HAIKAL BURHANI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Analisis pola sebaran
dan tingkat paparan emisi gas buang cerobong terhadap kesehatan masyarakat”
adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Haikal Burhani
NIM F44150019
ABSTRAK
HAIKAL BURHANI. Analisis pola sebaran dan tingkat paparan emisi gas buang
cerobong terhadap kesehatan masyarakat. Dibimbing oleh YUDI CHADIRIN.
Gas buang dari PLTU Banten 3 Lontar dapat mencemari lingkungan dan
menimbulkan penyakit bagi masyarakat sekitar. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
permodelan sebaran emisi gas buang dan tingkat paparannya terhadap kesehatan
masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pola sebaran emisi gas
buang cerobong PLTU Banten 3 Lontar dengan metode Gaussian dan tingkat
risiko paparan terhadap masyarakat sekitar. Parameter yang dianalisis adalah SO2,
NO2, dan TSP. Analisis sebaran dihitung dengan model Gaussian berdasarkan
kecepatan angin maksimum, arah angin dominan dan curah hujan. Tingkat
paparan emisi gas buang cerobong dihitung berdasarkan nilai risk quotient (RQ).
Hasil perhitungan konsentrasi model Gaussian pada kelas stabilitas atmosfer D
memiliki konsentrasi maksimum SO2, NO2, dan TSP dengan nilai secara
berurutan 56.11 µg/m3, 38.82 µg/m3, dan 9.67 µg/m3. Musim berpengaruh pada
nilai konsentrasi emisi gas buang cerobong. Pada musim penghujan nilai
konsentrasi emisi SO2, NO2, dan TSP mengalami penurunan, sedangkan pada
musim kemarau konsentrasinya meningkat. Tingkat risiko paparan emisi gas
buang cerobong dalam kategori aman dengan nilai RQ < 1.
Kata kunci: model gaussian, risk quotient, sebaran emisi, tingkat paparan
ABSTRACT
The flue gas from PLTU Banten 3 Lontar can pollute the environment and
cause disease for the surrounding community. Therefore, it is necessary to made
model distribution of flue gas emissions and the exposure level to public health.
The objective of this study were to analyzed the distribution patterns of flue gas
emissions from the chimney of PLTU Banten 3 Lontar with Gaussian method and
the exposure level of risk to the surrounding community. The Parameters analysis
were SO2, NO2, and TSP. Distribution analysis was calculated using the Gaussian
model according to maximum wind speed, dominant wind direction, and rainfall.
The exposure level of flue gas emissions was calculated based on the risk quotient
(RQ). The result of Gaussian concentration models calculated in the athmospheric
stability class D had the maximum of concentration of SO2, NO2, and TSP with
sequential values of 56.11 µg/m3, 38.82 µg/m3, and 9.67 µg/m3. The effect of
season had impact on the concentration value of flue gas emissions. In the rainy
season the concentrations of SO2, NO2, and TSP had decreased, while in the dry
season the concentrations had increased. Risk level of flue gas emissions was
classified as safe with RQ < 1.
HAIKAL BURHANI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat, rahmat,
dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah dalam bentuk skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik. Penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei hingga
Agustus 2019 ini berjudul “Analisis Pola Sebaran dan Tingkat Paparan Emisi Gas
Buang Cerobong Terhadap Kesehatan Masyarakat”. Ucapan terima kasih
disampaikan kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam membantu
secara langsung maupun tidak langsung, khususnya kepada:
1. Dr. Yudi Chadirin, S.TP., M.Agr. selaku dosen pembimbing yang telah
mengarahkan dan membimbing selama penulisan karya ilmiah ini.
2. Dr. Eng Allen Kurniawan, S.T., M.T. dan Bapak Maulana Ibrahim Rau, S.T.,
M.Sc. selaku penguji karya ilmiah ini.
