BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia
sebagai
Negara Agraris
memiliki
beragam
komoditas
1.2 Tujuan
: Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi
Sub divisi
Kelas
Ordo
: Euphorbiales
Famili
: Euphorbiales
Genus
: Hevea
Spesies
: Hevea bransiliensis
senyawa lain, termasuk asam lemak, gula, protein, sterol ester dan garam.
Lateks biasa dikonversikan ke karet busa dengan aerasi mekanik yang diikuti
oleh vulkanisasi (Malcom, P.S., 2001).
2.2 Karakteristik Lateks
Lateks adalah suatu istilah yang dipakai untuk menyebut getah yang
dikeluarkan oleh pohon karet. Lateks terdapat pada bagian kulit, daun dan
integument biji karet. Lateks merupakan suatu larutan koloid dengan partikel
karet dan bukan karet yang tersuspensi di dalam suatu media yang banyak
mengandung bermacam-macam zat. Warna lateks adalah putih susu sampai
kuning (Djumarti, 2012).
Lateks adalah merupakan sistem koloid dimana terdapat partikel karet
yang dilapisi oleh protein dan fosfolipid yang terdispersi di dalam serum.
Lateks terdiri dari 25 24 % hidrokarbon karet selebihnya merupakan bahan
-bahan bukan karet. Komposisi karet bervariasi tergantung dari jenis klon,
umur tanaman, musim, sistem deres, dan kondisi tanah. Karet alam adalah
polimer isoprene (C5H8) yang mempunyai bobot molekul yang besar.
Susunannya adalah -CH-C(CH3)=CH-CH2 (Kasman, 2009).
Karet yang diperoleh dari pohon Hevea Brasilientis adalah bentuk alamiah
dari 1,4-polyisoprena. Karet jenis ini memiliki ikatan ganda lebih dari 98%
dalam konfigurasi cisnya yang penting bagi kelenturan atau elastisitas
polyisoprena. Lebih dari 90% cis-1,4 polyisoprena digunakan dalam industri
karet Hevea (Tarachiwin dkk., 2005).Lateks sebagai bahan baku berbagai hasil
karet, harus memiliki kualitas yang baik. Cairan getah ini belum mengalami
penggumpalan, baik dengan penambahan atau tanpa bahan penggumpal (zat
anti koagulan). Ada beberapa faktor yang
diantaranya adalah :
1. Faktor di kebun (jenis klon, sistem sadap, kebersihan pohon, dan lain
-lain)
2. Iklim (musim hujan mendorong terjadinya prokoagulasi, dan musim
kemarau menyebabkan lateks tidak stabil)
3. Alat-alat yang digunakan dalam penggumpalan dan pengangkutan (yang
baik terbuat dari aluminium dan baja tahan karat)
4.
5.
6.
7.
(Setyamidajaja, 1993).
2.3 Kandungan Lateks
Komponen-komponen bukan karet di dalam lateks sangat mempengaruhi
sifat lateks, diantaranya ada yang berakibat bagus tetapi ada juga yang
berakibat buruk terhadap lateks.
2.3.1 Protein
Kandungan protein yang terdapat dalam lateks segar berkisar
antara 1,0-1,5% (b/v) dan sekitar 20 % dari protein tersebut teradsorbsi
pada partikel lateks dan sebagian
menggumpal.
Lipida
Senyawa lipida juga terdapat di dalam lateks yang terdiri dari
lipida netral dan lipida polar. Lipida polar merupakan senyawa fosfolipida
seperti lesitin, fosfatidat. Senyawa lipida yang terdapat di dalam lateks
seperti fosfolipida dapat berfungsi sebagai anti oksidan dan pemacu dalam
2.3.4
Karet Ribbed Smoked Sheet (RSS) diolah secara mekanis dan kimiawi
melalui beberapa proses pengolahan yaitu penerimaan lateks kebun,
pengenceran, pembekuan, penggilingan, pengasapan dan sortasi. Karet Ribbed
Smoked Sheet ini banyak digunakan dalam pembuatan ban kendaraan
bermotor.
