Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

Pemanfaatan Bahan Penutup Tanah Jenis Lateks dan Polyacrilamidae (Pam) dalam
Campuran Hydroseeding Terhadap Pertumbuhan Vegetasi Jenis Rumput dan Cover Crop

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konservasi Tanah dan Air

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ir. Abraham Suriadikusumah, D.D.A.

Bab I
Pendahuluan
Erosi merupakan suatu kondisi yang sangat merugikan bagi sektor pertanian karena dapat
menyebabkan berkurangnya lahan pertanian dan hilangnya unsur hara pada tanah yang
mengalami erosi. Terjadinya erosi dapat dipengaruhi oleh erosivitas dan erodibilitas. Erosivitas
merupakan kemampuan air hujan dalam menyebabkan hancurnya agregat tanah dan
menyebabkan erosi. Sedangkan erodibilitas merupakan kemampuan tanah dalam
mempertahankan agregasinya sehingga mempengaruhi mudah tidaknya tanah dihancurkan oleh
air hujan dan aliran permukaan. Faktor erodibilitas seperti struktur tanah, agregat tanah, serta
bahan organik cukup berpengaruh besar bagi terjadinya erosi. Ketiadaan bahan organik dapat
menyebabkan lemahnya agregat tanah sehingga menyebabkan terjadinya erosi. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan untuk memperbaiki agregat tanah yaitu pemberian bahan pembenah tanah
berupa latex atau skim latex.
Bahan pembenah tanah menurut Permentan No. 02/Pert/Hk.060/2/2006 merupakan
bahan-bahan sintetis atau alami, organik atau mineral, berbentuk padat atau cair yang dapat
digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi serta memperbaiki kemampuan
tanah dalam memegang hara, sehingga hara tidak mudah hilang dan dapat dimanfaatkan
tanaman.
Latex merupakan pembenah tanah organik alami yang didapatkan sebagai hasil samping
pengolahan pertanian. Penggunaan latex pada tanah dapat mempengaruhi stabilitas agregat tanah
menjadi lebih baik. Menurut Bernas et al. (1995), pengaplikasian latex dapat meningkatkan
persentase agregat stabil dan menurunkan persentase agregat yang tidak stabil. Selain itu,
aplikasi latex yang dikombinasikan dengan teknik hydroseeding diduga sangat berpengaruh
terhadap penahanan air di dalam tanah dalam upaya pencegahan erosi.
Penggunaan bahan pemantap tanah yang sering digunakan campuran hydroseeding
adalah polyacrylamide (PAM) dan Lateks. PAM merupakan polimer non-hidrophobik yang
mempunyai bagian aktif amide yang mengikat bagian-bagian OH pada butir liat melalui ikatan
hidrogen (Arsyad, 2010). Sementara lateks adalah suatu larutan koloid dengan partikel karet dan
bukan karet yang tersuspensi di dalam suatu media yang mengandung berbagai macam zat.

Tujuan
1. Mengetahui alasan penggunaan latex dalam konservasi tanah dan air
2. Mengetahui metode pengaplikasian latex dalam konservasi tanah dan air
3. Mengetahui efektivitas penggunaan latex dalam mencegah erosi
Bab II
Pembahasan

