Anda di halaman 1dari 21

1

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia

sebagai

Negara Agraris

memiliki

beragam

komoditas

perkebunan yang potensial untuk peningkatan devisa Negara. Salah satu


komoditas perkebunan yang potensial adalah karet. Indonesia merupakan
salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia, dengan Sumatera Selatan
menjadi daerah terbesar penghasil karet. Berdasarkan data Direktorat Jenderal
Perkebunan (2015), ekspor karet Indonesia tahun 2015 mencapai 2.009.712
Ton.
Pohon karet merupakan komoditas perkebunan yang menghasilkan getah
bernama lateks. Lateks dapat diperoleh dengan proses pengirisan sebagian
kulit batang hingga keluar getah berwarna putih kekuningan atau yang disebut
lateks. Proses ini dinamakan proses penyadapan lateks. Proses ini harus
dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak pohon karet. Pemilihan pohon
karet juga harus sesuai agar menghasilkan lateks yang berkualitas.
Lateks yang diperoleh selanjutnya diolah menjadi beberapa jenis olahan
karet. Lateks dapat diolah menjadi beberapa jenis produk, seperti ban motor,
dan jenis properti yang lain. Namun sebelum diolah menjadi produk jadi,
lateks perlu diolah menjadi beberapa jenis diantaranya lateks pekat, Ribbed
Smoked Sheet (RSS) dan crepe.
Salah satu jenis olahan lateks yang dibahas dalam makalah ini adalah
Ribbed Smoked Sheet (RSS). Ribbed Smoked Sheet (RSS) merupakan olahan
lateks yang memiliki karakteristik proses pengasapan dalam pengolahannya.
Pengolahan RSS yang baik akan memberikan pengaruh pada produk akhir
yang baik pula. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dijelaskan bagaimana
proses pengolahan Ribbed Smoked Sheet (RSS) yang baik sehingga dapat
diperoleh produk akhir yang berkualitas.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui proses


pengolahan Ribbed Smoked Sheet (RSS).

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Karakteristik Karet (Hevea Brasiliensis)
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan pohon yang tumbuh tinggi
dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15 25 m. Batang
tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas.
Di beberapa kebun karet ada kecondongan arah tumbuh tanamannya agak
miring ke arah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal
dengan nama lateks (Nazarrudin dan Paimin, 2006).
Tanaman karet merupakan tanaman perkebunan yang bernilai ekonomis
tinggi. Tanaman tahunan ini dapat disadap getah karetnya pertama kali pada
umur tahun ke-5. Dari getah tanaman karet (lateks) tersebut bisa diolah
menjadi lembaran karet (sheet), bongkahan (kotak), atau karet remah (crumb
rubber) yang merupakan bahan baku industri karet.
Kayu tanaman karet, bila kebun karetnya hendak diremajakan, juga dapat
digunakan untuk bahan bangunan, misalnya untuk membuat rumah, furniture
dan lain-lain (Setiawan, 2008). Menurut Cahyono (2010) tanaman karet
diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom/Philum

: Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi

: Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Sub divisi

: Angiospermae (biji berada dalam buah)

Kelas

: Dycotyledonae (biji berkepin dua)

Ordo

: Euphorbiales

Famili

: Euphorbiales

Genus

: Hevea

Spesies

: Hevea bransiliensis

Karet merupakan politerpena yang disintesis secara alami melalui


polimerisasi enzimatik isopentil pirofosfat. Unit ulangnya adalah sama
sebagaimana 1,4- poliisoprena. Dimana isoprena merupakan produk
degradasi utama karet. Bentuk utama dari karet alam, yang terdiri dari 97%
cis-1,4-isoprena, dikenal sebagai Hevea Rubber. Hampir semua karet alam
diperoleh sebagai lateks yang terdiri dari 32-35% karet dan sekitar 5%

