Anda di halaman 1dari 38

PEMBERIAN EF SLAG DAN KOMBINASINYA

DIBANDINGKAN DENGAN DOLOMIT SERTA TRASS


UNTUK PENINGKATAN SERAPAN HARA DAN
PERTUMBUHAN PADI DI TANAH GAMBUT

NUR FARITA

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemberian EF Slag dan
Kombinasinya Dibandingkan dengan Dolomit serta Trass untuk Peningkatan
Serapan Hara dan Pertumbuhan Padi di Tanah Gambut adalah benar karya saya
dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2015

Nur Farita
NIM A14100068
ABSTRAK
NUR FARITA. Pemberian EF Slag dan Kombinasinya dibandingkan dengan
Dolomit serta Trass untuk Peningkatan Serapan Hara dan Pertumbuhan Padi di
Tanah Gambut. Dibimbing oleh ATANG SUTANDI dan BUDI NUGROHO.

Kesuburan lahan gambut tergolong rendah sehingga diperlukan pemberian


masukan berupa bahan amelioran. Amelioran tanah merupakan bahan untuk
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Selain itu ameliorasi dilakukan
untuk mengatasi tingginya kemasaman tanah dan buruknya kesuburan tanah yang
merupakan dua faktor pembatas utama dalam meningkatkan produktivitas lahan
gambut. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui pengaruh
pemberian EF slag dan kombinasinya dibandingkan dengan dolomit serta trass
untuk peningkatan pH tanah, serapan hara dan pertumbuhan padi pada tanah
gambut. Penelitian ini dilakukan dengan model Rancangan Acak Lengkap (RAL)
yang terdiri dari kontrol, NPK 50%, 5% EF slag, 5% trass, dolomit (2.5%, 1.9%,
dan 1.3%), 5% dolomit-trass (0.5:1, 0.75:1, dan 1:1), dan 5% kombinasi dolomit-
trass 1:1 dan EF slag (75:25, 50:50, dan 25:75). Masing-masing perlakuan terdiri
dari 3 (tiga) ulangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian trass
tunggal atau dolomit tunggal ataupun kombinasi trass dan dolomit tidak efektif
sebagai amelioran tanah gambut untuk padi sawah, dan kombinasi trass-dolomit
(1:1) dengan EF slag efektif sebagai amelioran tanah gambut untuk padi sawah.
Perlakuan terbaik adalah kombinasi trass-dolomit (1:1) dengan EF slag (25:75),
kombinasi tersebut lebih baik dibanding perlakuan EF slag sendiri.

Kata kunci: dolomit, EF slag, efektivitas serapan hara, gambut, trass.


ABSTRACT

NUR FARITA. Application of EF Slag and Its Combination Compared with


Dolomite and Trass to Increase the Nutrient Uptake and Growth of Paddy on
Peat Soil. Under supervision of ATANG SUTANDI and BUDI NUGROHO.

Peat soil has low fertility and several to die organic acids so it is needed
application of ameliorant. Ameliorantisa soil material which used to improve the
physical, chemical, and biological properties of soil. In addition, amelioration was
done to overcome the high acidity and poor soil fertility which are the two main
limiting factors, in increasing the productivity of peatlands. This research aim to
study the effect of EF slag and its combination with dolomite and trass to increase
soil pH, the nutrient uptake growth of paddy in peat soil. The study was conducted
with the completely randomized design (CRD), which consisted of control, 50%
NPK, 5% EF slag, 5% trass, dolomite (2.5%, 1.9%, and 1.3%), 5% dolomite-trass
(0.5:1, 0.75:1, and 1:1), and 5% combination of dolomite-trass 1:1 and EF slag
(75:25, 50:50, and 25:75). Each treatment done three replications. These results
show that the application of single trass or single dolomite or combination trass
and dolomite in effective as ameliorant peat for paddy rice, whereas the
combinations between trass-dolomite (1:1) and EF slag was effective as
ameliorant peat for paddy rice. The best treatmen twas a combination of trass-
dolomite (1:1) with EF slag (25:75), the combination was better than the EF slag
it self.

Keywords: dolomite, EF slag, nutrient uptake effectivity, peat, trass


PEMBERIAN EF SLAG DAN KOMBINASINYA
DIBANDINGKAN DENGAN DOLOMIT SERTA TRASS
UNTUK PENINGKATAN SERAPAN HARA DAN
PERTUMBUHAN PADI DI TANAH GAMBUT

NUR FARITA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pemberian EF
Slag dan Kombinasinya Dibandingkan dengan Dolomit serta Trass untuk
Peningkatan Serapan Hara dan Pertumbuhan Padi di Tanah Gambut. Penelitian ini
dilaksanakan sejak Oktober 2014 hingga Februari 2015 sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya
Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
selama penelitian dan penyusunan skripsi, terutama :
1. Dr Ir Atang Sutandi, MSi sebagai pembimbing skripsi pertama yang telah
membimbing, memberi arahan, masukan dan saran serta motivasi selama
proses penelitian dan penyusunan skripsi ini hingga selesai.
2. Dr Ir Budi Nugroho, MSi sebagai pembimbing skripsi kedua yang telah
membimbing dan memberi saran dalam penulisan skripsi.
3. Dr Ir Suwarno, MSc sebagai penguji yang telah memberikan saran dan
nasihat bagi penyempurnaan skripsi.
4. Bapak, ibu, dan adik-adik tercinta (Yeni, Lila, dan Fasya), serta seluruh
keluarga yang telah memberikan doa, dukungan, semangat, dan kasih
sayang.
5. Seluruh staff Laboratorium dan staff Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
6. Nia Liani dan Lohot Jon Piter Sidabutar sebagai teman seperjuangan atas
kebersamaannya dalam penelitian ini.
7. Hasanuddin, Peni Fitria Raharjanti, Hevi Metalika Aprilia, Lilis Solechah,
Denok Ayu Uni Aisandi sebagai sahabat yang menemani selama proses
penulisan skripsi.
8. Seluruh teman-teman BEM KM IPB Kabinet Berani Beda yang selalu
memberikan semangat, dukungan, dan senyumannya.
9. Seluruh teman-teman Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah serta
teman-teman seperjuangan ITSL 47 yang selalu memberikan semangat, dan
dukungannya.
10. Seluruh pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan
satu per satu.
Banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Bogor, Mei 2015

Nur Farita
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN ix
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
METODE 2
Waktu dan Tempat Penelitian 2
Bahan 2
Alat 3
Rancangan Perlakuan 3
Rancangan Percobaan 4
Pelaksanaan 4
Metode Penilaian Efektivitas Perlakuan pada Serapan NPK Padi 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
Karakteristik Awal Tanah Gambut 7
Pengaruh Perlakuan EF Slag, Dolomit, dan Trass terhadap pH Tanah 8
Serapan Hara Tanaman Padi 9
Serapan Hara N, P, K, Ca, dan Mg Tanaman 9
Serapan Hara Mikro Fe, Cu, dan Zn Tanaman 10
Efektivitas Perlakuan pada Serapan NPK Padi 11
Pengaruh Perlakuan Terhadap Tinggi Tanaman, Jumlah Anakan, dan Biomassa
Tanaman 12
SIMPULAN DAN SARAN 13
Simpulan 13
Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 14
LAMPIRAN 16
RIWAYAT HIDUP 26
DAFTAR TABEL
1 Komposisi kimia Trass 2
2 Komposisi kimia EF slag Indonesia (PT Krakatau Steel, Cilegon) 3
3 Dosis yang diberikan pada rancangan perlakuan 4
4 Metode pengukuran analisis tanah dan tanaman 6
5 Sifat kimia tanah gambut 7
6 Pengaruh perlakuan terhadap serapan hara N, P, K, Ca, Mg tanaman 9
7 Pengaruh perlakuan terhadap serapan Fe, Cu, dan Zn tanaman 10
8 Pengaruh perlakuan terhadap RAE serapan NPK Padi 11
9 Pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman dan jumlah anakan pada 8
MST dan biomassa 12

