IBRAHIM TRIHAJI
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Ibrahim Trihaji
NIM G74130075
ABSTRAK
TKKS merupakan limbah perkebunan kelapa sawit dengan limbah selulosa yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan penyusun komposit. Penambahan karbon aktif pada
komposit diketahui dapat meningktakan sifat konduktivitas. Penelitian ini bertujuan
untuk membuat biokomposit filler TKKS dan matriks Polimer ABS dengan
penambahan aditif karbon aktif serta menganalisis peran karbon aktif dalam
biokomposit terkait sifat konduktivitas. Biokomposit dihasilkan melalui proses
ekstrusi menggunakan alat single screw extruder. Variasi penambahan karbon aktif
sebanyak 1%, 2%, dan 3% dari berat matriks (w/wt) yang digunakan. Dilakukan uji
konduktivitas listrik, mikroskop optik, dan FTIR. Hasil pengujian menunjukkan
penambahan karbon aktif dapat meningkatkan konduktivitas listrik biokomposit.
Data tertinggi diperoleh pada komposisi 3% karbon aktif yaitu 8.29 x 10-7 S cm-1.
Hasil ini diperkuat dengan hasil uji morfologi dengan mikroskop optik yang
memperlihatkan adanya rongga-rongga mikro dan partikel karbon aktif yang
menyelimuti matrik sehingga memperpendek energi gap.
ABSTRACT
Empty Palm Fruit Bunch (EPFB) is a waste of oil palm plantation with cellulose wastes
that can be used as composite materials. The addition of activated carbon in the
composite is known to increase conductivity. The purposes of this research were to
make biocomposite filler of EPFB and ABS polymer matrix with the addition of many
types of activated carbon and analyze the role of activated carbon on biocomposite
related to conductivity properties. Biocomposites were produced by an extrusion
process using a single-crew extruder. Variations of activated carbon addition were 1%,
2%, and 3% of the weight the matrix used. Electrical Conductivity, Optical Microscope,
and FTIR tests were performed. The results showed that the addition of activated
carbon could increase the biocomposite electrical conductivity. The highest data was
obtained on the 3% compositions of carbon and the value was 8.29 x 10-7 S cm-1. This
results strengthened by morphological tests with optical microscope, showed that there
were the presence of micropores and the carbon particles were covered matrix,
therefore they shortened gap energy.
IBRAHIM TRIHAJI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Fisika
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
Judul : Pengaruh Penambahan Karbon Aktif terhadap Konduktivitas
Biokomposit Berpenguat Tandan Kosong Kelapa Sawit
Nama : Ibrahim Trihaji
NIM : G74130075
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya (penulis) dapat menyelesaikan skripsi akhir ini dengan
baik dan benar dengan judul “Pengaruh Penambahan Karbon Aktif Terhadap
Konduktifitas Biokomposit Berpenguat Tandan Kosong Kelapa Sawit. Salam dan
salawat kita kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan
petunjuk kepada jalan yang lurus dan benar.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Siti Nikmatin, MSi selaku
pembimbing utama dan Dr rer nat Hendradi Hardhienata, MSi selaku pembimbing
kedua. Atas bimbingan mereka pula saya dapat menyelesaikan skripsi akhir ini.
Selanjutnya kepada keluarga terutama ibu dan kakak-kakak saya dan kepada teman
seperjuangan yaitu teman fisika angkatan 50 yang selalu memberikan semangat dan
motivasi. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan diterima dengan baik.
Ibrahim Trihaji
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN i
PRAKATA ii
DAFTAR ISI iii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat 2
Waktu dan Tempat 8
Alat 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 11
Hasil Sintesa Granular Biokomposit dengan Metode Ekstrusi (Single Screw
Extruder) 11
Analisa Konduktivitas 12
Analisis Morfologi Menggunakan Mikroskop Optik 20
Analisa Molekuler dari Hasil Pengujian FTIR 21
SIMPULAN DAN SARAN 23
Simpulan 23
Saran 23
DAFTAR PUSTAKA 24
RIWAYAT HIDUP 27
DAFTAR TABEL
1 Komposisi senyawa kandungan dalam Tandan Kosong KelapSawitError! Bookmark not defined.
2 Komposisi Biokomposit 10
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
21 Daftar Interpretasi FTIR 27
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang luas dan memiliki sumber daya alam yang
melimpah, serta jumlah sumber daya manusia yang tidak sedikit. Sayangnya
kelebihan ini tidak didukung oleh keterampilan dan kreativitas yang tinggi
masyarakatnya dalam menyikapi beberapa masalah yang ada di sekitarnya. Dan
salah satu masalah yang ada adalah keberadaan limbah di sekitar manusia. Karena
Indonesia merupakan salah satu produsen kelapa sawit terbesar di dunia, maka
sudah pasti limbah kelapa sawit yang dihasilkan akan semakin banyak.