senyawa lain, termasuk asam lemak, gula, protein, sterol ester dan garam.
Lateks biasa dikonversikan ke karet busa dengan aerasi mekanik yang diikuti
oleh vulkanisasi (Malcom, P.S., 2001).
2.2 Karakteristik Lateks
Lateks adalah suatu istilah yang dipakai untuk menyebut getah yang
dikeluarkan oleh pohon karet. Lateks terdapat pada bagian kulit, daun dan
integument biji karet. Lateks merupakan suatu larutan koloid dengan partikel
karet dan bukan karet yang tersuspensi di dalam suatu media yang banyak
mengandung bermacam-macam zat. Warna lateks adalah putih susu sampai
kuning (Djumarti, 2012).
Lateks adalah merupakan sistem koloid dimana terdapat partikel karet
yang dilapisi oleh protein dan fosfolipid yang terdispersi di dalam serum.
Lateks terdiri dari 25 24 % hidrokarbon karet selebihnya merupakan bahan
-bahan bukan karet. Komposisi karet bervariasi tergantung dari jenis klon,
umur tanaman, musim, sistem deres, dan kondisi tanah. Karet alam adalah
polimer isoprene (C5H8) yang mempunyai bobot molekul yang besar.
Susunannya adalah -CH-C(CH3)=CH-CH2 (Kasman, 2009).
Karet yang diperoleh dari pohon Hevea Brasilientis adalah bentuk alamiah
dari 1,4-polyisoprena. Karet jenis ini memiliki ikatan ganda lebih dari 98%
dalam konfigurasi cisnya yang penting bagi kelenturan atau elastisitas
polyisoprena. Lebih dari 90% cis-1,4 polyisoprena digunakan dalam industri
karet Hevea (Tarachiwin dkk., 2005).Lateks sebagai bahan baku berbagai hasil
karet, harus memiliki kualitas yang baik. Cairan getah ini belum mengalami
penggumpalan, baik dengan penambahan atau tanpa bahan penggumpal (zat
anti koagulan). Ada beberapa faktor yang

mempengaruhi kualitas lateks,

diantaranya adalah :
1. Faktor di kebun (jenis klon, sistem sadap, kebersihan pohon, dan lain
-lain)
2. Iklim (musim hujan mendorong terjadinya prokoagulasi, dan musim
kemarau menyebabkan lateks tidak stabil)
3. Alat-alat yang digunakan dalam penggumpalan dan pengangkutan (yang
baik terbuat dari aluminium dan baja tahan karat)

4.
5.
6.
7.

Pengangkutan (goncangan, keadaan tangki, jarak, dan jangka waktu)


Kualitas air dalam pengolahan
Bahan-bahan kimia yang digunakan
Komposisi lateks

(Setyamidajaja, 1993).
2.3 Kandungan Lateks
Komponen-komponen bukan karet di dalam lateks sangat mempengaruhi
sifat lateks, diantaranya ada yang berakibat bagus tetapi ada juga yang
berakibat buruk terhadap lateks.
2.3.1 Protein
Kandungan protein yang terdapat dalam lateks segar berkisar
antara 1,0-1,5% (b/v) dan sekitar 20 % dari protein tersebut teradsorbsi
pada partikel lateks dan sebagian

larut dalam serum. Protein yang

teradsorbsi pada permukaan partikel karet berfungsi sebagai lapisan


pelindung, dimana protein akan memberikan muatan negatif yang
mengelilingi partikel karet sehingga mencegah terjadinya interaksi antara
sesama partikel karet, dengan demikian sistem koloid lateks akan tetap
stabil. (Walujono, K dan Sumarsono Kartowardojo., 1980).
Namun dengan adanya mikroorganisme maka protein tersebut akan
terurai sehingga lapisan pelindung partikel karet akan rusak dan terjadilah
interaksi antara partikel karet membentuk flokulasi atau gumpalan.Jenis
protein yang terdapat dalam lateks telah diindentifikasi adalah globulin
dan havein. Globulin teradsorbsi pada permukaan partikel karet. Sifat
globulin adalah larut di dalam larutan garam dan oleh pengaruh panas
akan mengalami denaturasi, sedangkan havein merupakan protein yang
mudah larut dalam air dan lebih kecil kadarnya dari pada globulin serta
2.3.2

terdapat di dalam serum (Haradi basri, 1982).


Karbohidrat
Senyawa karbohidrat yang terkandung dalam lateks adalah sekitar
1% yang meliputi sukrosa, glukosa, galaktosa dan fruktosa. Karbohidrat
yang terdapat di dalam lateks. Merupa kan sumber energy bagi
pertumbuhan mikroorganisme, sehingga menyebabkan naiknya bilangan
VFA (Volatile Fatty Acid) karena pembentukan asam-asam lemak ateris.

Akibatnya pH lateks akan turun menuju titik isiolektrisnya dan


2.3.3

menggumpal.
Lipida
Senyawa lipida juga terdapat di dalam lateks yang terdiri dari
lipida netral dan lipida polar. Lipida polar merupakan senyawa fosfolipida
seperti lesitin, fosfatidat. Senyawa lipida yang terdapat di dalam lateks
seperti fosfolipida dapat berfungsi sebagai anti oksidan dan pemacu dalam

2.3.4

proses vulkanisasi (Damanik, 2010).


