Anda di halaman 1dari 10

PEMBIASAN CAHAYA

(Laporan Praktikum Fisika Dasar)

Oleh

Tedy Prasetya
2014161011

JURUSAN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Pembiasan Cahaya

Hari/Tanggal : Sabtu,2 Januari 2021

Tempat : Laboratorium Fisika Dasar,Jurusan Teknik Pertanian,Fakultas


Pertanian,Universitas Lampung

Nama : Tedy Prasetya

NPM : 2014161011

Jurusan : Agronomi dan Hortikultura

Fakultas : Pertanian

Bandar Lampung,02 Januari 2021


Mengetahui
Asisten Dosen

Vera Oktia Sari


NPM:1814071050
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Adanya cahaya begitu menarik perhatian rasa ingin tahu manusia selama berabad-
abad. Pada mulanya cahya hanya diangap sebagai sesuatu yang memancar dari
mata. Pada pekembangannya disadari bahwa cahaya adalah obyek-obyek yang
terlihat dan memasuki mata sehingga menyebabkan sensati penglihatan. Adapun
hal yang paling menarik dalam sejarah sains sendiri perihal cahaya adalah
pertanyaan apakah cahaya terdiricdari sebuah sorotan dari partikel-partikel atau
semacam gerakan gelombang (Tipler, 1991).

Cahaya suatu gejala gelombang elektromagnet. Akibat sifatnya yang dapat


menjalar, cahaya sering ditinjau berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi
bila dalam penjalarannya mengalami perubahan medium. Cahaya hanya menjalar
sebagai gelombang tranversal dengan dua macam komponen getar, yaitu omponen
medan listrik dan kompnen medan imbas magnet. Olehnya karenanya keadaan
tersebut turut diamati secara eksperimental (Renreng, 1985).

Cahaya menjalar sebagai gelombang tranversal dengan dua macam komponen


dasar, yaitu satu komponen medan listrik dan satu komponen medan imbang
magnet.Untuk gelombang cahaya sebagai daerah gelombang elektromagnet
tampak spektrumnya. Ternyata bila dalam penjalarannya mengalami peralihan
dari suatu medium bening ke medium bening lainnya, maka berkas cahaya yang
bersangkutan niscaya mengalami pembelokan. Gejala ini disebut pembiasan
(refraction) cahaya. Selain itu, secara fisika niscaya pada batas medium cahaya
akan mengalami pemantulan (Refrection). Dengan konsep gelombang
elektromagnet Maxwell, kedua gejala yang disebutkan ini kiranya dapat dibahas
tanpa menggunakan konsep-konsep tambahan. Untuk itu kita perkenalkan apa
yang dinamakan Asas Huygens,yang telah digunakan untuk membahas gejala
serupa sebelum diketahui hakikat cahaya menurut konsep Maxwell (Abdullah
Renreng, 1985).
II TINJAUAN PUSTAKA

Disaat seberkas cahaya mengenai sebuah permukaan bidang batas yang


memisahkan dua medium berbeda ,seperti misalnya sebuah permukaan udara
kaca, energi cahaya tersebut di pantulkan dan memiliki medium kedua, perubahan
arah dari sinar di transmisikan tersebut disebut pembiasan. Gelombang yang
ditransmisikan adalah hasil interferensi dari gelombang datang dan gelombang
yang dihasilkan dari penyerapan dan radiasi ulang energi cahaya oleh atom-atom
dalam medium tersebut. Cahaya yang memasuki kaca dari udara, ada sebuah
ketertinggalan fase (phase lag) antara gelombang yang diradiasikan kembali dan
gelombang datang. Demikian juga ada ketinggalan fase antara gelombang
hasil(resultan) dan gelombang datang dari gelombang yang dilewatkan
diperlambat relatif terhadap posisi puncak gelombang dari gelombang datang
didalam medium tersebut (Tipler,2001)

Balok kaca atau kaca plan pararel adalah keeping kaca tiga dimensi yang dibatasi
oleh sisi yang sejajar. Cahaya dari udara memasuki sisi pembias balok kaca akan
dibiaskan mendekati garis normal. Demikian pula pada saat cahaya meninggalkan
sisi pembias lainnya ke udara akan dibiaskan menjauhi garis normal. Pengamat
dari sisi pembias yang bersebrangan akan melihat sinar dari benda bergeser

akibat pembiasan. Sinar bias akhir mengalami pergeseran sinar terhadap arah


semula(Zemansky,1987)