Tabel 2.1 Syarat Kelas Mutu Visual RSS
Kelas
Penampakan Visual
Cacat yang Diperkenankan
Mutu
RSS-1 Kering, bersih, kekar, liat
Sedikit gelembung udara
Warna cerah dan seragam
sebesar kepala jaru dengan
Bebas dari gelembung udara, bintik
letak tersebar
putih, jamur, bercak, karat dan
bahan lainnya
RSS-2 Kering, bersih, kekar,
liat
Warna cukup cerah dan
cukup seragam
Masih diperkenankan
adanya bintik atau bercak
2. Setelah lateks keluar dari pohon, lateks itu akan segera tercemar oleh jasad
renik yang berasal dari udara atau dari peralatan-peralatan yang
pelindung
dan
akan
mengakibatkan
penggumpalan
(Tampubolon.M., 1986).
2.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Lateks
Lateks sebagai bahan baku berbagai produk karet, harus memiliki kualitas
yang baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas lateks,
diantaranya adalah :
1. Faktor di kebun (jenis klon, sistem sadap, kebersihan pohon, dan lain-lain).
2. Iklim (musim hujan mendorong terjadinya prakoagulasi, musim kemarau
kedaan lateks tidak stabil).
3.
10
2.8.2
11
Parameter
Satuan
Lateks
Kebun
Sit
Slab
Lump
1.
Karet kering
(KK) (min)
Mutu I
Mutu II
%
%
28
20
mm
mm
mm
mm
3
5
10
-
50
51-100
101-150
>150
50
100
150
>150
2.
3.
Ketebalan (T)
Mutu I
Mutu II
Mutu III
Mutu IV
Kebersihan (B)
4.
Tidak
terdapat
kotoran
Tidak
terdapat
kotoran
Jenis Koagulan
Asam
semut dan
bahan lain
yang tidak
merusak
mutu karet
*)
Tidak
terdapat
kotoran
Tidak
terdapat
kotoran
Asam
Asam semut
semut dan
dan bahan
bahan lain
lain yang
yang tidak
tidak
merusak
merusak
mutu karet mutu karet
*) serta
*) serta
penggump penggumpal
alan alami
an alami
KETERANGAN
Min = minimal
*) Bahan yang tidak merusak mutu karet yang direkomendasikan oleh lembaga
penelitian yang kredibel.
12
penggerak. Barang yang dapat dibuat dari karet alam antara lain aneka ban
kendaraan (dari sepeda, motor, mobil, traktor, hingga pesawat terbang ),
sepeda karet, sabuk penggerak mesin besar dan mesin kecil, pipa karet,
kabel, isolator, dan bahan-bahan pembungkus logam.
Bahan baku karet banyak digunakan untuk membuat perlengkapan
seperti sekat atau tahanan alat-alat penghubung dan penahan getaran.
Misalnya shockabsorbers. Karet bisa juga dipakai untuk tahanan dudukan
mesin. Pemakaian lapisan karet pada pintu, kaca pintu, kaca mobil, dan pada
alat-alat lain membuat pintu terpasang kuat dan tahan getaran serta tidak
tembus air. Dalam pembuatan jembatan sebagai penahan getaran juga
digunakan karet.
2.9.2 Karet Sintetis
Karena memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh karet
alam, maka dalam pembuatan beberapa jenis barang banyak digunakan
bahan baku karet sintetis. Jenis NBR (Nytrile Butadiene Rubber) yang
memiliki ketahanan tinggi terhadap minyak biasa digunakan dalam
pembuatan pipa karet untuk bensin dan minyak, membran, seal, gasket,
serta barang lain yang banyak dipakai untuk peralatan kendaraan bermotor
atau industri gas. Jenis CR ( Chloroprene rubber ) yang tahan terhadap
nyala api banyak digunakan dalam pembuatan pipa karet, pembungkus
kabel, seal, gasket, dan sabuk pengangkut. Perekat kadang-kadang dibuat
dengan menggunakan jenis CR tertentu.
Sifat kedap terhadap gas yang dimiliki oleh jenis IIR dapat
dimanfaatkan untuk pembuatan ban kendaraan bermotor, juga pembalut
kawat listrik, serta pelapis bagian dalam tangki penyimpan lemak atau
minyak. Jenis EPR juga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan kabel listrik.