DAFTAR GAMBAR
1 Pengaruh perlakuan terhadap pH tanah gambut saat panen 8

DAFTAR LAMPIRAN
1 Deskripsi varietas padi INPARA 6 16
2 Kriteria penilaian sifat kimia gambut 16
3 Tabel Analisis Ragam pH H2O 17
4 Pengaruh Perlakuan Terhadap pH Tanah saat Panen 17
5 Tabel Analisis Ragam Serapan N, P, K, Ca, dan Mg 18
6 Tabel Analisis Ragam Serapan Fe, Cu, dan Zn 19
7 Serapan Hara N, P, K, Ca, Mg, Fu, Cu, dan Zn 20
8 Tabel Analisis Ragam Tinggi Tanaman, Jumlah Anakan dan Biomassa
Tanaman 21
9 Pengaruh Perlakuan terhadap Tinggi Tanaman 22
10 Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Anakan 22
11 Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Kering Tanaman 23
12 RAE Serapan Hara N, P, dan K 24
13 Dokumentasi (Tanaman saat Panen) 25
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pulau Jawa merupakan salah satu pulau sebagai pemasok pangan nasional.
Namun saat ini sudah banyak terjadi alih fungsi lahan yang terus berlangsung di
Pulau Jawa sehingga semakin sulit diandalkan lagi. Perluasan lahan pertanian
perlu dilakukan terutama untuk menggantikan lahan-lahan produktif yang
terkonversi serta mengurangi tekanan lahan pertanian yang dikelola terlalu
intensif di Pulau Jawa ini. Menurut Ritung dan Suharta (2007), keterbatasan lahan
produktif menyebabkan ekstensifikasi pertanian mengarah pada lahan-lahan
marjinal, salah satunya yaitu lahan gambut. Pemanfaatan lahan gambut apabila
dikelola dengan baik dan sesuai dengan karakteristik gambut, diharapkan dapat
membuat lahan gambut menjadi lahan pertanian berproduktivitas tinggi.
Kesuburan lahan gambut tergolong rendah sehingga diperlukan pemberian
masukan berupa bahan amelioran seperti kapur, fosfat alam, pupuk makro dan
pupuk mikro (Noor 2001). Amelioran merupakan bahan untuk memperbaiki sifat
fisik, kimia, dan biologi tanah. Selain itu ameliorasi untuk mengatasi tingginya
kemasaman tanah dan buruknya kesuburan tanah yang merupakan dua faktor
pembatas utama dalam meningkatkan produktivitas lahan gambut (Barchia 2012).
Kriteria amelioran yang baik bagi lahan gambut adalah memiliki kejenuhan basa
(KB) yang tinggi, mampu meningkatkan derajat pH secara nyata, mampu
memperbaiki struktur tanah, memilik kandungan unsur hara yang lengkap, dan
mampu mengusir senyawa beracun terutama asam-asam organik.
Pada penelitian ini bahan amelioran yang diduga potensial untuk
digunakan dan terdapat cukup banyak di Indonesia adalah EF slag (terak baja).
EF slag merupakan hasil sampingan yang terbentuk dalam proses pembuatan baja
yang mengandung kalsium silika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian
EF slag Indonesia pada tanah gambut meningkatkan secara nyata ketersediaan Si,
Ca, Mg, serta meningkatkan pH tanah (Suwarno 2002). Selain EF slag, bahan
amelioran yang digunakan pada penelitian ini adalah dolomit dan trass. Dolomit
merupakan salah satu jenis kapur yang digunakan untuk kesuburan tanah dan
mengurangi keasaman, secara teoritis mengandung 45.6% MgCO3 atau 21.9%
MgO dan 54.3% CaCO3 atau 30.4% CaO. Dolomit berasal dari bahan mineral
alam yang mengandung unsur hara magnesium dan kalsium berbentuk bubuk
dengan rumus kimia CaMg(CO3)2. Sedangkan menurut Utomo (2011) trass
terbentuk dari abu vulkanik telah mengalami perubahan komposisi kimia akibat
pelapukan dan pengaruh kondisi air bawah tanah.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui pengaruh


pemberian EF slag dan kombinasinya dibandingkan dengan dolomit serta trass
untuk peningkatan pH tanah, serapan hara dan pertumbuhan padi pada tanah
gambut.
2

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2014 hingga Februari 2015
dengan percobaan rumah kaca dan analisis laboratorium. Percobaan rumah kaca
dilakukan dengan menggunakan pot yang bertempat di kebun percobaan
University Farm Institut Pertanian Bogor, sedangkan analisis laboratorium
dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah
dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Bahan

Bahan-bahan yang digunakan meliputi tanah gambut yang telah diayak


halus dengan ukuran homogen sebagai media tanam yang diperoleh dari Delta
Berbak, Jambi. Amelioran yang digunakan yaitu Dolomit yang diambil dari PT
Indo Bumi Agung, Gresik (MgO 18-22%, CaO ± 30%, DN ± 108.57%) dan trass
yang diperoleh dari pembuat batako tradisional di Cigombong, Bogor dengan
komposisi kimia pada Tabel 1 serta EF slag atau terak baja diperoleh dari PT
Krakatau Steel, Cilegon dengan komposisi kimia pada Tabel 2. Pupuk dasar yang
diberikan meliputi Urea (CO(NH2)2), SP-36, KCl, dan pupuk mikro yaitu CuSO4
dan ZnSO4, sedangkan benih yang digunakan yaitu benih padi varietas inbrida
padi rawa 6 (INPARA 6). Adapun bahan-bahan kimia yang digunakan pada saat
analisis laboratorium diantaranya yaitu, aquades, KCl, H2SO4, NH4OAc pH 7,
0.05 NHCl, HNO3, H3BO3, NaOH 50%, Indikator PP, Bray-1, larutan lantan, dll.

Tabel 1. Komposisi kimia Trass (ESDM 2011 dalam Putra 2013)

Parameter Satuan Trass


P2O5 % 0.048
K2O % 1.33
CaO % 4.75
MgO % 1.90
SiO2 % 64.70
Fe2O3 % 4.19
Al2O3 % 16.97
Cu Ppm 20.00
Zn Ppm 90.00
Mn Ppm 1100.00
3

Tabel 2. Komposisi kimia EF slag Indonesia (PT Krakatau Steel, Cilegon)

Komposisi kimia Satuan Suwarno dan Goto Utami (2012)


(1997)*
Fe2O3 g kg-1 431.80 455.00
CaO g kg-1 260.00 218.00
SiO2 g kg-1 127.00 141.00
MgO g kg-1 78.60 109.90
Al2O3 g kg-1 72.10 68.40
K2O g kg-1 0.41 1.70
P2O5 g kg-1 0.53 4.00
Na2O g kg-1 3.30 3.00
MnO2 g kg-1 - 15.10
Daya Netralisasi (DN) % 66.10 66.30
*Hasil analisis rata-rata terak baja tahun 1995 dan 1996

Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: cangkul, ember


(digunakan sebagai pot), ayakan pasir, timbangan, penggaris, meteran, plastik,
hand sprayer, jaring perangkap burung dan beberapa peralatan untuk analisis
tanaman di laboratorium terdiri atas peralatan gelas (gelas piala, gelas ukur,
tabung erlenmeyer, pipet Mohr, pipet volumetric, buret, labu destilasi) dan alat
pengukuran seperti spechtrophotometer, Flamephotometer, Atomic Absorbption,
Spechtrophotometer (AAS), serta peralatan lainnya.

