Anda di halaman 1dari 46

laporan praktikum

kimia tanah

penetapan Ph tanah, N-total, C-organik, P- teersedia, dan KTK


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah wasyukurillah, segala puji dan syukur terpanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah serta atas izinnya kami dapat menyelesaikan laporan ini. Adapun
tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk lebih memahami tentang sifat kimia tanah mengenai
ketersediaan P (P- tersedia) dalam tanah, N-total, C - organik, KTK, dan Ph (reaksi) tanah. Laporan ini di
buat berdasarkan hasil praktikum yang telah di lakukan di laboratorium biologi dan kimia tanah, fakultas
pertanian, universitas mataram, kami menyadari bahwa dalm laporan praktikum ini terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat di harapkan untuk kesempurnaan
laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Dalam penulisan laporan ini, kami telah mendapat banyak bantuan masukan serta dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih
kepada pihak- pihak yang telah membimbing dan yang telah turut membantu dan mendukung dalm
pelaksaan praktikum sehingga laporan inji dapat terselesaikan dengan baik dalam waaktu yang tepat.

Kami sangat menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna karena
banyak kekurangan dan kesalahan- kesalahan, maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun dari pembaca supaya dapat memperbaiki laporan ini.

Mataram, 14 Juni 2022

Penulis
DAFTAR ISI
PENETAPAN P – TERSEDIA

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Tanah merupakan bagian permukaan kulit bumi teratas yang melapuk, bangunan alami
yang tersusun atas horizon-horizon yang terdiri atas bahan mineral dan organik, bersifat galir
(tidak padu), dan mempunyai tebal yang tidak sama. tanah sangat di butuhkan dalm kehidupan
sabab tanah dapat di manfaatkan oleh tumbuh- tumbuhan untuk pertumbuhan. sedangkan
manusia sangat membutuhkan tanaman baik dalam pemenuhan makanan, dan lain- lain.
komponen tanah ( mineral, organik, air dan udara) tersusun antar satu dengan yang lainnya
membentuk tubuh tanah kenampakan sifat- sifat tanah di daerah tertentu berbeda dengan di
daerah lainnya.

Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh
& berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman danmenyuplai kebutuhan air
dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang danpenyuplai hara atau nutrisi (senyawa
organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn,
Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologi  berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang
berpartisipasi aktif dalampenyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi)
bagi tanaman,yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah
untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan,industri
perkebunan.

Fosfor sebagai unsur hara essensial di dalam tanah dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu
P-organik dan P anorganik.Kandungannya sangat bervariasi tergantung pada jenis tanah, tetapi
pada umumnya rendah , Gambar 20 menunjukkan bagian dunia yang kekuranagn P. Posfor
organik di dalam tanah terdapat sekitar 50% dari P total tanah dan bervariasi sekitar 15-80%
pada kebanyakan tanah. Bentuk-bentuk fospat ini berasal dari sisa tanaman, hewan dan mikrobia.
Di sini terdapat sebagai senyawa ester dari asam orthofospat yaitu inositol , fosfolipid, asam
nukleat, nukleotida, dan gula posfat. Tiga senyawa yaitu inositol fospolopid dan asam nukleat
amat dominan dalam tanah.Inositol fospat dapat mempunyai satu sampai enam atom P setiap
unitnya, dan senyawa ini dapat ditemukan dalam tanah atau organisme hidup (bakteri) yang
dibentuk secara enzimatik. Asam nukleat sebagai DNA dan RNA menyusun 1-10% P-organik
total. Sel-sel mikrobia (bakteri) sangat kaya dengan asam nukleat. Jika organisme tersebut mati
maka asam nukleatnya siap untuk dimineralisasi.

Fosfor yang diserap tanaman tidak direduksi, melainkan berada di dalam senyawa organik
dan organik dalam bentuk teroksidasi. Fospor organik banyak terdapat di dalam cairan sel
sebagai komponen sistim penyangga tanaman. Dalam bentuk anorganik, P terdapat sebagai
fosfolipid yang merupakan komponen membran sitoplasma dan kloroplas. Fitin merupakan
simpanan fospat dalam biji, gula fospat merupakan senyawa antara dalam berbagai proses
metabolisme tanaman. Nukleoprotein merupakan komponen utama DNA dan RNA inti sel. ATP,
ADP dan AMP merupakan senyawa berenergi tinggi untuk metabolisme.

Ketersediaan P-organik bagi tanaman sangat tergantung pada aktivitas mikrobia untuk
memineralisasikannya. Namun seringkali hasil mineralisasi ini segera bersenyawa dengan
bagian-bagian anorganik untuk membentuk senyawa yang relatif sukar larut. Enzim fostafase
berperan utama dalam melepaskan P dari ikatan P-organik. Enzim ini banyak dihasilkan dari
mikrobia tanah,terutama yang bersifat heterotrof. Aktivitas fosfatase dalam tanah meningkat
dengan meningkatnya C-organik,tetapi juga dipengaruhi oleh pH , kelembaban temperatur dan
faktor lain.Dalam kebanyakan tanah total P-organik sangat berkorelasi dengan C-organik tanah,
sehingga mineralisasi P meningkat dengan meningkatnya C-organik. Semakin tinggi C-organik
dan semakin rendah P-organik semakin meningkat immobilisasi P. Fosfat anorganik dapat
diimmobilisasi menjadi P-organik oleh mikrobia dengan jumlah yang bervariasi antara 25-100%.

Berdasarkan uraian yang telah di sampaikan di atas maka penentuan kadar P yang
terkandung dalam tanah sangat penting untuk di lakukan dan di ketahui sebagai landasan penentu
kualitas tanah dan keberadaan p yang ada dalam tanah sehingga dapat tersedia bagi tanaman
yang di gunakan sebagai penunjang tumbuhnya dan sebagai dasar pemberian waktu dan takaran
pemupukan.
1.2. TUJUAN PRAKTIKUM

Adapun tujuan praktikum yang telah di laksanakan sebelumnya adalah untuk mengetahui
berapa banyak kandungan P- tersedia yang ada di dalam tanah.
BAB II.DASAR TEORI

Fosfor merupakan unsur hara esensial makro yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
tanaman. Tanaman memperoleh unsur P seluruhnya berasal dari tanah atau dari pemupukan serta
hasil dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Jumlah P total dalam tanah cukup banyak,
namun yang tersedia bagi tanaman jumlahnya rendah hanya 0,01 – 0,2 mg/kg tanah (Handayanto
dan Hairiyah,2007).

Bentuk P-anorganik dapat dibedakan menjadi P aktif yang meliputi Ca-P, Al-P, Fe-P dan
P tidak aktif, yang meliputi occhided-P , reductant-P , dan mineral P primer. Fospor anorganik di
dalam tanah pada umumnya berasal dari mineral fluor apatit. Dalam proses hancuran iklim
dihasilkan berbagai mineral P sekunder seperti senyawa 3Ca(PO4)CaF Fluor apatit,
3Ca3(PO4)2CaCO3 Carbonat apatit, 3Ca2(PO4)2Ca(HO)2 Hidroksi apatit, 3Ca3(PO4)2CaO
Oksi apatit, Ca(PO4)2CaCO3 Tri kalsium Phosfat, Ca3(PO4)2 Dikalsium phosfat, AlPO42H2O
Variscit, FePO42H2O Strengit sesuai dengan lingkungannya. Selain itu ion-ion fospat dengan
mudah dapat bereaksi ion Fe3+,Al3+,Mn2+ dan Ca2+, ataupun terjerap pada permukaan oksida-
oksida hidrat besi, aluminium dan hidrat (Elfiati,2005).