3. Orangtua yaitu Bapak Ahmad Saepuddin, M.Pd. dan Ibu Dewi Lestari, S.Pd.
serta seluruh keluarga atas do’a, dukungan, dan kasih sayang yang telah
diberikan.
4. Muhammad Zaky Zulkarnain dan Muhammad Aris Muhsin sebagai adik yang
selalu memberikan motivasi kepada kakanya selama penulisan skripsi ini.
5. Bapak Ahmad Fahmil Huda, S.Si. dan Bapak Lili Supriyono, S.T. selaku
mentor dan co-mentor yang telah membimbing serta mengarahkan selama
Program Mahasiswa Magang Bersertifikat (PMMB) dari PT. PLN di PLTU
Banten 3 Lontar.
6. Achmad Fa’iq Hafiz, Dian Kusumah, Ainul Mardiah dan Aimatuzzahro
selaku teman sebimbingan yang telah menemani selama penyelesaian karya
ilmiah ini.
7. Adi Gilang Pratama dan Khamdan Hidayat yang telah bersama-sama sebagai
keluarga kontrakan Taman Dramaga Permai 4 Blok K1 No. 16 selama 4
tahun.
8. Seluruh kerabat kerja di PLTU Banten 3 Lontar, khusunya staf divisi
lingkungan yaitu Mas Drajat, Pak Yudha, Mas Sahlan, Mas Rhino, Mas
Angger, Pak Medi, Mas Kimay, dan Pak Mahmud yang selama program
magang telah memberikan banyak ilmu serta keceriaan.
9. Teman-Teman SIL 52 yang telah memberi dukungan
Karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
sangat diperlukan untuk perbaikan penulisan selanjutnya. Semoga analisis yang
disampaikan dalam karya ilmiah ini dapat tersampaikan dengan baik dan
memberikan manfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Haikal Burhani
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Penelitian mengenai pola sebaran dan tingkat paparan emisi gas buang
cerobong terhadap kesehatan masyarakat sekitar PLTU Banten 3 Lontar belum
dievaluasi terhadap dampak emisi gas buang cerobong sehingga penelitian ini
dibuat untuk menganalisis:
1. Pola sebaran emisi gas buang SO2, NO2, dan total partikulat dari cerobong di
PLTU Banten 3 Lontar.
2. Dampak kesehatan akibat paparan emisi gas SO2, gas NO2, dan total partikulat
dari cerobong terhadap masyarakat sekitar PLTU Banten 3 Lontar.
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian ini bagi perusahaan PT. Indonesia Power
sebagai Unit Jasa Pembangkitan PLTU Banten 3 Lontar adalah:
1. Mewujudkan misi PT. Indonesia Power yaitu menyelenggarakan bisnis
pembangkitan tenaga listrik dan jasa terkait yang bersahabat dengan
lingkungan.
2. Memberikan informasi mengenai dampak yang ditimbulkan oleh cerobong
PLTU terhadap masyarakat sekitar PLTU Banten 3 Lontar.
TINJAUAN PUSTAKA
Mawar Angin
Mawar angin atau wind rose merupakan tampilan visual untuk memberikan
gambaran tentang kondisi arah dan kecepatan angin berdasarkan grafik mawar
angin, distribusi frekuensi arah, dan kecepatan angin dapat diketahui dalam
periode tertentu (Setyawan, 2015). Aplikasi software untuk pengolahan data
mawar angin adalah WRPLOT View berbasis windows. Mawar angin dapat
digunakan untuk menampilkan grafik dari kecenderungan arah pergerakan angin
pada suatu wilayah (Zukhrufiana et al, 2017). Nilai angka dalam mawar angin
menggambarkan kecepatan dan arah angin. Data terdiri dari beberapa lingkaran
dengan spasi dan jarak garis yang sama untuk mewakili setiap arah mata angin.
