Anda di halaman 1dari 20

PENGENALAN ALAT APLIKASI INSEKTISIDA

(Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman)

Oleh:

Vernanda Saktilas
2014161009

JURUSAN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk
mengendalikan berbagai hama disebut dengan pestisida. Hama yang dimaksud di
sini adalah sangat luas meliputi serangga, tungau, gulma, penyakit tanaman yang
disebabkan oleh cendawan, bakteria dan virus, dan juga nematoda, siput, tikus,
burung dan hewan lain yang dianggap merugikan. Bagi kehidupan sehari-hari,
yang dimaksud hama meliputi semua hewan yang mengganggu kesejahteraan
hidup manusia, seperti lalat, nyamuk, kecoak, ngengat, kumbang, siput, kutu,
tungau, ulat, rayap, ganggang serta organisme lain yang terbukti mengganggu
kesejahteraan manusia (Herwanto, 1998).

Pertanian pertanian sendiri merupakan kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati


yang dilakukan para petani untuk menghasilkan bahan pangan. Di dalam kegiatan
pertanian selalu ditemukan permasalahan kerusakan tanaman yang ditanam. Hal
tersebut mengakibatkan produksi yang dihasilkan menurun. Penyakit tanaman
merupakan adanya penurunan dari keadaan normal dari tanaman yang menyela
atau memodifikasi fungsi-fungsi vitalnya. Penyakit tanaman sebagian besar
disebabkan oleh jamur, bakteri, dan virus. Kerugian bagi seseorang ataupun
perusahaan yang melakukan budidaya sudah tidak terhitung lagi akibat terserang
penyakit. Melihat hal ini berbagai lini baik dari pemerintah, peneliti dan
akademisi untuk mengkaji solusi dari permasalahan penyakit yang ada pada
tanaman budidaya (Budi, 2009).
Upaya meningkatkan produktivitas pertanian menggunakan pestisida kimia dan
alami merupakan cara yang menurut petani paling efektif dalam mengendalikan
organisme dan penyakit tanaman (Budi, 2009). Penggunaan pestisida ini sangat
luas dalam kehidupan sehari-hari. Pestisida dapat digunakan di lapangan seperti
pada sektor pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Penggunaan pestisida dipilih
oleh petani karena harganya yang terjangkau, mudah pengaplikasian dan dapat
digunakan dalam area yang luas.

Alat aplikasi ikut mempengaruhi efisiensi pemakaian pestisida. Salah satu penentu
factor keberhasilan dalam aplikasi pestisida adalah penggunaan alat aplikasi yang
tepat. Setiap peralatan pengendalian yang dipergunakan untuk pengendalikan OPT
pada tanaman harus memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau
sertifikat kesesuaian yang dikeluarkan oleh lembaga pengujian independen yang
terkreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional (BAN) atau lembaga yang ditunjuk
oleh Menteri Pertanian. Alat aplikasi sangat bervariasi yang tergantung pada tipe
alat dan sumber tenaga (Guntur et al., 2016).

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini yaitu :


1. Mengenal macam-macam alat aplikasi pestisida
2. Mengenal bagian masing-masing alat aplikasi pestisida
3. Mengetahui mekanisme kerja masing-masing alat aplikasi pestisida
II. TINJAUAN PUSTAKA

Insektisida adalah bahan-bahan kimia bersifat racun yang dipakai untuk


membunuh serangga titik insektisida dapat mempengaruhi pertumbuhan
perkembangan tingkah laku, perkembangbiakan, kesehatan sistem hormon sistem
pencernaan serta aktivitas biologis lainnya hingga berujung pada kematian
serangga pengganggu tanaman. Insektisida termasuk salah satu jenis pestisida.
Menurut cara kerja atau gerakannya pada tanaman setelah diaplikasikan,
insektisida secara kasar dibedakan menjadi tiga yakni ( Nusantara T, 2017) :

1. Insektisida sistemik diserap oleh organ-organ tanaman baik melalui akar batang
atau daun titik kemudian, insektisida sistemik tersebut mengikuti gerakan cairan
tanaman dan ditransportasikan ke bagian-bagian tanaman lainnya baik ke atas
(akropetal) atau ke bawah ( basipetal) termasuk tunas yang baru tumbuh contoh
dari insektisida sistemik yakni furatiokarb, idolanya, dll.

