Anda di halaman 1dari 66

KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL

PENGELOLAAN SAMPAH
MENUJU INDONESIA BERSIH 2025

Direktorat Pengelolaan Sampah


Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
2021
OUTLINE PRESENTASI
1. Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah
2. Indeks Kinerja Pengelolaan Sampah
3. Statistik Capaian Pengelolaan Sampah
4. Pendekatan Pengelolaan Sampah
5. Kelayakan Teknologi Pengelolaan Sampah
6. Penutup

2
1.Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengelolaan Sampah

3
DASAR HUKUM PENGELOLAAN SAMPAH
➢ UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

➢ PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 81 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS
SAMPAH RUMAH TANGGA

➢ PERATURAN PRESIDEN NOMOR 97 TAHUN 2017 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN SAMPAH
RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA

➢ PERATURAN PRESIDEN NOMOR 35 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INSTALASI PENGOLAH SAMPAH
MENJADI ENERGI LISTRIK BERBASIS TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN

➢ PERATURAN PRESIDEN NOMOR 83 TAHUN 2018 TENTANG PENANGANAN SAMPAH LAUT

➢ PERATURAN PRESIDEN NOMOR 27 TAHUN 2020 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH SPESIFIK

➢ PERMENLHK NO. P.70/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2016 TENTANG BAKU MUTU EMISI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN
PENGOLAHAN SAMPAH SECARA TERMAL

➢ PERMENLHK NO. P.15/MENLHK/SETJEN/KUM.1/4/2019 TENTANG BAKU MUTU EMISI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA
TERMAL

➢ PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR 75 TAHUN 2019 TENTANG PETA JALAN PENGURANGAN
SAMPAH OLEH PRODUSEN

➢ PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR 14 TAHUN 2021 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH
PADA BANK SAMPAH

➢ PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR P.76/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2019 TENTANG


ADIPURA
ERA SEBELUM UU NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

✓pola penanganan sampah kumpul, angkut, dan buang.


✓mindset sampah adalah sesuatu yang tidak berguna dan harus dibuang,
sehingga pendekatan yang dijalankan adalah pendekatan melalui
penyelesaian di akhir (end of pipe).
ERA UU NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH
✓Mengubah paradigma dari kumpul-angkut-buang menjadi pengurangan di
sumber (reduce at source) dan daur ulang sumberdaya (resources recycle).
✓Pendekatan yang tepat menggantikan pendekatan end of pipe adalah dengan
mengimplementasikan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle), extended producer
responsiblity (EPR), pemanfaatan sampah (waste utilisation), dan
pemrosesan akhir sampah di TPA yang environmentally sound manner.
WASTE HIERARCHY DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

OPSI PENCEGAHAN
PALING
BAIK PEMBATASAN

GUNA ULANG

DAUR ULANG MATERI

DAUR ULANG ENERGI

OPSI TPA
PALING
BURUK
Target Pengurangan dan Penanganan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
Tahun 2017 – 2025

TARGET
INDIKATOR
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2004 2025
Proyeksi timbulan
sampah RT dan SSRT 65.8 66.5 67.1 67.8 68.5 69.2 69.9 70.6 71.3
(juta ton)
Target Pengurangan
9.89 12 13.4 14 16.4 17.99 18.9 19.7 20.9
Sampah RT dan SSRT
(juta ton) (15%) (18%) ( 20%) (22%) (24%) (26%) (27%) (28%) (30%)
Target Penanganan
Sampah RT dan SSRT
47.3 48.5 53.7 50.8 50.7 50.52 50.3 50.1 49.9
(juta ton) ( 72%) ( 73%) (80%) (75%) (74%) (73%) (72%) (71%) (70%)
INDIKATOR KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH TAHUN 2025

1. PENGURANGAN TIMBULAN SAMPAH PER KAPITA


30%
2. PENGURANGAN TIMBULAN SAMPAH DI SUMBERNYA
PENGURANGAN
3. BERKURANGNYA SAMPAH YANG DITIMBUN KE TPA
SAMPAH
4. BERKURANGNYA SAMPAH YANG DIBUANG KE
TAHUN 2025 LINGKUNGAN

1. MENINGKATNYA PENERAPAN PRINSIP REUSE,


70% SAMPAH RECYCLE DAN RECOVERY SAMPAH
TERTANGANI 2. BERKURANGNYA SAMPAH YANG DITIMBUN KE TPA
TAHUN 2025 3. BERKURANGNYA SAMPAH YANG DIBUANG KE
LINGKUNGAN

