Anda di halaman 1dari 26

FOSFOR TERSEDIA

(Laporan Praktikum Dasar – Dasar Ilmu Tanah)

Oleh

Vernanda Saktilas
2014161009

JURUSAN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Fosfor Tersedia

Hari , Tanggal : Sabtu, 03 Juli 2021

Tempat : Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas


Lampung

Nama : Vernanda Saktilas

NPM : 2014161009

Kelas : Agronomi A

Jurusan : Agronomi dan Hortikultura

Fakultas : Pertanian

Bandar Lampung , 03 Juli 2021


Mengetahui
Asisten Dosen

Nurwahidin
NPM 1854181005
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Balakang

Hara dalam tanah dan tanaman ketersediaannya dapat berpengaruh terhadap


pertumbuhan dan produksi tanaman. Hal ini disebabkan kurangnya dosis pupuk
yang diaplikasikan atau praktek pemupukan yang tidak berimbang, dengan
kondisi tersebut maka terdapat indikasi gejala kahat hara tersamar (hidden
hunger) unsur N dan P. Penggunaan pupuk secara berlebihan dan terus menerus
tidak saja menyebabkan tingginya residu pupuk di dalam tanah, tetapi juga
meningkatkan kandungan logam berat terutama Cd (kadmium). Penggunaan
pupuk fosfat setiap musim tanam dalam jangka waktu yang lama mengakibatkan
berkumpulnya unsur fosfat di dalam tanah. Ini dikarenakan sifat pupuk fosfat
yang tidak mudah larut (Bachtiar, 2016).

Masalah hara yang paling banyak dilaporkan pada lahan pertanian adalah
ketersediaan hara P yang rendah dan fiksasi P yang tinggi oleh Al dan Fe. Hara P
merupakan salah satu unsur hara yang paling banyak dibutuhkan tanaman. Fosfor
sendiri merupakan bahan makanan utama yang digunakan oleh semua organisme
untuk pertumbuhan dan sumber energi. Hara ini berfungsi untuk pertumbuhan
akar, transfer energi dalam proses fotosintesis dan respirasi, perkembangan buah
dan biji, kekuatan batang dan ketahanan terhadap penyakit. Perilaku P- tanah
dapat mempengaruhi status ketersediaan P dalam tanah sehingga dapat ditentukan
jumlah pupuk P yang diperlukan tanaman untuk mencapai hasil yang optimum
(Bachri, 2021).

Fosfor (P) merupakan unsur hara makro yang berperan dalam perkembangan
perakaran tanaman, pembelahan sel, dan mempertinggi hasil produksi berupa
bobot biji dan F buah. Akan tetapi, kandungan P di dalam tanah sangat rendah
tersedia bagi tanaman karena berikatan dengan koloid tanah sehingga tidak dapat
secara langsung oleh tanaman [1]. Pemberian pupuk sintetik menyebabkan fosfor
yang terjerap semakin banyak karena tanaman hanya memanfaatkan sebesar 10-
30% dari pupuk tersebut [2]. Selain itu berdampak pada kondisi kondisi tanah
dan pencemaran lingkungan [3]. Penggunaan pupuk kimia yang kurang efesien
dapat diatasi dengan memanfaatkan pupuk hayati (Firdausi, 2016).

1.2 Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut :


1. Mengetahui fungsi fosfor bagi tanaman.
2. Mengetahui keterkaitan fosfor dengan pertumbuhan tanaman.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengembangan lahan untuk usaha pertanian umumnya dihadapkan kepada


beberapa persoalan terkait sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Kemasaman
merupakan kendala utama di lahan-lahan pertanian karena umumnya mempunyai
pH tanah 3.5 – 4.5. pH yang tinggi akan berdampak pada meningkatnya kelarutan
Al, Fe, dan Mn (Nazemi et al., 2012). Kemasaman tanah di lahan pertanian
disebabkan adanya oksidasi senyawa pirit yang dibantu oleh bakteri pengoksidasi
besi dan sulfur (Mariana et al., 2012).

Fosfor (P) merupakan salah satu hara essensial bagi tanaman. Tanaman sangat
membutuhkan fosfor untuk pertumbuhannya. Akan tetapi, ketersediaan fosfat
yang dapat diserap tanaman di dalam tanah sangatlah rendah. Hal ini disebabkan
karena fosfor di dalam tanah banyak terdapat dalam bentuk terjerap. Fosfor (P)
dalam tanah banyak dijerap oleh klei, Al dan Fe, maupun oleh alofan pada tanah
Andosol. Pada tanah yang memiliki pH rendah, kelarutan ion Al dan Fe relatif
tinggi sehingga dapat menfiksasi P dalam tanah yang menyebabkan pertumbuhan
tanaman menjadi kurang baik. Unsur P tidak mudah hilang dari dalam tanah
karena proses pencucian (kecuali pada tanah sangat berpasir) tetapi tetap terjerap
pada permukaan koloid tanah (Sudarsono, 2017).

Penambahan bahan organik dapat meningkatkan ketersediaan P di dalam tanah.


Pengaruh bahan organik terhadap ketersediaan P dapat secara langsung melalui
proses mineralisasi atau secara tidak langsung dengan membantu pelepasan P
yang terfiksasi. Hasil dekomposisi bahan organik yang berupa asam-asam
organik dapat membentuk ikatan khelasi dengan ion-ion Al dan Fe sehingga dapat
menurunkan kelarutan ion Al dan Fe, maka dengan begitu ketersediaan P menjadi
meningkat. Asam-asam organik yang dihasilkan dari dekomposisi bahan organik
juga dapat melepaskan P yang terjerap sehingga ketersediaan P meningkat.
Peranan P pada tanaman penting untuk pertumbuhaan sel, pembentukan akar
halus dan rambut akar, memperkuattegakan batang agar tanamaan tidak mudah
rebah, pembentukan bunga, buah dan biji serta memperkuat daya tahan terhadap
penyakit (Sudarsono, 2017).

Fosfor dan nitrogen secara bersamaan akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman


pada pembentukan sel-sel baru di jaringan meristematik tanaman, sehingga dapat
membantu proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Fosfor dan nitrogen
diketahui dapat meningkatkan produktivitas lahan. Adanya unsur nitrogen dan
fosfor juga mendukung proses fotosintetis sehingga fotosintat yang dihasilkan
semakin banyak. Kemudian fotosintat tersebut akan ditranslokasikan ke bagian
vegetatif tanaman untuk digunakan membentuk batang dan daun sehingga dapat
meningkatkan bobot kering tanaman secara keseluruhan (Tania et al., 2012).

Unsur fosfor merupakan unsur hara makro yang diperlukan oleh pertumbuhan
tanaman dalam jumlah yang cukup besar. Ketersediaan P dalam tanah dipengaruhi
oleh bahan induk tanah, reaksi tanah (pH), C-organik tanah, dan tekstur tanah.
Tanaman mengambil fosfor dari larutan tanah dalam bentuk ion orthofosfat
primer (H2PO4-), dan ion orthosfosfat sekunder (HPO42-).Karena ketersediaannya
di dalam tanah, khususnya pada tanah masam yang terbatas sehingga perlu
dilakukan upaya penambahan pupuk kimia P guna meningkatkan ketersediaan P
di dalam tanah (Damanik, 2017).
III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah dilakukan pada hari Sabtu, 26 Juni 2021
pukul 13.00 – 15.50 di Laboratoriun Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Lampung.

3.2 Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah botol kaca, tabung
reaksi, gelas beker 100 ml, pipet tetes, gelas ukur 10 ml dan 15 ml, larutan brey,
aquades, larutan asam, dan sampel tanah A dan B.