Rancangan Perlakuan

Penelitian ini terdiri dari 13 kombinasi perlakuan dan 3 ulangan sehingga


terdapat 39 pot perlakuan. Perlakuan yang diberikan yaitu pemberian kombinasi
EF slag, dolomit, dan trass. Kombinasi perlakuan terdiri atas:
a. Kontrol
b. NPK 50% : Urea + SP-36 + KCl
c. A3 : NPK 50% + 5% EF slag
d. A4 : NPK 50% + 5% Trass
e. A5 : NPK 50% + (dolomit dan trass dengan perbandingan 0.5:1)
f. A6 : NPK 50% + (dolomit dan trass dengan perbandingan 0.75:1)
g. A7 : NPK 50% + (dolomit dan trass dengan perbandingan 1:1)
h. A8 : NPK 50% + 2.5% dolomit
i. A9 : NPK 50% + 1.9% dolomit
j. A10 : NPK 50% + 1.3% dolomit
k. A11 : NPK 50% + 5% (75% perlakuan A7 + 25% EF slag)
l. A12 : NPK 50% + 5% (50% perlakuan A7 + 50% EF slag)
m. A13 : NPK 50% + 5% (25% perlakuan A7 + 75% EF slag)

Dosis yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 3. Pada perlakuan NPK 50%
ditambahkan juga pupuk mikro berupa CuSO4 dan ZnSO4. Pemberian pupuk urea
dilakukan dua kali dengan ½ dosis disaat tanam dan ½ dosis lagi pada hari ke 30
setelah tanam.
4

Tabel 3. Dosis yang diberikan pada rancangan perlakuan

NPK
Kode EF slag Trass Dolomit CuSO4 ZnSO4
Urea KCl SP36
Perlakuan
...g/pot...
Kontrol 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
NPK 50% 2.25 1.14 1.14 0.00 0.00 0.00 0.15 0.15
A3 2.25 1.14 1.14 150.00 0.00 0.00 0.00 0.00
A4 2.25 1.14 1.14 0.00 150.00 0.00 0.00 0.00
A5 2.25 1.14 1.14 0.00 72.87 75.54 0.00 0.00
A6 2.25 1.14 1.14 0.00 59.49 90.51 0.00 0.00
A7 2.25 1.14 1.14 0.00 49.53 100.47 0.00 0.00
A8 2.25 1.14 1.14 0.00 0.00 75.00 0.00 0.00
A9 2.25 1.14 1.14 0.00 0.00 57.00 0.00 0.00
A10 2.25 1.14 1.14 0.00 0.00 39.00 0.00 0.00
A11 2.25 1.14 1.14 37.50 37.14 75.36 0.00 0.00
A12 2.25 1.14 1.14 75.00 24.78 50.22 0.00 0.00
A13 2.25 1.14 1.14 112.50 12.39 25.11 0.00 0.00

Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Model linier


dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Yij = µ + ti +
(i:1,2,3,…,13 ; j:1,2,3)
Keterangan:
Yij = Pengaruh perlakuan ke-i, dan ulangan ke-j
µ = Rataan umum
ti = Pengaruh perlakuan ke-i
= Galat Percobaan
Peubah yang diamati meliputi tinggi tanaman, dan jumlah anakan, berat
kering bagian atas, serapan N, P, K, Basa-basa (Ca, Mg) dan Mikro (Fe, Cu, Zn)
tanaman, serta pH tanah. Analisis ragam dilakukan untuk melihat pengaruh nyata
perlakuan terhadap peubah yang diamati menggunakan analysis of variance
(ANOVA) pada selang kepercayaan (α) 1% dan atau 5%. Perlakuan yang
berpengaruh nyata selanjutnya dilakukan analisis lanjut dengan uji Duncan
(Duncan’s Multiple Range Test, DMRT) pada taraf selang kepercayaan (α) 5%
dengan menggunakan software SAS for Windows ver. 9.1.3.

Pelaksanaan

1. Persiapan Inkubasi

Persiapan media tanam yaitu tanah gambut dicampur dan diaduk


dengan tujuan supaya kadar air dalam tanah gambut homogen. Setelah itu
5

dilakukan penetapan kadar air gambut berdasarkan metode gravimetri.


Pengeringan tanah dilakukan pada suhu 105 oC selama 24 jam. Sehingga
dapat ditentukan kadar air (KA) tanah gambut tersebut dengan rumus:

Kadar air yang dihasilkan sebesar 218%. Maka dapat ditentukan


berapa kg tanah gambut yang akan dimasukkan ke dalam pot untuk
diinkubasi bersama dengan kombinasi EF slag, dolomit, dan trass. Adapun
Bobot Kering Mutlak (BKM) yang telah ditentukan sebesar 3 kg/pot,
sehingga tanah gambut yang akan dimasukkan ke dalam masing-masing pot
yaitu 9.5 kg yang didapat berdasarkan rumus penetapan Bobot Kering Udara
(BKU) sebagai berikut:

BKU = (KA x BKM) + BKM

Selanjutnya, amelioran ditambahkan kedalam media tanam sesuai


dosis yang disajikan diatas pada Tabel 3. Kemudian diaduk rata lalu
diinkubasi dalam rumah kaca selama 15 hari.

2. Penyemaian dan Penanaman

Penyemaian dilakukan menggunakan benih padi varietas INPARA


(inbrida padi rawa) 6 (Lampiran 1) pada tiga buah wadah/baki. Sebanyak
kurang lebih 2 ons benih padi Inpara 6 ditebar pada tiap wadah yang telah
disiapkan. Benih yang digunakan adalah benih yang tenggelam setelah
direndam selama 24 jam dalam larutan garam dapur. Benih yang tenggelam
menunjukkan benih bernas, sedangkan benih yang mengapung
menunjukkan benih hampa. Pada umur 14 hari setelah tanam (HST)
dilakukan pindah tanam pada media tanam (pot) yang telah diinkubasi
dengan menanam satu bibit per pot. Penggenangan tanaman dilakukan
setinggi 5 cm dari permukaan tanah dan genangan terus dipertahankan
dengan melakukan penyiraman setiap 2 hari sekali.

3. Pemeliharaan, Pengamatan, dan Pemanenan

Pemeliharaan dilakukan dengan menyirami tanaman setiap dua hari


sekali, penyiangan gulma, serta penanggulangan hama seperti walang sangit,
dan wereng. Penanggulangan hama dan penyakit dilakukan penyemprotan
pestisida dengan bahan aktif Imidakloprid 5% dan Deltrametrin 25 g/l setiap
satu minggu sekali dimulai dari tanaman berusia 6 minggu setelah tanam
(MST).
Variabel yang diamati dalam penelitian ini yaitu tinggi tanaman dan
jumlah anakan. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan mengukur
tinggi tanaman mulai dari permukaan media tanam sampai dengan ujung
daun tertinggi setelah diluruskan yang diukur setiap 2 minggu sampai
minggu ke-8, begitu pula dengan jumlah anakan yang dihitung berupa
jumlah anakan maksimum per batang per pot.
6

Panen dilakukan saat tanaman berumur 10 MST. Biomassa tanaman


yang berupa daun dan batang dicuci hingga bersih untuk dilakukan
penimbangan bobot biomassa, lalu dilakukan pengeringan menggunakan
oven pada suhu 65 0C selama kurang lebih tiga hari. Selain itu, pengambilan
contoh tanah untuk analisis dilakukan dengan mengambil sampel tanah
beserta air genangan dengan perbandingan 1:1 dengan botol plastik.
Selanjutnya dilakukan analisis tanah dan tanaman dengan metode pada
Tabel 4.

Tabel 4. Metode pengukuran analisis tanah dan tanaman

Parameter Metode
I. Tanah
pH H2O 1:1 dan KCl 1:1
N-total Kjeldhal
C-organik Walkley & Black
P tersedia Bray 1
Ca, Mg, K, Na, KTK NH4OAc pH 7
Fe, Cu, Zn 0.05 N HCl
II. Tanaman
N, P, K, Ca, Mg, Fe, Cu, dan Zn Pengabuan basah ekstrak HNO3 (65%) dan
HClO4 (70-72%) (2:1)

Metode Penilaian Efektivitas Perlakuan pada Serapan NPK Padi

Metode penilaian efektivitas perlakuan pada serapan NPK padi yang


diuji dibandingkan dengan standar, dihitung dengan menggunakan metode
RAE (Relative Agronomic Effectiveness). Metode RAE merupakan suatu
nilai pembanding dalam uji efektivitas pada pemberian perlakuan, di mana
formulanya sebagai berikut:
7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Awal Tanah Gambut

Hasil analisis tanah gambut sebelum percobaan disajikan pada Tabel 5.