11
STRATEGI MENCAPAI TARGET JAKSTRADA

TARGET
• PERAN SERTA JAKSTRADA • PENGURANGAN
MASYARAKAT • PENANGANAN
• KOMPOSTING • KAB/KOTA
• DAUR ULANG • PROVINSI
• BANK SAMPAH
• DLL

PENGEMBANGAN KINERJA
BANK SAMPAH, PENGELOLAAN
PDU, TPS3R SAMPAH
PERMASALAHAN SAMPAH DAN PEMANFAATAN SDA
1. Jumlah Timbulan Sampah yang terus meningkat
2. TPA sudah semakin penuh dan sulit mencari lahan baru
3. Eksploitasi SDA Terutama Sumber Energi dari Fossil;
4. Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Pertambangan yang Tidak Berkelanjutan terutama
batubara untuk boiler PLTU dan industri semen
5. Pencemaran Lingkungan
6. Rendahnya Pemanfaatan Energi Terbarukan;
7. Kurangnya Pasokan dan Pemanfaaatan Bahan Baku Daur Ulang untuk Industri
8. Impor Bahan Baku Daur Ulang untuk Industri yang Disusupi Impor Sampah
9. Penggunaan Mesin yang tidak ramah lingkungan
10. Penegakan Hukum
2. Indeks Kinerja Pengelolaan
Sampah (IKPS)

11
Indeks Kinerja Pengelolaan Sampah
2020
Key Performance Indicator (KPI)
Des. 2019 2025
 Kapasitas Pengelolaan Sampah 49,18 %  Kapasitas Pengelolaan Sampah 100%
o Pengurangan 14,58 % o Pengurangan 30%
o Penanganan 34,60 % o Penanganan 70%
 Pengurangan Sampah Plastik ke Laut  Pengurangan Sampah Plastik ke Laut
(0.25 - 0.59 juta ton/tahun) (0.075 - 0.18 juta ton/tahun)
 Indeks Ketidak Pedulian 0.72  Indeks Ketidak Pedulian 0.30
 Persentase Masyarakat Memilah 11%  Persentase Masyarakat Memilah 50%
 Recycling Rate 11-13%  Recycling Rate 50%
 PSEL (Pengol. Sampah menjadi Energi Listrik) = 0  PSEL (Pengol. Sampah menjadi Energi Listrik) = 12
Kota Kota
 RDF (Refused Derived Fuel) = 0 Kab/Kota  RDF (Refused Derived Fuel) = 34 Kota/Kab
 Pembatasan “single use plastic”  Pembatasan “single use plastic”
  Propinsi = 17 Propinsi
13
Propinsi = 1 Propinsi
 Kab/Kota = 19 Kab/Kota  Kab/Kota = 257 Kab/Kota
3. STATISTIK CAPAIAN
PENGELOLAAN SAMPAH
DESEMBER 2019
14
GAP PENGELOLAAN SAMPAH NASIONAL
Pengurangan Penanganan

32% 49.18% 100%


34.60%

29.00% 30%

14.58%

%
KONDISI SISTEM OPERASIONAL TPA DI
INDONESIA

44,44%
54,65% 52,96%
59,91%

55,56%
45,35% 47,04%
40,09%

2016 2017 2018 2019


Open Dumping Non Open Dumping
16
Sumber : Data Hasil Pemantauan Fisik Adipura tahun 2016-2019
11
Manufaktur Ritel Jasa Makanan dan
Minuman
Danone Aqua Superindo Sate Khas Senayan Group
Coca Cola Indonesia Mcdonald Indonesia

BADAN USAHA YANG TELAH


Nestle Indonesia KFC Indonesia
Unilever Indonesia

MELAKUKAN Le minerale
Loreal Indonesia

PENGURANGAN SAMPAH Softex Indonesia

• ADA CAPAIAN
PENAMBAHAN
21 45 Ton
BADAN USAHA JUMLAH BADAN USAHA YANG
JUMLAH SAMPAH YANG TEREDUKSI
TELAH MENGIRIMKAN
YANG SUDAH DOKUMEN PERENCANAAN DARI KEGIATAN PENGURANGAN
BERKOMITMEN PENGURANGAN SAMPAH OLEH SAMPAH OLEH BADAN USAHA
PRODUSEN
18
CAPAIAN REGULASI
HULU-HILIR DALAM PENGELOLAAN SAMPAH
UU No.18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
PP No. 81 Tahun 2012 Tentang Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
PP No. 27 Tahun 2020 tentang Sampah Spesifik

