NUR FARITA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemberian EF Slag dan
Kombinasinya Dibandingkan dengan Dolomit serta Trass untuk Peningkatan
Serapan Hara dan Pertumbuhan Padi di Tanah Gambut adalah benar karya saya
dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2015
Nur Farita
NIM A14100068
ABSTRAK
NUR FARITA. Pemberian EF Slag dan Kombinasinya dibandingkan dengan
Dolomit serta Trass untuk Peningkatan Serapan Hara dan Pertumbuhan Padi di
Tanah Gambut. Dibimbing oleh ATANG SUTANDI dan BUDI NUGROHO.
Peat soil has low fertility and several to die organic acids so it is needed
application of ameliorant. Ameliorantisa soil material which used to improve the
physical, chemical, and biological properties of soil. In addition, amelioration was
done to overcome the high acidity and poor soil fertility which are the two main
limiting factors, in increasing the productivity of peatlands. This research aim to
study the effect of EF slag and its combination with dolomite and trass to increase
soil pH, the nutrient uptake growth of paddy in peat soil. The study was conducted
with the completely randomized design (CRD), which consisted of control, 50%
NPK, 5% EF slag, 5% trass, dolomite (2.5%, 1.9%, and 1.3%), 5% dolomite-trass
(0.5:1, 0.75:1, and 1:1), and 5% combination of dolomite-trass 1:1 and EF slag
(75:25, 50:50, and 25:75). Each treatment done three replications. These results
show that the application of single trass or single dolomite or combination trass
and dolomite in effective as ameliorant peat for paddy rice, whereas the
combinations between trass-dolomite (1:1) and EF slag was effective as
ameliorant peat for paddy rice. The best treatmen twas a combination of trass-
dolomite (1:1) with EF slag (25:75), the combination was better than the EF slag
it self.
NUR FARITA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pemberian EF
Slag dan Kombinasinya Dibandingkan dengan Dolomit serta Trass untuk
Peningkatan Serapan Hara dan Pertumbuhan Padi di Tanah Gambut. Penelitian ini
dilaksanakan sejak Oktober 2014 hingga Februari 2015 sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya
Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
selama penelitian dan penyusunan skripsi, terutama :
1. Dr Ir Atang Sutandi, MSi sebagai pembimbing skripsi pertama yang telah
membimbing, memberi arahan, masukan dan saran serta motivasi selama
proses penelitian dan penyusunan skripsi ini hingga selesai.
2. Dr Ir Budi Nugroho, MSi sebagai pembimbing skripsi kedua yang telah
membimbing dan memberi saran dalam penulisan skripsi.
3. Dr Ir Suwarno, MSc sebagai penguji yang telah memberikan saran dan
nasihat bagi penyempurnaan skripsi.
4. Bapak, ibu, dan adik-adik tercinta (Yeni, Lila, dan Fasya), serta seluruh
keluarga yang telah memberikan doa, dukungan, semangat, dan kasih
sayang.
5. Seluruh staff Laboratorium dan staff Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
6. Nia Liani dan Lohot Jon Piter Sidabutar sebagai teman seperjuangan atas
kebersamaannya dalam penelitian ini.
7. Hasanuddin, Peni Fitria Raharjanti, Hevi Metalika Aprilia, Lilis Solechah,
Denok Ayu Uni Aisandi sebagai sahabat yang menemani selama proses
penulisan skripsi.
8. Seluruh teman-teman BEM KM IPB Kabinet Berani Beda yang selalu
memberikan semangat, dukungan, dan senyumannya.
9. Seluruh teman-teman Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah serta
teman-teman seperjuangan ITSL 47 yang selalu memberikan semangat, dan
dukungannya.
10. Seluruh pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan
satu per satu.
Banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Nur Farita
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN ix
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
METODE 2
Waktu dan Tempat Penelitian 2
Bahan 2
Alat 3
Rancangan Perlakuan 3
Rancangan Percobaan 4
Pelaksanaan 4
Metode Penilaian Efektivitas Perlakuan pada Serapan NPK Padi 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
Karakteristik Awal Tanah Gambut 7
Pengaruh Perlakuan EF Slag, Dolomit, dan Trass terhadap pH Tanah 8
Serapan Hara Tanaman Padi 9
Serapan Hara N, P, K, Ca, dan Mg Tanaman 9
Serapan Hara Mikro Fe, Cu, dan Zn Tanaman 10
Efektivitas Perlakuan pada Serapan NPK Padi 11
Pengaruh Perlakuan Terhadap Tinggi Tanaman, Jumlah Anakan, dan Biomassa
Tanaman 12
SIMPULAN DAN SARAN 13
Simpulan 13
Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 14
LAMPIRAN 16
RIWAYAT HIDUP 26
DAFTAR TABEL
1 Komposisi kimia Trass 2
2 Komposisi kimia EF slag Indonesia (PT Krakatau Steel, Cilegon) 3
3 Dosis yang diberikan pada rancangan perlakuan 4
4 Metode pengukuran analisis tanah dan tanaman 6
5 Sifat kimia tanah gambut 7
6 Pengaruh perlakuan terhadap serapan hara N, P, K, Ca, Mg tanaman 9
7 Pengaruh perlakuan terhadap serapan Fe, Cu, dan Zn tanaman 10
8 Pengaruh perlakuan terhadap RAE serapan NPK Padi 11
9 Pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman dan jumlah anakan pada 8
MST dan biomassa 12
DAFTAR GAMBAR
1 Pengaruh perlakuan terhadap pH tanah gambut saat panen 8
DAFTAR LAMPIRAN
1 Deskripsi varietas padi INPARA 6 16
2 Kriteria penilaian sifat kimia gambut 16
3 Tabel Analisis Ragam pH H2O 17
4 Pengaruh Perlakuan Terhadap pH Tanah saat Panen 17
5 Tabel Analisis Ragam Serapan N, P, K, Ca, dan Mg 18
6 Tabel Analisis Ragam Serapan Fe, Cu, dan Zn 19
7 Serapan Hara N, P, K, Ca, Mg, Fu, Cu, dan Zn 20
8 Tabel Analisis Ragam Tinggi Tanaman, Jumlah Anakan dan Biomassa
Tanaman 21
9 Pengaruh Perlakuan terhadap Tinggi Tanaman 22
10 Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Anakan 22
11 Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Kering Tanaman 23
12 RAE Serapan Hara N, P, dan K 24
13 Dokumentasi (Tanaman saat Panen) 25
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pulau Jawa merupakan salah satu pulau sebagai pemasok pangan nasional.
Namun saat ini sudah banyak terjadi alih fungsi lahan yang terus berlangsung di
Pulau Jawa sehingga semakin sulit diandalkan lagi. Perluasan lahan pertanian
perlu dilakukan terutama untuk menggantikan lahan-lahan produktif yang
terkonversi serta mengurangi tekanan lahan pertanian yang dikelola terlalu
intensif di Pulau Jawa ini. Menurut Ritung dan Suharta (2007), keterbatasan lahan
produktif menyebabkan ekstensifikasi pertanian mengarah pada lahan-lahan
marjinal, salah satunya yaitu lahan gambut. Pemanfaatan lahan gambut apabila
dikelola dengan baik dan sesuai dengan karakteristik gambut, diharapkan dapat
membuat lahan gambut menjadi lahan pertanian berproduktivitas tinggi.
Kesuburan lahan gambut tergolong rendah sehingga diperlukan pemberian
masukan berupa bahan amelioran seperti kapur, fosfat alam, pupuk makro dan
pupuk mikro (Noor 2001). Amelioran merupakan bahan untuk memperbaiki sifat
fisik, kimia, dan biologi tanah. Selain itu ameliorasi untuk mengatasi tingginya
kemasaman tanah dan buruknya kesuburan tanah yang merupakan dua faktor
pembatas utama dalam meningkatkan produktivitas lahan gambut (Barchia 2012).