2. Insektisida sistemik setelah diaplikasikan misalnya disemprotkan pada tanaman


sasaran tidak diserap oleh jaringan tanaman namun hanya menempel di bagian
luar tanaman. Insektisida sistemik sering juga disebut insektisida kontak Tetapi
setelah itu sebenarnya kurang begitu tepat istilah kontak lebih tepat digunakan
bagi cara kerja insektisida yang berhubungan dengan cara masuknya ke dalam
tubuh serangga bagian terbesar insektisida yang dijual di pasaran Indonesia
dewasa ini yakni insektisida sistemik Contohnya yaitu diazinon, diklorvos, dll

3. Insektisida sistemika lokal adalah kelompok insektisida yang mampu diserap


oleh jaringan tanaman umumnya daun namun tidak ditranslokasikan ke bagian
tanaman lainnya ( Nusantara T, 2017).
Pestisida secara harafiah mampu diartikan membunuh hama dan penyakit,
dikarenakan pestisida berasal dari 2 kata yaitu pest yang artinya hama dalam arti
luas termasuk penyakit tanaman dan cide yang artinya membunuh. Menurut
Peraturan Pemerintah No. 7, Tahun 1973, pestisida ialah semua zat kimia atau
bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk Djojosumarto (2008)
dalam Prabaningrum (2011) :
• Mengendalikan hama atau penyakit yang merusak tanaman, bagian tanaman atau
hasil-hasil pertanian
• Mengendalikan rerumputan liar atau gulma
• Mengatur atau mengendalikan pertumbuhan yang tidak diinginkan
• Mengendalikan atau mencegah hama pada hewan peliharaan atau ternak
• Mengendalikan hama-hama air
• Mengendalikan atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia dan binatang yang dilindungi dengan penggunaan pada
tanaman, tanah dan air.

Istilah "mengendalikan" OPT bukan berarti harus diberantas habis. Tetapi


pengendalian disini merupakan usaha pengendalian populasi atau tingkat
kerusakan dikarenakan OPT supaya kerusakan mampu ditekan serendahmungkin
sehingga secara ekonomis tidak merugikan. Dalam proses pengendalian tersebut
digunakan beberapa macam alat pertanian. Hal ini bergantung pada jenis
pengendalian yang diaplikasikan. (Pirdaus, 2015). Fungsi utama semua jenis alat
pengendalian adalah untukmembantu mengendalikan suatu organisme
pengganggu tanaman sasaransehingga diperoleh hasil yang efektif dan efisien.
Berbagai jenis dan tipe alat pengendalian yang dipakai saat ini sebagian besar
yakni alat pengendalian untuk mengaplikasikan pestisida, dan beberapa alat yang
digunakan untuk pengendalian secara fisik/mekanik.

Manfaat mempelajari pestisida yaitu supaya lebih mengenal dan mengetahui apa
itu pestisida, golongan, dan formulasinya, dan dampak yang tejadi akibat
penggunaan pestisida ini sehingga kita mampu memilah mulai dari jenis tanaman,
golongan dan jenis pestisida yang akan dipakai sesuai dan dampak yang
dihasilkan semaksimal mungkin untuk dihindarkan dan juga formulasi pestisida
yang aman untuk digunakan dengan menimbang dampak yang terjadi tidak
merusak lingkungan dan ekosistem.
III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Waktu dilaksanakannya praktikum ini adalah pada hari Rabu, 3 November 2021
yang bertempat di desa Taman Endah, kecamatan Purbolinggo, kabupaten
Lampung Timur, provinsi Lampung.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Micron ulva, Soil
injector, Mist duster, Mist blower, Sprayer, dan Swing fog.

