga barang barang kebutuhan sehari hari.
Lateks dapat diolah dalam bentuk karet sheet, crepe, lateks pekat dan karet remah (Crumb
rubber). Dalam praktikum ini akan dipelajari tahap-tahap pengolahan lateks menjadi karet sheet
dan juga mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi mutu karet yang dihasilkan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Umum
Dapat memahami proses pengolahan lateks, faktor-faktor proses, pengendalian proses dan mutu
yang dihasilkan.
1.2.2 Khusus

Dapat menjelaskan pengaruh kualitas bahan dasar terhadap kualitas karet yang
dihasilkan.

Dapat menjelaskan beberapa macam proses pengolahan macam proses pengolahan karet
alam yaitu karet sheet, crepe, lateks dan crumb rubber.

Dapat menjelaskan cara-cara pengawasan mutu pada karet sheet, crepe, lateks pekat dan
crumb rubber.
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat

Beaker glass

Spatula

Oven

Neraca analitik

Plastik

Alat penggiling

Alat saring
3.1.2 Bahan

Asam format

Asam asetat

Lateks

Larutan CMC

Air
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Perhitungan KKK Lateks Segar
100 ml lateks segar
+ asam format 1%10ml
+ asam asetat 1%10ml
Dipanaskan dan diaduk perlahan hinga menggumpal

Digiling
Dikeringkan
Hitung faktor pengeringan
Tentukan dan amati KKK, aroma, tekstur dan warnanya
Ditimbang berat basah (a gram)
Dioven (500C)
Ditimbang bera kering (b gram)

3.2.2 Pengenceran Lateks


200 ml Lateks segar
Disaring
Tentukan KK dan KE nya
Tambahkan air sesuai perhitungan

300 ml Lateks
3.2.3 Penagaruh Penambahan Bahan Dadih
Disaring
Ditambahkan larutan CMC 1%
Sebanyak 10ml pada setiap perlakuan
Diaduk
Didiamkan selama 4,7,8 hari
Amati warna, tekstur dan aroma dan tentukan KKKnya
4 hari
7 hari
8 hari

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Klasifikasi Tanaman Karet
Karet adalah tanaman perkebunan tahunan berupa pohon batang lurus. Pohon karet pertama kali
hanya tumbuh di Brasil, Amerika Selatan, namun setelah percobaan berkali-kali oleh Henry
Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di Asia Tenggara, di mana sekarang ini tanaman ini
banyak dikembangkan sehingga sampai sekarang Asia merupakan sumber karet alami. Di
Indonesia, Malaysia dan Singapura tanaman karet mulai dicoba dibudidayakan pada tahun 1876.
Tanaman karet pertama di Indonesia ditanam di Kebun Raya Bogor. Indonesia pernah menguasai
produksi karet dunia, namun saat ini posisi Indonesia didesak oleh dua negara tetangga Malaysia
dan Thailand. Lebih dari setengah karet yang digunakan sekarang ini adalah sintetik, tetapi
beberapa juta ton karet alami masih diproduksi setiap tahun, dan masih merupakan bahan
penting bagi beberapa industri termasuk otomotif dan militer.

Klasifikasi botani tanaman karet sebgai berikut:


Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae

Keluarga
: Euphorbiaceae
Genus
: Hevea
Spesies
: Hevea brasiliensis
(Habibie, 2009).
2.2 Pengertian, Sifat dan Kandungan Kimia Lateks
Lateks adalah suatu istilah yang dipakai untuk menyebut getah yang dikeluarkan oleh pohon
karet. Lateks terdapat pada bagian kulit, daun dan integument biji karet. Lateks merupakan suatu
larutan koloid dengan partikel karet dan bukan karet yang tersuspensi di dalam suatu media
yang banyak mengandung bermacam-macam zat. Warna lateks adalah putih susu sampai
kuning. (Djumarti 1998).
Karet mempunyai sifat kenyal (elastis), sifat kenyal tersebut berhubungan dengan viskositas atau
plastisitas karet. Lateks sendiri membeku pada suhu 32oF karena terjadi koagulasi.(Goutara, dkk:
1985)
Lateks mengandung 25-40 % bahan karet mentah (crude rubber) dan 60-77 % serum (air dan zat
yang larut). Karet mentah mengandung 90-95 % karet murni, 2-3 % protein, 1-2 % asam lemak,
0,2 % gula, 0,5 % garam dari Na, K, Mg, P, Ca, Cu, Mn, dan Fe. Partikel karet tersuspensi (tersebar
secara merata)dalam serum lateks dengan ukuran 0,004-3 mikron, atau 0,2 milyar partikel karet
per millimeter lateks. (Goutara, dkk: 1985).
2.3 Tahapan Pengolahan Karet Secara Umum
Penerimaan Lateks Kebun
Lateks kebun terlebih dahulu ditimbang dan ditentukan kadar karet karet keringnya (KKK), yaitu
dengan mengambil lateks sebanyak 50-100 ml ditambah 10-20 ml larutan asam pimat 1 purin
hasil pembekuan digiling dengan gilingan laboratorium (tangan) sampai diperoleh lembaran tipis.
1.
Pengenceran Lateks
Sebelum diencerkan, lateks disaring dulu. Penentuan jumlah air yang diperlukan untuk
mengencerkan dengan KKK kebun menjadi lateks encer KKK tertentu 15%.
1.

1.

Pembekuan
Lateks yang sudah diencerkan lalu ditambah larutan format 1% sebanyak 55,5 ml tiap liter lateks
atau asam asetat 2% dengan KKK 15%.
1.
Penggilingan
Setelah diperoleh lembaran koagulan yang tebal dan basah kemudian dilakukan penggilingan
dengan tujuan mengeluarkan sebagian air, memperluas permukaan sheet dengan menipiskan
dan memberi lambang (print) serta menyeragamkan mutu penggilingan karet dilakukan dengan
baterai sheet yang terdiri dari 4-6 gilingan beroda 2.
1.
Pengasapan dan Pengeringan
Bertujuan untuk mengawetkan sheet karena mengandung phenol yang dapat mencegah
tumbuhnya mikroorganisme dan sheet.
1.
Sortasi dan Pembungkusan
Setelah melalui pengasapan dan pengeringan sheet dipilih menjadi beberapa macam mutu
berdasarkan persyaratan tertentu.
(Anonim, 2011).
2.4 Jelaskan Perbedaan Pengolahan Karet Sheet dan Crape
Dalam pengolahan karet jenis sheet dan crepe biasanya digunakan
mesin penggilingan.Di kalangan pengolahan lateks, mesin ini sering disebut baterai sheet.
Baterai sheet ada yang terdiri dan 4, 5, atau 6 gilingan beroda dua. Baterai sheet yang merniliki
4 gilingan beroda dua contohnya adalah merek Cadet. Sedangkan yang memiliki 5 dan 6
gilingan beroda dua masing-masing contohnya adalah merek Aristo dan Six in One. Kapasitas
setiap jenis baterai sheet berbeda dan tergantung pada ketebalan sheet yang akan dibuat Mesin
penggilingan untuk crepe dikenal dengan nama baterai crepe.Jumlah gilingan beroda dua yang
ada biasanya 3, 4, atau 5 gilingan. Baterai crepe dengan 3 gilingan beroda dua biasanya kurang
memberikan hasil gilingan yang memuaskan, yang paling baik adalah baterai crepe dengan 5
gilingan.

Selama proses penggilingan, mesin-mesin berjalan terus menerus.Pada gilingan terakhir


selalu terdapat patron yang disebut printer yang berbentuk spiral.Patron berfungsi memperbesar
permukaan sheet serta bisa mempercepat jalannya pengeringan (Habibie,2009).

2.5 Manfaat Lateks


Karet alam banyak digunakan dalam berbagai industri. Umumnya alat-alat yang dibuat dari karet
alam sangat berguna bagi kehidupan sehari-sehari maupun dalam usaha industri mesin-mesin
penggerak. Barang yang dapat dibuat dari karet alam antara lain aneka ban kendaraan, sepatu
karet, sabun penggerakmesin besar dan mesin kecil, pipa karet, kabel, isolator dan bahan-bahan
pembungkus logam.
Bahan baku karet banyak digunakan untuk membuat perlengkapan seperti sekat atau tahanan
alat-alat penghubung dan penahan getaran. Karet juga bisa dipakai untuk tahanan dudukan
mesin serta dipasang pada pintu, kaca pintu, kaca mobil, dan pada alat-alat lainnya
(Nopianto,2009).

BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN


4.1 Hasil Pengamatan
a. Perhitungan KKK Lateks Segar
Perlakuan

a gram

b gram

Warna

Tekstur

Aroma

+asam
format

22,44

15,96

+1

+3

+2

+asam
asetat

20,82

14,71

+1

+2

+1

b. Pengenceran Lateks
ml Lateks

KKK

KE

air yang di +

200

17

15

26 ml

c. Pengaruh Penambah Bahan Dadih


Berat

Perlaku
an

Warna

4 hari

++

7 hari

++

8 hari

++

Keterangan:
Warna
Aroma
Tekstur
1.

1.

1.

Aroma

Tekstur
a gram

b gram

37,44

28,28

+++

++

33,58

28,69

++++

+++

38,14

30,53

: semakin + semakin pekat/ gelap


: semakin + semakin menyengat
: semakin + semakin kenyal

4.2 Hasil Perhitungan


Perhitungan KKK Lateks Segar
Perlakuan

A gram

B gram

Nilai KKK

+ asam
format

22,44

15,96

15,74

+ asam
asetat

20,82

14,71

14,78

Pengenceran Lateks
Perlakuan

AT

Pengenceran lateks

26 ml

Pengaruh Penambahan Bahan Dadih


Hari ke-

FP (%)

KKK (%)

24,47

28,28

14,56

28,69

19,95

30,53

BAB 5. PEMBAHASAN
5.1 Fungsi dan Penentuan Nilai KKK dan AT
Tujuan dari pengenceran lateks dalam praktikum kali ini adalah untuk menjaga agar kadar karet
kering (KKK) lateks sewaktu diolah dapat dipertahankan selalu tetap. Serta untuk mengetahui
berapa kadar air yang dipelukan untuk mengencerkan lateks secara tepat.
Penentuan AT ini berfungsi untuk mengetahui berapa jumlah air yang ditambahkan sehingga KKKnya seragam dan memiliki mutu yang tetap atau bisa dikatakan untuk menentukan jumlah air
pada waktu pengenceran lateks.
5.2 Prinsip Analisa
Prinsip analisa yang pertama adalah perhitungan KKK lateks segar dengan menambahkan
asam format dan asam aseta untuk mempercepat proses penggumpalan.
Prinsip analisa yang kedua adalah pengenceran lateks untuk mendapatkan KKK lateks
tertentu dengan menggunakan aquades untuk menentukan jumlah air yang diperlukan untuk
pengenceran.
Sedangkan prinsip analisa yang ketiga adalah pengaruh penambahan bahan dadih
dimaksudkan untuk memisahkan antara fraksi serum dengan dadihnya. Dalam pemisahan dua
fraksi ini menggunakan CMC 1% yang akan mempercepat naik butir karet sehingga dalam
beberapa waktu butir karet akan terpisah dan terkumpul dibagian atas cairan dan serumnya
berada dibawah dengan lama pemisahan 3-4 hari.
5.3 Mekanisme Terjadinya Koagulasi Lateks dengan Penambahan Asam Asetat dan
Asam Format
Koagulasi adalah proses penggumpalan partikel koloid karena penambahan bahan kimia
sehingga partikel-partikel tersebut bersifat netral dan membentuk endapan karena adanya gaya
grafitasi. Pada umunya digunakan larutan asam format/asam semut atau asam asetat /asam
cuka dengan konsentrasi 1-2% ke dalam lateks dengan dosis 4 ml/kg karet kering. Jumlah
tersebut dapat diperbesar jika di dalam lateks telah ditambahkan zat antikoagulan sebelumnya.
Penggunaan asam format didasarkan pada kemampuannya yang cukup baik dalam
menurunkan pH lateks serta harga yang cukup terjangkau bagi kebun dan petani karet
dibandingkan bahan koagulan asam lainnya.
Tujuan dari penambahan asam adalah untuk menurunkan pH lateks pada titik
isoelektriknya sehingga lateks akan membeku atau berkoagulasi, yaitu pada pH antara 4,5-4,7.
Asam dalam hal ini ion H+ akan bereaksi dengan ion OH- pada protein dan senyawa lainnya
untuk menetralkan muatan listriksehingga terjadi koagulasi pada lateks. Penambahan larutan
asam diikuti dengan pengadukan agar tercampur ke dalam lateks secara merata serta
membantu mempercepat proses pembekuan. Pengadukan dilakukan dengan 6-10 kali maju dan
mundur secara perlahan untuk mencegah terbentuknya gelembung udara yang dapat
mempegaruhi mutu sit yang dihasilkan. Kecepatan penggumpalan dapat diatur dengan
mengubah perbandingan lateks, air dan asam sehingga diperoleh hasil bekuan atau disebut juga
koagulum yang bersih dan kuat. Lateks akan membeku setelah 40 menit. Proses selanjutnya
ialah pemasangan plat penyekat yang berfungsi untuk membentuk koagulum dalam lembaran
yang seragam (Suseno, 1989).
5.4 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan
Dalam praktikum pengolahan lateks ini dibagi menjadi 3 tahap. Tahap pertama yaitu
perhitungan KKK lateks segar, pertama-tama 100ml lateks segar ditambahkan asam format dan

asam asetat masing-masing 1% 10ml, fungsi ditambahkan asam format dan asam asetat adalah
untuk mempercepat proses penggumpalan. Kemudian dipanaskan dan diaduk perlahan hingga
menggumpal dan digiling utuk memperluas permukaan dan mempercepat proses pengeringan
lateks. Setelah itu dikeringanginkan untuk mengurangi kadar airnya. Setelah dikeringanginkan,
ditimbang berat basah (a gram) dan dioven selama 1 hari dengan suhu 500C berfungsi untuk
mengurangi kadar air bahan dan ditimbang sebagai berat kering (b gram). Kemudian ditentukan
FP dan KKK nya.
Tahap kedua yaitu pengenceran lateks, 200 ml lateks segar disaring untuk memisahkan
kotoran dengan lateks yang akan digunakan. Kemudian ditambah air sesuai dengan rumus AT.
Penambahan air ini berujuan untuk mengencerkan lateks.
Tahap ketiga yaitu pengaruh penambahan bahan dadih, 300 ml lateks disaring yang
berfungsi untuk memisahkan kotoran yang ada dalam lateks. Kemudian dibagi menjadi tiga yaitu
4 hari, 7 hari, dan 8 hari sebagai pembanding yang nantinya dapat diketahui dari ketiga
perlakuan tersebut mana yang memiliki warna, tekstur, dan aroma yang paling baik. Kemudian
ditambahkan CMC 1% sebanyak 10 ml pada masing-masing perlakuan. Penambahan CMC ini
berguna untuk memisahkan lateks menjadi dua fraksi yaitu serum dan dadih. Lalu dilakukan
pengadukan agar bercampur merata antara lateks dan CMC. Setelah itu didiamkan selama 4, 5, 6
hari dan diamati warna, tekstur, aroma serta ditentukan KKK-nya.
5.5 Analisis Data
Dari hasil perhitungan KKK dan AT. Sebelum melakukan perhitungan KKK, terlebih dahulu
dihitung faktor pengencerannya (FP). Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan,
didapat hasil nilai FP pada penambahan asam format dan asam asetat secara berturut-turut
adalah 28,9% dan 29,35%. Dan untuk perhitungan KKK dari penambahan asam format dan asam
asetat secara berturut-turut adalah 15,95% dan 14,71%. Hal ini menunjukkan bahwa
penambahan asam format sebagai bahan penggumpal lebih baik daripada penambahan asam
asetat karena KKKnya lebih besar. Karet yang belum dikeringkan memiliki aroma yang sangat
menyengat, tetapi setelah dikeringkan aroma ini akan memudar. Hal ini terjadi karena selama
proses pengeringan terjadi penguapan senyawa volatil yang memberikan aroma yang
menyengat.
Pada perhitungan pengenceran lateks dengan KKK 17 dan KE 15, didapat nilai AT sebesar
26 ml. Pengenceran lateks bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak air yang dibutuhkan
berdasarkan jumlah lateks yang akan diencerkan. Pengenceran ini penting karena untuk menjaga
agar kadar karet kering selalu tetap meskipun sudah diolah.
Pada hasil perhitungan pengaruh penambahan bahan dadih, untuk perlakuan 4 hari
dihasilkan warna yang cerah, aroma yang kurang menyengat, tekstur kurang kenyal, FP 24,47%,
dan KKK sebesar 28,28%. Untuk perlakuan 7 hari memiliki warna agak gelap, aroma menyengat,
tekstur kenyal, FP 14,56%, dan KKK sebesar 28,69%. Untuk perlakuan 8 hari didapatkan warna
agak gelap, aroma sangat menyengat, tekstur sangat kenyal, FP 19,95%, dan KKK sebesar
30,53%. Dari sini dapat diketahui bahwa semakin lama penyimpanan akan mempengaruhi warna,
tekstur, dan aroma. Semakin lama penyimpanan warnanya semakin gelap, aroma semakin
menyengat, dan tekstur semakin kenyal. KKK tertinggi yaitu pada penyimpanan 8 hari dengan
KKK sebesar 30,53%. Ini berarti bahwa semakin lama penyimpanan nilai KKK akan semakin besar
dan mutu karet akan semakin baik.