Penelitian ini menggunakan limbah kelapa sawit berupa tandan kosong
kelapa sawit (TKKS) karena tidak berkompetesi dengan pangan maupun pakan,
tersedia secara melimpah, murah dan terbaharukan. TKKS merupakan bagian dari
kelapa sawit yang berfungsi sebagai tempat untuk buah kelapa sawit. Tandan
Kosong Kelapa Sawit merupakan limbah padat terbesar yang dihasilkan oleh
perkebunan kelapa sawit (PKS). Setiap pengolahan 1 ton TBS (Tandan Buah
Segar) dihasilkan TKKS sebanyak 22 – 23% atau sebanyak 220 – 230 kg TKKS.
Jika PKS berkapasitas 100 ton/jam maka dihasilkan sebanyak 22 – 23 ton TKKS.
Diperkirakan jumlah limbah TKKS di Indonesia pada tahun 2014 yaitu ± 42,17
juta ton TKKS.1
Limbah TTKS ini dapat diambil serat kayunya kemudian serat kayunya
dimanfaatkan untuk membuat fiber komposit. Komposit merupakan bahan
gabungan antara dua penyusun yaitu bahan penguat dan bahan matriks. Bahan
penguat contohnya seperti serat kayu, baik sintetis maupun alami. Bahan matriks
pada umumnya berupa polimer, contohnya seperti polimer ABS , Polyprophylne,
Maleat Anhidrat, dan sebagainya. Salah satu Perbedaan fiber komposit dengan
fiber lainnya yaitu pada kekuatan mekaniknya. Pengaplikasian serat TKKS ini
pada fiber komposit pada umunya dimanfaatkan pada bidang industri, salah
satunya industri otomotif karena memiliki kekuatan mekanik yang tinggi jika
dibandingkan dengan fiber lainnya.
Salah satu pengembangan bahan polimer pada saat ini adalah komposit
polimer-karbon. Komposit polimer-karbon merupakan bahan polimer yang
didoping dengan bahan karbon aktif sehingga polimer tersebut bisa bersifat
konduktor. Pada umumnya polimer dikenal sebagai materi yang bersifat non-
konduktif atau isolator. Kemajuan dalam riset polimer telah menemukan berbagai
polimer yang bersifat konduktif maupun semikonduktif.2 Bahan komposit
diartikan sebagai gabungan dari 2 material atau lebih yang berbeda sifatnya dan
akan membentuk sifat fisis yang baru. Komposit polimer-karbon terbentuk dari
gabungan polimer dengan karbon yang membentuk sebuah material yang
mempunyai sifat yang baru. Tidak semua polimer dapat menjadi konduktif. Hanya
polimer terkonjugasi (ikatan pada rantai berupa ikatan tunggal dan rangkap yang
berposisi berselang-seling) yang bisa menjadi konduktor. Peranan atom atau
molekul doping adalah menghasilkan cacat dalam rantai polimer tersebut (cacat
struktur). Cacat inilah yang berperan dalam penghantaran listrik. Cacat dapat
bermuatan positif, negatif, atau netral. Secara fisika kuantum, cacat berperilaku
seolah-olah sebagai partikel. Cacat dapat berpindah sepanjang rantai, sehingga
2
menimbulkan aliran muatan. Elektron atau hole juga dapat meloncat dari satu
posisi cacat ke posisi cacat yang lain (cacat tidak berpindah), sehingga timbul pula
aliran listrik.3
Tujuan Penelitian
Perumusan masalah
Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan salah satu jenis limbah
padat yang dihasilkan dalam industri minyak sawit. Jumlah TKKS ini cukup besar
karena hampir sama dengan jumlah produksi minyak sawit mentah. Limbah
tersebut belum banyak dimanfaatkan secara optimal. Komponen terbesar dari
TKKS adalah selulosa (40-60 %), disamping komponen lain yang jumlahnya
lebih kecil seperti hemiselulosa (20-30 %), dan lignin (15-30 %). Salah satu
alternatif pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit adalah sebagai pupuk organik
dengan melakukan pengomposan.1
Tandan kosong kelapa sawit mengandung serat yang tinggi. Kandungan
utama TKKS adalah selulosa dan lignin. Selulosa dalam TKKS dapat mencapai
54-60 %, sedangkan kandungan lignin mencapai 22-27 %.12 Dua bagian tandan
kosong kelapa sawit yang banyak mengandung selulosa adalah bagian pangkal
dan bagian ujung tandan kosong sawit yang agak runcing dan agak keras.13
3
Selulosa
Selulosa adalah polimer dari polisakarida berantai lurus yang tersusun atas
unit-unit glukosa atau unit sellobiosa dengan penghubung ikatan ß-1-4-glukan.4
Struktur yang linier menyebabkan selulosa bersifat kristalin dan tidak mudah larut.
Selulosa tidak mudah didegradasi secara kimia maupun mekanis. Selulosa
berasosiasi dengan polisakarida lain seperti hemiselulosa atau lignin membentuk
kerangka utama dinding sel tumbuhan.5 Rantai selulosa terdiri dari satuan glukosa
anhidrida yang saling berikatan melalui atom karbon pertama dan ke empat.