Peranan P pada tanaman penting untuk pertumbuhan tanaman baik secara generatif
maupun pertumbuhan vegetatifnya. secara generatif fosfor dapat memacu pertumbuhan sel,
pembentukan akar halus dan rambut akar, memperkuat tegakan batang agar tanaman tidak
mudah rebah. sedangkan seacara generatifnya dapat membantu pembentukan bunga , buah dan
biji serta memperkuat daya tahan terhadap penyakit. Tanaman jagung menghisap unsur P dalam
bentuk ion sebanyak 17 kg/ha untuk menghasilkan berat basah tanaman 4200 kg/ha
(Premono,2002).

Kekurangan P pada tanaman akan mengakibatkan berbagai hambatan metabolisme,


diantaranya dalam proses sintesis protein, yang menyebabkan terjadinya akumulasi karbohidrat
dan ikatan-ikatan nitrogen. Kekurangan P dalam tanah dapat diamati secara visual yang di tandai
dengan, tanaman kerdil, daun-daun kecil, daun-daun yang lebih tua akan berwarna kekuningan
atau kemerahan karena terbentuknya pigmen antisianin, pembentukan bunga dan buah terhambat
dan biji keci, embentukan akar kurang baik dan bintik akar sering tidak terbentuk. Pigmen
penyebab klorosis tersebut terbentuk karena akumulasi gula di dalam daun sebagai akibat
terhambatnya sintesa protein. Gejala lain adalah nekrotis atau kematian jaringan pada pinggir
atau helai daun diikuti melemahnya batang dan akar terhambat pertumbuhannya (Anonim 3;
2009).

Fosfor merupakan bahan makanan utama yang digunakan oleh semua organisme untuk
energi dan pertumbuhan. Secara geokimia, fosfor merupakan 11 unsur yang sangat melimpah di
kerak bumi. Seperti halnya nitrogen, fosfor merupakan unsur utama di dalam proses fotosintesis.
Fosfor biasanya berasal dari pupuk buatan yang kandungannya berdasarkan rasio N-P-K.
Sebagai contoh 15-30-15, mengindikasikan bahwa berat persen fostor dalam pupuk buatan
adalah 30% fosfor oksida (P2O5). Fosfor yang dapat dikonsumsi oleh tanaman adalah dalam
bentuk fosfat, seperti diamonium fosfat ((NH4)2HPO4) atau kalsium fosfat
dihidrogen(Ca(H2PO4)2) (Buntan (1992).
BAB III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum kimia tanah ini di laksanakan dan di mulai pada hari senin, 16 Mei 2022 –
selesai, pukul 08 : 00 WITA bertempat di Laboratorium Biologi dan Kimia Tanah, Fakultas
Pertanian, Universitas Mataram.

3.2. Alat dan Bahan

Adapun alat- alat dan bahan- bahan yang di gunakan dalam pelaksanaan praktikum ini
yaitu, terdiri dari botol kocok, corong gelas,Gelas ukur, Kertas saring, Labu ukur, Pipet,
Saringan, dan Spektrofotometer. Dan bahan- bahan terdiri dari Larutan Bray I, Larutan H2SO4,
dan Perekasi P

3.3. Prosedur Kerja

Adapun langkah- langkah kerja dalam pengukuran P-tersedia ini, antara lain :

1. Ditimbang 1 gram sampel tanah


2. Dimasukkan ke dalam botol kocok dan di tambahkan 20 ml larutan Bray I
3. Di kocok selama 15 menit
4. Kemudian, di saring menggunakan kertas saring waltman
5. Di ambil filtrat (hasil saringan) sebanyak 1 ml
6. Dimasukkan ke tabung reaksi, lalu tambahkan 10 ml pereduksi P dan di kocok
sampai homogen
7. Diukur dengan spektrofotometri dengan panjang gelombang 561 nm.

3.3.2. Proses Pembuatan larutan Standar

1. Disiapkan larutan standar 1ml dengan konsentrasi 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm,
dan 5 ppm

2. Ditambahkan perekasi Bray 1 ke dalam masing- masing konsentrasi larutan

3. Dikocok sampai homogen hingga terlihat perubahan warna yang terjadi.


BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL PENGAMATAN

Berdasarkan

Indeks larutan standar sampel tanah = 0,037

Tabel hasil pengamatan indeks larutan standar

INDEKS LARUTAN STANDAR


Konsentrasi Nilai absorban
1 ppm 0,042
2 ppm 0,081
3 ppm 0,136
4 ppm 0,186
5 ppm 0,237

Mencari PPM-P

Rumus : ppm kurva x ml ekstrak/1.000 ml x 1000g /g sampel tanah x fp x Fk

PPM Kurva=
∑ [ P ] x|P|
∑|[ P ]|
3
¿ x 0,037
0,136

= 0,816

PPM-P = ppm kurva x ml ekstrak / 1.000 ml x 1.000g /g sampel tanah x fp x Fk

= 0,0816 x 20 x 1 x 1

= 16,32

Ppm P (x) Absorbansi (y) x.y X²


1 0,042 0.042 0
2 0,081 0,162 0,01
3 0,136 0, 408 0,04
4 0,186 0,744 0,09
5 0,237 1.185 0,16

3 Absorbansi (y)
Ppm P (x)
2

0
1 2 3 4 5

4.2. PEMBAHASAN

Praktikum penetapan fosfor dengan cara metode Bray I ini ditujukan untu mengetahui
jumlah P yang tersedia di dalam tanah. Yang kita amati dari praktikum ini adalah untuk
menentukan konsentrasi serta absorbant daripada masing-masing tanah untuk kemudian
mengetahui kandungan P yang ada di masing-masing tanah dengan menggunakan rumus:

{P tanah (ppm) = 15/w . 10/5 . konsentrasi larutan . [100 + KA/100]}

Dimana KA adalah kadar air untuk mengetahui kandungan air dari sampel tanah
komposit. Namun sebelumnya kita harus mengukur konsentrasi serta absorbant masing-masing
tanah dengan menggunakan alat spektrofotometer dengan panajng gelombang 660 mm.