Kriteria amelioran yang baik bagi lahan gambut adalah memiliki kejenuhan basa
(KB) yang tinggi, mampu meningkatkan derajat pH secara nyata, mampu
memperbaiki struktur tanah, memilik kandungan unsur hara yang lengkap, dan
mampu mengusir senyawa beracun terutama asam-asam organik.
Pada penelitian ini bahan amelioran yang diduga potensial untuk
digunakan dan terdapat cukup banyak di Indonesia adalah EF slag (terak baja).
EF slag merupakan hasil sampingan yang terbentuk dalam proses pembuatan baja
yang mengandung kalsium silika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian
EF slag Indonesia pada tanah gambut meningkatkan secara nyata ketersediaan Si,
Ca, Mg, serta meningkatkan pH tanah (Suwarno 2002). Selain EF slag, bahan
amelioran yang digunakan pada penelitian ini adalah dolomit dan trass. Dolomit
merupakan salah satu jenis kapur yang digunakan untuk kesuburan tanah dan
mengurangi keasaman, secara teoritis mengandung 45.6% MgCO3 atau 21.9%
MgO dan 54.3% CaCO3 atau 30.4% CaO. Dolomit berasal dari bahan mineral
alam yang mengandung unsur hara magnesium dan kalsium berbentuk bubuk
dengan rumus kimia CaMg(CO3)2. Sedangkan menurut Utomo (2011) trass
terbentuk dari abu vulkanik telah mengalami perubahan komposisi kimia akibat
pelapukan dan pengaruh kondisi air bawah tanah.
Tujuan Penelitian
METODE
Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2014 hingga Februari 2015
dengan percobaan rumah kaca dan analisis laboratorium. Percobaan rumah kaca
dilakukan dengan menggunakan pot yang bertempat di kebun percobaan
University Farm Institut Pertanian Bogor, sedangkan analisis laboratorium
dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah
dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Bahan
Alat
Rancangan Perlakuan
Dosis yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 3. Pada perlakuan NPK 50%
ditambahkan juga pupuk mikro berupa CuSO4 dan ZnSO4. Pemberian pupuk urea
dilakukan dua kali dengan ½ dosis disaat tanam dan ½ dosis lagi pada hari ke 30
setelah tanam.
4
NPK
Kode EF slag Trass Dolomit CuSO4 ZnSO4
Urea KCl SP36
Perlakuan
...g/pot...
Kontrol 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
NPK 50% 2.25 1.14 1.14 0.00 0.00 0.00 0.15 0.15
A3 2.25 1.14 1.14 150.00 0.00 0.00 0.00 0.00
A4 2.25 1.14 1.14 0.00 150.00 0.00 0.00 0.00
A5 2.25 1.14 1.14 0.00 72.87 75.54 0.00 0.00
A6 2.25 1.14 1.14 0.00 59.49 90.51 0.00 0.00
A7 2.25 1.14 1.14 0.00 49.53 100.47 0.00 0.00
A8 2.25 1.14 1.14 0.00 0.00 75.00 0.00 0.00
A9 2.25 1.14 1.14 0.00 0.00 57.00 0.00 0.00
A10 2.25 1.14 1.14 0.00 0.00 39.00 0.00 0.00
A11 2.25 1.14 1.14 37.50 37.14 75.36 0.00 0.00
A12 2.25 1.14 1.14 75.00 24.78 50.22 0.00 0.00
A13 2.25 1.14 1.14 112.50 12.39 25.11 0.00 0.00
Rancangan Percobaan
Pelaksanaan
1. Persiapan Inkubasi
Parameter Metode
I. Tanah
pH H2O 1:1 dan KCl 1:1
N-total Kjeldhal
C-organik Walkley & Black
P tersedia Bray 1
Ca, Mg, K, Na, KTK NH4OAc pH 7
Fe, Cu, Zn 0.05 N HCl
II. Tanaman
N, P, K, Ca, Mg, Fe, Cu, dan Zn Pengabuan basah ekstrak HNO3 (65%) dan
HClO4 (70-72%) (2:1)
tergolong sedang. Menurut Soepardi dan Surowinoto (1982) kejenuhan basa tanah
gambut umumnya <15 persen, sementara secara umum kejenuhan basa tanah
gambut harus mencapai 30 persen agar tanaman dapat menyerap basa-basa
tertukar dengan mudah. Selain itu, dari hasil analisis awal tanah gambut terlihat
kadar unsur mikro gambut tergolong rendah (Fe, Cu, dan Zn), terutama Cu. Dari
hasil analisis unsur Cu tidak terukur. Hal ini diduga unsur mikro pada tanah
gambut terutama Cu dikhelat cukup kuat oleh bahan organik sehingga tidak
tersedia bagi tanaman. Menurut Noor (2001) hal ini disebabkan oleh senyawa
asam-asam organik yang memfiksasi ion-ion Cu dan Zn menjadi bentuk kurang
tersedia. Kadar Cu umumnya lebih rendah dibandingkan dengan Zn dan Mn,
terlebih pada bahan organik yang tinggi.