Ikatan yang terjadi adalah ikatan ß-1,4-glikosidik. Secara alamiah molekul-
molekul selulosa tersusun dalam bentuk fibril-fibril yang terdiri dari beberapa
molekul selulosa yang dihubungkan dengan ikatan glikosidik. Fibril-fibril ini
membentuk struktur kristal yang dibungkus oleh lignin. Komposisi kimia dan
struktur yang demikian membuat kebanyakan bahan yang mengandung selulosa
bersifat kuat dan keras. Sifat kuat dan keras yang dimiliki oleh sebagian besar
bahan berselulosa membuat bahan tersebut tahan terhadap peruraian secara
enzimatik. Secara alamiah peruraian selulosa berlangsung sangat lambat.6
Berdasarkan derajat polimerisasi dan kelarutan dalam senyawa NaOH 17.5%,
selulosa dapat dibedakan atas tiga jenis, salah satunya adalah Selulosa yang
jumlahnya cukup tinggi pada TKKS α-Selulosa (Alpha Cellulose) adalah selulosa
berantai panjang, tidak larut dalam larutan NaOH 17.5% atau larutan basa kuat
dengan derajat polimerisasi 600 - 1500. Selulosa α dipakai sebagai penduga dan
atau penentu tingkat kemurnian selulosa. Selulosa α merupakan kualitas selulosa yang
paling tinggi (murni). Semakin tinggi kadar alfa selulosa, maka semakin baik mutu
bahannya (Gambar 3).8
Karbon Aktif
Komposit
Komposit berasal dari kata kerja “to compose“ yang berarti menyusun atau
menggabung. Secara sederhana bahan komposit berarti bahan gabungan dari dua
atau lebih bahan yang berlainan. Komposit merupakan rangkaian dua atau lebih
bahan yang digabung menjadi satu bahan secara mikroskopis dimana bahan
pembentuknya masih terlihat seperti aslinya dan memiliki hubungan kerja
diantaranya sehingga mampu menampilkan sifat-sifat yang diinginkan. Definisi
yang lain yaitu komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua
atau lebih material pembentuknya melalui campuran yang tidak homogen, dimana
sifat mekanik dari masing-masing material pembentuknya berbeda. Dari
campuran tersebut akan dihasilkan material komposit yang mempunyai sifat
mekanik dan karakteristik yang berbeda dari material pembentuknya sehingga kita
leluasa merencanakan kekuatan material komposit yang kita inginkan dengan
jalan mengatur komposisi dari material pembentuknya. Jadi komposit merupakan
sejumlah sistem multi fasa sifat dengan gabungan, yaitu gabungan antara bahan
matriks atau pengikat dengan penguat.17
Secara umum bahan komposit terdiri dari dua macam, yaitu bahan
komposit partikel (particulate composite) dan bahan komposit serat (fiber
composite). Bahan komposit partikel terdiri dari partikel-partikel yang diikat oleh
matrik. Bentuk partikel ini dapat bermacam-macam seperti bulat, kubik,
tetragonal atau bahkan bentuk-bentuk yang tidak beraturan secara acak.
Sedangkan bahan komposit serat terdiri dari serat-serat yang diikat oleh matrik.
Bentuknya ada 2 macam yaitu serat panjang dan serat pendek.
utama yaitu strong (kuat), stiff (tangguh), dan lebih tahan terhadap panas pada saat
didalam matrik. Dalam perkembangan teknologi pengolahan serat, membuat serat
sekarang makin diunggulkan dibandingkan material matrik yang digunakan. Cara
yang digunakan untuk mengkombinasi serat berkekuatan tarik tinggi dan
bermodulus elastisitas tinggi dengan matrik yang bermassa ringan, berkekuatan
tarik rendah, serta bermodulus elastisitas rendah makin banyak dikembangkan
guna untuk memperoleh hasil yang maksimal. Komposit pada umumnya
menggunakan bahan plastik yang merupakan material yang paling sering
digunakan sebagai bahan pengikat seratnya selain itu plastik mudah didapat dan
mudah perlakuannya, dari pada bahan dari logam yang membutuhkan cara
tersendiri.18
Sehingga komposit dapat disimpulkan sebagai dua macam atau lebih
material yang digabungkan atau dikombinasikan dalam sekala makroskopis (dapat
terlihat langsung oleh mata) sehingga menjadi material baru yang lebih berguna.