Adapun fungsi dari penambahan larutan Bray pada tanah, adalah berfungsi untuk
melepaskan fosfor yang terjerap oleh koloid tanah, dan kemudian dikocok selama 10—15 menit,
untuk memisahkan padatan dan filtratnya.  Penambahan dari working solution ke dalam filtrat
tanah adalah untuk mengidentifikasi fosfor yang ada dalamlarutan, yang nantinya akan
memberikan warna biru, apabila dalam filtrat tanah tersebut terdapat fosfor (P).
Secara garis besar, fosfor tanah dibedakan menjadi fosfor organik dan anorganik.  Fosfor
masuk ke dalam tanah melalui proses adsorpsi oleh tanaman dan jasad renik.  Ketersediaan
fosfor anorganik juga ditentukan oleh faktor dari pH tanah, ion Fe, Al, dan Mn larut, atau adanya
mineral yang mengandung Fe, Al, dan Mn.  Ketersediaan unsur P dalam tanah sangat
dipengaruhi oleh tingkat kemasaman tanah, yaitu apabila kemasaman tanah tinggi maka misel
tanah larut lebih banyak sehingga cenderung untuk mengikat fosfat.  Dan diketahui bahwa
ketersediaan fosfat sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu pH tanah, ion Fe, Al, Mn larut,
ketersediaan Ca, jumlah dan tingkat dekomposisi bahan organik, kegiatan jasad renik, dan faktor
tersebut kesemuanya sangat bergantung pada kemasaman tanah.Ion dalamlarutan tanah
merupakan satu funfsi dari pH.  Selama pH menuju di bawah 5,5 besi dan aluminium terlarut
dipertimbangkan meningkat.  Hal ini menyebabkan fiksasi fosfor seperti besi dan aluminium
fosfat.  Bila fosfat bereaksi dengan ion besi dan aluminium dalamlarutan tanah, koloida besi, dan
aluminium fosfat akan cepat dibentuk.Perubahan koloida fosfat menjadi fosfat kristal dikaitkan
baik dengan reduksi yang nyata dalam ketersediaannya atau pengambilan fosfor oleh tanaman
atau dengan pengaruh fosfor pada pertumbuhan tanaman.  Ketersediaan fosfor yang baik adalah
dalam kisaran dari 6 sampai 7.  kalium fosfat mulai mengendap pada pH sekitar 6,0 dan diatas
pH 7,0 cenderung membentuk apatit, lagipula mengurangi kelarutan fosfor atau
ketersediaannya.  Bahwa bagian dari fosfor yang direduksi dalam tanah alkali disebabkan oleh
kehadiran ion-ion hidroksil dan pembentukan HPO4=.

Manfaat P bagi tanaman adalah sebagai pemacu pertumbuhan akar dan pembentukan
sistem perakaran yang baik sehingga tanaman dapat mengambil unsur hara lebih banyak dan
pertumbuhan tanaman menjadi sehat serta kuat.  Selain itu juga dapat menggiatkan pertumbuhan
jaringan tanaman yang membentuk titik tumbuh tanaman dan menambah daya tanah tanaman
terhadap serangan hama dan penyakit.
V. KESIMPULAN

1. Manfaat P bagi tanaman adalah sebagai pemacu pertumbuhan akar dan pembentukan
sistem perakaran yang baik.
VI. DAFTAR PUSTAKA

Indranada K. Henry.  1994.  Pengelolaan Kesuburan Tanah.  Bumi Aksara.  Jakarta.

Kuswandi.  1993.  Pengapuran Tanah Pertanian.  Penerbit Kanisius.  Yogyakarta.

Poerwowidodo.  1991.  Genesa tanah, Proses Genesa, dan Morfologi.  Institut Pertanian Bogor. 
Bogor.

Tan H. Kim.  1998.  Dasar-dasar Kimia Tanah.  Universitas Gadjah mada.  Yogyakarta.

Tim Penyusun Dasar-dasar Ilmu Tanah.  2006.  Panduan Praktikum Dasar-dasar IlmuTanah. 
Universitas lampung.  Bandar Lampung.
N- TOTAL

DALAM TANAH
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh
& berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman danmenyuplai kebutuhan air
dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang danpenyuplai hara atau nutrisi (senyawa
organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn,
Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologi  berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang
berpartisipasi aktif dalampenyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi)
bagi tanaman,yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah
untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan,industri
perkebunan.
Nitrogen adalah komponen utama dalam tanah dari berbagai substansi. Senyawa nitrogen
di gunakan oleh tanaman untuk membentuk asam amino yang akan di ubah menjadi protein.
Nitrogen juga di butuhkan untuk membentuk senyawa penting seperti klorofil, asam nukleat, dan
enzim. Karena itu nitrogen di butuhkan dalalm jumlah relatif besar pada setiap pertumbuhan
tanaman. Nitrogen merupakan bahan dasar penyusun protein yang di serap oleh tumbuhan air
dalam bentuk amonia atau nitrat.ketersediaan nitrogen mempengaruhi variasi spesies,
kemelimpahan serta kandungan nutrisi hewan dan tumbuhan akuatik.
Nitrogen dalam atmosfer merupakan sumber gas bebas utama yang menempati 78%.
Dalam bentuk unsur lain tidak dapat di gunakan oleh tanaman. Nitrogen harus di rubah ke nitrat
ataau amonium atau melalui proses- proses tertentu agar dapat di gunakan oleh tanaman.
Peningkatan penyediaan nitrogen tanah untuk tanaman terdiri dari meningkatnya peningkatan
nitrogen secara bilogis atau penambahan nitrogen pupuk.
Nitrogen merupakan salah satu unsur yang paling mendapat perhatian. Hal ini di
sebabkan jumlah nitrogen yang ada di tanah sedikit, sedangkan yang di angkat tanah cukup
banyak. Di samping itu, senyawa nitrogen organik sangatlah larut dan mudah hilang dalam air
drainase atau hilang ke atmosfer. Selanjutnya efek nitrogen dalam pertumbuhan akan jelas dan
cepat. Dengan demikian unsur nitrogen ini perlu di lakukan pengendalian atau pengaturan untuk
menggunakannya. Oleh karena itu di lakukan praktikum nitrogen total pada kesempatan kali ini.

1.2. Tujuan Praktikum


Tujuan dari pelaksanaan praktikum inni adalah untuk mengetahui analisis kadar nitrogen
total dari sampel tanah lombok bagian selatan mulai dari preparasi tanah sampai dengan hasil
akhir analisis.
1.3. Manfaat Praktikum
Dari pelaksanaan praktkum yang telah di lakukan dapat memberikan manfaat mengenai proses
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial. Menurut hardjowigeno (2003) nitrogen
dalam tanah bersal dari : pupuk, air hujan, bahan organik tanah, pengikatan oleh mikroorganisme
dari n udara. Sumber N berasal dari atmosfer sebagai sumber primer, dan lainnya berasal dari
aktifitas di dalam tanah sebgai sumber sekunder. Bahan organik juga membebaskan n dan
senyawa lainnya setelah mengalmi proses dekomposisi oleh aktivitas jasad renik tanah. Nitrogen
terdapat di dalam tanah dalam bentuk organik dan anorganik. Bentuk- bentuk organik meliputi
NH₄+, NO²ˉ, NO³ˉ. Dalam sikulusnya, nitrogen organik di dalam tanah mengalami mineralisasi
sedangkan bahan mineral mengalami mineralisasi ssedangkan bahan mineral mengalami
imobilisasi.
Nitogen dalam tanah berasal dari bahan organik tanah (bahan organik halus, N tinggi, L/N
rendah, dan bahan organik kasar, N rendah rasio C/N tinggi. Lalu faktor lainnya yaitu
peningkatan mikroorganisme dan N udara. Simbiosis dengan senyawa legum yaitu bakteri bintil
akar atau rhizobium. Faktor lainnya yaitu pupuk dan air hujan. Fungsi unsur N adalah untuk
memperbaiki pertumbuhan vegetatif dan pembentukan protein. Jika tanaman kekurangan N
maka tanaman akan kerdil, pertumbuhan akar terbatas dan daun kuning. Jika tanaman kelebihan
N maka akan menyebabkan tanaman lambat dalam proses pematangan. Nitrogen dalam tanah
dalam berbagai bentuk yaitu protein, senyawa-senyawa amino, amonium, dan nitrat (Patti, dkk.
2013).
Nitrogen memiliki peran penting bagi tanaman, unsur nitrogen ini mampu medorong
pertumbuhan tanaman menjadi cepat dan memperbaiki tingkat hasil panen pada tanaman.
Tanaman yang kekurangan nitrogen fase vegetatifnya akan terhambat, warna daun pada tanamn
akan kekuning-kuningan dan lama kelamaan akan mati. Sedangkan jika nitrogen diberikan
berlebih tanaman tidak akan mampu menghasilkan bunga dan buah, tanamn tidak akan
mengalami fase generatif. Peningkatan penyediaan nitrogen tanah untuk tanaman terutama dari
meningkatnya jumlah nitrogen secara biologis atau dengan penambahan pupuk baik sintesis
maupun non sitesis. Hal ini seolah olah bertentangan, dimana unsur hara yang diabsorsi dari
tanah dalam jumlah terbesar dari tanaman adalah unsur hara yang sebagian besar sangat terbatas
penyediaannya. Adanya penambahan kesuburan alami dengan pupuk-pupuk komersil
merupakan praktik pertanian moderen (Kemas, 2005).