Adapun kriterianya dapat dilihat pada Lampiran 2.

Tabel 5. Sifat kimia tanah gambut

Sifat Kimia Tanah Nilai Metode Kelas


pH H2O (1:1) 3.40 pH Meter Sangat Masam
pH KCl (1:1) 2.70 pH Meter
C-org (%) 51.67 Walkley & Black
N-Total (%) 1.71 Kjeldhal Sedang
P2O5 Bray 1 (ppm) 34.49 Bray 1 Sedang
Basa-basa dipertukarkan
Ca (me/100g) 14.08 N NH4OAc pH 7.0 Sedang
Mg (me/100g) 4.75 N NH4OAc pH 7.0 Rendah
K (me/100g) 0.41 N NH4OAc pH 7.0 Rendah
Na (me/100g) 0.98 N NH4OAc pH 7.0 Rendah
KTK (me/100g) 133.47 N NH4OAc pH 7.0 Sedang
Kejenuhan Basa (%) 15.15 Sedang
Unsur Mikro
Fe (ppm) 11.28 0.005 N HCl Rendah
Cu (ppm) tr 0.005 N HCl Rendah
Zn (ppm) 10.83 0.005 N HCl Rendah
Keterangan : tr = tidak terdeteksi

Hasil analisis tanah gambut sebelum percobaan menunjukkan bahwa pH


tanah gambut termasuk kedalam pH yang tergolong sangat masam yaitu 3.40
(H2O). Kemasaman tanah gambut disebakan oleh kandungan asam-asam organik
yang terdapat pada koloid gambut. Dekomposisi bahan organik pada kondisi
anaerob menyebabkan terbentuknya senyawa fenolat dan karboksilat yang
menyebabkan tingginya kemasaman gambut. Selain itu terbentuknya senyawa
fenolat dan karboksilat dapat meracuni tanaman pertanian (Sabiham et al. 1997).
Menurut Noor (2001) gambut yang bersifat masam atau sangat masam (pH<4)
adalah gambut Oligotrofik di mana berdasarkan tingkat kesuburannya gambut
tersebut termasuk gambut yang kurang subur karena mengandung sedikit mineral,
khususnya kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Kandungan C-org dan N-total
gambut diperoleh sebesar 51.67% dan 1.71%. Menurut Tisdale dan Nelson (1975)
bahwa ketersediaan N dalam tanah, selain ditentukan oleh jumlah N-total tanah
juga berhubungan erat dengan kandungan bagan organik tanah terutama tingkat
dekomposisinya (C/N). Kandungan bahan organik (C-org) dan nisbah C/N tinggi
maka ketersediaan N tanah rendah. Hal ini disebabkan sebagian N-tersedia
digunakan oleh mikroorganisme dalam perombakan bahan organik tersebut.
Sedangkan untuk kandungan P diperoleh sekitar 34.49 ppm dan tergolong
kedalam kelas sedang.
Hasil analisis juga menunjukkan kandungan kation basa-basa umumnya
rendah kecuali Ca yang tergolong sedang, KTK tanah dan Kejenuhan Basa pun
8

tergolong sedang. Menurut Soepardi dan Surowinoto (1982) kejenuhan basa tanah
gambut umumnya <15 persen, sementara secara umum kejenuhan basa tanah
gambut harus mencapai 30 persen agar tanaman dapat menyerap basa-basa
tertukar dengan mudah. Selain itu, dari hasil analisis awal tanah gambut terlihat
kadar unsur mikro gambut tergolong rendah (Fe, Cu, dan Zn), terutama Cu. Dari
hasil analisis unsur Cu tidak terukur. Hal ini diduga unsur mikro pada tanah
gambut terutama Cu dikhelat cukup kuat oleh bahan organik sehingga tidak
tersedia bagi tanaman. Menurut Noor (2001) hal ini disebabkan oleh senyawa
asam-asam organik yang memfiksasi ion-ion Cu dan Zn menjadi bentuk kurang
tersedia. Kadar Cu umumnya lebih rendah dibandingkan dengan Zn dan Mn,
terlebih pada bahan organik yang tinggi.

Pengaruh Perlakuan EF Slag, Dolomit, dan Trass terhadap pH Tanah

Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan EF slag, dolomit, dan trass


terhadap pH pada tanah gambut disajikan pada Lampiran 3. Hasil uji Duncan
pengaruh perlakuan tersebut terhadap pH tanah gambut saat panen disajikan pada
Gambar 1.

6,00 5,41ab 5,55ab 5,39b 5,53ab5,51ab 5,62a


5.56ab 5,43ab
5,16c
4,84de 4,99cd
5,00 4,72e
4,48f
pH Taah (H2O)

4,00

3,00

2,00

1,00

0,00

Perlakuan

Gambar 1 Pengaruh perlakuan terhadap pH tanah gambut saat panen

Berdasarkan hasil uji Duncan pengaruh perlakuan terhadap pH tanah


gambut menunjukkan bahwa pemberian EF slag tunggal (A3) dan peningkatan
dosis yang diberikan baik pada perlakuan dolomit saja (A8, A9, A10), dolomit-
trass (A5, A6, A7), maupun kombinasi antara EF slag dengan dolomit-trass (A11,
A12, A13) berbeda nyata meningkatkan pH tanah gambut dibanding dengan
kontrol dan NPK 50% standar. Namun tidak berbeda nyata pada pemberian
perlakuan trass saja (A4). Nilai pH terendah sebesar 4.48 terdapat pada perlakuan
kontrol, sedangkan nilai pH tertinggi sebesar 5.62 terdapat pada perlakuan
kombinasi EF slag dengan dolomit-trass (A13). Peningkatan pH diikuti dengan
9

semakin besarnya dosis EF slag yang diberikan terhadap dolomit-trass, menurut


Suwarno (2010) sebagai bahan pengapuran, pengaruh steel slag Indonesia
terhadap pertumbuhan tanaman cenderung lebih baik daripada kalsit maupun
dolomit. EF slag di Indonesia dapat digunakan sebagai bahan pengapuran untuk
memperbaiki tanah masam dan sebagai pupuk Si untuk padi sawah.

Serapan Hara Tanaman Padi

Serapan Hara N, P, K, Ca, dan Mg Tanaman

Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap serapan N, P, K, Ca, dan


Mg padi disajikan pada Lampiran 5. Hasil uji lanjut dengan DMRT disajikan pada
Tabel 6. Tabel 6 menunjukkan bahwa pemberian EF slag, dolomit, dolomit-trass
dan kombinasi antara EF slag dengan dolomit-trass berbeda nyata meningkatkan
serapan hara N, P, K, Ca dan Mg tanaman dibandingkan dengan kontrol, kecuali
perlakuan A4.

