Anda di halaman 1dari 16

BAB VII

FORMULASI DAN KARAKTERISASI PUPUK


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kesuburan tanah merupakan masalah yang sangat penting dalam


pertanian karena tanah merupakan media tumbuh tanaman. Kesuburan tanah
adalah kemampuan tanah meendukung pertumbuhan tanaman dengan baik.
Tanah yang selalu dipakai bercocoktanam akan berkurang kesuburannya
seiring berjalannya waktu jika tanpa diberi masukan. Masukan yang tidak lain
adalah pupuk secara umum dapat memperbaiki kondisi tanah dan
meningkatkan kesuburannya.

Pupuk secara umum adalah bahan yang ditambahkan untuk memperbaiki


kondisi tanah dalam hal mendukung pertumbuhan tanaman. Terdapat banyak
cara pemupukan tanaman dan sifat pupuk karena semakin hari semakin
dikembangkan cara dan komposisi pemupukan agar sesuai dengan kebutuhan
tanaman dan efisiensi bagi petani. ada pupuk yang dibedakan atas dasar
aplikasinya, bentuknya, kandungannya, dan lain-lain. Hal ini mengharuskan
kita mengetahui berbagai metode pemupukan, jenis-jenis, dan sifat-sifatnya
supaya tidak salah memberi rekomendasi pemupukan bagi petani khususnya.

Pupuk dalam arti luas yaitu suatu bahan yang digunakan untuk mengubah
sifat fisik, kimia atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi
pertumbuhan tanaman. Banyak pupuk yang tersedia di pasaran dan perlu
untuk kita ketahui baik itu yang tergolong pupuk organik maupun pupuk an-
organik.

1.2 Tujuan

Tujuan praktikum “Formulasi dan Karakterisasi Pupuk” yaitu untuk


melatik ktrampilan mahasiswa dalam memformulasi pupuk. Pupuk dibuat dari
bahan-bahan yang sudah ada, baik dari mineral dan bahan organik.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman-tanaman membutuhkan 17 nutrisi untuk melengkapi siklus hidup


mereka. Tanaman penting nutrisi dibagi menjadi kelompok makro dan
mikronutrien. Makronutrien adalah karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O),
nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan sulfur
(S). Mikronutrien termasuk seng (Zn), tembaga (Cu), besi (Fe), mangan (Mn),
boron (B), molibdenum (Mo), klorin (Cl), dan nikel (Ni). Selanjutnya, esensialitas
dari silikon (Si), natrium (Na), vanadium (V), dan kobalt (Co) dianggap dimiliki
oleh tanah tetapi belum ada kepastian akan pendapat tersebut (Fageria et al.,
2010). Makronutrien diperlukan dalam lebih tinggi jumlah dibandingkan dengan
mikronutrien. Namun, sudut pandang esensialitas tanaman, semua nutrisi sama-
sama penting untuk pertumbuhan tanaman. Pertama tiga makronutrien (C, H, dan
O) yang dipasok ke pabrik melalui udara dan air. Oleh sebab itu ketersediaan
unsur tersebut bagi tanaman tidak menjadi masalah. Sisanya 14 nutrisi harus
tersedia dalam media pertumbuhan tanaman dalam jumlah dan proporsi yang
memadai untuk pertumbuhan tanaman (Bakhtiar et al., 2014).

