Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

I.

II.

Nama Percobaan

: Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim

Hari / Tanggal Percobaan

: Rabu / 22 Oktober 2014

Kelompok

:D

Nama Mahasiswa / NRP

: 1. Fransiska P. Lamabelawa ( 2443013252 )


2. Lailatun Nimah

( 2443013259 )

3. Anna Amelia

( 2443013269 )

4. Erna Yuni Astutik

( 2443013318 )

5. Loviena Veronica N.

( 2443013319 )

6. Ella Asmo Dewanty

( 2443013320 )

7.Stevani Lely Beatric

( 2443013328 )

TUJUAN PERCOBAAN
Setelah mengikuti praktikum, mahasiswa diharapkan:
memahami dan menjelaskan fungsi enzim amilase
memahami pengaruh pH terhadap aktivitas enzim pada umumnya, dan enzim amilase
secara khusus
DASAR TEORI
Dalam mahkluk hidup, reaksi metabolisme berlangsung dengan melibatkan suatu
senyawa protein yang disebut enzim. Enzim merupakan protein yang khusus disintesis oleh
sel hidup untuk mengkatalisis reaksi yang berlangsung di dalamnya. Fungsi khusus dari
enzim adalah untuk menurunkan energi aktivasi, mempercepat reaksi pada suhu dan tekanan
yang tetap tanpa mengubah besarnya tetapan keseimbangan dan sebagai pengendali
reaksinya (Martoharsono, 1994).

Enzim adalah substansi yang dihasilkan oleh sel-sel hidup dan berperan sebagai
katalisator pada reaksi kimia yang berlangsung dalam organisme. Katalisator adalah
substansi yang mempercepat reaksi tetapi pada hasil reaksi, substansi tersebut tidak berubah.
Enzim mempunyai ciri dimana kerjanya dipengaruhi oleh lingkungan. Salah satu lingkungan
yang berpengaruh terhadap kerja enzim adalah pH. pH optimal enzim adalah sekitar pH 7
(netral) dan jika medium menjadi sangat asam atau sangat alkalis enzim mengalami
inaktivasi (Gaman & Sherrington, 1994).
Enzim digolongkan menurut reaksi yang diikutinya, sedangkan masingmasing enzim
diberi nama menurut nama substratnya, misalnya urease, arginase dan lain-lain. Di samping
itu ada pula beberapa enzim yang dikenal dengan nama lama misalnya pepsin, tripsin
dan

lain-lain.

Oleh

Commision

on

Enzymes

of

the International

Union

of

Biochemistry, enzim dibagi dalam enam golongan besar. Penggolongan ini didasarkan
atas reaksi kimia di mana enzim memegang peranan.
Enam golongan tersebut ialah (Poedjiadi, 2006):
1. Oksidoreduktase
2. Transferase
3. Hidrolase
4. Liase
5. Isomerase
6. Ligase
Ada beberapa faktor untuk menentukan aktivitas enzim berdasarkan efek katalisnya yaitu
persamaan reaksi yang dikatalis, kebutuhan kofaktor, pengaruh konsentrasi substrat dan
kofaktor, pH optimal, daerah temperatur, dan penentuan berkurangnya substrat atau
bertambahnya hasil reaksi. Penentuan ini biasa dilakukan di pH optimal dengan konsentrasi
substrat dan kofaktor berlebih, menjadikan laju reaksi yang terjadi merupakan tingkat ke 0
(zero order reaction) terhadap substrat. Pengamatan reaksinya dengan berbagai cara kimia
atau spektrofotometri. Ada dua teori tentang mekanisme pengikatan substrat oleh enzim,
yaitu teori kunci dan anak kunci (lock and key) dan teori induced fit (Wirahadikusumah,
1989).