Perpres No. 97 Tahun 2017 Tentang Jakstranas


UP-STREAM Perpres No. 83 Tahun 2018 Tentang Penanganan Sampah Laut DOWN STREAM
Perda2 tentang Pengelolaan Sampah
• Peraturan Menteri No. 14 Tahun 2021 • Peraturan Menteri No. 70 tahun 2016
• RPP Cukai Kantong Plastik
Tentang PS Pada Bank Sampah tentang Baku Mutu Emisi Thermal
• Peraturan Menteri Lingkungan
• Surat Edaran Gerakan Pilah Sampah • Peraturan Presiden No.35 Tahun 2019
Hidup No.75 Tahun 2019 tentang
Dari Rumah Tentang PSEL
Peta Jalan Pengurangan
• SKB 3 Menteri & Kapolri (Road Map • Peraturan Menteri 10 Tahun 2018
Sampah oleh Produsen
Penyediaan Bahan Baku Dalam Negeri) Tentang Jakstrada
• Peraturan Gubernur dan
• Peraturan Menteri tentang Bank Sampah • Peraturan Menteri 24 Tahun 2019
Bupati/Walikota tentang
• Rancangan Peraturan Menteri tentang Tentang BLPS
(Pembatasan Sampah)
Gerakan Masyarakat dalam Pengelolaan • Peraturan Menteri 76 Tahun 2019
• SE Pembatasan Sampah oleh
Sampah Tentang Adipura
Bupati/Walikota
• Peraturan Menteri ttg FABA dari PSEL
• Peraturan kementerian Sektor

PRODUSEN PUBLIK/KOMUNITAS PEMERINTAH DAERAH


4. PENDEKATAN
PENGELOLAAN SAMPAH

20
Pendekatan Pengelolaan Sampah

MINIM SAMPAH (ECO-LIVING) 01

02 CIRCULAR ECONOMY

PELAYANAN DAN TEKNOLOGI 03

21
1.MINIM SAMPAH (less waste)

Konsep dasarnya : “Persoalan persampahan dapat diselesaikan melalui


perubahan perilaku”.
Nilai2 dasarnya adalah :
-Perubahan Perilaku
-Pengurangan, pencegahan atau pembatasan sampah
Konsep pemikiran ini sangat berkembang dengan baik, khususnya
dikalangan anak2 muda dan millenial, konsep ini cenderung mengikuti
teori dasarnya ”limit to growth” dan “disruption”.
Target pada pendekatan minim sampah : (1) single use plastic
bag/kantong kresek, (2) cutlery & plastic straw (alat2 makanan &
sedotan plastik, (3) Styrofoam, Phasing-Down tahun 2029.
22
2. Circular Economy
Konsep Dasarnya : “Persoalan persampahan dapat diselesaikan dengan
menjadikan sampah sebagai sumber daya, serta pertumbuhan ekonomi
dapat tumbuh dengan baik”.
Nilai-nilai dasarnya :
•Perubahan perilaku (memilah sampah)
•Recycling Technology (daur ulang atau guna ulang)
Sebagai negara berkembang, konsep Circular Economy adalah pemikiran
yang paling ideal, karena Indonesia masih sangat membutuhkan
pertumbuhan ekonomi sebagai negara yang sedang menuju negara
maju.
25
1. Ekosistem Circular Economy :
- End User

- Recycling Industry

- Bank Sampah

- TPS 3R

- Recycling Center (PDU, MRF, ITF)

- Sektor Informal (pemulung/pelapak)

- Sosial Enterpreneur

- dll 26
GRAFIK PERTUMBUHAN DAN SAMPAH TERKELOLA DI BANK SAMPAH

Jumlah Bank Sampah


11.330 11.552

8.036 8.434
5.244
4.280
3.075
1.172

2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021


Tahun
Sampah Terkelola di Bank Sampah (Ton/bulan)

1.316,18
2021
2020 4.318.071

2019 3.818.955

2018 1.585.013

2017 1.387.010

2016 1.099.188

2015 1.096.906

2014 817.027
GRAFIK PENINGKATAN JUMLAH NASABAH DAN PERSENTASE GENDER

Pertumbuan Jumlah Nasabah di Bank


Sampah Persentase Jumlah Nasabah di
Bank Sampah
419.204
377.881

Nasabah
Laki-Laki
259.229 36%
245.938

Nasabah
174.904
163.128 Perempuan
151.419
64%

2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

1 2 3 4 5 6 7
PERTUMBUHAN PERTUKARAN NILAI EKONOMI DI BANK SAMPAH

Peningkatan Omset di Bank Sampah


2.008.211.386,00
2021 Rp
Rp4.503.843.611
2020
Rp3.818.955.343
2019
Rp3.623.339.582
2018
Rp1.484.669.852
2017
Rp1.145.731.446
2016
Rp1.009.625.043
2015
PERSENTASE JUMLAH TENAGA KERJA DI BANK SAMPAH