3.3 Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:


1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Letakan alas diatas timbangan
3. Timbang bobot tanah 200 gr, lalu masukan kedalam botol kocok.
4. Bilas alat-alat dengan aquades
5. Larutan dimasukan kedalam gelas ukur 200 ml dan tuang ke dalam botol kocok
berisi tanah
6. Kocok larutan dengan shaker dengan kecepatan 8 rpm selama 10 menit.
7. Tanah yang sudah dikocok dilakukan centifunge.
8. Lakukan proses tersebut selama 5 menit dan kemudian saring larutan tanah.
9. Buat larutan stender pada gelas beker dan dihitung dengan gelas ukur sebanyak
5 ml.
10. Larutan sebanyak 5 ml diambil dan dituang pada gelas/tabung reaksi.
11. Setelah itu, buat larutan kerja dengan asam askobar 1 ml dan asam molikola 2
ml, ambil larutan dengan menggunakan pipet tetes dan letakan pada gelas ukur
dan kemudian larutan ditera dengan 100 ml aquades.
12. Larutan kerja yang udah siap dituang pada gelas beker dan tuang pada gelas
ukur 10 ml.
13. Tuang pada larutan stender 0 – 2,5 ppm dan kemudian homogenkan larutan
menggunakan agnetic stirier sampai larutan homogeny.
14. Setelah selesai, hitung spektiofotometer dan catat hasil pengukuran tersebut.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil dari praktikum ini adalah sebagai berikut.

Deret Standar P2O5 (ppm)

Standar -
0 0,5 1 1,5 2 2,5

-
Absorban 0,000 0,066 0,145 0,228 0,307 0,463

X Standar
0,5

0,4

0,3
X Standar
0,2

0,1

0
0 0,5 1 1,5 2 2,5
No. Jenis Ulangan Absorbans Ppm P Kadar P-
Tanah Ke- (Abs) dalam Tersedia
larutan Tnh (ppm)
1 0,047 0,1436 4,31
1 A
2 0,074 0,2950 8,85

1 0,087 0,3679 11,04


2 B
2 0,091 0,3904 11,71

4.2 Pembahasan

Dari praktikum yang dilakukan didapatkan hasil X standar absorban dari


pengukuran dengan menggunakan alat spektrofotometer menghasilkan data dari
standar 0; 0,5; 1; 1,5; 2; dan 2,5 berturut-turut adalah 0,00; 0,066; 0,145; 0,228;
0,307; dan 0,463.

Fosfor (P) merupakan unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah
besar. Bentuk P di dalam tanah terdiri dari bentuk organik dan anorganik. Bentuk
P organik ditemukan dalam bentuk inositol fosfat terutama hesafosfat, sedangkan
bentuk P anorganik antara lain terdiri dari Al-P, Fe-P, dan Ca-P. Fosfor yang
dapat diserap langsung oleh tanaman adalah bentuk P yang tersedia dalam tanah.
Yaitu dalam bentuk ion orthofosfat H2PO4 - dan HPO4 2 -. Ion orthofosfat
dipengaruhi oleh kemasaman tanah. Pada tanah masam, tanaman menyerap fosfor
dalam bentuk ion orthofosfat H2PO4 - sedangkan pada tanah basa, tanaman
menyerap fosfor dalam bentuk HPO4 2 – (Hanafiah, 2014).

Fosfor (P) merupakan unsur hara esensial makro bagi tanaman yang dibutuhkan
dalam jumlah besar ketiga setelah nitrogen (N) dan kalium (K). Fosfor berperan
sebagai aktivator berbagai enzim metabolisme tanaman dan merupakan komponen
klorofil. Fosfor juga berperan dalam pembentuk adenosindifosfat (ADP) dan
adenosintrifosfat(ATP), dan senyawa yang terlibat dalam transformasi energi
yang paling signifikan pada tanaman. Fosfor merupakan unsur yang diperlukan
dalam jumlah besar (hara makro). Tanaman memerlukan P pada semua tingkat
pertumbuhan terutama awal pertumbuhan. Fosfor berfungsi untuk pembelahan sel,
pembentukan albumin, pembentukan buah, bunga dan biji. jumlah P dalam
tanaman lebih kecil dibandingkan dengan N dan K, namun P merupakan kunci
kehidupan tanaman yaitu dengan menyerap P dalam bentuk ion ortofosfat primer
(H2PO4) dan ion ortofosfat sekunder (HPO4) (Firnia,2018).

Fosfor harus ada dalam bentuk senyawa anorganik sebelum dapat diserap oleh
tanaman, biasanya dalam bentuk ion ortofosfat seperti H2PO4. Tanaman pada
tanah masam hanya dapat menyerap N dalam bentuk NO3- (Marliani, 2011).
Unsur hara fosfor (P) dan nitrogen (N) di tanah sangat penting ketersediaannya
untuk pertumbuhan tanaman, maka mikroorganisme seperti bakteri dapat
digunakan untukmeningkatkan unsur hara yang tersedia bagi tanaman. Bakteri
pelarut fosfat (BPF) dan bakteri penambat nitrogen (BPN) diketahui dapat
menyediakan P dan N agar dapat dimanfaatkan oleh tanaman (Widodo, 2013).

Ketersediaan fosfor untuk tanaman harus dipastikan tecukupi, namun juga tidak
boleh berlebih. Hal ini karena apabila ketersediaan P tidak tercukupi maka akan
mengakibatkan hambatan metabolisme tumbuhan,sedangkan kelebihan unsur P
akan mengganggu penyerapan unsur hara lain oleh tanaman. Pengelolaan hara P
juga harus memperhatikan ketersediaan P di dalam tanah. Ketersediaan P di dalam
tanah tergantung kepada: jumlah dan jenis mineral tanah, pengaruh
kation,pengaruh anion,ingkat kejenuhan P,bahan organik,waktu dan suhu, dan
penggenangan. Hara P bersifat immobil di dalam tanah karena sebagian besar P
tanah dijerap menjadi bentuk tidak tersedia bagi tanaman (Asmawati, 2018).
V. KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.


1. Fosfor bagi tanaman berfungsi untuk pembelahan sel, pembentukan albumin,
pembentukan buah, bunga dan biji.
2. Ketersediaan P tidak tercukupi maka akan mengakibatkan hambatan
metabolisme tumbuhan, sedangkan kelebihan unsur P akan mengganggu
penyerapan unsur hara lain oleh tanaman.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, W, Y., Widodo, L, U., Budisantoso, I. 2013. Pegaruh bakteri pelarut fosfat
dan bakteri penambat nitrogen terhadap pertumbuhan tanaman tomat pada
tanah masam. Jurnal BIOSFERA Vol 30 (3).

Asmawati, Marlina, N., Amir, N., 2018. Pertumbuhan bibit karet (Hevea
brasilliensis Muell. Arg) asal stum mata tidur terhadap pemberian
mikoriza. Jurnal Agroteknologi Vol 7(1) 48 – 59.

Bachri, S., Basri, T., Rahmatsyah, Faisal, T. 2021.Kajian kecukupan hara fosfor
pada lahan sulfat masam potensial terhadap pertumbuhan dan produksi
beberapa varietas kedelai. Jurnal Agroqua Vol 19 (1) 1- 14.

Bachtiar, Munif, G., Melati, M., Guntoro, D. 2016. Kecukupan hara fosfor pada
pertumbuhan dan produksi kedelai dengan budidaya jenuh air di tanah
mineral dan gambut. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 18 (1) 21 –
27.

Damanik, Purba dan Lubis. 2017. Dampak pemberian pupuk TSP dan pupuk
kandang ayam terhadap ketersediaan dan serapan fosfor serta
pertumbuhan tanaman jagung pada tanah inceptisol Kwala Bekala.
Jurnal Agroekotekologi Vol. 5 (2) 638-643.

Firnia. 2018. Dinamika unsur fosfor pada tiap horison profil tanah masam. Jurnal
AGROEKOTEK Vol 10(1) 45 – 52.
Firdausi, N., Muslihatin, W dan Nurhidayati T. 2016. Pengaruh kombinasi media
pembawa pupuk hayati bakteri pelarut fosfat tehadap pH dan unsur
hara fosfor dalam tanah. Jurnal Sains dan Seni ITS Vol. 5, No.2,
2337-3520

Mariana, Z.T., F. Razie, dan M. Septiana. 2012. Populasi bakteri pengoksidasi


besi dan sulfur akibat penggenangan dan pengeringan pada tanah sulfat
masam di Kalimantan Selatan. Jurnal Agritek, 19: 22-27

Nazemi D., A. Hairani, dan Nurita. 2012. Optimalisasi pemanfaatan lahan rawa
pasang surut melalui pengelolaan lahan dan komoditas. Agrovigor, 5: 52-57

Sudarsono. 2017. Pengaruh bahan organik terhadap ketersediaan fosfor pada


tanah kaya Al dan Fe. Jurnal Buletin Tanah dan Lahan. Vol. 1 (1) 65- 71.
LAMPIRAN
Nama : Vernanda Saktilas
NPM : 2014161009
P.S : Agronomi dan Hortikultura
Topik Praktikum : P-Tersedia

PENGARUH BAHAN ORGANIK TERHADAP KETERSEDIAAN


FOSFOR PADA TANAH-TANAH KAYA Al DAN Fe

Fosfor (P) merupakan salah satu hara essensial bagi tanaman. Tanaman sangat
membutuhkan fosfor untuk pertumbuhannya. Akan tetapi, ketersediaan fosfat yang
dapat diserap tanaman di dalam tanah sangatlah rendah. Penambahan bahan
organik dapat meningkatkan ketersediaan P di dalam tanah. Pengaruh bahan
organik terhadap ketersediaan P dapat secara langsung melalui proses mineralisasi
atau secara tidak langsung dengan membantu pelepasan P yang terfiksasi. Menurut
Bhatti et al. (1998), asam-asam organik sederhana seperti asam oksalat merupakan
salah satu senyawa penting dalam proses pelepasan jerapan P. Setiap tanah
memiliki respon yang berbeda dengan penambahan bahan organik dalam
meningkatkan ketersediaan P.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah beberapa contoh tanah (Andosol
Sukamantri, Latosol Dramaga, Podsolik Gajrug) dan kompos dari residu tanaman
(jerami) dan residu hewan (kotoran sapi), serta pupuk P (SP-36). Contoh tanah
Andosol diambil dari lahan di Sukamantri, contoh tanah Latosol dari Dramaga, dan
contoh tanah Podsolik dari Gajrug. Pengambilan contoh tanah dilakukan secara
komposit, lalu contoh tanah tersebut di kering udarakan selanjutnya diayak.
Kompos yang digunakan terdiri dari dua jenis, yaitu kompos jerami dan kompos
kotoran sapi.

pH tanah Andosol setelah perlakuan mengalami peningkatan dibanding sebelum


perlakuan, baik pada perlakuan yang ditambah bahan organik dan pupuk P (A+J+P,
A+P+J, A+KS+P, A+P+KS) maupun perlakuan yang ditambah pupuk P saja (A+P).
Perlakuan yang ditambah bahan organik dan pupuk P memiliki pH yang lebih tinggi
daripada perlakuan yang hanya ditambah pupuk P. Peningkatan pH tanah pada
perlakuan yang ditambah bahan organik dan pupuk P disebabkan karena bahan
organik yang ditambahkan mengikat Al dan membentuk senyawa kompleks
sehingga Al tidak terhidrolisis lagi. Fe-tersedia tanah Andosol setelah perlakuan
lebih tinggi daripada sebelum perlakuan kecuali pada perlakuan A+P+KS.
Peningkatan Fe-tersedia pada perlakuan yang ditambah bahan organik dan pupuk P
(A+J+P, A+P+J, dan A+KS+P) disebabkan karena bahan organik melepaskan
ikatan Fe-P sehingga Fe dalam bentuk bebas (Fe-tersedia) meningkat. Al-dd tanah
setelah perlakuan lebih rendah dibanding sebelum perlakuan. Penurunan Al-dd
pada perlakuan yang ditambah bahan organik dan pupuk P, mungkin disebabkan
karena Al dikhelat oleh bahan organik sehingga Al-dd menjadi menurun. Secara
umum kadar Al-dd tanah Andosol mengalami penurunan dengan meningkatnya
masa inkubasi kecuali pada perlakuan A+J+P.

kadar P-tersedia tanah Andosol setelah perlakuan lebih tinggi dibanding sebelum
perlakuan. Peningkatan P-tersedia ini disebabkan karena penambahan pupuk P.
Kadar P-tersedia pada perlakuan yang ditambah bahan organik dan pupuk P
mengalami penurunan dengan bertambahnya masa inkubasi. Penurunan P-tersedia
ini mungkin disebabkan karena P dijerap oleh alofan.

Peningkatan pH pada tanah Latosol menyebabkan terjadinya penurunan kadar Al-


dd dan Fe-tersedia tanah. pH tanah Podsolik setelah perlakuan lebih tinggi daripada
sebelum perlakuan, kecuali perlakuan Pd+J+P. pH perlakuan Pd+J+P lebih rendah
dibanding sebelum perlakuan karena dekomposisi dari bahan organik (kompos
jerami) banyak menghasilkan asam-asam organik sehingga pH tanah menurun.
Penambahan kompos jerami setelah penambahan pupuk P (A+P+J) memiliki
kemampuan yang lebih tinggi dalam meningkatkan pH dan P-tersedia tanah
Andosol. Namun dalam menurunkan Al-dd dan Fe-tersedia, penambahan kompos
sebelum penambahan pupuk P (A+J+P) yang lebih.
Kesimpulan
pH dan P-tersedia tanah Andosol, Latosol, Podsolik setelah perlakuan dan inkubasi
secara umum lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum perlakuan. Penambahan
bahan organik dan pupuk P pada perlakuan lebih berpengaruh dalam meningkatkan
pH dan P-tersedia serta menurunkan Al-dd dan Fe-tersedia pada tanah Andosol,
Latosol, dan Podsolik dibanding perlakuan yang hanya ditambahkan pupuk P.
Respon masing-masing tanah terhadap waktu pemberian kompos berbeda-beda.

Daftar Pustaka
Sari, M.N., Sudarsono, dan Darmawan. 2017. PENGARUH BAHAN ORGANIK
TERHADAP KETERSEDIAAN FOSFOR PADA TANAH-TANAH KAYA
AL DAN FE. Buletin Tanah dan Lahan. 1 (1) : 65-71.
Buletin Tanah dan Lahan, 1 (1) Januari 2017: 65-71

PENGARUH BAHAN ORGANIK TERHADAP KETERSEDIAAN FOSFOR


PADA TANAH-TANAH KAYA Al DAN Fe

Effect of Organic Matter on Phosphorus Availability


in Soils Rich of Al and Fe

Mei Nalita Sari 1), Sudarsono2), dan Darmawan 2)


1) Alumni Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB, Jl. Meranti Kampus IPB
Darmaga Bogor 16680
2) Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB, Jl. Meranti Kampus IPB Darmaga
Bogor 16680

ABSTRACT

The availability of P that can be absorbed by plants in the soil is generally very low, because P in the soil are manily
in adsorbed form. Addition of organic matter can improve the availability of P in the soil, because organic acids that are
resulted by decomposition of organic matter have an ability to make chelation of Al and Fe so P may become available. The
aim of this research was to study effect of organic matter in releasing and preventing adsorption of P and to study wether the
effect of organic matter is better if it is applied before or after P fertilization. This research consisted of five treatments: (1)
Soil + straw compost + P fertilizer 2 weeks later, (2) Soil + P fertilizer + straw compost after 2 weeks, (3) Soil + cow manure
compost + P fertilizer after 2 weeks, (4) Soil + P fertilizer + cow manure compost after 2 weeks, and (5 ) Soil + P fertilizer.
The kind of soil were used in this research Andosol, Latosol, Podsolic. Each treatment on the three soils was incubated for 1
and 2 months. The results showed that treatment of organic matter and P fertilizer addition is increasing pH and P-
availability, as well as lowering the Al-dd and Fe-availability on the three soils. Cow manure compost gives a higher effect
than straw compost. The addition of organic matter after P fertilization to improve releasing adsorbtion of P and preventing
adsorption of P on Latosol and Podsolic. The addition of cow manure compost on Andosol increasing P-availability is better if
it is done before P fertilization, meanwhile organic matter addition after P fertilization.

Keywords: Availability of P, compost, organic matter, P Sorption

ABSTRAK

Ketersediaan fosfor (P) di dalam tanah pada umumnya sangat rendah, karena P banyak dijerap oleh klei, Al dan Fe,
maupun oleh alofan pada tanah Andosol. Penambahan bahan organik dapat meningkatkan ketersediaan P di dalam tanah
karena asam organik hasil dari dekomposisi bahan organik memiliki kemampuan dalam mengikat kation seperti Al dan Fe
melalui ikatan khelasi sehingga fosfor (P) dapat tersedia. Tujuan penelitian : (1) mengetahui pengaruh bahan organik dalam
melepaskan dan mencegah penjerapan P dan (2) mengetahui apakah penambahan bahan organik lebih baik jika dilakukan
sebelum pemupukan P atau setelah pemupukan P. Penelitian ini terdiri dari lima perlakuan: (1) Tanah + kompos jerami +
pupuk P 2 minggu kemudian , (2) Tanah + pupuk P + kompos jerami setelah 2 minggu, (3) Tanah + kompos kotoran sapi +
pupuk P 2 minggu kemudian, (4) Tanah + pupuk P + kompos kotoran sapi setelah 2 minggu, dan (5) Tanah + pupuk P. Tanah
yang digunakan untuk penelitian adalah Andosol, Latosol, dan Podsolik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan
bahan organik dan pupuk P pada perlakuan lebih berpengaruh dalam meningkatkan pH dan P-tersedia serta menurunkan Al-dd
dan Fe-tersedia . Kompos kotoran sapi memberikan pengaruh yang lebih tinggi dibandingkan kompos jerami. Pada tanah
Latosol dan Podsolik, penambahan kompos kotoran sapi maupun jerami lebih baik jika dilakukan setelah pemupukan P. Pada
tanah Andosol penambahan kompos kotoran sapi untuk meningkatkan P-tersedia lebih baik jika dilakukan sebelum
pemupukan P, sedangkan kompos jerami setelah pemupukan P.

Kata kunci: Ketersediaan P, kompos, pengaruh bahan organik, jerapan P

PENDAHULUAN Hal ini disebabkan karena fosfor di dalam tanah banyak


terdapat dalam bentuk terjerap (Buckman dan Brady
Fosfor (P) merupakan salah satu hara essensial 1974). Fosfor (P) dalam tanah banyak dijerap oleh klei, Al
bagi tanaman. Tanaman sangat membutuhkan fosfor untuk dan Fe, maupun oleh alofan pada tanah Andosol. Pada
pertumbuhannya. Akan tetapi, ketersediaan fosfat yang tanah yang memiliki pH rendah, kelarutan ion Al dan Fe
dapat diserap tanaman di dalam tanah sangatlah rendah. relatif tinggi sehingga dapat menfiksasi P dalam tanah
65
Pengaruh Bahan Organik terhadap Ketersediaan Fosfor (Sari MN, Sudarsono, Darmawan)

yang menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi kurang Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap
baik. Barrow (1972) dan Dierolf et al. (2001) kegiatan yaitu :
mengemukakan bahwa unsur P tidak mudah hilang dari
dalam tanah karena proses pencucian (kecuali pada tanah 1. Persiapan contoh tanah
sangat berpasir) tetapi tetap terjerap pada permukaan
Contoh tanah Andosol diambil dari lahan di
koloid tanah.
Sukamantri, contoh tanah Latosol dari Dramaga, dan
Penambahan bahan organik dapat meningkatkan
contoh tanah Podsolik dari Gajrug. Pengambilan contoh
ketersediaan P di dalam tanah. Pengaruh bahan organik
tanah dilakukan secara komposit, lalu contoh tanah
terhadap ketersediaan P dapat secara langsung melalui
tersebut di kering udarakan selanjutnya diayak. Contoh
proses mineralisasi atau secara tidak langsung dengan
tanah kering udara lolos saringan 2 mm digunakan untuk
membantu pelepasan P yang terfiksasi. Hasil dekomposisi
inkubasi dan untuk keperluan analisis tanah di
bahan organik yang berupa asam-asam organik dapat
laboratorium digunakan contoh tanah lolos saringan 0,05
membentuk ikatan khelasi dengan ion-ion Al dan Fe
mm. Alat-alat yang digunakan dalam pengambilan contoh
sehingga dapat menurunkan kelarutan ion Al dan Fe, maka
tanah yaitu cangkul, kantong plastik, kertas label, karung,
dengan begitu ketersediaan P menjadi meningkat. Asam-
alat tulis.
asam organik yang dihasilkan dari dekomposisi bahan
organik juga dapat melepaskan P yang terjerap sehingga
2. Pembuatan kompos
ketersediaan P meningkat (Fox et al. 1990; Stevenson
1982; Nurhayati dkk 1986) Kompos yang digunakan terdiri dari dua jenis,
Menurut Bhatti et al. (1998), asam-asam organik yaitu kompos jerami dan kompos kotoran sapi. Alat dan
sederhana seperti asam oksalat merupakan salah satu bahan yang digunakan dalam pembuatan kompos yaitu
senyawa penting dalam proses pelepasan jerapan P. kotoran ternak (sapi), jerami, urea, bioaktivator
Mekanisme asam oksalat dalam meningkatkan (bioekstrim), air, terpal, plastik polybag, sekop, cangkul.
ketersediaan P, dapat dengan menggantikan P yang
terjerap melalui pertukaran ligan pada permukaan Al dan 3. Pencampuran tanah, pupuk P dan kompos serta
Fe oksida. Selain itu juga dapat dengan melalui pelarutan inkubasi
permukaan logam oksida dan melepaskan P yang terjerap,
serta dapat juga melalui pengkompleksan Al dan Fe pada Ada lima perlakuan dalam inkubasi yaitu (1)
Tanah ditambah kompos jerami lalu setelah 2 minggu baru
larutan, lalu mencegah pengendapan ulang dari senyawa P-
ditambahkan pupuk P (A+J+P, L+J+P, Pd+J+P), (2) Tanah
logam dan penjerapan P oleh Al dan Fe.
ditambah pupuk P lalu setelah 2 minggu baru ditambahkan
Setiap tanah memiliki respon yang berbeda
kompos jerami (A+P+J, L+P+J, Pd+P+J), (3) Tanah
dengan penambahan bahan organik dalam meningkatkan
ketersediaan P. Menurut Nuryani et al. (1993), tanah ditambah kompos kotoran sapi lalu setelah 2 minggu baru
Andosol menjerap P sangat kuat, sangat lambat dalam ditambahkan pupuk P (A+KS+P, L+KS+P, Pde+KS+P),
(4) Tanah ditambah pupuk P lalu setelah 2 minggu baru
melepaskan P kembali, sedangkan tanah Latosol lebih
ditambahkan kompos kotoran sapi (A+P+KS, L+P+KS,
lemah mengikat P, dan melepaskan P lebih cepat.
Pd+P+KS), dan (5) Tanah ditambah pupuk P saja (A+P,
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka perlu
L+P, Pd+P). Contoh tanah yang digunakan untuk inkubasi
dilakukan penelitian untuk melihat pengaruh dari bahan
organik dalam mencegah penjerapan P dan melepaskan P dalam setiap polybag (500 g) yaitu 300 g tanah BKU hasil
yang terjerap di dalam tanah sehingga dapat meningkatkan ayakan 2 mm. Kompos yang dibutuhkan untuk dicampur
dengan tanah yaitu 10 % dari bobot tanah atau 30 g.
ketersediaan P. Tujuan penelitian ini yaitu Mengetahui
Sedangkan pupuk P yang dibutuhkan dikonversi dari
apakah bahan organik dapat mencegah penjerapan fosfor
kebutuhan rata-rata pupuk P (SP-36) per hektar (200 kg
serta melepaskan fosfor yang terjerap pada tanah-tanah
ha-1) dibandingkan dengan bobot tanah dalam 1 ha dan
kaya Al dan Fe dan mengetahui apakah penambahan bahan
organik lebih baik jika dilakukan sebelum pemupukan P bobot contoh tanah yang digunakan untuk inkubasi,
atau setelah pemupukan P. sehingga dihasilkan bobot pupuk P (SP-36) yang
ditambahkan dalam 300 g tanah yaitu 30 mg.
Pencampuran tanah, pupuk P, dan kompos disesuaikan
BAHAN DAN METODE
dengan perlakuan. Tanah diinkubasi dalam keadaan
terbuka (kondisi suhu ruang) dengan lama inkubasi 1 dan 2
Penelitian dilakukan di Bagian Pengembangan
bulan. Selama proses inkubasi dilakukan penambahan air
Sumberdaya Fisik Lahan dan Bagian Kimia dan
sesuai kapasitas lapang.
Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
4. Analisis karakteristik kompos
Bogor dan Kebun Percobaan Cikabayan, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Waktu penelitian dari Kompos yang telah dibuat dianalisis
Mei hingga November 2012. karakteristiknya, yaitu kadar air (KA), % C, % N, C/N
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini rasio, dan juga pH. Analisis % C pada kompos dilakukan
adalah beberapa contoh tanah (Andosol Sukamantri, dengan menggunakan metode Mebius, sedangkan analisis
Latosol Dramaga, Podsolik Gajrug) dan kompos dari % N dengan menggunakan metode Kjeldahl.
residu tanaman (jerami) dan residu hewan (kotoran sapi),
serta pupuk P (SP-36).

66
Buletin Tanah dan Lahan, 1 (1) Januari 2017: 65-71

5. Analisis tanah di laboratorium Berdasarkan Tabel 1, Fe-tersedia tanah Andosol


setelah perlakuan lebih tinggi daripada sebelum perlakuan
Setiap tanah dengan masing-masing perlakuan
kecuali pada perlakuan A+P+KS. Peningkatan Fe-tersedia
dan inkubasi dianalisis. Analisis yang dilakukan yaitu
pada perlakuan yang ditambah bahan organik dan pupuk P
pengukuran ketersediaan P, Al-dd, Fe-tersedia, dan pH
(A+J+P, A+P+J, dan A+KS+P) disebabkan karena bahan
sebelum dan sesudah perlakuan inkubasi. Pengukuran P
organik melepaskan ikatan Fe-P sehingga Fe dalam bentuk
dilakukan dengan metode Bray-1 dan diukur dengan
bebas (Fe-tersedia) meningkat. Fe-tersedia pada perlakuan
menggunakan Spektrofotometer, penetapan tekstur tanah
yang ditambah pupuk P saja (A+P) juga meningkat karena
dilakukan dengan cara pipet, penetapan pH tanah dengan
penambahan pupuk P pada tanah Andosol meningkatkan
menggunakan pH meter, penetapan Al-dd dilakukan
ikatan Fe-P, namun karena alofan yang terkandung pada
dengan menggunakan metode titrasi, dan penetapan Fe-
tanah Andosol sangat tinggi dan memiliki kapasitas
tersedia dilakukan dengan pengekstrak HCl 0,05 N dan
jerapan yang lebih besar daripada Fe, menyebabkan P
diukur menggunakan AAS.
yang awalnya di jerap oleh Fe (Fe-P) terlepas ikatannya
dan P dijerap oleh alofan sehingga Fe-tersedia menjadi
HASIL DAN PEMBAHASAN
meningkat. Fe-tersedia tanah Andosol secara umum
meningkat dengan meningkatnya masa inkubasi kecuali
Perubahan Kadar P-tersedia Tanah Andosol pada perlakuan A+P+KS dan A+J+P. Fe-tersedia pada
Hasil pengukuran pH, Al-dd, Fe-tersedia, dan P- perlakuan A+P+KS dan A+J+P menurun dengan
tersedia tanah Andosol dapat dilihat pada Tabel 1. meningkatnya masa inkubasi disebabkan karena
Berdasarkan tabel tersebut, pH tanah Andosol setelah kemungkinan Fe menjerap P sehingga Fe-tersedia menjadi
perlakuan mengalami peningkatan dibanding sebelum menurun. Hal ini bisa dilihat dari menurunnya kadar P-
perlakuan, baik pada perlakuan yang ditambah bahan tersedia pada inkubasi 2 bulan.
organik dan pupuk P (A+J+P, A+P+J, A+KS+P, A+P+KS) Kadar Al-dd tanah Andosol dapat dilihat pada
maupun perlakuan yang ditambah pupuk P saja (A+P). Tabel 1. Berdasarkan tabel tersebut, Al-dd tanah setelah
Perlakuan yang ditambah bahan organik dan pupuk P perlakuan lebih rendah dibanding sebelum perlakuan.
memiliki pH yang lebih tinggi daripada perlakuan yang Penurunan Al-dd pada perlakuan yang ditambah bahan
hanya ditambah pupuk P. Peningkatan pH tanah pada organik dan pupuk P, mungkin disebabkan karena Al
perlakuan yang ditambah bahan organik dan pupuk P dikhelat oleh bahan organik sehingga Al-dd menjadi
disebabkan karena bahan organik yang ditambahkan menurun. Perlakuan yang hanya ditambah pupuk P (A+P)
mengikat Al dan membentuk senyawa kompleks sehingga juga mengalami penurunan Al-dd dibanding sebelum
Al tidak terhidrolisis lagi. Sedangkan peningkatan pH pada perlakuan, hal ini disebabkan karena kemungkinan Al
perlakuan yang ditambah pupuk P saja disebabkan karena menjerap P membentuk ikatan Al-P sehingga Al-dd tanah
pupuk P (TSP = Ca(H2PO4)2) yang ditambahkan tidak menjadi menurun. Perlakuan yang ditambah bahan organik
hanya mengandung P saja tetapi juga mengandung unsur dan pupuk P memiliki Al-dd yang lebih rendah dibanding
hara lain yang dapat meningkatkan pH seperti Ca. pH perlakuan yang ditambah pupuk P saja. Hal tersebut
tanah Andosol secara umum meningkat dengan mungkin disebabkan karena bahan organik mengikat Al
bertambahnya inkubasi (perlakuan A+P+J, A+KS+P, sehingga kadar Al-dd tanah menurun selain itu juga karena
A+P+KS, A+P) kecuali perlakuan A+J+P. Penurunan pH Al menjerap P.
pada perlakuan A+J+P mungkin disebabkan karena
dekomposisi dari bahan organik banyak menghasilkan
asam-asam organik sehingga menyebabkan pH tanah
menurun.
Tabel 1. Perubahan pH, P-tersedia, Al-dd, Fe-tersedia tanah Andosol
Perlakuan
Inkubasi
Analisis
(Bulan) A A+J+P A+P+J A+KS+P A+P+KS A+P
pH 0 4,86
1 5,20 5,18 5,00 5,35 4,93
2 5,13 5,28 5,28 5,58 5,10
Fe-tersedia (ppm) 0 0,55
1 0,46 1,12 0,87 0,36 0,88
2 1,16 0,70 0,65 0,47 0,64
Al-dd 0 0,24
(me 100 g-1) 1 0,00 0,12 0,00 0,00 0,24
2 0,12 0,12 0,00 0,00 0,12
P-tersedia (ppm) 0 6,85
1 9,35 10,20 10,67 10,16 9,10
2 9,02 8,46 8,64 7,90 9,22
Keterangan :
A+J+P : Andosol + kompos jerami + pupuk P
A+P+J : Andosol + pupuk P + kompos jerami
A+KS+P : Andosol + kompos kotoran Sapi + pupuk P
A+P+KS : Andosol + pupuk P + kompos kotoran sapi
A+P : Andosol + pupuk P

67
Pengaruh Bahan Organik terhadap Ketersediaan Fosfor (Sari MN, Sudarsono, Darmawan)

Secara umum kadar Al-dd tanah Andosol Berdasarkan Tabel 2, Fe-tersedia tanah Latosol
mengalami penurunan dengan meningkatnya masa setelah perlakuan lebih rendah dibanding sebelum
inkubasi kecuali pada perlakuan A+J+P. Hal ini mungkin perlakuan, kecuali pada perlakuan L+P+J dan L+P.
disebabkan karena pH tanah pada inkubasi 2 bulan Peningkatan Fe-tersedia pada perlakuan L+P+J disebabkan
mengalami penurunan sehingga kadar Al-dd juga akan karena bahan organik melepaskan ikatan Fe-P sehingga Fe
mengalami peningkatan. yang berada dalam bentuk bebas (Fe-tersedia) meningkat.
P-tersedia tanah Andosol dapat dilihat pada Tabel Sedangkan peningkatan Fe-tersedia pada perlakuan yang
1. Berdasarkan tabel tersebut, kadar P-tersedia tanah ditambah pupuk P saja (L+P) disebabkan karena P yang
Andosol setelah perlakuan lebih tinggi dibanding sebelum awalnya dijerap oleh Fe dalam bentuk Fe-P menjadi
perlakuan. Peningkatan P-tersedia ini disebabkan karena dijerap oleh klei, karena tanah Latosol memiliki mineral
penambahan pupuk P. Kadar P-tersedia pada perlakuan klei tipe 1:1 yang memiliki kemampuan menjerap P yang
yang ditambah bahan organik dan pupuk P mengalami tinggi sehingga kadar Fe-tersedia meningkat. Fe-tersedia
penurunan dengan bertambahnya masa inkubasi. perlakuan yang ditambah bahan organik dan pupuk P
Penurunan P-tersedia ini mungkin disebabkan karena P mengalami penurunan dibanding sebelum perlakuan
dijerap oleh alofan. Selain itu juga disebabkan karena P karena bahan organik dapat mengikat Fe sehingga kadar
dijerap oleh Fe membentuk Fe-P, hal ini bisa dilihat Fe-tersedia tanah menurun. Fe-tersedia perlakuan yang
dengan menurunnya kadar Fe-tersedia. Kadar P-tersedia hanya ditambah pupuk P juga mengalami penurunan pada
pada perlakuan yang hanya ditambah pupuk P mengalami inkubasi 2 bulan dibanding sebelum perlakuan disebabkan
peningkatan dengan bertambahnya masa inkubasi, karena karena kemungkinan Fe menjerap P membentuk ikatan Fe-
P menjadi lambat tersedia sehingga dengan semakin lama P sehingga Fe-tersedia tanah menjadi menurun, hal ini
inkubasi maka akan menyebabkan P-tersedia meningkat. dapat dilihat dengan rendahnya kadar P-tersedia pada
Penambahan kompos dan pupuk P lebih perlakuan L+P. Fe-tersedia tanah Latosol menurun dengan
memberikan pengaruh dalam meningkatkan ketersediaan P meningkatnya masa inkubasi (perlakuan L+J+P, L+P+J,
dan menurunkan Al-dd dibanding perlakuan yang hanya L+KS+P, L+P) tetapi kadar Fe-tersedia perlakuan L+P+J
ditambahkan pupuk P. Keadaan ini sesuai dengan pendapat dan L+P pada inkubasi 1 bulan lebih tinggi dibanding
Rajan et al. (1996); Rusnetty (2000); dan Sufardi (1999) sebelum perlakuan. Fe-tersedia perlakuan L+P+KS
yang mengemukakan bahwa penambahan bahan organik meningkat dengan meningkatnya masa inkubasi meskipun
akan memberikan pengaruh positif terhadap kelarutan kadar Fe-tersedianya masih lebih rendah dibanding
fosfat di dalam tanah. Perlakuan yang memberikan sebelum perlakuan karena bahan organik melepaskan
pengaruh yang paling besar dalam meningkatkan pH dan ikatan Fe-P sehingga Fe yang berada dalam bentuk bebas
P-tersedia tanah serta menurunkan Al-dd dan Fe-tersedia (Fe-tersedia) meningkat.
yaitu perlakuan yang diberikan kompos kotoran sapi dan Berdasarkan Tabel 2, Al-dd tanah Latosol setelah
pupuk P (A+KS+P dan A+P+KS). perlakuan lebih rendah dibanding sebelum perlakuan.
Penurunan Al-dd pada perlakuan yang ditambah pupuk P
Perubahan Kadar P-tersedia Tanah Latosol saja disebabkan karena kemungkinan Al menjerap P
membentuk ikatan Al-P sehingga Al-dd tanah menurun.
Hasil pengukuran pH, Al-dd, Fe-tersedia, dan P-
Al-dd pada perlakuan yang ditambah bahan organik dan
tersedia tanah Latosol disajikan pada Tabel 2. Peningkatan
pupuk P juga mengalami penurunan yang disebabkan
pH pada tanah Latosol menyebabkan terjadinya penurunan
karena bahan organik dapat mengikat Al sehingga kadar
kadar Al-dd dan Fe-tersedia tanah. Tanah Latosol memiliki
Al-dd tanah menurun. Al-dd tanah Latosol pada perlakuan
pH tanah setelah perlakuan yang lebih tinggi daripada
L+J+P dan L+P+J menurun dengan meningkatnya masa
sebelum perlakuan. pH tanah pada perlakuan yang
inkubasi mungkin disebabkan karena Al dikhelat oleh
ditambah bahan organik dan pupuk P (L+J+P, L+P+J,
bahan organik sehingga kadar Al-dd menurun. Al-dd tanah
L+KS+P, L+P+KS) meningkat dibanding sebelum
Latosol pada perlakuan L+KS+P, L+P+KS, dan L+P
perlakuan. Hal ini disebabkan karena bahan organik yang
meningkat dengan meningkatnya masa inkubasi.
ditambahkan mengikat Al membentuk senyawa kompleks
Peningkatan Al-dd pada perlakuan L+KS+P dan L+P+KS
yang tidak bisa dihidrolisis lagi.
disebabkan karena bahan organik melepaskan ikatan Al-P
pH tanah pada perlakuan yang hanya ditambah
sehingga Al-dd meningkat. Sedangkan pada perlakuan
pupuk P (L+P) juga meningkat dibanding sebelum
L+P, peningkatan Al-dd disebabkan karena P yang
perlakuan, karena pupuk P yang ditambahkan tidak hanya
awalnya dijerap oleh Al dalam bentuk Al-P menjadi
mengandung P saja tetapi juga mengandung unsur hara
dijerap oleh klei, karena tanah Latosol memiliki mineral
lain yang dapat meningkatkan pH seperti Ca. pH pada
klei tipe 1:1 yang memiliki kemampuan menjerap P yang
perlakuan yang ditambah bahan organik dan pupuk P lebih
tinggi sehingga kadar Al-dd meningkat.
tinggi dibanding perlakuan yang hanya ditambah pupuk P.
Berdasarkan Tabel 2, P-tersedia tanah Latosol
pH tanah meningkat dengan meningkatnya masa inkubasi
setelah perlakuan lebih tinggi dibanding sebelum
pada perlakuan L+J+P, L+KS+P, dan L+P+KS, kecuali
perlakuan. Peningkatan P-tersedia pada perlakuan yang
pada perlakuan L+P+J dan L+P. Penurunan pH dengan
ditambah bahan organik dan pupuk P dibanding sebelum
meningkatnya masa inkubasi pada perlakuan L+P+J
perlakuan disebabkan karena adanya penambahan pupuk P
disebabkan karena dekomposisi dari bahan organik
serta karena adanya pelepasan jerapan P (Al-P dan Fe-P)
(kompos jerami) banyak menghasilkan asam-asam organik
oleh bahan organik. P-tersedia pada perlakuan yang hanya
sehingga pH tanah menurun. Sedangkan pada perlakuan
ditambah pupuk P juga meningkat dibanding sebelum
L+P penurunan pH disebabkan karena terjadinya
perlakuan akibat adanya penambahan pupuk P. Kadar P-
peningkatan Al-dd.
tersedia pada perlakuan yang ditambah bahan organik dan
68
Buletin Tanah dan Lahan, 1 (1) Januari 2017: 65-71

Tabel 2. Perubahan pH, P-tersedia, Al-dd, Fe-tersedia tanah Latosol


Analisis inkubasi Perlakuan
L L+J+P L+P+J L+KS+P L+P+KS L+P
pH 0 4,37
1 4,58 4,68 4,90 4,88 4,63
2 4,85 4,55 5,15 5,28 4,50
Fe-tersedia (ppm) 0 3,24
1 2,62 4,92 1,98 0,70 3,93
2 1,97 1,90 1,31 1,57 2,45
Al-dd 0 4,07
(me 100 g-1)
1 0,82 1,50 0,32 0,11 2,79
2 0,75 0,64 0,53 0,64 2,90
P-tersedia (ppm) 0 6,99
1 16,01 24,02 54,07 90,95 11,90
2 20,89 20,55 51,44 48,11 13,66
Keterangan :
L+J+P : Latosol + kompos jerami + pupuk P
L+P+J : Latosol + pupuk P + kompos jerami
L+KS+P : Latosol + kompos kotoran sapi + pupuk P
L+P+KS : Latosol + pupuk P + kompos kotoran sapi
L+P : Latosol + pupuk P

pupuk P lebih tinggi dibanding perlakuan yang hanya perlakuan Pd+J+P. pH perlakuan Pd+J+P lebih rendah
ditambah pupuk P, karena peningkatan P-tersedia selain dibanding sebelum perlakuan karena dekomposisi dari
disebabkan oleh penambahan pupuk P juga disebabkan bahan organik (kompos jerami) banyak menghasilkan
karena adanya pelepasan P yang terjerap (Al-P, Fe-P, asam-asam organik sehingga pH tanah menurun. pH tanah
maupun klei tanah) oleh bahan organik. P-tersedia tanah pada perlakuan yang ditambah bahan organik dan pupuk P
Latosol menurun dengan bertambahnya masa inkubasi (Pd+P+J, Pd+KS+P, Pd+P+KS) meningkat dibanding
(perlakuan L+P+J, L+KS+P, dan L+P+KS), kecuali sebelum perlakuan karena bahan organik yang
perlakuan L+J+P dan L+P. P-tersedia tanah Latosol pada ditambahkan mengikat Al membentuk senyawa kompleks
perlakuan L+P+J, L+KS+P, dan L+P+KS menurun dengan yang tidak bisa dihidrolisis lagi. pH tanah pada perlakuan
bertambahnya masa inkubasi disebabkan karena P dijerap yang hanya ditambah pupuk P (Pd+P) juga meningkat
oleh Al dan Fe maupun dijerap oleh klei tanah. Hal ini dibanding sebelum perlakuan karena pupuk P (TSP =
sesuai dengan pendapat Sudarsono (1991) yang Ca(H2PO4)2) yang ditambahkan tidak hanya mengandung
mengemukakan bahwa kemampuan tanah dalam menjerap P saja tetapi juga mengandung unsur hara lain yang dapat
atau mengikat bahan organik cenderung mencapai suatu meningkatkan pH seperti Ca. pH pada perlakuan yang
batas maksimum, karena tanah tidak mempunyai kapasitas bahan organik dan pupuk P (Pd+KS+P dan Pd+P+KS)
jerapan yang tidak terhingga tetapi cepat atau lambat akan lebih tinggi dibanding perlakuan yang hanya ditambah
jenuh. Oleh sebab itu tanah yang sudah jenuh dalam pupuk P. pH pada perlakuan Pd+P+J dan Pd+P menurun
menjerap bahan organik kemungkinan akan menjerap P, dengan meningkatnya masa inkubasi. penurunan pH pada
sehingga ketersediaan P menjadi menurun. P-tersedia perlakuan Pd+P+J disebabkan karena dekomposisi dari
tanah Latosol pada perlakuan L+J+P dan L+P meningkat bahan organik (kompos jerami) banyak menghasilkan
dengan bertambahnya masa inkubasi. Peningkatan P- asam-asam organik sehingga pH tanah menurun.
tersedia pada perlakuan L+P disebabkan karena P menjadi Sedangkan pada perlakuan Pd+P penurunan pH
lambat tersedia sehingga dengan semakin lama inkubasi disebabkan karena terjadi peningkatan Al-dd.
maka akan menyebabkan P-tersedia meningkat. Fe-tersedia tanah Podsolik setelah perlakuan lebih
Perlakuan yang memberikan pengaruh yang rendah dibanding sebelum perlakuan, kecuali pada
paling besar dalam meningkatkan pH dan P-tersedia tanah perlakuan Pd+J+P dan Pd+P. Peningkatan Fe-tersedia pada
serta menurunkan Al-dd dan Fe-tersedia pada tanah perlakuan Pd+J+P disebabkan karena bahan organik
Latosol yaitu perlakuan yang ditambahkan kompos melepaskan ikatan Fe-P sehingga Fe dalam bentuk bebas
kotoran sapi dan pupuk P (L+KS+P dan L+P+KS). (Fe-tersedia) meningkat. Sedangkan pada perlakuan Pd+P,
peningkatan Fe-tersedia disebabkan karena P yang
Perubahan Kadar P-tersedia Tanah Podsolik awalnya di jerap oleh Fe dalam bentuk Fe-P menjadi
dijerap oleh Al (Al-P). Hal ini dapat dilihat dengan
Hasil pengukuran pH, Al-dd, Fe-tersedia, P-
menurunnya Al-dd pada perlakuan Pd+P. Fe-tersedia
tersedia tanah Podsolik dapat dilihat pada Tabel 3.
perlakuan yang ditambah bahan organik dan pupuk P
Berdasarkan tabel tersebut, pH tanah Podsolik setelah
(Pd+P+J, Pd+KS+P, Pd+P+KS) mengalami penurunan
perlakuan lebih tinggi daripada sebelum perlakuan, kecuali
dibanding sebelum perlakuan karena bahan organik dapat
mengikat Fe sehingga kadar Fe-tersedia tanah menurun.

69
Pengaruh Bahan Organik terhadap Ketersediaan Fosfor (Sari MN, Sudarsono, Darmawan)

Fe-tersedia perlakuan yang hanya ditambah pupuk P juga di jerap oleh Al dan klei tanah. Peningkatan P-tersedia
mengalami penurunan pada inkubasi 2 bulan dibanding pada perlakuan yang ditambah bahan organik dan pupuk P
sebelum perlakuan karena kemungkinan Fe menjerap P disebabkan karena adanya penambahan pupuk P serta
membentuk ikatan Fe-P sehingga Fe-tersedia tanah karena adanya pelepasan jerapan P dari Al dan Fe akibat
menjadi menurun, hal ini dapat dilihat dengan rendahnya penambahan bahan organik P-tersedia tanah Podsolik
kadar P-tersedia pada perlakuan L+P. Fe-tersedia tanah meningkat dengan meningkatnya masa inkubasi.
Podsolik menurun dengan meningkatnya masa inkubasi.
Tabel 3. Perubahan pH, P-tersedia, Al-dd, Fe-tersedia tanah Posolik
Analisis inkubasi Perlakuan
Pd Pd+J+P Pd+P+J Pd+KS+P Pd+P+KS Pd+P
pH 0 4,33
1 4,25 4,50 4,60 4,73 4,60
2 4,30 4,43 4,85 4,75 4,35
Fe-tersedia (ppm) 0 2,65
1 4,77 2,18 2,22 1,41 4,83
2 2,41 1,94 1,18 0,90 2,40
Al-dd (me 100 g-1) 0 17,40
1 13,69 13,06 6,11 4,00 10,44
2 13,20 13,18 5,11 11,65 14,24
P-tersedia (ppm) 0 8,93
1 5,88 10,53 19,37 19,56 4,25
2 13,20 15,93 26,05 40,73 7,91
Keterangan :
Pd+J+P : Podsolik + kompos jerami + pupuk P
Pd+P+J : Podsolik + pupuk P + kompos jerami
Pd+KS+P : Podsolik + kompos kotoran sapi + pupuk P
Pd+P+KS : Podsolik + pupuk P + kompos kotoran sapi
Pd+P : Podsolik + pupuk P

Al-dd tanah Podsolik setelah perlakuan lebih Perlakuan yang memberikan pengaruh yang
rendah dibanding sebelum perlakuan. Al-dd pada paling besar dalam meningkatkan pH dan P-tersedia tanah
perlakuan yang ditambah bahan organik dan pupuk P serta menurunkan Al-dd dan Fe-tersedia pada tanah
mengalami penurunan dibanding sebelum perlakuan Podsolik sama dengan pada tanah Andosol dan Latosol
karena bahan organik dapat mengikat Al sehingga kadar yaitu perlakuan yang ditambahkan kompos kotoran sapi
Al-dd tanah menurun. Al-dd pada perlakuan yang hanya dan pupuk P (Pd+KS+P dan Pd+P+KS).
ditambah pupuk P juga mengalami penurunan dibanding
sebelum perlakuan karena kemungkinan Al menjerap P Pengaruh Penambahan Bahan Organik Setelah
membentuk ikatan Al-P sehingga Al-dd tanah menjadi maupun Sebelum Penambahan Pupuk P pada Tanah
menurun. Al-dd pada perlakuan yang ditambah bahan Andosol, Latosol, dan Podsolik
organik dan pupuk P (Pd+KS+P dan Pd+P+KS) lebih
Penambahan bahan organik (kompos) pada
rendah dibanding perlakuan yang hanya ditambah pupuk P
penelitian ini ada yang dilakukan sebelum dan ada yang
(Pd+P) karena bahan organik akan mengikat Al sehingga
dilakukan setelah penambahan pupuk P. Hal ini bertujuan
kadar Al-dd tanah menurun selain itu juga karena Al
untuk mengetahui efektivitas dari penambahan bahan
menjerap P. Al-dd tanah Podsolik pada perlakuan Pd+P+J,
organik dalam meningkatkan ketersediaan P dalam tanah.
Pd+P+KS, dan Pd+P menurun dengan meningkatnya masa
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh bahwa pada tanah
inkubasi. Peningkatan Al-dd pada perlakuan Pd+P+J dan
Andosol, Latosol, Podsolik, kompos yang memiliki
Pd+P+KS disebabkan karena bahan organik melepaskan
kemampuan yang lebih tinggi dalam meningkatkan kadar
ikatan Al-P sehingga Al-dd meningkat. Sedangkan pada
P-tersedia tanah yaitu kompos kotoran sapi.
perlakuan Pd+P, peningkatan Al-dd disebabkan karena P
Berdasarkan Tabel 1, penambahan kompos jerami
yang awalnya dijerap oleh Al dalam bentuk Al-P menjadi
setelah penambahan pupuk P (A+P+J) memiliki
dijerap oleh Fe. Hal ini dapat dilihat dengan menurunnya
kemampuan yang lebih tinggi dalam meningkatkan pH dan
kadar Fe-tersedia pada perlakuan Pd+P. Al-dd tanah
P-tersedia tanah Andosol. Namun dalam menurunkan Al-
Podsolik pada perlakuan Pd+J+P dan Pd+KS+P meningkat
dd dan Fe-tersedia, penambahan kompos sebelum
dengan meningkatnya masa inkubasi.
penambahan pupuk P (A+J+P) yang lebih. Pada kompos
Secara umum P-tersedia tanah Podsolik setelah
kotoran sapi, penambahan kompos sebelum penambahan
perlakuan lebih tinggi dibanding sebelum perlakuan. P-
pupuk P (A+KS+P) lebih efektif dalam meningkatkan P-
tersedia pada perlakuan Pd+J+P dan Pd+P lebih rendah
tersedia, tetapi dalam meningkatkan pH dan menurunkan
dibanding sebelum perlakuan, menurunnya P-tersedia pada
perlakuan Pd+J+P dan Pd+P mungkin disebabkan karena P
70
Buletin Tanah dan Lahan, 1 (1) Januari 2017: 65-71

Fe-tersedia, penambahan kompos setelah penambahan dan P-tersedia tanah dan penambahan kompos sebelum
pupuk P (A+P+KS) lebih efektif. pupuk P (A+J+P) lebih berpengaruh dalam
Penambahan kompos yang lebih berpengaruh menurunkan Al-dd dan Fe-tersedia tanah Andosol.
dalam meningkatkan ketersediaan P tanah Latosol
berdasarkan Tabel 2 berbeda pada masing-masing jenis DAFTAR PUSTAKA
kompos. Pada perlakuan yang ditambahkan kompos
jerami, penambahan kompos setelah penambahan pupuk P Barrow NJ. 1972. Influence of solution concentration of
(L+P+J) memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam calcium on the adsorption of phosphate, sulphate,
meningkatkan P-tersedia tanah Latosol. Namun dalam and molybdate by soils. Soil Sci. Soc. Am. J.,
meningkatkan pH serta menurunkan Al-dd dan Fe- 113:175-180.
tersedia, penambahan kompos sebelum penambahan pupuk
P (L+J+P) lebih efektif dibandingkan dengan penambahan Bhatti JS, Comerford NB, Johnston CT. 1998. Influence of
kompos setelah penambahan pupuk P (L+P+J). oxalate and soil organic matter on sorption and
Penambahan kompos kotoran sapi setelah penambahan desorption of phosphate onto a Spodic horizon. Soil
pupuk P (L+P+KS) lebih efektif dalam meningkatkan P- Science Society of America, 62: 1089-1095.
tersedia, meningkatkan pH, menurunkan Al-dd dan Fe-
tersedia pada tanah Latosol. Buckman HO, Brady NC. 1974. The Nature and
Berdasarkan Tabel 3, penambahan kompos jerami Properties of Soil. McMillan Pub, Inc. Ney York.
dan kotoran sapi setelah penambahan pupuk P (Pd+P+J 639 p.
dan Pd+P+KS) memiliki kemampuan yang lebih tinggi
dalam meningkatkan P-tersedia dan pH tanah serta Dierolf T, Fairhutst, Mutert E. 2001. Soil Fertility Kit. A
menurunkan Fe-tersedia tanah Podsolik. Namun dalam Toolkit for Acid Upland Soil Fertility Management
menurunkan Al-dd, penambahan kompos setelah in Southeast Asia. Handbook Series. GT2GmbH,
penambahan pupuk P (Pd+P+J) lebih efektif dibandingkan Food and Agriculture Organization, P. T. Jasa
dengan penambahan kompos sebelum penambahan pupuk Katon and Potash & Phosphate Institute (PPI),
P (Pd+J+P). Penambahan kompos kotoran sapi sebelum Potash & Phosphate Institute of Canada (PPIC).
penambahan pupuk P (Pd+KS+P) lebih efektif dalam First Edition. Printed by Oxford Graphic Printer,
menurunkan Al-dd pada tanah Podsolik. 150 pp.

SIMPULAN Fox TR, Commerford NB, McFee WW. 1990. Phosphorus


and aluminium realese from spodic horizon
1. pH dan P-tersedia tanah Andosol, Latosol, Podsolik mediated by organic acids. Soil Sci. soc. Am. J.,
setelah perlakuan dan inkubasi secara umum lebih 54:1763-1767.
tinggi dibandingkan dengan sebelum perlakuan.
Sedangkan Al-dd dan Fe-tersedia pada tanah Latosol Nurhayati H, Nyakpa MY, Lubis AM, Nugroho SS, Saul
dan Podsolik setelah perlakuan dan inkubasi lebih MR, Diaha MA, Go Ban Hong, Bailey HH. 1986.
rendah dibandingkan sebelum perlakuan (tanah awal). Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerja Sama Ilmu
Namun pada tanah Andosol, kadar Fe-tersedia Tanah. BKS-PTN/USAID (University of Kentucky)
mengalami peningkatan dibanding tanah awal. W. U. A. E. Hal. 144-145.
2. Penambahan bahan organik dan pupuk P pada
perlakuan lebih berpengaruh dalam meningkatkan pH Nuryani S, Noohadiningrat T, Susanto R, Radjagukguk B.
dan P-tersedia serta menurunkan Al-dd dan Fe-tersedia 1993. Faktor Jerapan dan Pelepasan Fosfat di
pada tanah Andosol, Latosol, dan Podsolik dibanding Tanah Andosol dan Latosol. BPPS UGM., 6 (4B),
perlakuan yang hanya ditambahkan pupuk P. November 1993: 1-11.
3. Kompos yang lebih berpengaruh dalam meningkatkan
pH dan P-tersedia serta menurunkan Al-dd dan Fe- Rajan SSS, Watkinson JH, Sinclair AG. 1996. Phosphate
tersedia pada ketiga tanah yaitu kompos kotoran sapi. rock for direct application to soil. Ad. In agron.,
4. Respon masing-masing tanah terhadap waktu 57:77-159.
pemberian kompos berbeda-beda. Pada tanah Podsolik,
pemberian kompos setelah penambahan pupuk P
(Pd+P+KS dan Pd+P+J) lebih berpengaruh dalam
meningkatkan pH, P-tersedia, menurunkan Al-dd dan
Fe-tersedia. Pada tanah Latosol, penambahan kompos
kotoran sapi setelah penambahan pupuk P (L+P+KS)
dan penambahan kompos jerami sebelum penambahan
pupuk P (L+J+P) lebih berpengaruh meningkatkan pH,
menurunkan Al-dd dan Fe-tersedia, namun L+P+J
lebih berpengaruh dalam meningkatkan P-tersedia.
Penambahan kompos kotoran sapi setelah penambahan
pupuk P pada tanah Andosol (A+P+KS) yang lebih
berpengaruh. Sedangkan pada kompos jerami
penambahan kompos setelah penambahan pupuk P
(A+P+J) lebih berpengaruh dalam meningkatkan pH
71

Anda mungkin juga menyukai