Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Model Mitigasi Emisi
CO2 di Kabupaten Bekasi Berdasarkan Pendekatan Dinamika Sistem adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2017
Kata kunci: emisi CO2, Kabupaten Bekasi, mitigasi, pendekatan dinamika sistem.
ABSTRACT
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2016 ini ialah emisi
karbondioksida, dengan judul skripsi Model Mitigasi Emisi CO2 di Kabupaten
Bekasi Berdasarkan Pendekatan Dinamika Sistem.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir. Herry Purnomo, M.
Comp selaku pembimbing yang telah membimbing dan memberi saran kepada
penulis dari awal sampai akhir penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu selama pengumpulan data dan
penyusunan skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah
Muhidin dan ibu Uminih, Maulana Ma’arief, Husen Alfaridzi serta seluruh keluarga
atas segala doa dan kasih sayangnya. Penulis juga mengucapkan terimakasih
kepada keluarga besar Departemen Manajemen Hutan, Fahutan 49, Manajemen
Hutan 49, serta semua sahabat yang telah memberikan semangat, motivasi, doa dan
dukungannya selama ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
METODE 3
Waktu dan Lokasi Penelitian 3
Alat dan Bahan 3
Prosedur Analisis Data 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Identifikasi isu, tujuan, dan batasan 6
Konseptualisasi Model 6
Spesifikasi Model 7
Evaluasi Model 16
Penggunaan Model 18
SIMPULAN DAN SARAN 26
Simpulan 26
Saran 26
DAFTAR PUSTAKA 26
LAMPIRAN 29
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1. Persamaan Model 29
2. Matriks perubahan tutupan lahan tahun 2003-2009 (dalam ha) 34
3. Matriks perubahan tutupan lahan tahun 2009-2014 34
4. Hasil simulasi model awal emisi CO2 35
5. Hasil simulasi skenario 1 sampai 4 36
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perubahan iklim akibat pemanasan global telah berlangsung saat ini dan
dampaknya menjadi ancaman yang nyata bagi dunia terutama keberlangsungan
makhluk hidup. Pemanasan global merupakan peningkatan suhu rata-rata atmosfer,
laut, dan daratan di bumi. Salah satu pemicu terjadinya pemanasan global adalah
peningkatan gas rumah kaca (GRK) berupa karbon dioksida (CO2), metana (CH4),
dan nitrogen dioksida (NO2). Gas CO2 berpengaruh besar pada efek gas rumah kaca,
konsentrasinya sebesar 35% dari total GRK yang ada. Sumber peningkatan gas CO2
dapat berasal dari pembakaran bahan bakar fosil yang sering digunakan pada sektor
transportasi, industri, dan listrik. Hasil perhitungan emisi Indonesia menurut
Kementerian Lingkungan Hidup menjelaskan tingkat emisi gas rumah kaca di
Indonesia pada tahun 2000 sebesar 1.72 Gt CO2eq dan akan meningkat menjadi
2.95 Gt CO2eq pada tahun 2020.
Bukti-bukti baru yang kuat mengatakan bahwa mayoritas pemanasan bumi
yang diobservasi selama 50 tahun terakhir disebabkan oleh aktivitas manusia (IPCC
2007). Bekasi sebagai wilayah yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta
berpotensi sebagai kawasan pengimbang Ibukota Jakarta, namun dengan ini juga
menjadikan Bekasi sebagai wilayah tujuan perpindahan penduduk dari kota. Luas
wilayah Kabupaten Bekasi yaitu 127 388 ha dengan jumlah penduduk terhitung 3
002 112 jiwa pada tahun 2013 (BPS 2014). Laju pertumbuhan penduduk akan
memengaruhi peningkatan aktivitas dan kebutuhan penduduk. Hal ini dapat
memicu laju peningkatan emisi CO2 di Kabupaten Bekasi, sehingga perlu adanya
upaya mitigasi emisi CO2.
Upaya mitigasi sendiri bertujuan untuk meningkatkan kapasitas serapan
karbon dan pengurangan emisi CO2 ke atmosfer yang berpotensi menipiskan ozon
dan berdampak pada kualitas udara bersih. Perencanaan mitigasi emisi CO2 dapat
dilakukan dengan pendekatan dinamika sistem. Pendekatan dinamika sistem
merupakan metoda atau teknik analisis yang dapat menggambarkan hubungan
saling keterkaitan diantara komponen-komponen dan melihat dinamika yang terjadi
sebagai dampak dari adanya hubungan saling keterkaitan diantara masing-masing
komponen yang ada.