Tabel 6. Pengaruh perlakuan terhadap serapan hara N, P, K, Ca, Mg


tanaman

N P K Ca Mg
Perlakuan
...mg pot-1
Kontrol 2.81d 3.490c 24.96e 9.25f 9.23f
NPK 50% 84.43cd 36.38b 255.84d 51.52cde 41.25def
A3 172.65abc 54.36b 415.97bc 79.62bc 105.63bc
A4 96.80cd 14.39c 100.70e 17.12ef 19.10ef
A5 162.91abc 38.28b 249.74d 45.94cdef 68.05d
A6 191.58abc 40.49b 261.78d 39.12def 55.72de
A7 237.27ab 42.87b 280.33d 64.95cd 79.19cd
A8 240.26ab 53.24b 402.47c 75.83bcd 74.97cd
A9 235.81ab 52.89b 329.91cd 56.12cd 55.57de
A10 166.14abc 46.69b 269.61d 38.35def 41.02def
A11 155.88abc 77.25a 526.66ab 111.10ab 109.10bc
A12 152.13bc 72.93a 542.76a 110.26ab 130.47b
A13 274.00a 80.70a 644.42a 131.17a 166.34a
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf α=5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT)

Hasil uji Duncan, serapan hara tertinggi terdapat pada perlakuan A13
untuk semua serapan hara N, P, K, C, dan Mg. Sedangkan terendah pada
perlakuan kontrol. Perlakuan A13 merupakan perlakuan kombinasi antara EF slag
dan dolomit-trass, semakin tinggi perbandingan EF slag terhadap dolomit-trass
yang diberikan maka nilai serapan haranya pun semakin tinggi. Dengan kata lain,
peningkatan dosis EF slag terhadap dolomit-trass diikuti dengan peningkatan
serapan hara N, P, K, Ca, dan Mg. Hal ini juga dibuktikan pada perlakuan EF slag
tunggal (A3), nilai yang dihasilkan dari perlakuan tersebut lebih tinggi
dibandingkan dengan pemberian dolomit-trass (A5, A6, A7) ataupun dolomit saja
(A8, A9, A10). Serapan hara K, Ca dan Mg lebih tinggi walaupun untuk serapan
N dan P nilainya tidak berbeda. Hasil penelitian mengenai terak baja di Indonesia
10

menunjukkan bahwa penambahan terak baja pada lahan gambut mampu


meningkatkan basa-basa K, Ca, dan Mg dapat ditukar (Hidayatulloh 2006). Pada
perlakuan A4 yaitu perlakuan trass saja atau trass tunggal tidak berbeda nyata
meningkatkan serapan hara N, P, K, Ca, dan Mg. Hal ini serupa dengan hasil
penelitian Putra (2013) bahwa pemberian amelioran pada tanah gambut berupa
trass tunggal tidak berpengaruh nyata pada serapan hara padi.

Serapan Hara Mikro Fe, Cu, dan Zn Tanaman

Unsur hara mikro adalah suatu unsur yang diperlukan oleh tanaman di
dalam siklus hidupnya, namun kebutuhannya hanya dalam jumlah kecil. Semua
unsur hara mempunyai efek yang sama-sama merugikan pertumbuhan apabila
kurang/tidak tersedia bagi tanaman (defisiensi), tetapi mempunyai pola efek yang
tidak sama apabila tersedia berlebihan. Unsur hara mikro jika tersedia berlebihan
akan langsung bersifat toksik (meracuni) bagi tanaman (Hanafiah 2005). Pada
tanah gambut ketersediaannya sangat rendah, sehingga perlu adanya upaya agar
unsur tersebut mencukupi bagi tanaman.

Tabel 7. Pengaruh perlakuan terhadap serapan Fe, Cu, dan Zn tanaman

Fe Cu Zn
Perlakuan
...mg pot-1...
Kontrol 0.29e 0.01c 0.09g
NPK 50% 3.60abcd 0.06bc 0.98ef
A3 4.53abc 0.09b 1.54cde
A4 1.310de 0.03bc 0.34fg
A5 2.38bcde 0.07bc 0.82efg
A6 2.58bcde 0.07bc 0.86efg
A7 4.48abc 0.08b 1.12def
A8 3.91abcd 0.10b 1.86bcd
A9 2.38bcde 0.08bc 0.91efg
A10 1.96cde 0.06bc 0.87efg
A11 5.93a 0.17a 2.24abc
A12 4.92abc 0.19a 2.63ab
A13 5.18ab 0.20a 2.80a
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf α=5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT)

Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap serapan Fe,Cu, dan Zn


terdapat pada Lampiran 6. Hasil uji lanjut dengan DMRT disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai serapan hara Fe tertinggi ditunjukkan pada
perlakuan A11 yaitu kombinasi EF slag dan dolomit-trass sebesar 5.93 mg pot-1,
sedangkan nilai terendah pada kontrol sebesar 0.29 mg pot-1. Dari semua
perlakuan, hanya perlakun A3, A7, A8, A11, A12 dan A13 yang nyata lebih tinggi
dibandingkan kontrol sedangkan perlakuan yang lainnya tidak berbeda nyata.
Tingginya serapan Fe pada perlakuan A11 menurut Putra (2013) disebabkan oleh
kandungan hara mikro yang terdapat pada EF slag dan trass sehingga
pemberiannya akan meningkatkan ketersediaan hara mikro juga.
11

Perlakuan kombinasi EF slag dan dolomit-trass (A11, A12, A13)


mempunyai serapan Cu nyata lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol dan NPK
50%, sedangkan perlakuan lainnya tidak berbeda nyata. Pada nilai serapan hara
Zn perlakuan dolomit 2.5% (A8) dan kombinasi EF slag dan dolomit-trass (A11,
A12, A13) berbeda nyata lebih tinggi dibandingkan kontrol dan NPK 50%,
sedangkan perlakuan lainnya tidak berbeda nyata. Nilai serapan Cu dan Zn,
kombinasi EF slag dan dolomit-trass (A13) mempunyai nilai tertinggi yaitu
masing-masing 0.20 mg pot-1 dan 2.80 mg pot-1, sedangkan nilai terendah
ditunjukkan pada perlakuan kontrol yaitu 0.01 mg pot-1 dan 0.09 mg pot-1. Secara
umum pemberian EF slag, trass, dolomit, kombinasi dolomit-trass maupun
kombinasi EF slag dan dolomit-trass mampu meningkatkan serapan unsur mikro
Fe, Cu, dan Zn pada setiap perlakuan, walaupun tidak selalu berbeda nyata
terhadap NPK 50% namun berbeda nyata terhadap kontrol.

Efektivitas Perlakuan pada Serapan NPK Padi

Relative Agronomic Effectiveness atau RAE adalah suatu angka yang


menunjukkan tingkat efektivitas suatu perlakuan dibandingkan dengan standar
(NPK 50%). Menurut Machay et al. (1984) RAE adalah perbandingan antara
kenaikan hasil dengan penggunaan pupuk standar dikalikan 100. Nilai RAE
dihitung berdasarkan serapan hara N, P, dan K padi pada masing-masing
perlakuannya. Hasil perhitungan nilai RAE tiap perlakuan disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Pengaruh perlakuan terhadap RAE serapan NPK Padi

Perlakuan N P K
...%...
NPK 50% 100 100 100
A3 208 155 169
A4 115 33 33
A5 196 106 97
A6 231 112 103
A7 287 119 111
A8 291 151 163
A9 285 150 132
A10 200 131 106
A11 187 224 217
A12 183 211 224
A13 332 234 268

Tabel 8 menunjukkan perlakuan EF slag (A3), trass (A4), kombinasi


dolomit-trass (A5, A6, A7), dolomit (A8, A9, A10) dan kombinasi EF slag
dandolomit-trass (A11, A12, A13) lebih tinggi dibandingkan NPK 50% pada
efektivitas serapan Nitrogen. Pada efektivitas serapan hara Fosfor dan Kalium,
hanya perlakuan A11, A12 dan A13 saja yang lebih tinggi dibandingkan NPK
50%, bahkan pada perlakuan A4 bernilai lebih rendah dibandingkan NPK 50%.
Efektivitas serapan NPK yang dihitung berdasarkan nilai RAE serapan hara N, P,
dan K tanaman mempunyai nilai tertinggi pada perlakuan A13 yaitu kombinasi
EF slag dengan dolomit-trass sedangkan nilai terendah pada perlakuan A4 yaitu
12

trass tunggal. Tingginya efektivitas serapan NPK pada tiap perlakuan, diduga
karena kemampuan bahan amelioran tersebut dalam meningkatkan ketersediaan
hara N, P, dan K bagi tanaman dibandingkan perlakuan NPK 50% sehingga hara
yang terserap dapat optimal dan pertumbuhan tanaman lebih baik.

Pengaruh Perlakuan Terhadap Tinggi Tanaman, Jumlah Anakan, dan


Biomassa Tanaman

Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman, jumlah


anakan dan biomassa terdapat pada Lampiran 8. Hasil uji Duncan disajikan pada
Tabel 9.

Tabel 9. Pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman dan jumlah anakan


pada 8 MST dan biomassa

Perlakuan Tinggi Tanaman Jumlah Anakan Biomassa


...cm... ...batang pot-1… ...g pot-1...
Kontrol 82.9f 1.7e 1.5g
NPK 50% 99.0cde 7.0bcd 11.9ef
A3 104.8abcd 10.0ab 23.2bcd
A4 88.8ef 4.3de 5.0ef
A5 97.5cde 5.3d 10.9ef
A6 95.9de 5.0d 11.1ef
A7 100.1bcde 6.0d 16.7de
A8 107.8abcd 6.7cd 17.3cde
A9 104.0abcd 6.0d 15.4e
A10 100.2bcde 6.0d 12.1ef
A11 109.6abc 9.3abc 23.9bc
A12 111.7ab 10.0ab 25.8ab
A13 115.9a 11.0a 31.3a
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
pada taraf α=5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT)

Tabel 9 menunjukkan bahwa pada variabel tinggi tanaman dan jumlah


anakan seluruh perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan kontrol kecuali
perlakuan A4. Namun pada variabel tinggi tanaman dari semua perlakuan hanya
perlakuan A12 dan A13 saja yang nyata lebih tinggi dibandingkan NPK 50%,
sedangkan pada variabel jumlah anakan hanya perlakuan A13 yang nyata lebih
tinggi dibandingkan NPK 50%.
Berdasarkan pengamatan dirumah kaca, pemberian kombinasi antara EF
slag, dolomit, dan trass dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Hal ini
dibuktikan dengan tanaman kontrol yang tumbuh lambat sedangkan pertumbuhan
tanaman yang paling baik terdapat pada perlakuan A13 yaitu sebesar 115.90 cm.
Pertumbuhan semakin baik dengan bertambahnya dosis EF slag terhadap dolomit-
trass yang diberikan yaitu pada perlakuan A13, A12 dan A11, dan perlakuan A3
yang hanya diberi EF slag saja. Sedangkan pada perlakuan kombinasi antara
dolomit-trass (A5, A6, dan A7) dan perlakuan yang hanya diberi dolomit saja (A8,
A9, A10) atau trass saja (A4) tanpa adanya pemberian EF slag, pertumbuhan
13

hanya nyata lebih tinggi dibandingkan kontrol, tetapi tidak berbeda dibandingkan
NPK 50%.
Dari hasil pengamatan, menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi EF slag
dengan dolomit-trass (A13) mempunyai nilai rata-rata jumlah anakan padi paling
tinggi yaitu sebesar 11 batang per pot sedangkan perlakuan kontrol mempunyai
nilai rata-rata jumlah anakan paling rendah sebesar 2 batang per pot.
Pertumbuhan tanaman dapat dilihat pula dari bobot kering tanaman
(biomassa). Hasil uji duncan perlakuan yang diberikan terhadap biomassa
tanaman, pemberian EF slag (A3), trass (A4), kombinasi dolomit-trass (A5, A6,
A7), dolomit (A8, A9, A10) maupun kombinasi EF slag dengan dolomit-trass
(A11, A12, A13) nyata lebih tinggi dibandingkan kontrol. Namun dari semua
perlakuan hanya perlakuan yang komposisinya terdapat EF slag (A3, A11, A12,
dan A13) saja yang nyata lebih tinggi dibandingkan NPK 50%. Hal ini
membuktikan bahwa, EF slag mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman. Hal
tersebut diantaraya karena pada EF slag mengandung Silika yang cukup tinggi.
Sehingga membuat tanaman lebih segar, daun tegak dan batang lebih besar dan
keras yang ditunjukkan dengan berat biomassa yang tinggi. Hasil penelitian
Syihabuddin (2011), menunjukkan pemberian EF slag sebagai bahan amelioran
pada tanah gambut dapat meningkatkan bobot biomassa dan produksi padi,
berpengaruh nyata meningkatkan pH tanah, basa-basa dapat dipertukarkan serta
unsur mikro dalam tanah dan tanaman.
Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian ini, dari semua perlakuan
yang diberikan hanya perlakuan trass saja atau trass tunggal (A4) tidak berbeda
nyata terhadap peningkatan pH tanah, serapan hara dan pertumbuhan tanaman
serta efektivitas serapan hara N, P, K padi. Pada perlakuan kombinasi trass dengan
dolomit (A5, A6, A7) terjadi peningkatan pH tanah, serapan hara dan
pertumbuhan tanaman namun belum nyata. Sedangkan apabila trass dengan
dolomit dikombinasikan EF slag (A11, A12, A13) terjadi peningkatan pH tanah,
serapan hara dan pertumbuhan tanaman yang nyata. Hal ini menunjukkan bahwa
trass lebih baik jika dikombinasikan dengan amelioran lain seperti dolomit dan EF
slag dibandingkan trass tunggal.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Trass tunggal atau dolomit tunggal ataupun kombinasi trass dan dolomit tidak
efektif sebagai amelioran tanah gambut untuk padi sawah dan kombinasi
trass-dolomit (1:1) dengan EF slag efektif sebagai amelioran tanah gambut
untuk padi sawah.
2. Perlakuan terbaik adalah kombinasi trass-dolomit (1:1) dengan EF slag
(25:75), kombinasi tersebut lebih baik dibanding perlakuan EF slag secara
tunggal.
14

Saran

1. Penelitian ini baru dilakukan pada tanaman padi sehingga perlu dilakukan
perlakuan terhadap tanaman pangan lainnya di lahan gambut.
2. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk melihat potensi kombinasi trass
dengan amelioran lain selain dolomit dan EF slag terhadap pertumbuhan dan
produktivitas tanaman padi dan tanaman pangan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra). 2013. Inpara: Varietas Padi
Adaptif Rawa. (terhubung berkala) http://balittra.litbang.pertanian.go.id
(3 Februari 2015).
Barchia MF. 2012. Gambut “Agroekosistem dan Transformasi Karbon”
Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
Fatmawaty E. 2013. Pemanfaatan trass sebagai pupuk silika dan pemberian
dolomit untuk padi di tanah gambut dari Kumpeh, Jambi [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Hanafiah KA. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta (ID): PT Rajagrafindo
Persada.
Hidayatuloh S. 2006. Pengaruh terak baja terhadap sifat kimia tanah dan produksi
padi sawah pada tanah gambut Mukok, Sanggau [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Machay AD, J.K. Syers, P.E.H. Gregg. 1984. Ability of chemical extraction
procedures to asses the agronomic effectiveness of phosphate rock materials.
New Zealand Journal of Agriculture Research. 27:219-230.
Noor M. 2001. Pertanian Lahan Gambut “Potensi dan Kendala”. Yogyakarta
(ID): Kanisius.
Putra GS. 2013. Aplikasi slag dan kombinasinya dengan trass untuk memperbaiki
sifat kimia tanah gambut dn produksi padi. [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Ritung S, Suharta N. 2007. Sebaran dan potensi pengembangan lahan sawah
bukaan lahan baru. Bogor (ID). Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Sumberdaya Lahan Pertanian.
Sabiham S, T. B. Prasetyo, S. Dohong. 1997. Phenolic acid in Indonesian peat. Di
dalam: Rieley and Page, editor. Biodiversity and Sustainability of Tropical
Peat and Peatland. Cardigan (UK): Samara Publishing Ltd. hlm 289-292.
Soepardi G, S. Surowinoto. 1982. Pemanfaatan Tanah Gambut pedalaman Kasus
Berengbengkel. Dalam Barchia Muhammad Faiz. 2012. Gambut
“Agroekosistem dan Transformasi Karbon” Yogyakarta (ID): 2012 Gadjah
Mada University Press.
Suwarno. 2010. Pemanfaatan steel slag Indonesia di bidang pertanian. J Tanah
Lingk. 12(1): 36-42.
Syihabuddin M. 2011. Pengaruh terak baja terhadap sifat kimia tanah serta
pertumbuhan dan produksi tanaman padi (Oryza sativa) pada tanah gambut
dalam dari kumpeh, Jambi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
15

