Oleh:
Vernanda Saktilas
2014161009
Bahan aktif pestisida nabati adalah produk alam yang berasal dari tanaman yang
mempunyai kelompok metabolit sekunder yang mengandung beribu-ribu senyawa
bioaktif seperti alkaloid, terpenoid, fenolik, dan zat – zat kimia sekunder lainnya.
Senyawa bioaktif tersebut apabila diaplikasikan ke tanaman yang terinfeksi OPT,
tidak berpengaruh terhadap fotosintesis pertumbuhan ataupun aspek fisiologis
tanaman lainnya, namun berpengaruh terhadap sistem saraf otot, keseimbangan
hormone, reproduksi, perilaku berupa penarik, anti makan dan sistem pernafasan
OPT. Kelompok pestisida sintetik yang sudah dikembangkan dan dipasarkan saat
ini banyak yang berasal dari pestisida nabati seperti karbamat dan piretroid. Pada
tahun 1800-an ekstrak tembakau dan asap nikotin telah digunakan untuk
mengendalikan hama. Di Asia dan sekitarnya para petani lebih mengenal bubuk
pohon deris, yang mengandung bahan aktif rotenon sebagai zat pembunuh. Bahan
aktif pirenthin I dan II serta anerin I dan II, yang diperoleh dari bunga Pyrentrum
aneraria juga banyak digunakan. Penggunaan pestisida nabati kurang berkembang
karena berbagai hal antara lain karena kalah bersaing dengan pestisida sintetis,
dan juga karena ekstrak dari tanaman/tumbuhan umumnya mempunyai kadar
bahan aktifnya tidak tetap, bervariasi dan tidak stabil (Setiawati, dkk., 2008)
1.2 Tujuan
Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain yang digunakan untuk
mengendalikan berbagai hama. Bagi petani jenis hama yaitu tungau, tumbuhan
pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria, dan
virus, nematoda (cacing yang merusak akar), siput, tikus, burung dan hewan lain
yang dianggap merugikan (Djojosumarto, 2008). Dahulunya, manusia
menggunakan pestisida nabati dalam pembasmian hama, namun sejak
ditemukannya diklorodifenil trikloroetan (DDT) tahun 1939, penggunaan
pestisida nabati sedikit demi sedikit ditinggalkan sehingga manusia beralih ke
pestisida kimia. Penggunaan pestisida kimia yang tidak rasional menimbulkan
dampak buruk dari segi lingkungan maupun dari segi kesehatan manusia
(Ariyanti, dkk, 2017).
Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan yang
relatif mudah dibuat dengan kemampuan yang terbatas, karena pestisida nabati ini
bersifat mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif
aman bagi manusia, serta ternak. Pestisida nabati ini berperan sebagai racun
kontak dan racun perut. Pestisida nabati dapat berfungsi sebagai : (1) penghambat
nafsu makan (anti feedant); (2) penolak (repellent); (3) penarik (atractant); (4)
menghambat perkembangan; (5) menurunkan keperidian; (6) pengaruh langsung
sebagai racun dan (7) mencegah peletakkan telur (Setiawati, dkk, 2008).
Bahan aktif pestisida nabati adalah produk alam yang berasal dari tanaman yang
mempunyai kelompok metabolit sekunder yang mengandung beribu-ribu senyawa
bioaktif seperti alkaloid, terpenoid, fenolik, dan zat – zat kimia sekunder lainnya.
Senyawa bioaktif tersebut apabila diaplikasikan ke tanaman yang terinfeksi OPT,
tidak berpengaruh terhadap fotosintesis pertumbuhan ataupun aspek fisiologis
tanaman lainnya, namun berpengaruh terhadap sistem saraf otot, keseimbangan
hormone, reproduksi, perilaku berupa penarik, anti makan dan sistem pernafasan
OPT (Setiawati, dkk, 2008).
Trichoderma sp. merupakan jamur saprofit di tanah yang secara alami memiliki
kemampuan menyerang jamur patogen pada tanaman. Trichoderma sp. diketahui
memiliki spektrum pengendalian yang luas. Trichoderma dikenal sebagai jamur
yang menguntungkan karena sifat antagonistik yang kuat dalam menghambat
pertumbuhan jamr patogen. Trichoderma memiliki mekanisme pengendalian yang
bersifat spesifik target sehingga diyakini mampu meningkatkan produktivitas
tanaman (Muksin et al, 2013).
