Biokimia
ENZIM II
Kelompok 1A
Frizka Syaidatu Dhinar
Taufik Hidayat
Bella Utari Laksmi
Luvy Amanah Putri
J3L213106
J3L115006
J3L113023
J3L113048
PENDAHULUAN
Kata enzim berarti dalam ragi. Manusia telah menggunakan enzim sejak
zaman prasejarah dalam memproduksi anggur, cuka, dan keju (Fessenden 1986).
Enzim merupakan unit fungsional dari metabolism sel (Lehninger 1982). Enzim
merupakan suatu produk dari atau proses biologis yang merupakan kombinasi
berbagai jenis enzim pencernaan antara lain Alfa amilase, Beta gluconate,
Pectinase, Celulase, Pullulanase, Endoprotease dan lain-lain. Enzim dapat
diperoleh dari tanaman, hewan dan mikroba. Namun yang paling, menguntungkan
adalah dari mikroba karena dapat diproses dalam waktu singkat. Sifat umum
enzim adalah sebagai katalisator untuk reaksi kimia pada sistem biologis, dan
pada hakekatnya semua reaksi biokimia dikatalis oleh enzim (Hart 2003).
Enzim dikenal untuk pertama kalinya sebagai protein oleh Sumner pada
tahun 1926 yang telah berhasil mengisolasi urease dari kara pedang (jack bean).
Urease adalah enzim yang dapat menguraikan urea menjadi CO 2 dan NH3.
Beberapa tahun kemudian Northrop dan Kunitz dapat mengisolasi pepsin, tripsin,
kimotripsin. Selanjutnya telah banyak enzim yang dapat diisolasi dan telah
membuktikan bahwa enzim tersebut ialah protein (Poedjiadi 2009).
Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang
terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada
mukosa oral. Saliva dapat disebut juga kelenjar ludah atau kelenjar air liur. Fungsi
saliva adalah saliva memulai pencernaan karbohidrat di mulut melalui kerja
amilase saliva, yang merupakan suatu enzim yang memecah polisakarida menjadi
disakarida, saliva mempermudah proses menelan dengan membasahi partikelpartikel makanan, sehingga mereka saling menyatu, serta dengan menghasilkan
pelumasan karena adanya mukus, yang kental dan licin (Suharsono 1986).
Enzim dibagi dalam enam golongan besar oleh Commision on Enzymes of
the International Union of Biochemistry. Penggolongan ini didasarkan atas reaksi
kimia di mana enzim memegang peranan Dalam mempelajari mengenai enzim,
dikenal beberapa istilah diantaranya holoenzim, apoenzim, kofaktor, gugus
prostetik, koenzim, dan substrat. Apoenzim adalah suatu enzim yang seluruhnya
terdiri dari protein, sedangkan holoenzim adalah enzim yang mengandung gugus
protein dan gugus non protein. Gugus yang bukan protein tadi dikenal dengan
istilah kofaktor. Pada kofaktor ada yang terikat kuat pada protein dan sukar terurai
dalam larutan yang disebut gugus prostetik dan adapula yang tidak terikat kuat
pada protein sehingga mudah terurai yang disebut koenzim. Baik gugus prostetik
maupun koenzim, keduanya merupakan bagian yang memungkinkan enzim
bekerja pada substrat. Substrat merupakan zat-zat yang diubah atau direaksikan
oleh enzim (Poedjiadi 2009).
Enzim digolongkan menurut reaksi yang diikutinya, sedangkan
masingmasing enzim diberi nama menurut nama substratnya, misalnya urease,
arginase dan lain-lain. Di samping itu ada pula beberapa enzim yang dikenal
dengan nama lama misalnya pepsin, tripsin dan lain-lain. Oleh Commision on
Enzymes of the International Union of Biochemistry, enzim dibagi dalam enam
golongan besar. Penggolongan ini didasarkan atas reaksi kimia di mana enzim
memegang peranan. Enam golongan tersebut ialah (Poedjiadi 2009):
a)
Golongan I Oksidoreduktase
b)
c)
d)
e)
f)
Enzim yang ternasuk dalam golongan ini dapat dibagi dalam dua bagian yaitu
dehidrogenase dan oksidase.