Tisdale SL, Nelson WL. 1975. Soil Fertility and Fertilizer. 2nd ed. MacMillan
Publ. Co. New York.
Utomo H. 2011. Pengaruh Kaptan, Trass, dan Pupuk Fosfor terhadap Kedelai
Varietas Orba pada Podsolik Jasinga [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor.
16

Lampiran 1. Deskripsi varietas padi INPARA 6 (Balai Penelitian Pertanian


Lahan Rawa 2013)

Asal seleksi : IR64/IRBB21/IR51672


Umur tanaman : 117 Hari
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : 99 cm
Anakan produktif : 13 anakan
Kerebahan : Tahan
Kerontokan : Sedang
Bentuk gabah : Sedang
Tekstur nasi : Sedang
Kadar amilosa(%) : 24.0
Indeks glikemik :-
Rata-rata hasi : 4,7 ton/ha GKG
Potensi hasil : 6,0 ton/ha GKG
Bobot 1000 butir : 26 gram
Ketahanan tehadap cekaman biotik : Toleran keracunan Fe
Anjuran Tanam : Pasang surut potensial dan lebak
Pemulia : Aris Hairmansis dkk
Dilepas tahun : 2010

Lampiran 2. Kriteria penilaian sifat kimia gambut (dalam Fatmawaty 2013)

Sifat tanah Rendah Sedang Tinggi Acuan


N-total (%) <1.0 1.0-2.5 >2.5 Fleischer
P Bray (ppm) <20.0 20.0-40.0 >40.0 Tim IPB 1976
Susunan Kation
K-dd (me/100g) <1.3 1.3-3.3 >3.3 Tim PPT 1983*
Na-dd (me/100g) <2.0 2.0-4.7 >4.7 Tim PPT 1983*
Mg-dd (me/100g) <6.7 6.7-13.3 >13.3 Tim PPT 1983*
Ca-dd (me/100g) <12.0 12.0-25.0 >25.0 Tim PPT 1983*
KTK (me/100g) <100.0 100.0-160.0 >160.0 Tim PPT 1983*
KB (%) <15.0 15.0-30.0 >30.0 Halim
Unsur Mikro
Fe (ppm) <110.0 120.0-240.0 >240.0 Jones Jr 2001*
Mn (ppm) <140.0 150.0-290.0 >290.0 Jones Jr 2001*
Zn (ppm) <29.0 30.0-50.0 >50.0 Jones Jr 2001*
Cu (ppm) <8.0 8.0-12.0 >12.0 Jones Jr 2001*
Sangat Masam Agak Tim IPB 1976
pH Masam Masam
<4.0 4.5-5.0 >5.0
*Hasil konversi dengan bobot isi (BI) dengan asumsi BI gambut 0.1 g cm-3
17

Lampiran 3. Tabel analisis ragam pH H2O

Sumber
Derajat Jumlah Kuadrat Pr > F
keragaman F hitung
bebas kuadrat tengah hitung
(pH H2O)
Model 12 4.95 0.41 31.46** <.0001
Perlakuan 12 4.95 0.41 31.46** <.0001
Galat 26 0.34 0.01
Total koreksi 38 5.29
**sangat nyata

Lampiran 4. Pengaruh perlakuan terhadap pH tanah saat panen

pH
Perlakuan Rataan
1 2 3
Kontrol 4.59 4.4 4.44 4.48
NPK 50% 4.82 4.69 4.66 4.72
A3 5.46 5.69 5.52 5.56
A4 4.79 4.84 4.9 4.84
A5 5.44 5.41 5.37 5.41
A6 5.44 5.58 5.26 5.43
A7 5.71 5.35 5.58 5.55
A8 5.44 5.37 5.36 5.39
A9 5.18 5.08 5.23 5.16
A10 5.05 4.95 4.97 4.99
A11 5.4 5.7 5.49 5.53
A12 5.35 5.54 5.63 5.51
A13 5.5 5.57 5.78 5.62
18

Lampiran 5. Tabel analisis ragam serapan N, P, K, Ca, dan Mg

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat Pr > F


F hitung
keragaman bebas kuadrat tengah hitung
(Serapan N)
Model 12 198571.11 16547.59 4.27** 0.0009
Perlakuan 12 198571.11 16547.59 4.27** 0.0009
Galat 26 100696.45 3872.94
Total koreksi 38 299267.57
(Serapan P)
Model 12 18165.240 1513.770 15.12** <.0001
Perlakuan 12 18165.240 1513.770 15.12** <.0001
Galat 26 2603.30 2603.308
Total koreksi 38 20768.549
(Serapan K)
Model 12 1091275.16 90939.597 19.80** <.0001
Perlakuan 12 1091275.16 90939.597 19.80** <.0001
Galat 26 119441.26 4593.895
Total Koreksi 38 1210716.43
(Serapan Ca)
Model 12 48810.93 4067.57 10.10** <.0001
Perlakuan 12 48810.93 4067.57 10.10** <.0001
Galat 26 10466.27 402.55
Total koreksi 38 59277.21
(Serapan Mg)
Model 12 72154.25 6012.85 14.84** <.0001
Perlakuan 12 72154.25 6012.85 14.84** <.0001
Galat 26 10533.11 405.12
Total koreksi 38 82687.37
**sangat nyata
19

Lampiran 6. Tabel analisis ragam serapan Fe, Cu, dan Zn

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat Pr > F


F hitung
keragaman bebas kuadrat tengah hitung
(Serapan Fe)
Model 12 100.46 8.37 3.45** 0.0040
Perlakuan 12 100.46 8.37 3.45** 0.0040
Galat 26 63.03 2.42
Total koreksi 38 163.50
(Serapan Cu)
Model 12 0.125 0.010 7.75** <.0001
Perlakuan 12 0.125 0.010 7.75** <.0001
Galat 26 0.035 0.001
Total koreksi 38 0.161
(Serapan Zn)
Model 12 25.68 2.14 9.94** <.0001
Perlakuan 12 25.68 2.14 9.94** <.0001
Galat 26 5.60 0.21
Total koreksi 38 31.29
**sangat nyata
20

Lampiran 7. Serapan hara N, P, K, Ca, Mg, Fu, Cu, dan Zn


N P K Ca Mg Fe Cu Zn
Perlakuan -1
...mg/pot ...
Kontrol 1.83 3.42 24.92 17.20 18.41 0.36 0.01 0.06
Kontrol 2.11 3.87 26.65 4.95 4.17 0.25 0.01 0.10
Kontrol 4.50 3.18 23.32 5.61 5.12 0.26 0.01 0.10
NPK 50% 125.66 45.63 303.44 37.94 48.37 2.67 0.08 0.92
NPK 50% 99.80 44.22 340.22 55.49 52.94 6.51 0.07 1.46
NPK 50% 27.83 19.30 123.87 61.14 22.45 1.63 0.04 0.57
A3 209.57 39.68 450.79 78.55 101.66 5.67 0.08 1.51
A3 105.70 65.66 386.17 84.62 100.97 3.44 0.08 1.23
A3 202.69 57.74 410.94 75.68 114.27 4.49 0.11 1.89
A4 151.66 21.83 167.38 27.52 32.05 1.81 0.05 0.37
A4 35.42 15.77 32.00 16.39 6.96 0.48 0.01 0.10
A4 103.31 5.57 102.73 7.46 18.28 1.64 0.04 0.54
A5 111.32 42.71 268.82 50.49 84.83 2.90 0.07 0.95
A5 162.35 37.42 255.77 47.83 67.41 1.65 0.07 0.78
A5 215.06 34.72 224.62 39.50 51.90 2.58 0.06 0.72
A6 245.84 59.14 355.56 56.67 86.18 3.44 0.11 1.29
A6 195.66 31.03 198.74 32.56 42.80 2.15 0.04 0.65
A6 133.25 31.31 231.03 28.14 38.19 2.14 0.05 0.63
A7 235.02 48.12 300.45 82.26 110.31 5.68 0.12 1.40
A7 253.85 39.95 265.29 63.79 71.84 4.00 0.07 1.12
A7 222.93 40.53 275.25 48.81 55.43 3.78 0.06 0.98
A8 216.46 52.80 352.80 65.05 67.96 4.85 0.09 1.14
A8 283.23 54.71 362.60 63.16 73.66 2.19 0.08 1.97
A8 221.10 52.20 492.00 99.28 83.30 4.70 0.12 2.48
A9 283.23 63.29 405.33 65.00 74.52 2.77 0.11 0.95
A9 210.56 54.44 343.52 63.77 47.63 2.31 0.07 1.00
A9 213.65 40.93 240.89 39.60 44.55 2.06 0.06 0.78
A10 261.44 48.12 251.65 50.90 58.42 2.77 0.07 1.03
A10 172.05 48.70 282.24 35.66 43.88 1.81 0.04 0.90
A10 64.94 43.24 274.93 28.49 20.76 1.30 0.06 0.67
A11 196.78 90.43 580.68 159.43 147.69 9.91 0.22 2.83
A11 164.17 79.66 588.27 108.89 104.34 4.72 0.16 2.67
A11 106.69 61.66 411.04 64.98 75.27 3.16 0.12 1.22
A12 104.15 87.40 478.10 115.23 128.98 3.81 0.29 2.56
A12 164.17 60.02 571.35 121.36 157.86 7.29 0.19 3.49
A12 188.07 71.38 578.82 94.20 104.57 3.65 0.11 1.85
A13 414.93 79.45 622.14 140.85 172.17 5.82 0.15 3.02
A13 146.32 81.50 734.39 159.67 177.39 3.80 0.22 3.17
A13 260.74 81.15 576.72 92.99 149.46 5.93 0.23 2.20
21