Ion-Ion Logam
Ion-ion logam atau ion-ion anorganik yang dijumpai dalam lateks
seperti ion Ca2+, Mg2+, Fe2+, Cu2+, Na2+, dan Mn2+. Ion-ion logam
seperti Ca2+ dan Mg2+ yang terdapat dalam lateks dapat menetralkan
muatan negatif dari partikel lateks dan menyebabkan terganggunya
kemantapan lateks serta rusaknya kestabilan sistem koloid lateks.
Pecahnya partikel koloid lateks serta rusaknya kestabilan sistem koloid
lateks. Pecahnya partikel koloid lateks akan menyebabkan terbentuknya
flokulasi dan lateks menggumpal. Oleh karena itu kandungan ion logam
dari lateks sebaiknya rendah selain dapat menggangu kemantapan serta
kestabilan sistem koloid lateks juga dapat mempercepat proses oksidasi
karet oleh udara yang menyebabkan terjadinya pengusangan karet (Aidi,
1995).

2.4 Jenis-jenis Karet Alam


Ada beberapa macam karet alam yang dikenal, diantaranya merupakan
bahan olahan. Bahan olahan ada yang setengah jadi atau sudah jadi. Ada juga
karet yang diolah kembali berdasarkan bahan karet yang sudah jadi.Jenis karet
alam yang dikenal luas adalah :
1. Bahan Olah Karet.
Bahan olah karet adalah lateks kebun serta gumpalan lateks kebun yang
diperoleh dari pohon karet. Yang termasuk bahan olah karet adalah : lateks
kebun, sheet angin, slab tipis dan lump segar yang dibagi berdasarkan
pengolahannya.
2. Karet Konvensional
Ada beberapa macam karet olahan yang tergolong karet alam
konvensional. Jenis ini pada dasarnya hanya terdiri dari golongan karet
sheet dan crepe. Jenis karet konvensional yang banyak diproduksi adalah
Ribbed Smoked Sheet atau disingkat RSS. Karet ini berupa lembaran sheet
yang mendapatkan proses pengasapan dengan baik. RSS ini memiliki
beberapa macam antara lain XRSS, RSS 1 hingga RSS 5.
3. Lateks Pekat
Lateks pekat berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk lembaran atau
padatan lainnya. Lateks pekat yang ada di pasaran dibuat dengan
pendadihan atau creamed lateks dan melalui proses sentrifugasi. Lateks
pekat banyak digunakan untuk pembuatan bahan-bahan karet yang tipis
dan bermutu tinggi.
(Spilane, 1989).
2.5 Karet Ribbed Smoked Sheet (RSS)
Karet Lembaran Asap atau biasa disebut dengan Ribbed Smoke Sheet
(RSS) merupakan salah satu jenis produk karet olahan dari getah tanaman
karet Hevea Brasiliensis yang di peroleh secara perkebunan maupun
perorangan (Alfa, 1996). Produk olahan tanaman karet ini memiliki banyak
kegunaan dalam pasar industri sebagai bahan baku pembuatan industri
otomotif dan ban. Di tingkat dunia, Thailand, Indonesia dan Malaysia
merupakan pengekspor karet terbesar di dunia. Indonesia memiliki
kecenderungan pengeksporan karet ke negara Amerika Serikat (Spillane,
1989).

Karet Ribbed Smoked Sheet (RSS) diolah secara mekanis dan kimiawi
melalui beberapa proses pengolahan yaitu penerimaan lateks kebun,
pengenceran, pembekuan, penggilingan, pengasapan dan sortasi. Karet Ribbed
Smoked Sheet ini banyak digunakan dalam pembuatan ban kendaraan
bermotor.
Tabel 2.1 Syarat Kelas Mutu Visual RSS
Kelas
Penampakan Visual
Cacat yang Diperkenankan
Mutu
RSS-1 Kering, bersih, kekar, liat
Sedikit gelembung udara
Warna cerah dan seragam
sebesar kepala jaru dengan
Bebas dari gelembung udara, bintik
letak tersebar
putih, jamur, bercak, karat dan
bahan lainnya
RSS-2 Kering, bersih, kekar,
liat
Warna cukup cerah dan
cukup seragam
Masih diperkenankan
adanya bintik atau bercak

Bercak karat atau jamur


kurang dari 5 %
Sediki gelembung udara
sebesar kepala jarum
dengan letak tersebar

RSS-3 Tebal, gelap, warna tidak merata


Gelembung udara sebesar
Terdapat gelembung udara dan titik
tiga kali ukuran jarum
Bercak,
karat
dan
mentah serta lengket
cendawan lebih dari 10%
Sumber : Badan Penelitian Teknologi Karet Bogor (2000)
2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kestabilan Lateks
Kestabilan koloid lateks dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain
:
1.