Waktu dilaksanakannya praktikum ini adalah pada hari Rabu, 3 November 2021
yang bertempat di desa Taman Endah, kecamatan Purbolinggo, kabupaten
Lampung Timur.
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah jurnal penelitian
tentang pembuatan pestisida nabati, alat tulis, dan power point.
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Dilakukan pemutaran video.
2. Dilakukan penjelasan power point tentang pestisida nabati dan Trichoderma.
IV. PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Pestisida nabati adalah pestisida yang berasal dari tumbuhan, sedangkan arti
pestisida itu sendiri adalah bahan yang dapat digunakan untuk mengendalikan
populasi OPT. Pestisida nabati bersifat mudah terdegradasi di alam (Bio-
degredable), sehingga residunya pada tanaman dan lingkungan tidak signifikan.
Indonesia di kenal dengan negara yang memiliki kekayaan keanekaragaman
hayati (Mega-biodiversity) terbesar kedua di dunia setelah Brazil, termasuk
memiliki sejumlah tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan dasar pestisida,
baik yang dapat langsung digunakan atau dengan ekstraksi sederhana dengan air,
ekstraksi dengan pelarut organik lainnya ataupun dengan cara penyulingan,
tergantung kepada tujuan dari formula yang akan dibuat (Syakir, 2012).
Di dalam penelitian yang dilakukan oleh Rani et al., (2017) pestisida nabati yang
digunakan yaitu ekstrak daun papaya dan belimbing wuluh. Metode penelitian yang
digunakan untuk mengestrak daun pepaya dan belimbing wuluh adalah maserasi.
Maserasi merupakan teknik ekstraksi yang dilakukan untuk bahan yang tidak tahan
panas dengan cara perendaman di dalam pelarut tertentu selama waktu tertentu.
Maserasi dilakukan pada suhu ruang untuk mencegah penguapan pelarut secara
berlebihan karena faktor suhu dan dilakukan pengadukan selama 15 menit agar
bahan dan pelarut tercampur. Penyaringan dilakukan setelah proses maserasi selesai
yaitu 1 hari, 3 hari, 5 hari, 7 hari, 9 hari. Tahap-tahap penelitian proses pembuatan
pestisida terdiri dari persiapan, perendaman bahan baku, filtrasi (penyaringan),
pemisahan alkohol, pengujian metabolit sekunder (uji warna), dan pengujian pada
hewan uji (larva nyamuk).
Bahan baku yang digunakan adalah daun papaya dan belimbing wuluh. Bahan
baku yang telah didapatkan dicuci menggunakan air sampai bahan baku bersih,
selanjutnya dikeringkan di bawah sinar matahari sampai kering. Setelah bahan
kering lalu diblender kemudian diayak sehingga mendapatkan ukuran partikel
range 80-100 mesh. Pelarut yang digunakan adalah etanol. Ekstrasi maserasi
dilakukan dengan cara mencampurkan bahan dengan pelarut dengan rasio 1 : 4
(yaitu 100 g bahan baku terdiri dari 50 gram daun pandan wangi dan 50 g umbi
bawang putih dan 400 ml pelarut etanol 70 %) di dalam suatu wadah yang ditutup
rapat dengan waktu variasi ekstraksi maserasi (1 hari, 3 hari, 5 hari, 7 hari dan 9
hari) yang disertai dengan pengadukan dengan cara mengaduk wadah yang berisi
pelarut dan bahan baku. Penutupan wadah ini bertujuan agar pelarut yang
digunakan tidak menguap sebelum waktu penyaringan, sedangkan pengadukan
bertujuan membuat bahan tercampur sempurna.
Ariyanti, R., Yenie, E., & Elystia, S. (2017). Pembuatan pestisida nabati dengan \
cara ekstraksi daun pepaya dan belimbing wuluh (Doctoral dissertation, Riau
University).
Muksin, R., Rosmini dan Panggeso J. 2013. Uji Antagonisme Trichoderma sp.
terhadap Jamur Patogen Alternaria porri Penyebab Penyakit Bercak Ungu
pada Bawang Merah Secara In-vitro. EJournal Agrotekbis. 1(2): 140 – 144.
Rani, A., Elvi, Y., Shinta, E. 2017. Pembuatan Pestisida Nabati dengan Cara
Ekstraksi Daun Pepaya. Jurnal FTEKNIK, 4(2):1
Setiawati, W., Murtiningsih, R., Gunaeni, N., & Rubiati, T. (2008). Tumbuhan
bahan pestisida nabati dan cara pembuatannya untuk pengendalianor
ganisme pengganggu tumbuhan (OPT).