Penggunaan latex dalam konservasi tanah dan air


Penggunaan latex karet alami pada konservasi tanah didasarkan pada sifat yang dimiliki
oleh latex itu sendiri. Menurut (Kantatham et al., 2021), penggunaan latex karet alami sangat
efektif untuk proses pemadatan tanah karena latex memiliki sifat fleksibilitas yang tinggi dan
dapat bercampur baik dengan air. Lateks memiliki sifat kimia yang menunjukan adanya molekul
rantai panjang yang berikatan rangkap sehingga secara fisik lateks sangat elastis. Penggunaan
latex memungkinkan untuk mempercepat pergerakan partikel tanah untuk masuk ke dalam
rongga tanah sehingga tanah lebih padat dan kokoh.
Pengaplikasian Lateks dalam Konservasi Tanah
Pemakaian bahan lateks alam (natural rubber) merupakan salah satu bahan yang
biasa digunakan sebagai bahan pemantap tanah dalam usaha konservasi tanah dan air secara
kimia, yang dikenal sebagai soil conditioner. Sifat dari skim lateks yaitu menyelimuti atau
merekatkan partikel-partikel tanah menjadi lebih mantap, tetapi tidak menyerap atau sulit
dilalui air apalagi kalau penggunaannya melebihi batas pemakaian (Dariah, 2007). Prayoto
dan Herudjito (1989) dalam Armon (1991) menyebutkan bahwa pemberian skim lateks
dapat meningkatkan pori total dan indeks stabilitas agregat, serta menurunkan bobot isi
tanah. Kemudian Fahrunsyah (2000) menambahkan bahwa penambahan skim lateks dapat
memperbaiki sifat fisik tanah yaitu dapat meningkatkan indeks stabilitas agregat, pori aerasi,
ruang pori total, serta dapat menurunkan bobot isi.
Salah satu pengaplikasian lateks dalam konservasi yaitu sebagai bahan perekat pada
teknologi hydroseeding yang bertujuan untuk meminimalisir laju erosi. Hydroseeding Adalah
proses penanaman dengan menggunakan campuran yang terdiri dari biji tanaman, perekat,
mulsa, pupuk dan air. Campuran tersebut kemudian diangkut dalam tangki truk atau trailer
dan disemprotkan di atas lahan yang telah dipersiapkan dalam tapak yang seragam
(Riyanto, dkk., 2014). Menurut Sunandar dkk (2015), lateks setelah disemprotkan ke
permukaan lereng (tanah) akan meresap ke dalam pori pori tanah (setebal 10 cm) dan
setelah mengering akan membentuk lapisan plastis yang mengikat agregat tanah menjadi
lebih stabil. Di Indonesia, Polyacrylamide (PAM) senyawa kimia polimer yang digunakan
untuk menambah daya rekat (adhesive) pada tanah, lateks dalam bentuk polimer sudah banyak
digunakan sebagai bahan stabilisasi tanah atau jalan namun demikian belum mampu
memproduksi bahan tersebut (Moto dkk, 2004). Bahan hydroseeding terdiri dari biji tanaman,
mulsa serutan kayu, bahan pemantap tanah (PAM), kotoran hewan dan air. Berikut cara
pelaksanaan pekerjaan teknologi hydroseeding;
a) Pematokan
(a) lakukan pematokan dengan menggunakan bambu, besi, atau kayu, atau alat lain
yang serupa
(b) hubungkan tiap patok dengan menggunakan tali atau rapiah atau tambang
(c) sesuaikan luasan yang dipasang patok dengan gambar rencana.
b) Pembersihan
(a) bersihkan permukaan lereng dari rumput liar berikut akarnya dan sampah lainnya
dengan menggunakan cangkul dan alat bantu lainnya
(b) buang sampah dan kotoran lainnya dari luar lokasi yang akan ditangani.
c) Perataan dan pembentukan
(a) ratakan permukaan lereng
(b) bentuk lereng sesuai dengan gambar rencana
d) Pembuatan saluran samping apabila diperlukan, buat saluran samping atau saluran
pemutus aliran permukaan sesuai dengan ketentuan
e) Penyemprotan semprotkan campuran tersebut pada permukaan lereng atau tebing jalan
yang akan ditangani dengan alat penyemprot (hydroseeder) sesuai dengan ketentuan

Uji Efektivitas Penggunaan Lateks


Penelitian dilakukan di suatu daerah pada wilayah lereng yang berada di jalan Lingkar Gentong
dan Lingkar Nagreg untuk mengamati pertumbuhan penutupan vegetasi yang dilakukan selama
6 bulan. Sebagai pembanding dari teknologi hydroseeding pada uji coba dilakukan penanaman
secara konvensional menggunakan rumput vetiver. Sehingga jumlah total perlakuan sebanyak 9
perlakuan ,yaitu :
1. PAM 3 gram/m2 + biji rumput bermuda 22 gram/ m2
2. Lateks 0,5 l/m2 + biji rumput bermuda 22 gram/ m2
3. PAM 3 gram/m2 + cover crop PJ 50 gram/ m2
4. Lateks 0,5 l/m2 + cover crop PJ 50 gram/ m2
5. PAM 3 gram/m2 + biji rumput rhodes 22 gram/ m2
6. Lateks 0,5 l/m2 + biji rumput rhodes 22 gram/ m2
7. PAM 3 gram/m2 + biji rumput signal 22 gram/ m2
8. Lateks 0,5 l/m2 + biji rumput signal 22 gram/ m2
9. Rumput vetiver

Pertumbuhan tinggi vegetasi


Berdasarkan plot pertumbuhan tinggi vegetasi di kedua lokasi uji coba, rumput vetiver
tumbuh lebih tinggi dibanding perlakuan lain dan perbedaannya cukup signifikan dibanding
dengan rumput yang ditanam secara hydroseeding. Hal ini dikarenakan dalam penanamannya
rumput vetiver ditanam dari stek.
Hasil pengujian Duncan menunjukkan bahwa kombinasi biji dan bahan pemantap tanah
dengan huruf yang sama pada satu kolom (pada satu waktu) menandakan bahwa kombinasi biji
dan pengikat tersebut tidak memiliki perbedaan pengaruh terhadap tinggi tanaman pada taraf
nyata 5%. Masing-masing perlakuan kian mempengaruhi tinggi tanaman seiring bertambahnya
waktu dengan ditandai oleh banyaknya kelompok baru yang terbentuk.
Tabel.1 Hasil uji Duncan di Lereng Jalan Lingkar Gentong