Presentase Jumlah Tenaga Kerja di Bank Sampah

Tenaga Kerja
Laki-Laki
37%
Tenaga Keja
Perempuan
63%
2. Kondisi (Environment) yang mendukung :
 Insentif Fiskal (recycling industry, bahan baku scrap/waste dalam negeri, recycle
contain, dll)
 Kebijakan Impor Scrap (kertas, plastik, logam, karet, kaca, dan kain)(kebijakan
pengurangan atau phase down import scrap, secara tidak langsung akan
meningkatkan potensi sampah dalam negeri menjadi bahan baku industri).
 Kebijakan EPR (extended produser responsibility)
 Standardisasi produk recycling (daur ulang), dan diikuti kebijakan mendorong
penggunaan recycling content.

31
3. Pendekatan Pelayanan dan Teknologi
Konsep Dasarnya :

“Konsep ini sebenarnya adalah konsep kumpul angkut buang yang lebih
advanced, dimana persoalan persampahan dapat diselesaikan melalui
pelayanan oleh Pemda dan pendekatan teknologi”.

Nilai-nilai dasarnya :
-Penggunaan Teknologi (landfill, WtE, RDF, Recycling, dll)
-Pelayanan 100 persen
Konsep ini membutuhkan biaya dan cost yang relatif cukup mahal,
negara2 dengan GDP tinggi akan mudah melakukan konsep ini, seperti
Singapura, dll. Perlu dicari Teknologi sederhana yang dapat diterapkan
di Indonesia.
32
5. Kelayakan Teknologi Pengelolaan Sampah

33
1. Permasalahan Sampah Nasional
Permanfaatan Rancangan Peraturan
2. Kurangnya Pemanfaaatan Energi
Baru Terbarukan 9.5% (2019) Sampah Menjadi Tentang Pengolahan
Sumber Energi Sampah Menjadi
3. Ketergantungan Energi Fosil
Bahan Bakar
(Batubara) Pembangkit Alternatif Untuk
4. Pencemaran & Kerusakan
Liongkungan
Listrik dan Pembangkit Listrik
Industri Semen dan Industri Semen

Tercapainya
✓ Indonesia Bersih Sampah 2025 sesuai Target Perpres 97 tahun 2017
melalui pelaksanaan pengurangan dan penanganan sampah secara terpadu untuk
terwujudnya kesehatan masyarakat dan lingkungan yang berkualitas
✓ Target 23% atau 45 GW dalam bauran energi nasional tahun 2025,
TEKNOLOGI PENGELOLAAN SAMPAH
1. Material Recovery Facility
2. Recycling Industry
3. Composting Industry (Maggot Technology)
4. Thermal Technology
5. Plastic for Fuel Technology
6. RDF (Refuse Derived Fuel) Technology (waste to
energy)
7. Waste to Electricity
8. Landfill Technology

35
1. Teknologi Thermal
PSEL Surabaya
PermenLHK No. P.70/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 Tentang Baku Mutu Emisi Usaha Dan/Atau
Kegiatan Pengolahan Sampah Secara Termal
Definisi
✓ Sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah
tangga yang tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.

✓ Sampah sejenis sampah rumah tangga adalah sampah rumah tangga yang berasal dari
kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum
dan/atau fasilitas lainnya.

✓ Pengolahan sampah secara termal adalah proses pengolahan sampah yang melibatkan
pembakaran bahan yang dapat terbakar yang terkandung dalam sampah dan/atau
menghasilkan energi.

✓ Emisi adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang dihasilkan dalam suatu kegiatan
yang masuk dan/atau dimasukkannya ke dalam udara ambien yang mempunyai atau tidak
mempunyai potensi sebagai unsur pencemar.

✓ Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen
lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga melampaui baku mutu
lingkungan yang telahditetapkan.
PermenLHK No. P.70/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 Tentang Baku Mutu Emisi Usaha Dan/Atau
Kegiatan Pengolahan Sampah Secara Termal
Tujuan
Pasal 2 Peraturan Menteri ini bertujuan untuk memberikan batasan baku
mutu emisi dan kewajiban melakukan pemantauan emisi kepada penanggung
jawab usaha dan/atau kegiatan pengolahan sampah secara termal.

Pasal 3
(1)Pengolahan sampah secara termal hanya dapat dilakukan terhadap
sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga yang tidak
mengandung B3, Limbah B3, kaca, Poli Vinyl Clorida (PVC), dan
aluminium foil.