4,00
3,00
2,00
1,00
0,00
Perlakuan
N P K Ca Mg
Perlakuan
...mg pot-1
Kontrol 2.81d 3.490c 24.96e 9.25f 9.23f
NPK 50% 84.43cd 36.38b 255.84d 51.52cde 41.25def
A3 172.65abc 54.36b 415.97bc 79.62bc 105.63bc
A4 96.80cd 14.39c 100.70e 17.12ef 19.10ef
A5 162.91abc 38.28b 249.74d 45.94cdef 68.05d
A6 191.58abc 40.49b 261.78d 39.12def 55.72de
A7 237.27ab 42.87b 280.33d 64.95cd 79.19cd
A8 240.26ab 53.24b 402.47c 75.83bcd 74.97cd
A9 235.81ab 52.89b 329.91cd 56.12cd 55.57de
A10 166.14abc 46.69b 269.61d 38.35def 41.02def
A11 155.88abc 77.25a 526.66ab 111.10ab 109.10bc
A12 152.13bc 72.93a 542.76a 110.26ab 130.47b
A13 274.00a 80.70a 644.42a 131.17a 166.34a
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf α=5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT)
Hasil uji Duncan, serapan hara tertinggi terdapat pada perlakuan A13
untuk semua serapan hara N, P, K, C, dan Mg. Sedangkan terendah pada
perlakuan kontrol. Perlakuan A13 merupakan perlakuan kombinasi antara EF slag
dan dolomit-trass, semakin tinggi perbandingan EF slag terhadap dolomit-trass
yang diberikan maka nilai serapan haranya pun semakin tinggi. Dengan kata lain,
peningkatan dosis EF slag terhadap dolomit-trass diikuti dengan peningkatan
serapan hara N, P, K, Ca, dan Mg. Hal ini juga dibuktikan pada perlakuan EF slag
tunggal (A3), nilai yang dihasilkan dari perlakuan tersebut lebih tinggi
dibandingkan dengan pemberian dolomit-trass (A5, A6, A7) ataupun dolomit saja
(A8, A9, A10). Serapan hara K, Ca dan Mg lebih tinggi walaupun untuk serapan
N dan P nilainya tidak berbeda. Hasil penelitian mengenai terak baja di Indonesia
10
Unsur hara mikro adalah suatu unsur yang diperlukan oleh tanaman di
dalam siklus hidupnya, namun kebutuhannya hanya dalam jumlah kecil. Semua
unsur hara mempunyai efek yang sama-sama merugikan pertumbuhan apabila
kurang/tidak tersedia bagi tanaman (defisiensi), tetapi mempunyai pola efek yang
tidak sama apabila tersedia berlebihan. Unsur hara mikro jika tersedia berlebihan
akan langsung bersifat toksik (meracuni) bagi tanaman (Hanafiah 2005). Pada
tanah gambut ketersediaannya sangat rendah, sehingga perlu adanya upaya agar
unsur tersebut mencukupi bagi tanaman.