2.1 Jenis dan sifat pupuk


Menurut Hasibuan, (2006) jenis dan sifat pupuk antara lain:
2.1.1 Nitrogen
Sumber unsur nitrogen sebenarnya cukup banyak terdapat di
atmosfir, yaitu lebih kurang 79,2 persen dalam bentuk N2 bebas, namun
demikian unsure N ini baru dapat digunakan oleh tanaman setelah
mengalami perubahan kebentuk yang terikat yang kemudian dalam bentuk
pupuk. Sumber utama dari Nitrogen berasal dari N2 atmosfir yang terikat.
Untuk pembuatan pupuk adalah nitrogen dalam bentuk amoniak.
2.1.2 Ammonium Sulfat
Pupuk ammonium sulfat dikenal juga dengan nama ZA (Zwavelzure
Amonium). Pupuk ZA yang diperdagangkan dalam bentuk kristal,
umumnya berwarna putih, tapi ada juga yang berwarna abu-abu, biru
kabuan dan kuning, tergantung kepada pembuatannya. ZA yang
diperdagangkan mengandung 97 persen (NH4)2SO4 dan tidak mengandung
sekitar 20.5% sampai 21% tapi dalam perhitungan biasanya dibuat 20%.
Pupuk ini termasuk kedalam pupuk yang larut didalam air, dan didalam
tanah terionisasi menjadi ion ammonium (NH4) dan ion-ion sulfat dengan
rumus (SO42-).
2.1.3 Ammonium Chlorida ( NH4CL)
Pupuk ammonium chlorida adalah pupuk berbentuk kristal berwarna
putih. Pupuk ini mempunyai kadar N sebanyak 26%. Larut didalam air.
Didalam tanah akan terionisasi menjadi ion NH4 dan Cl-. Seperti halnya
dengan pupuk ZA, ion ammonium dapat langsung diserap tanaman dan
sebagian akan dijerap oleh koloid tanah pada permukaan.
2.1.4 Ammonium Nitrat (NH4NO3)
Pupuk ammonium nitrat adalah pupuk yang dapat menyumbangkan
dua jenis hara N dalam bentuk ammonium dan nitrat. Pupuk ini mempunyai
kadar N sebanyak 33%, termasuk pupuk yang larut didalam air. Berntuk
pupuk ialah padat dan kristalin dan berwarna putih, tidak higrokopis dan
berkerja cepat.
2.1.5 Urea CO(NH2)2
Pupuk urea adalah pupuk buatan senyawa kimia organic dari
CO(NH2)2, pupuk padat berbentuk butiran bulat kecil (diameter lebih
kurang 1 mm). Pupuk ini mempunyai kadar N 45%-46%. Urea larut
sempurna di dalam air, dan tidak mengasamkan tanah. Sifat urea lain yang
tidak menguntungkan adalah sangat higrokopis dan mulai menarik air dari
udara pada kelembaban nisbi 73 persen.
2.1.6 Fosfor
Fosfor (P) dalam pupuk dinyatakan dalam bentuk oksidanya
yaitu P2O5. Pupuk TSP mengandung P sebesar 44% P2O5. Untuk
mengetahui kadar P (bukan P2O5) maka harus dikalikan dengan suatu
bilangan konversi:
Prosentase P = 0.43 X prosentase P2O5
Prosentase P2O5 = 2.29 X prosentase P
Angka 0.43 berasal dari berat molekul P2O5 dibagi berat 2P. Berat atom
P=31 dan O=16, sehingga 144:62 = 2.29 atau sebaliknya 62:144 = 0.43.
Kadar yang ditunjukkan umumnya P yang larut dalam asam sitrat 2%; jadi
bukan P yang larut air.
2.1.7 Kalium
Jenis pupuk yang khusus mengandung kalium relatif sedikit
jumlahnya. Umumnya sudah dicampur dengan pupuk atau unsur lain
menjadi pupuk majemuk. Sehingga menjadi pupuk yang mengandung
kalium, nitrogen dan atau fosfor (dua atau lebih hara tanaman). Kadar pupuk
K dinyatakan sebagai % K2O. Konversi kadar K2O menjadi K adalah
sebagai berikut:
% K2O = 1.2 X % K, dan % K = 0.83 X % K2O