Perubahan pH dapat terjadi dengan penambahan asam atau basa dan


karena penambahan elektrolit. Bila pH diturunkan terlalu rendah dan
dengan cepat lateks akan tetap cair (stabil) karena lapisan pelindung
seluruhnya bermuatan positif. Demikian juga pada pH 5,5 lateks akan
stabil karena protein bermuatan negatif.

2. Setelah lateks keluar dari pohon, lateks itu akan segera tercemar oleh jasad
renik yang berasal dari udara atau dari peralatan-peralatan yang

digunakan. Jasad renik tersebut mula-mula akan menyerang karbohidrat


terutama gula yang terdapat dalam serum dan menghasilkan asam-asam
lemah yang mudah menguap.
3. Jika lateks sering tergoncang akan dapat mengganggu gerakan Brown dan
sistem koloid lateks, sehingga partikel mungkin akan bertubrukan satu
sama lain. Tubrukan-tubrukan tersebut dapat menyebabkan terpecahnya
lapisan

pelindung

dan

akan

mengakibatkan

penggumpalan

(Tampubolon.M., 1986).
2.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Lateks
Lateks sebagai bahan baku berbagai produk karet, harus memiliki kualitas
yang baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas lateks,
diantaranya adalah :
1. Faktor di kebun (jenis klon, sistem sadap, kebersihan pohon, dan lain-lain).
2. Iklim (musim hujan mendorong terjadinya prakoagulasi, musim kemarau
kedaan lateks tidak stabil).
3.

Alat-alat yang digunakan dalm pengumpulan dan pengangkutan (yang


terbuat dari aluminium atau baja tahan karat).

4. Pengangkutan (goncangan, keadaan tangki, jarak, jangka waktu).


5. Kualitas air dalam pengolahan.
6. Bahan kimia yang digunakan.
7. Komposisi lateks (Setyamidjaja.D, 1993).
2.8 Mutu Lateks
Menurut SNI 06-2047-2002, syarat mutu untuk Bahan Olah Karet adalah
sebagai berikut :

10

2.8.1 Persyaratan kualitatif


A. Lateks kebun
Lateks kebun adalah getah pohon karet yang diperoleh dari pohon karet
(Hevea brasiliensis M), berwarna putih, dan berbau segar. Umumnya
lateks kebun hasil penyadapan mempunyai KKK antar 20-35%, serta
bersifat kurang mantap sehingga harus diolah sesegera mungkin.
a. Tidak boleh dicampur dengan air, bubur lateks ataupun serum lateks
b. Tidak boleh dimasuki dengan benda-benda lain seperti kayu ataupun
kotoran lain.
c. Tidak terlihat nyata adanya kotoran.
d. Berwarna putih dan bau segar.
B. Sit angin
Sit angin adalah lembaran tipis yang berasal dari gumpalan lateks kebun
yang digumpalkan dengan menggunakan asam semut atau bahan
penggumpal lain, dikeluarkan serumnya dengan cara penggilingan dan
dikeringkan dengan cara penganginan. Sit angin tidak boleh dikotori
dengan tatal sadap, kayu, daun, pasir dan benda asing lainnya.
a. Digumpalkan dengan asam semut atau bahan pengumpal lain atau
b.
c.
d.
e.

gumpalan alami lateks kebun di dalam wadah sadap.


Tidak boleh dicampur dengan gumpalan yang tidak segar.
Gumpalan dapat digiling atau dikempa untuk mengeluarkan serumnya.
Tidak terlihat nyata adanya kotoran.
Selama penyimpanan tidak boleh direndam di dalam air atau terkena

2.8.2

sinar matahari langsung


Persyaratan kuantitatif
Persyaratan kuantatif bahan olah karet (BOKAR) terdiri dari
ketebalan (T) dan kebersihan (B) dengan spesifikasi seperti pada Tabel
2.2.

11

Tabel 2.2 Spesifikasi persyaratan mutu


Persyaratan
No

Parameter

Satuan

Lateks
Kebun

Sit

Slab

Lump

1.

Karet kering
(KK) (min)
Mutu I
Mutu II

%
%

28
20

mm
mm
mm
mm

3
5
10
-

50
51-100
101-150
>150

50
100
150
>150

2.

3.

Ketebalan (T)
Mutu I
Mutu II
Mutu III
Mutu IV
Kebersihan (B)

4.