Tabel.2 Hasil uji Duncan di Lereng Jalan Lingkar Nagreg


Dari hasil uji Duncan terlihat bahwa penggunaan lateks lebih baik dalam hal tinggi
vegetasi dibandingkan dengan PAM, baik dengan vegetasi PJ, bermuda, Signal, ataupun
Rhodes meskipun memang pengaruhnya tidak terlalu signifikan karena pertumbuhannya
hampir sama secara deskriptif.

Penutupan Vegetasi di Lereng


Pengamatan terbagi menjadi tiga kelompok penutupan tanah oleh vegetasi, yaitu :
Pada kelompok pertama memiliki persen penutupan paling rendah dibandingkan dengan
perlakuan lainnya, yaitu dengan adanya perlakuan rumput Vetiver, PJ dan lateks, serta PJ dan
PAM. Akan tetapi, pada pengamatan yang ke-4 terjadi kenaikan nilai penutupan yang signifikan,
sehingga pada saat pengamatan yang ke-6 memiliki penutupan 100% pada ketiga perlakuan,
kecuali vetiver hanya 96,67%.
Pada kelompok kedua terdapat persentase penutupan sekitar 50% di awal pengamatan
dengan perlakuan rumput Bermuda dan PAM, serta Rhoedes dan Lateks. Perlakuan rumput
bermuda dan PAM berbeda dengan perlakuan satu yang terjadi peningkatan persentase
penutupannya. Pada kelompok ini terdapat penutupan yang paling rendah atau cenderung
lambat, karena tidak terjadi peningkatan sampai akhir dilakukannya pengamatan. Namun
berbeda dengan perlakuan yang menggunakan rumput Rhodes dan Lateks justru terjadi
kenaikan yang terbilang cukup tinggi sehingga persentase penutupan dia kahir pengamatan
sebesar 100% penutupannya.
Pada kelompok ketiga yang dilakukan beberapa perlakuan dengan menggunakan
rumput signal baik untuk Lateks maupun PAM, Rhodes dan PAM serta Bermuda dan Lateks.
Perlakuan Bermuda dan Lateks memiliki penutupan yang cukup tinggi dengan persentase
sekitar 65%, hanya saja kenaikan penutupan tersebut masih dikatakan lambat. Sehingga
perlakuan tersebut menjadi kedua yang paling terendah di akhir pengamatan. Sementara pada
perlakuan dengan penggunaan rumput Rhodes dan PAM terjadi kenaikan penutupan yang
konsisten dengan nilai persentase akhir penutupannya menjadi sebesar 97.67%. Kenaikan
cenderung konsisten juga terjadi pada perlakuan yang menggunakan rumput signal baik
dengan menggunakan PAM ataupun Lateks, sehingga perlakuan tersebut mencapai nilai
persentase penutupannya sebesar 100% pada akhir pengamatan.
DAFTAR PUSTAKA

Mulyani, S. Y. (2018, Oktober). Studi Komparasi Pemanfaatan Bahan Pemantap Tanah


Jenis Lateks dan Polyacrilamide (Pam)dalam Campuran Hydroseeding terhadap
Pertumbuhan Vegetasi Jenis Rumput dan Cover Crop. Jurnal Soshum Insentif, 1(1), 8-21.
jurnal.lldikti4.or.id. https://doi.org/10.36787/jsi.v1i1.30
Pengaruh Pupuk Kandang, Zeolit dan Skim Lateks Terhadap Berbagai Sifat Fisik Tanah Latosol
Darmaga (Primania Ika Kusuma Putri 2010) https://adoc.pub/pengaruh-pupuk-kandang-
zeolit-dan-skim-lateks-terhadap-berba.html

Kantatham, K., Horpibulsuk, S., Suddeepong, A., Buritatum, A., Hoy, M., & Takaikaew, T.
(2021). Effect of Natural Rubber Latex on the Compressive Strength and Durability of
Cement Stabilized Soil. Suranaree Journal of Science and Technology, 28(3), 030054-
1-030054–030055. https://www.thaiscience.info/Journals/Article/SJST/10994403.pdf

Anda mungkin juga menyukai