2.9.3 Kegunaan Lain Tanaman Karet
Selain dapat diambil lateksnya untuk bahan baku pembuatan aneka
barang keperluan manusia, sebenarnya karet masih memiliki manfaat lain.
Manfaat ini walaupun sekadar sampingan, tetapi memberi keuntungan yang
tidak sedikit bagi para pemilik perkebunan karet. Hasil sampingan lain dari
tanaman karet yang memberikan keuntungan adalah kayu atau batang pohon
13
karet. Biasanya tanaman karet yang tua perlu diremajakan dan diganti
dengan tanaman muda yang masih segar dan berasal dari klon yang lebih
produktif. Tanaman tua yang ditebang dapat dimanfaatkan batangnya atau
diambil kayunya.
Hasil sampingan lain dari perkebunan karet yang selama ini kurang
dimanfaatkan hingga nyaris terbuang-buang begitu saja adalah biji karet,
padahal bila dimanfaatkan akan cukup menguntungkan sebab jumlahnya
melimpah ruah. Dilihat dari komposisi kimianya, ternyata kandungan
protein biji karet terhitung tinggi. Selain kandungan proteinnya cukup
tinggi, pola asam amino biji karet juga sangat baik. Semua asam amino
esensial yang dibutuhkan tubuh terkandung di dalamnya. Agar biji karet
dapat dimanfaatkan, maka harus diolah terlebih dahulu menjadi konsentrat.
Kosentrat adalah hasil pemekatan fraksi protein biji karet yang kadar
sebenarnya sudah tinggi menjadi lebih tinggi lagi (Hasibuan, 2012).
14
BAB 3. PEMBAHASAN
Ribbed Smoked Sheet merupakan salah satu jenis produk olahan yang
berasal dari lateks yang diolah secara teknik mekanis dan kimiawi dengan
pengeringan menggunakan ruang asap serta mutunya memenuhi Standard The
Green Book dan konsisten. Prinsip pengolahannya yaitu dengan mengubah
lateks kebun menjadi lembaran-lembaran sheet melaului proses penyaringan,
pengenceran, pembekuan, penggilingan dan pengasapan. Terdapat beberapa
faktor penting yang mempengaruhi mutu akhir pada pengolahan RSS
diantaranya pembekuan atau koagulasi lateks, pengasapan dan pengeringan.
Pengolahan dari Karet RSS (Ribbed Smoked Sheet) terdiri dari beberapa
tahapan yaitu penerimaan lateks kebun, pengenceran lateks, pembekuan,
penggilingan, pengasapan dan pengeringan, sortasi dan pembungkusan
(Afriliana, 2014).
1. Penerimaan Lateks Cair
Kegiatan awal dari proses produksi pembuatan lateks cair ini dimulai dari
penerimaan lateks. Getah lateks yang berasal dari kebun terlebih dahulu
ditimbang dengan jembatan timbang yang ada di kebun, setelah itu ditentukan
kadar karet keringnya (KKK) dengan cara mengambil lateks sebanyak 50-100
ml ditambah 10-20 ml larutan asam pimat 1 purin hasil pembekuan, lalu
digiling dengan gilingan laboratorium sampai diperoleh lembaran tipis.
Lembaran tipis tersebut lalu dikeringkan dengan cara diangin-anginkan dan
ditimbang sebagai a gram. Setelah dikering-anginkan, lembaran tipis dilakukan
pengeringan kedua dengan menggunakan oven hingga kering dan ditimbang
sebagai b gram. Terakhir ditentukan faktor pengeringannya. Lateks diangkut
dengan truk dengan menggunakan tangki-tangki.