Kaca plan paralel adalah benda yang terbuat dari kaca berbentuk kubus dengan
enam sisi yang rata dengan sisi yang berhadapan sejajar. Bentuknya lempeng tipis
seperti batu bata atau korek api. Ia memiliki ketebalan tertentu yang sering
dilambangkan.Peristiwa yang terjadi ketika seberkas sinar melewati sebuahkaca
plan paralel adalah sinar tersebut akan mengalami pergesaran. Cahaya atau berkas
sinar akan mengalami dua kali pembiasan oleh dua medium yang berbed
akerapatannya. Berkas cahaya dari udara yang masuk ke dalam kaca akan
mengalami pembelokan. Peristiwa tersebut disebut pembiasan cahaya , hal ini
disebabkan medium udara dan medium kaca memiliki kerapatan optik
yang berbeda (Kuswinarto,dkk,2015).

Hukum Snellius adalah rumusan matematika yang memberikan hubungan antara


sudut datang dan sudut bias pada cahaya atau gelombang lainnya yang
melalui batas antara dua medium isotopic berbeda, seperti udara dan gelas.
Hukum ini diambil dari matematika Belanda Willebrord Snellius yang
merupakan penemunya. Hukun ini juga dikenal sebagai hukum pembiasan. Hasil
eksperimen ini dikenal dengan hokum Snellius yang berbunyi “ Sinar datang,
sinar bias dari garis normal terletak pada satu bidang datar. Hasil bagi sinus sudut
datang dengan sinus sudut bias merupakan bilangan tetap dan disebut indeks
bias.” (Tipler,2001).

Pembiasan cahaya yang paling umum digunakan ketika membahas refraksi adalah
sedotan dalam air. Ketika sedotan ditempatkan dalam segelas air dan dilihat dari
samping, tampaknya akan patah atau bengkok. Hal ini disebabkan perbedaan
indeks bias udara dan air. Karena air lebih berat dari udara, sedotan muncul
menekuk karena mencerminkan cahaya yang diperlambat oleh densitas air

air.Fenomena ini juga membuat benda terendam, seperti ikan, terlihat lebih dekat
ke permukaan daripada yang sebenarnya (Sujana, 2014)
 
III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum mata kuliah fisika dasar dengan judul Pembiasan Cahaya ini
dilaksanakan pada hari Sabtu 02 Januari 2021 pukul 16.00-18.50 di Laboratorium
Fisika Dasar,JurusanTeknik pertanian,Fakultas Pertanian,Universitas Lampung.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini balok kaca,prisma,papan
landasan,busur derajat,mistar 30 cm,jarum pentul warna,kertas grafik,dan paku
tindis.

3.3 Metode

Metode yang dilakukan dalam praktikum ini adalah ssebagai berikut.


Dibuat garis yang berpotongan untuk sumbu XY dan tiga buah garis (1,2 dan 3)
dengan pusat O pada kertas grafik yang diketakkan dipapan landasan.

Diletakkan balok kaca dan gambar batar-batas balok terebut.

Ditancapkan jarum P1 Pada garis (1) lalu amati dan ditancapkan lalu amati dan
ditancapkan pad jarum P2 dan P3 dari sisi kaca lain sehingga P1,P2 dan P3
kelihatan segaris.
Diangkat balok kaca dan tarik garis P1 sampai mengena tepi balok kaca lalu ukur
sudut rbesar sudut datang(i)dan

Diulangi langkah 1 sampai 4 untuk garis 2 dan garis 3

Dihitung nilai indeks hias

Hasil

Prisma

Diletakkan prisma sedemikian hingga diatas kertas grafik sehingga sudut


pembiasannya terletak diatas.

Ditusukkan sebuah jarum (P) pada pingir salah satu bidang pembias prisma
kurang lebih ditengah-tengah dan tancapkan jarum P sehingga garis PQ
membentuk sudut 300

Dipandang jarum-jarum itu dari sisi prisma yang lain sehingga kedua jarum itu
membetuk garis lurus dan tancapkan 2 buah jarum yang lain sehingga kedua
jarum itu membentuk garis lurus dan tancapkan dua buah jarum yang lain(r-s).

Dilepaskan prisma dan buat garis yang merupakan jalannya sinar yang melalui
prisma.

Diukur sudut bias dan sudut deviasi

Dihitung indeks bias prisma tersebut.

Diulangi langkah 1 sampai 6 dengan sudut 450 dan 600


Hasil
IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Anda mungkin juga menyukai