2.1.8 Muriate (KCl).


Dianggap pupuk yang kadar hara K nya tinggi. Nama muriate
berasal dari asam murit adalah sama dengan asam khlorida. Kadar K2O
teoritis dapat mencapai 60-62%; tetapi dalam kenyataan pupuk muriate yang
diperdagangkan hanya sekitar 50%. Bentuknya berupa butiran kecil-kecil
atau berupa tepung dengan warna putih sampai kemerah-merahan. Dalam
praktek lebih banyak digunakan jika dibandingkan dengan pupuk-pupuk K
yang lain karena harganya relatif murah. Pupuk ini kurang disenangi karena
kadar Cl nya yang tinggi terutama untuk pemupukan tanaman yang peka
terhadap kualitas maupun produksi. Banyak digunakan untuk perkebunan
karet dan tebu, tetapi sekarang sebagian beralih ke pupuk KNO3. Pemupu-
kan KNO3 selain memupuk K juga berarti memupuk N.
2.2 Karakteristik pupuk dalam pembuatan formulasi pupuk
2.2.1 Analisis pupuk
Kadar unsur hara yang dikandung pupuk disebut dengan analisis
pupuk. Untuk unsur makro kadar tersebut dinyatakan dalam satuan
persen, sedangkan unsur mikro dinyatakan dalam satuan ppm. Jenis unsur
hara yang dikandung ppuk tidak dinyatakan dalam unsur tunggal tetapi
dinyatakan dalam persentase total N, P2O5 dan K2O. Sebagai contoh
ppuk urea mengandung 45% N, berarti dalam 100 kg pupuk Urea terdapat
45 kg N total. Pupuk NPK dengan analisis 15:15:15 menunjukkan pupuk
tersebut mengandung 15% N, 15% P2O5 dan 15% K2O. Analisis ppuk
selalu tertera pada kemasan pupuk. Jenis pupuk yang sama belum tentu
mengandung analisis yang sama, biasanya berbea sekitar 1-2%. Hal ini
sangat tergantung pada pabrik pemuatnya. Karena itu saangat penting
membaca dan memaami label yang terdapat pada kemasan pupuk
(Sudarmi et al., 2013).
2.2.2 Higroskopisitas
Higroskopisitas adalah sifat pupuk yang berkaitan dengan potensinya
dalam mengikat air dari udara. Pupuk dianggap bersifat higroskopis jika
di tempat terbuka mudah sekali mencair. Sifat ini sangat menentukan daya
simapan pupuk. Pupuk yang bersifat higroskopis hendaknya tidak
disimpan terlalu lama dan harus disimpan di tempat yang tertutup (kedap
udara), kalau tiak ppuk akan cepat mencair atau menggumpal (Sudarmi et
al., 2013).
2.2.3 Indeks garam
Menurut Sudarmi (2013) Penebaran pupuk di tanah kan
meningkatkan konsentrasi garam di dalam tanah. Peningkatan konsentrasi
garam ini akan menaikan tekanan osmosis larutan tanah, sehingga
berpenaruh terhadap proses penyerapan unsur hara. Larutan tanah dengan
tekanan osmosis yang tinggi dapat menyebabkan larutan hara tidak dapat
terserap tetapi cairan sel justru akan keluar dari akar (plasmolisis jaringan
akar). Pupuk dengan indeks garam yang tinggi harus ditempatkan lebih
jauh dari perakaran tanaman dibanding dengan pupuk dengan indeks
garam rendah.
2.2.4 Perhitungan Pupuk
Agar dosis pupuk yang ditebarkan sesuai dengan yang diinginkan,
sebelum melakukan pemupukan diperlukan beberapa penghitungan
(Sudarmi et al., 2013).
2.3 Pengaruh Formulasi Pupuk Terhadap Pencapaian Efisiensi
Pemupukan
Pengaruh formulasi komposisi pupuk yang dibandingkan dengan
pupuk standar terhadap nilai efisiensi pemupukan dipengaruhi oleh akurasi