(2) Pengolahan sampah secara termal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib memenuhi baku mutu emisi sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
PermenLHK No. P.70/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 Tentang Baku Mutu Emisi Usaha Dan/Atau
Kegiatan Pengolahan Sampah Secara Termal

Pasal 4
(1) Terhadap pengolahan sampah secara termal, wajib dilakukan pemantauan emisi untuk
mengetahui pemenuhan ketentuan baku mutu emisi.
(2) Pemantauan emisi dilakukan pada seluruh sumber emisi usaha dan/atau kegiatan
pengolahan sampah secara termal.

Pasal 5
Pemantauan emisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dilakukan dengan tahapan:
a. menyusun rencana pemantauan emisi;
b. memantau emisi;
c. menghitung beban emisi dan kinerja pembakaran; dan
d. menyusun laporan pemantauan sumber emisi.
PermenLHK No. P.15/MENLHK/SETJEN/KUM.1/4/2019 Tentang Baku Mutu Emisi Pembangkit Listrik
Tenaga Termal

Pembangkit Listrik Tenaga Sampah yang selanjutnya (PLTSa) adalah suatu kegiatan yang
memproduksi tenaga listrik dengan menggunakan sampah rumah tangga dan/atau sampah
sejenis sampah rumah tangga

Pasal 3 ayat (1) Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga
Termal wajib memenuhi ketentuan Baku Mutu Emisi.
Ayat (2) Baku Mutu Emisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterapkan pada seluruh
sumber Emisi yang berasal dari:
a. proses produksi; dan
b. pengoperasian mesin penunjang produksi.

Pasal 4 ayat (1) Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga
Termal, wajib melakukan pemantauan Emisi dalam memenuhi ketentuan Baku Mutu Emisi.
Ayat (2) Pemantauan Emisi dilakukan pada seluruh sumber Emisi berasal dari proses
produksi; dan pengoperasian mesin penunjang produksi.
Pasal 5 Pemantauan Emisi dilakukan dengan tahapan:
a. menyusun rencana pemantauan Emisi;
b. melakukan pemantauan Emisi;
c. menghitung beban Emisi dan kinerja pembakaran; dan
d. menyusun laporan pemantauan sumber Emisi.

Pasal 6
(1) Rencana pemantauan Emisi paling sedikit meliputi:
a. identifikasi, penamaan, dan pengkodean seluruh sumber Emisi;
b. pengadaan, pengoperasian, pemeliharaan, perbaikan sarana dan prasarana
pemantauan Emisi; dan
c. menyusun detil pengambilan sampel Emisi.

(2) Rencana pemantauan Emisi dilakukan oleh Penanggung Jawab Pengendalian


Pencemaran Udara yang memiliki sertifikat kompetensi.
Pasal 7
(1) Identifikasi, penamaan, dan pengkodean seluruh sumber Emisi, paling sedikit terdiri:
a. sumber Emisi;
b. Emisi Fugitif;
c. proses yang menyebabkan terjadinya Emisi;
d. titik koordinat, parameter utama, dan parameterpendukung yang dihasilkan dari sumber Emisi;
e. pencatatan data aktifitas, faktor Emisi, faktor oksidasi, dan konversi Emisi; dan
f. pemilihan metodologi yang digunakan untuk menghitung Emisi.

(2) Parameter utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d antara lain:
a. Partikulat (PM); f. Hidrogen Klorida (HCl);
b. Nitrogen Oksida (NOx); g. Hidrogen Sulfida (H2S);
c. Sulfur Dioksida (SO2); h. Hidrogen Fluorida (HF); dan
d.Karbon Monoksida (CO); i. Amoniak (NH3).
e. Merkuri (Hg);

(3) Parameter pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d antara lain:
a. Karbon Dioksida (CO2); c. temperatur; dan
b. Oksigen (O2); d. laju alir.

(4) Identifikasi, penamaan, dan pengkodean seluruh sumber Emisi disusun dengan menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran X
BAKU MUTU EMISI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH (PLTSA)

No. Parameter Kadar Maksimum


(mg/Nm3)
1 Partikulat (PM) 120
2 Sulfur Dioksida (SO2) 210
3 Nitrogen Dioksida (NO2) 470
4 Hidrogen Klorida (HCl) 10
5 Merkuri (Hg) 3
6 Carbon Monoksida (CO) 625
7 Hidrogen Flourida (HF) 2
8 Dioksin dan Furan 0,1

Catatan:
- Volume gas diukur dalam keadaan standar (250C, 1 atmosfir).
- Semua parameter dikoreksi dengan O2 sebesar 11%.
- Pengukuran Dioksin dan Furan dilakukan setiap 5 (lima) Tahun Sekali.
2. Teknologi RDF
Apa itu RDF?