Suasana yang terlalu asam atau alkalis menyebabkan denaturasi protein dan hilangnya
secara total aktivitas enzim. Pada sel hidup, perubahan pH sangat kecil. Enzim hanya aktif
pada kisaran pH yang sempit. Oleh karena itu media harus benar-benar dipelihara dengan
menggunakan buffer (larutan penyangga). Jika enzim memiliki lebih dari satu substrat, maka
pH optimumnya akan berbeda pada suatu substrat (Tranggono & Sutardi, 1990).
Sifat-sifat enzim antara lain :
1. Spesifitas
Aktivitas enzim sangat spesifik karena pada umumnya enzim tertentu hanya akan
mengkatalisis satu reaksi saja. Sebagai contoh, laktase menghidrolisis gula laktosa tetapi
tidak berpengaruh terhadap disakarida yang lain. Hanya molekul laktosa saja yang akan
sesuai dalam sisi aktif molekul (Gaman & Sherrington, 1994).
2. Pengaruh suhu
Aktivitas enzim sangat dipengaruhi oleh suhu. Untuk enzim hewan suhu optimal antara
35C dan 40C, yaitu suhu tubuh. Pada suhu di atas dan di bawah optimalnya, aktivitas
enzim berkurang. Di atas suhu 50C enzim secara bertahap menjadi inaktif karena protein
terdenaturasi. Pada suhu 100C semua enzim rusak. Pada suhu yang sangat rendah, enzim
tidak benar-benar rusak tetapi aktivitasnya sangat banyak berkurang (Gaman & Sherrington,
1994). Enzim memiliki suhu optimum yaitu sekitar 180-230C atau maksimal 400C karena
pada suhu 450C enzim akan terdenaturasi karena merupakan salah satu bentuk protein.
(Tranggono, 1989).
Suhu yang tinggi akan menaikkan aktivitas enzim namun sebaliknya juga akan
mendenaturasi enzim (Martoharsono, 1994). Peningkatan temperatur dapat meningkatkan
kecepatan reaksi karena molekul atom mempunyai energi yang lebih besar dan mempunyai
kecenderungan untuk berpindah. Ketika temperatur meningkat, proses denaturasi juga mulai
berlangsung dan menghancurkan aktivitas molekul enzim. Hal ini dikarenakan adanya rantai
protein yang tidak terlipat setelah pemutusan ikatan yang lemah sehingga secara keseluruhan
kecepatan reaksi akan menurun (Lee, 1992).
3. Pengaruh pH
pH optimal enzim adalah sekitar pH 7 (netral) dan jika medium menjadi sangat asam atau
sangat alkalis enzim mengalami inaktivasi. Akan tetapi beberapa enzim hanya beroperasi

dalam keadaan asam atau alkalis. Sebagai contoh, pepsin, enzim yang dikeluarkan ke
lambung, hanya dapat berfungsi dalam kondisi asam, dengan pH optimal 2 (Gaman &
Sherrington, 1994).
Enzim memiliki konstanta disosiasi pada gugus asam ataupun gugus basa terutama pada
residu terminal karboksil dan asam aminonya. Namun dalam suatu reaksi kimia, pH untuk
suatu enzim tidak boleh terlalu asam maupun terlalu basa karena akan menurunkan kecepatan
reaksi dengan terjadinya denaturasi. Sebenarnya enzim juga memiliki pH optimum tertentu,
pada umumnya sekitar 4,58, dan pada kisaran pH tersebut enzim mempunyai kestabilan
yang tinggi (Williamson & Fieser, 1992).
4. Ko-enzim dan aktovator
Ko-enzim adalah substansi bukan protein yang mengaktifkan enzim. Beberapa ion
anorganik, misalnya ion kalsium dan ion klorida, menaikkan aktivitas beberapa enzim dan
dikenal sebagai aktivator (Gaman & Sherrington, 1994).Salah satu enzim yang diperlukan
untuk pertumbuhan adalah amilase. Amilase dapat diartikan sebagai segolongan enzim yang
merombak pati, glikogen dan polisakarida yang lain. Tumbuhan mengandung dan
amilase, hewan memiliki hanya amilase, dijumpai dalam cairan pankreas dan juga (pada
manusia dan beberapa spesies lain) dalam ludah. Amilase memotong rantai polisakarida yang
panjang, menghasilkan campuran glukosa dan maltosa. Amilosa merupakan polisakarida
yang terdiri dari 100-1000 molekul glukosa yang saling berikatan membentuk rantai lurus.
Dalam air, amilosa bereaksi dengan iodin memberikan warna biru yang khas (Fox, 1991).
Salah satu enzim yang diperlukan untuk pertumbuhan adalah amilase. Amilase dapat
diartikan sebagai segolongan enzim yang merombak pati, glikogen, dan polisakarida yang
lain. Tumbuhan mengandung dan amylase; hewan memiliki hanya amylase, dijumpai
dalam cairan pankreas dan juga (pada manusia dan beberapa spesies lain) dalam ludah.
Amilase memotong rantai polisakarida yang panjang, menghasilkan campuran glukosa dan
maltosa. Amilosa merupakan polisakarida yang terdiri dari 100-1000 molekul glukosa yang
saling berikatan membentuk rantai lurus. Dalam air, amilosa bereaksi dengan iodine
memberikan warna biru yang khas (Fox, 1991).
Amilase adalah enzim pemecah karbohidrat dari bentuk mejemuk menjadi bentuk yang
lebih sederhana. Misalnya, pati dan glikogen dipecah menjadi maltosa, maltotriosa atau