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
METODE
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kalkulator,
seperangkat komputer/laptop serta perangkat lunak (Software) berupa program-
program komputer dalam mengolah data yaitu Stella 9.0.2, Vensim ple x32, Arc
map 10.1, Microsoft Office Word dan Microsoft Office Excel.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Data perubahan tutupan lahan Kabupaten Bekasi yang bersumber dari Badan
Planologi Kementerian Kehutanan
2. Data jumlah penduduk Kabupaten bekasi yang bersumber dari Badan Pusat
Statistik (BPS)
3. Data jumlah kendaraan darat yang bersumber dari Satuan Administrasi
Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Kabupaten Bekasi
4
4. Data pemakaian energi listrik yang bersumber dari PT PLN APJ Bekasi
5. Data jumlah ternak dan unggas yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS)
6. Hasil penelitian – penelitian sebelumnya yang dapat dijadikan acuan sebagai
berikut :
a. Cadangan karbon setiap jenis tutupan lahan
b. Konsumsi energi setiap jenis kendaraan
c. Nilai kalor bahan bakar
d. Faktor emisi CO2 bahan bakar
e. Faktor emisi CO2 pemakaian listrik
f. Faktor emisi CH4 fermentasi enterik dan manajamen kotoran setiap jenis
ternak
g. Faktor emisi CO2 sampah dan respirasi manusia
Isu utama yang menjadi dasar penelitian ini adalah besaran konsentrasi gas
rumah kaca (GRK) berupa karbondioksida (CO2) di Kabupaten Bekasi. Pemodelan
yang dibuat bertujuan untuk membangun sebuah model dinamika sistem mengenai
jumlah emisi CO2 dan kemampuan penyerapan CO2 di Kabupaten bekasi serta
mitigasi yang efisien dalam pengurangan emisi CO2 di Kabupaten Bekasi.
Batasan dari model yang dibangun adalah jumlah gas CO2 yang dihitung
mencakup wilayah Kabupaten Bekasi. Basic time unit yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tahun. Rentang waktu untuk simulasi selama 20 tahun kedepan
terhitung dari tahun 2014 hingga 2034. Sumber emisi CO2 yang dihitung berasal
dari transportasi, peternakan, sampah rumah tangga, respirasi manusia dan energi
listrik. Sumber serapan CO2 berdasarkan cadangan karbon tiap tutupan lahan di
Kabupaten Bekasi. Pada sektor energi listrik yang termasuk dalam perhitungan
emisi CO2 hanya berasal dari kegiatan penggunaan listrik sehingga kegiatan
penyediaan energi listrik tidak diperhitungkan. Emisi CO2 dari kendaraan tidak
membedakan kendaraan produksi baru dan lama.
Konseptualisasi Model
Model simulasi yang dibangun terdiri dari satu model utama yaitu model
penyerapan emisi CO2 Kabupaten Bekasi dan lima submodel yaitu submodel
serapan CO2, submodel emisi transportasi, submodel emisi listrik, submodel emisi
peternakan, dan submodel emisi manusia. Setiap model memiliki komponen
masing-masing yang dapat mempengaruhi modelnya. Berdasarkan Gambar 2, emisi
sampah, respirasi manusia, pemakaian listrik, kendaraan dan peternakan bersifat
meningkatkan emisi CO2 sedangkan serapan CO2 bersifat mengurangi emisi CO2.
7
Jumlah penduduk
+ - Pengolahan+ limbah
sampah
Spesifikasi Model
Tabel 1 Luas area dan daya serap tutupan lahan di Kabupaten Bekasi
Luas area (ha)1 Laju
Cadangan
perubahan
No Jenis tutupan lahan karbon (ton
Tahun Tahun Tahun luasan (%
C/ha/tahun)2
2003 2009 2014 per tahun)
1 Awan 8 0 0 -9.1 0
2 Perkebunan 465 460 0 -9.1 63
3 Permukiman 17 278 18 769 27 777 5.5 1
4 Pertanian lahan kering 12 469 12 020 10 715 -1.3 8
5 Sawah 86 812 85 545 78 255 -1 5
6 Semak/Belukar 37 0 0 -9 15
7 Tambak 9 103 9 399 9 511 0.4 0
8 Tanah terbuka 105 87 20 -7.4 0
9 Tubuh air 861 861 861 0 0
Total 127 140 127 140 127 140
Sumber : 1Badan Planologi Kementerian Kehutanan; 2Santosa 2012 dalam Wibowo 2013
Berdasarkan matriks dan Gambar 3 dapat diketahui pada periode tahun 2003
sampai 2009 jenis tutupan lahan yang paling banyak mengalami penurunan adalah
jenis tutupan lahan sawah dan pertanian lahan kering sebesar 1 276 ha dan 450 ha.