4
4
IMPLEMENTASI RDF DI INDONESIA
Pembangunan RDF skala lebih dari 20 ton/hari (Skala Kota):

Fisik: Kementerian PUPR didukung Kementerian ESDM (untuk boiler PLTU), Kementerian
Perindustrian (Kiln Semen), BPPT, Pemprov, Pemerintah Kabupaten/Kota, PT PLN
(PLTU) dan Indistri Semen

Lahan dan Operasional: Pemerintah Kabupaten/Kota, dapat bekerjasama dengan Badan Usaha

Pembangunan RDF skala kurang dari 20 ton/hari (Skala Komunal/TOSS):

Fisik: KLHK didukung Kementerian ESDM (untuk boiler PLTU), Kementerian Perindustrian
(Kiln Semen), Pemprov, Pemerintah Kabupaten/Kota, PT PLN (PLTU), Indistri Semen
dan masyarakat

Lahan dan Operasional: Pemerintah Kabupaten/Kota, dapat bekerjasama dengan Badan


Usaha dan masyarakat
4
5
Langkah-langkah Pengembangan RDF di Indonesia

✓ Dukungan KebijakanTerkait RDF


➢ Kebijakan Nasional yang menjadi dasar para pihak terutama offtaker untuk dapat
memanfaatkan hasil R D F dari sampah
➢ Kebijakan Pemerintah Daerah dalam melakukan penganggaran untuk biaya
pengelolaan sampah, dan membuat MOU dengan Offtaker

✓ SosIa lisasi kepada Pemda


➢ KLHK mengadakanWebIinar RDF tgl17Feb 2021untukmemberIkanpemahaman terkait proyek
RDF, KerjasamadenganOfftaker, biayaoperasional, danperludilakukanpemetaanofftakerdi w il a y a
hnya

✓ Skema Pendanaan yang tepat untuk Keberlangsungan Proyek


➢ Skema sharing pendanaan yang tepat terkait pembagian biaya CAPEX dan OPEX
RENCANA PENGEMBANGAN RDF KOMUNAL
RDF-Plant/ Kapasitas Identifikasi Investasi (Rp Milyar)
No. Hasil RDF Keterangan
(ton/hari) offtaker (ton/hari)

Pedoman dan DED sudah


1. disiapkan KLHK dan sudah ada
Kab. Ende /
PLTU Ropa
5 5 surat permohonan dari Bupati dan
pernyataan kesediaan lahan dan
10 pembiayaan operasional
Pedoman dan DED sudah
disiapkan KLHK dan sudah ada
2.
PLTU Jeranjang 5 5 surat permohonan dari Bupati dan
Kab. Lombok pernyataan kesediaan lahan dan
pembiayaan operasional
Barat /10
5 Pedoman dan DED sudah
3. disiapkan KLHK dan sudah ada
Kab. Lombok PLTU Jeranjang 5 surat permohonan dari Bupati dan
Tengah /10 pernyataan kesediaan lahan dan
pembiayaan operasional
PEMERINTAH DAERAH YANG SUDAH BERKOMUNIKASI DENGAN KLHK
TERKAIT DENGAN RENCANA PEMANFAATAN TEKNOLOGI RDF
No. Kabupaten/Kota Off-Taker Potensi Keperluan Pellet Potensi Sampah yang dapat
Sampah (RDF) (ton/hari) Diolah menjadi RDF (ton/hari)
1 Kabupaten Jepara PLTU Tanjung Jati B Unit 1-2 182 364
PLTU Tanjung Jati B Unit 3-4 182 364
2 Kota Ambon PLTU Maluku (Emaleahari) 1,152 2,304
3 Kota Kupang PLTU Bolok 115 230
Plant Semen Kupang 13.1 26.2
4 Kabupaten Sukabumi PLTU Pelabuhan Ratu 144 288
Plant SCG 71.44 142.88
5 Kota Padang PLTU Teluk Sirih 115 230
Plant Semen Padang 440.1 880.2
6 Kota Medan PLTU Pangkalan Susu 67 134
7 Kabupaten Bengkayang Bengkayang (PLTU 2 Kalbar) 40 80
Bengkayang (PLTU 3 Kalbar) 72 144
8 Kabupaten Talaud PLTU Talaud 58 116
9 Kabupaten Lombok Barat PLTU Jeranjang 115 230
10 Kabupaten Ende PLTU Ropa
11 Kota Banda Aceh (sudah
ada FS)
Industri Semen
48
ANALISIS KEBUTUHAN PELLET SAMPAH DI
INDONESIA SEBAGAI PENGGANTI BATUBARA PLTU
Tipe Boiler Jumlah di Total Kebutuhan Kebutuhan Pellet Sampah
Indonesia Batubara (Eksisting) % ton/hari
(ton/hari)