Panjang garis sebanding dengan frekuensi angin dan legenda pada mawar angin
menunjukkan warna khusus untuk setiap kecepatan angin. Frekuensi kondisi
tenang ditunjukkan pada titik tengah mawar angin. Garis terpanjang
mengidentifikasi arah angin dominan yang terjadi (Mirhosseini et al, 2011),
Data analisis angin diperoleh dari stasiun pengamatan Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terdekat. Data dari stasiun tersebut berupa
data kecepatan angin maksimum harian selama 10 tahun (Cendekia, 2016). Pada
umumnya, struktur mawar angin berbentuk lingkaran yang memiliki delapan atau
enam belas baris keluar untuk setiap arah angin. Panjang dari setiap baris adalah
perbandingan terjadinya angin dari arah tertentu. Mawar angin banyak
diaplikasikan pada berbagai bidang seperti penilaian dampak lingkungan,
pengukuran emisi industri, oseanografi, teknik pertanian, pengukuran kualitas
udara ambien, dan dispersi pemodelan (Varma et al, 2013).
4
Pencemaran Udara
terutama batubara untuk pembangkit tenaga listrik atau pemanasan rumah tangga
(Ruhiyat, 2009).
Pada atmosfer gas sulfur dioksida (SO2), asam sulfat dapat bereaksi dengan
air hujan sehingga menghasilkan hujan asam yang berdampak pada kerusakan
hutan, merusak gedung-gedung, dan material logam berat. Kegiatan dari industri
menimbulkan dampak gas SO2 bagi pekerja dan penduduk di sekitar industri.
Konsentrasi gas SO2 di udara akan mulai terdeteksi oleh indera manusia saat
konsentrasi berkisar antara 0.3 – 1 ppm (Sopiah, 2005). Dampak dirasakan bagi
penduduk dalam radius kurang dari 300 meter dari kawasan industri memiliki
risiko 1.37 kali mengalami penurunan kapasitas fungsi paru-paru (Daud dan
Sedionoto, 2010).
Batubara adalah mineral organik dari endapan berupa batuan organik dari
unsur karbon, hidrogen dan oksigen (Jannah, 2010). Batubara digunakan sebagai
6
𝑦
CxHy + a(O2 + 3.76 N2) xCO2 + (2 )H2O + 3.76aN2
C + O2 CO2 ......................................................................................................(1)
2H2 + O2 2 H2O ...............................................................................................(2)
S + O2 SO2 .......................................................................................................(3)
CO + ½ O2 CO2 ................................................................................................(4)
Cn Hm + (n+m/4)O2 n CO2 + m/2 H2O ............................................................(5)
H2S + 3/2 O2 SO2 + H2O .................................................................................(6)
Keterangan:
H = Unsur hidrogen dari udara
O = Unsur oksigen dari udara
C = Unsur karbon dari batubara
S = Unsur sulfur dari batubara
akibat emisi sumber titik didasarkan pada pertimbangan salah satunya adalah
model asap Gaussian hanya membutuhkan data meteorologi yaitu arah dan
kecepatan angin di cerobong. Penyebab emisi pembangkit listrik yang
berkapasitas besar dengan ketinggian cerobong gas buang 70 – 200 m
dikategorikan sebagai emisi sumber titik, sedangkan cerobong gas buang dengan
ketinggian di bawah 42 m dikategorikan sebagai emisi sumber luasan. Pendekatan
untuk sumber titik menggunakan modifikasi fungsi Gaussian dengan 3 parameter
yaitu sumber emisi, meteorologi, dan topografi (Faridha, 2004).
Menurut Puspitasari (2011), model Gaussian menggunakan beberapa asumsi
yaitu sumber emisi menghasilkan material secara kontinu, karakteristik arah angin
adalah homogen secara vertikal atau horizontal dan kecepatan rata-rata tidak
berubah, transformasi kimia dan fisika di atmosfer tidak diperhitungkan, semua
variabel konstan, permukaan datar serta sumbu x sejajar dengan arah persebaran
angin. Sampai saat ini, model Gaussian tetap dianggap paling tepat untuk
melukiskan secara matematis pola tiga dimensi dari perjalanan semburan (plume)
emisi. Keluar dari sumber, emisi gas buang di udara ambien bergerak sebagai
semburan mengikuti arah angin, menyebar ke arah samping dan vertikal.