3.3 Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Dicari alat-alat aplikasi pestisida di internet (google).
2. Diamati alat-alat tersebut.
3. Diberi nama bagian dari alat tersebut serta penjelasan masing-masing alat
tersebut.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil dari pengamatan alat-alat aplikasi pestisida adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Alat-alat Pestisida


No. Gambar Keterangan
Micro Ulva 1. Spray Head
2. Food Nozzel
1 4 5 6 3. Selang
1 1 1 1 4. Liquid Feed Tube
7
1. 5. On/off Switch
1 6. Tutup Tanki
8 7. Tanki
1
8. Tali Gendong
2 3
1 1
Soil Injector 1. Tutup Tanki
2. Tanki
3 1
3. Pegangan
1
2 4. Pipa runcing /
1 injector
2.

4
1

Mist Blower 1. Tuas penghambat


6 2. Tuas penutup
5 3. Pipa penyemprot
1 1 4. Katup pengatur
3. 1 5. Tangki
7 2 4 6. Tutup tangki
1
7. Mesin
3
1
Mist duster 1. Tuas penghambat
2. Tuas penutup
3. Pipa penyemprot
4. Katup pengatur
5. Tangki
6. Tutup tangki
4. 7. Mesin

Sprayer 1. Tangki
2. Unit pompa
3. Tangki pompa,
4. Saluran
penyemprot (kran,
selang karet, katup
serta pipa).
5. Manometer
6. Sabuk
penggendong
5.
7. Selang karet
8. Piston pompa
9. Katup pengatur
aliran cairan
10. Katup pengendali
aliran cairan
11. Laras pipa
penyalur aliran
cairan
12. Nozzle
Swing fog 1. Soket pipa
pengabut
2. Pipa larutan bahan
kimia
3. Kran
4. Pipa tekanan udara
5. Pompa
6. 6. Busi
7. Karburator
8. Katup udara
9. Tanki bahan bakar
10. Tanki larutan
bahan kimia
4.2 Pembahasan

4.2.1 Micron ulva

Micron Ulva yaitu alat semprot pestisida yang sangat efektif dan efisien dalam
mengendalikan Organisme pengganggu Tanaman. Alat tersebut di beri nama
ULVA+. Dengan teknologi CDA (controller Droplet Applicator) maka alat ini
mampu menyemprot pestisida dengan volume semprot berkisar antara 20 s.d 40
ltr/ha. ULVA+ yang bertenaga baterei juga sangat ringan dengan bobot kosong
hanya 1.6 kg sehingga akan memudahkan petani dalam mengaplikasikan
pestisida. Karena hanya membutuhkan volume larutan yang sedikit maka
penggunaan Micron Ulva juga akan mempercepat proses penyemprotan
menjadihanya 2 s.d 3 jam/ha di bandingkan dengan alat semprot biasa yang
mencapai 5s.d 6 jam/ha (Djojosumarto, 2008).

Prinsip kerja alat ini yaitu komponen utamanya adalah piringan atau cakram yang
berputar. Cairan semprot dialirkan ke nozzle pada cakram tersebut.
Selanjtunyacakram yang berputar itu akan memecah cairan menjadi droplet oleh
gayasentrifugal. Pola semprotan berupa lingkaran, ukuran dropletnya
bervariasitergantung pada kecepatan putaran cakram. Ukuran droplet untuk
mikron ulvasangat halus dan seragam. Enzimnya menggunakan baterai 1,5 volt
memenuhisepanjang pipa (± 6 buah). Setelah saklar dihidupkan maka dinamo
akan berputarsehingga kincir juga berputar dan cairan keluar. Bahan untuk
aplikasinya adalahULV yaitu bahan aktif langsung, tanpa air tetapi bentuknya
sudah berupa cairan (Djojosumarto, 2008).

