YOGA ARMANDO
Yoga Armando
F44120026
ABSTRAK
YOGA ARMANDO. Debu Jatuh dan Total Suspended Particulate dari Tanah
Regosol pada Berbagai Kecepatan Angin, Kadar Air Tanah dan Tutupan Lahan.
Dibimbing oleh ARIEF SABDO YUWONO.
Kata Kunci: baku mutu, debu jatuh, faktor emisi, Regosol, total suspended
particulate
ABSTRACT
YOGA ARMANDO. Dustfall and Total Suspended Particulate of Land Regosol at
Various Wind Speed, Soil Moisture Content and Land Cover. Supervised by ARIEF
SABDO YUWONO.
Key words: dustfall, emission factor, quality standard, Regosol, total suspended
particulate
DEBU JATUH DAN TOTAL SUSPENDED PARTICULATE DARI
TANAH REGOSOL PADA BERBAGAI KECEPATAN ANGIN,
KADAR AIR TANAH DAN TUTUPAN LAHAN
YOGA ARMANDO
Skripsi
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT karena atas karunia, hidayah,
dan rahmat-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Debu Jatuh dan Total Suspended
Particulate dari Tanah Regosol pada Berbagai Kecepatan Angin, Kadar Air Tanah
dan Tutupan Lahan” dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian ini merupakan
sebagian penelitian payung yang sedang dilakukan oleh Dr Ir Arief Sabdo Yuwono,
MSc.
Ucapan terima kasih diucapkan kepada Dr Ir Arief Sabdo Yuwono, MSc
selaku pembimbing atas bantuannya serta waktu dan kesempatan yang telah
diluangkan dalam memberikan bimbingan, ilmu, arahan, motivasi, dan masukan
selama perkuliahan, penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian, pembuatan
makalah, hingga penyusunan skripsi. Demikian juga kepada Prof Dr Ir Asep Sapei,
MS dan Dr Satyanto Krido Saptomo, STP, MSi selaku dosen penguji atas masukan
dan arahannya untuk kelengkapan karya ilmiah ini.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Mang Handi yang telah
memberikan bantuan tenaga dan waktu selama pengambilan data di tunnel.
Kemudian kepada Ibu Ety Herwati, Dipl Kim selaku PLP lanjutan atas saran,
masukkan, kesabaran dan waktunya dalam membantu pengambilan serta analisis
data di Laboratorium Kualitas Udara Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
IPB. Ungkapan terima kasih disampaikan kepada Ibunda Nur Yuliaty dan
Ayahanda Ardemi dan seluruh keluarga atas segala doa, dukungan, serta kasih
sayang yang telah diberikan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada teman
sebimbingan atas kerja samanya selama penelitian ini berlangsung yaitu kepada
Andita, Andini, Arum, Ario, Naura dan Rika serta Angga, Haris dan Dena yang
telah membantu dalam persiapan dan proses pengambilan data serta penulisan
karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.
Yoga Armando
i
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR ii
DAFTAR LAMPIRAN ii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 3
METODE PENELITIAN 3
Waktu dan Tempat 3
Alat dan Bahan 3
Prosedur Penelitian 3
Pengukuran Bangkitan Debu Jatuh 5
Teknik Pengukuran Konsentrasi TSP 6
Regresi Multivariat 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Korelasi antara Kecepatan Angin, Kadar Air Tanah dan Tutupan Lahan 8
terhadap Bangkitan Debu Jatuh dan TSP pada Tanah Regosol
Faktor Emisi Debu Jatuh dan TSP pada Tanah Regosol dari Kota Bandar 12
Lampung
SIMPULAN DAN SARAN 13
Simpulan 13
Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 14
LAMPIRAN 17
RIWAYAT HIDUP 22
ii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 Dokumentasi penelitian 18
2 Peta Tanah Indonesia B/13/01 tahun 1975 oleh National Coordination 19
Agency for Surveys and Mapping
3 Pengaplikasian tutupan lahan 20
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
negatif terhadap kadar air tanah dan tutupan lahan. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut mengenai bangkitan debu jatuh dan TSP serta korelasi
dengan faktor bangkitan terhadap sumber yang lain. Hasil yang diperoleh
selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan faktor emisi bangkitan debu jatuh
dan Total Suspended Particulate (TSP) berdasarkan jenis tanah yang spesifik di
Indonesia.