Komposit terdiri dari 2 bagian utama yaitu :
1. Matriks berfungsi untuk perekat atau pengikat dan pelindung filler (pengisi)
dari kerusakan eksternal. Matriks yang umum digunakan : carbon, glass, kevlar,
dll
2. Filler (pengisi), berfungsi sebagai penguat dari matriks. Filler yang umum
digunakan : carbon, glass, aramid, Kevlar.15
Polimer
Polimer adalah suatu bahan yang terdiri dari unit molekul yang disebut
monomer. Jika monomernya sejenis disebut homopolimer, dan jika monomernya
berbeda akan menghasilkan kopolimer. Umumnya suatu polimer terbentuk atas
suatu struktur yang tersusun secara berulang, diikat gaya tarik menarik yang kuat
yang disebut ikatan kovalen. Polimer alam yang kita kenal antara lain selulosa,
protein, karet alam dan sejenisnya. Polimer diketahui orang dengan sebutan
plastik. Plastik adalah suatu polimer yang mempunyai sifat-sifat unik dan luar
biasa, seperti karena densitasnya yang rendah serta pemanfaatanya sebagai
isolator termal dan listrik. Plastik merupakan pemantul cahaya yang kurang baik
dan cenderung bersifat transparan atau translusen (setidak-tidaknya sebagai
lembaran tipis). Selain itu, beberapa jenis plastik bersifat fleksibel dan dapat
dibentuk. Karakteristik mampu bentuk ini dimanfaatkan pada fabrikasi. Plastik
yang pertama kali dibuat secara komersial adalah nitroselulosa.9
Polimer dibedakan menjadi dua, yaitu termoplastik dan termoset.
Termoplastik adalah polimer atau plastik yang akan menjadi lunak jika
dipanaskan dan mengeras kembali jika didinginkan. Jadi jenis termoplastik ini
dengan sendirinya ada segi negatif yaitu tidak dapat digunakan lagi apabila
kondisi pemakaian melampaui suhu pelunakan. Sedangkan termoset adalah jenis
polimer yang apabila telah mengalami kondisi tertentu tidak dapat dibentuk
kembali, artinya pemanasan kembali tidak akan banyak melunakkan, karena
bangun polimernya berbentuk jaringan tiga dimensi. Material plastik telah
berkembang pesat dan sekarang mempunyai peranan yang sangat penting dalam
penggunaannya di bidang elektronika, pertanian, tekstil, transportasi, furniture,
konstruksi, kemasan kosmetik, mainan anak-anak dan produk- produk industry
lainnya.
Polipropilen merupakan polimer kristalin yang dihasilkan dari polimerisasi
gas propilena. Polipropilena mempunyai specific gravity rendah dibandingkan
dengan jenis plastik yang lain namun mempunyai titik leleh yang cukup tinggi
antara 190–200 oC, sedangkan titik kristalisasinya antara 130–135 oC.
Polipropilen mempunyai ketahanan terhadap bahan kimia (chemical resistance)
yang tinggi, tetapi ketahanan pukul (impact strength) yang rendah.
Sedangkan polistiren adalah hasil polimerisasi dari monomer stirena,
dimana monomer stirena-nya di dapat dari hasil dehidrogenisasi dari etil benzena
(dengan bantuan katalis), sifat mekanis yang menonjol dari polistiren adalah kaku,
keras, mempunyai bunyi seperti metalik bila dijatuhkan, ketahanan terhadap kimia
tidak sebaik polipropilen.9
Polimer ABS terdiri dari tiga monomer yaitu acrylonitrile, butadiene dan
styrene. Sifat dari monomer acrylonitrile memberikan kekuatan termal dan kimia,
butadiene memberikan perbaikan terhadap fleksibilitas akibat partikel halus
elastomer yang didistribusikan di seluruh matriks yang kaku dan ketahanan pukul
bahkan pada suhu rendah sedangkan Stirena menjamin kekakuan dan mudah
diproses. Berbagai sifat lebih lanjut juga dapat diperoleh dengan penambahan
aditif sehingga diperoleh grade ABS yang bersifat menghambat nyala api,
transparan, tahan panas tinggi, tahan terhadap sinar UV dan lain-lain. Selain itu,
ABS memiliki sifat-sifat keseimbangan mekanik yang sempurna antara lain kuat,
keras, kekuatan tarik tinggi, kestabilan terhadap panas dan memiliki ketahanan
terhadap goresan. ABS banyak digunakan dalam bidang teknik seperti untuk
kebutuhan elektronik, otomotif dan lain-lain. 10
8
METODOLOGI
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2016 hingga bulan Maret
2017. Sintesa granular biokomposit dilakukan di PT MUB Jaya Cibinong.
Sedangkan pengujian bahan dilakukan di laboratorium karakterisasi material
Departemen Fisika, FMIPA IPB.
Bahan
Bahan utama penelitian yaitu TKKS sebagai filler dengan ukuran serat
mikropartikel. Polimer yang digunakan sebagai matriks biokomposit adalah
Acrylonitrile Butadiene Styrene daur ulang (R-ABS) yang diperoleh dari PT MUB
Jaya (Bogor, Indonesia). Aditif yang digunakan adalah maleic anhydride (MA)
(Darmstadt, Jerman). Karbon aktif yang digunakan berasal dari tempurung kelapa.
