Anda di halaman 1dari 3

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan disektor pertanian Indonesia merupakan yang terpenting
dari keseluruhan pembangunan di Indonesia. Sebagian besar penduduk
bermata pencarian sebagai petani dan menjadi basis pertumbuhan ekonomi di
pedesaan. Salah satu kendala yang sering dihadapi oleh petani adalah faktor
keadaan tanah yang kurang subur. Permasalahan tersebut dapat ditanggulangi
dengan pemupukan. Akan tetapi, pupuk yang digunakan petani lebih banyak
terbuang percuma serta kebiasaan petani yang kurang optimal dalam
menggunakan pupuk dari segi pemakaian yang berlebihan dan berujung pada
pengeluaran biaya yang tinggi. Menurut Novan dan Maharani (2017), bahwa
pada penggunaan pupuk tanaman hanya menyerap sebagian nutrisi, yaitu
sekitar 40-70% dari nitrogen dalam pupuk, 80-90% dari fosfor dalam pupuk
dan 50-70% dari kalium. Oleh karena itu diperlukan suatu pupuk yang
mempunyai pola pelepasan unsur hara sesuai dengan pola penyerapan unsur
hara oleh tanaman. Tingginya permintaan akan pupuk nitrogen, Fosfor dan
Kalium dikarenakan pupuk tersebut merupakan pupuk yang memiliki unsur
terpenting bagi tanaman seperti padi yaitu nitrogen (N). Meskipun unsur
tersebut tergolong penting, namun nitrogen merupakan unsur yang paling tidak
efisien pemanfaatannya. Hal tersebut karena nitrogen mudah hilang melalui
pencucian baik dalam bentuk nitrat, menguap ke udara dalam bentuk gas
amoniak, dan berubah ke bentuk-bentuk lain yang tidak dapat dimanfaatkan
oleh tanaman (Hidayat et al., 2014).
Salah satu upaya untuk meningkatkan efisiensi dari penggunaan pupuk
dengan cara mengembangkan pupuk dengan teknologi pelepasan kandungan
hara secara terkendali atau Slow Release Fertilizer. Pupuk SRF merupakan jenis
pupuk dengan prinsip yaitu pengaturan pelepasan nutrient dari pupuk untuk
melindungi pupuk yang terlarut secara umum dengan pelapisan perlindungan
dari bahan semipermeabel, tidak larut dengan air atau bahan berpori yang
permeable (Saleh et al., 2018). Slow Release Fertilizer (SRF) merupakan
pembuatan pupuk lepas lambat yang mampu mengendalikan kecepatan
pelepasan nutrient pupuk yang mudah hilang akibat larut dalam air, mudah
menguap maupun terjadinya proses denitrifikasi. Penggunaan slow release
fertilizer menjadi popular untuk menghemat konsumsi pupuk dan
meminimalkan pencemaran lingkungan. Secara fisika, pelapis pupuk disiapkan
dari berbagai jenis bahan yang dapat mengurangi laju pelarutan, salah satu
metode yang digunakan untuk mengurangi laju pelarutan adalah dengan
pembuatan pupuk lepas lambat atau Slow Release Fertilizer (Margie et al.,
2012).
Beberapa bahan yang dapat digunakan sebagai bahan untuk modifikasi
pupuk antara lain zeolit. Zeolite digunakan sebagai bahan dalam pembuatan
pupuk lepas lambat karena memiliki KTK yang tinggi (120-180 me/100g) yang
berguna sebagai pengadsorpsi, pengikat dan penukar kation. (Suwardi, 2012).
Aplikasi zeolite sebagai bahan pendukung untuk substansi lepas lambat yaitu
dengan memanfaatkan luas permukaan zeolite dan kemampuan adsorpsinya.
Dalam proses pembuatan pupuk SRF NPK, beberapa bahan utama yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan unsur N, P dan K diantaranya Urea
sebagai sumber Nitrogen, DAP sebagai Sumber Fofsor dan KCl sebagai sumber
Kalium akan tetapi abu tempurung kelapa dapat digunakan sebagai alternatf
sumber kalium pada pembuatan pupuk SRF NPK. Menurut Kamal (1994),
menyatakan bahwa didalam abu hasil pembakaran sabut dan tempurung
kelapa terkandung campuran dari berbagai oksida (Na 2O), Kalium Oksida (K2O),
Magnesium Oksida (MgO), Seng Oksida (ZnO), Besi oksida (Fe 2O3) dan Silikon
dioksida (SiO2). Dengan adanya kandungan kalium pada abu tempurung kelapa
dapat digunakan sebagai alternatif sumber kalium pada pembuatan pupuk SRF
NPK. Disampig itu dengan penggunaan abu tempurung kelapa dapat
mengurangi limbah dari pabrik kelapa yang salah satu diantaranya adalah
tempurung kelapa yang pemanfaatnya masih sangat rendah.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini akan di lakukan
karakterisasi terhadap zeolit dan abu tempurung kelapa dengan beberapa
instrument seperti SEM, BET, XRD, XRF dan AAS untuk mengetahui struktur
permukaan bahan, luas permukaan spesifik dan kandungan unsur kimia yang
terkandung di dalamnya yang selanjutnya dilakukan proses pembuatan pupuk
SRF NPK berbasis abu tempurung kelapa serta karakterisasinya dengan
instrument diatas untuk mengetahui hubungan hasil karakterisasi bahan
dengan produk pupuk yang dihasilkan.

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, diidentifikasi masalah pada
penelitian ini yaitu pupuk lepas lambat (SRF) dapat digunakan sebagai
pengganti pupuk komersial yang beredar karena pupuk lepas lambat (SRF) ini
dapat menjadikan penggunaan pupuk yang lebih efisien agar meminimalisir
pencemaran lingkungan dan menekan biaya pemupukan. Untuk mendapatkan
pupuk lepas lambat (SRF) yang diinginkan maka dibuat pupuk dengan bahan
dasar zeolite alam yang dipadukan dengan abu tempurung kelapa.
Berdasarkan masalah yang teridentifikasi diatas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pembuatan pupuk lepas lambat (slow relase
fertilizer)?
2. Bagaimanakah pengaruh penggunaan zeolite alam yang diaktivasi
terhadap karakteristik produk pupuk yang dihasilkan?
3. Bagaimanakah pengaruh penggunaan abu tempurung kelapa terhadap
karakteristik dari produk pupuk yang dihasilkan?
4. Bagaimana pengaruh penggunaan zeolite dan abu tempurung kelapa
terhadap efisiensi produk pupuk yang dihasilkan?

1.3 Hipotesis
Pada penelitian ini, hipotesis bahwasanya zeolite dengan Kapasitas
Tukar Kation (KTK) yang baik, serta luas permukaan yang besar akan
mempengaruhi produk pupuk SRF yang dihasilkan serta penggunaan abu
tempurung kelapa dapat menjadi sumber kalium dalam pembuatan pupuk SRF
ini.

1.4 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui proses pembuatan pupuk lepas lambat (slow release
fertilizer).
2. Mengetahui pengaruh penggunaan zeolite alam yang diaktivasi terhadap
karakteristik produk pupuk yang dihasilkan dengan.
3. Mengetahui pengaruh penggunaan abu tempurung kelapa terhadap
karakteristik dari produk pupuk yang dihasilkan.
4. Pengetahui pengaruh penggunaan zeolite dan abu tempurung kelapa
terhadap efisiensi produk pupuk yang dihasilkan.

1.5 Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa
manfaat, diantaranya yaitu:
1. Memberikan informasi mengenai karakteristik produk pupuk yang
dihasilkan.
2. Memberikan solusi terhadap penggunaan pupuk komersial yang tidak
efisien penggunaanya.
3. Menghasilkan pupuk lepas lambat (SRF) yang dapat digunakan sebagai
inovasi terbaru dalam penggunaan pupuk.

Anda mungkin juga menyukai