9
Jenis tutupan lahan semak, tanah terbuka, dan perkebunan mengalami penurunan
sebesar 37 ha, 18 ha, dan 5 ha. Sedangkan jenis tutupan lahan permukiman dan
tambak mengalami peningkatan sebesar 1 491 ha dan 295 ha. Jenis tutupan lahan
sawah, pertanian lahan kering dan semak paling banyak berubah menjadi
permukiman. Selain itu, lahan sawah juga berubah menjadi pertanian lahan kering
dan tambak sebesar 181 ha dan 295 ha. Pertanian lahan kering selain berubah
menjadi permukiman juga berubah menjadi sawah. Tanah terbuka berubah menjadi
sawah sebesar 18 ha. Perubahan jenis tutupan lahan paling banyak terjadi pada
lahan sawah menjadi permukiman yaitu 962 ha dan yang paling sedikit terjadi pada
lahan perkebunan menjadi sawah sebesar 5 ha.
Pada periode tahun 2009 sampai 2014 jenis tutupan lahan yang paling banyak
mengalami penurunan adalah jenis tutupan lahan sawah dan pertanian lahan kering
sebesar 7 289 ha dan 1 304 ha. Jenis tutupan perkebunan dan tanah terbuka
mengalami penurunan sebesar 460 ha dan 67 ha. Sedangkan jenis tutupan lahan
permukiman dan tambak mengalami peningkatan sebesar 9 008 ha dan 113 ha .
Pola perubahan lahan sama dengan perubahan pada periode 2003 sampai 2009
namun dengan jumlah perubahan yang lebih besar. Pada periode ini lahan
perkebunan juga berubah menjadi pertanian lahan kering sebesar 422 ha dan tanah
terbuka berubah menjadi permukiman sebesar 67 ha. Perubahan tutupan lahan
paling banyak terjadi pada sawah menjadi permkiman sebesar 7 179 ha dan yang
paling sedikit terjadi pada pertanian lahan kering menjadi tambak sebesar 29 ha.
Pada submodel ini laju perubahan masing – masing jenis tutupan lahan
mempengaruhi luasan setiap tutupan lahan tersebut sehingga dapat berpengaruh
terhadap serapan CO2 yang dihasilkan dan perhitungan persentase laju perubahan
tutupan lahan tidak mengubah luas total area Kabupaten Bekasi. Jenis tutupan lahan
yang termasuk dalam submodel adalah permukiman, pertanian lahan kering, sawah,
tanah terbuka, tambak, dan tubuh air sedangkan semak dan perkebunan tidak
termasuk pada model karena pada tahun 2014 kedua jenis tutupan lahan tersebut
tidak memiliki luasan. Konsep submodel serapan CO2 dapat dilihat pada Gambar 4.
Permukiman Sawah
laju swh
out pmk 1
laju out swh 3
permukiman Serapan CO2
out plk1
cadangan karbon cadangan karbon
out plk 2 permukiman pertanian lahan
out plk 3 kering
cadangan karbon
sawah
Pertanian lahan kering
out pmk 2
Tubuh air
laju plk
Emisi Transportasi
Mobil penumpang
f aktor emisi Jml Truck
gasoline
emisi mobil
penumpang
truck
faktor emisi solar
Jmlh penduduk konsumsi bb Laju kendaraan
sepeda motor
emisi truck
konsumsi bb truck
nilai kalor gasoline
emisi kendaraan
sepeda motor
f aktor emisi solar
faktor emisi
emisi alat berat konsumsi bb Jml alat berat
gasoline
alat berat
Jml bus
emisi bus
faktor emisi solar alat berat
0.000586 ton CO2/KWH. Konsep submodel emisi listrik dapat dilihat pada Gambar
8.