Konsentrasi emisi gas buang di udara ambien lebih tinggi di garis tengah
semburan dan rendah di daerah – daerah tepi semburan. Semakin ke tepi,
konsentrasi emisi gas buang di udara ambien semakin rendah.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian mengenai analisis pola sebaran dan tingkat paparan emisi gas
buang cerobong terhadap kesehatan masyarakat sekitar PLTU Banten 3 Lontar
dilaksanakan pada bulan Mei – Agustus 2019. Penelitian ini berlokasi di PLTU
Banten 3 Lontar dan desa sekitar tempat pengukuran kualitas udara ambien
dengan radius 5 km dari cerobong. Tiga desa sebagai lokasi pengukuran kualitas
8
udara ambien, yaitu Desa Lontar, Desa Karang Anyar dan Desa Klebet,
Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten (Gambar 2).
Pemilihan desa dilakukan sebagai lokasi untuk pengambilan data primer terkait
tingkat paparan emisi gas buang cerobong terhadap kesehatan masyarakat sekitar
PLTU Banten 3 Lontar.
Prosedur Pelaksanaan
Mulai
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Pengolahan data
Selesai
σy = a × Xb ...........................................................................................................(4)
σz = c × Xd + f ....................................................................................................(5)
Keterangan:
σy = Koefisien dispersi horizontal (m)
σz = Koefisien dispersi vertikal (m)
a, b, c, d, f = Konstanta dari Tabel 2
Pada perhitungan konsentrasi emisi gas buang cerobong dengan model
Gaussian, variabel nilai tinggi semburan cerobong atau plume rise/kepulan (dH)
dan nilai tinggi efektif cerobong (He) dapat dihitung dengan Persamaan (6) dan
(7).
1⁄
V 4 Ts−Ta
dH = D (Us ) [1 + ]..................................................................................(6)
z Ts
He = H + dH.........................................................................................................(7)
Keterangan:
dH = Tinggi semburan atau plume rise/kepulan (m)
Vs = Kecepatan gas keluar cerobong (m/detik)
D = Diameter cerobong (m)
Uz = Kecepatan angin pada ketinggian cerobong (m/s)
Ts = Suhu gas buang cerobong (°K)
Ta = Suhu udara (°K)
He = Tinggi cerobong efektif (m)
H = Tinggi cerobong fisik/aktual (m)
Setelah seluruh variabel dari perhitungan diketahui, perhitungan konsentrasi
teoretis dapat ditentukan dengan persamaan model Gaussian pada Persamaan (8)
(KLH, 2007; Supriyadi, 2009). Hasil perhitungan nilai konsentrasi pencemar
ditampilkan dalam bentuk peta model sebaran emisi gas buang cerobong dan peta
wilayah terdampak pencemaran udara di sekitar PLTU Banten 3 Lontar.
Q y2 (z−He)2 (z+He )2
C(x,y,z) = exp [− 2σ 2 ] × {exp [− 2
] + exp [− ]}……..(8)
2π Uz σZ σy y 2σz 2σz 2
Keterangan:
C = Konsentrasi pencemar (µg/Nm3)
Q = Laju emisi pencemar (µg/dtk)
Uz = Kecepatan angin rata-rata di atas cerobong (m/detik)
x = Jarak titik pada sumbu x (m)
y = Jarak titik pada sumbu y (m)
z = Jarak titik pada sumbu z (m)
13
C x R x te x fe x Dt
I= ...............................................................................................(10)
Wb x tavg
I
RQ = RfC ............................................................................................................(11)
I = Intake (asupan), jumlah risk agent yang diterima individu per satuan
berat badan setiap hari (mg/kg/hari)
Dt = Durasi paparan, real time atau 30 tahun proyeksi
RQ = Risk quotient/tingkat risiko paparan
Data arah angin dominan, kecepatan angin maksimum, dan curah hujan
maksimum selama 10 tahun didapatkan dari Stasiun Meteorologi Kelas I
Soekarno-Hatta. Mawar angin dibedakan menjadi tigas jenis, yaitu mawar angin
selama 10 tahun, mawar angin musim penghujan, dan mawar angin musim
kemarau. Perbedaan mawar angin digunakan untuk menunjukkan perbedaan pola
sebaran dan besarnya nilai konsetrasi emisi gas buang cerobong dari PLTU
Banten 3 Lontar.