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan N adalah kegiatan jasad renik, baik yang
hidup bebas maupun yang bersimbiose dengan tanaman. Pertambahan lain dari nitrogen tanah
adalah akibat loncatan suatu listrik di udara. Nitrogen dapat masuk melalui air hujan dalam
bentuk nitrat. Jumlah ini sangat tergantung pada tempat dan iklim. Cara utama nitrogen masuk ke
dalam tanah adalah akibat kegiatan jasad renik, baik yang hidup bebas maupun yang bersimbiose
dengan tanaman. Dalam hal yang terakhir nitrogen yang diikat digunakan dalam sintesa amino
dan protein oleh tanaman inang. Jika tanaman atau jasad renik pengikat nitrogen bebas, maka
bakteri pembusuk membebaskan asam amino dari protein, bakteri amonifikasi membebaskan
amonium dari grup amino, yang kemudian dilarutkan dalam larutan tanah. Penerapan jumlah
protein dilakuakan dengan penentuan jumlah nitrogen yang terkandung oleh suatu bahan N-total
bahan diukur dengan menggunakan metode mikro-Kjeldahl. Prinsip dari metode ini adalah
oksidasi senyawa organik oleh asam sulfat untuk membentuk CO2 dan dalam bentuk ammonia
yaitu penentuan protein berdasarkan jumlah N (Ginting, dkk. 2013).
BAB III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum kimia tanah ini di laksanakan dan di mulai pada hari Senin, 16 Mei 2022 –
selesai, pada pukul 08 : 00 WITA – selesai bertempat di Laboratorium Biologi dan Kimia Tanah,
Fakultas Pertanian, Universitas Mataram.

3.2. Alat dan Bahan Praktikum

Adapun alat- alat dan bahan- bahan dalam pelaksanaan praktikum ini adalah alat- alat
yang terdiri dari destilator buret, labu erlemenyer 100 ml, labu ukur 100 ml, kompor destilasi
kjeldahl, dan timbangan analitik. Dan bahan- bahan yang terdiri dari larutan aquades, larutan
asam borat dan indikator, larutan h₂so₄, larutan naoh, selenium dan sampel tanah.

3.3. Prosedur Kerja

Adapun langkah kerja dalam penentuan N- total dalam tanah adalah sebagai berikut :

1. Ditimbang sampel tanah seberat 1 gram dan dituangkan kedalam labu kjeldahl
2. Ditambahkan 1 gram selenium (katalisator) dan 5 ml larutan H2SO4
3. Labu kjeldahl di destruksi (di panaskan) ke dalam mesin destruksi selama 30 menit
pada suhu 420°C
4. Setelah didestruksi labu kjeldahl didinginkan selama ± 20 menit
5. Ditambahkan 50 ml larutan aquades dan 15 ml larutan NaOH 30%
6. Labu kjeldahl didestilasikan ke dalam mesin destilasi selama 2 menit
7. Hasil dari mesin destilasi ditampung pada erlenmeyer
8. Ditambahkan 10 ml larutan H3BO3 4%, ditambah indikator campuran metil merah 4
tetes dan green bromokresol 4 tetes
9. Elenmeyer di titrasi dengan larutan H2SO4 0,05 N sampai warna menjadi merah
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL Pengamatan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah di lakukan maka di peroleh data hasil sebagai
berikut :

Di ketahui :

vol. sampel hasil titrasi = 1,36 ml


vol. blanko = 0 ml
konsentrasi H2SO4 = 0,05
massa atom relatif N = 14
berat sampel tanah = 5 g = 500 mg

Penetapan N – Total

( vol . titrasi−vol blanko ) x k . H 2 SO 4 x N


= x 100 %
BKM

( 1.3 6 ml−0 ml ) X 0.05 X 14


= x 1 x 100 %
500 mg

1, 3 6 x 0,7
= x 100 %
500

= 0.19 %

4.2. Pembahasan

Metode analitik yang paling umum digunakan dalam penentuan kadar nitrogen adalah
metode Kjeldahl. Tahap destruksi merupakan tahap dekomposisi nitrogen dalam sampel
menggunakan asam pekat. Tahap ini disempurnakan dengan mendidihkan sampel pada asam
sulfat pekat. Hasil akhir destruksi merupakan larutan amonium sulfat. Tahapan destilasi
merupakan tahapan penambahan basa berlebih ke dalam larutan destilasi untuk mengubah NH4+
menjadi NH3 yang diikuti pemanasan dan kondensasi gas NH3 pada larutan penerima
Perpanjangan waktu distilasi dan volume yang dikumpulkan menghasilkan lebih banyak air yang
juga akan tertampung pada larutan penerima. Namun kelebihan air ini tidak akan memperngaruhi
hasil titrasi. Waktu distilasi dan volume distilat yang dikumpulkan harus distandarisasi. Laju
distilasi dipengaruhi oleh kapasitas pendinginan dari kondensor dan suhu air pendingin. Pada
tahap titrasi ini bertujuan untuk mengetahui jumlah amoniak dalam larutan penerima. Beberapa
indikator yang berbeda telah digunakan untuk dapat memberikan perbedaan warna yang
mencolok selama proses titrasi. indikator yang sering digunakan adalah campuran dari metil
merah dan metilen biru. Indikator harus memiliki trayek pH perubahan wrana dimana titik
ekivalen titrasi terjadi.
Dalam penetapan N total dengan metode Kjehdahl, nitrogen diubah dalam bentuk
amonium, pada destruksi dengan asam sulfat pekat yang mengandung katalis dan zat-zat kimia
lainnya yang dapat meningkatkan suhu pada waktu-waktu destruksi. Kemudian amonium
ditetapkan dari jumlah amoniak yang dibebaskan pada penyulingan destrat. Bentuk-bentuk
nitrogen anorganik yang dapat ditemukan dalam tanah adalah bentuk amonium, nitrat dan nitrit.
Dari hasil praktikum yang telah di lakukan dalam penetapan kandungan senyawa nitrogen
yang ada di dalam tanah maka di dapatlah hasilnya. Dimana setelah melakukan rangkaian
tahapan hingga akhirnya mendapatkan hasil yang berupa data. Hasil yang di dapat bahwa
kandungan nitrogen yang terkandung di dalam tanah samirono yang di analisis adalah sebesar
0,028 %. Kandungan nitrogen yang rendah dapat diakibatkan karena terlalu seringnya hujan
yang terjadi didaerah tersebut sehingga kandungan nitrogen terbawa oleh air, dapat juga karena
penguapan ataupun karena diserap oleh tanaman. Nitrogen sangat dibutuhkan oleh tanaman
karena kandungan nitrogen dalam tanah membantu tanaman dalam fase vegetatif, yaitu fase
pertumbuhan, pemberian nitrogen dalam tanah biasanya pada saat awal setelah tanam untuk
membantu mempercepat pertumbuhan pada tanaman. Biasanya penambahan nitrogen pada tanah
dengan menambahkan pupuk urea karena kandungan nitrogennya yang tinggi, sedangkan pupuk
kandang diberikan sebelum masa tanam dilakukan agar dapat dikomposisi oleh tanah terlebih
dahulu.
Senyawa nitrogen yang terdapat di dalam tanah saling berhubungan satu sama lain dengan
kandungan bahan organik yang terkandung di dalam tanah tersebut. Telah di jelaskan
sebelumnya bahwa jika kandungan bahan organik yang terkandung didalam tanah rendah maka
jumlah senyawa nitrogen di dalam tanah tersebut juga rendah bahkan tidak ada. Hal ini lah yang
menjadi kekhawatiran terhadap pertumbuhan tanaman yang ada. Karena pertumbuhan tanaman
tersebut dapat terganggu. Hal ini karena senyawa nitrogen sangat penting bagi pertumbuhan
tanaman.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi unsur N dalam tanah, faktor-faktor tersebut
adalah kegiatan jasad renik, baik yang hidup bebas maupun yang bersimbiose dengan tanaman.
Pertambahan lain dari nitrogen tanah adalah akibat loncatan suatu listrik di udara. Nitrogen dapat
masuk melalui air hujan dalam bentuk nitrat. Jumlah ini sangat tergantung pada tempat dan
iklim.
BAB V. PENUTUP

