Oleh:
Desi Anggia Putri
1814161039
NPM : 1814161039
Fakultas : Pertanian
Nurwahidin
1814181005
I. PENDAHULUAN
Tanah merupakan tempat hidup berbagai makluk hidup baik flora maupun fauna
yang ada di dalam tanah. Tanah sangat mendukung kehidupan tumbuhan yang
menyediakan unsur hara dan air bagi bumi. Tanah sendiri merupakan bagian dari
kerak bumi yang terdiri dari mineral dan bahan organik. Tanah merupakan salah
satu penyangga yang membantu semua makhluk hidup di bumi untuk bertahan
hidup. Makluk hidup yang berada didalam tanah, hidup dengan memanfaatkan
bahan organik yang terkandung didalam tanah. Tanah terdiri dari padatan, air dan
udara. Padatan tersebut meliputi bahan mineral seukuran pasir, lanau dan lempung,
serta bahan organik. Secara fisik memperbaiki struktur tanah, menentukan tingkat
perkembangan struktur tanah dan berperan pada pembentukan agregat tanah.
Kemampuan menyimpan air pada tanah ditentukan oleh porositas dan kandungan
bahan organik yang ada pada tanah tersebut. Porositas total tanah yang tinggi akan
menyimpan air yang lebih tinggi. Bahan organik tanah juga berperan terhadap
ketersediaan air di dalam tanah, karena bahan organik dapat memegang air dengan
baik serta dapat meningkatkan porositas total tanah (Ahmad et al., 2016).
Masalah hara yang paling banyak dilaporkan pada lahan pertanian adalah
ketersediaan hara P yang rendah dan fiksasi P yang tinggi oleh Al dan Fe. Hara P
merupakan salah satu unsur hara yang paling banyak dibutuhkan tanaman. Fosfor
sendiri merupakan bahan makanan utama yang digunakan oleh semua organisme
untuk pertumbuhan dan sumber energi. Hara ini berfungsi untuk pertumbuhan akar,
transfer energi dalam proses fotosintesis dan respirasi, perkembangan buah dan biji,
kekuatan batang dan ketahanan terhadap penyakit (Achmad et al., 2014). Perilaku
P-tanah dapat mempengaruhi status ketersediaan P dalam tanah sehingga dapat
ditentukan jumlah pupuk P yang diperlukan tanaman untuk mencapai hasil yang
optimum. Untuk menentukan konsentrasi unsur hara P dalam tanah harus
menggunakan metode analisis yang sesuai untuk tanah dan tanaman yang
diusahakan. Analisis P-tersedia dalam tanah dapat diukur dengan menggunakan
berbagai bahan pengekstrak. Ada beberapa metode pengekstrak yang sering
digunakan yaitu metode Bray I, Bray II, Truog, Olsen dan North Carolina. Namun
dari beberapa hasil penelitian dilaporkan bahwa tidak semua metode sesuai dengan
semua jenis tanah, tanaman maupun kondisi lingkungan.
Pangujian tanah ada 2 tahap yaitu persiapan dari larutan ekstraksi P dan pengujian
P dalam larutan. Beberapa metode kalorimeter tersedia untuk menguji P tersedia
dalam larutan. Ekstraks asam klorida dan asam fluorida yang berisi campurannya
bertujuan untuk memudahkan pemindahan asam terlarut P dengan pembentukan
kompleks ion dalam larutan asam lebih sensitif (Torus, 2012).
1.2 Tujuan
Fosfor (P) merupakan salah satu hara essensial bagi tanaman. Tanaman sangat
membutuhkan fosfor untuk pertumbuhannya. Unsur P adalah unsur penting kedua
setelah nitrogen yang berperan penting dalam fotosintesis, perkembangan akar,
pembentukan bunga, buah dan biji, akan tetapi ketersediaan fosfat yang dapat
diserap oleh tanaman didalam tanah sangat rendah. Hal ini menyebabkan
pertumbuhan tanaman menjadi kurang baik. Unsur P tidak mudah hilang dari dalam
tanah karena proses pencucian kecuali pada tanah sangat berpasi tetapi tetap
terjerap pada permukaan koloid tanah (Mei et al., 2012). Penetapan P mempunyai
dua tahap yaitu persiapan larutan ekstrasi P dan penguji kandungan P dalam larutan.
Pemilih metode ini tergantung pada konsentrasi P dalam larutan dan khususnya
asam digunakan dala pengujian analitik (Kuswandi, 1993).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
Praktikum pengamatan profil tanah ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 26 Juni 2021
pada pukul 15.00 WIB sampai selesai di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah botol kaca, tabung
reaksi, gelas beker 100 ml, pipet tetes, gelas ukur 10 ml dan 15 ml, larutan brey,
aquades, larutan asam, dan sampel tanah A dan B.
4.1 Hasil
Grafik X Standar
0,5
0,45
0,4
0,35
0,3
0,25
X Standar
0,2
0,15
0,1
0,05
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5
Tabel 2 Ulangan Pada Setiap Jenis Tanah
No. Jenis Ulangan Absorban Ppm P Kadar P-
Tanah Ke- s (Abs) dalam Tersedia
larutan (ppm)
1 0,047 0,1436 4,31
1 A
2 0,074 0,2950 8,85
4.2 Pembahasan
Fosfor (P) merupakan salah satu hara essensial bagi tanaman. Tanaman sangat
membutuhkan fosfor untuk pertumbuhannya. Unsur P adalah unsur penting kedua
setelah nitrogen yang berperan penting dalam fotosintesis, perkembangan akar,
pembentukan bunga, buah dan biji yang memiliki lambing P dengan nomor atom
15. Tanaman memperoleh unsur P seluruhnya berasal dari tanah atau dari
pemupukan serta hasil dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Unsur hara P
merupakan hara makro yang sangat penting bagi tanaman yang mana unsur hara p
dibutuhkan dalam jumlah banyak setelah N dan lebih banyak daripada K.
Dari data praktikum yang didapat tertera pada tabel 1 dapat dilihat bahwa hasil X
standar absorban dari pengukuran menggunakan spektrofotometer menghasilkan
data dari standar 0; 0,5; 1; 1,5; 2; dan 2,5 berturut-turut adalah 0,00; 0,066; 0,145;
0,228; 0,307; dan 0,463. Dari jenis tanah A dan B didapatkan nilai P tersedia yaitu
pada rata-rata jenis tanah A sebesar 8,73 sedangkan pada jenis tanah B sebesar
23,11. Tanaman menyerap fosfor dalam bentuk ion baik itu ion ortofosfat maupun
ion ortoposfat sekunder, namun selain itu unsur P dapat juga diserap dalam bentuk
lain seperti dalam bentuk senyawa organik yang larut dalam air. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Hanafiah (2014) yang menyatakan bahwa, jumlah P total dalam
tanah cukup banyak, namun yang tersedia bagi tanaman jumlahnya rendah hanya
0,01 – 0,2 mg/kg tanah.
Ketersediaan fosfor didalam tanah ditentukan oleh banyaknya faktor, namun yang
sangat mendasar adalah pH tanah. Ginting (2016) menyatakan bahwa, pada tanah
ber-pH rendah, fosfor akan bereaksi dengan ion besi dan aluminium. Reaksi ini
membentuk besi fosfat atau aluminium fosfat yang sukar larut dalam air sehingga
tidak dapat digunakan oleh tanaman. Pada tanah ber pH tinggi, fosfor akan bereaksi
dengan ion kalsium. Reaksi ini membentuk ion kalsium fosfat yang sifatnya sukar
larut dan tidak dapat digunakan oleh tanaman. Pada pH netral, bentu P dalam tanah
terdapat dalam kondisi yang paling mudah di serap oleh tanaman. Pemberian pupuk
P tidak mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman disebabkan oleh unsur ini
terfiksasi sangat erat (pH tanah = 4.39) sehingga tidak tersedia bagi tanaman.
Fosfor yang diserap tanaman tidak direduksi, melainkan berada di dalam senyawa
organik dan organik dalam bentuk teroksidasi. Fosfor memegang peranan penting
dalam kebanyakan reaksi enzim yang tergantung kepada fosforilase. Oleh karena
fosfor merupakan bagian dari inti sel, sehingga penting dalam pembelahan sel dan
juga untuk perkembangan jaringan meristem. Liferdi (2010) didalam Malherbe
(1964) menyatakan bahwa, fungsi P terpenting dalam tanaman adalah sebagai
bahan pembangunan nukleoprotein yang terdapat didalam setiap inti sel yang mana
hal ini dapat terjadinya pembentukan sel-sel baru tanaman. Disamping fungsi utama
tadi unsur P juga mempunyai pengaruh khas lainnya terhadap pertumbuhan
tanaman. Fosfor mengaktifkan pertumbuhan tanaman, pertumbuhan bunga,
mempercepat pematangan buah dan tanaman. Fosfor merangsang pertumbuhan
akar, terutama akar lateral dan akar rambut.
Adapuan kesimpulan dari praktikum yang telah dilakukan yaitu jumlah P tersedia
pada jenis tanah A lebih kecil dari jenis tanah B yakni 8,73 dan 23,11. Hal ini
terlihat bahwa tanah dengan kadar hara fosfor (P) tersebut belum mencukupi
kebutuhan hara fosfor bagi tanaman. Ketersedian hara fosfor dapat dilakukan
dengan pemberian pupuk.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, I., Yadi, J., Zuraida. 2016. Pengaruh Pemberian Bahan Organik Terhadap
Perubahan Sifat Kimi Andisol Pertumbuhan dan Produksi Gandum
(Triticum eastivum L.). Jurnal Kawista, 1(1):1-9
Liferdi, L. 2010. Efek Pemberian Fosfor terhadap Pertumbuhan dan Status Hara
pada Bibit Manggis. Jurnal Hortikultura, 20(1) :18-26
Mariana, Z.T., F. Razie, dan M. Septiana. 2012. Populasi bakteri pengoksidasi besi
dan sulfur akibat penggenangan dan pengeringan pada tanah sulfat masam
di Kalimantan Selatan. Jurnal Agritek, 19: 22-27
Nazemi D., A. Hairani, dan Nurita. 2012. Optimalisasi pemanfaatan lahan rawa
pasang surut melalui pengelolaan lahan dan komoditas. Agrovigor, 5: 52-57