Anda di halaman 1dari 6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taksonomi Tanaman Karet

Dalam ilmu biologi, tanaman karet diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom/Philum : Plantae (Tumbuh-tumbuhan)


Kingdom : Plantae
Divisi : Spermotophyte (Tumbuh-tumbuhan)
Sub Divisi : Angiospermae (Biji berada dalam buah)
Kelas : Dicotyledonae (Biji berkeping dua)
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea brasiliensis
Karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi
pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus
dan memiliki percabangan yang tinggi. Di beberapa kebun karet ada
kecondongan arah tumbuh tanamannya agak miring ke arah utara. Batang
tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Daun karet
terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai utama 3-
20 cm, sedangkan panjang tangkai anak daun 3-10 cm. Anak daun berbentuk
memanjang dengan ujung runcing (Nazaruddin, 1992).

5
2.2 Syarat tumbuh tanaman karet
Menurut Budiman (2012), lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada
umumnya lebih mensyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat
kimianya. Hal ini disebabkan tindakan perbaikan sifat kimia tanah agar sesuai
dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah
dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya. Berbagai jenis tanah dapat sesuai
dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda maupun tua,
bahkan pada tanah gambut lebih kurang 2 m.
Suhu optimal yang diperlukan berkisar antara 25⁰ C sampai 35⁰ C. Kecepatan
angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman karet
(Budiman, 2012).
Tanaman karet dapat menghasilkan oksigen biomassa yang dapat digunakan
untuk mendukung fungsi perbaikan lingkungan seperti rehabilitas lahan,
pencegahan erosi dan banjir, pengaturan tata guna air bagi tanaman lain dan
menciptakan iklim yang sehat dan bebas polusi. Pada daerah kritis, daun karet
yang gugur mampu menyuburkan tanah. Daur hidup tanaman karet yang
demikian akan terus berputar dan berulang selama satu siklus tanaman karet
paling tidak selama 30 tahun (Budiman, 2012).

2.2.1 Iklim
Tanaman karet memerlukan persyaratan terhadap kondisi iklim untuk menunjang
pertumbuhan dan keadaan tanah sebagai media tumbuhnya. Daerah yang cocok
untuk tanaman karet adalah pada zona aman 15⁰ LU dan 15⁰ LS. Diluar itu juga
pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga panen perdana lateks juga
ikut terhambat. Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2500 mm
– 4000 mm/tahun, dengan hari hujan berkisar antara 100 s/d 150 HH/tahun.
Faktor angin dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman karet. Angin yang
terlampau kencang dapat merubah tajuk tanaman (Yunus dkk, 2014).

6
2.2.2 Tanah
Tanaman karet masih dapat tumbuh pada jenis tanah yang memiliki derajat
keasaman di angka pH 3,0 dan pH 8,0. Sifat tanah yang dikehendaki oleh
tanaman karet agar pertumbuhannya optimal, antara lain solum tanah
berkedalaman sampai 100 cm, tidak mengandung batu-batuan dan lapisan cadas,
aerase dan drainase cukup, tekstur tanah remah, porous dan mampu menahan air
komposisi tanah terdiri dari 35% liat dan 30% pasir. Apabila tanah bergambut
kedalamannya tidak lebih dari 20 cm (Yunus dkk, 2014).

2.2.3 Suhu
Daerah yang baik bagi pertumbuhan dan pengusahaan tanaman karet terletak
sekitar ekuator (katulistiwa) antara 10˚LS dan 10˚LU. Karet masih tumbuh baik
sampai batas 20˚ garis lintang suhu 20˚ dianggap sebagai sebagai batas terendah
suhu bagi karet (Maryani, 2007).
Menurut Wijaya (2008) respon klon karet terhadap suhu bervariasi. Hasil
penelitian di India menunjukkan bahwa pada elevasi tinggi (840 m di atas
permukaan laut), klon RRIM 600 sebesar 10%, sedangkan GT 1, PB 5/51, RRII
105, dan LBC 1320 masing-masing terhambat kebutuhannya sebesar 37%, 32%,
dan 59%. Pengaruh usaha terhadap pertumbuhan dan produksi disajikan ditabel.
Tabel 2.1 Pengaruh suhu udara terhadap pertumbuhan dan produksi karet

Suhu udara (˚C) Pengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi


5 Kerusakan tanaman karena suhu rendah
10 Fotosintesis terhenti
18-24 Optimum untuk aliran lateks
27-33 Optimum untuk fotosintesis
35 Stomata menutup
40 Respirasi tinggi dan laju fotosintesis rendah
Sumber : Wijaya, (2008).

