0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
99 tayangan17 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang teknologi pembuatan dua jenis pupuk yaitu pupuk struvite dan pupuk silika base. Pupuk struvite dibuat dari limbah cair rumah potong hewan untuk mengurangi limbah fosfat dan amonia, sedangkan pupuk silika base dibuat dari limbah jerami padi untuk menambah kandungan silika tanah. Kedua pupuk tersebut dibuat menggunakan proses kristalisasi dan reaksi kimia untuk menghasilkan bent
Dokumen tersebut membahas tentang teknologi pembuatan dua jenis pupuk yaitu pupuk struvite dan pupuk silika base. Pupuk struvite dibuat dari limbah cair rumah potong hewan untuk mengurangi limbah fosfat dan amonia, sedangkan pupuk silika base dibuat dari limbah jerami padi untuk menambah kandungan silika tanah. Kedua pupuk tersebut dibuat menggunakan proses kristalisasi dan reaksi kimia untuk menghasilkan bent
Dokumen tersebut membahas tentang teknologi pembuatan dua jenis pupuk yaitu pupuk struvite dan pupuk silika base. Pupuk struvite dibuat dari limbah cair rumah potong hewan untuk mengurangi limbah fosfat dan amonia, sedangkan pupuk silika base dibuat dari limbah jerami padi untuk menambah kandungan silika tanah. Kedua pupuk tersebut dibuat menggunakan proses kristalisasi dan reaksi kimia untuk menghasilkan bent
FAKULTAS TEKNOLOGI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JATIM SURABAYA 2020 SOAL UTS TEKNOLOGI STRUVITE DAN SILIKA BASE
Soal
1. Apa yang saudara ketahui tentang teknologi pupuk struvite dan
silika base? 2. Jelaskan keterbaruan teknologi dari riset saudara dari riset sejenisnya!
Jawab
1, Secara umum, pupuk merupakan suatu bahan yang diberikan ke
dalam tanah yang bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam keadaan lingkungan yang baik. Selain itu pupuk juga diartikan sebagai suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Dalam pengertian yang khusus, pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih hara tanaman.
Kegiatan Pemupukan telah dikenal oleh masyarakat sejak akhir
abad ke 19, hasil demi hasil dari tiap percobaan telah dikemukakan sehingga kini terdapat pengetahuan bahwa tanaman itu sangat membutuhkan unsur-unsur hara seperti nitrogen, silika, kalium, dls.
Berdasarkan bentuk fisiknya, pupuk dibedakan menjadi pupuk
padat dan pupuk cair. Pupuk padat diperdagangkan dalam bentuk onggokan, remahan, butiran, atau kristal. Pupuk cair diperdagangkan dalam bentuk konsentrat atau cairan. Pupuk padatan biasanya diaplikan ke tanah/media tanam, sementara pupuk cair diberikan secara disemprot ke tubuh tanaman. Pupuk juga dibagi menjadi pupuk organik atau pupuk alami yang pembuatannya tidak berasal dari bahan-bahan kimia, dan pupuk anorganik atau pupuk buatan yang pembuatannya berasal dari berbagai penggabungan bahan atau unsur- unsur kimia tertentu.
semakin majunya zaman dengan semakin bertambahnya
manusia, mengakibatkan berbagai limbah dan kebutuhan-kebutuhan seperti makanan yang berasal dari hasil pertanian semakin meningkat, maka perlu adanya suatu inovasi-inovasi yang dapat mengatasi masalah tersebut. Salah satu inovasi yang dapat menyelesaikan masalah-masalah diatas berupa pembuatan pupuk struvite (slow release) dan pupuk silika base.
A.Pupuk struvite (slow release)
struvite atau lebih dikenal dalam ilmu kedokteran dengan nama
magnesium ammonium fosfat merupakan suatu mineral fosfat dengan rumus umum NH 4 MgPO 4.6H 2 O. Struvite merupakan kristal dalam sistem ortorombik sebagai kristal piramida putih kekuningan atau putih-kecoklatan. struvites adalah mineral lunak yang sedikit larut dalam kondisi netral dan basa, tetapi mudah larut dalam asam. kristal struvite mudah terbentuk dalam urin hewan dan manusia. Secara umum Pupuk slow release adalah pupuk yang mengandung unsur hara, yang dibuat dengan tujuan: penundaan pelepasannya dalam beberapa saat setelah diterapkam sehingga dapat diserap tanaman secara bertahap, atau ketersediaan pupuk tersebut setelah penerapan memiliki waktu yang lebih lama dibandingkan pupuk konvensional yang berada di pasaran yang cepat terurai, seperti pada amonium nitrat atau urea, amonium fosfat atau kalium klorida .
Pupuk slow release memiliki tingkat pelepasan dari bahan kimia
menjadi bentuk nutrisi yang tersedia bagi tanaman secara nyata dengan laju pelepasan lebih lambat. Pupuk ini dibuat menggunakan campuran unsur hara nitrogen dan akan memberikan ketersediaan yang lambat dibandingkan dengan pupuk pada umumnya.
Ada beberapa kelebihan yang dimiliki pupuk jenis ini dibandingkan
dengan pupuk kimia konvensional:
a. dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk yang dipakai
oleh petani. Saat ini efisiensi penyerapan pupuk oleh tanaman hanya sekitar 40%. Dengan menggunakan pupuk SRF dapat meningkatkan efisiensi penyerapan pupuk oleh tanaman menjadi 65-70%, sehingga terjadi peningkatan efisiensi 25-30%. Selain itu pupuk slow release ini juga diberikan dengan dosis 40 - 50% dari yang biasa diberikan oleh petani.
b. penerapan pupuk hanya satu kali dilakukan dalam satu musim
tanam. Dibandingkan dengan urea pril yang diberikan 2-3 kali, maka pupuk slow release tersebut dapat menghemat biaya tenaga kerja, sekaligus dapat ,menekan biaya yang dikeluarkan petani.
c. kandungan zeolit dalam formula pupuk slow release dapat
membantu meningkatkan kesuburan tanah selama pengunaannya, karena zeolit mempunyai kapasitas tukar kation yang cukup tinggi. Tanah yang mempunyai kapasitas tukar kation tinggi maka dapat dikatakan tanah tersebut adalah tanah yang subur.
d. pupuk slow release merupakan pupuk yang ramah lingkungan,
karena dibuat dengan memformulakan bahan pupuk kimia dengan metrik zeolit alam yang dibuat dalam bentuk granule dengan ukuran 3-5 mm dengan menggunakan binder yang mudah diurai oleh mikroorganisme (biodegradable). Tentunya pupuk ini tidak akan berdampak negatif pada lingkungan karena semua bahan yang dipilih berasal dari alam.
Teknologi pembuatan pupuk slow release ini, salah satunya adalah
dengan memanfaatkan limbah rumah potong hewan (RPH). Mayoritas rph di indonesia membunag limbahnya baik cair ( darah, urine, dan air pencucian ) maupun padat (tulang, rumen, dan kotoran hewan) ke sungai-sungai yang berada di dekatnya, sehingga dapat menyebabkan berbagai masalah yang mengganggu ekosistem yang terdapat pada lingkungan tersebut. Dalam limbah rumah potong hewan, terdapat senyawa fosfat (PO4-P) dan senyawa-senyawa ammonia (NH3-H) yang besar. Sehingga Apabila limbah tersebut tidak diolah secara tepat maka akan terjadi gangguan-gangguan yang tidak diinginkan.
Pembuatan pupuk struvite (slow release) ini akan mengurangi
dampak dari limbah rumah potong hewan, sekaligus dapat membuat nilai tambah bagi lingkungan seperti : dapat mengurangi konsentrasi fosfor pada air limbah, dan dapat membuat pupuk yang aman bagi tanaman, dan aspek ekonomi seperti: sebagai sumber alternatif fosfor, serta bernilai jual dan mudah dimanfaatkan.
Komponen utama dalam pupuk ini adalah fosfor, ammonium, dan
magnesium. Kristal struvite yang terbentuk akan melalui proses kristalisasi berupa:
Mg2+ + NH4+ + PO4-3 +6H2O → MgNH4PO4.6(H2O)
Kondisi pH optimum untuk kristalisasi adalah 9-10,5.
Proses pengendapan kristal struvite memiliki beberapa fase,
fase pertama adalah penambahan magnesium, fase kedua adalah pengikatan magnesium terhadap fosfat dan ammonium, sedangkam fase tiga adalah pengendapan materi berupa struvite.
Gambar 1. Pembuatan kristal struvite
Limbah dari rumah potong hewan akan ditampung pada tangki
fermentasi, yang kemudian akan mengalami beberapa perlakuan seperti pada gravity thickener dan kemudian akan dialirkan ke tangki digester. Penambahan bahan-bahan akan dilakukan pada daerah mixing, bahan selanjutnya akan di kristalkan di Crystallizer.
B.pupuk silica base
Pada pertumbuhan tanaman Si (silika) memiliki peranan
penting, diantaranya yaitu Si dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap ketidakseimbangan unsur hara, Si dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara P dalam tanah, Si dapat mengurangi pengaruh Mn, Fe dan Al yang sering terjadi pada tanah-tanah masam dan berdrainase buruk, Si dapat menguatkan batang sehingga tanaman tahan rebah, Si dapat mengurangi transpirasi, Si juga dapat mengurangi cekaman abiotik, seperti suhu, radiasi, cahaya, angin, air, dan kekeringan, serta meningkatkan resistensi tanaman terhadap cekaman biotik, sehingga dapat memperkuat jaringan tanaman dan lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Dilihat dari peranan Si secara tidak langsung dapat meningkatkan produksi tanaman, sehingga pemupukan Si sebenarnya diperlukan untuk pertumbuhan tanaman.
Teknologi pembuatan pupuk silika base salah satuya adalah
memanfaatkan limbah hasil pertanian berupa jerami padi. Limbah padi dipilih karena belum dimanfaatkan secara optimal, pengolahannya sendiri kebanyakan hanya dibiarkan terbakar, sehingga menyebabkan polusi berupa asap yang banyak dan mengakibatkan kadar karbon dioksida dalam lingkungan bertambah, serta kandungan Si dalam jerami padi sangat banyak sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan mengganti unsur Si yang keluar dari dalam tanah.
Pembuatan pupuk silika dalam skala lab membutuhkan Bahan
dan alat berupa: limbah jerami, larutan KOH, larutan HCl, kertas saring dan aquades, serta korek api, beaker glass, erlenmeyer. Si + 2KOH → K2SiO3 + H2O
Gambar2a. langkah pembuatan pupuk silika
K2SiO3 + HCl → SiO2 + KCl + H2O
Gambar2b. Langkah-langkah pembuatan pupuk silika
Langkah-langkah pada proses ini berupa:
a. Bersihkan jerami, lalu keringkan dan bakar sampai menjadi abu b. Abu kemudian dihaluskan dan ditambahkan dengan larutan KOH dan kemudian dipanaskan dan diaduk dalam beaker glass. c. Larutan kemudian disaring dan dipisahkan antara filtrat dan residu. d. Filtrat yang didapatkan kemudian didinginkan. e. Kalium silikat yang telah terbentuk ditambahkan dengan HCl untuk kemudian dipisah kembali. f. Silika koloid yang terbentuk dicuci dan dikeringkan kemudian dihaluskan. Pembuatan pupuk silika yang lain yaitu pembuatan pupuk berbahan dasar silika yang direaksikan dengan kalium karbonat (K2CO3). pada proses ini, silika dicampurkan dengan kalium karbonat dan dilakukan pembakaran dalam furnace yang bertemperatur diatas titik lebur campuran kuarng lebih diatas 1200 C, hasil pembakaran selanjutnya didinginkan, dan digrinding hingga terbentuk pupuk kalium silika powder. Apabila diinginkan bentuk pupuk berupa granul, maka dibutuhkan proses granulasi.selain direaksikan dengan kalium karbonat Silika (SiO2) juga direaksikan dengan kalium hidroksida (KOH). pada proses ini, silika dicampurkan dengan kalium hidroksida (KOH) dan dilakukan pembakaran dalam furnace yang bertemperatur diatas titik lebur campuran kuarng lebih diatas 1200 C, hasil pembakaran selanjutnya didinginkan, dan digrinding hingga terbentuk pupuk kalium silika powder. Apabila diinginkan bentuk pupuk berupa granul, maka dibutuhkan proses granulasi.
Berdasarkan data kualitas pupuk kalium silika yang beredar
dipasaran, dapat diketahui kualitas pupuk kalium silika mempunyai standar :
Kadar silika : 48 - 63 persen berat
Kalium Oksida (K2O) : 28 - 32 % berat.
Berdasarkan standar kualitas pupuk kalium silika tersebut, maka
dalam produksi pupuk kalium silika dilakukan kombinasi perbandingan antara silika dengan kalium karbonat atau kalium hidroksida. perbandingan yang perlu dilakukan adalah :
Silika : Kalium karbonat yaitu 3 atau 4 perbanding 1,
perbandingan ini adalah perbandingan mol
Perbandingan yang ditentukan mengacu kepada reaksi kimia yang
terjadi yaitu :
SiO2 + K2CO3 menjadi SiO2.K2O + CO2
SiO2 + 2 KOH menjadi SiO2.K2O + H2O
2. hubungan penelitian dengan teknologi pupuk
penelitian yang saya lakukan adalah peningkatan derajat BE (bauwman) produksi garam menggunakan teknologi spray. Selama penelitian dilakukan garam yang telah jadi akan menghasilkan hasil samping yaitu bittern. Indonesia sendiri sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki luas lautan mencapai 70% dari luas total Indonesia, sehingga Indonesia sangat memungkinkan untuk menjadi suatu negara penghasil garam terbesar, namun kenyataannya Indonesia masih melakukan impor garam dari beberapa negara. Produksi garam rakyat pada umumnya mempunyai kadar NaCl sekitar 80-90%, dan sisanya merupakan kandungan bahan pengotor seperti Kotoran (tanah liat), Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), Kalium (K), dan Sulfat (SO4) sertas impuritis lainnya. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI), kualitas garam untuk konsumsi dan industri mempunyai kadar NaCl diatas 95%, sehingga produksi garam rakyat masih membutuhkan proses lanjutan.
Proses yang sering dilakukan untuk meningkatkan kadar NaCl
adalah proses pencucian dengan larutan garam jenuh (larutan Brine) dan proses "Rekristalisasi", pada proses rekristalisasi ini garam rakyat dilarutkan dengan air selanjutnya direaksikan dengan bahan kimia kombinasi Na(OH), Na2CO3, kombinasi Ca(OH)2 dengan Na2CO3, kombinasi Na(OH), Na2CO3 dengan BaCl2 dan Membrane untuk menghilangkan bahan pengotor, selanjutnya endapan bahan pengotor dipisahkan dan larutan garamnya dikristalisasi kembali. Air sisa dari proses produksi garam rakyat ini, berwarna kuning muda, dibuang (tidak dimanfaatkan), disebut dengan istilah "Air Tua" atau "Bittern".
.Bittern merupakan cairan pekat (>29 Be) hasil dari limbah
tambak garam setelah proses produksi garam, dan mengandung ion Na+ (12,81%); Mg2+ (3,88%); K+(0,33%) dan ion-ion mikro lainnya (Sani, 2010). Bittern umumnya dicampurkan kembali ke dalam air laut bahan pembuatan garam untuk mempercepat proses penguapan. Dewasa ini bittern sudah banyak dimanfaatkan dalam banyak sektor baik secara langsung maupun tidak langsung. Bittern hasil produksi garam jumlahnya cukup melimpah dengan perbandingan jumlah garam yang diproduksi dengan bittern yang terbuang dalam satu musim adalah 1:3 (Sani, 2010). Dengan jumlah yang cukup melimpah, diperlukan teknologi untuk memanfaatkan bittern agar diperoleh produk bernilai ekonomi dan dapat meningkatkan pendapatan petani garam. Bittern diperoleh dari sisa endapan garam NaCl hasil dari proses penguapan serta pencucian pada proses pemurnian garam. Bittern memiliki kandungan mineral seperti magnesium (Mg), natrium (Na), kalsium (Ca), serta garam - garam seperti CaCl2, MgCl2, MgSO4, dan NaCl (Sani,2010). Pada proses pembuatan garam dihasilkan kristal garam disebut dengan garam yang mengandung zat pengotor seperti ion Ca2+, Mg2+, Al3+, Fe3+,SO4, I- dan Br-. peningkatan kualitas garam, perlu dilakukan pemurnian terhadap garam krosok tersebut. Salah satu cara untuk pemurniannya dengan menambahkan bahan pengikat pengotor. Bahan pengikat pengotor ditambahkan agar garam dapur yang dihasilkan melalui penguapan air laut tidak bercampur dengan senyawa lain yang terlarut, seperti MgCl2, MgSO4, CaSO4, CaCO3, KBr, dan KCl dalam jumlah kecil (Burhanuddin,2001). Bittern merupakan air limbah dari proses produksi garam rakyat, jumlahnya cukup besar sehingga dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan produk yang bernilai ekonomi dan dapat meningkatkan pendapatan petani garam. Bittern yang dihasilkan jumlahnya cukup besar sehingga dibutuhkan pengelolaan yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan produk yang bernilai ekonomi sehingga petani garam dapat meningkatkan pendapatannya. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk memanfaatkan air limbah ini seperti untuk minuman berion (minuman mengandung ion-ion), produksi pupuk anorganik cair, dan dapat pula dimanfaatkan untuk menghasilkan pupuk yang berkualitas tinggi yaitu Pupuk multi nutrien phosphate-base.
Rumus kimia hasil dari reaksi menghasilkan Produk :
MgKPO4 dan Mg3(PO4)2·4H2O (pupuk multinutrien) Langkah-langkah pembuatan pupuk multinutrient phophate- base yaitu: a.Larutan air limbah (bittern) dimasukan kedalam tangki reaksi b. Tambahkan Larutan NaH2PO4 (sesuai stoikiometrinya) c. Tambahkan Larutan NaOH (sesuai stoikiometrinya) d. Lakukan Pengadukan dengan kecepatan putaran pengaduk 135 rpm, waktu pengadukan 60 menit e. Lakukan proses pemisahan produk pupuk dari larutannya dengan proses filtrasi f. Produk pupuk dilakukan proses pencucian dengan air untuk menghilangkan kandungan NaCl nya g. Produk pupuk dilakukan proses pengeringan untuk mengurangi kandungan airnya * kondisi temperatur produksi : 30 C. * kondisi pH : 10 Kandungan bittern yang digunakan adalah magnesium untuk membentuk kristal struvite. Kristal ini yang kemudian kita sebut sebagai pupuk struvite, dalam penggunaannya kristal struvite akan terurai secara perlahan, karena itu disebut sebagai pupuk slow release. Permintaan pupuk jenis ini sangat banyak, mengingat masyarakat indonesia yang mayoritas pekerjaannya adalah petani. Jumlah bittern yang melimpah mengingat keadaan geografi indonesia yang memiliki bentang pantai dan laut yang luas, maka bahan baku akan selalu tersedia sepanjang waktu, sehingga memungkinkan untuk produksi skala besar. DAFTAR PUSTAKA
Amrullah,hanif.2017.” Konversi Mg2+ Dalam Air Tua (BITTERN) MenjadiI
Mg(OH)2 Menggunakan Metode Eelektrokimia”.Bandar Lampung: universitas lampung.
Burhanuddin. 2001. Strategi Pengembangan Industri Garam di
Indonesia.Yogyakarta: Kanisius.
Sani. 2010. Proses Pembuatan Magnesium Sulfat dari Bittern dan
Asam Sulfat.(Skripsi).surabaya:UPN “veteram”jatim.
Sumada, K. 2007. Produksi Pupuk Multinutrien Phospate Base Dari
Air Limbah Industri Garam.Surabaya:Jurusan Teknik Kimia. UPN Veteran Jatim.
Sumada, K.2016.pupuk kalium silika berbahan dasar geothermal
sludge denganmetode gelling.Surabaya: Jurusan Teknik Kimia. UPN Veteran Jatim.
Nurmala, T.2016. Pengaruh berbagai dosis pupuk silika organik dan
tingkat kekerasan biji terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman hanjeli pulut (Coix lacryma jobi L) genotip 3.Bandung: Universitas Padjajaran.