Lampiran 8. Tabel analisis ragam tinggi tanaman, jumlah anakan dan


biomassa tanaman

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat Pr > F


F hitung
keragaman bebas kuadrat tengah hitung
(Tinggi Tanaman)
Model 12 3001.32 250.11 5.83** <.0001
Perlakuan 12 3001.32 250.11 5.83** <.0001
Galat 26 1116.00 42.92
Total koreksi 38 4117.32
(Jumlah Anakan)
Model 12 253.02 21.08 7.09** <.0001
Perlakuan 12 253.02 21.08 7.09** <.0001
Galat 26 77.33 2.97
Total koreksi 38 330.35
(Biomassa)
Model 12 2589.40 215.78 14.16** <.0001
Perlakuan 12 2589.40 215.78 14.16** <.0001
Galat 26 396.28 15.24
Total koreksi 38 2985.69
**sangat nyata
22

Lampiran 9. Pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman

Umur tanaman
Perlakuan 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST
...cm...
Kontrol 30,03 45,23 67,53 82,87
NPK 50% 39,73 43,17 89,45 99,00
A3 38,63 40,50 94,73 104,83
A4 35,33 55,17 65,57 88,77
A5 36,20 62,00 82,40 97,50
A6 30,20 57,83 77,87 95,90
A7 28,13 60,50 82,07 100,07
A8 39,10 72,17 89,50 107,77
A9 40,53 69,33 89,10 104,03
A10 39,83 70,00 86,03 100,17
A11 47,97 74,67 96,00 109,60
A12 47,63 75,83 95,90 111,70
A13 42,23 73,67 95,07 115,90

Lampiran 10. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah anakan

Umur tanaman
Perlakuan 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST
-
...batang pot ...
Kontrol 1,00 1,00 1,00 1,67
NPK 50% 1,00 1,50 4,50 7,00
A3 1,00 2,00 6,50 10,00
A4 1,00 1,00 1,50 4,33
A5 1,00 1,67 4,00 5,33
A6 1,00 1,00 3,00 5,00
A7 1,00 1,00 4,00 6,00
A8 1,00 2,50 4,00 6,67
A9 1,00 2,00 6,00 6,00
A10 1,00 1,50 4,00 6,00
A11 1,00 2,50 6,50 9,33
A12 1,00 4,00 6,50 10,00
A13 1,00 2,00 6,50 11,00
23

Lampiran 11. Pengaruh perlakuan terhadap bobot kering tanaman

Bobot Kering (g/pot)


Perlakuan Rataan
1 2 3
Kontrol 1,3 1,5 1,6 1,5
NPK 50% 14,9 14,2 6,6 11,9
A3 21,3 27,7 20,6 23,2
A4 8,3 4,9 1,8 5,0
A5 13,2 9 10,5 10,9
A6 15,9 8,7 8,7 11,1
A7 21,9 15,2 12,9 16,7
A8 15,5 14,3 22,2 17,3
A9 20,1 15,5 10,7 15,4
A10 13,7 12,4 10,2 12,1
A11 17,3 29,2 25,3 23,9
A12 24,7 29,2 23,6 25,8
A13 32,8 34,7 26,5 31,3
24

Lampiran 12. RAE serapan hara N, P, dan K

N P K
Perlakuan
...%..
NPK 50% 150,5 128,1 120,6
NPK 50% 118,8 123,8 136,6
NPK 50% 30,7 48,1 42,8
A3 253,3 110,0 184,4
A3 126,1 189,0 156,5
A3 244,9 164,9 167,2
A4 182,4 55,8 61,7
A4 40.0 37,3 3,1
A4 123,1 6,3 33,7
A5 133,0 119,2 105,6
A5 195,5 103,2 100,0
A5 260,1 95,0 86,5
A6 297,8 169,2 143,2
A6 236,3 83,7 75,3
A6 159,8 84,6 89,3
A7 284,5 135,7 119,3
A7 307,6 110,9 104,1
A7 269,7 112,6 108,4
A8 261,8 149,9 142,0
A8 343,6 155,7 146,2
A8 267,5 148,1 202,3
A9 343,6 181,8 164,8
A9 254,5 154,9 138,0
A9 258,3 113,8 93,5
A10 316,9 135,7 98,2
A10 207,4 137,4 111,4
A10 76,1 120,8 108,3
A11 237,7 264,3 240,7
A11 197,7 231,6 244,0
A11 127,3 176,8 167,2
A12 124,3 255,1 196,3
A12 197,7 171,9 236,7
A12 227,0 206,4 239,9
A13 504,9 230,9 258,7
A13 175,8 237,2 307,3
A13 316,0 236,1 239,0
25

Lampiran 13. Dokumentasi (tanaman saat panen)


26

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pekan Baru pada tanggal 16 September 1991 dari


pasangan Drs. Hasanuddin, HA. MM. dan Isnawarnita, S.Pd. Penulis terlahir
kembar bersama Nur Fayerni, S.Pd dan merupakan anak pertama dari empat
bersaudara. Adik penulis lainnya bernama Ade Lila Laila Shofa dan Fasya Kaisal
Azyan. Penulis berstudi di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Kota Bekasi dan
lulus pada tahun 2010. Selanjutnya Penulis melanjutkan pendidikan tinggi di
Institut Pertanian Bogor Fakultas Pertanian Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan. Mayor Manajemen Sumberdaya Lahan melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2010. Selama masa studi di
IPB penulis aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan Ekstrakampus maupun
Intrakampus diantaranya PASKIBRA IPB 2010, Kesatuan Aksi Mahasiswa
Muslim Indonesia (KAMMI) sebagai Kepala Badan Keuangan Komisariat IPB,
KAMMI Daerah Bogor sebagai Anggota Divisi Bidang Ekonomi, Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM Faperta) sebagai Sekretaris
Departemen PSDM, Ikatan BEM Pertanian Seluruh Indonesia (IBEMPI) sebagai
Staff Ahli Presidium Nasional II, dan Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga
Mahasiswa (BEM KM) sebagai Sekretaris Kementerian Kebijakan Daerah.
Penulis juga pernah menjadi asisten responsi Agama Islam (2013-2014) dan
asisten praktikum beberapa mata kuliah diantaranya Mata Kuliah Bioteknologi
Tanah (2014) dan Pengantar Ilmu Tanah (2014).

Anda mungkin juga menyukai