Menurut Zastrow dan Kirst Ashman (2009) ,secara umum masa dewasa muda
merupakan masa dimana kesehatan fisik baik. Masa dimana terdapat peluang
berkelanjutan untuk pembentukan identitas, keintiman, komitmen yang menonjol
(Eriskon, 1975). Diluar penemuan baru emansipasi dan peluang penemuan diri baru,
mahasiswa dalam tahap dewasa muda pembangunan, diharapkan untuk mencapai
keseimbangan antara kemandirian dunia baru dan dari tekanan yang akan datang.
Sebagai pemimpin masa depan, sangat diperlukan kesiapan dari generasi pemimpi
untuk mempersiapkan masa perubahan ke dunia yang semakin kompleks dengan
meningkatkan kepercayaan kecakapan diri yang mendukung dalam merubah persepsi,
merumuskan atribusi yang mendorong pengendalian atas tujuan bersama dan
memperkenlkan penilaian yang memotivasi untuk mendekati tantangan.
Lingkungan memberi pengaruh besar terhadap perkembangan generasi muda
sebagai agen perubahan. Pengalaman kuliah memberi pola untuk orientasi masa
depan, arah karir, dan kesadaran social (Kuo, Hagie, dan Miller, 2004). Melalui
eksplorasi diri dan pembelajaran sosial, mahasiswa dapat mulai mengidentifikasi isuisu social dan menentukan bagaimana Ia dapat mengubah proses berpikir untuk
menguba sistem sosial untuk kepentingan yang lebih besar. Namun terkadang
mahasiswa belum dapat menumbuhkan kompetensi dan penguasaan ketrampilan, dan
rasa pengendalian.
Pada kontinum perkembangan, dapat diasumsikan bahwa mahasiswa
menemukan diri mereka dalam menantang jika dalam posisi tidak genting.
Mahasiswa harus berhasik mengintegrasikan rentetan masukan sosial psikologis
(misalnya dinamika interpersonal, konflik batin, perasaan yang muncul) berasal dari
dunia kebaruan, rasa heran dan pencerahan. Secara bersamaan, harapan implisit
menunjukan bahwa mahasiswa mulai mempertimbangkan bagaimana Ia bisa
mengubah persepsi yang menyebabkan perubahan sosial yang positif. Dengan
keraguan karir (Ng & Feldman, 2009), keseimbangan karir-pernikahan (Barnett,
Gareis, James, & Steele, 2003), pembentukan identitas (Faye & Sharpe, 2008), beban
ekonomi (Weise, 2012), pengembangan keterampilan kompetensi (kayu, 2004), dan
transisi psikososial antara pengaturan akademik dan kejuruan (yang & Gysbers, 2007)
dikutip sebagai tantangan menonjol untuk mahasiswa yang telah lulus asumsi dasar
menunjukkan bahwa mereka, di beberapa titik, harus meninggalkan gaya hidup yang
lebih riang muda mereka dan melewati ambang pintu ke dalam akuntabilitas, muncul
dewasa, dan tanggung jawab sosial.