5.1. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari pelaksaan praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Penetapan nitrogen menggunakan metode kjeldahl melalui tiga tahapan yaitu destruksi,
dengan mendestruksi nitrogen dalam tanah menjadi amonium kemudian didestilasi dan
terakhir dititrasi menggunakan indikator metil merah. Dari hasil pengujian didapatkan
nitrogen yang terkandung dalam tanah sebanyak 0,028 %.
2. Nitrogen yang terkandung dalam tanah membantu pertumbuhan vegetatif pada tanaman,
pemberian nitrogen ini dilakukan pada awal setelah tanam karena akan mempercepat
pertumbuhan tanaman. Jika tanaman kelebihan nitrogen tanaman hanya akan tumbuh
semakin besar atau tinggi tanpa mengalami fase generatif sehingga dibutuhkan karbon untuk
membantu proses pembungaan dan pembuahan dalam fase generatif.

5.2. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Ali Hanafiah,Kemas. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Dewi, Yusriani Sapta, dan Mega Masithoh. 2013. Efektivitas Teknik Biofiltrasi Dengan Media
Bio-Ball Terhadap Penurunan Kadar Nitrogen Total. Dalam Jurnal Ilmiah Fakultas
Teknik Bandung. Vol 9, No.1: 45-53.
Ginting, R., Razali, dan Zulkifli, N. 2013. Jurnal Agroekoteknologi. Pemetaan Status Unsur
Hara C-Organik dan Nitrogen Metode Kjeldahl . 1 (4): 1315.
Patti, P. S., Kaya, E., dan Silohooy. 2013. Jurnal Agrologia. Analisis Status Nitrogen dalam
Kaitanya dengan Serapan N oleh Tanaman. 2 (1): 51-58.
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanah merupakan tempat hidup berbagai makhluk hidup baik flora maupun fauna yang
ada di dalam tanah. Makhluk hidup ini hidup di dalam tanah dengan memanfaatkan bahan
organik yang terkandung di dalam tanah. Bahan organik adalah bagian dari tanah yang
merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis yang bersumber dari sisa tanaman atau binatang
yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena di
pengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia. Hampir seluruh kehidupan dalam tanah
tergantung pada bahan organik tanah untuk keperluan energi dan unsur hara.

bahan organik penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisik, kimia,
maupun biologi tanah. proses penting yang berlangsung dan berhubungan dengan pembentukan
tanah adalah penimbunan bahan organik yang selalu mencapai tingkat keseimbangan. tingkat
penimbunan bahan organik dalam tanah tergantung pada sifat lingkungan pembentukan tanah
yang mencakup dua proses yaitu penambahan residu atau sisa- sisa hewan dan perombakan
bahan organik tersebut oleh jasad mikro perombak tanah.

Bahan organik berperan penting untuk menciptakan kesuburan tanah. Peranan bahan
organik bagi tanah adalah dalam kaitannya dengan perubahan sifat-sifat tanah, yaitu sifat fisik,
biologis, dan sifat kimia tanah. Bahan organik merupakan pembentuk granulasi dalam tanah dan
sangat penting dalam pembentukan agregat tanah yang stabil.

Berdasarkan uraian di atas mak perlu di lakukan praktikum dalam menentukan kandungan
C-organik agar tanah dapat di kelola dengan baik. tanah sangat vital peranannya bagi semua
kehidupaan di bumi karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara
dan air sekaaligus sebgai penopang akar untuk bernafas dan tumbuh. tanah juga menjadi habitat
hidup berbagai mikroorgaanisme. bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk
hidup dan bergerak.
1.2. Tujuan dan Manfaat Praktikum

Tujuan diadakannya pratikum ini ialah untuk mengetahui kandungan bahan organik pada
sampel tanah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sedangkan kegunaan dilaksanakan
praktikum bahan organik tanah adalah sebagai bahan informasi dan literatur bagi mahasiswa
tentang bahan-bahan organik yang terkandung dalam tanah
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanah tersusun oleh bahan padatan, air dan udara. Bahan padatan ini meliputi bahan mineral
berukuran pasir, debu, dan liat serta bahan organik. Bahan organuk tanah biasanya meenyusun
sekitar 5% bobot total tanha, meskipun hanya sedikit tetapi memegang peran penting dalam
menentukan kesuburan tanah, baik secara fisik, kimia maupun secara biologis tanah. Sebagai
komponen tanah yang berfungsi sebgai media tumbuh, maka bahan organik juga berpengaruh
secara langsung terhadap perkembangan dan pertumbuhan tetanaman dan mikrobia tanah, yaitu
sebagai sumber energi, hormon, vitamin, dan senyawa perangsang tumbuh lainnya ( Hanafiah,
2010).

Kandungan organik tanah biasanya diukur berdasarkan kandungan C-organik kandungan


karbon (C) bahan organik bervariasi antara 45%-60% dan konversi C-organik menjadi bahan
organik = % C-organik x 1,724. Kandungan bahan organik dipengaruhi oleh arus akumulasi
bahan asli dan arus dekomposisi dan humifikasi yang sangat tergantung kondisi lingkungan
(vegetasi, iklim, batuan, timbunan, dan praktik pertanian). Arus dekomposisi jauh lebih penting
dari pada jumlah bahan organik yang ditambahkan. Pengukuran kandung bahan organik tanah
dengan metode walkey and black ditentukan berdasarkan kandungan C-organik (Foth, 2001).

Tanah yang banyak mengandung humus atau bahan organik adalah tanah-tanah lapisan atas
atau top soil. Semakin ke lapisan bawah tanah maka kandungan bahan organik semakin
berkurang, sehingga tanah semakin kurus. Oleh karena itu, top soil perlu dipertahankan
(Hardjowigeno, 2003). Bahan organik dalam tanah  terdiri dari bahan organik kasar dan halus
atau humus. Lapisan I pada tanah Alfisol mempunyai humus yang terdiri dari hancuran bahan
organik kasar serta senyawa-senyawa baru yang baru dibentuk dari hancuran bahan organik
tersebut melalui kegiatan mikroorganisme di dalam tanah.Humus merupakan senyawa yang
resisten (tidak mudah hancur), berwarna hitam atau cokelat yang memiliki daya menahan air dan
unsur hara yang tinggi. Humus adalah senyawa kompleks yang agak resisten. Pelapukan
berwarna cokelat, amorfus, bersifat koloid dan berasal dari jaringan tumbuhan atau binatang
yang telah dimodifikasikan atau disintesiskan oleh berbagai jasad mikro. Dalam jaringan
tumbuhan terdapat pula lemak, minyak, lilin dan dammar dalam jumlah yang kecil. Jumlah dan
sifat komponen-komponen organik dalam sisa-sisa tumbuhan sangat berpengaruh menentukan
penimbunan bahan organik dalam tanah (Sutedjo, 2005).

Penggunaan tanah secara terus-menerus untuk pertanaman, dengan cepat akan


memisahkan kandungan bahan organik tanah alfisol, sebab bahan organik merupakan bahan dari
humus sebagai gudang unsur hara tanaman maka kandungan bahan organik yang cukup
sebaiknya selalu tersedia untuk mempertahankan sifat dan kesuburan tanah. Faktor-faktor yang
mempengaruhi bahan organik dalam tanah adalah kedalaman tanah, iklim (curah hujan , suhu),
drainase, tekstur tanah  dan vegetasi. Selain itu faktor yang mempengaruhi bahan organik ialah
proses terbentuknya yang terdiri dari 2 sumber, yaitu sumber primer dan sekunder bahan organik
(Hakim, 2003).

Bahan organik berpengaruh terhadap tanah dan kemudian terhadap tanaman tergantung
pada laju proses dekomposisinya. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi laju
dekomposisi ini meliputi faktor bahan organik dan faktor tanah. Faktor bahan organik meliputi
komposisi kimiawi, nisbah C/N, kadar lignin dan ukuran bahan, sedangkan faktor tanah meliputi
temperatur, kelembaban, tekstur, struktur dan suplaioksigen, sertar reaksi tanah, ketersediaan
hara terutama  N P, K dan S (Hanafiah, 2010).
BAB III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum kimia tanah ini di laksanakan dan di mulai pada hari Senin, 16 Mei 2022 –
selesai, pada pukul 08 : 00 WITA – selesai bertempat di Laboratorium Biologi dan Kimia Tanah,
Fakultas Pertanian, Universitas Mataram.

3.2. Alat dan Bahan Praktikum


Adapun alat- alat dan bahan- bahan dalam penetapan C- organik pelaksanaan praktikum
ini adalah Alat yang terdiri dari neraca/timbangan analitik, labu Erlenmayer 250 ml, gelas ukur
25 ml, buret asam, pipet, dan standar buret. Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum
penentuan C-organik tanah yaitu asam sulfat pekat (H 2SO4), kalium dikromat (K2Cr2O7 1 N),
indikator diphenyl amine, ammonium ferro sulfat (NH4)2Fe(SO4)2 0,25 N, dan aquades.

3.3. Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja dalam pratikum penetapan kadar bahan organik tanah ialah
sebagai berikut :
1. Ditimbang 0,5 gram tanah kering udara < 2 mm lalu masukkan ke dalam labu Erlenmayer
100 ml
2. Ditambahkan 5 ml K2Cr2O7 dan 7,5 ml H2SO4 pekat dalam labu Erlenmayer
3. Dipanaskan 1 – 1,5 jam di waterbath
4. Diamkan sampai dingin
5. Setelah dingin, ditambahkan dengan aquades sampai 100 ml
6. Dikocok kocok sampai homogen dan mengendap semalaman
7. Ditetesi dengan indikator diphenylamine
8. Dinenitrasi dengan larutan ammonium ferro sulfat (hingga suspensi berwarna hijau)
9. Dicatat mililiter (ml) penitar dengan spektrofotometri dengan panjang gelombang 561 nm
10. Membuat blanko dengan perlakuan yang sama dengan sample tapi tanpa menggunakan
sample tanah.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Praktikum


Berdasarkan hasil pengamatan di laboratorium, maka di peroleh data sebagai berikut :

No Standar Larutan Nilai Absorban


( ppm)
1 0 0
2 50 0.093
3 100 0,174
4 150 0,264
5 200 0,349
6 250 0,421

Mencari PPM C – Organik

Rumus : ppm kurva x ml ekstrak/1.000 ml x 1000g /g sampel tanah x fp x Fk

PPM Kurva=
∑ [ C ] x |C|
∑|[ C ]|
150
¿ x 0,0 93
0 , 093

= 0,816

PPM-P = ppm kurva x ml ekstrak / 1.000 ml x 1.000g /g sampel tanah x fp x Fk

= 0,0816 x 20 x 1 x 1

= 16,32

4.2. Pembahasan

Kandungan organic tanah biasanya diukur berdasarkan kandungan C-organik.


Kandungan bahan organic dipengaruhi oleh arus akumulasi bahan asli dan arus dekomposisi dan
humifikasi yang bergantung pada kondisi lingkungan baik itu vegetasi, iklim, batuan, timbunan,
dan praktik pertanian. Arus dekomposisi jauh lebih penting dari pada jumlah bahan organic yang
ditambahkan. Pengukuran kandungan bahan organic tanah dengan menggunakan metode walkey
and black ditentukan berdasarkan kandungan C-organik.

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dalam penetapan kandungan senyawa karbon organik
yang ada didalam tanah maka didapatkan hasil akhir berupa data. Hasil yang didapat bahwa
kandungan karbon organik didalam tanah Narmada yang dianalisis adalah sebesar 1,12% dengan
kriteria rendah. Jadi didalam sampel tanah yang dianalisis terdapat 1,12 mg/ ppm karbon organik
dalam 1 kg tanah. Kandungan C-organik yang rendah dpat disebabkan oleh arus akumulasi
bahan asli dan arus dekomposisi dan humifikasi yang bergantung pada kondisi lingkungan baik
itu vvegetasi, iklim, batuan, timbunan, dan praktik pertanian, sehingga menyebabkan kandungan
karbon organic ikut tercuci bersamaan dengan air drainase.

Kandungan bahan organic dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa factor seperti
kedalaman tanah, iklim (curah hujan dan suhu), topografi, bahan induk, system drainase, tekstur
tanah, serta vegetasi. Nilai C-organik pada kedalaman tanah yang semakin tinggi akan diperoleh
nilai C-organik yang rendah. Kondisi tersebut disebabkan oleh kebiasaan petani yang
memberikan bahan organic dan serasah pada permukaan tanah, sehingga bahan organic tersebut
mengalami pengumpulan pada bagian atas tanah dan sebagian mengalami pelindihan kelapisan
yang lebih dalam. Nilai C-organik pada bagian tanah top-soil menjadi lebih tinggi dibandingkan
dengan lapisan sub soil dan didalamnya.
BAB V. KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hassil praktikum penetapan C-organik maka kesimpulan yang diperoleh
adalah, Nilai kandungan bahan organik pada jenis tanah alfisol termasuk rendah yaitu 1,117 %.
Kandungan bahan organik dipengaruhi oleh tipe vegetasi yang ada di daerah tersebut, populasi
mikroba tanah, keadaan drainase tanah, kedalaman tanah, iklim,tekstur tanah dan pengolahan
tanah.

5.2. Saran
Sebaiknya pada saat praktikum asisten masing-masing praktikan yang memberikan
arahan mengenai prosedur praktikuum, agar para praktikan dapat lebih memahami praktikum.
DAFTTAR PUSTAKA

Foth. H. D, 2001. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Gajah Mada University Press, Jogyakarta.


Hakim. N, Yusuf Nyakpa, A. M Lubis, S. G. Nugroho, Rusdi Saul, Amin Diha, Go Bang
Hong, H. H. Bailey, 2005.Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Universitas Lampung, Lampung.

Hanafiah, KA. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Rajawali Press: Jakarta

Hardjowigeno, S., 2003. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo, Jakarta.

Hardjowigeno, S., 2003. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo, Jakarta.


Madjid, Abdul. 2007. Bahan Organik Tanah. UniversitasSriwijaya. Palembang.
Sutedjo. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Rhineka Cipta: Jakarta
PENENTUAN Ph tanah
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap tanaman memerlukan jumlah hara dalam komposisi yang berbeda-beda,


pengetahuan pengaruh  pH Tanah terhadap pola ketersediaan hara tanah dapat di gunakan
sebagai acuan dalam pemeliharaan tanaman yang sesuai dengan suatu jenis tanah, melalui
berbagai penelitian, telah di ketahui bahwa tanaman tertentu mempunyai kisaran pH ideal yang
tertentu pula.

pH tanah sanggat penting di karenakan larutan tanah mengandung unsur


seperti nitrogen (N),kalium (K),pospor (P), dimana tanaman membutuhkan dalam jumlah
tertentu untuk tumbuhan, berkembang  dan bertahan terhadap penyakit. pH tertentu yang
berukuran pada tanah di tentukan oleh seperangkat faktor kimia tertentu, oleh karena itu,
penentuan PH tanah adalah sebuah lini yang paling penting yang dapat di gunakan untuk
mendiagnosa masalah pertumbuhan tanaman, biasanya tanah pada daerah basah bersifat masam
dan pada daerah kering bersifat basah.

Nilai pH berkisar antara 0 – 14, makin tinggi kepekatan/ kosentrasi (H +) dalam tanah,
makin rendah pH tanah dan sebaliknya, makin rendah konsentrasi (H+) maka makin tinggi PH
tanah, sehubungan dengan nilai pH di jumpai tiga (tiga) kemungkinan yaitu : Masam, Netral, dan
Basah. pH optimum, untuk ketersediaan unsur hara tanah adalah sekitar 7,0 karena pada pH ini
semua unsur  makro tersedia secara maksimum.

1.2. Tujuan Praktikum


Praktikum ini bertujuan untuk menetapkan nilai pH tanah atau menetapkan tingkat
kemasaman tanah.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

pH tanah adalah salah satu dari beberapa indikator kesuburan tanah, sama dengan
keracunan tanah.  Level optimum pH tanah untuk aplikasi penggunaan lahan berkisar antara 5–
7,5.  tanah dengan pH rendah (acid) dan pH tinggi (alkali) membatasi pertumbuhan tanaman. 
Efek pH tanah pada umumnya tidak langsung.  Di dalam kultur larutan umumnya tanaman
budidaya yang dipelajari pertumbuhannya baik/sehat pada level pH 4,8 atau lebih (Bunting,
1981).
PH tanah menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (didalam tanah). Makin
tinggi kadar ion didalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Bila kandungan H sama
dengan maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH = 7. Nilai pH tanah dipengaruhi oleh
sifat misel dan macam katron yang komplit antara lain kejenuhan basa, sifat misel dan macam
kation yang terserap.  Semakin kecil kejenuhan basa, maka semakin masam tanah tersebut dan
pH nya semakin rendah.  Sifat misel yang berbeda dalam mendisosiasikan ion H beda walau
kejenuhan basanya sama dengan koloid yang mengandung Na lebih tinggi mempunyai pH yang
lebih tinggi pula pada kejenuhan basa yang sama (Hardjowigeno, 2010).
Reaksi tanah menunjukan sifat kemasaman atau alkalis tanah yang dinyatakan dengan
nilai pH. Nilai pH menunjukan banyaknya konesntrasi ion hidrogen H+  didalm tanah, makin
tinggi kadar ion H+ didalam tanah, maka semakin masam tanah tersebut. Pada tanah-tanah yang
masam ion H+ lebih `tinggi dari pada OH- sedangkan pada tanah brsifat alkalis kandungaan ion
OH-lebih tinggi pada ion H+. kemasam tanah terdapat pada daerah dengan curah hujan tinggi
sedangkan pengaruhnya sangat besar padatanaman, seehingga kemasaman tanah harus
diperhatikan karena merupakan sifat tanah yang sangat penting (Hakim, 1986).
Kemasan tanah dapat bersumber dari luar maupun dari dalam tanah itu sendiri. air hujan
merupakan penyumbnaag utama kemasaman tanah dari luar tanah. pergerakan air secara vertikal
dalam profil tanah (perkolasi) melarutkan garam, mineral tanah dan melindih berbagai kation
basa. Dalam prosesi tersebut, ssebagian posisi kation basa pada tapak jerapan koloid tanah di
gantikan oleh ion H+. Bahan pemasam tanah lainnya adalah gas- gas di atmosfer, seperti CO2,
H2S, dan nitrogen yang terlarut dalam air hujan, menghasilkan air hujan yang masam dan
menyumbangakan H+ ke larutan tanah ( Priyono, 20)

BAB III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum kimia tanah ini di laksanakan dan di mulai pada hari Senin, 16 Mei 2022 –
selesai, pada pukul 08 : 00 WITA – selesai bertempat di Laboratorium Biologi dan Kimia Tanah,
Fakultas Pertanian, Universitas Mataram.

3.2. Alat dan Bahan Praktikum


Adapun alat- alat dan bahan- bahan dalam penetapan pH tanah pelaksanaan praktikum ini
adalah Alat yang terdiri dari botol kocok, kertas saring, pH meter, shaker, dan timbangan
analitik. Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum penentuan pH tanah yaitu aquades
dan sampel tanah.

3.3. Prosedur Kerja


Adapun langkah kerja dalam penetapan pH tanah pada praktikum ini, yaitu :

1. Ditimbang 5 gram sampe tanah


2. Dimasukkan ke dalam botol kocok
3. Ditambahkan 25 ml aquades
4. Dikocok selama 30 menit menggunakan shaker
5. Dibiarkan mengendap
6. Dibaca ph tanah menggunakan ph meter
BAB IV. PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan


Berdasarkan hasil pengamatan dari perhitungan nilai pH tanah dalam pelaksanaan praktikum ini
adalah :

No sampel tanah Nilai pH tanah


pH keruh pH jernih
Sampel tanah 6,4 6,9

∆ pH= pH jernih− pH keru h

¿ 6,9−6,5

¿ 0,4 merupakan nilai efek suspensi

4.2. Pembahasan

Perhitungan dan penentuan nilai ph pada praktikum ini dilakukan dengan menggunakan
metode kalorimetri yang meliputi penggunaan larutan indikator asam- basa. Misalnya pada
penggunaan indikator pada titrasi asam-basa dan penggunaan kertas lakmus yang didasarkan
pada perubahan warna sebagai indikator kualitatif untuk aktivitas atau konsentrasi H+. Pada
perhitungan nilai ph yang telah di lakukan di peroleh nilai ph keruh sebesaar 6,4 dan ph jernih
6,9. Selisih antara kedua nilai ph tersebut yang merupak nilai efek suspensi.