7
2.3 Aquades
Aquades adalah air mineral yang telah diproses dengan cara destilasi (disuling)
sehingga diperoleh air murni (H2O) yang bebas mineral. Kalau ditinjau dari
namanya, aquades terdiri dari dua kata yaitu (aqua dan  destila). Aqua artinya
air, destila artinya penyulingan. Jadi aquades adalah air mineral hasil
penyulingan. Hasil dari penyulingan ini yang kita sebut aquades. Metode yang
digunakan untuk memperoleh aquades adalah destilasi (penyulingan). Destilasi
adalah proses pemisahan campuran kimia menjadi komponen-komponennya
dengan cara dipanaskan hingga mencapai titik didihnya, kemudian uapnya
didinginkan hingga menjadi cair kembali.
Selain digunakan untuk mencuci alat, adapun manfaat aquades juga digunakan
sebagai pelarut bahan-bahan kimia padatan/serbuk yang akan dibuat menjadi
larutan. Hampir sebagian besar larutan dibuat menggunakan aquades. Hal ini
disebabkan aquades merupakan pelarut yang universal (umum) dan kebanyakan
bahan-bahan kimia padat/serbuk larut dalam air sehingga sangat cocok dengan
aquades.

2.4 Penentuan Kadar Karet Kering Dengan Metrolak


Menurut Purbayak, dkk. 2011. Kadar karet kering pada lateks tergantung dari
beberapa faktor antara lain jenis klon, umur pohon, waktu penyadapan, musim,
suhu udara serta letak tinggi dari permukaan laut.
Pada metode penentuan KKK dengan pembobotan lateks (Kumara, 2006), secara
umum lateks hanya melewati tahapan proses penyaringan, pengukuran volume
dengan penanda volume, dan estimasi berdasarkan berat kasar. Dengan hanya
dua tahapan singkat tersebut dapat dilihat bahwa metode ini cukup sederhana,
cepat tetapi memberikan nilai KKK secara kasar. Penentuan dengan metode ini
umumnya hanya digunakan sebagai acuan pembayaran kepada penyadap karet. -
Metode Metrolac Secara umum Metrolac tidak dapat dijadikan acuan baku
sebagai penentu KKK, hal ini dikarenakan menurut (Smith, 1947), 1. Densitas

8
partikel lateks tidak diketahui secara pasti dan bervariasi tergantung pada faktor
yang mempengaruhi mutu lateks secara umum 2. Serum pada lateks bukan
merupakan komposisi tunggal seperti air, namun merupakan multikomponen
dengan campuran seperti protein dan garam 3. Lateks yang baru disadap
merupakan cairan yang terlalu kental yang menyebabkan hydrometer seperti
metrolac tidak dapat menampilkan. Walaupun demikian, metode ini paling
mudah dan lebih cepat di lakukan di lapangan.

Gambar 2.4 Metrolak


Sumber : Ferry-atsiri.blogspot.com

2.5 Penentuan Kadar Karet Kering dengan metrolak


Menurut Purbayak,dkk (2011) Kadar Karet Kering pada lateks tergantung dari
beberapa factor antara lain jenis klon, umur pohon, waktu penyadapan, musim,
suhu udara serta letak tinggi dari permukaan laut.
Penentuan KKK dengan metode metrolag mendasarkan pada pengukuran
densitas lateks. Asumsi mendasar yang menyebabkan kurang tepatnya penentuan
KKK menggunakan metrolag adalah densitas dan KKK mempunyai korelasi
yang linier (Kumara, 2006).

9
2.5.1 Metode Hydrometric

Metode ini menggunakan alat yang bernama metrolag, terbuat dari gelas kaca
sehingga rentan terhadap kerusakan. Alat ini sangat populer di perkebunan karet
karena penggunaannya yang sangat mudah dan praktis. Metrolag hanya
digunakan untuk menetapkan kadar karet kering lateks, sebelum digunakan harus
terlebih dahulu di kalibrasikan terhadap ketentuan kadar karet kering berdasarkan
metode ASMT. Kemudian, kalibrasi tersebut menghasilkan tabel kalibrasi setiap
metrolag. Kalibrasi sebaiknya dilakukan setiap enam bulan sekali agar tetap
diperoleh angka kadar karet kering yang relative lebih tepat.
Prinsip kerja alat ini adalah berdasarkan berat jenis cairan lateks yang telah
diencerkan. Sebanyak satu bagian lateks dicampur dengan dua bagian air dan
diaduk rata. Lateks yang telah encer dituang kedalam tabung berbentuk silinder
dengan diameter 10 cm. Tabung tersebut di letakkan diatas panci lalu lateks
dituang kedalam tabung sampek lateks tumpah. Buih yang berada di permukaan
lateks ditiup agar keluar dari tabung. Setelah buih hilang, masukkan metrolag
perlahan kedalam cairan lateks. Setelah mertolag tidak bergoyang, baca skala
yang tertera pada tangkainya.
Kadar karet kering lateks dinyatakan dalam g/1 dan dihitung dengan rumus
berikut :

Skala ( g ) x 3
KKK = x 100 %
1000(ml)

Selain itu, bisa juga langsung menyatarakan skala (Tumpal dan Irwan, 2013).

10

Anda mungkin juga menyukai