Circulating Fluidized
39 52,392 1 523.92
Bed (CFB)

Pulverised Coal (PC) 47 207,984 1 2,079.84

Sumber: PT.Stoker
PLN 31 19,320 30 5,796
TOTAL ± 8,399
Potensi sampah yang dapat menjadi RDF:
1 ton pellet sampah dapat ± 16,798 ribu ton /hari → ± 8,4% dari total sampah di
dihasilkan dari ± 2 ton sampah Indonesia

4
9
ANALISIS POTENSI RDF TEKNOLOGI DI INDUSTRI
SEMEN (5% CO-FIRING BATU BARA)
Clinker Capacity RDF Volume
(ton per year)
Ton per year Ton per day

Semen Indonesia Group 35,760,000 665,325 2,218

Other Cement Plant 38,520,432 627,342 2,091

TOTAL 1,292,667 4,309

• Data is based on assumption of annual Clinker Production volume, actual Thermal Fuel Consumption and 5% Coal Replacement in each Kiln Line
• CV of RDF assumption = 2400 Kcal/kg
• Basis = 300 days /year,
• Potensi 1,3 juta ton/tahun atau 4,309 ton/hari produk RDF, setara dengan kebutuhan sampah 2,6 juta/tahun atau 8,600 ton/hari.

Sumber : PT. Semen Indonesia


IMPLEMENTASI CO-FIRING DI 52 PLTU

1 • PLTU Paiton 1&2 ; WoodPellet , Sawdust (5%)


SUMATERA
2 • PLTU Jeranjang; SRF (3%)
13 Lokasi PLTU KALIMANTAN SULAWESI
MALUKU & PAPUA 3 • PLTU Ketapang; Cangkang Sawit/PKS (1%;3%;5%)
(5 Ujicoba: 38,46 ) 10 Lokasi PLTU (4 6 LokasiPLTU
3 Lokasi PLTU 4 • PLTU Indramayu; Wood Pellet (1%;3%;5%)
2315 MW Ujicoba : 40) 979 MW (2 Ujicoba :33,33 )
(0 Ujicoba : 0 ) 5 • PLTU Tenayan; Cangkang Sawit/PKS (5%)
478 MW
41 MW 6 • PLTU Rembang; Wood Pellet (5%)
7 • PLTU Sanggau; Cangkang Sawit/PKS (5%;10%;15%)
8 • PLTU Anggrek; Wood Chip Lamtoro (1%;3%;5%)
9 • PLTU Belitung; Cangkang Sawit/PKS (3%;5%)
10 • PLTU TL. Balikpapan; Cangkang Sawit/PKS (5%)
11 • PLTU Lontar; RDF Eceng Gondok (1%)
12 • PLTU Pacitan; Sawdust (5%)
13 • PLTU Ropa; WoodPellet (5%;10%;15%)
14 • PLTU Bolok; WoodChip (5%)
JAWA & MADURA • PLTU Paiton 9; Sawdust (5%)
15
16 Lokasi PLTU
BALI & NUSA TENGGARA 16 • PLTU Barru; Sawdust (1%; 3%)
(9 Ujicoba :56,25 )
4 Lokasi PLTU (3 Lokasi :75 ) Komposisi Kapasitas Pembangkit 3 Jenis • PLTU Tembilahan ; Wood Chip (20%)
14.845 MW Boiler pada 52 PLTU 17
237 MW • PLTU Adipala; Wood Pellet (5%)
18
• PLTU Nagan Raya; Cangkang Sawit/PKS (5%)
19
•PLTU Tarahan ; Woodchip (3%)
20
Estimasi kebutuhan biomassa untuk 52 Lokasi: HTE: 8 Million Ton/Year •PLTU Sintang; Cangkang Sawit (5%; 10%; 15%)
21
Solid Wadste: 900,000 Tons/Year •PLTU Labuan; Sawdust (5%)
22
(Cofiring Energy Mix Assumption10%, CF =70% & caloric value HTE = 4200 kCal/Kg; •PLTU Suralaya 1-4; Sekam Padi (1%)
Solid waste 3200 kCal/kg) 23

Commercial Stage www.pln.co.id | 07


INSTALASI PENGOLAH SAMPAH REFUSE
DERIVED FUEL (RDF) UNTUK INDUSTRI
SEMEN KABUPATEN CILACAP
DATA RDF KABUPATEN CILACAP
✓ Lokasi RDF Plant di TPA Tritih Lor Kabupaten Cilacap
✓ Nilai Investasi Rp. 84 Milyar
➢ Bangunan Fisik dari KemenPUPR Rp. 27 M,
➢ Peralatan dari Pemerintah Denmark Rp. 44 M,
➢ Pemprov Jateng Rp. 10 M,
➢ Lahan Pemkab Cilacap Rp. 3 M
✓ Luas Lahan RDF keseluruhan 3 hektar, Luas terbangun RDF 1, 5 hektar
✓ Operator dan Pengguna RDF Cilacap:PT Solusi Bangun Indonesia (PT Semen Indonesia Group)
✓ Hasil Uji Coba RDF Plant:

NO URAIAN INPUT OUTPUT


1 Sampah Kab Cilacap 136 Ton/ Hari RDF 51 Ton/ Hari
2 Sampah Terolah Target 25-33% Hasil 31,25%
3 Kadar Air input: 57,60% Output: 22,75%;
4 Waktu Pengeringan Target: 21 hari Panen: 19,6 hari
5 Nilai Kalori Input: 697 kcal/kg Output: 3.217 kcal/kg
DATA RDF KABUPATEN CILACAP (2)
✓ Kendala operasional
➢ Biaya operasional;
➢ DLH belum melakukan pengukuran nilai kalori RDF yang dihasilkan;

Diagram Alir RDF Plant:


Sampah masuk → Penimbangan → Segregasi (pemilahan) → Pencacahan → Pengeringan →
Penyaringan → RDF

54
DOKUMENTASI RDF KAB. CILACAP

Mesin Pencacah Penyaringan RDF

Sarana Penhgeringan RDF siap kemas (hasil akhir) 55


DEFINISI RDF KOMUNAL/ TOSS dan PEUYEUMISASI
RDF KOMUNAL/ TOSS:
Tempat olah sampah di sumbernya tanpa menghasilkan lindi, dengan
memberdayakan masyarakat setempat menggunakan metoda
peuyeumisasi

METODA PEUYEUMISASI:
Proses olah sampah perkotaan dan limbah tanaman menjadi bahan
bakar nabati (BBN) dalam waktu seminggu dengan menggunakan
bioaktivator organik yang tidak menimbulkan bau dan dapat mengurangi
kadar air sekaligus meningkatkan kalori dengan menggunakan bahan dan
peralatan lokal
RANGKAIAN PROSES TEMPAT 11

OLAH SAMPAH SETEMPAT (TOSS)

Proses Tanpa Pilah

Box
Peuyeumisasi Sampah Segar

Sampah Lapuk & Kering


Diamkan Siap Dicacah dan Dipelet
Penyiraman Sampah selama Volume Sampah
3-5 hari mmenyusut tanpa bau
Bioaktigator
Proses Pencacahan
Proses Gasifikasi untuk menghasilkan
syngas sebagai pengganti BBM

Proses Peletisasi

Hasil Hasil pelet


pencacahan berkalori
sekitar 3000 +/-
200
www.companyname.com
© 2016 Motagua PowerPoint Multipurpose ved.
Theme. All Rights Reser
Produk Hasil Peuyeumisasi
• Batu bara nabati (BBN) dalam
berbagai bentuk: Briket, Pelet, atau
serbuk
• SynGas sebagai produk dari
gasifikasi BBN
SARANA DAN PRASARANA PENGELOLAAN SAMPAH
(BIODIGESTER, PUSAT DAUR ULANG/ PDU,
BANK SAMPAH INDUK, RUMAH KOMPOS DAN MOTOR SAMPAH)
RUMAH KOMPOS KAPASITAS 2 TON/HARI

BIODIGESTER KAP. 1 TON/HARI DAN BANGUNAN PENDUKUNG


PUSAT DAUR ULANG KAP. 10 TON/HARI
DOKUMENTASI BIODIGESTER KAP. 1-2 TON/HARI
DAN BANGUNAN PENDUKUNG
PEMBANGUNAN BANK SAMPAH INDUK KAPASITAS 2 TON/HARI
BANTUAN SARANA MOTOR SAMPAH
PENUTUP
1. Program 3R perlu terus ditingkatkan di masyarakat untuk mengurangi
sampah yang diangkut ke TPA
2. Pemerintah terus mengembangkan Sarana dan Prasarana pengelolaan
sampah, namun perlu lahan yang disediakan Pemda yang sesuai
dengan readiness criteria
3. Anggaran operasional yang disediakan Pemda perlu menjadi perhatian
4. Perlu ditingkatkan retribusi pengelolaan sampah untuk mengurangi
benan APBD.
5. Teknologi Termal sederhana harus proven dan ramah lingkungan
TERIMA KASIH

Jangan Habiskan Energi Untuk Mengurus


Sampah Tapi
Jadikan Sampah Sebagai Sumber Energi

Anda mungkin juga menyukai