Golongan II Transferase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja sebagai katalis pada reaksi
pemindahan suatu gugus dari suatu senyawa kepada senyawa lain. Beberapa
contoh enzim yang termasuk golongan ini adalah meeetiltransferase,
hidroksimetiltransferase,
karboksiltransferase,
asiltransferase
dan
aminotrandferase atau disebut juga transminase (Poedjiadi 2009).
Golongan III Hidrolase
Enzim ini bekerja sebagai katalis pada reaksi hidrolisis. Beberapa enzim
dalam kelompok ini ialah esterase, lipase, pofatase, amylase, aminopepetidase,
karboksipeptidase, pepsin, tripsin, kimotripsin (Poedjiadi 2009).
Golongan IV Liase
Enzim yang termasuk golongan ini mempunyai peranan penting dalam reaksi
pemindahan suatu gugus dari satu substrat (bukan cara hidrolisis) atau sebaliknya.
Contoh enzim golongan ini natara lain dekarboksilase, aldolase, hidratase.
Golongan V Isomerase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja pada reaksi perubahan
intramolekuler, misalnya rekasi perubahan glukosa menjadi fruktosa, perubahan
senyawa L menjadi senyawa D, senyawa sis menjadi senyawa trans dan lain-lain.
Contoh enzim yang termasuk golongan ini antara lain ribolosafosfat ipomerase
dan glukosafosfat isomerase.
Golongan VI Ligase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja pada reaksi-reaksi penggabungan
dua molekul. Oleh karenanya enzim tersebut juga dinamakan sintesa. Ikatan yang
terbentuk anatara penggabungan tersebut adalah ikatan C-O, C-S, C-N atau C-C.
contoh enzim golongan ini antara lain glutamine sintetase dan piruvat
karboksilase.
Dua model untuk menjelaskan mekanisme kerja enzim adalah lock and
key dan induced fit. Model kunci dan anak kunci yang diusulkan oleh Emil Fisher
pada tahun 1894, yang menyatakan bahwa bentuk molekul substrat dengan sisi
aktif enzim serupa dengan anak kunci dengan kuncinya. Model Induced-fit
diusulkan pada tahun 1958 oleh Daniel E. Koshland, Jr. yang menyatakan bahwa
terikatnya substrat menyebabkan perubahan konformasi pada bagian sisi aktif
enzim.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi Enzim Perubahan suhu
dan pH mempunyai pengaruh besar terhadap kerja enzim. Kecepatan reaksi enzim
juga dipengaruhi oleh konsentrasi enzim dan konsentrasi substrat. Pengruh
aktivator, inhibitor, koenzim dan konsentrasi elektrolit dalam beberapa keadaan
juga merupakan faktor-faktor yang penting.
Percobaan ini bertujuan menentukan pengaruh pH dan suhu terhadap
aktivitas enzim, dan menentukan titik akromatik.
METODE
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan ialah gelas piala, pipet tetes, pipet Mohr 5 mL
dan 10 mL, tabung reaksi, termometer, pembakar bunsen, kaki tiga, kawat kassa,
corong gelas, sudip, kertas saring, spot plate, penangas air, penangas es, dan botol
semprot.
Bahan-bahan yang digunakan ialah air liur (saliva), pereaksi Benedict,
pereaksi Iodium, HCl larutan Na2CO3 ,0.1%, dan, akuades.
Prosedur
Uji pengaruh suhu pada aktivitas amylase air liur. Sebanyak 4 buah tabung
reaksi disiapkan dan masing-masing tabung diisi dengan 1 mL sampel air liur
(saliva) dan 1 mL aquades. Tabung dikocok dan masing-masing disimpan pada
suhu yang berbeda. Tabung 1 diletakkan di dalam penangas es bersuhu 10C,
tabung 2 diletakkan pada suhu ruang, tabung 3 dan 4 diletakkan di dalam
penangas air yang bersuhu 37C dan 80C selama 10 menit. Setelah itu pada
masing-masing tabung ditambahkan 1 mL larutan kanji 1%. Larutan dikocok dan
dikembalikan ke masing-masing kondisi sebelumnya selama 10 menit. Isi tabung
masing-masing diuji dengan pereaksi iodium dan pereaksi Benedict.
Uji pengaruh pH terhadap aktivitas amilase air liur. Sebanyak 4 buah tabung
reaksi disiapkan. Tabung 1 diisi dengan 2 mL HCl, tabung 2 diisi dengan 2 mL
asam asetat, tabung 3 diisi dengan 2 mL aquades, dan tabung 4 diisi dengan 2 mL
Na2CO3 0.1%. masing nilai pH larutan adalah 1, 5, 7, dan 9. Kemudian
ditambahkan 1 mL larutan kanji 1% dan 1 mL air liur (saliva) ke dalam masingmasing tabung lalu dikocok dan diletakkan pada penangas air bersuhu 37C
selama 15 menit. Setelah 15 menit, isi tabung masing-masing diuji dengan
pereaksi iodium dan pereaksi Benedict.
Hidrolisis pati matang oleh amilase air liur. Sebanyak 0,2 mL sampel air liur
(saliva) dipipet ke dalam tabung reaksi dan ditambah 1 mL larutan kanji 1%.
Tabung dikocok lalu disimpan pada penangas air bersuhu 37C. Setiap 0,5 menit
larutan dipipet ke atas spot plate dan diteteskan pereaksi Iodium. Perubahan warna
dicatat sampai larutan tidak menunjukkan perubahan warna lagi (mencapai titik
akromatik).
Hidrolisis pati mentah oleh amylase air liur. Seujing sudip tepung pati
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 5 mL aquades. Tabung
dikocok lalu ditambah 10 tetes sampel air liur (saliva) dan disimpan pada
penangas air bersuhu 37C 20 menit. Setiap 0,5 menit larutan diteteskan ke atas
spot plate dan diteteskan pereaksi Iodium. Perubahan warna dicatat sampai larutan
berwarna kuning pudar. Hasil percobaan dibandingkan dengan hasil percobaan
hidrolisis pati matang oleh amylase air liur.
.
Matang
80
Iod
-
Benedict
tersebut pada suhu 37 C enzim pada air liur telah memecah atau mendegradasi
pati menjadi maltose, dekstrin-dekstrin, ataupun monosakarida.
Tabel 2 Pengaruh pH terhadap aktivitas anilase air liur
pH
Jenis pati
Uji
1
5
7
9
Matang
Iod
+
Benedict
menunjukkan warna biru. Hasil yang diperoleh pada uji iod dalam larutan asam
asetat, akuades, dan natrium karbonat (pH 9) menunjukkan warna jingga dan pada
uji benedict menunjukkan warna jingga kehijauan. Berdasarkan hasil percobaan
enzim amilase bekerja optimal pada pH 7.
Tabel 3 Hasil percobaan hidrolisis pati matang oleh amilase air liur
Waktu
Warna
Hasil uji Iod
(30 detik)
Hitam (+++)
+
Hitam (++)
+
Hitam (+)
+
Coklat (+++)
+
Coklat (++)
+
Coklat (+)
+
Hitam (+++++)
+
Hitam (++++)
Hitam (+++)
+
Hitam (++)
+
Hitam (+)
+
Coklat (+++)
+
Coklat (++)
+
Coklat (+)
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden RJ, JS Fessenden. 1986. Kimia Organik. Jilid ke-2. Pudjaatmaka AH,
penerjemah. Terjemahan dari: Organic Chemistry. Jakarta: Erlangga.
Hart Harold, LE Craine, DJ Hart. 2003. Kimia Organik. Achmadi SS, penerjemah.
Terjemahan dari: Organic Chemistry. Jakarta: Erlangga.
Lehninger, AL. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Maggy Thenawidjaja, penerjemah.
Terjemahan dari: Principles of Biochemistry. Jakarta: Erlangga.
Poedjiadi Anna. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.
Suharso M. 1986. Enzim dalam Biokimia. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Winarno, F.G. 1986. Pangan Gizi, Teknologi dan Konsumen. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.