Perumusan Masalah
Penelitian ini dilakukan untuk mengukur bangkitan debu jatuh dan TSP (Total
Suspended Particulate) dengan variasi kecepatan angin, kadar air tanah dan tutupan
lahan. Debu jatuh dan TSP yang dihasilkan oleh setiap jenis permukaan tanah
memiliki konsentrasi yang berbeda dan sering mengganggu aktivitas masyarakat
sekitar lokasi sumber. Untuk itu diperlukan analisis khusus pada lokasi yang
berpotensi memiliki kandungan debu jatuh dan TSP dengan konsentrasi tinggi
untuk mengurangi dampak negatif yang berbahaya bagi kegiatan manusia.
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
METODE PENELITIAN
Alat dan bahan yang digunakan yaitu dustfall canister [Model AS-2011-1],
High Volumetric Air Sampler (HVAS) [Staplex; TFIA-2], kipas angin (blower)
[Hercules; Ø = 24”; 220 V; 50 Hz: 170 W], digital anemometer [Lutron AM-4201],
soil moisture meter [Lutron PMS-714], terowongan (tunnel) [Dimensi P = 7.8 m; L
= 0.76 m; T = 2.5 m], neraca analitik [OHAUS; Adventurer Pro], cawan petri [Ø=80
mm], kertas filter 10µ [Whatmann #41], universal oven UNB 400, stopwatch
(pencatat waktu), air destilasi, sampel tanah [Regosol], dan Microsoft Excel 2016.
Prosedur Penelitian
lalu dihamparkan di dalam terowongan (tunnel) secara merata dengan tinggi 0.5 cm
dan dibuat tidak menggumpal untuk diukur bangkitan debu jatuh dan TSP.
Pengukuran bangkitan debu jatuh dan TSP dilakukan selama 13 hari dengan
waktu operasi kipas untuk debu jatuh selama 11 jam dan TSP selama 1 jam.
Pengukuran bangkitan debu jatuh dilakukan menggunakan dustfall canister
sedangkan partikel tersuspensi total dilakukan dengan menggunakan alat HVAS
dengan koreksi laju aliran alat sebanyak lima kali dalam satu jam yaitu pada menit
ke-1, 15, 30, 45 dan 60.
Mulai
Studi literatur
Perumusan masalah
Pengambilan data
Pengolahan dan
analisis data
Selesai
Filter dimasukkan ke
Filter dioven dan Dustfall Canister
dalam Dustfall
ditimbang (W1) dipasang di tunnel
Canister
Konsentrasi debu
jatuh (ton/
km2/bulan)
𝑄𝑠1 + 𝑄𝑠2
𝑉 =𝑇𝑥 [ ] (3)
2
Konsentrasi TSP
(µg/Nm3)
Regresi Multivariat
Analisis data dilakukan menggunakan menu analisis data yang terdapat pada
program Microsoft Excel. Data yang akan dianalisis disusun sesuai dengan
parameternya lalu dilakukan proses analisis secara bersamaan. Variabel sumbu Y
yang digunakan yaitu debu jatuh dan TSP, sedangkan variabel X yang dipilih yaitu
kecepatan angin, kadar air tanah dan tutupan lahan secara bersamaan.
Korelasi antara Kecepatan Angin, Kadar Air Tanah dan Tutupan Lahan
terhadap Bangkitan Debu Jatuh dan TSP pada Tanah Regosol
Gambar 6 Rata-rata bangkitan debu jatuh dan TSP pada tanah Regosol Bandar
Lampung
Berdasarkan hasil pengukuran, bangkitan debu jatuh dan TSP yang dihasilkan
dari tanah Regosol berkorelasi positif terhadap kecepatan angin 0.7-1.1 m/s dengan
nilai R-Sq hingga 99.09% untuk debu jatuh dan 99.94% untuk TSP. Hal ini
menunjukkan bahwa bangkitan debu jatuh dan TSP dipengaruhi oleh kecepatan
angin hingga 99.09% dan 99.94%. Korelasi antara kecepatan angin terhadap
bangkitan debu jatuh dan TSP disajikan pada Gambar 7.