Tidak
terdapat
kotoran

Tidak
terdapat
kotoran

Jenis Koagulan

Asam
semut dan
bahan lain
yang tidak
merusak
mutu karet
*)

Tidak
terdapat
kotoran

Tidak
terdapat
kotoran

Asam
Asam semut
semut dan
dan bahan
bahan lain
lain yang
yang tidak
tidak
merusak
merusak
mutu karet mutu karet
*) serta
*) serta
penggump penggumpal
alan alami
an alami

KETERANGAN
Min = minimal
*) Bahan yang tidak merusak mutu karet yang direkomendasikan oleh lembaga
penelitian yang kredibel.

2.9 Manfaat Karet


2.9.1 Karet Alam
Karet alam banyak digunakan dalam industri-industri barang.
Umumnya alat-alat yang dibuat dari karet alam sangat berguna bagi
kehidupan sehari-hari maupun dalam usaha industri seperti mesin-mesin

12

penggerak. Barang yang dapat dibuat dari karet alam antara lain aneka ban
kendaraan (dari sepeda, motor, mobil, traktor, hingga pesawat terbang ),
sepeda karet, sabuk penggerak mesin besar dan mesin kecil, pipa karet,
kabel, isolator, dan bahan-bahan pembungkus logam.
Bahan baku karet banyak digunakan untuk membuat perlengkapan
seperti sekat atau tahanan alat-alat penghubung dan penahan getaran.
Misalnya shockabsorbers. Karet bisa juga dipakai untuk tahanan dudukan
mesin. Pemakaian lapisan karet pada pintu, kaca pintu, kaca mobil, dan pada
alat-alat lain membuat pintu terpasang kuat dan tahan getaran serta tidak
tembus air. Dalam pembuatan jembatan sebagai penahan getaran juga
digunakan karet.
2.9.2 Karet Sintetis
Karena memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh karet
alam, maka dalam pembuatan beberapa jenis barang banyak digunakan
bahan baku karet sintetis. Jenis NBR (Nytrile Butadiene Rubber) yang
memiliki ketahanan tinggi terhadap minyak biasa digunakan dalam
pembuatan pipa karet untuk bensin dan minyak, membran, seal, gasket,
serta barang lain yang banyak dipakai untuk peralatan kendaraan bermotor
atau industri gas. Jenis CR ( Chloroprene rubber ) yang tahan terhadap
nyala api banyak digunakan dalam pembuatan pipa karet, pembungkus
kabel, seal, gasket, dan sabuk pengangkut. Perekat kadang-kadang dibuat
dengan menggunakan jenis CR tertentu.
Sifat kedap terhadap gas yang dimiliki oleh jenis IIR dapat
dimanfaatkan untuk pembuatan ban kendaraan bermotor, juga pembalut
kawat listrik, serta pelapis bagian dalam tangki penyimpan lemak atau
minyak. Jenis EPR juga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan kabel listrik.
2.9.3 Kegunaan Lain Tanaman Karet
Selain dapat diambil lateksnya untuk bahan baku pembuatan aneka
barang keperluan manusia, sebenarnya karet masih memiliki manfaat lain.
Manfaat ini walaupun sekadar sampingan, tetapi memberi keuntungan yang
tidak sedikit bagi para pemilik perkebunan karet. Hasil sampingan lain dari
tanaman karet yang memberikan keuntungan adalah kayu atau batang pohon

13

karet. Biasanya tanaman karet yang tua perlu diremajakan dan diganti
dengan tanaman muda yang masih segar dan berasal dari klon yang lebih
produktif. Tanaman tua yang ditebang dapat dimanfaatkan batangnya atau
diambil kayunya.
Hasil sampingan lain dari perkebunan karet yang selama ini kurang
dimanfaatkan hingga nyaris terbuang-buang begitu saja adalah biji karet,
padahal bila dimanfaatkan akan cukup menguntungkan sebab jumlahnya
melimpah ruah. Dilihat dari komposisi kimianya, ternyata kandungan
protein biji karet terhitung tinggi. Selain kandungan proteinnya cukup
tinggi, pola asam amino biji karet juga sangat baik. Semua asam amino
esensial yang dibutuhkan tubuh terkandung di dalamnya. Agar biji karet
dapat dimanfaatkan, maka harus diolah terlebih dahulu menjadi konsentrat.
Kosentrat adalah hasil pemekatan fraksi protein biji karet yang kadar
sebenarnya sudah tinggi menjadi lebih tinggi lagi (Hasibuan, 2012).