2. Pengenceran Lateks
Tahap selanjutnya yaitu pengenceran, lateks yang berasal dari kebun
dilakukan pembongkaran dari tangki truk dalam bak penampungan lateks cair,
sebelum diencerkan lateks disaring terlebih dahulu. Penentuan jumlah air yang
diperlukan untuk mengencerkan dengan KKK kebun menjadi lateks encer
KKK tertentu yaitu 15%. Lateks yang diencerkan dimasukkan ke dalam bak
15
16
17
18
19
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan makalah yang telah dibuat, dapat ditarik kesimpulan yaitu
proses pembuatan lateks Ribbed Smoke Sheet (RSS) terdiri dari beberapa
tahapan yaitu penerimaan lateks yang berasal dari kebun, pengenceran lateks,
pencetakan, penggilingan, pengasapan, sortasi, penimbangan, pengepresan
dan pengepakan, serta penyimpanan produk jadi pada gudang.
4.2 Saran
Diharapkan untuk pembuatan makalah selanjutnya, mahasiswa dapat
mengetahui proses pengolahan lateks secara langsung terlebih dahulu
sehingga bisa menjadi referensi dan mempermudah dalam pembuatan
makalah.
20
DAFTAR PUSTAKA
Afriliana, A. 2014. Buku Petunjuk Praktikum: Pengolahan Lateks. Jember:
Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember
Aidi dan Daslin. 1995. Pengelolaan Bahan Tanam Karet. Palembang : Pusat
Penelitian Karet Balai Penelitian Sembawa.
Alfa., Honggokusumo dan Suharto.1996. Bahan Kimia Penyusun Kompon.
Bandung : Balai Industri Teknologi Karet.
Badan Penelitian Teknologi Karet. 2000. Karet. Bogor : BPTK.
Badan Standar Nasional. 2002. SNI 06-2047 Bahan Olahan Karet. Jakarta :
BSSNI.
Cahyono, B. 2010. Cara Sukses Berkebun Karet. Cetakan Pertama. Jakarta :
Pustaka Mina.
Damanik, S. Syakir. M. Siswanto. Tasma,M. 2010. Budidaya dan Pasca Panen
Karet. Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2015. Ekspor-Impor Karet Indonesia. Jakarta:
Dirjen Perkebunan.
Djumarti. 2011. Diktat Kuliah Teknologi Pengolahan Tembakau, Gula, dan
Lateks. Jember : FTP UJ.
Haradi Basri, 1982. Usaha Perbaikan Mutu Bahan Olah Karet. Bogor : Direktorat
Jendral Perkebunan.
Hasibuan, I.F., Tandy Edward., Harahap Hamida. 2012. Pemanfaatan Limbah
Lateks Karet Alam Dengan Pengisi Bubuk Pelepah Pisang sebagai Adsorben
Minyak. Jurnal Teknik Kimia USU. Vol.1. No. 2. Sumatera Utara.
Kasman. 2009. Pengembangan Perkebunan Karet Dalam Usaha Peningkatan
Ekonomi Daerah Dan Pendapatan Petani di Provinsi aceh. Jurnal Ekonomi
Pembangunan Vol.10(2) : 250 266. Perguruan Tinggi Alwashliyah Banda
Aceh.
Malcolm, P.S., 2001. Polymer Chemistry :An Introduction, diindonesiakan oleh
Lis Sopyan, cetakan pertama. Jakarta: PT Pradnya Paramita Nazarudin dan
Paimin. 2006. Strategi Pemasaran dan Pengolahan Karet. Jakarta :
Penebar Swadaya.
Setiawan, H.D dan Andoko, A. 2008. Karet. Jakarta : Agromedia Pustaka.
Setyamidjaja, D. 1993. Karet Budidaya dan Pengolahan. Yogyakarta : Penerbit
Kanisius.
Spillane, J. 1989. Komoditi Karet. Cetakan Pertama.Yogyakarta : Kanisius.
Tampubolon, M. 1986. Komposisi dan Sifat Lateks. Medan. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan Tanjung Morawa
21
Tarachiwin, L., Sakdapipanich, J., Ute, K., Kitayama, T., Tanaka, Y. 2005.
Structural characterization of -terminal group of natural rubber 2:
Decompoti-tion of branch-points by phospholipase and chemical treatments,
Biomacro-molecules. Journal.6, 1858-1863.
Walyono, K & Kartowardoyo, S., 1980.Penggunaan Wallace- Plastimeter untuk
Penentuan
Karakteristik
Karakteristik
Pematangan
Karet
Alam.Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.