Hasil analisis korelasi debu jatuh dan TSP terhadap variasi kadar air tanah
dan tutupan lahan menunjukkan korelasi yang negatif. Kadar air tanah dapat
mempengaruhi bangkitan debu jatuh hingga 99.45% sedangkan tutupan lahan
mempengaruhi bangkitan debu jatuh hingga 86.74%. Penurunan konsentrasi TSP
pada tanah Regosol Bandar Lampung dipengaruhi oleh kadar air tanah 99.09% dan
tutupan lahan 94.15%. Korelasi antara kadar air tanah dan tutupan lahan terhadap
bangkitan debu jatuh dan TSP pada tanah Regosol disajikan pada Gambar 8 dan 9.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tegen et al.
(2002), Kurosaki dan Mikami (2003), Liu et al. (2004), Giri et al. (2007),
Rohimawati et al. (2014), Yuwono et al. (2014) dan Yuwono et al. (2015) bahwa
peningkatan kecepatan angin dapat meningkatkan jumlah bangkitan debu. Selain
itu, korelasi negatif antara bangkitan debu jatuh dan kadar air tanah sesuai dengan
penelitian Liu et al. (2004), Giri et al. (2007), Rochimawati et al. (2014), Yuwono
et al. (2014) dan Yuwono et al. (2015) bahwa semakin tinggi kadar air tanah maka
bangkitan debu akan semakin kecil. Hasil ini juga berkaitan dengan pengukuran
debu jatuh yang dilakukan oleh Qian et al. (2001), Wang et al. (2003), dan Liu et
al. (2004) bahwa bangkitan debu di Cina meningkat ketika musim panas dengan
kadar air tanah yang rendah dan kecepatan angin yang tinggi, lalu turun pada musim
hujan ketika kadar air tanah meningkat dan badai jarang terjadi.
10
Gambar 7 Korelasi antara kecepatan angin terhadap bangkitan debu jatuh dan
TSP pada tanah Regosol
Deflasi tanah terjadi ketika angin memiliki kecepatan melebihi batas ambang,
namun hal ini tergantung dari pada tekstur tanah serta kondisi tutupan lahan dan
kelembaban tanah (Bagnold 1941). Tanah yang lebih lembab akan mendukung
tanah menjadi lebih kompak strukturnya sehingga memiliki ambang batas erosi
yang lebih tinggi (Ravi dan D’Odorico 2005) artinya memerlukan kecepatan angin
yang lebih besar untuk menerbangkan partikel pada tanah yang basah dibandingkan
dengan tanah yang kering. Kecepatan angin yang lebih tinggi dapat meningkatkan
penguapan sehingga pengeringan tanah terjadi lebih cepat dan menyebakan deflasi
(Gillette 1999).
Tutupan lahan berupa vegetasi secara langsung dapat menurunkan tingkat
erosi angin. Hasil penelitian Tegen et al. (2002) menunjukkan bahwa emisi debu
dari Sahara berkurang hingga 4% akibat penanaman vegetasi, selain itu penanaman
vegetasi semak padat dapat menurunkan emisi yang berasal dari Asia dan Australia.
Tutupan lahan dapat mempertahankan kelembaban tanah sehingga tanah menjadi
lebih kompak dan debu berkurang (Liu et al. 2004).
11
Gambar 8 Korelasi antara kadar air tanah terhadap bangkitan debu jatuh dan TSP
pada tanah Regosol
Bangkitan debu jatuh dan TSP yang dihasilkan oleh tanah Regosol dari
Bandar Lampung juga dipengaruhi oleh ukuran fraksi tanah atau tekstur tanah. Pada
prinsipnya sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi tanah adalah sifat-sifat tanah
yang mempengaruhi laju infiltrasi serta sifat-sifat tanah yang mempengaruhi
ketahanan struktur tanah. Sifat-sifat tersebut mencakup tekstur, struktur, bahan
organik, kedalaman tanah, sifat lapisan tanah dan tingkat kesuburan tanah (Morgan
1979; Arsyad 2000 dalam Dariah et al. 2004).
Menurut setiadi (2001), tanah Regosol merupakan jenis tanah muda tanpa
perkembangan dengan tekstur kasar dan berfraksi pasir 60% serta mempunyai
produktivitas dan kesuburan rendah. Analisis tekstur tanah untuk jenis tanah
Regosol dari Kota Bandar Lampung dengan menggunakan metode hidrometri dan
mengacu pada USDA. Dari pengujian didapatkan bahwa tanah Regosol dari Kota
Bandar Lampung memiliki kandungan pasir 51,6%, debu 28,5% dan liat 19,9%
sehingga termasuk tanah loam/lempung.