Fe Cu Zn
Perlakuan
...mg pot-1...
Kontrol 0.29e 0.01c 0.09g
NPK 50% 3.60abcd 0.06bc 0.98ef
A3 4.53abc 0.09b 1.54cde
A4 1.310de 0.03bc 0.34fg
A5 2.38bcde 0.07bc 0.82efg
A6 2.58bcde 0.07bc 0.86efg
A7 4.48abc 0.08b 1.12def
A8 3.91abcd 0.10b 1.86bcd
A9 2.38bcde 0.08bc 0.91efg
A10 1.96cde 0.06bc 0.87efg
A11 5.93a 0.17a 2.24abc
A12 4.92abc 0.19a 2.63ab
A13 5.18ab 0.20a 2.80a
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf α=5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT)
Perlakuan N P K
...%...
NPK 50% 100 100 100
A3 208 155 169
A4 115 33 33
A5 196 106 97
A6 231 112 103
A7 287 119 111
A8 291 151 163
A9 285 150 132
A10 200 131 106
A11 187 224 217
A12 183 211 224
A13 332 234 268
trass tunggal. Tingginya efektivitas serapan NPK pada tiap perlakuan, diduga
karena kemampuan bahan amelioran tersebut dalam meningkatkan ketersediaan
hara N, P, dan K bagi tanaman dibandingkan perlakuan NPK 50% sehingga hara
yang terserap dapat optimal dan pertumbuhan tanaman lebih baik.
hanya nyata lebih tinggi dibandingkan kontrol, tetapi tidak berbeda dibandingkan
NPK 50%.
Dari hasil pengamatan, menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi EF slag
dengan dolomit-trass (A13) mempunyai nilai rata-rata jumlah anakan padi paling
tinggi yaitu sebesar 11 batang per pot sedangkan perlakuan kontrol mempunyai
nilai rata-rata jumlah anakan paling rendah sebesar 2 batang per pot.
Pertumbuhan tanaman dapat dilihat pula dari bobot kering tanaman
(biomassa). Hasil uji duncan perlakuan yang diberikan terhadap biomassa
tanaman, pemberian EF slag (A3), trass (A4), kombinasi dolomit-trass (A5, A6,
A7), dolomit (A8, A9, A10) maupun kombinasi EF slag dengan dolomit-trass
(A11, A12, A13) nyata lebih tinggi dibandingkan kontrol. Namun dari semua
perlakuan hanya perlakuan yang komposisinya terdapat EF slag (A3, A11, A12,
dan A13) saja yang nyata lebih tinggi dibandingkan NPK 50%. Hal ini
membuktikan bahwa, EF slag mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman. Hal
tersebut diantaraya karena pada EF slag mengandung Silika yang cukup tinggi.
Sehingga membuat tanaman lebih segar, daun tegak dan batang lebih besar dan
keras yang ditunjukkan dengan berat biomassa yang tinggi. Hasil penelitian
Syihabuddin (2011), menunjukkan pemberian EF slag sebagai bahan amelioran
pada tanah gambut dapat meningkatkan bobot biomassa dan produksi padi,
berpengaruh nyata meningkatkan pH tanah, basa-basa dapat dipertukarkan serta
unsur mikro dalam tanah dan tanaman.
Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian ini, dari semua perlakuan
yang diberikan hanya perlakuan trass saja atau trass tunggal (A4) tidak berbeda
nyata terhadap peningkatan pH tanah, serapan hara dan pertumbuhan tanaman
serta efektivitas serapan hara N, P, K padi. Pada perlakuan kombinasi trass dengan
dolomit (A5, A6, A7) terjadi peningkatan pH tanah, serapan hara dan
pertumbuhan tanaman namun belum nyata. Sedangkan apabila trass dengan
dolomit dikombinasikan EF slag (A11, A12, A13) terjadi peningkatan pH tanah,
serapan hara dan pertumbuhan tanaman yang nyata. Hal ini menunjukkan bahwa
trass lebih baik jika dikombinasikan dengan amelioran lain seperti dolomit dan EF
slag dibandingkan trass tunggal.