Tabel 3 Jenis pelanggan dan jumlah pemakaian listrik tahun 2014
Sosial Lainlain
Up sosial Up lainlain
Pemerintah
Rumah tangga
Up pemerintah
Up rumah tangga
Laju pemakaian
Industri
Bisnis
Up industri
Up bisnis
Emisi listrik
FE
Tabel 4. Populasi ternak tahun 2014 dan faktor emisi fermentasi enterik dan
manajemen kotoran
Faktor
Populasi Laju emisi Faktor emisi
ternak dan rata-rata metana metana
Jenis ternak
No unggas populasi fermentasi manajemen
dan unggas
2014 (% per enterik (kg kotoran (kg
(Ekor)1 tahun) CH4/ekor/t CH4/ekor/tahun)2
ahun)2
1 Sapi potong 22 354 5.03 44 2
2 Sapi perah 62 8.00 56 27
3 Kerbau 836 (-22.03) 55 3
4 Kuda 66 (-2.55) 18 2.2
5 Kambing 133 038 5.06 5 0.22
6 Domba 259 058 4.33 5 0.21
7 Babi 202 49.94 1 7
8 Unggas 4 116 438 0.36 - 0.023
Sumber : 1BPS (2015); 2Qurimanasari E (2011)
Konsep submodel peternakan dapat dilihat pada Gambar 10. Berdasarkan
Gambar 11 emisi yang dihasilkan dari sektor peternakan pada awal tahun simulasi
sebesar 90 263 ton CO2eq dan meningkat hingga tahun terakhir simulasi sebesar
370 053 ton CO2eq.
14
Emisi Peternakan
Kerbau
FE PK sapi potong
Laju kerbau
Kuda
Sapi potong
FE F kuda Laju kuda
Out kerbau
Emisi PK sapi potong FE F kerbau
Emisi F domba
FE PK sapi perah
FE F sapi perah
Unggas
Emisi PK unggas
FE F kambing
Emisi PK babi
Up unggas
Kambing Emisi F babi
Emisi F kambing
FE PK babi FE PK unggas
Babi Laju unggas
Up kambing FE F babi
Emisi PK kambing
FE PK up babi
Laju kambing kambing
Laju babi
Emisi Manusia
Faktor emisi
Faktor emisi Emisi CO2 sampah
respirasi manusia
Emisi sampah
Emisi respirasi
Jmlh penduduk
Jumlah sampah
Pertumbuhan
penduduk
Laju pertumbuhan
penduduk
variable sedangkan variabel emisi setiap sektor dan variabel serapan CO2 disebut
driving variable karena mempengaruhi variabel Besaran CO2 Kab Bekasi tetapi
tidak berlaku sebaliknya. Konsep model ini dapat dilihat pada Gambar 14.
Emisi listrik
emisi kendaraan Serapan CO2
CO2
Emisi CO2
Kab Bekasi
Emisi CO2
penduduk
Emisi peternakan
Evaluasi Model
jumlah sampah yang dihasilkan tiap tahunnya dan emisi yang berasal dari sampah
juga akan meningkat. Hal ini sesuai dengan konseptual yang telah direncanakan
maka model dapat dikatakan logis.
Tabel 6 Hubungan antara jumlah penduduk, jumlah sampah, dan emisi sampah
Jumlah Jumlah Emisi
Tahun
penduduk (jiwa) sampah (ton) Sampah (ton CO2)
2014 3 122 698 668 257 1 710 739
2015 3 260 097 697 661 1 786 011
2016 3 403 541 728 405 1 864 596
2017 3 553 297 760 405 1 946 638
2018 3 709 642 793 863 2 032 290
Sumber: Hasil simulasi
Tabel 7 Perbandingan hasil simulasi emisi respirasi Kabupaten Bekasi dengan Kota
Medan
Jumlah penduduk (jiwa) Emisi respirasi (ton CO2)
Tahun a b
Kab Bekasi Kota Medan Kab Bekasia Kota Medanb
2020 4 043 272 294 355 1 475 794 102 111
2030 6 219 249 324 829 2 270 026 112 682
Sumber : aHasil simulasi; bGratimah 2009
Hasil perbandingan simulasi pada emisi kendaraan dapat dilihat pada Tabel
8. Berdasarkan Tabel 8 emisi yang dihasilkan dari penggunaan bahan bakar pada
Kabupaten Bekasi lebih besar daripada Kota Medan karena jumlah konsumsi bahan
bakar di Kabupaten Bekasi lebih besar dari Kota Medan. Perbandingan konsumsi
bahan bakar dan emisinya pada Kabupaten Bekasi dengan Kota Medan sekitar 1 :
6. Pada tahun proyeksi 2020 konsumsi bahan bakar untuk sektor kendaraan di
Kabupaten Bekasi sebesar 1.5 triliun liter dengan emisi sebesar 3.9 juta ton CO2
sedangkan pada Kota Medan jumlah konsumsi bahan bakar sebesar 267 juta liter
dengan emisi bahan bakar sebesar 659 ribu ton CO2.