oligosakarida. Enzim ini terdapat dalam air liur (ptialin) dan getah pankreas yang membantu
pencernaan karbohidrat dalam makanan. Darah normal juga mengandung sedikit amilase dari
hasil pemecahan sel yang berlangsung secara normal. Pada penyakit radang pankreas,
gondongan, kencing manis, kadarnya dalam darah meningkat. Sebaliknya pada penyakit hati,
kadarnya menurun (Anonim, 1990).
III.

ALAT DAN BAHAN


Alat : - Spektrofotomer
- Kuvet
- Stopwatch
- Penangas air terkontrol
- Tabung reaksi
- Pipet volume
- Mikropipet
- Rak tabung reaksi
- Vortex
Bahan : - Larutan ekstrak kasar enzim amilase (dikondisikan selalu dingin, dalam
-

penangas air)
Larutan pati 2,0% (w/v)
Larutan penyangga 0,04M pH 4 ; 5 ; 6,5 ; 8 dan 10
Larutan Iodine
Larutan HCl 0,1N

Preparasi Larutan Kerja Iodine :


-

Encerkan 1,0 mL larutan stock (500mg iodine/I2 dan 5,0 gram Kl/100mL
air) 100 kali. Simpan dalam botol gelap.

Preparasai Larutan Pati 1,0% (W/V) :


IV.

Larutan pati 2,0% (w/v) diencerkan 1:1 dengan


Larutan penyangga 0,04M pada pH uji

SKEMA KERJA
Set 1:

10 ml larutan pati 1%

RO

AE = R

A) RO + 500

l air suling

AE + 50 l Enzim

B) Tepat 10 menit,

VORTEX

VORTEX

+ 5 ml Hcl 0,1 N

Diamkan 10 menit

Diamkan 10 menit

+ 5 ml Hcl 0,1 N

AE

RO
VORTEX

C) Siapkan set 2
Blangko
5 ml larutan iodine 500

l , Hcl 0,1 N

D) Ambil dari B
500 mikro L dari masing-masing tabung ke tabung set 2 yang sudah diberi 5,0
larutan I2 kemudian Vortex
E) Zeroing spektrofotometer dengan blangko
F) Amati serapan pada 620 nm

G) Hitung aktivitas enzim D


V.