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan perhitungan dapat disumpulkan bahwa:
Lateks adalah suatu istilah yang dipakai untuk menyebut getah yang dikeluarkan oleh
pohon karet.
Karet mempunyai sifat kenyal (elastis), sifat kenyal tersebut berhubungan dengan
viskositas atau plastisitas karet. Lateks sendiri membeku pada suhu 32oF karena terjadi
koagulasi.

Lateks mengandung 25-40 % bahan karet mentah (crude rubber) dan 60-77 % serum (air
dan zat yang larut). Karet mentah mengandung 90-95 % karet murni, 2-3 % protein, 1-2 % asam
lemak, 0,2 % gula, 0,5 % garam dari Na, K, Mg, P, Ca, Cu, Mn, dan Fe. Partikel karet tersuspensi
(tersebar secara merata)dalam serum lateks dengan ukuran 0,004-3 mikron, atau 0,2 milyar
partikel karet per millimeter lateks.
Penentuan KKK ini berfungsi untuk mengetahui kadar kering lateks yang digunakan untuk
menentukan penerimaan lateks kebun. Sedangkan penentuan AT berfungsi untuk mengetahui
berapa jumlah air yang ditambahkan sehingga KKK-nya seragam.
Pada perhitungan KKK dari penambahan asam format dan asam asetat secara berturutturut adalah 15,95% dan 14,71%. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan asam format sebagai
bahan penggumpal lebih baik daripada penambahan asam asetat karena KKKnya lebih besar.
Pengenceran lateks bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak air yang dibutuhkan
berdasarkan jumlah lateks yang akan diencerkan. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai AT 26
ml.
KKK tertinggi yaitu pada penyimpanan 8 hari dengan KKK sebesar 30,53%. Ini
berarti bahwa semakin lama penyimpanan nilai KKK akan semakin besar dan mutu karet akan
semakin baik.
6.2 Saran
Terima kasih kakak2 asisten TOGEL yang telah menjadi asisten yang sabar dan baik
dibandingkan asisten yang lain.
Hehehe ..
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Petunjuk Praktikum Pengolahan Hasil Pertanian Tembakau, Gula dan
Lateks. Jember: THP FTP UNEJ
Djumarti, Ir. 2011. Handout Kuliah Teknologi Pengolahan Lateks. Jember: Jurusan Teknologi Hasil
Pertanian. Universitas Jember
Goutara, B. Djatmiko, W. Tjiptadi. 1985. Dasar Pengolahan Karet. Bogor: IPB.
Habibie. 2009. Mengenal Tanaman
Karet. http://habibiezone.wordpress.com/2009/12/07/mengenal-tanaman-karet/
(diakses tanggal 15 Desember 2011).
Nopianto, Eko. 2009. Karet Alam. http://eckonopianto.blogspot.com/karet-alam.html
(Diakses tanggal 18 Desember 2011).
Suseno,RS. Suwarti. 1989. Pedoman Teknis Pengolahan Karet Sheet yang Diasap. Bogor: Balai
Penelitian Perkebunan Bogor.

Anda mungkin juga menyukai