14

BAB 3. PEMBAHASAN
Ribbed Smoked Sheet merupakan salah satu jenis produk olahan yang
berasal dari lateks yang diolah secara teknik mekanis dan kimiawi dengan
pengeringan menggunakan ruang asap serta mutunya memenuhi Standard The
Green Book dan konsisten. Prinsip pengolahannya yaitu dengan mengubah
lateks kebun menjadi lembaran-lembaran sheet melaului proses penyaringan,
pengenceran, pembekuan, penggilingan dan pengasapan. Terdapat beberapa
faktor penting yang mempengaruhi mutu akhir pada pengolahan RSS
diantaranya pembekuan atau koagulasi lateks, pengasapan dan pengeringan.
Pengolahan dari Karet RSS (Ribbed Smoked Sheet) terdiri dari beberapa
tahapan yaitu penerimaan lateks kebun, pengenceran lateks, pembekuan,
penggilingan, pengasapan dan pengeringan, sortasi dan pembungkusan
(Afriliana, 2014).
1. Penerimaan Lateks Cair
Kegiatan awal dari proses produksi pembuatan lateks cair ini dimulai dari
penerimaan lateks. Getah lateks yang berasal dari kebun terlebih dahulu
ditimbang dengan jembatan timbang yang ada di kebun, setelah itu ditentukan
kadar karet keringnya (KKK) dengan cara mengambil lateks sebanyak 50-100
ml ditambah 10-20 ml larutan asam pimat 1 purin hasil pembekuan, lalu
digiling dengan gilingan laboratorium sampai diperoleh lembaran tipis.
Lembaran tipis tersebut lalu dikeringkan dengan cara diangin-anginkan dan
ditimbang sebagai a gram. Setelah dikering-anginkan, lembaran tipis dilakukan
pengeringan kedua dengan menggunakan oven hingga kering dan ditimbang
sebagai b gram. Terakhir ditentukan faktor pengeringannya. Lateks diangkut
dengan truk dengan menggunakan tangki-tangki.
2. Pengenceran Lateks
Tahap selanjutnya yaitu pengenceran, lateks yang berasal dari kebun
dilakukan pembongkaran dari tangki truk dalam bak penampungan lateks cair,
sebelum diencerkan lateks disaring terlebih dahulu. Penentuan jumlah air yang
diperlukan untuk mengencerkan dengan KKK kebun menjadi lateks encer
KKK tertentu yaitu 15%. Lateks yang diencerkan dimasukkan ke dalam bak

15

koagulasi. Busa yang terbentuk di permukaan lateks dibuang, lalu


ditambahkan larutan asam semut dengan konsentrasi 5%. Setelah dilakukan
pengadukan secara merata dan hati-hati, lalu disiapkan penyisipkan plat-plat
pemisah untuk membentuk lembaran-lembaran getah beku dan didiamkan
selama 3-5 jam. Limbah yang terbentuk dari proses koagulasi lateks ini berupa
air buangan dari bak koagulasi.
3. Pembekuan / Pencetakan
Tahap pembekuan dilakukan dengan menambahkan larutan format 1%
sebanyak 55,5 ml tiap liter lateks atau asam asetat 2% dengan KK 15% pada
lateks yang sudah diencerkan. Setelah itu lateks siap untuk dicetak di dalam
bak pencetakan dengan bantuan plat aluminium. Kemudian didiamkan selama
3-5 jam untuk digiling.
4. Penggilingan
Setelah diperoleh lembaran gumpalan lateks yang tebal dan basah,
kemudian dilakukan penggilingan dengan tujuan mengeluarkan sebagian air
dari dalam koagulum, memperluas permukaan sheet dengan menipiskan dan
memberi lambang (print) serta menyeragamkan mutu. Koagulum seterusnya
digiling dengan mesin penggiling ang disebut mesin Sheeter yang terdiri dari
4-6 gilingan beroda dua. Gilingan terakhir memiliki permukaan yang
berfungsi sebagai alat pencetak lembar yang dihasilkan. Tebal sheet yang
keluar dari mesin giling ini antara 3-3,5 mm. Selanjutnya sheet dibilas di bak
pembilasan kemudian sheet tersebut digantung dan diangin-anginkan di
bambu dan disusun di lori. Proses ini menghasilkan limbah berupa air yang
mengandung asam semut.
5. Pengasapan dan Pengeringan
Lembar sheet yang telah ditiriskan dan dianginkan kemudian diasap dalam
ruang pengasapan. Pengasapan dilakukan dengan tujuan mengawetkan sheet
karena dengan menggunakan asap yang mengandung phenol dapat mencegah
tumbuhnya mikroorganisme. Selain itu juga untuk memberikan warna coklat
muda dengan asap sehingga mutunya meningkat. Proses pengasapan
dilakukan selama 120 jam dengan suhu di dalam ruang asap yang bervariasi
seperti dibawah ini :
Hari I = 400C - 450C