18
Penggunaan Model
Kondisi awal atau business as usual (BAU) emisi CO2 Kabupaten Bekasi
Pada kondisi awal atau business as usual (BAU) serapan CO2 yang dihasilkan
dari tutupan lahan di Kabupaten Bekasi sebesar 1 852 513 ton CO2eq pada tahun
2014 dan menurun hingga 1 604 377 ton CO2eq pada tahun 2034. Emisi total
Kabupaten Bekasi sebesar 10 182 441 ton CO2 pada tahun 2014 dan meningkat
sebesar 20 748 173 ton CO2 pada tahun 2034 sehingga kemampuan serapan CO2
di Kabupaten Bekasi hanya dapat mengurangi emisi sekitar 18 % pada tahun 2014
19
dan menurun menjadi 8 % pada tahun 2034. Hasil perbandingan antara besarnya
emisi CO2 dengan serapan CO2 Kabupaten Bekasi dapat dilihat pada Gambar 16.
efisien sampai dengan 10% dibanding dengan bahan bakar gasoline (Homzah 2015).
Menurut Anton (2013) dalam penelitiannya konsumsi bahan bakar LPG lebih kecil
18% daripada premium dalam pengujian jarak tempuh 5 km. Konsumsi dari
penggunaan biodiesel pada beban tinggi yaitu 80% dapat menghemat 0.8% dari
penggunaan solar (Bhikuning 2014). Faktor emisi untuk CNG, LPG, dan biodiesel
masing-masing adalah 56 100 Kg/TJ, 63 100 Kg/TJ, dan 70 800 Kg/TJ (IPCC 2006).
Gambar 18 Hasil simulasi skenario pada emisi listrik. Emisi listrik BAU,
Emisi listrik skenario.
Berdasarkan Gambar 18, emisi listrik mengalami penurunan sebesar 7.4%
setiap tahunnya setelah skenario pada tahun 2034 sebesar 7 923 844 ton CO2 dan
menurun setelah diterapkannya skenario menjadi 7 334 406 juta ton CO2.
0.80 liter bensin (Wahyuni 2009 diacu dalam Salamah 2012) sehingga pada tahun
2014 elpiji yang dihasilkan dari biogas sebesar 7.36 juta kg LPG.
Skenario 4 : Penanaman
Pada skenario ini dilakukan upaya dalam menambah serapan CO2 di
Kabupaten Bekasi yaitu dengan penanaman. Program penanaman dilakukan dengan
mempertimbangkan pemberdayaan masyarakat serta mengikutsertakan industri
yang merupakan salah satu penyumbang emisi CO2 di Kabupaten Bekasi. Tutupan
lahan pertanian lahan kering di Kabupaten Bekasi dapat dimanfaatkan sebagai areal
penanaman dengan konsep berupa agroforestry. Diasumsikan dengan luas satu
hektar lahan akan ditanami 400 pohon dan diselingi tanaman pertanian lahan kering.
Luas lahan yang akan dijadikan agroforestry seluas 500 ha/tahun dari luas lahan
pertanian kering yang ada dan serapan CO2 pada sistem agroforestry sebesar 288,79
ton CO2/ha (Adinugroho 2013). Selain itu, direncanakan penanaman dibebankan
kepada industri dengan luasan penanaman sebesar 45 ha tiap unit. Terdapat 891 unit
industri sedang dan besar yang ada di Kabupaten Bekasi pada tahun 2013 menurut
Badan Pusat Statistika. Penanaman tersebut dilaksanakan secara tiga tahap pada
tahun 2017, 2022, dan 2027 yang setiap tahapnya penanaman dilakukan oleh 297
unit industri sehingga setiap tahap penanaman dilakukan pada lahan seluas 13 365
ha. Menurut Dahlan (2007) satu unit pohon yang termasuk dalam kelompok jenis
pohon berdaya serap CO2 agak tinggi dapat menyerap emisi CO2 rata-rata sebesar
0.306 ton CO2/pohon/tahun. Salah satu pohon yang termasuk dalam golongan
berdaya serap CO2 agak tinggi adalah pohon mahoni (Swietenia macropyhlla).
6.000.000
1.000.000
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
TAHUN
Tabel 10 Sisa emisi dan jumlah reduksi emisi CO2 dari skenario
emisi selama tahun simulasi. Emisi CO2 yang belum tereduksi setelah penerapan
mitigasi sekitar 3.6 – 5.5 juta ton CO2. Untuk menetralkan emisi setelah penerapan
skenario dapat dilakukan dengan sistem karbon kredit. Harga karbon yang berlaku
pada tahun 2010 menurut The World Bank Climate Change sebesar US$ 7.3 per ton
CO2eq yang artinya Kabupaten Bekasi dalam sistem karbon kredit untuk
mengurangi emisinya memerlukan biaya berkisar antara US$ 26.5 juta sampai
US$ 40 juta setara dengan Rp 357 milyar hingga Rp 541 milyar dengan kurs rupiah
menurut BI yang berlaku pada saat ini sebesar Rp 13 493.
Implikasi penelitian ini secara global dapat memberikan kontribusi terhadap
pencapaian konsep Sustainable Development Goals (SDGs) yang merupakan
sebuah kesepakan pembangunan berkelanjutan pengganti Millenium Development
Goals (MDGs). SDGs dihasilkan dari konferensi PBB yang berisikan 17 tujuan dan
169 sasaran pembangunan. Penelitian ini berkontribusi pada tujuan ke tujuh yaitu
menjamin akses terhadap energi yang terjangkau, handal, berkelanjutan, dan
modern bagi semua orang, tujuan ke sebelas yaitu membuat kota dan permukiman
manusia yang inklusif, aman, dan berkelanjutan, tujuan ke dua belas yaitu
memastikan pola konsumsi dan produksi berkelanjutan, dan tujuan ke tiga belas
yaitu aksi dalam menanggulagi perubahan iklim dan dampaknya. Keempat tujuan
tersebut dapat dilihat pada konsep utama dan skenario yang diterapkan.
Penerapan substitusi bahan bakar fosil dengan lpg, cng, dan biodiesel pada
sektor transportasi dan penggunaan bahan bakar nuklir pada pembangkitan listrik
dapat mendukung peningkatan sumber energi terbarukan akibat kelangkaan
cadangan bahan bakar fosil yang terus digunakan dan mendukung pengembangan
teknologi terbarukan khususnya bagi Indonesia. Penerapan skenario pengolahan
sampah dengan mengkonversinya menjadi produk kompos, listrik, dan biogas serta
mengolah limbah peternakan menjadi biogas turut serta dalam menjadikan
lingkungan perkotaan yang sehat dan bersih, mencapai pengelolaan ramah
lingkungan serta menerapkan pola konsumsi dan produksi berkelanjutan dengan
mengolah sisa konsumsi menjadi produk yang berguna. Tujuan utama penelitian ini
adalah untuk menurunkan emisi yang dapat berpengaruh terhadap perubahan iklim
sehingga secara global penelitian ini juga ikut serta dalam aksi menanggulangi
perubahan iklim yang tercantum dalam tujuan ke tiga belas dengan penerapan
skenario-skenario mitigasi penurunan emisi.
Penerapan skenario-skenario penurunan emisi yang direncanakan pada
penelitian ini memiliki kontribusi untuk Indonesia terhadap kesepakatan paris yang
dihasilkan dari Conferensi of Parties (COP) ke 21 yang menekankan pada setiap
negara untuk mengurangi tingkat emisinya sehingga dapat menghentikan suhu
permukaan bumi tidak lebih dari 2 derajat celcius dan indonesia berkomitmen untuk
menurunkan emisi sebesar 26% untuk semua sektor di tahun 2020 dan menargetkan
penurunan emisi pada tahun 2020-2030 sebesar 29% sampai 41% dari kondisi
busines as usual.
26
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Rushayati SB. 2012. Model kota hijau di Kabupaten Bandung Jawa Barat [tesis].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Salamah LA. 2012. Analisis willingness to pay (WTP) peternak terhadap
pengadaan instalasi biogas pada pengelolaan limbah peternakan sapi perah
rakyat ( Kasus : Kecamatan Cisarua-Kabupaten Bogor ) [tesis]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Setiyono dan Wahyono S. 2002. Sistem pengelolaan sampah kota di Kabupaten
Bekasi- Jawa Barat. J. Tek. Ling. 2(2):194-198.
Setyati Sri. 2012. Kajian potensi kotoran ternak sebagai sumber energi biogas
mendukung kebijakan pengembangan energi terbarukan di Kalimantan
Selatan. J. kebijakan pembangunan. 7(2):76-86.