Dirancang khusus untuk petani kecil, micron ulva sprayer digunakan di


seluruhdunia pada tanaman baris, misalnya kapas, kacang tunggak, kacang
tanah,tembakau, sayuran, dan lain-lain, dan untuk mengendalikan hama
migran,misalnya belalang, dan ulat grayak. Micron ulva sprayer juga dapat
digunakanuntuk vaksinasi unggas dan pengobatan kudis (pada babi, dan lain-lain),
sertauntuk perawatan insektisida dan aplikasi desinfektan (Micron group, 2017).
4.2.2 Soil injector

Soil injector ialah alat untuk aplikasi pestisida yang disuntikkan ke dalam
tanah.Cara kerjanya, masukkan pestisida dalam bentuk cairan. Lalu, lakukan alat
dengan penyuntikan alat ke dalam tanah sehingga dapat mematikan jenis hama
serangga dalam tanah.Kelebihan alat ini yakni mampu secara langsung
membunuh organisme pengganngu yang berada dalam tanah. Kekurangannya
yakni mampu membunuh makro maupun mikroorganisme tanah yang berguna
(Agrios,1996).

Prinsip kerja alat ini yaitu diinjeksikan secara langsung ke dalam tanah, bisa
digunakan untuk pestisida dengan formulasi EC. Alat ini bekerja seperti halnya
jarum suntik, namun yang menjadi objek bidikan adalah tanah yang terkena hama
yang terdapat dalam tanah. Kelebihan alat ini yaitu dapat secara langsung
membunuh organisme pengganggu yang berada dalam tanah. Sedangkan
kekurangannya yaitu dapat membunuh mikroorganisme tanah lainnya yang
bermanfaat (Pracaya, 2008).

4.2.3 Mist blower

Alat ini digunakan untuk aplikasi pestisida padat atau serbuk. Pestisida dalam
bentuk debu terdiri dari bahan pembawa yang kering dan halus, yang mengandung
bahan aktif 1 -10 persen, ukuran partikelnya berkisar lebih kecil dari 75 mikron.
Aplikasinya tanpa dicampur dengan bahan lain dan dimanfaatkan untuk mengatasi
pertanaman yang berdaun rimbun/lebat, karena partikel debu dapat masuk
keseluruh bagian pohon.

Penggunaan sprayer didasarkan pada tujuan. Lalu dalam pengaplikasian pestisida,


diperlukan pengetahuan yang baik agar penggunaan pestisida tidak menyebabkan
kerugian atau dalam kata lain boros. Prinsip kerja alat ini yaitu menghembuskan
cairan seperti pestisida menjadi butir-butir kecil (droplet) oleh bantuan tenaga
angin yang kuat dari blower, sehingga dapat dikatakan bahwa mesin itu adalah
mesin penyemprot dengan sistem tekanan angin. Karena mampu menghembuskan
cairan yang lebih sedikit dan lebih efektif, sehingga mampu menghemat tenaga
kerja dan efesiensi pemberantasan hama yang lebih besar. Kelebihan alat ini
adalah lebih praktis karena mesin lebih karena dapan menembus gulma di semak-
semak yang dalam. Sedangkan kekurangan dari alat ini adalah harganya yang
mahal serta alat lebih berat (Endah, 2005).Mist blower berfungsi membasmi
hama, penyakit dan gulma pada tanaman pertanian. Selain itu alat ini juga
berfungsi untuk pemupukan, penyemprotan desinfektan dan fumigasi.

4.2.4 Mist duster

Cara kerja dari alat ini sebagai berikut:


1. Buka aliran bensin
2. Apabila mesin masih dingin, tekan choke karburator sehingga bensin di
tempatkarburator penuh
3. Buka gas kurang lebih setengahnya
4. Tarik starter dengan hati-hati, jangan dihentakkan
5. Apabila mesin hidup, mulailah mengatur gas sehingga mesin berjalan normal
Fungsi alat ini cendrung untuk melekatkan residu yang mengakibatkan kecacatan
pada pertumbuhan serangga atau insekta. Kelemahan alat ini yaitu polusi yang
diakibatkan oleh motor penggerak tidak ramah lingkungan,lebih berat karena
terdapat motor penggerak yang membuat sprayer lebih berat, dan harganya
cenderung lebih mahal (Djojosumarto,2004).