16

Hari II = 450C - 500C


Hari III = 500C - 550C
Hari IV = 550C - 600C
Hari V = 600C - 650C
Sumber panas dan asap berasal dari tungku di bawah rak-rak pengasapan
dan bahan bakar yang digunakan yaitu kayu bakar.
6. Sortasi
Sortasi dilakukan setelah melalui pengeringan dengan cara pengasapan,
lembaran sheet dipilih menjadi beberapa macam mutu berdasarkan persyaratan
tertentu. Penentuan mutu RSS dilakukan secara visual atau organoleptik yaitu :
1. Jumlah kapang
2. Keseragaman warna
3. Noda oleh benda asing (kebersihan)
4. Gelembung udara
5. Kekeringan
6. Berat 1,0 1,5 kg per lembar
7. Tabel sheet 2,5 3,5 mm dan lebarnya 45 cm
Lembaran sheet dipilah-pilah berdasarkan tidak adanya kotoran dan udara
yang terperangkap dalam lembaran sheet dan dikategorikan dalam Ribbed
Smoked Sheet 1 (RSS 1) serta untuk lembaran yang memiliki kotoran dan
udara terperangkap akan di masukkan dalam Ribbed Smoked Sheet III (RSS
III) dan Cutting. Kemudian lembaran sheet yang telah disortir disusun di meja
Trough.
7. Penimbangan
Setelah lembaran sheet keluar dari meja Trough, kemudian ditimbang
seberat 106 kg.
8. Pengepresan dan Pengepakan
Pada tahap pengepresan serta pengepakan, RSS yang sudah dingin dipres
dengan menggunakan mesin press baal dan dikempa selama 12 jam. Setelah
itu dilapis dengan lembaran karet yang telah dilumasi premium agar melekat
hingga beratnya mencapai 113 kg. Selanjutnya dilumuri talk powder agar
sewaktu penyimpanan baal tidak berjamur dan dilakukan pelabelan sesuai
dengan waktu produksi.
9. Penyimpanan Produk Jadi Pada Gudang

17

Setelah pelabelan, selanjutnya dilakukan penyimpanan produk Ribbed


Smoked Sheet (RSS) dalam gudang produk jadi. Beberapa faktor yang perlu
diperhatikan dalam pengolahan RSS antara lain :
a. Lateks yang berasal dari pohon yang masih muda umumnya menghasilkan
karet sheet yang lengket, lembek serta mudah mengalami pemuluran saat
digantung dalam ruang asap. Selain itu, lateks yang berasal dari pohon
karet yang sudah lama tidak disadap, menghasilkan karet sheet yang rapuh
atau mudah robek. Oleh sebab itu, manajemen penyadapan yang baik perlu
dilakukan agar lateks kebun yang disadap sesuai dengan kriteria bahan
baku pembuatan sheet.
b. Kebersihan lateks mulai dari kebun hingga pabrik pengolahan harus
senantiasa dijaga agar diperoleh hasil produk yang sesuai dengan standard.
Terutama untuk perlatan penyadapan seperti pisau sadap, talang lateks
mangkuk, ember pengumpul dan alur sadap, harus bebas dari kotoran serta
sisa penyadapan sebelumnya. Tangki penerima yang jauh dari pabrik
hendaknya ditambahkan bahan anti koagulan seperti amoniak untuk
mencegah pra-koagulasi. Penambahan antikoagulan diusahakan tidak
melebihi batas yang ditetapkan untuk mencegah pemakaian asam semut
yang terlalu banyak pada proses pembekuan. Selain itu cara lain yang bisa
digunakan yaitu dengan mengisi penuh bagian tangki agar tidak terdapat
cela yang membuat lateks cair bergoyang dan menyebabkan pra-koagulasi.
Pada saat pengangkutan sebaiknya dihindari dari sinar matahari serta
panas berlebih untuk mencegah pra-koagulasi serta pembentukan
gelembung.
c. Pemberian bahan penggumpal seperti asam yang berlebih atau terlalu
banyak akan menyebabkan koagulum menjadi keras dan sulit digiling,
sedangkan jika pemberian kurang maka koagulum akan menjadi lunak,
membubur atau tetap encer (tidak menggumpal). Apabila lateks telah
menggumpal sempurna, maka diatas gumpalan tersebut sebaiknya
digenangi air untuk mencegah terjadinya oksidasi yang menyebabkan
munculnya bercak-bercak hitam pada permukaan koagulum.