Alat
Prosedur Penelitian
akan bertumbukan satu sama lain. Setelah bertumbukan, serat yang ukurannya masih
besar akan turun dan terpotong kembali oleh pisau pemotong. Hal ini akan terus
terjadi selama mesin dihidupkan. Selama proses ini temperatur di dalam mesin
pemotong meningkat yang akan mempermudah penggilingan serat karena serat yang
lebih kering cenderung lebih rapuh daripada serat yang masih basah. Oleh karena itu,
mechanical milling menjadi teknik yang efektif untuk menghasilkan filler pada
ukuran shortfiber dan microfiber tanpa menggunakan bahan kimia dan zero waste.
Sintesa serat ukuran shortfiber dan microfiber dilakukan untuk melihat pengaruh
ukuran partikel terhadap kekuatan komposit setelah dicampur dengan material
polimernya. Ukuran partikel menentukan kualitas ikatan suatu material komposit,
semakin kecil ukuran partikel akan meningkatkan banyaknya ikatan antara matrik dan
filler, karena ukuran partikel yang kecil memiliki luas permukaan yang besar. Hal ini
juga berpengaruh pada homogenitas suatu material komposit karena partikel yang
kecil akan terdistribusi secara merata dan campuran yang homogen juga akan
meningkatkan kualitas ikatan pada material kompositnya.
Produksi Filler
Hasil penggilingan pertama diayak dengan ayakan 20 mesh untuk memisahkan
serat yang ukurannya terlampau besar dengan serat ukuran kecil. Serat yang
ukurannya besar (tertahan 20 mesh) akan digiling kembali sampai ukurannya mampu
melewati ayakan. Sementara untuk serat yang lolos 20 mesh akan dilanjutkan
pengayakan dengan ayakan 60 mesh. Sama seperti sebelumnya, untuk serat yang
mempu melewati ayakan 60 mesh akan dilanjutkan dengan ayakan 100 mesh.
Sementara serat yang tidak mampu melewati ayakan akan digiling kembali sampai
halus. Serat yang digunakan pada penelitian ini adalah serat yang mampu melewati
ayakan 60 mesh yang merupakan serat berukuran 250 𝜇𝑚 yang dapat disebut sebagai
short fiber dan serat yang mampu melewati ayakan 100 mesh yang merupakan serat
berukuran 150 𝜇𝑚 yang dapat siebut sebagai micro fiber. Pada penelitian ini serat
yang digunakan adalah serat micro fiber.
Pengukuran Sampel
Pada penelitian ini menggunakan metode dengan mengembangkan LCR
Hitester HIOKI 3522 menjadi sebuah Sistem instrumentasi pengukur sifat elektrik.
Dengan cara mengkoneksikan alat ukur LCR meter ke sebuah personal komputer
(PC) dengan menggunakan bahasa pemprograman LabView. Pengembangan
sistem instrumentasi ini tetap mengacu pada parameter dan fungsi yang ada pada
LCR Hitester HIOKI 3522. Sistematika Pengembagan instrumentasi pada
penelitian ini secara garis besar terdiri dari:
Hasil pencampuran dan ekstrusi dapat dilihat pada gambar 4. Secara kasat
mata bentuk dan ukuran pada sampel 4, 5, dan 6 sedikit berbeda dengan sampel
lainnya karena adanya campuran Serat TKKS. Meskipun hampir terlihat sama,
kesembilan sampel memiliki komposisi yang berbeda. Untuk mengetahui perbedaan
dari masing-masing granular perlu dilakukan uji yang lebih lanjut yang akan dibahas
pada pembahasan selanjutnya.
1 2 3
4 5 6
7 8 9
Analisa Konduktivitas
V = IR ; R = konstan (1)
𝑽
𝑹= (2)
𝑰
Kurva hubungan arus dan tegangan pada material Ohmik adalah linear
sedangkan material nonohmik kurva hubungannya tidak linear.
Resistansi suatu kawat penghantar sebanding dengan panjang kawat dan
berbanding terbalik dengan luas penampang lintang sesuai dalam persamaan (3) :
𝐿
𝑅 = 𝜌𝐴 (3)
𝐿
𝜎 = 𝑅𝐴 (5)
2.00E-07
1.80E-07
1.60E-07
Konduktivitas (S/cm)
1.40E-07
1.20E-07
1.00E-07
Sample 1
8.00E-08
Polimer ABS
6.00E-08
4.00E-08
2.00E-08
0.00E+00
0 200000 400000 600000
Frekuensi (Hz)
1.00E-07
9.00E-08
8.00E-08
Konduktivitas (S/cm)
7.00E-08
6.00E-08
5.00E-08
4.00E-08 Sample 2
3.00E-08 Polimer ABS
2.00E-08
1.00E-08
0.00E+00
0 200000 400000 600000
Frekuensi (Hz)
1.00E-07
9.00E-08
8.00E-08
Konduktivitas (S/cm)
7.00E-08
6.00E-08
5.00E-08
Sample 3
4.00E-08
3.00E-08 Polimer ABS
2.00E-08
1.00E-08
0.00E+00
0 200000 400000 600000
Frekuensi (Hz)
7.00E-08
6.00E-08
Konduktivitas (S/cm)
5.00E-08
4.00E-08
3.00E-08 Sample 4
Polimer ABS
2.00E-08
1.00E-08
0.00E+00
0 200000 400000 600000
Frekuensi (Hz)
1.60E-07
1.40E-07
Konduktivitas (S/cm) 1.20E-07
1.00E-07
Sample 5
8.00E-08
Polimer ABS
6.00E-08
4.00E-08
2.00E-08
0.00E+00
0 200000 400000 600000
Frekuensi (Hz)
9.00E-07
8.00E-07
7.00E-07
Konduktivitas (S/cm)
6.00E-07
5.00E-07
4.00E-07 Sample 6
3.00E-07 Polimer ABS
2.00E-07
1.00E-07
0.00E+00
0 200000 400000 600000
Frekuensi (Hz)
7.00E-08
6.00E-08
Konduktivitas (S/cm)
5.00E-08
4.00E-08
3.00E-08 Sample 7
Polimer ABS
2.00E-08
1.00E-08
0.00E+00
0 200000 400000 600000
Frekuensi (Hz)
9.00E-08
8.00E-08
7.00E-08
Konduktivitas (S/cm)
6.00E-08
5.00E-08
4.00E-08 Sample 8
3.00E-08 Polimer ABS
2.00E-08
1.00E-08
0.00E+00
0 200000 400000 600000
Frekuensi (Hz)
7.00E-08
6.00E-08
Konduktivitas (S/cm)
5.00E-08
4.00E-08
3.00E-08 Sample 9
Polimer ABS
2.00E-08
1.00E-08
0.00E+00
0 200000 400000 600000
Frekuensi (Hz)
2.00E-07
1.80E-07
1.60E-07
Konduktivitas (S/cm)
1.40E-07
1.20E-07
sampel 10
1.00E-07
8.00E-08 Polimer ABS
6.00E-08
4.00E-08
2.00E-08
0.00E+00
0 200000 400000 600000
Frekuensi (Hz)
8.00E-07
6.00E-07
Konduktivitas (S/cm)
4.00E-07
2.00E-07
0.00E+00
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Karbon Aktif (%)
1.00E-07
Konduktivitas (S/cm)
8.00E-08
6.00E-08
4.00E-08
2.00E-08
0.00E+00
0 1 2 3 4
Karbon Aktif (%)
2.70E-08
2.65E-08
2.60E-08
2.55E-08
2.50E-08
2.45E-08
2.40E-08
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Karbon Aktif (%)
Berdasarkan dari hasil grafik diatas dapat dilihat bahwa sampel 1 sampai 9
yang diberi doping karbon aktif dan sampel 10 tanpa diberi karbon aktif memiliki
nilai konduktivitas yang sedikit lebih besar dibandingkan dengan poilimer ABS
murni. Nilai konduktivitas tiap sampel mengalami peningkatan pada puncaknya di
beberapa frekuensi teretentu. Hal tersebut disebabkan oleh pengaruh banyaknya
komposisi karbon aktif yang diberikan pada masing-masing sampel. Pada sampel
1, 2, dan 3 puncak nilai konduktivitas tertinggi terdapat pada sampel 3 yaitu
sebesar 9 x 10-8 S cm-1. Pada sampel 4, 5, dan 6 puncak nilai konduktivitas
tertinggi terdapat pada sampel 6 sebesar 8.29 x 10-7 S cm-1. Pada sampel 7, 8, dan
9 nilai puncak tertinggi terdapat pada sampel 8 sebesar 7.32 x 10-8 S cm-1. Gambar
15 merupakan grafik hubungan penambahan karbon aktif dengan konduktivitas
listrik pada sampel yang mengandung TKKS yaitu sampel 4, 5, 6, dan 10 dengan
titik frekuensi yang sama sebesar 176.000 Hz. Pada grafik tersebut terlihat bahwa
adanya peningkatan konduktivitas listrik seiring penambahan karbon aktif pada
sampel yang mengandung serat TKKS. Pada gambar 16 dan 17 sampel tidak
mengandung serat TKKS namun pada gambar 16 sampel ditambahkan maleat
anhidrat sebanyak 0.2%. Kedua grafik tersebut mengalami peningkatan pada
penambahan komposisi 2% dan menurun pada komposisi 3%. Sehingga dari
ketiga grafik tersebut dapat diketahui bahwa serat TKKS pada komposit yang
ditambahkan karbon aktif mempengaruhi peningkatan konduktivitas listrik
Kenaikan konduktivitas disebabkan oleh doping karbon aktif kepada polimer ABS.
Hal ini menyebabkan nilai konduktivitas pada sampel lebih besar dibandingkan
dengan polimer ABS. Maka dapat diketahui bahwa sampel yang diberi komposisi
karbon aktif sebanyak 3% akan memiliki nilai konduktivitas lebih besar
dibandingkan dengan komposisi 1% dan 2%. Lain halnya dengan sampel 9
dimana terjadinya penuruan konduktivitas pada komposisi karbon aktif sebesar
3%. Hal tersebut dimungkin-kan karena partikel dari serbuk karbon aktif ke dalam
polimer ABS tidak merata pada saat proses ekstrusi menggunkan single-screw
extruder.
Nilai konduktivitas listrik bergantung pada fraksi berat serbuk, dan
kandungan minimum dari serbuk karbon, dimana serbuk karbon tersebut
membentuk jaringan kerja yang bersambung, yang menentukan komposit karbon
menjadi konduktif secara elektrik. Faktor-faktor penentu adalah: konduktivitas
dari serbuk, fraksi volume dan karakteristik serbuk seperti ukuran, bentuk, luas
permukaan, distribusi dan orientasi dari serbuk pengisi. Konduktivitas listrik
ditentukan pada kemungkinan kontak antar serbuk di dalam matriks polimer.
Metode fabrikasi dan kondisi pembuatan komposit memainkan peranan penting
dalam konduktivitas karena mempengaruhi penyebaran, orientasi dan jarak antar
serbuk di dalam matriks polimer.24
Secara keseluruhan konduktivitas polimer yang mengalami proses
pendopingan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu konsentrasi dopan yang
ditambahkan, homogenitas dopan dalam polimer, derajat kristalinitas, dan
morfologi polimer serta reaksi kimia yang terjadi antara dopan dengan polimer itu
sendiri.25 Kenaikan konduktivitas pada polimer secara mikroskopis terjadi karena
adanya peranan atom atau molekul doping yang menghasilkan cacat dalam rantai
polimer tersebut (cacat struktur). Cacat inilah yang berperan dalam penghantaran
listrik. Cacat dapat bermuatan positif, negative, atau netral. Secara fisika kuantum,
cacat berperilaku seolah-olah sebagai partikel. Cacat dapat berpindah sepanjang
20
rantai, sehingga menimbulkan aliran muatan. Elektron atau hole juga dapat
meloncat dari satu posisi cacat ke posisi cacat yang lain (cacat tidak berpindah),
sehingga timbul pula aliran listrik.
Gambar 15 Hasil uji Mikroskop Optik dengan perbesaran 30x. (7 dan 9) Granular
Biokomposit campuran polimer ABS dan karbon aktif
21
Berdasarkan spektra FTIR (Gambar 18) dapat dilihat struktur senyawa dari
karbon aktif, serat TKKS (filler), polimer ABS recycle (matrik), biokomposit TKKS,
dan Biokomposit Karbon. Gugus fungsi yang terdapat pada karbon aktif tempurung
kelapa adalah gugus C=O pada bilangan gelombang 1751.24 cm-1, gugus C=C
pada bilangan gelombang 1542.95 cm-1, gugus C-C pada bilangan gelombang
1155.28 cm-1, dan gugus C-H pada bilangan gelombang 885.27 cm-1.27 Dapat
dilihat pada spektra FTIR kedua biokomposit terdapat penyerapan vibrasi yang
didominasi oleh puncak-puncak dari matriknya yaitu pada bilangan gelombang 2237
cm-1 (N≡C), 1600 - 1900 cm-1 yang merupakan ikatan-ikatan karbon (C=O) dari
polimer ABS, dan pada rentang 670-1000 cm-1 yang teridentifikasi adanya ikatan
CH=CH2 yang merupakan bagian dari matrik polimer ABS juga. Selain itu pada
bikomposit karbon terdapat serapan pada bilangan gelombang 1072 cm-1 yang
merupakan gugus C-O dari karbon aktif. Adanya dominasi dari matrik ABS
recycle ini karena komposisi biokompositnya sendiri sebagian besar adalah
polimer ABS recycle. Sementara karbon aktif hanya berkisar dari 1-3% dan serat
TKKS hanya berkisar dari 10-20% dari total biokomposit.
22
Gambar 16 Hasil uji FTIR (a) Karbon Aktif (b) Serat TKKS (c) Polimer ABS
(d ) Granular Biokomposit TKKS (e) Granular Biokomposit Karbon
23
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
1 Fauzi, Y., E.W. Yustina., S. Iman., dan R. Hartono. 2005. Kelapa Sawit :
Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan
Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta.
2 Jiri Janata And Mira Josowicz. Conducting Polymers In Electronic
Chemical Sensors. 2002
3 Frank Zee and Jack Judy (1999), Mems Chemical Gas Sensor Using A
Polymer-Based Array, Published at Transducers ’99 - The 10th
International Conference on Solid-State ensors and Actuators on June 7-10,
Sendai,Japan.
4 Tellu AT. Sifat Kimia Jenis-jenis Rotan yang Diperdagangkan di Propinsi
Sulawesi Tengah. Biodiversivitas 9:108-111. 2008.
5 Holtzapple MT, 1993. Cellulose, hemicellulose, and lignin. dalam: Macrae
R, Robinson RK, Saddler JM. (Eds.), Encyclopedia of Food Science, Food
Technology, and Nutrition. London(UK): Academic Press. Hal. 758–767,
2324–2334, 2731–2738.
6 Haiger CH, Weimer PJ. 1991. Biosynthesis and Biodegradation of
Cellulose. New York (US).
7 Wien. 1992. General training course. VDI-Verlag GmbH : Dusseldorf.
8 Nuringtyas TR. 2010. Karbohidrat. Yogyakarta (ID): Gajah Mada
University Press.
9 Sumaryono. 2012. Perilaku Pengujian Tarik Pada Polimer Polistiren dan
Polipropilen. Dalam Jurnal Gardan. Vol.1 (1) : 71-73.
10 Ariffin. 1996. Sintesis Kopolimer Stirena Maleat Anhidrida dan
Karakterisasinya. Tesis PPS Kimia, Bandung : Institut Teknologi
Bandung Press.
11 Imam Mujiarto. 2005. Sifat dan Karakteristik Material Plastik dan Bahan
Aditif. Dalam Jurnal Traksi. Vol.3 (2) : 2-3.
12 Hambali, E., S. Mujdalipah, A. H. Tambunan, A. W. Pattiwiri dan Roy H.
2007. Teknologi Bioenergi. Agromedia Pustaka : Jakarta.
13 Hasibuan, R.S., (2010), Kualitas Serat dari Limbah Batang Kelapa Sawit
sebagai Bahan Baku Papan Serat, Fakultas Pertanian USU, Medan.
14 Anggraini, D dan Roliadi, H. 2011. Pembuatan Pulp dari Tandan Kosong
Kelapa Sawit untuk Karton pada Skala Usaha Kecil. Dalam Jurnal
Penelitian Hasil Hutan. Vol.29 (3) : 211-225.
15 Saepulloh, D S. 2016. Pengolahan Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit
sebagai Material Filler Polymer Recycle [skripsi]. Bogor (ID) : Institut
Pertanian Bogor.
16 Maulinda Leni, et al. 2015. Pemanfaatan Kulit Singkong sebagai Bahan
Baku Karbon Aktif. Dalam Jurnal Teknologi Kimia Unimal. Vol.4 (2) :
11-19.
17 Oroh Jonathan, et al. 2013. Analisis Sifat Mekanik Material Komposit dari
Serat Sabut Kelapa [paper]. Manado (ID) : Universitas Sam Matulangi
Manado.
25
18 Bawono Baju, et al. 2011. Perancangan dan Pembuatan Alat Uji Modulus
Patah untuk Pengujian Produk Keramik. Yogyakarta (ID) : Universitas
Atma Jaya Yogyakarta.
19 Siagian. 2016. Eliminasi Kandungan Tar pada Gasifikasi Tandan Kosong
Kelapa Sawit. [Skripsi]. Padang (ID) : Universitas Andalas
20 Pratama RI. 2007. Kajian mengenai prinsip-prinsip dasar teknologi
ekstrusi untuk bahan makanan dan beberapa aplikasinya pada hasil
perikanan. Bandung (ID): Universitas Padjajaran.
21 Mashadi. Sistem Instrumentasi Sifat Elektrik Untuk Sampel Kapasitor
Berbasis Karbon [thesis]. Depok (ID): Universitas Indonesia. 2010.
22 Irzaman, Erviansyah R, Syafutra H, Maddu A, dan Siswadi2. 2010. Studi
Konduktivitas Listrik Film Tipis Ba0.25Sr0.75TiO3 Yang Didadah Ferium
Oksida (BFST) Menggunakan Metode Chemical Solution Deposition.
Dalam Jurnal Berkala Fisika.Vol.13 (1) : 33-38.
23 Ara Gradiniar Rizkyta dan Hosta Ardhyananta. 2013. Pengaruh
Penambahan Karbon terhadap Sifat Mekanik dan Konduktivitas Listrik
Komposit Karbon/Epoksi sebagai Pelat Bipolar Polimer Elektrolit
Membran Sel Bahan Bakar (Polymer Exchange Membran (PEMFC)).
Dalam Jurnal Teknik POMITS. Vol.2 (1) : 36-40.
24 Astuti, Henny Prastiwi. 2013. Pengaruh Penambahan Tembaga (Cu)
Terhadap Sifat Listrik Polianilin (PANi). Dalam Jurnal Ilmu Fisika. Vol.5
(1) : 31-37.
25 Zulfia A, Abimanyu T, dan Verina W D. Penambahan Tembaga Pada
Komposit Pp/C dan Pengaruhnya Pada Sifat Mekanik Dan Konduktivitas
Listrik Pelat Bipolar Komposit Pp/C-Cu. Dalam JurnalMakara Teknologi.
Vol.15 (2) : (101-106).
26 Bani M, Santjojo DH, Masruroh. 2013. Pengaruh suhu reaksi reduksi
terhadap pemurnian karbon berbahan dasar tempurung kelapa. Jurnal
Natural B. 2(2).
26
RIWAYAT HIDUP