Pada Gambar 4, mawar angin tahun 2009 – 2018 ditandai dengan arah angin
dominan selama 10 tahun ke arah Timur, Barat Daya dan Selatan. Kecepatan
angin maksimum adalah 30 – 40 m/detik (warna hijau), sedangkan kecepatan
angin dominan sebesar 10 – 30 m/detik (warna oranye dan kuning). Kecepatan
angin rata-rata selama tahun 2009 – 2018 sebesar 8.47 m/detik.
17
(musim penghujan)
(musim kemarau)
Gambar 5 Mawar angin pada musim penghujan dan kemarau
rata-rata pada musim penghujan sebesar 8.66 m/detik. Pada musim kemarau
(Gambar 5), arah angin dominan mengarah ke arah Barat Daya dengan kecepatan
maksimum sebesar 30 – 40 m/detik (warna hijau). Kecepatan angin dominan pada
musim kemarau adalah 10 – 20 m/detik (warna oranye) dan 20 – 30 m/detik
(warna kuning). Kecepatan angin rata-rata pada musim kemarau sebesar 8.24
m/detik. Dengan demikian, berdasarkan hasil penentuan mawar angin (Gambar 4
dan Gambar 5), pola analisis sebaran emisi gas buang cerobong dibuat mengarah
ke arah Barat Daya dan Selatan. Hal ini disebabkan bagian selatan dari PLTU
Banten 3 Lontar berbatasan langsung dengan tambak serta rumah penduduk.
skenario pertama. Fenomena buoyancy flux terjadi pada jarak 500 m untuk setiap
parameter pada cerobong. Cerobong 1 memiliki nilai konsentrasi emisi gas buang
SO2 di udara ambien sebesar 23.02 µg/m3 (Tabel 7). Nilai tersebut lebih besar
dibandingkan skenario pertama sebesar 22.95 µg/m 3 (Tabel 6). Konsentrasi NO2
di udara ambien sebesar 12.25 µg/m3 (Tabel 7) lebih besar dari skenario pertama
sebesar 12.21 µg/m3 (Tabel 6). Selain itu, konsentrasi TSP di udara ambien pada
skenario kedua sebesar 3.30 µg/m3 lebih besar dibandingkan skenario pertama
sebesar 3.28 µg/m3.
Skenario kedua (Tabel 7) memiliki konsentrasi SO2 pada jarak 500 – 5000
m (nilai x) secara berurutan mengalami penurunan konsentrasi dari 23.02 µg/m3 –
0.88 µg/m3 (Cerobong 1), 14.67 µg/m3 – 0.56 µg/m3 (Cerobong 2), dan 18.61
µg/m3 – 0.71 µg/m3 (Cerobong 3). Konsentrasi NO2 pada jarak 500 – 5000 m
(nilai x) secara berturut-turut juga mengalami penurunan konsentrasi dari 12.25
µg/m3 – 0.47 µg/m3 (Cerobong 1), 11.10 – 0.43 µg/m3 (Cerobong 2), dan 15.60
µg/m3 – 0.60 µg/m3 (Cerobong 3). Kondisi serupa dijumpai pada konsentrasi TSP.