18

d. Kecepatan penggilingan berbeda-beda antara satu rol dengan rol lainnya,


semakin maju maka kecepatan rol selanjutnya akan lebih besar kecuali
pada rol terakhir yang berpola, kecepatan putaran menjadi lebih kecil.
Kecepatan giling serta jarak antar celah dapat mempengaruhi hasil
gilingan sheet. Kecepatan maju yang tidak tepat dapat menyebabkan shhet
mudah sobek selain itu juga karena adanya perbedaan celah antara dua
celah yang berurutan terlalu besar.

19

BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan makalah yang telah dibuat, dapat ditarik kesimpulan yaitu
proses pembuatan lateks Ribbed Smoke Sheet (RSS) terdiri dari beberapa
tahapan yaitu penerimaan lateks yang berasal dari kebun, pengenceran lateks,
pencetakan, penggilingan, pengasapan, sortasi, penimbangan, pengepresan
dan pengepakan, serta penyimpanan produk jadi pada gudang.
4.2 Saran
Diharapkan untuk pembuatan makalah selanjutnya, mahasiswa dapat
mengetahui proses pengolahan lateks secara langsung terlebih dahulu
sehingga bisa menjadi referensi dan mempermudah dalam pembuatan
makalah.

20

DAFTAR PUSTAKA
Afriliana, A. 2014. Buku Petunjuk Praktikum: Pengolahan Lateks. Jember:
Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember
Aidi dan Daslin. 1995. Pengelolaan Bahan Tanam Karet. Palembang : Pusat
Penelitian Karet Balai Penelitian Sembawa.
Alfa., Honggokusumo dan Suharto.1996. Bahan Kimia Penyusun Kompon.
Bandung : Balai Industri Teknologi Karet.
Badan Penelitian Teknologi Karet. 2000. Karet. Bogor : BPTK.
Badan Standar Nasional. 2002. SNI 06-2047 Bahan Olahan Karet. Jakarta :
BSSNI.
Cahyono, B. 2010. Cara Sukses Berkebun Karet. Cetakan Pertama. Jakarta :
Pustaka Mina.
Damanik, S. Syakir. M. Siswanto. Tasma,M. 2010. Budidaya dan Pasca Panen
Karet. Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2015. Ekspor-Impor Karet Indonesia. Jakarta:
Dirjen Perkebunan.
Djumarti. 2011. Diktat Kuliah Teknologi Pengolahan Tembakau, Gula, dan
Lateks. Jember : FTP UJ.
Haradi Basri, 1982. Usaha Perbaikan Mutu Bahan Olah Karet. Bogor : Direktorat
Jendral Perkebunan.
Hasibuan, I.F., Tandy Edward., Harahap Hamida. 2012. Pemanfaatan Limbah
Lateks Karet Alam Dengan Pengisi Bubuk Pelepah Pisang sebagai Adsorben
Minyak. Jurnal Teknik Kimia USU. Vol.1. No. 2. Sumatera Utara.
Kasman. 2009. Pengembangan Perkebunan Karet Dalam Usaha Peningkatan
Ekonomi Daerah Dan Pendapatan Petani di Provinsi aceh. Jurnal Ekonomi
Pembangunan Vol.10(2) : 250 266. Perguruan Tinggi Alwashliyah Banda
Aceh.
Malcolm, P.S., 2001. Polymer Chemistry :An Introduction, diindonesiakan oleh
Lis Sopyan, cetakan pertama. Jakarta: PT Pradnya Paramita Nazarudin dan
Paimin. 2006. Strategi Pemasaran dan Pengolahan Karet. Jakarta :
Penebar Swadaya.
Setiawan, H.D dan Andoko, A. 2008. Karet. Jakarta : Agromedia Pustaka.
Setyamidjaja, D. 1993. Karet Budidaya dan Pengolahan. Yogyakarta : Penerbit
Kanisius.
Spillane, J. 1989. Komoditi Karet. Cetakan Pertama.Yogyakarta : Kanisius.
Tampubolon, M. 1986. Komposisi dan Sifat Lateks. Medan. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan Tanjung Morawa

21

Tarachiwin, L., Sakdapipanich, J., Ute, K., Kitayama, T., Tanaka, Y. 2005.
Structural characterization of -terminal group of natural rubber 2:
Decompoti-tion of branch-points by phospholipase and chemical treatments,
Biomacro-molecules. Journal.6, 1858-1863.
Walyono, K & Kartowardoyo, S., 1980.Penggunaan Wallace- Plastimeter untuk
Penentuan
Karakteristik
Karakteristik
Pematangan
Karet
Alam.Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.

Anda mungkin juga menyukai