( RoR
Ro )

X 100

DATA HASIL PENGAMATAN

Hasil praktikum yang kami dapatkan adalah sebagai berikut:

R
Ro
Aktivitas Enzim
(

pH
4
6,5
10

pH 4
1,736
3,00
42,133

pH 6,5
0,294
3,00
90,2

pH 10
1,516
2,432
37,66

RoR
) x 100
Ro

Ro
Biru Pekat
Biru Pekat
Biru Pekat

gambar 1. Hasil pada pH 10

AE/R
Biru Pekat
Coklat transparan
Ungu Pekat

gambar 2. Hasil pada pH 6,5

gambar 3. Hasil pada pH 4

VII.

PEMBAHASAN
Pada praktikum kinetika enzim pengaruh PH terhadap aktivitas enzim,

menggunakan larutan ekstrak kasar enzim amilase. Metode pengujian aktivitas amilase
yang digunakan didasarkan pada metode Birds and Hopkins, Pada metode ini
menghasilkan warna biru dengan serapan maksimum panjang gelombang 620 nm.
Sediakan tiga buang tabung reaksi, satu tabung untuk R (pembanding tanpa enzim) dan
dua tabung untuk AE (aktivitas enzim), kemudian dengan pipet volume 5 ml atau
mikropipet 1000 L, tambahkan 5,00 ml larutan pati 1% w/v dalam ph 6,5 pada tabung R
dan AE, setelah itu masukkan kedalam penangas air suhu 25C selama 10 menit.
Tambahkan 500 ml air suling untuk tabung R dan 500 ml larutan enzim untuk tabung AE,
kemudian di vortex lalu inkubasi pada penangas air selama 10 menit., setelah tepat 10

menit tambahkan 5,00 ml larutan HCL 0,1 N lalu vortex kembali, di pipet 500L masingmasing campuran kedalam tabung reaksi berisi 5,00 mL larutan iodin dan vortex.
Kemudian amati warna biru larutan dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang
620 nm. Larutan Iodin pada reaksi tersebut digunakan untuk mendeteksi sisa amylum.
Berdasarkan hasil yang kami peroleh melalui praktikum ini, dengan pH 10 : Ro
= berwarna biru pekat, AE = ungu pekat, pH 6,5 : Ro = biru pekat AE = coklat
transparan, pH 4 : Ro = biru pekat AE = ungu pekat. Terjadi perubahan warna pada
ketiga jenis tersebut dikarenakan aktivitas enzim pada PH tersebut optimal dan dapat
memecah amylum menjadi non polisakarida yang tidak terikat dengan iodin. Dengan pH
uji 6,5 diperoleh Ro : 3,00 AE : 0,294 dan nilai rata-rata aktivitas enzim sebesar 90,2 mg
pati/ml enzim. Hasil ini merupakan nilai terbesar dari rata-rata aktivitas enzim dengan pH
lainnya dan pH 6,5 merupakan pH yang optimal.

IX.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (1990). Ensiklopedi Nasional Indonesia.PT Cipta Adi Pustaka. Jakarta.
Fox, P.F. (1991). Food Enzymology Vol 2. Elsevier Applied Science. London.
Gaman, P.M & K.B. Sherrington. (1994). Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi
dan Mikrobiologi. Universitas Gadjah Mada press. Yogyakarta.
Lee, J. M. (1992). Biochemical Engineering. Prentice Hall Inc. New Jersey.
Martoharsono, S. (1994). Biokimia jilid 1. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Poedjiadi, Anna, 2006. Dasar-dasar Biokimia, Universitas Indonesia PRESS,
Jakarta.
Tranggono,B.S. (1989). Petunjuk Laboratorium Biokimia Pangan. Pusat Antar
Universitas Pangan dan Gizi. Yogyakarta.
Tranggono & Sutardi. (1990). Biokimia dan Teknologi Pasca Panen. Gajah Mada
university Press. Yogyakarta.

Williamson,K.L & L.F.Fieser. (1992). Organic Experiment 7th Edition. D C Health ang
Company. United States of America.
Wirahadikusumah, M. (1989). Biokimia : protein, enzim, dan asam nukleat. Institut
Teknologi Bandung. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai