Anda di halaman 1dari 15

FOSFOR TERSEDIA

(Laporan Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah)

Oleh:
Desi Anggia Putri
1814161039

JURUSAN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Fosfor Tersedia

Tempat :.Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas


..Lampung

Hari, tanggal : Sabtu, 26 Juni 2021

Nama : Desi Anggia Putri

NPM : 1814161039

Jurusan : Agronomi dan Hortikultura

Fakultas : Pertanian

Bandar Lampung, 26 Juni 2021


Mengetahui,
Asisten Dosen

Nurwahidin
1814181005
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah merupakan tempat hidup berbagai makluk hidup baik flora maupun fauna
yang ada di dalam tanah. Tanah sangat mendukung kehidupan tumbuhan yang
menyediakan unsur hara dan air bagi bumi. Tanah sendiri merupakan bagian dari
kerak bumi yang terdiri dari mineral dan bahan organik. Tanah merupakan salah
satu penyangga yang membantu semua makhluk hidup di bumi untuk bertahan
hidup. Makluk hidup yang berada didalam tanah, hidup dengan memanfaatkan
bahan organik yang terkandung didalam tanah. Tanah terdiri dari padatan, air dan
udara. Padatan tersebut meliputi bahan mineral seukuran pasir, lanau dan lempung,
serta bahan organik. Secara fisik memperbaiki struktur tanah, menentukan tingkat
perkembangan struktur tanah dan berperan pada pembentukan agregat tanah.
Kemampuan menyimpan air pada tanah ditentukan oleh porositas dan kandungan
bahan organik yang ada pada tanah tersebut. Porositas total tanah yang tinggi akan
menyimpan air yang lebih tinggi. Bahan organik tanah juga berperan terhadap
ketersediaan air di dalam tanah, karena bahan organik dapat memegang air dengan
baik serta dapat meningkatkan porositas total tanah (Ahmad et al., 2016).

Pengembangan lahan untuk usaha pertanian umumnya dihadapkan kepada


beberapa persoalan terkait sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Hara P merupakan
hara makro bagi tanaman yang dibutuhkan dalam jumlah banyak setelah N dan
lebih banyak daripada K. Fosfat diperlukan oleh tanaman untuk pembentukan
adenosin di- dan triphosphate yang merupakan sumber energi untuk
proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu kecukupan P sangat
penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan bagian vegetatif dan
reproduktif tanaman seperti hal nya meningkatkan kualitas hasil dan ketahanan
tanaman terhadap penyakit. Dengan demikian, pengelolaan hara P merupakan salah
satu faktor yang sangat penting dalam meningkatkan prodiuksi pertanian. Selain
faktor tanaman, pengelolaan hara P juga harus memperhatikan ketersediaan P di
dalam tanah. Ketersediaan P di dalam tanah tergantung kepada jumlah dan jenis
mineral tanah, pH tanah, pengaruh kation, pengaruh anion, tingkat kejenuhan P,
bahan organik, waktu dan suhu, dan penggenangan. Hara P bersifat immobil di
dalam tanah karena sebagian besar P tanah dijerap menjadi bentuk tidak tersedia
bagi tanaman. Pada tanah masam seperti Ultisols dan Oxisols, P biasanya dijerap
oleh Al dan Fe (kation, oksida, dan hidroksida) serta liat tanah. Sementara itu, pada
tanah netral dan alkalin seperti Alfisols dan Vertisols, P dijerap selain oleh Al, Fe,
dan liat tanah juga oleh Ca (Nursyamsi dan Setyorin, 2010).

Masalah hara yang paling banyak dilaporkan pada lahan pertanian adalah
ketersediaan hara P yang rendah dan fiksasi P yang tinggi oleh Al dan Fe. Hara P
merupakan salah satu unsur hara yang paling banyak dibutuhkan tanaman. Fosfor
sendiri merupakan bahan makanan utama yang digunakan oleh semua organisme
untuk pertumbuhan dan sumber energi. Hara ini berfungsi untuk pertumbuhan akar,
transfer energi dalam proses fotosintesis dan respirasi, perkembangan buah dan biji,
kekuatan batang dan ketahanan terhadap penyakit (Achmad et al., 2014). Perilaku
P-tanah dapat mempengaruhi status ketersediaan P dalam tanah sehingga dapat
ditentukan jumlah pupuk P yang diperlukan tanaman untuk mencapai hasil yang
optimum. Untuk menentukan konsentrasi unsur hara P dalam tanah harus
menggunakan metode analisis yang sesuai untuk tanah dan tanaman yang
diusahakan. Analisis P-tersedia dalam tanah dapat diukur dengan menggunakan
berbagai bahan pengekstrak. Ada beberapa metode pengekstrak yang sering
digunakan yaitu metode Bray I, Bray II, Truog, Olsen dan North Carolina. Namun
dari beberapa hasil penelitian dilaporkan bahwa tidak semua metode sesuai dengan
semua jenis tanah, tanaman maupun kondisi lingkungan.
Pangujian tanah ada 2 tahap yaitu persiapan dari larutan ekstraksi P dan pengujian
P dalam larutan. Beberapa metode kalorimeter tersedia untuk menguji P tersedia
dalam larutan. Ekstraks asam klorida dan asam fluorida yang berisi campurannya
bertujuan untuk memudahkan pemindahan asam terlarut P dengan pembentukan
kompleks ion dalam larutan asam lebih sensitif (Torus, 2012).

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:


1. Menentukan cara menghitung kandunga fosfor dalam tanah
2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi ketersediaan P dalam tanah
4. Mengetahui gejala kekurangan fosfor pada tumbuhan
II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengembangan lahan untuk usaha pertanian umumnya dihadapkan kepada


beberapa persoalan terkait sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Kemasaman
merupakan kendala utama di lahan-lahan pertanian karena umumnya mempunyai
pH tanah 3.5 – 4.5. pH yang tinggi akan berdampak pada meningkatnya kelarutan
Al, Fe, dan Mn (Nazemi et al., 2012). Kemasaman tanah di lahan pertanian
disebabkan adanya oksidasi senyawa pirit yang dibantu oleh bakteri pengoksidasi
besi dan sulfur (Mariana et al., 2012).

Ketersediaan hara dalam tanah dan tanaman berpengaruh terhadap pertumbuhan


dan produksi tanaman. Neraca hara N, P, dan K lahan sawah dan lahan kering di
sentra produksi kedelai dilaporkan mengalami kesetimbangan negatif. Hal ini
disebabkan kurangnya dosis pupuk yang diaplikasikan atau praktek pemupukan
yang tidak berimbang, dengan kondisi tersebut maka terdapat indikasi gejala kahat
hara tersamar (hidden hunger) unsur N dan P. Penggunaan pupuk secara berlebihan
dan terus menerus tidak saja menyebabkan tingginya residu pupuk di dalam tanah,
tetapi juga meningkatkan kandungan logam berat terutama Cd (kadmium).
Penggunaan pupuk fosfat setiap musim tanam dalam jangka waktu yang lama
mengakibatkan berkumpulnya unsur fosfat di dalam tanah. Ini dikarenakan sifat
pupuk fosfat yang tidak mudah larut (Imelda et al., 2019).

Fosfor (P) merupakan salah satu hara essensial bagi tanaman. Tanaman sangat
membutuhkan fosfor untuk pertumbuhannya. Unsur P adalah unsur penting kedua
setelah nitrogen yang berperan penting dalam fotosintesis, perkembangan akar,
pembentukan bunga, buah dan biji, akan tetapi ketersediaan fosfat yang dapat
diserap oleh tanaman didalam tanah sangat rendah. Hal ini menyebabkan
pertumbuhan tanaman menjadi kurang baik. Unsur P tidak mudah hilang dari dalam
tanah karena proses pencucian kecuali pada tanah sangat berpasi tetapi tetap
terjerap pada permukaan koloid tanah (Mei et al., 2012). Penetapan P mempunyai
dua tahap yaitu persiapan larutan ekstrasi P dan penguji kandungan P dalam larutan.
Pemilih metode ini tergantung pada konsentrasi P dalam larutan dan khususnya
asam digunakan dala pengujian analitik (Kuswandi, 1993).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum pengamatan profil tanah ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 26 Juni 2021
pada pukul 15.00 WIB sampai selesai di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah botol kaca, tabung
reaksi, gelas beker 100 ml, pipet tetes, gelas ukur 10 ml dan 15 ml, larutan brey,
aquades, larutan asam, dan sampel tanah A dan B.

3.3 Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.


2. Letakan alas diatas timbangan
3. Timbang bobot tanah 200 gr, lalu masukan kedalam botol kocok.
4. Bilas alat-alat dengan aquade
5. Larutan dimasukan kedalam gelas ukur 200 ml dan tuang ke dalam botol
kocok berisi tanah.
6. Kocok larutan dengan shaker dengan kecepatan 8 rpm selama 10 menit.
7. Tanah yang sudah dikocok dilakukan centifunge.
8. Lakukan proses tersebut selama 5 menit dan kemudian saring larutan tanah.
9. Buat larutan stender pada gelas beker dan dihitung dengan gelas ukur
sebanyak 5 ml.
10. Larutan sebanyak 5 ml diambil dan dituang pada gelas/tabung reaksi.
11. Setelah itu, buat larutan kerja dengan asam askobar 1 ml dan asam molikola
2 ml, ambil larutan dengan menggunakan pipet tetes dan letakan pada gelas
ukur dan kemudian larutan ditera dengan 100 ml aquades.
12. Larutan kerja yang udah siap dituang pada gelas beker dan tuang pada gelas
ukur 10 ml.
13. Tuang pada larutan stender 0 – 2,5 ppm dan kemudian homogenkan larutan
menggunakan agnetic stirier sampai larutan homogeny.
14. Setelah selesai, hitung spektiofotometer dan catat hasil pengukuran tersebut
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

Tabel 1 Data Deret Standar


Deret Standar P2O5 (ppm)
Standar
0 0,5 1 1,5 2 2,5 -

Absorban 0,000 0,066 0,145 0,228 0,307 0,463 -

Grafik X Standar
0,5
0,45
0,4
0,35
0,3
0,25
X Standar
0,2
0,15
0,1
0,05
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5
Tabel 2 Ulangan Pada Setiap Jenis Tanah
No. Jenis Ulangan Absorban Ppm P Kadar P-
Tanah Ke- s (Abs) dalam Tersedia
larutan (ppm)
1 0,047 0,1436 4,31
1 A
2 0,074 0,2950 8,85

1 0,087 0,3679 11,04


2 B
2 0,091 0,3904 11,71

4.2 Pembahasan

Fosfor (P) merupakan salah satu hara essensial bagi tanaman. Tanaman sangat
membutuhkan fosfor untuk pertumbuhannya. Unsur P adalah unsur penting kedua
setelah nitrogen yang berperan penting dalam fotosintesis, perkembangan akar,
pembentukan bunga, buah dan biji yang memiliki lambing P dengan nomor atom
15. Tanaman memperoleh unsur P seluruhnya berasal dari tanah atau dari
pemupukan serta hasil dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Unsur hara P
merupakan hara makro yang sangat penting bagi tanaman yang mana unsur hara p
dibutuhkan dalam jumlah banyak setelah N dan lebih banyak daripada K.

Dari data praktikum yang didapat tertera pada tabel 1 dapat dilihat bahwa hasil X
standar absorban dari pengukuran menggunakan spektrofotometer menghasilkan
data dari standar 0; 0,5; 1; 1,5; 2; dan 2,5 berturut-turut adalah 0,00; 0,066; 0,145;
0,228; 0,307; dan 0,463. Dari jenis tanah A dan B didapatkan nilai P tersedia yaitu
pada rata-rata jenis tanah A sebesar 8,73 sedangkan pada jenis tanah B sebesar
23,11. Tanaman menyerap fosfor dalam bentuk ion baik itu ion ortofosfat maupun
ion ortoposfat sekunder, namun selain itu unsur P dapat juga diserap dalam bentuk
lain seperti dalam bentuk senyawa organik yang larut dalam air. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Hanafiah (2014) yang menyatakan bahwa, jumlah P total dalam
tanah cukup banyak, namun yang tersedia bagi tanaman jumlahnya rendah hanya
0,01 – 0,2 mg/kg tanah.

Ketersediaan fosfor didalam tanah ditentukan oleh banyaknya faktor, namun yang
sangat mendasar adalah pH tanah. Ginting (2016) menyatakan bahwa, pada tanah
ber-pH rendah, fosfor akan bereaksi dengan ion besi dan aluminium. Reaksi ini
membentuk besi fosfat atau aluminium fosfat yang sukar larut dalam air sehingga
tidak dapat digunakan oleh tanaman. Pada tanah ber pH tinggi, fosfor akan bereaksi
dengan ion kalsium. Reaksi ini membentuk ion kalsium fosfat yang sifatnya sukar
larut dan tidak dapat digunakan oleh tanaman. Pada pH netral, bentu P dalam tanah
terdapat dalam kondisi yang paling mudah di serap oleh tanaman. Pemberian pupuk
P tidak mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman disebabkan oleh unsur ini
terfiksasi sangat erat (pH tanah = 4.39) sehingga tidak tersedia bagi tanaman.

Fosfor yang diserap tanaman tidak direduksi, melainkan berada di dalam senyawa
organik dan organik dalam bentuk teroksidasi. Fosfor memegang peranan penting
dalam kebanyakan reaksi enzim yang tergantung kepada fosforilase. Oleh karena
fosfor merupakan bagian dari inti sel, sehingga penting dalam pembelahan sel dan
juga untuk perkembangan jaringan meristem. Liferdi (2010) didalam Malherbe
(1964) menyatakan bahwa, fungsi P terpenting dalam tanaman adalah sebagai
bahan pembangunan nukleoprotein yang terdapat didalam setiap inti sel yang mana
hal ini dapat terjadinya pembentukan sel-sel baru tanaman. Disamping fungsi utama
tadi unsur P juga mempunyai pengaruh khas lainnya terhadap pertumbuhan
tanaman. Fosfor mengaktifkan pertumbuhan tanaman, pertumbuhan bunga,
mempercepat pematangan buah dan tanaman. Fosfor merangsang pertumbuhan
akar, terutama akar lateral dan akar rambut.

Kekurangan P pada tanaman akan mengakibatkan berbagai hambatan metabolisme,


diantaranya dalam proses sintesis protein, yang menyebabkan terjadinya akumulasi
karbohidrat dan ikatan-ikatan nitrogen. Kekurangan P tanaman dapat diamati secaa
visual, yaitu daun-daun yang lebih tua akan berwarna kekuningan atau kemerahan
karena terbentuknya pigmen antisianin. Ketidak cukupan unsur P sendiri akan
menjadikan tanaman tidak tumbuh maksimal atau potensi hasilnya tidak maksimal
atau tidak mampu melengkapi proses reproduktif normal. Dan dari data tabel 2
tersebut terlihat bahwa tanah dengan kadar hara fosfor (P) tersebut belum
mencukupi kebutuhan hara fosfor tanaman. Ketersedian hara fosfor dapat dilakukan
dengan pemberian pupuk. Ketersediaan pupuk fosfor yang cukup dapat bermanfaat
untuk pertumbuhan tanaman (Liferdi, 2010).
V. KESIMPULAN

Adapuan kesimpulan dari praktikum yang telah dilakukan yaitu jumlah P tersedia
pada jenis tanah A lebih kecil dari jenis tanah B yakni 8,73 dan 23,11. Hal ini
terlihat bahwa tanah dengan kadar hara fosfor (P) tersebut belum mencukupi
kebutuhan hara fosfor bagi tanaman. Ketersedian hara fosfor dapat dilakukan
dengan pemberian pupuk.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, I., Yadi, J., Zuraida. 2016. Pengaruh Pemberian Bahan Organik Terhadap
Perubahan Sifat Kimi Andisol Pertumbuhan dan Produksi Gandum
(Triticum eastivum L.). Jurnal Kawista, 1(1):1-9

D., Nursyamsi., D. Setyorin. 2010. Ketersediaan P Tanah-Tanah Netral dan


Alkalin. Jurnal Tanah dan Iklim, 30 (1)

Hanafiah, K A. 2014. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Rajawali Press. Jakarta

Kuswandi. 1993. Pengapuran tanah pertanian.kenisius. Yogyakarta

Liferdi, L. 2010. Efek Pemberian Fosfor terhadap Pertumbuhan dan Status Hara
pada Bibit Manggis. Jurnal Hortikultura, 20(1) :18-26

Mariana, Z.T., F. Razie, dan M. Septiana. 2012. Populasi bakteri pengoksidasi besi
dan sulfur akibat penggenangan dan pengeringan pada tanah sulfat masam
di Kalimantan Selatan. Jurnal Agritek, 19: 22-27

Nazemi D., A. Hairani, dan Nurita. 2012. Optimalisasi pemanfaatan lahan rawa
pasang surut melalui pengelolaan lahan dan komoditas. Agrovigor, 5: 52-57

Anda mungkin juga menyukai