Anda di halaman 1dari 4

BAB 3 METODOLOGI

WASTE WATER

Screen

Collecting Tank
(80 m3)

Pre-Sedimentasi
(30 m3)

Cair

Bio Reaktor 0
(700 m3)

Bio Reaktor 1
(600 m3)
Return
Padat sludge
Bio Reaktor 2
(300 m3)

Sedimentasi
(175 m3)

Padat Cair

Thickener Penjernihan
Padat
(80 m3) (175 m3)

Cair

Filter Press
(1m3/press) Kolam Ikan

PENGOMPOSAN SUNGAI
BAB 4 PEMBAHASAN

4.1 Proses Pengolahan Limbah


Dalam industry rokok, tembakau sangatlah diperlukan karena merupakan
bahan utama produk tersebut yang kemudian akan diproses. Proses tersebut
menimbulkan limbah cair berupa cairan coklat pekat yang bersifat asam. Selain
limbah cair, ada juga limbah padat yaitu tempat bekas membungkus tembakau.
Limbah-limbah tersebut kemudian akan diproses agar tidak menjadi berbahaya.
IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) merupakan suatu tempat yang disediakan
oleh PT Djarum untuk mengolah limbah-limbah tersebut.
4.1.1 Limbah Padat
Pengolahan limbah padatnya yaitu bekas bungkus tembakau juga diolah
sedemikian rupa di dalam IPAL ini, dan hasil olahan limbah ini berupa pupuk
kompos. Caranya dengan menghancurkan bungkus tersebut, lalu ditimbun.
Hancuran bungkus yang telah ditimbun tersebut kemudian disiram, ditutupi dan
dibalik secara berkala sehingga bakteri dan jamur yang ada akan membusukkan
hancuran tersebut dengan cepat. Maka dari itu, pupuk kompos tersebut terasa
panas di bagian dalam tumpukannya karena mengalami proses pembusukan.
Ternyata limbah-limbah yang beracun tersebut di dalam IPAL ini dapat menjadi
sesuatu yang lebih bermanfaat.
Cara atau metoda untuk membuat kompos adalah proses komposting.
Proses komposting ini merupakan proses dengan memanfaatkan proses biologis
yaitu pengembangan massa mikroba yang dapat tumbuh selama proses terjadi.
Metoda ini adalah proses biologi yang mendekomposisi sampah (terutama sampah
organic yang basah) menjadi kompos karena adanya interaksi kompleks dari
organisme yang terdapat secara alami. Berdasarkan prinsip proses biologis ini,
maka karakteristik dari mikroba menjadi penting untuk diperhatikan. Jenis
mikroba yang dimaksud adalah jenis mikroba yang diklasifikasikan dari cara
hidupnya, yaitu:
1. Mikroba anaerobic (yaitu mikroba yang hidup tanpa oksigen); jenis
mikroba ini juga dibagi dalam 2-jenis yaitu : mesophilic (hidup pada
temperatur (20-40ºC), dan thermophilic (hidup pada temperatur (45-70ºC).
2. Mikroba aerobic adalah mikroba yang hanya dapat hidup dengan adanya
oksigen. Sama dengan mikroba anaerobic berdasarkan fluktuasi kondisi
suhu di dalam tumpukan kompos dapat dibedakan menjadi mesophilic dan
thermophilic.
Proses pengomposan akan segera berlansung setelah bahanbahan mentah
dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap,
yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen
dan senyawasenyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh
mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat.
Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan
meningkat hingga di atas 50o 70o C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu.
Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba
yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi atau penguraian
bahan organik yang sangat aktif. Mikroba (menggunakan oksigen) atau anaerobik
(tidak ada oksigen).
4.1.2 Limbah Cair
Selain limbah padat yang dijadikan kompos, pada pembuatan rokok juga
terdapat limbag cair. Dalam pengolahan limbah cair tersebut PT. Djarum
menggunakan alat-alat yang canggih. Saat limbah sisa pencucian cengkeh tersebut
di alirkan ke IPAL maka limbah cair itu akan diolah sedemikian rupa agar kadar
racunnya dapat dinetralisir. Cairan penetralnya adalah Ca (OH)2 yang bersifat
basa sehingga cairan yang asam tersebut mendapatkan pH yang mendekati netral.
Setelah itu, cairan diaduk-aduk dengan maksud pemberian oksigen (oksigenasi)
dan dicampur dengan bakteri yang sengaja dikembangbiakkan di tempat tersebut.
Bakteri aerob dibantu oksigen untuk proses pembusukan limbah sehingga limbah
tersebut tidak lagi terlalu berbahaya.
Setelah itu, cairan yang sudah agak berwarna bening tersebut dialirkan menuju
tempat berikutnya. Pada tempat ini, jika diperhatikan, ada suatu pemisahan antara
air bersih dengan ampas yang tersisa dengan proses pengendapan. Air yang bersih
mengalir sedikit demi sedikit melalui celah pada design alat tersebut dan dialirkan
menuju kolam ikan.Setelah diolah maka sisa cairan pembersih cengkeh tersebut
akan menjadi netral dan tidak beracun lagi. Kolam ikan yang ada didalam IPAL
tersebut merupakan suatu indikator alamiah yang menunjukkan kenetralan air
karena pada logikanya, ikan tidak akan dapat bertahan hidup dalam air beracun.

4.2 Kandungan Limbah Cair Rokok


Limbah cair rokok mengandung senyawa aktif yang bertindak sebagai
insektisida. Nikotin merupakan salah satu senyawa aktif dari limbah cair rokok,
sehingga dapat menyebabkan mortalitas hama. Selain nikotin senyawa aktif
lainnya yang berpengaruh terhadap tingkat mortalitas hama adalah terpenoid.
Menurut penelitian Anggraini dkk (2013) dan Maryanti dkk (2006), adanya
terpenoid ini dapat menyebabkan ulat kubis tidak mau memakan kubis karena
terpenoid memiliki rasa pahit dan bersifat antifeedant yang dapat menghambat
aktivitas makanan serangga. Adanya senyawa aktif dalam limbah cair tersebut,
dapat menurunkan aktivitas makan hama sehingga meningkatkan mortalitasnya.
Menurut Pracaya (2008), bagian-bagian tenaman tembakau yang
digunakan untuk pengendalian hama ataupun penyakit adalah daun dan
batangnya. Hal tersebut disebabkan karena pada daun dan batang terdapat
kandungan nikotin yang tinggi terutama pada bgagian tangkai dan tulang daun.
Setiap bagian dari tanaman tembakau memiliki kandungan nikotin, namun yang
biasanya digunakan untuk pengendalian hama adalah bagian daun dan batangnya.

Anda mungkin juga menyukai