Simpulan
1. Trass tunggal atau dolomit tunggal ataupun kombinasi trass dan dolomit tidak
efektif sebagai amelioran tanah gambut untuk padi sawah dan kombinasi
trass-dolomit (1:1) dengan EF slag efektif sebagai amelioran tanah gambut
untuk padi sawah.
2. Perlakuan terbaik adalah kombinasi trass-dolomit (1:1) dengan EF slag
(25:75), kombinasi tersebut lebih baik dibanding perlakuan EF slag secara
tunggal.
14
Saran
1. Penelitian ini baru dilakukan pada tanaman padi sehingga perlu dilakukan
perlakuan terhadap tanaman pangan lainnya di lahan gambut.
2. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk melihat potensi kombinasi trass
dengan amelioran lain selain dolomit dan EF slag terhadap pertumbuhan dan
produktivitas tanaman padi dan tanaman pangan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra). 2013. Inpara: Varietas Padi
Adaptif Rawa. (terhubung berkala) http://balittra.litbang.pertanian.go.id
(3 Februari 2015).
Barchia MF. 2012. Gambut “Agroekosistem dan Transformasi Karbon”
Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
Fatmawaty E. 2013. Pemanfaatan trass sebagai pupuk silika dan pemberian
dolomit untuk padi di tanah gambut dari Kumpeh, Jambi [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Hanafiah KA. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta (ID): PT Rajagrafindo
Persada.
Hidayatuloh S. 2006. Pengaruh terak baja terhadap sifat kimia tanah dan produksi
padi sawah pada tanah gambut Mukok, Sanggau [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Machay AD, J.K. Syers, P.E.H. Gregg. 1984. Ability of chemical extraction
procedures to asses the agronomic effectiveness of phosphate rock materials.
New Zealand Journal of Agriculture Research. 27:219-230.
Noor M. 2001. Pertanian Lahan Gambut “Potensi dan Kendala”. Yogyakarta
(ID): Kanisius.
Putra GS. 2013. Aplikasi slag dan kombinasinya dengan trass untuk memperbaiki
sifat kimia tanah gambut dn produksi padi. [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Ritung S, Suharta N. 2007. Sebaran dan potensi pengembangan lahan sawah
bukaan lahan baru. Bogor (ID). Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Sumberdaya Lahan Pertanian.
Sabiham S, T. B. Prasetyo, S. Dohong. 1997. Phenolic acid in Indonesian peat. Di
dalam: Rieley and Page, editor. Biodiversity and Sustainability of Tropical
Peat and Peatland. Cardigan (UK): Samara Publishing Ltd. hlm 289-292.
Soepardi G, S. Surowinoto. 1982. Pemanfaatan Tanah Gambut pedalaman Kasus
Berengbengkel. Dalam Barchia Muhammad Faiz. 2012. Gambut
“Agroekosistem dan Transformasi Karbon” Yogyakarta (ID): 2012 Gadjah
Mada University Press.
Suwarno. 2010. Pemanfaatan steel slag Indonesia di bidang pertanian. J Tanah
Lingk. 12(1): 36-42.
Syihabuddin M. 2011. Pengaruh terak baja terhadap sifat kimia tanah serta
pertumbuhan dan produksi tanaman padi (Oryza sativa) pada tanah gambut
dalam dari kumpeh, Jambi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
15
Tisdale SL, Nelson WL. 1975. Soil Fertility and Fertilizer. 2nd ed. MacMillan
Publ. Co. New York.
Utomo H. 2011. Pengaruh Kaptan, Trass, dan Pupuk Fosfor terhadap Kedelai
Varietas Orba pada Podsolik Jasinga [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor.
16
Sumber
Derajat Jumlah Kuadrat Pr > F
keragaman F hitung
bebas kuadrat tengah hitung
(pH H2O)
Model 12 4.95 0.41 31.46** <.0001
Perlakuan 12 4.95 0.41 31.46** <.0001
Galat 26 0.34 0.01
Total koreksi 38 5.29
**sangat nyata
pH
Perlakuan Rataan
1 2 3
Kontrol 4.59 4.4 4.44 4.48
NPK 50% 4.82 4.69 4.66 4.72
A3 5.46 5.69 5.52 5.56
A4 4.79 4.84 4.9 4.84
A5 5.44 5.41 5.37 5.41
A6 5.44 5.58 5.26 5.43
A7 5.71 5.35 5.58 5.55
A8 5.44 5.37 5.36 5.39
A9 5.18 5.08 5.23 5.16
A10 5.05 4.95 4.97 4.99
A11 5.4 5.7 5.49 5.53
A12 5.35 5.54 5.63 5.51
A13 5.5 5.57 5.78 5.62
18
Umur tanaman
Perlakuan 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST
...cm...
Kontrol 30,03 45,23 67,53 82,87
NPK 50% 39,73 43,17 89,45 99,00
A3 38,63 40,50 94,73 104,83
A4 35,33 55,17 65,57 88,77
A5 36,20 62,00 82,40 97,50
A6 30,20 57,83 77,87 95,90
A7 28,13 60,50 82,07 100,07
A8 39,10 72,17 89,50 107,77
A9 40,53 69,33 89,10 104,03
A10 39,83 70,00 86,03 100,17
A11 47,97 74,67 96,00 109,60
A12 47,63 75,83 95,90 111,70
A13 42,23 73,67 95,07 115,90
Umur tanaman
Perlakuan 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST
-
...batang pot ...
Kontrol 1,00 1,00 1,00 1,67
NPK 50% 1,00 1,50 4,50 7,00
A3 1,00 2,00 6,50 10,00
A4 1,00 1,00 1,50 4,33
A5 1,00 1,67 4,00 5,33
A6 1,00 1,00 3,00 5,00
A7 1,00 1,00 4,00 6,00
A8 1,00 2,50 4,00 6,67
A9 1,00 2,00 6,00 6,00
A10 1,00 1,50 4,00 6,00
A11 1,00 2,50 6,50 9,33
A12 1,00 4,00 6,50 10,00
A13 1,00 2,00 6,50 11,00
23
N P K
Perlakuan
...%..
NPK 50% 150,5 128,1 120,6
NPK 50% 118,8 123,8 136,6
NPK 50% 30,7 48,1 42,8
A3 253,3 110,0 184,4
A3 126,1 189,0 156,5
A3 244,9 164,9 167,2
A4 182,4 55,8 61,7
A4 40.0 37,3 3,1
A4 123,1 6,3 33,7
A5 133,0 119,2 105,6
A5 195,5 103,2 100,0
A5 260,1 95,0 86,5
A6 297,8 169,2 143,2
A6 236,3 83,7 75,3
A6 159,8 84,6 89,3
A7 284,5 135,7 119,3
A7 307,6 110,9 104,1
A7 269,7 112,6 108,4
A8 261,8 149,9 142,0
A8 343,6 155,7 146,2
A8 267,5 148,1 202,3
A9 343,6 181,8 164,8
A9 254,5 154,9 138,0
A9 258,3 113,8 93,5
A10 316,9 135,7 98,2
A10 207,4 137,4 111,4
A10 76,1 120,8 108,3
A11 237,7 264,3 240,7
A11 197,7 231,6 244,0
A11 127,3 176,8 167,2
A12 124,3 255,1 196,3
A12 197,7 171,9 236,7
A12 227,0 206,4 239,9
A13 504,9 230,9 258,7
A13 175,8 237,2 307,3
A13 316,0 236,1 239,0
25
RIWAYAT HIDUP