kebutuhan tanaman terhadap unsur hara. Pada tanaman yang dipupuk
standar kebun yang secara umum hanya memperhatikan kebutuhan hara
utama yaitu NPK, sedangkan pada formulasi komposisi pupuk yang
ditetapkan berdasarkan ketersediaan hara tanah selain kebutuhan utama
hara NPK, juga dilengkapi oleh ketersediaan hara mikro (Fe, Mn, CU, Zn
dan B). Diketahui bahwa produksi dan pertumbuhan tanaman tidak
ditentukan oleh kecukupan hara makro saja, tetapi justru ditentukan oleh
ketersediaan unsur yang paling terbatas (hukum von libiegh).
Menurut Zaini, (2013) Analisis kadar unsur dalam tanah
mencerminkan tingkat ketersediaan hara yang dapat diserap tanaman,
sedangan jumlah hara pada daun dapat mencerminkan tingkat kecukupan
status fisiologi nutrisi tanaman. Dengan diketahui secara terukur jumlah
ketersediaan hara dalam tanah baik jenis maupun kadarnya serta diketahui
kebutuhan hara tanaman untuk masing-masing unsure hara, maka secara
matematis dapat ditentukan formulasi jenis dan kebutuhan hara. Pada
tanah dengan kondisi ketersediaan hara rendah dan kebutuhan tanaman
terhadap hara tersebut cukup tinggi, maka dalam penyusunan formula
kebutuhan hara tersebut ditempatkan pada nilai yang tinggi. Konsep
formulasi komposisi berdasarkan kebutuhan tanaman dan ketersediaan
hara tanah akan menekan pengaruh hara yang berlebihan terkandung
dalam pupuk yang mudah hilang karena terbawa run off atau
tercucikan. Dengan demikian, sangat logis bahwa formulasi komposis
pupuk akan memaksimalkan efektifitas penggunaan pupuk.
Menurut Darmawanto,dkk (2013) Formulasi pupuk dapat dilakukan
berdasarkan sifat kimia, fisik dan penggabungan diantara kedua sifat
tersebut menjadi suatu kesatuaan yang terintegrasi. Dalam prakteknya,
formulasi kimia pupuk dilakukan terhadap rekayasa komposisi, sedangkan
sifat fisik ditunjukkan terhadap rekayasa bentuk, jenis dan sifat kelarutan
pupuk.
III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum “Formulasi dan Karakterisasi Pupuk” dilakukan pada
hari Senin, pukul 15.00 – 16.40 WIB di Laboratorium Sumber Daya Lahan
Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Jawa Timur.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum yaitu:
1. Sendok Plastik
2. Kamera
3. Timbangan Analitik
4. Plastik Klip
5. Kertas Label
6. Alat Tulis
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu :
1. Urea ZA
2. KCl
3. SP-36
4. CaMg(CO3)2
5. H3BO3
6. ZnSO4.7(H2O)
3.3 Langkah Kerja
Adapun langkah kerja dalam praktikum yaitu :
1. Menyiapkan pupuk untuk diidentifikasi kandungannya.
2. Merancang takaran dan dosis setiap pupuk yang ingin diformulasikan
sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman.
3. Menghitung dan menimbang pupuk yang akan diformulasikan.
4. Mencampur pupuk yang telah ditimbang kedalam kantong plastik.
5. Mendokumentasikan kegiatan praktikum.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Tabel 7.1 Formula Pupuk
Formula Pupuk Hasil Observasi 4.2 N
Warna Bentuk o
1. NPK 16-16-16 Cream Serbuk halus dan
3% S, 7 % Ca, 5 % Mg butiran
2. NPK 20-12-12, 5%Ca, Cream Serbuk halus dan
7% Mg, 5% Zn, 5% B butiran

4.2 Pembahasan

Formulasi pupuk merupakan suatu upaya untuk merumuskan dan merekayasa


pupuk yang dilakukan secara kimia maupun fisik dengan tujuan untuk
memperoleh pupuk yang berkualitas sesuai keinginan. Berdasarkan hasil
praktikum formulasi dan karateristik pupuk telah diperoleh hasil perhitungan
pupuk 1 NPK 16-16-16 + 3% S, 7% Ca, dan 5% Mg yaitu kebutuhan material N
sebesar 34,78 g, P sebesar 55,56 g, K sebesar 33,33 gr, S sebesar 12,5 g, Ca
sebesar 32,2 g, dan Mg sebesar 1,33 g. Sedangkan hasil perhitungan pupuk 2 NPK
16:16:16 + 5% Ca, 7% Mg, 5% Zn, dan 5% B diperoleh kebutuhan material N
sebesar 35 g, P sebesar 44 g, K sebesar 27 g, Ca sebesar 22,9 g, Mg sebesar 6,68
g, Zn sebesar 22,08 g, B sebesar 30,51 g. Sumber pupuk dalam perhitungan
kebutuhan material pupuk ini diantaranya diperoleh dari pupuk Urea, SP-36, KCl,
H3BO3, ZnSO4.7(H2O), dan CaMg(CO3)2 .
Formulasi pupuk 1 mengandung NPK 16-16-16, 3% S, 7% Ca, dan 5%
Mg. Formulasi ini didapatkan dari pupuk Urea, ZA, CaMg(CO3)2, SP-36, dan
KCl. Menurut Arin et al, (2019) bahwa aplikasi pupuk kalsium menggunakan
dolomit (CaMg(CO3)2) dapat meningkatkan kandungan Ca dan Mg serta
menurunkan kejenuhan Al dan Fe di tanah. Pupuk ZA mengandung S dan N yang
tinggi. Unsur S berfungsi memperbaiki kualitas tanah khusususnya pada tanah
alkalis. Sedangkan unsur N dapat memperbanyak produksi klorofil pada tanaman
sehingga proses pertumbuhan tanaman menjadi cepat.
Formulasi pupuk 2 mengandung NPK 20-12-12, 5%Ca, 7% Mg, 5% Zn,
dan 5% B. Formulasi ini didapatkan dari pupuk Urea, SP-36, KCl, CaMg(CO3)2,
H3BO3, dan ZnSO4.7(H2O). Pupuk H3BO3 berfungsi mempercepat proses
penyerbukan bunga dan pembentukan biji. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tinto
(2012) yaitu pada tanaman kedelai, boron berperan dalam proses transfer gula dan
nutrisi, penyerbukan bunga, dan pembentukan biji. Pupuk ZnSO4.7(H2O)
mengandung unsur Zn yang tinggi. Menurut Havlin et al (2005) bahwa fungsi Zn
dalam tanaman adalah terlibat dalam beberapa fungsi enzim untuk meningkatkan
reaksi-reaksi metabolik, sintesis senyawa-senyawa pertumbuhan tanaman,
memproduksi klorofil, dan karbohidrat.
Formulasi pupuk 1 dan 2 mempunyai kesamaan yaitu mengandung pupuk
Urea, SP-36, dan KCl.Menurut Fajrin, (2016) bahwa Pupuk Urea mengandung
nitrogen (N) berkadar tinggi sebesar 45%-56%. Unsur nitrogen dibutuhkan
tanaman dalam pembentukan klorofil. Dengan jumlah klorofil yang tinggi, maka
mempercepat proses pertumbuhan tanaman. Pupuk SP-36 mengandung unsur P
yang tinggi yaitu sebanyak 36%. Menurut Suprapto (2002) bahwa fungsi unsur P
antara lain merangsang perkembangan akar, sehingga tanaman akan lebih tahan
kekeringan, mempercepat masa panen dan menambah nilai gizi dari biji. Pupuk
KCl sebagian besar mengandung unsur K. Menurut Marupaey (2010), bahwa
secara umum kalium sangat berperan dalam merangsang pertumbuhan akar
tanaman. Perakaran yang optimal akan mendukung suplai unsur hara ke dalam
jaringan tanaman sehingga akan mendukung pertumbuhan tanaman.
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum “Formulasi dan


Karakterisasi Pupuk” yaitu :

1. Formulasi pupuk bertujuan untuk mengoptimalkan efektifitas dan


efisiensi pemupukan yang mampu meningkatkan keuntungan
budidaya pertanian.
2. Formulasi pupuk dapat menjaga kelesatarian produktivitas lahan.
3. Pemupukan akan berimbang dan tepat sesuai dengan kebutuhan
tanaman, sehingga tidak menimbulkan efek buruk bagi ekosistem
lingkungan.

5.2 Saran

Praktikum “Formulasi dan Karakterisasi Pupuk” sebaiknya


mengaplikasikan hasil dari formulasi pupuk agar mengetahui pertumbuhan
dan hasil produksi dari suatu tanaman.
DAFTAR PUSTAKA

Arin, N., R. Suntari, dan P. Cahyono. 2019. Pengaruh Dosis Berbagai Sumber
Pupuk Kalsium Terhadap Pertumbuhan Awal Tanaman Nanas di PT. Great
Grant Pineapple Lampung. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan. Vol 6
No. 1.
Bakhtiar, Taufan, Hidayat, dan Y. Jufri. 2014. Keragaman Pertumbuhan Dan
Komponen Hasil Beberapa Varietas Unggul Kedelai Di Aceh Besar.
Universitas Syiah Kuala, Aceh. Jurnal Floratek 9: 46 – 52.

Dharmawato, ni kadek, Supadma, N., & Arthagama, D. (2013). Pengaruh


Pemberian Biourine dan Dosis Pupuk Anorganik (N,P,K) Terhadap
Beberapa Sifat Kimia Tanah Pegok dan Hasil Tanaman Bayam
(Amaranthus sp.) NI. E-Jurnal Agroteknologi Tropika, 345(6196), 499.
Hasibuan, B. E. 2006. Pupuk dan Pemupukan. USU Press. Medan

Havlin, L.J., S.I., Tisdale., J.G. Beaton, W.L. Nelson. Soil Fertility and Fertilizer.
An Itroduction to Nutrient Management, seventh edt. Perason Prentice Hall.
New Jersey.
Marupaey, A. 2010. Pengaruh Pemberian Pupuk KCl terhadap Pertumbuhan
Hasil Jagung Pulut (Zea mays ceratina L.). Prosiding Pekan Serelia
Nasional. 2010.
Sudarmi, Nugraheni, R., Rini, C., Wahyu, Y., & Setyarini, A. (2013). Kajian
Dosis Pupuk NPK Terhadap Hasil dan Analisis Usaha Tani Cabe Rawit
Rama (Capsicum frutescens). Jurnal Widyatama, 22(1), 71–79.
Suprapto, H.S dan A.R. Marzuki. 2002. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Tinto, R. 2012. Boron Applications For Increased Soybean Yields.
http://www.riontinominerals.com. Diakses pada tanggal 29 November 2019.
Zaini, Z. (2013). Pupuk Majemuk dan Pemupukan Hara Spesifik Lokasi pada
Padi Sawah. Jurnal Iptek Tanaman Pangan, 7 (1)(1), 1–7.
LAMPIRAN

Lampiran Perhitungan

Pupuk 1

ZA = N 21%, S 24 % CaMg(CO3)2

3 40
S 3% = 24 𝑥 100 𝑔 Ca = 40+24+12(2)+ 16(6) x 100 %

40
= 12,5 g = 𝑥 100 %
184

12,5 𝑥 21
N% = = 21,74 %
100

24
= 2,625 % Mg = 184 𝑥 100 %

N16%= 16 – 2,625 = 13,04 %

7
= 13,37 % Ca 7% = 21,74 𝑥 100

Urea = N 46% = 32,20 g

13,37 32,20 𝑥 13,04


N = 𝑥 100 Mg% =
46 100

= 29,67 g = 4,20 %

SP-36 = P 36% Mg 5% = 5 – 4,20 %

16
P 16% = 36 𝑋 100 = 0,80 %

0,80
= 44,44 g Mg 5% = 𝑥100
60

KCL = K 60% = 1,33 g

16
K 16% = 60 𝑥 100

= 26,67 g
Pupuk 2

CaMg(CO3)2 H3BO3

40 10
Ca = 40+24+12(2)+ 16(6) x 100 % B = 3+10+48 x 100 %

40 10
= 184 x 100 % = 61 x 100 %

= 21,74 % = 16,39 %

24 5
Mg = 184 x 100 % B = 16,39 x 100

= 13 % = 30,51 g

5
Ca = 21,74 x 100 % NPK

20
= 22,9 g Urea = 46 x 100

22,99 ×13
Mg %= = 43,48 g
100

12
= 2,99 % SP36 = 36 x 100

Kebutuhan Mg = 33,33 g

12
Mg = 7% - 2,99% KCL = 60 x 100

= 4,01 % = 20 g

4,01
Mg = x 100
60

= 6,68 g

ZnSO4 .7(H2O)

65
Zn = 65+32+64+ 14+112 x 100 %
65
= 287 x 100 %

= 22,65%

32
S = 287 x 100 %

= 11,15 %

5
Zn = 22,65 x 100 = 22,08 g

Lampiran Foto

Gambar 7.1 Pupuk P Gambar 7.2 Pupuk K Gambar 7.3 Pupuk S 3%


16 % 16 %

Gambar 7.4 Pupuk N Gambar 7.5 Pupuk Mg Gambar 7.6 Pupuk Ca


16 % 5% 7%

Gambar 7.7 Kombinasi Gambar 7.8 Pupuk Gambar 7.9 Pupuk Zn


Pupuk K 12% 7%
Gambar 7.10 Pupuk Gambar 7.11 Pupuk Gambar 7.12 Pupuk
B 5% P 12% Mg 7%

Anda mungkin juga menyukai