Agung Ramadhan
( 2020232001 )
FAKULTAS PERTANIAN
2020
1. Enzim Urease
Urease (urea amodohydrolase) merupakan enzim yang mengkatalis proses
hidrolisis urea menjadi amonia dan karbon dioksida secara spontan 1014 kali
lebih cepat dibandingkan reaksi tanpa katalis. Enzim urease dapat diisolasi dari
berbagai sumber seperti jamur, bakteri, alga, dan tumbuhan. Enzim urease banyak
terkandung di dalam tumbuhan biji-bijian seperti biji pare (Momordica charantia),
biji Syrian mesquite (Prosopis farcta), dan buncis (Cicer arietinum L.)
(Zusfahaira, et al. 2018)
Enzim urease secara alami terkandung di dalam tanah, sehingga dapat
mempercepat proses reaksi hidrolisis urea. Mula-mula urea terurai menjadi
amonium. Reaksi hidrolisis menyebabkan kenaikan pH tanah secara drastis dan
suplai nitrogen (N) di tanah menjadi abnormal. Sebagian amoniun digunakan oleh
mikroorganisme sebagai sumber energi atau sumber nitrogen (N), sementara
sisanya tervolatilisasi menjadi amonia secara besarbesaran. Melalui reaksi
hidrolisis, enzim urease diketahui sebagai penyebab utama terjadinya pencemaran
lingkungan dan kerugian ekonomi di lahan pertanian.
Metode 2
Aktivitas urease di ukur menurut Kandeler (1996) yang di modifikasi,
yaitu dengan menimbang 5 g tanah dari setiap sampel,kemudian masing masing
di masukan kedalam botol Erlemeyer 100 ml, yang terdiri dari kelompok
perlakuan dan kontrol. Pada perlakuan di tambahkan 2,5 ml substrat urea (0,48
g urea/100 ml H2O) sedangkan kelompok kontrol di tambahkan 2,5 ml H2O,
selanjutnya botol di beri penutup dan di inkubasi selama 37 oC selama 120 menit.
Setelah di inkubasi, pada kelompok perlakuan di berikan 2,5 ml H2O, dan pada
kelompok kontrol di berikan 2,5 ml substrat urea. Seluruh botol di berikan 50 ml
larutan 1M KCl, lalu di kocok 30 menit, dan di saring sehingga di perileh filtrat
ekstrak. Sebanyak 1 ml dari masing masing filtrat ekstrak di masukan ke dalam
tabung reaksi, ditambahkan 0,2 ml pereasi Nasler dan 9 ml H2O, dikocok,
lalu di diamkan selama 10 menit, sebelum arbsobansinya diukur
spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm. Aktifitas urea dinyatakan
dengan unit.g-1 dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan
S = Konsentrasi Sampel (µg-1)
C = Konsentrasi kontrol (µg-1)
10 = Faktor pengeceran
55 = Volume ekstrak (ml)
5 = Bobot tanah (g)
100.%-1dm = Faktor bobot kering tanah
a = Botot molekul NH4+(g.mol-1)
b = waktu inkubasi(jam)
2. Enzim dehidrogenase
Dehidrogenase merupakan enzim intraseluler yang dihasilkan oleh sel
mikroorganisme. Aktivitas mikroba tanah secara umum dapat diketahui dengan
mengukur aktivitas enzim dehidrogenasenya karena dehidrogenase ada di semua
mikroorganisme (Gil-Sotres et al., 2005). Meskipun hubungan antara ketersediaan
hara dengan aktivitas enzim masih sulit untuk ditetapkan karena tergantung pada
aktivitas spesifik dan total biomass mikroba (Allison et al., 2007), namun aktivitas
enzim dapat digunakan sebagai indikator kualitas tanah. Trevors J.T. (1984)
menyatakan aktivitas dehidrogenase dapat digunakan sebagai indikator sistem
redoks mikroba dan aktivitas oksidatif tanah. Sementara Gil-Sotres et al., (2005)
menyatakan aktivitas dehidrogenase dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh
logam berat dan pestisida pada tanah serta untuk mengetahui tingkat perbaikan
tanah terdegradasi. Aktivitas dehidrogenase juga dapat digunakan sebagai
indikator dampak manajemen pengelolaan tanah terhadap kualitas tanah dan
komunitas mikroba tanah (Acosta-Martinez et al., 2007)
A. Pengukuran aktifitas enzim dehidrogenase
Metode 1
a). Alat dan bahan yang diperlukan dalam melaksanakan analisis ini adalah :
Alat
- Labu takar 100 ml dan 1.000 ml
- Glass vial
- Kertas saring
- Vortex
- Pipet mikro 1.000 µLdan pipet serologis 5 ml, 10 ml
- Spektrofotometer dan kuvet
Bahan
- Bufer Tris-HCl (0,1 M)
Larutkan 12,11 g tris-(hydroxymethyl)-aminomethane dengan 700 ml akuades
dalam labu takar 1.000 ml dan sesuaikan pH larutan dengan HCl 25%
menjadi:
pH 7,8 untuk tanah asam (pH< 6)
pH 7,6 untuk tanah netral (pH 6-7)
pH 7,4 untuk tanah-tanah yang kayak akan karbonat (pH> 7)
- Lengkapi volume larutan menjadi 1.000 ml dengan akuades. Bungkus
wadah dengan aluminium foil.
- Larutan substrat TTC 3%
Larutkan 3 g TTC dengan bufer Tris-HCl (pH bergantung pH contoh tanah)
lalu lengkapi volumenya menjadi 100 ml. Bungkus wadah dengan
aluminium foil, simpan dalam refrigerator (suhu 4oC).
- Metanol
- Larutan stok standar (500 µg TPF ml-1)
Larutkan 50 mg TPF dengan metanol dalam labu takar 100 ml, lalu
lengkapi volumenya menjadi 100 ml dengan metanol.
b). Prosedur
Pengukuran harus dilakukan di ruangan dengan cahaya minimum
(tanpa nyala lampu), karena TTC dan TPF sangat peka terhadap cahaya. Semua
pengukuran dilakukan duplo dengan 1 blangko.
- Timbang 5 g tanah dalam glass vial. Koreksi kadar air terlebih dahulu (50%
WHC)
- Tambahkan 2 ml TTC dan 2 ml Buffer Tris-HCl (untuk blangko, tambahkan 4
ml Buffer tris-HCl tanpa TTC).
- Tutup vial lalu divortek dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C dalam
keadaan gelap.
- Setelah inkubasi, tambahkan 20 ml metanol ke dalam masing-masing tabung
dan dishaker selama 2 jam dalam keadaan gelap lalu semua tabung dikocok
pada suhu ruang selama 2 jam dalam keadaan gelap dengan shaker linier 125
rpm.
- Suspensi tanah di saring dengan kertas saring Whatman no.5 yang telah
dibasahi dengan metanol. Filtrat ditampung dalam labu volumetrik 50 ml.
- Untuk mengekstrak semua produk TPF, tanah dalam vial di bilas 2 kali (@ 10
ml) dengan metanol dan terakhir kertas saring juga dibilas dengan metanol (3
pipet).
- Filtrat dalam labu volumetrik ditetapkan volumenya (V) dengan metanol.
- Optical density (absorbansi) filtrat diukur pada λ = 385 nm
d). Perhitungan :
- Tentukan persamaan linier kurva standar Y = ax + b, r≥ 0,99 dimana y adalah
absorbansi dan x adalah konsentrasi TPF
- Tentukan konsentrasi TPF sampel (x) dengan persamaan tersebut
- Hitung nilai aktivitas dehidrogenase (AD) sampel dengan persamaan berikut:
3. Enzim Selulase
Enzim selulase adalah suatu sistem enzim yang terdiri atas tiga tipe enzim
utama yaitu kompleks endoβ-1,4-glukanase (CMCase, Cx selulase endoselulase,
atau carboxymethyl cellulase), kompleks ekso-β-1,4- glukanase (aviselase,
selobiohidrolase, C1 selulase), dan β-1,4- glukosidase atau selobiase. Munifah
(2011) menambahkan bahwa enzim selulase adalah enzim yang dapat
menghidrolisis selulosa dengan memutus ikatan glikosidik β-1,4 dalam selulosa,
selodektrin, selobiosa, dan turunan selulosa lainnya menjadi gula sederhana atau
glukosa.
Pemanfaatan enzim selulase dari bakteri dapat memberikan solusi dalam
masalah pencemaran yakni mengurangi jumlah limbah selulosa seperti timbunan
daun di area pembuangan akhir, limbah pertanian, rumput laut di tepi pantai serta
dapat menjadi nilai tambah terhadap pemanfaatan limbah menjadi olahan pupuk
organik. Hal ini dikarenakan limbah organik merupakan bagian dari masalah
lingkungan yang berpotensi menjadi faktor pencemar lingkungan apabila
dibiarkan dan tidak dikelola dengan baik dan benar. Kesuluruhan bahan tersebut
dapat dimodifikasi untuk memproduksi berbagai bahan yang berguna untuk sektor
pertanian dan biogas, dengan menggunakan enzim selulose. Beberapa penerapan
produk organik yang bermanfaat untuk pertanian diantaranya MOL (Local
Microorganism), POC (pupuk organic Cair), pupuk organic padat dan bokasi serta
pestisida organik.
Ket:
Faktor pengenceran : 1000
Waktu inkubasi : 60 menit
BM glukosa : 180,18 mg/mL
di mana:
PU : unit aktivitas protease (unit/mL)
Asp : nilai absorbansi sampel
Ast : nilai absorbansi strandar
Abl : nilai absorbansi blanko
T : waktu
5. Enzim amilase
Amilase merupakan salah satu enzim hidrolitik yang memiliki kemampuan
untuk memutuskan ikatan glikosida pada amilum. Hasil hidrolisisnya berupa
molekul-molekul yang lebih kecil seperti glukosa, maltosa, dan dekstrin. Amilase
dapat dihasilkan dari bakteri amilolitik dan jamur amilolitik yang berasal dari
tanah maupun sumber air panas. Beberapa contoh tanah yang banyak mengandung
bakteri amilolitik adalah tanah sekitar penggilingan tepung, tanah dekat
pembuangan sampah, dan tanah dekat pembuangan limbah singkong. Amilase
dapat diproduksi oleh beberapa jenis bakteri amilolitik, yaitu Bacillus aquamaris
MKSC 6.2, Bacillus amyloliquifaciens ABBD, Bacillus subtilis 65, Bacillus
licheniformis ATCC 9945a, Streptomyces sp., Geobacillus thermodenitrificans,
Klebsiela pneumoniae, Clostridium sp., Lactobacillus sp., Micrococcus sp., dan
Bacteriodes sp.