Perbandingan berdasarkan pengukuran nilai pH dengan menggunakan pH meter lebih


akurat dibandingkan dengan indikator, hal tersebut dikarenakan pH meter menggunakan digital,
maka pengukurannya ditampilkan langsung berupa angka pada monitor dan dapat menunjukkan
nilai pH dari larutan yang tidak diketahui pH-nya, sedangkan pada indikator sifat penentuan nilai
pH-nya terbatas pada nilai.

Efek suspensi merupakan pengaruh adanya partikel bernuatan dalam larutan terhadap ph
terukur dari larutan itu. Pada larutan tanah yang akan di ukur ph-nya, koloid tanah melayang-
layang dalam larutan atau sebagai partikel tersuspensi. Adanya partikel liat (bermuatan negatif-
positif) tersebut akan mempengaruhi pengukuran ph. Pada pengukuran ph tanah, larutan yang
diukur mengandung koloid tanah yang bermuatan negatif maupun positif. Jika elektrode
pembanding pada ph meter (berisi kcl 1N) dicelupkan ke dalam larutan tanah dan bersentuhan
atau berdekatan dengan permukaan koloid tanah, maka kecepatan difusi K+ dan Cl- dari dalam
elektrode pembanding ke larutan tanah terganggu oleh partikel bermuatan listrik tersebut. Jika
tanah yang diukur ph-nya bermuatan negatif (muatan negatif > muatan positif), ion K+ ditarik,
sedangkan Cl- ditolak oleh koloid, sehingga difusi K+ lebih cepat daripada Cl-. Perbedaan
kecepatan difusi kedua ion itu menimbulkan potensial listrik tambahan (Ej).

Nilai efek suspensi dari suatu larutan tanah mungkin dapat dimanfaatkan untuk
mengidentifikasi atau kuantitas muatan listrik pada tanah tersebut. Berdasarkan mekanisme
seperti dijelaskan di atas, maka dapat diketahui bahwa jika ph pada suspensi (elektrode
pembanding dicelupkan pada endapan koloid) lebih rendah daripada ph di larutan jernih, maka
tanah tersebut bermuatan negatif. Sebaliknya, jika ph suspensi tanah lebih tinggi daripada ph di
larutan jernih, maka tanah tersebut bermuatan positif. Meskipun belum terbukti berdasarkan hasil
penelitian, besarnya efek suspensi (yaitu selisih nilai ph yang diukur pada suspensi tanah dengan
yang diukur pada larutan tanah yang jernih/disaring) dapat digunakan untuk menduga nilai KTK
tanah tersebut.

            Manfaat dengan mengetahui pH tanah pada bidang pertanian adalah dengan mengetahui
pH tanah akan menjadikan kegiatan pertanian lebih mudah karena telah mengetahui jenis
maupun kandungan asam dan basa tanah, sehingga dapat menentukan komoditas apa yang cocok
dibudidayakan pada tanah tersebut.
BAB V. PENUTUP

5.2. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum penatapan ph tanah yang telah di lakukan maka dapat di
simpulkan bahwa pH tanah atau tepatnya pH larutan tanah sangat penting karena larutan tanah
mengandung unsur hara seperti nitrogen (N), kalium (K) dan fosfor (P), dimana tanaman
membutuhkan dalam jumlah tertentu untuk tumbuh.

Selain itu juga, faktor-faktor lain yang menentukan nilai pH tanah adalah pencucian
kation basa dan vegetasi atau tanaman yang tumbuh di atas permukaan tanah. Tanaman dapat
mempengaruhi pH tanah karena akar tanaman mampu mengeluarkan eksudatm akar berupa asam
organik. Dekompeser dari sersah-sersah tanaman juga dapat juga mempengaruhi nilai pH dari
suatu tanah.

Nilai pH tanah ini sangat penting karena pada umunnya pH tanah berperan untuk:

1.    Menentukan mudah atau tidaknya unsur hara diserap oleh tanaman.


2.    Menunjukan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun.
3.    Mempengaruhi perkembangan jasad renik.

5.2.  Saran

Diharapkan agar praktikum tentang penetapan pH tanah dapat di buat dengan skala yang
luas artianya untuk identifikasi jenis dan krakter tanah tidak hanya fokus pada satu titik saja
sehingga kita dapat mengetahui secara keseluran karakterestik serta pH tanah pada satu daerah.
DAFTAR PUSTAKA

Bunting. 1981. Konservasi Tanah dan Air. CV. Pustaka buana: Bandung.


Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika. Pressindo : Jakarta
Pedoman Praktikum. 2008. Pedoman Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Fakultas Pertaian
UPM : Probolinggo.
Pairunan,A.1985. Dasa - Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negri
Indonesia Timur: Makassar.
Foth , 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Erlangga Jakarta.
Mohr. 1972. Tropical Soils. Net Herlands. Geuze Dordrecht
Hanafiah, A.K. 1990. Dasar –Dasar Ilmu Tanah.Edisi 1–3 Jakarta Rajawalipress.
Hardjowigeno . S. 1987. Dasar –Dasar Ilmu Tanah, Akademik,Presindo Jakarta.
Tan H. K 1990. Dasar – Dasar Kimia Tanah. Gaja Mada Universitas press Yogyakarta,
Indonesia.
Hakim, 1986. dasar – dasar ILMU TANAH. Penerbit Universitas Lampung.
Soepardi G, 1979. Sifat Dan Ciri Tanah, The Nature and Properties of soild,
by Brandy, 1975.
Partana Fajar Crys, 2006. Seri IPA KIMIA 1 Kelas VII. Quadara : Jakarta
PENENTUAN KTK TANAH
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanah hutan tropis mempunyai ciri yang berbeda dengan jenis tanah di wilayah iklim
yang lain. Perkembangan tanah yang berlangsung sangat lama dan tanpa adanya gangguan,
tingginya curah hujan dan suhu udara menyebabkan terjadinya proses pelapukan yang intensif
dan pencucian yang dalam. Akibatnya tanah hutan tropis mengandung unsur-unsur hara yang
sangat berbeda dengan batuan induknya, miskin akan unsur mineral dan mempunyai kandungan
Fe dan Al yang tinggi.

kandungan mineral liat sekunder (kaolinit dan gibsit) cukup tinggi dan apabila di
bandingkan dengan mineral liat primer ( lilit dan montmorilonit) mineral sekunder tersebut
mempunyai kapasitas Tukar Kation (KTK) yang lebih rendah. fungsi penyimpanan unsur hara
pada hutan tropis yang belum terganggu di lakukan oleh lapisan humus. lapisan humus ini
mempunyai KTK yang sangat tinggi, lebih tinggi di bandingkan illit dan montmorilorit.

pertukaran kation merupakan pertukaran antara satu kation dalam suatu larutan dan
kation lain dalam permukaan dari setiap permukaan bahan yang aktif. semua komponen tanah
mendukung untuk perluasan tempat pertukaran kation, tetapi, pertukaran kation pada sebagian
besar tanah di pusatkan pada liat dan bahan organik. reaksi tukar kation dalam taanah terjaadi
terutama di dekat permukaan liat yang berukuran seperti klorida dan partikel- partikel humus
yang disebut misel. setiap misel dapat memiliki ribuan muatan negatif yang dinetralisir oleh
kation yang diabsorbsi. kebanyakan tanah di temukan bahwa pertukaran kation berubah dengan
berubahnya pH tanah. pada pH rendah, hanya muatan permanenliat dan sebagian muatan koloid
organik memegang ion yang dapat di gantikan melalui pertukaran kation. dengan demikian KTK
relatif rendah.

Anda mungkin juga menyukai