Konsentrasi emisi gas buang tersebut mengalami penurunan konsentrasi pada
20
Selengkapnya skenario pertama (Tabel 6), skenario kedua (Tabel 7), dan
skenario ketiga (Tabel 8) tentang model konsentrasi emisi gas buang di udara
ambien, terdapat dalam Lampiran 3, 4, dan 5. Lampiran tersebut menjelaskan
perhitungan konsentrasi emisi gas buang di udara ambien dengan metode
Gaussian memiliki beberapa variabel yaitu koefisien dispersi horinzontal (σy),
koefisien dispersi vertikal (σx), laju emisi pencemar (Q), konstantan phi (π) yaitu
3.14, kecepatan angin pada ketinggian cerobong (Uz), jarak titik koordinat pada
sumbu y (y), sumbu x (x), sumbu z (z), dan tinggi cerobong efektif (He).
22
dan 20 secara berurutan menyajikan pola sebaran emisi gas buang TSP PLTU
Banten 3 Lontar pada tahun 2018, pada musim penghujan, dan musim kemarau.
Konsentrasi pencemar emisi gas buang cerobong TSP dibagi berdasarkan empat
warna menandakan tingkat konsentrasi, yaitu cokelat muda, cokelat, cokelat tua,
dan cokelat pekat. Konsentrasi warna cokelat muda berada pada nilai 0 – 2 µg/m3,
warna cokelat memiliki nilai konsentrasi 2 – 4 µg/m3, cokelat tua memiliki
konsentrasi 4 – 6 µg/m3, dan cokelat pekat memiliki rentang konsentrasi yang
bergantung pada nilai maksimal konsentrasi TSP. Konsentrasi pada warna cokelat
pekat secara berurutan yaitu 6 – 9.67 µg/m3 (tahun 2018), 6 – 9.46 µg/m3 (musim
penghujan), dan 6 – 9.94 µg/m3 (musim kemarau).
Berdasarkan hasil analisis pola sebaran emisi gas buang cerobong PLTU
Banten 3 Lontar, arah angin dominan mengarah pada arah Barat Daya dan Selatan
sehingga memberikan dampak untuk Desa Lontar, Desa Karang Anyar, dan desa
Klebet. Desa terdampak merupakan desa lokasi pengukuran kualitas udara ambien
di sekitar PLTU Banten 3 Lontar. Pada analisis tingkat risiko paparan digunakan
hasil pengukuran kualitas udara ambien sebagai konsentrasi dari pengukuran
secara langsung. Menurut Rasyidi et al (2015), udara ambien cenderung tidak
stabil. Perubahan dapat disebabkan oleh emisi gas buang atau kondisi meteorologi
sehingga terjadi reaksi kimia di udara ambien. Reaksi kimia menyebabkan
trasnformasi emisi gas buang di udara ambien. Model dispersi Gaussian tidak
mempertimbangkan terjadinya transformasi kimia terhadap emisi gas buang di
udara ambien.
Pada Tabel 10, konsentrasi emisi gas buang di udara ambien telah
memenuhi standar baku mutu kualitas udara ambien dalam Peraturan Pemerintah
(PP) No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Nilai
Bakumutu SO2, NO2 dan TSP yang di izinkan sesuai waktu pengukuran secara
berurutan yaitu 900 µg/Nm3, 400 µg/Nm3, dan 230 µg/Nm3.
(Lampiran 22, 23, dan 24), maka jumlah keseluruhan responden sebanyak 75
orang secara acak.
Hasil perhitungan tingkat risiko paparan emisi gas buang cerobong akan
memberikan dampak risiko jika nilai RQ > 1 sehingga membutuhkan
pengendalian terhadap risiko kesehatan. Jika nilai RQ < 1, konsentrasi emisi tidak
memberikan dampak risiko dan kondisi emisi gas buang cerobong harus
dipertahankan (Sukadi, 2014). Menurut Solichin (2016), terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi tingkat risiko paparan, yaitu konsentrasi zat pencemar di
lingkungan, karakteristik antropometri (laju inhalasi dan berat badan), pola
aktivitas (waktu paparan, frekuensi paparan, durasi paparan, periode waktu rata-
rata harian), dan konsentrasi rujukan (RfC).