4.2.5 Sprayer

Automatic Sprayer prinsip kerja alat penyemprot ini adalah memecah cairan
menjadi butiran partikel halus yang menyerupai kabut. Dengan bentuk dan ukuran
yang halus ini maka pemakaian pestisida akan efektif dan merata ke seluruh
permukaan daun atau tajuk tanaman. Untuk memperoleh butiran halus, biasanya
dilakukan dengan menggunakan proses pembentukan partikel dengan
menggunakan tekanan (hydraulic atomization), yakni cairan di dalam tangki
dipompa sehingga mempunyai tekanan yang tinggi, dan akhirnya mengalir
melalui selang karet menuju ke alat pengabut. Cairan dengan tekanan tinggi dan
mengalir melalui celah yang sempit dari alat pengabut, sehingga cairan akan
pecah menjadi partikel-partikel yang sangat halus.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaannya adalah isi tangki
cairan pestisida harus disisakan kurang lebih 1/5 bagian ruangan tangki untuk
udara. Setelah diisi cairan, tangki dipompa kurang lebih sebanyak 50 – 80 kali
pemompaan. Untuk mengetahui intensitas tekanan udara di dalam tangki dapat
diamati melalui manometer. Beberapa persyaratan lainnya adalah bahan
konstruksi terbuat dari plat tahan karat, bagian konstruksi pompa mudah dilepas
untuk dibersihkan, selang terbuat dari karet atau plastik, nosel dapat dilepas dan
dapat diganti baik tipe maupun ukuran lubangnya. Persyaratan lain yang berkaitan
efektivitas aplikasi pestisida dalam pengoperasian alat penyemprot adalah kondisi
kecepatan angin tidak melebihi 10 km/jam.

Perbedaan antara sprayer otomatis dan sprayer semi otomatis adalah pada
komponen dalam kedua alat tersebut. Pada alat sprayer otomatis tidak ada tabung
khusus yang digunakan sebagai tempat cadangan tekanan karena seluruh tekanan
memenuhi tangki sprayer. Oleh karena itu tangki sprayer otomatis harus terbuat
dari bahan yang kuat dengan tekanan. Dengan perbedaan tersebut maka cara
aplikasinya pun sedikit berbeda. Jika sprayer otomatis harus dipompa hingga
penuh sebelum aplikasi, sprayer semi otomatis harus dipompa selama aplikasi
hingga volume pestisida habis. Oleh karena itulah ada perbedaan ukuran droplet
pada keduanya. Ukuran droplet sprayer otomatis lebih kecil dari sprayer semi
otomatis akibat adanya perbedaan tekanan yang diberikan.

Ada beberapa keuntungan dan kerugian dengan penggunaan tekanan atau energi
hidrolik antara lain keuntunganya seperti Komponen yang digunakan relatif
sederhana untuk dioperasikan. Peralatan fleksibel dan dengan perubahan sedikit
dapat digunakan untuk sasaran yang berbeda. Untuk kerugiannya seperti Droplet
dihasilkan dalam kisaran diameter yang luas mengakibatkan banyak pestisida
yang terbuang (droplet dengan optimum diameter tidak mengenai sasaran).
Penggunaan yang bervariasi dan komponen dapat mengakibatkan variasi
penutupan. Penggunaan komponen khususnya noozle yang mengharuskan
seringnya penggantian alat yang bersangkutan.

4.2.6 Swing Fog

Swing Fog bekerja berdasarkan prinsip semburan berpulsa. Campuran bahan


bakar bensin dan udara secara berseri dibakar dalam ruang pembakaran yang
berbentuk khusus pada getaran sekitar 90 pulsa per detik. Gas hasil pembakaran
keluar melalui pipa yang lebih kecil dari ruang pembakaran. Larutan bahan kimia
di ujung resonator, lewat arus pulsa gas, lalu pecah menjadi jutaan partikel kecil,
dihembuskan ke udara dalam bentuk kabut tebal. Temperatur di ujung resonator,
tempat cairan bahan kimia mengalir berkisar antara 40 hingga 60oC tanpa
mengurai komposisi bahan aktif. Cara aplikasi dengan memompa pada bagian
atas yang berbentuk bulat setengah lingkaran dan berbahan karet. Output yang
dikeluarkannya adalah asap.Kelebihan alat ini yaitu dapat digunakan dalam meng-
cover daerah yang luas dalam waktu cepat bila cara penyemprotannya tepat.
Berfungsi dalam membasmi nyamuk DBD (Sumintapura dan Iskandar,1975).
V. KESIMPULAN

Kesimpulan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:


1. Alat aplikasi pestisida bertujuan untuk mempermudah dalam pengaplikasian
pestisida.
2. Formulasi pestisida berbentuk cair diaplikasikan menggumakan semi
automatic sprayer atau automatic sprayer, sedangkan untuk pestisida
berbentuk tepung dapat menggunakan mist duster.
3. Penggunaan alat aplikasi pestisida disesuaikan tergantung dengan formulasi
pestisida.
DAFTAR PUSTAKA

Agrios, G. W. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan Edisi Ketiga. Gadjah


MadaUniversity Press. Yogyakarta

Budi, G. P. 2009. Beberapa Aspek Perbaikan Penyemprotan Pestisida untuk


Mengendalikan Organisme Pengganggu Tanaman. Jurnal Agritech, 11(2),
69–80

Budi, G. P. 2009. Beberapa Aspek Perbaikan Penyemprotan Pestisida untuk


Mengendalikan Organisme Pengganggu Tanaman. Jurnal Agritech. Volume
11(2): 69–80

Djojosumarto, Panut. 2004.Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius .


Yogyakarta

Djojosumarto, Panut. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. PT Agromedia Pustaka.


Jakarta

Endah. 2005. Mengendalikan Hama dan Penyakit Tanaman . Agromedia Pustaka.


Jakarta

Firdaus, T, Abdullah, T. 2015. The Influence Of Tourism Product ’ S Attributes


Qualitytowards Domestic Travelers Visiting Decisions To Sumedang.
Regency. 1–18

Firdaus, T, Abdullah, T. 2015. The Influence Of Tourism Product ’ S Attributes


Qualitytowards Domestic Travelers Visiting Decisions To Sumedang.
Regency. 1–18

Guntur, A. P., Igbal, dan Sapsal, A. 2016. Uji Kinerja Knapsack Sprayer Tipe Pb
16 Menggunakan Hollow Cone Nozzle dan Solid Cone Nozzle. Jurnal
AgriTechno, 9 (2), 107–113

Guntur, A. P., Igbal, dan Sapsal, A. 2016. Uji Kinerja Knapsack Sprayer Tipe Pb
16 Menggunakan Hollow Cone Nozzle dan Solid Cone Nozzle. Jurnal
AgriTechno. Volume 9 (2): 107–113
Micron, Group. 2017. Brosur Micron Ulva Sprayer . Kawasan Industri
Bromyard.Herefordshire

Nusantara, Tim Smart. 2017. Strategi Kuasai Kimia SMP Kelas 7,8,9. Gramedia
Widiasarana Indonesia. Jakarta

Nusantara, Tim Smart. 2017. Strategi Kuasai Kimia SMP Kelas 7,8,9. Gramedia
Widiasarana Indonesia. Jakarta

Prabaningrm, Tonny K., Laksminiwati.2011. Penggunaan Pestisida Berdasarkan


Konsepsi Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Yayasan Bina Tani Sejahtera
Lembang. Bandung Barat

Prabaningrm, Tonny K., Laksminiwati.2011. Penggunaan Pestisida Berdasarkan


Konsepsi Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Yayasan Bina Tani Sejahtera
Lembang. Bandung Barat

Pracaya. 2008. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman . USU Press. Medan

Sumintapura, A.H. dan Iskandar, R.S., 1975. Herbisida dan Pemakaiannya.


Fakultas Pertanian Universitas Pajajaran. Bandung.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai