PENDAHULUAN
Tanaman karet dieksploitasi atau dipanen lateksnya dengan cara disadap, yaitu
mengiris kulit batang sehingga sebagian besar sel pembuluh lateks terpotong
dan cairan lateks yang terdapat di dalamnya menetes keluar. Produktivitas
kebun karet ditentukan oleh jenis klon, umur tanaman, tingkat kesesuaian
lahan, dan sistem eksploitasi yang diterapkan. Menurut Setyamidjaja (1993)
lateks dibentuk dan terakumulasi dalam sel-sel pembuluh lateks yang tersusun
pada setiap jaringan bagian tanaman, namun penyadapan yang
1
menguntungkan hanya dilakukan pada kulit batang dengan sistem eksploitasi
tertentu.
1.5 Kontribusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukkan bagi pelaku budidaya
perkebunan karet tentang produktivitas tanaman karet pada sisitem sadap D3.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Dari Hasil evaluasi pertumbuhan klon rekomendasi pada kondisi salah satu
perkebunan di wilayah Sumatera Utara dengan karakteristik lahan datar, jenis
tanah ultisol, ketinggian tempat 145 m dpl, rata-rata curah hujan 2500 mm/th
menunjukkan pertumbuhan tanaman tergolong moderat – jagur. Pertumbuhan
tanaman klon rekomendasi dapat disadap pada umur 4 tahun. Klon IRR 112,
PB 330. Dan RRIC 100 memiliki pertumbuhan paling jagur, sedangkan klon
lainnya memiliki pertumbuhan tergolong moderat.
3
Tabel 2.1 Pertumbuhan tanaman TBM klon karet rekomendasi
4
Sistem eksploitasi akan memberikan pengaruh terhadap produktivitas
berdasarkan tipologi klonal (metabolisme lateks). Sistem ekspolitasi yang
diterapkan harus rasional dan mempertimbangkan berbagai faktor yang
berhubungan dengan karakter fisiologis dan genetik klon. Menurut Kuswandi et
al. (2009), optimalisasi produksi klon perlu dilakukan, bukan mencapai produksi
maksimal yang seringkali identik dengan penyadapan berlebihan (over tapping).
Klon- klon karet unggul yang ada pada saat ini, umumnya memiliki potensi hasil
lateks dengan rata-rata produktivitas karet kering mencapai 3 ton/ha/th.
Produktivitas yang dicapai pada pertanaman komersial sangat bervariasi dan
tergantung kepada penerapan sistem manajemen kebun serta kesuaian agro-
ekosistem. Berdasarkan pengamatan kinerja klon di beberapa perusahaan
perkebunan besar, produksi aktual yang dicapai sangat bervariasi, antara 60-80%
dari potensi produksi klon (aidi Daslin, et al., 2001).
5
sistem sadap 1/2s d3 diambil di salah satu perkebunan yang berada di Kabupaten
Deli Serdang, sedangkan untuk sistem sadap 1/4S d4 diambil di salah satu
perkebunan yang berada di Kabupaten Labuhan Batu Bara. Hasil evaluasi
menunjukkan bahwa klon IRR 112, IRR 118, IRR 220, PB 340. dan PB 260
memiliki rata-rata produksi karet paling tinggi > 2000 kg/ha selama 7 tahun
penyadapan dengan menerapkan sistem sadap ½ S d3+ ET 2,5%, sedangkan karet
rendah dibandingkan klon lainnya.
Tabel 2.2 Produktivitas klon karet dengan sistem sadap 1/2S d3+ET.2,5%
6
menimbulkan gangguan penyakit jamur upas. Pertumbuhan klon PB 260 lebih
stabil di beberapa lokasi dan waktu matang sadap dapat mencapai umur 4-4,5
tahun. Produksi karet kering kg/ha pada kondisi yang optimal dapat mencapai 32
ton selama 15 tahun sadap. Produksi PB 260 dinilai cukup stabil dibeberapa lokasi
pertanaman komersial. Pada beberapa lokasi di perkebunan produksi kg/ha dapat
mencapai 17-19 ton selama 10 tahun penyadapan. Karakteristik pada tanaman
dewasa memilikibpercabangan utama yang kecil dan lateralistik sehingga
membentuk tajuk dengan tipe percabangan cemaa. Di kebun enters
memperlihatkan helaian daun tengah berbentuk oval dan urat daun terlihat lebih
jelas.
7
2.2.4 Angin
Angin juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman karet. Angin yang kencang
dapat mengakibatkan kerusakan tanaman karet yang berasal dari klon-klon
tertentu dalam berbagai jenis tanah, baik pada tanah latosol, podsolik merah
kuning, vulkanis, bahkan pada tanah gambut (Tim Karya Tani Mandiri,
2010).
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk
penanaman karet. Untuk lahan kering/darat tidak susah dalam menyiasati
penanaman karet. Namun, untuk lahan lebak, perlu adanya trik-trik khusus
menyiasati hal tersebut. Trik-trik tersebut antara lain dengan pembuatan
petak-petak guludan tanam dan jarak tanamdalam barisan agr lebih rapat.
Metode ini berguna untuk memecah terpaan angin (Tim Karya Tani Mandiri,
2010).
2.2.5 Tanah
Tanaman karet dapat tumbuh pada berbaga jenis tanah baik pada tanah-tanah
vulkanis muda atapun vulkanis tua, alluvial dan bahkan tanah gambut..
Tanah-tanah vulkanis umunya memeilki sifat-sifat fisika yang cukup baik,
terutama dari segi struktur, solum, kedalaman air tanah, aerasi, dan
drainasenya (Setyamidjaja, 1993).
Reaksi tanah yang umum ditanamin karet mempunyai pH antara 3.0 – 8.0
Ph tanah dibawah 3.0 atau diatas 8.0 menyebabkan pertumbuhn tanaman
karet terhambat. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet adalah
sebagai berikut (Setyamidjaja, 1993) :
1) Solum cukup dalam, sampai 100 cm atau lebih, tidak terdapat batu-
batuan,
2) Aerasi dan drainase baik,
3) Remah, porus dan dapat menahan air,
8
4) Tekstur terdiri atas 35% liat dan 30% pasir,
5) Tidak bergambut, dan jika ada tidak lebih tebal dari 20 cm
6) Kandungan unsur hara N, P dan K cukup dan tidak kekurangan unsur
mikro,
7) pH 4,5 – 6,5
8) Kemiringan tidak lebih dari 16%
9) Permukaan ar tanah tidak kurang dari 100 cm
2.3 Produksi
Produksi dan produsen adalah dua istilah yang tak bisa dipisahkan. Produksi
bisa terwujud karena produsen menyertakan sejumlah ouput. Utuk tanaman
karet, produksi yang dihasilkan merupakan suatu rangkaian kegitan padat
karya, yaitu output yang digunakan adalah output langsung (Tim Penulis PS,
2012).
Tabel 2.3 Proyeksi Produksi Karet Kering dan Estimasi Produksi Lateks
Tahun
Estimasi Produksi Estimasi Produksi
Umur Sadap
KKK ( Ton/ha) Lateks ( ltr/ha)
( Thn)
6 1 500 2.000
7 2 1.150 4.600
8 3 1.400 5.600
9
9 4 1.600 6.400
10 5 1.750 7.000
11 6 1.850 7.400
12 7 2.200 8.800
13 8 2.300 9.200
14 9 2.350 9.400
15 10 2.300 9.200
16 11 2.150 8.600
17 12 2.100 8.400
18 13 2.000 8.000
19 14 1.900 7.600
20 15 1.800 7.200
21 16 1.650 6.600
22 17 1.550 6.200
23 18 1.450 5.800
24 19 1.400 5.600
25 20 1.350 6.400
26 21 1.200 4.800
27 22 1.000 4.600
28 23 1.150 4.000
29 24 850 3.400
30 25 800 3.200
Produksi lateks per satuan luas dalam kurun waktu tertentu dipengaruhi oleh
beberapa factor antara lain klon karet yang digunakan, kesesuaian lahan dan
agroklimatologi, pemeliharaan tanaman belum menghasilkan, sistem dan
manajemen sadap, dan lainnya (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
10
7-40%, karena tanaman terserang penyakit gugur daun secara
berkepanjangan.
Tabel 2.4 Produksi karet kering dari berbagai klon konvensional pada
berbagai lingkungan Klon
11
aplikasi stimulan yang berlaku umum telah menjadikan kebanyakan kebun
karet dalam jangka yang panjang menurun produktivitasnya, sekaligus
singkat umur ekonomisnya. Dengan demikian tanaman karet tidak
menguntungkan.Dalam agribisnis karet yang sehat, produksi pe hektar dan
produksi per penyadap secara sekaligus harus optimal. Peningkatan produksi
tanaman tanpa diiringi oleh peningatan produksi tanaman akan menimbulkan
kerugian bagi perusahaan.
Sistem sadap tanam karet adalah pengambilan lateks yang mengikuti aturan-
aturan tertentu dengan tujuan memperoleh produksi tinggi, secara ekonomis,
menguntungkan dan berkesinambungan dengan memperhatikan kesehatan
tanaman (Tim Penulis PS, 2012).
Saat ini dikenal dua sistem sadap, yaitu konvensional dan stimulasi. Sistem
sadap konvensional metupakan sistem sadap biasa tanpa perangasang
(stimulan) sedangkan sistem sadap stimulasi merupakan sistem sadap
kombinassi dengan menggunakan perangsang (Tim Penulis PS, 2012).
Jangka Bidang
Tanaman Umur Sistem Sadap
Waktu Sadap
Remaja 0-5 -
Teruna 6-7 S/2 D/3 67% 2 A
8-9 S/2 D/2 100% 3 A
Dewasa 11-15 S/2 D/2 100% 4 B
12
16-20 S/2 D/2 100% 4 A
Setengah
21-28 2 S/D D/3 133% 8 B’ + AH
Tua
Tua 29-50 2 S/D D/3 133% 4 A’ – BH
Keterangan :
13