Tanah Regosol dari Kota Bandar Lampung memiliki kandungan pasir dan
debu yang lebih besar dibanding kandungan liat. Tanah Regosol dari Kota Bandar
Lampung tergolong tanah yang memiliki kapasitas infiltrasi dan permeabilitas yang
12
tinggi, serta ukuran butiran yang relatif lebih besar. Hal ini menyebabkan tanah
yang didominasi oleh pasir umumnya mempunyai tingkat erodibilitas tanah rendah.
Tanah dengan kandungan pasir halus (0.01- 50 μ) tinggi juga memiliki erodibiltas
rendah, akan tetapi jika terjadi aliran permukaan maka butir-butir halusnya akan
mudah terangkut (Dariah et al. 2004).
Gambar 9 Korelasi antara variasi tutupan lahan terhadap bangkitan debu jatuh dan
TSP pada tanah Regosol
Faktor Emisi Debu Jatuh dan TSP pada Tanah Regosol dari Kota Bandar
Lampung
Hubungan antara kecepatan angin, kadar air tanah dan tutupan lahan terhadap
debu jatuh dan TSP dapat digambarkan menggunakan persamaan regresi
multivariat dengan mengacu pada Malakootian et al. (2013). Setelah didapatkan
nilai koefisien untuk setiap variabel, selanjutnya dilakukan penyusunan faktor emisi
sesuai dengan pola umum regresi multivariat. Hasil analisis statistika menggunakan
regresi multivariat disajikan pada Tabel 2.
13
Tabel 1 Hasil analisis regresi multivariat kecepatan angin, kadar air tanah dan
tutupan lahan terhadap bangkitan debu jatuh dan TSP
Variabel Koefisien Standard Error P-value R2
Debu Jatuh
Intercept 7.88 7.43 0.32
Kecepatan angin (m/s) 21.28 8.04 0.03
0.68
Kadar Air Tanah (%) -0.73 0.27 0.03
Tutupan lahan (%) -0.33 0.10 0.01
TSP
Intercept 57.70 11.45 0.00
Kecepatan angin (m/s) 96.98 10.53 0.00
0.96
Kadar Air Tanah (%) -2.31 0.38 0.00
Tutupan lahan (%) -1.51 0.14 0.00
Faktor emisi untuk debu jatuh dan TSP dinyatakan dalam persamaan EReg.DF
dan EReg.SP. EReg.DF adalah faktor emisi debu jatuh untuk tanah Regosol
(ton/km2/bulan) sedangkan EReg.SP adalah faktor emisi partikel tersuspensi total
pada tanah Regosol (μg/Nm3).
Simpulan
Bangkitan debu jatuh rata-rata pada tanah Regosol dari Kota Bandar
Lampung melebihi baku mutu untuk daerah pemukiman tetapi tidak melebihi baku
mutu daerah industri dengan nilai 16 ton/km2/bulan. Bangkitan TSP tidak melebihi
baku mutu dengan nilai 106 μg/Nm3. Bangkitan debu jatuh dan TSP berkorelasi
positif terhadap kecepatan angin dan berkorelasi negatif terhadap kadar air tanah
dan tutupan lahan. Faktor emisi debu jatuh dari tanah Regosol Kota Bandar
Lampung yaitu EReg.DF = 21.3X1 - 0.7X2 – 0.3X3 + 7.9 dan faktor untuk TSP adalah
EReg.SP = 97.0X1 – 2.3X2 – 1.5X3 + 57.7.
14
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Adgate JL, Willis RD, Buckley TJ, Chow JC, Watson JG, Rhoads GG, Lioy PJ.
1988. Chemical mass balance source apportionment of lead in house dust.
Environmental Science Technology. 32:108–114.
Akpinar EA, Akpinar S, Oztop HF. 2009. Statistical analysis of meteorological
factors and air pollution at winter months in Elazig, Turkey. Journal of Urban
and Environmental Engineering. 3(1):7-16.
Andreae MO, Crutzen PJ. 1997. Atmospheric aerosols: biogeochemical sources and
role in atmospheric chemistry. Science. 276(5315):1052–1058.
Arsyad S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Bogor (ID): IPB Press.
Bagnold RA. 1941. The Physics of Blown Sand and Desert Dunes. London (GB):
Chapman & Hall. Hal 265.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2005. Cara Uji Partikel Tersuspensi Total
Menggunakan Peralatan High Volume Air Sampler (HVAS) dengan metode
Gravimetri. SNI 19-7119.3-2005. Jakarta (ID): BSN.
Dariah A, Subagyo H, Tafakresnanton C, Marwanto S. 2004. Kepekaan Tanah
terhadap Erosi. Bogor (ID) : Balittanah.
Feng JL, Zhu LP, Ju JT, Zhou LP, Zhen XL, Zhang W, Gao SP. 2008. Heavy
dustfall in Beijing, on April 16-17, 2006: Geochemical properties and
indications of the dust provenance. Geochemical Journal. 42:221-236.
Fergusson JE. 1992. Dust in the environment, in science of global change.
American Chemical Society. 34:117–133.
Fergusson JE, Kim N. 1991. Trace elements in street and house dusts: source and
speciation. The Science of the Total Environment. 100:125–150.
Garland JA. 1983. Some recent studies of the resuspension of deposited material
from soil and grass in precipitation and scavenging, dry deposition and
resuspension. Volume 2. Pruppacher HR, Semonin RG, Slinn WGN, editor.
Amsterdam (NL): Elsevier. Hal 1087-1097.
Gerson R, Grossman S, Amit R. 1985. A procedure for evaluation of dust potential
in desert terrains: Based on a study in the deserts of Israel and the Sinai.
Report. Jerusalem (IL): University of Jerusalem.
Gill TE. 1996. Eolian sediments generated by anthropogenic disturbance of playas:
Human impacts on the geomorphic system and geomorphic impacts on the
human system. Geomorphology. 17:207–228.doi:10.1016/0169-
555X(95)00104-D.
15
Gillette DA. 1999. A qualitative geophysical explanation for ‘‘hot spot’’ dust
emitting source regions. Contrib. Atmos. Phys. 72:67– 77.
Giri D, Krishna MV, Adhikary PR. 2007. The influence of meteorological on PM10
Concentration in Kathmandu Valley. International Journal of Environment
Residu. 2(1):49-60.
Gorham R. 2002. Air Pollution From Ground Transportation; An assessment of
Causes, Strategies and Tactics, and Proposed Actions For The International
Community. United Nations.
Ghozali I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariat dengan program SPSS. Semarang
(ID): Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hai C, Yuan C, Liu G, Li X, Zhang F, Zhang X. 2007. Research on the component
of dustfall in Hohhot in comparison with surface soil components in different
lands of inner Mongolia Plateau. Water, Air, and Solid Pollution. 190:27-34.
Harrison RM, Smith DJT, Pio CA, Castro LM. 1997. Comparative receptor
modelling study of airborne particulate pollutants in Birmingham (UK),
Coimbra (Portugal) and Lahore (Pakistan). Atmospheric Environment.
31:3309–3321.
King J, Nickling WG, Gillies JA . 2005. Representation of vegetation and other
non-erodible elements in aeolian shear stress partitioning models for
predicting transport threshold. Journal of Geophysical Research.
110.F04015.doi:10.1029/2004JF000281.
Kulshrestha UC, Reddy LAK, Satyanarayana J, Kulshrestha MJ. 2009. Real-time
wet scavenging of major chemical constituents of aerosols and role of rain
intensity in Indian region. Atmospheric Environment. 43:5123–5127.
Kurosaki Y, Mikami M. 2003. Recent frequent dust events an their relation to
surface wind in East Asia. Geophysical Researc Letters. 30(14). 1736.
doi:10.1029/2003GL017261.
Liu X, Yin ZY, Zhang X, Yang X. 2004. Analyses of the spring dust storm
frequency of northern China in relation to antecedent and concurrent wing,
precipitation, vegetation, and soil moisture condition. Journal of Geophysical
Research. 109. D16210. doi:10.1029/2004JD004615.
Macpherson T, Nickling WG, Gillies JA, Etyemezian V. 2008. Dust emissions from
undisturbed and disturbed supply limited desert surfaces. Journal of
Geophysical Research. 113.F02S04.doi:10.1029/2007JF000800.
Malakootian M, Ghiasseddin M, Akbari H, Jaafarzadeh-Haghighi Fard N. 2013.
Urban dust fall concentration and its properties in Kerman City, Iran.
Jhealthscope. 1(4):194-200. DOI: 10.17795.
Morgan RCP. 1979. Soil Erosion. New York (US): Longman.
Pye K. 1987. Aeolian Dust and Dust Deposits. London (GB): Academic. Hal 334.
Qian W, Quan L, Shi S. 2001. Variations of the dust storm in China and its Climatic
Control. Journal of Climate. 15:1216-1229.
Racki JS. 2006. Pakistan Strategic Country Environmental Assessment Vol II.
Washington (US): World Bank Report.
Ravi S, D’Odorico P. 2005. A field-scale analysis of the dependence of wind
erosion threshold velocity on air humidity. J Geophys Res Lett. 32:2-5.
Rochimawati NR, Yuwono AS, Saptomo SK. 2014. Prediction and modelling of
Total Suspended Particulate generation on Ultisol and Andisol soil. ARPN
Journal of Science and Technology. 4(6):329-333.
16
LAMPIRAN
18
Lampiran 3 Lanjutan
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Batam, Kepulauan Riau pada
tanggal 29 November 1994. Penulis merupakan anak pertama
dari 6 bersaudara dari pasangan Bapak Ardemi dan Ibu Nur
Yuliaty. Pada tahun 2000, penulis menempuh pendidikan
sekolah dasar di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Batu Aji,
Batam, dan lulus tahun 2006. Penulis melanjutkan pendidikan
sekolah menengah pertama di SMPN 11 Batam pada tahun 2006
dan lulus tahun 2009, dan setelah itu melanjutkan sekolah di
SMAN 5 Batam. Penulis lulus dari SMAN 5 Batam pada tahun
2012 dan pada tahun yang sama diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur
SNMPTN Undangan. Penulis diterima di Departemen Teknik Sipil dan
Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian.
Pada tahun 2012/2013, penulis aktif sebagai anggota klub asrama Mega
Enterpreneur ketika masih kuliah pada Tingkat Persiapan Bersama (TPB). Setelah
memasuki fakultas, penulis juga aktif mengikuti kegiatan organisasi mahasiswa.
Penulis aktif pada organisasi Dewan Perwakilan Mahasiswa Fateta (DPM-F) pada
tahun 2013/2014 dan tahun 2014/2015.
Penulis pernah mengikuti kepanitian Masa Perkenalan Fakultas (MPF) Fateta
pada tahun 2014 dan menjadi panitia Masa Perkenalan Himpunan (MPH) Himatesil
(Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan) ditahun yang sama. Di tahun
2015, penulis mengikuti kepanitiaan lokakarya organisasi kemahasiswaan kampus
dan fakultas. Penulis menjadi anggota Divisi Logistik dan Transportasi pada
lokakarya organisasi mahasiswa (Ormawa) tingkat kampus dan menjabat sebagai
ketua Divisi Logistik dan Transportasi pada kegiatan lokakarya Ormawa tingkat
fakultas. Pada tahun 2015, penulis juga menjadi panitia pada acara ICEF
(Indonesian Civil dan Environmental Festival) yang diselenggarakan oleh
Himatesil.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis juga mengikuti beberapa program
pelatihan. Pada tahun 2013, penulis mengikuti pelatihan autoCAD yang
diselenggarakan oleh pihak Himatesil. Pada tahun 2015, penulis mengikuti
pelatihan pelaksana lapangan pekerjaan bangunan irigasi yang dilaksanakan oleh
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta pelatihan softskill:
public speaking, etika dan manner, personal branding, service excellent dan teknik
wawancara yang diselenggarakan oleh Direktorat Pengembangan Karir dan
Hubungan Alumni (DPKHA) IPB. Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata
kuliah Hidrolika pada tahun 2015. Selain itu, penulis juga telah melakukan praktek
lapang (PL) di PT Adhya Tirta Batam pada tahun 2015 yang merupakan perusahaan
penyedia air bersih di Kota Batam. Penulis mengikuti kegiatan praktek lapang
dibagian Produksi, Distribusi dan Quality Control (laboratorium) selama 40 hari.