Sugiyono P. 2012. Perkiraan kebutuhan energi untuk kendaraan bermotor di
perkotaan: Aspek pemodelan. J. Sains dan Teknologi Indonesia. 14(2):104-
109.
Supriadi A, Darmawan A, Prasetyo BE, Kurniasih TN, Kurniawan F, Oktaviani K,
Isra A, Aprillia R, Rabbani Q, Angreani D, Setiadi I. 2015. Data Inventory
Emisi GRK Sektor Energi. Jakarta (ID): Pusat data dan teknologi informasi
kementerian energi dan sumber daya mineral.
Suprihatin, Indrasti NS, Romli M. 2008. Potensi penurunan emisi gas rumah kaca
melalui pengomposan sampah. J. Tek. Ind. Pert. 18(1):53-59.
Widyaputri LAS. 2014. Analisis ekonomi pembangkit listrik tenaga sampah dan
manfaat reduksi emisi karbon di tempat pengolahan sampah terpadu
bantargebang [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Wulandari MT, Hermawan, dan Purwanto. 2013. Kajian emisi CO2 berdasarkan
penggunaan energi rumah tangga sebagai penyebab pemanasan global ( Studi
kasus perumahan sebantengan, gedeng asri, susukan RW 07 Kab. Semarang).
Prosiding seminar nasional pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan
2013.
Wibowo A. 2013. Aplikasi IPCC guideline 2006 untuk perhitungan emisi gas
rumah kaca kehutanan di Sumatera Selatan. J. analisis kebijakan kehutanan.
10(2):166-186.
29
Lampiran 1 (Lanjutan)
laju__permukiman = 5.5/100
Serapan_CO2=
((Permukiman*cadangan_karbon_permukiman)+(Pertanian_lahan_kering*cad
angan_karbon_pertanian_lahan_kering)+(Sawah*cadangan_karbon__sawah))*
3.67
Submodel Peternakan
Babi(t) = Babi(t - dt) + (up_babi) * dtINIT Babi = 202
31
Lampiran 1 (Lanjutan)
INFLOWS:
up_babi = Babi*Laju_babi
Domba(t) = Domba(t - dt) + (Up_domba) * dtINIT Domba = 259058
INFLOWS:
Up_domba = Domba*Laju_domba
Kambing(t) = Kambing(t - dt) + (Up_kambing) * dtINIT Kambing = 133038
INFLOWS:
Up_kambing = Kambing*Laju_kambing
Kerbau(t) = Kerbau(t - dt) + (- Out_kerbau) * dtINIT Kerbau = 836
OUTFLOWS:
Out_kerbau = Kerbau*Laju_kerbau
Kuda(t) = Kuda(t - dt) + (- Out_kuda) * dtINIT Kuda = 66
OUTFLOWS:
Out_kuda = Kuda*Laju_kuda
Sapi_perah(t) = Sapi_perah(t - dt) + (Up_sapi_perah) * dtINIT Sapi_perah = 62
INFLOWS:
Up_sapi_perah = Sapi_perah*Laju_sapi_perah
Sapi_potong(t) = Sapi_potong(t - dt) + (up_sapi_potong) * dtINIT Sapi_potong =
22354
INFLOWS:
up_sapi_potong = Sapi_potong*Laju_sapi_potong
Unggas(t) = Unggas(t - dt) + (Up_unggas) * dtINIT Unggas = 4116438
INFLOWS:
Up_unggas = Unggas*Laju_unggas
Emisi_fermentasi_enterik=
(Emisi_F_sapi_potong+Emisi_F_babi+Emisi_F_domba+Emisi_F_kambing+E
misi_F_kerbau+Emisi_F_kuda+Emisi_F_sapi_perah)/1000
Emisi_F_babi = Babi*FE_F_babi
Emisi_F_domba = Domba*FE_F_domba
Emisi_F_kambing = Kambing*FE_F_kambing
Emisi_F_kerbau = Kerbau*FE_F_kerbau
Emisi_F_kuda = Kuda*FE_F_kuda
Emisi_F_sapi_perah = Sapi_perah*FE_F_sapi_perah
Emisi_F_sapi_potong = Sapi_potong*FE_F_sapi_potong
Emisi_pengelolaan_kotoran=