Simpulan
Berdasarkan penelitan:
1. Pola sebaran emisi gas buang cerobong PLTU Banten 3 Lontar tersebar
sesuai dengan arah angin dominan ke arah Barat Daya dan Selatan menuju
Desa Lontar, Desa Karang Anyar, dan Desa Klebet. Nilai konsentrasi
tertinggi persebaran emisi gas buang cerobong terjadi pada saat musim
kemarau. Nilai konsentrasi persebaran tertinggi pada jarak 500 m dari
27
cerobong. Nilai konsentrasi tertinggi untuk emisi gas buang SO2, NO2, dan
TSP secara berurutan yaitu 57.65 µg/m3, 39.88 µg/m3, dan 9.94 µg/m3.
2. Tingkat risiko paparan emisi gas buang cerobong terhadap masyarakat sekitar
tergolong dalam tingkat yang aman dengan nilai RQ < 1.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Data yang digunakan untuk perhitungan konsentrasi emisi gas buang cerobong
PLTU Banten 3 Lontar unit 3 secara teoritis, antara lain:
Keterangan :
q = Laju alir emisi volumetrik (µg/detik)
Vs = Laju alir dalam cerobong (m3/detik)
A = Luas penampang cerobong (m2)
E = Laju emisi gas buang (kg/jam)
C = Konsentrasi terukur rata-rata (mg/Nm3)
q = Laju alir volumetrik (µg/detik)
0.0036 = Faktor konversi dari mg/detik ke kg/jam
Op Hours = Jam operasional pembangkit selama 1 (satu) tahun
Lampiran 1 Lanjutan
Data yang digunakan untuk perhitungan sebaran emisi gas buang cerobong unit 3
PLTU Banten 3 Lontar, antara lain:
H p
a. Kecepatan angin pada ketinggian cerobong (Uz) = Ud x (H z )
d
1⁄
Vs 4 T s − Ta
b. Tinggi semburan/kepulan (dH) = D x (U ) x [1 + ]
z Ts
c. Tinggi cerobong efektif (He ) = H + dH
Keterangan :
Uz = Kecepatan angin pada ketinggian cerobong (m/detik)
Ud = Kecepatan angin rata-rata (m/dtk)
Hz = Tinggi cerobong (m)
Hd = Tinggi pengukuran angin diatas permukaan tanah (m)
p = Nilai eksponen dari profil angin pada topologi permukaan datar dan
tidak rata.
dH = Tinggi semburan atau plume rise/kepulan (m)
Vs = Kecepatan gas keluar cerobong (m/detik)
D = Diameter cerobong (m)
Uz = Kecepatan angin pada ketinggian cerobong (m/s)
Ts = Suhu gas buang cerobong (°K)
Ta = Suhu udara (°K)
He = Tinggi cerobong efektif (m)
H = Tinggi cerobong fisik/ aktual (m)
32
Lampiran 1 Lanjutan
Tanggal Penelitian :
No Responden :
I. Data responden
a. Nama Responden :
d. Pendidikan Responden :
e. Pekerjaan :
f. Berat Badan : kg
Jawab : tahun
2. Berapa lama dalam satu hari anda berada di tempat ini? (t)
Jawab : jam
3. Berapa hari dalam satu minggu anda berada di tempat ini? (f)
Jawab : hari
53
Lampiran 21 Lanjutan
Jawab:
Berapa lama ; jam/hari
Jawab:
Berapa lama: jam/hari
a. Terus menerus
b. Hilang –kambuh
a. Pengobatan sendiri
b. Berobat ke puskesmas
c. Berobat ke klinik
54
RIWAYAT HIDUP