(Emisi_PK_babi+Emisi_PK_kambing+Emisi_PK_kerbau+Emisi_PK_kuda+E
misi_PK_sapi_potong+Emisi_PK_unggas+Emisi_PK__domba+Emisi_PK__sa
pi_perah)/1000
Emisi_peternakan= ((Emisi_fermentasi_enterik+Emisi_pengelolaan_kotoran)*28)
Emisi_PK_babi = Babi*FE_PK_babi
Emisi_PK_kambing = Kambing*FE_PK__kambing
Emisi_PK_kerbau = Kerbau*FE_PK_kerbau
Emisi_PK_kuda = Kuda*FE_PK_kuda
Emisi_PK_sapi_potong = Sapi_potong*FE_PK_sapi_potong
Emisi_PK_unggas = Unggas*FE_PK_unggas
Emisi_PK__domba = Domba*FE_PK_domba
Emisi_PK__sapi_perah = Sapi_perah*FE_PK_sapi_perah
32
Lampiran 1 (Lanjutan)
FE_F_babi = 1
FE_F_domba = 5
FE_F_kambing = 5
FE_F_kerbau = 55
FE_F_kuda = 18
FE_F_sapi_perah = 56
FE_F_sapi_potong = 44
FE_PK_babi = 7
FE_PK_domba = 0.21
FE_PK_kerbau = 3
FE_PK_kuda = 2.2
FE_PK_sapi_perah = 27
FE_PK_sapi_potong = 2
FE_PK_unggas = 0.023
FE_PK__kambing = 0.22
Laju_babi = 49.94/100
Laju_domba = 4.33/100
Laju_kambing = 5.06/100
Laju_kerbau = 22.03/100
Laju_kuda = 2.55/100
Laju_sapi_perah = 8/100
Laju_sapi_potong = 5.03/100
Laju_unggas = 0.36/100
Submodel Transportasi
Jml_alat_berat(t) = Jml_alat_berat(t - dt) + (Up_alat_berat) * dtINIT
Jml_alat_berat = 12
INFLOWS:
Up_alat_berat = Jml_alat_berat*(Laju_kendaraan*0.00001)
Jml_bus(t) = Jml_bus(t - dt) + (Up_bus) * dtINIT Jml_bus = 2679
INFLOWS:
Up_bus = Jml_bus*(Laju_kendaraan*0.0012)
Jml_mobil_penumpang(t)= Jml_mobil_penumpang(t - dt) +
(Up_Mobil_penumpang) * dtINIT Jml_mobil_penumpang = 124435
INFLOWS:
Up_Mobil_penumpang = Jml_mobil_penumpang*(Laju_kendaraan*0.149)
Jml_sepeda_motor(t) = Jml_sepeda_motor(t - dt) + (Up_sepeda_motor) * dtINIT
Jml_sepeda_motor = 1044630
INFLOWS:
Up_sepeda_motor = if Jml_sepeda_motor<Jmlh_penduduk/3 then
Jml_sepeda_motor*(Laju_kendaraan*0.829) else 0
Jml_Truck(t) = Jml_Truck(t - dt) + (Up_truck) * dtINIT Jml_Truck = 38205
INFLOWS:
Up_truck = Jml_Truck*(Laju_kendaraan*0.027)
33
Lampiran 1 (Lanjutan)
emisi_alat_berat=
(Jml_alat_berat*faktor_emisi_solar*konsumsi_bb__alat_berat*nilai_kalor_sol
ar)
emisi_bus = (konsumsi_bb_bus*nilai_kalor_solar*faktor_emisi_solar*Jml_bus)
emisi_kendaraan=
(emisi_alat_berat+emisi_bus+emisi_mobil_penumpang+emisi_sepeda_motor+
emisi_truck)
emisi_mobil_penumpang=
(konsumsi_bb_mobil_penumpang*nilai_kalor_gasoline*faktor_emisi__gasolin
e*Jml_mobil_penumpang)
emisi_sepeda_motor=
(Jml_sepeda_motor*faktor_emisi__gasoline*konsumsi_bb__sepeda_motor*nil
ai_kalor_gasoline)
emisi_truck=
(Jml_Truck*faktor_emisi_solar*konsumsi_bb_truck*nilai_kalor_solar)
faktor_emisi_solar = 74100/1000
faktor_emisi__gasoline = 69300/1000
konsumsi_bb_bus = 9450
konsumsi_bb_mobil_penumpang = 1710
konsumsi_bb_truck = 16200
konsumsi_bb__alat_berat = 9518.4
konsumsi_bb__sepeda_motor = 532.8
Laju_kendaraan = 14.29/100
nilai_kalor_gasoline = 33*10^-6
nilai_kalor_solar = 36*10^-6
Not in a sector
34
RIWAYAT HIDUP